Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH TERAPI MASSAGE PLEXUS SACRALIS TERHADAP

PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA IBU POST PARTUM


NORMAL PRIMIPARA DAN MULTIPARA DI
PUSKESMAS WIROSARI II PURWODADI

Verra Hadika Silviana Sari *), Ns. Priharyanti Wulandari, M.Kep., Sp.Kep.Mat **),
Achmad Solechan, M.Si, M.Kom ***)

*)
Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang
***
) Dosen Program Studi Sistem Informasi STMIK ProVisi Semarang

ABSTRAK

Angka kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas di
Indonesia masih cukup tinggi sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Perubahan
fisiologis maupun psikologis pada ibu yang memasuki masa nifas salah satunya
adalah kontraksi uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
setelah persalinan. Kontraksi uterus ini terjadi secara fisiologis dan menyebabkan
nyeri yang dapat mengganggu kenyamanan ibu post partum. Terapi non
farmakologis sebagai sebuah terapi yang tidak memiliki efek samping yang
merugikan dibandingkan dengan terapi farmakologis, salah satunya massage plexus
sacralis. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi massage plexus
sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri pada ibu post partum normal primipara
dan multipara di Puskesmas Wirosari II Purwodadi. Metode penelitian ini
menggunakan pre experiment designs dengan rancangan one group pre test-post test
design without control group. Populasinya adalah ibu post partum normal di
Puskesmas Purwodadi dengan jumlah 26 orang, sedangkan jumlah sampel dalam
penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin sejumlah 24 orang, teknik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah lembar observasi menggunakan skala penilaian
numerik. Data dianalisis menggunakan analisis univariat yang berisi distribusi
frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil penelitian
menunjukkan nilai p value 0,001 < α = 0,05. Tingkat nyeri pada ibu sebelum
dilakukan terapi massage plexus sacralis mengalami tingkat nyeri dalam kategori
sedang sebanyak 20 orang (83,3%) dengan nilai mean 4,50 kemudian setelah
dilakukan terapi massage plexus sacralis mengalami tingkat nyeri dalam kategori
ringan sebanyak 18 orang (75,0%) dengan nilai mean 3,04. Kesimpulan ada
pengaruh terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri pada ibu
post partum normal primipara dan multipara di Puskesmas Wirosari II Purwodadi.
Rekomendasi hasil penelitian ini adalah supaya perawat dapat menggunakan teknik
massage plexus sacralis sebagai salah satu teknik untuk menurunkan tingkat nyeri
pada ibu post partum.

Kata Kunci : Ibu Post Partum, Nyeri Post Partum, Massage Plexus Sacralis
ABSTRACT

Maternal mortality rates assiciated with pregnancy, childbirth, and puerperium in


Indonesia are still quite high at 359/100.000 live births. One of the physiological and
psychological changes of mothers in puerperium is the contraction of the uterus. The
intensity of uterine contractions increases significantly after delivery. This uterine
contraction occurs physiologically and imposes pain that may intefere with post
partum mothers comfort. Non pharmacologic therapies have no adverse side effects
compared to pharmacologic therapies, one of them plexus sacralis massage. The
research aims to understand the effect of plexus sacralis therapy massage to the
decreased pain level in normal post partum mothers primiparas and multiparas in
Puskesmas Wirosari II Purwodadi. This research uses pre experiment design
methodology with one group pretest-posttest design without control group. The
population is 26 normal post partum mothers in Puskesmas Wirosari II Purwodadi,
while the number of samples in this study calculated by Slovin formula is 24 people,
sampling tecnique used in this research is accidental sampling. The research
instrument used is observation sheet with numerical scaling scale. The data is
analyzed using univariat analysis containing frequency distribution and bivariate
analysis using wilcoxon test. The research result shows p value 0.001< α = 0.05. the
pain level of the mothers before plexus sacralis massage therapy categorized into
moderate pain level is as many as 20 people (83.3%) with the mean value 4.50, then
after plexus sacralis massage therapy the pain level categorized into mild pain level
is as many as 18 people (75.0%) with the mean value 3.04. the conclusion is that
there is effect of plexus sacralis therapy massage to the decrease pain level in normal
post partum mothers primiparas and multiparas in Puskesmas Wirosari II Purwodadi.
This research recommends that nurses can use plexus sacralis massage therapy as
one of techniques to reduce the pain level of post partum mothers.

