Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DI RW 03 KELURAHAN


BANGETAYU KULON
KECAMATAN GENUK SEMARANG

Disusun oleh :

PROFESI NERS RW 03

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
SATUAN ACARA PENULUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA
RW 03 KELURAHAN BANGETAYU KULON
KEC. GENUK SEMARANG

POKOK BAHASAN : Penyuluhan Hipertensi


SUB POKOK BAHASAN : Pengertian, tanda dan gejala, penyebab, menu yang
dianjurkan dan penatalaksanaan hipertensi
SASARAN : Lansia
TEMPAT : Rumah Warga Pengajian Tahlil Bangetayu Kulon
WAKTU : 30 Menit
HARI/TANGGAL : Rabu, 04 Desember 2019
PELAKSANA : Profesi Ners RW 03

A. LATAR BELAKANG
Program Pemerintah Indonesia Sehat 2017 adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat
mewujudkan bangsa yang mandiri maju dan sejahtera.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah sifat yang hubungannya ada di
antara berbagai lembaga social dan keperawatan di masyarakat, public itu
sendiri, dan anggota profesi kesehatan lain (Pickett&Hanlon,2008)
Berdasarkan Prevalensi hipertensi diseluruh dunia diperkirakan 15-20%.
WHO memprediksi pada tahun 2025 penderita hipertensi di seluruh dunia
mencapai 24,8% pada perempuan dan 29% pada laki-laki. Prevalensi Menurut
World Health