Key words : Post Partum Mothers, Post Partum Pain, Plexus Sacralis Massage
PENDAHULUAN seperti haid. (Serri dalam Harianja,
Persalinan adalah proses dimana bayi, 2014).
plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan disebut Ada beberapa perubahan yang dialami
normal apabila prosesnya terjadi pada ibu post partum Perubahan fisiologis
usia cukup bulan (setelah 37 minggu) maupun psikologis, salah satunya
tanpa disertai adanya penyulit atau adalah kontraksi uterus. Intensitas
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) kontraksi uterus meningkat secara
(Johariah & Ningrum, 2012). bermakna setelah persalinan, yang
Data cakupan kunjungan nifas dan merupakan respon segera untuk
persalinan oleh tenaga kesehatan di mengurangi jumlah volume intra
Indonesia tahun 2008-2013 uterus atau biasa disebut dengan
menunjukkan cakupan persalinan oleh involusi uterus. Kontraksi uterus ini
tenaga kesehatan semakin meningkat terjadi secara fisiologis dan
dari tahun ke tahun, dari angka 81% menyebabkan nyeri yang dapat
pada tahun 2008 menjadi 90,88% pada mengganggu kenyamanan ibu di masa
tahun 2013. Begitu pula dengan setelah melahirkan atau post partum.
cakupan kunjungan nifas yang Rasa sakit (after pain) seperti mulas-
mengalami kenaikan dari 17,9% pada mulas disebabkan karena kontraksi
tahun 2008 menjadi 86,64% pada uterus yang berlangsung 2-4 hari post
tahun 2013. Namun sayangnya partum, sehingga ibu perlu
cakupan kunjungan nifas pada tahun mendapatkan pengertian mengenai
2013 belum setinggi cakupan nyeri yang dirasakan (Maryunani,
persalinan oleh tenaga kesehatan. 2009).
Apabila cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan tidak sama dengan Nyeri adalah sensori subjektif dan
cakupan nifas, kemungkinan terjadi pengalaman emosional yang tidak
komplikai persalinan diamasa nifas menyenangkan berkaitan dengan
atau masa tidak terkontrol oleh kerusakan jaringan yang aktual,
penolong persalinan. Semakin lebar potensial, atau yang dirasakan dalam
jarak persalinan dan kunjungan nifas, kejadian-kejadian saat terjadi
maka risiko terjadinya kematian ibu kerusakan (International Association
lebih besar (Kemenkes RI, 2014). for Study of Pain, 1979). Nyeri yang
diakibatkan oleh kontraksi uterus
Post partum adalah periode pemulihan memerlukan berbagai penanganan
dari perubahan anatomis dan fisiologis untuk meminimalkan rasa nyeri yang
yang terjadi selama kehammilan. Post dirasakan oleh ibu sehingga
partum/ puerperium atau periode kenyamanan ibu dapat kembali. Peran
pasca persalinan umumnya seorang perawat pada kondisi tersebut
berlangsung selama 6-12 minggu adalah membantu meredakan nyeri ibu
setelah kelahiran anak. Lama post post partum dengan memberikan
partum , bisa berbeda –beda pada intervensi dalam meredakan nyeri
setiap ibu. Namum, cepat lambatnya (Andarmoyo, 2013).
darah berhenti, bukan merupakan
indikasi singkat 6 minggu atau 40 hari Penanganan yang sering digunakan
menurut hitungan awam merupakan untuk menurunkan nyeri post partum
masa nifas, dan penting sekali untuk berupa penanganan farmakologi.
terus dipantau .Nifas merupakan masa Pengendalian nyeri secara
pembersihan rahim, sama halnya farmakologi efektif untuk nyeri
sedang dan berat. Namun demikian
pemberian farmakologi tidak sebagai pengganti terapi farmakologis
bertujuan untuk meningkatkan yang tidak menimbulkan efek samping
kemampuan klien sendiri untuk yang merugikan, ekonomis, mudah,
mengontrol nyerinya (Van Kooten, dan dapat dilakukan secara mandiri
1999 dalam Anggorowati dkk., (Prawirohardjo 2008).
2007). Sehingga dibutuhkan
kombinasi farmakologi untuk Berdasarkan hasil studi pendahuluan
mengontrol nyeri dengan non oleh peneliti di Ruang bersalin
farmakologi agar sensasi nyeri dapat Puskesmas Purwodadi pada tanggal 23
berkurang serta masa pemulihan Januari 2017, dari hasil rata-rata tiap
tidak memanjang (Bobak, dalam bulan dalam waktu tiga bulan terakhir
Swandari, 2014). periode Januari 2016 hingga Januari
2017 dengan jumlah 26 persalinan.
Intervensi keperawatan dalam upaya 85% diantaranya pernah mengalami
manajemen nyeri post partum yang nyeri post partum mulai dari yang
merupakan nyeri fisiologis mulai dari ringan sampai berat dengan
nyeri ringan hingga sedang, maka karakteristik respon nyeri yang
perlu upaya pemenuhan kebutuhan bervariasi. Dari beberapa hal di atas,
rasa nyaman secara nonfarmakologis maka peneliti sangat tertarik untuk
sesuai dengan Keputusan Menteri melakukan serangkaian penelitian
Kesehatan Republik Indonesia nomer tentang terapi modalitas fisik berupa
1239 tahun 2001 salah satunya adalah terapi nonfarmakologis (massage
melakukan massage. Massage berasal plexus sacralis) pada pasien post
dari kata arab “mash” yang berarti partum normal di Puskesmas Wirosari
“menekan dengan lembut” atau kata II Purwodadi.
yunani “massien” yang berarti
“memijat atau melulut”. Selanjutnya METODE PENELITIAN
massage disebut pula sebagai ilmu Penelitian ini menggunakan desain pre
pijat atau ilmu lulut (Zikri, 2015). experiment designs dengan rancangan
one group pretest-posttest design
Tindakan terapi massage dalam without control group. dimana tidak
meredakan nyeri post partum ini menggunakan kelompok kontrol
berada pada daerah pinggang dan di sebagai pembanding, tetapi paling
fokuskan pada area sacralis untuk tidak sudah dilakukan observasi
merangsang saraf parasimpatis. Sistem pertama (pretest) yang memungkinkan
parasimpatis berasal dari nervus peneliti dapat menguji perubahan-
sacralis 2, 3, dan 4 sebagai plexus perubahan yang terjadi setelah adanya
sacralis. Serabut parasimpatis eksperimen (program).
mencegah kontraksi dan menimbulkan
vasodilatasi yang mengakibatkan Populasi dalam penelitian ini adalah
peningkatan sirkulasi darah ibu post partum di Puskesmas
(menurunkan ischemia) seiring Purwodadi yang didapatkan dari hasil
dengan peningkatan metabolisme sel rata-rata tiap bulan dalam waktu tiga
sehingga nyeri dapat mereda atau bulan terakhir periode Januari 2016
menurun. Sedangkan pertimbangan hingga Januari 2017 dengan jumlah 26
peneliti mengapa terapi massage orang. Teknik sampling yang
plexus sacralis yang diteliti untuk digunakan dalam penelitian ini adalah
menurunkan tingkat nyeri post partum, accidental sampling. Jumlah sampel
bahwasanya teknik massage ini dalam penelitian ini dihitung dengan
memiliki beberapa kelebihan, yaitu rumus Slovin sejumlah 24 orang.
Alat pengumpulan data yang Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden tingkat nyeri ibu
digunakan pada penelitian ini berupa post partum normal sebelum diberikan terapi
lembar observasi untuk mengetahui massage plexus sacralis di Puskesmas
skala intensitas nyeri yang dialami ibu Wirosari II Purwodadi Bulan
April-Mei 2017
post partum sebelum diberi perlakuan (n : 24)
dan sesudah diberi perlakuan.
Pengukuran intensitas nyeri Tingkat
Frekuansi Persentase
menggunakan skala penilaian numerik nyeri
(Numerical Rating Scale, NRS). Data Sedang 20 83,3
Ringan 4 16,7
dianalisis menggunakan analisis Total 24 100
univariat yang berisi distribusi
frekuensi dan analisis bivariat
menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil
penelitian menunjukkan nilai p value Berdasarkan tabel 4.2 diketahui
0,001 < α = 0,05 sebagian besar ibu post partum
normal primipara dan multipara
HASIL PENELITIAN dalam kategori nyeri sedang
Hasil penelitain mengenai pengaruh sebanyak 20 orang (83,3%).
terapi massage plexus sacralis
terhadap penurunan tingkat nyeri pada c. Gambaran tingkat nyeri ibu post
ibu post partum normal primipara dan partum normal primipara dan
multipara di Puskesmas Wirosari II multipara setelah diberikan terapi
Purwodadi. Responden dalam massage plexus sacralis
penelitian ini adalah ibu postpartum
(primipara dan multipara) sejumlah 24 Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
orang. Hasil penelitian disajikan dalam tingkat nyeri ibu post partum normal
tabel berikut ini : setelah diberikan terapi massage
a. Gambaran paritas ibu post partum plexus sacralis di Puskesmas
normal di Puskesmas Wirosari II Wirosari II Purwodadi Bulan
Purwodadi. April-Mei 2017
Tabel 4.1 (n = 24)
Distribusi frekuensi responden berdasarkan
paritas ibu postpartum normal primipara Tingkat
Frekuensi Persentase
dan multipara di Puskesmas Wirosari II nyeri
Purwodadi Bulan April – Mei 2017 Sedang 6 25,0
(n = 24) Ringan 18 75,0
Total 24 100
Paritas Frekuensi Persentase
Primipara 7 29,2 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui
Multipara 17 70,8 sebagian besar ibu post partum
Total 24 100 dalam kategori nyeri ringan
sebanyak 18 orang (75,0%).
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui
sebagian besar ibu postpartum Tabel 4.4
adalah multipara sebesar 17 orang Uji wilcoxon antara dua variabel sebelum
(70,8%). dan setelah diberikan terapi massage
plexus sacralis
N Mean Sum of
b. Gambaran tingkat nyeri ibu post Rank Ranks
partum normal primipara dan Negative Ranks 14a 7.50 105.00
Posttest
multipara sebelum diberikan terapi - Positive Ranks 0b
.00 .00
Pretest Ties 10c
massage plexus sacralis Total 24
Posttest – keras untuk kembali ke bentuk
Pretest semula.
Z -3.742b b. Gambaran tingkat nyeri ibu
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 post partum normal sebelum
diberikan terapi massage
plexus sacralis.
Dari hasil analisis Wilcoxon Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh nilai p 0,001 sehingga p terhadap ibu post partum
< α = 0,05 bebarti Ho ditolak, normal primipara dan
artinya ada pengaruh terapi multipara di Puskesmas
massage plexus sacralis terhadap Wirosari II Purwodadi sebelum
penurunan tingkat nyeri pada ibu diberikan terapi massage
post partum normal primipara dan plexus sacralis sebagian besar
multipara di Puskesmas Wirosari ibu mengalami nyeri sedang
II Purwodadi. dengan jumlah 20 orang
(83,3%) dengan nilai mean
sebesar 4,50.
PEMBAHASAN Hasil ini sejalan dengan hasil
1. Analisis Univariat penelitian yang dilakukan
a. Gambaran paritas ibu post Parulian (2015) meunjukkan
partum normal primipara dan sebagian besar ibu post partum
multipara di Puskesmas mengalami nyeri dengan rentan
Wirosari II Purwodadi. skala nyeri dari 5-7, dengan
Berdasarkan hasil penelitian kategori sedang dan berat.
terhadap ibu post partum Hasil penelitian dipengaruhi
normal primipara dan oleh karakteristik responden
multipara di Puskesmas berdasarkan usia, suku,
Wirosari II Purwodadi klasifikasi paritas, pelaksanaan
sebagian besar ibu adalah ante natal care (ANC), dan
multipara sebesar 17 orang latihan senam hamil.
(70,8%). c. Gambaran tingkat nyeri ibu
Hasil ini didukung oleh hasil post partum normal primipara
penelitian yang dilakukan dan multipara setelah diberikan
Parulian (2015) yang terapi massage plexus sacralis.
menunjukkan sebagian besar Berdasarkan hasil penelitian
ibu dengan klasifikasi terhadap ibu post partum
multipara sebesar 65%. Teori normal primipara dan
Farer dalam penelitian yang multipara di Puskesmas
dilakukan oleh Liana (2014) Wirosari II Purwodadi setelah
mengatakan bahwa faktor diberikan terapi massage
paritas memiliki peranan yang plexus sacralis sebagian besar
cukup penting. Ibu primipara ibu mengalami nyeri ringan
mengalami proses involusi dengan jumlah 18 orang
uterus berlangsung cepat, (75,0%) dengan nilai mean
sedangkan pada ibu multipara sebesar 3,04. Penurunan skala
mengalami proses peregangan nyeri pada post test
otot dan tingkat elastisitasnya diakibatkan karena ibu post
akan berkurang sehingga partum dilakukan intervensi
kontraksi uterus lebih terasa berupa teknik massage plexus
nyeri karena uterus bekerja sacralis.
Hasil ini sejalan dengan hasil sirkulasi darah (menurunkan
penelitian yang dilakukan ischemia) seiring dengan
Diarini (2015) menunjukkan peningkatan metabolisme sel
terjadinya peneurunan tingkat sehingga nyeri dapat mereda atau
nyeri setelah dilakukan terapi menurun.
massage plexus sacralis,
sebagian besar ibu post partum Hasil penelitian ini sejalan dengan
multipara mengalami nyeri penelitian Diarini (2015). Hasil
dengan kategori ringan yaitu penelitian menunjukkan bahwa
sebesar 86,6%. tingkat nyeri ibu postpartum
multipara dipuskesmas narmada
2. Analisis Bivariat sebelum dilakukan massage plexus
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon sacralis sebagian besar nyeri
didapatkan bahwa nilai p-value sedang yaitu 28 responden (80%),
0,001 <α (0,05), ini menunjukkan tingkat nyeri ibu postpartum
bahwa ada pengaruh terapi multipara sesudah dilakukan
massage plexus sacralis terhadap massage plexus sacralis sebagian
penurunan tingkat nyeri pada ibu besar nyeri ringan yaitu sebanyak
post partum normal primipara dan 31 responden (86,6%), serta ada
multipara di Puskesmas Wirosari pengaruh terapi massage plexus
II Purwodadi. Tingkat nyeri pada sacralis terhadap penurunan
ibu sebelum dilakukan terapi tingkat nyeri pada pasien
massage plexus sacralis postpartum multipara.
menunjukkan sebagian besar
mengalami nyeri sedang sebanyak Price dan Wilson (2006)
20 orang (83,3%) dengan nilai menyatakan bahwa massage
mean 4,50 kemudian turun merupakan salah satu strategi
menjadi 3,04 dan sebagian besar stimulasi kulit dan paling sering
ibu dalam kategori nyeri ringan digunakan sebagai terapi dan
sebanyak 18 (75,0%). Hasil ini modalitas fisik untuk meredakan
menunjukkan pengaruh terapi nyeri. Dasar dari stimulasi kulit ini
massage plexus sacralis terhadap adalah pengendalian gerbang pada
penurunan tingkat nyeri pada ibu transmisi nyeri. Stimulasi kulit
post partum normal primipara dan juga dapat menyebabkan tubuh
multipara di Puskesmas Wirosari mensekresikan endorfin dan
II Purwodadi. neurotransmiter lain yang
menghambat atau meredakan nyeri
Tindakan terapi massage plexus (Parulian, 2015).
sacralis dalam meredakan nyeri
post partum berada pada daerah Bekman dalam penelitian Mahmud
pinggang dan di fokuskan pada (2012) plexsus Sacral dibentuk
area sacralis untuk merangsang oleh divisi anterior saraf lumbal
saraf parasimpatis. Prawirohardjo keempat dan kelima dan tiga saraf
(2008) menyatakan bahwa sistem sakral pertama. Plexus terbentuk
parasimpatis berasal dari nervus pada permukaan anterior
sacralis 2, 3, dan 4sebagai plexus pyriformis, semua saraf bergabung
sacralis. Serabut parasimpatis membentuk batang segitiga besar
mencegah kontraksi dan yang melewati foramen sakro-
menimbulkan vasodilatasi yang skiatik sebagai nervus skiatik
mengakibatkan peningkatan hebat, yang memasok bagian
belakang paha dan seluruh kaki 2. Bagi Perawat dan Bidan
dan kaki. (Kecuali bagian kulit Bagi puskesmas diharapkan dapat
yang dipasok oleh saraf saphena); menggunakan teknik massage
Cabang kecil timbul dari plexus sacralis sebagai slah satu
permukaan anterior dan posterior teknik untuk menurunkan tingkat
pleksus untuk memasok bagian- nyeri ibu post partum.
bagian di sekitarnya. Saraf skiatik 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
hebat berakhir pada ruang poplite Diharapkan melakukan penelitaian
dengan membagi ke saraf tibial lanjutan tentang teknik massage
dan peroneal (saraf popliteal plexus sacralis dan menggunakan
internal dan eksternal). kelompok konrol sehingga
efektifitas penurunan nyeri karena
KESIMPULAN intervensi akan lebih telihat.
1. Sebagian besar ibu post partum
normal primipara dan multipara
sebelum diberikan terapi massage DAFTAR PUSTAKA
plexus sacralis di Puskesmas Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan
Wirosari II Purwodadi mengalami Proses Keperawatan Nyeri, halm
tingkat nyeri dalam kategori 128-133 Ar-Ruzz, Yogyakarta
sedang sebanyak 83,3%. Dengan Bobak. (2005). Buku ajar
nilai mean sebesar 4,50. keperawatan maternitas.Edisi 4.
2. Sebagian besar ibu post partum Jakarta : EGC.
normal primipara dan multipara Departemen Kesehatan RI. (2014).
setelah diberikan terapi massage Profil kesehatan Indonesia.
plexus sacralis di Puskesmas http://www.depkes.go.id diakses
Wirosari II Purwodadi mengalami 26 Desember 2016
tingkat nyeri dalam kategori ringan Diarini, N. (2015). Pengaruh terapi
sebanyak 75,0%. Dengan nilai massage plexus sacralis
mean sebesar 3,04. terhadap penurunan tingkat
3. Ada pengaruh terapi massage nyeri padapasien post partum
plexus sacralis terhadap penurunan multipara dipuskesmas narmada.
tingkat nyeri pada ibu post partum Skripsi. Stikes Yarsi. Mataram
normal primipara dan multipara di Johariyah dan Ningrum, E. (2012).
Puskesmas Wirosari II Purwodadi Asuhan Kebidanan Persalinan
dengan dilihat dari uji Wilicoxon di Bayi Baru Lahir. DKI Jakarta
dapat nilai p value 0,001 < α = :CV.Trans Info Media
0,05. Maryunani, Anik. (2009). Asuhan
Pada Ibu Dalam Masa Nifas
(postpartum). Jakarta : CV.
SARAN Trans Info Media
1. Bagi Ibu Post Partum Parulian, S. (2015). Pengaruh Teknik
Diharapkan ibu-ibu yang Effleurage Massage Terhadap
mengalami nyeri post partum Perubahan Nyeri Pada Ibu Post
dapat memahami nyeri yang Partum Di Rumah Sakit
dirasakan selama proses persalinan Sariningsih Bandung. Skripsi.
dapat berkurang stelah dilakukan Stikes Brorromeus
massage plexus sacralis dan Prawirohardjo. (2008). Ilmu
pasien mampu melakukan apa Kebidanan. Jakarta: Yayasan
yang sudah diajarkan perawat. Bina Pustaka
Prawirohardjo. (2008). Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006).
Patofisiologi : Konsep Klinis
ProsesProses Penyakit, Edisi 6,
Volume 1. Jakarta: EGC.
Serri Hutahea. (2009). Perawatan
Antenatal. Jakarta: Salemba
Medika
Zikri. (2015). Sikap Petugas
Puskesmas Terhadap Pelayanan
Kesehatan Bagi Masyarakat
Miskin Di Kabupaten
Mukomoro, Tesis. Yogyakarta :
Program Pascasarjana Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah
Mada

Anda mungkin juga menyukai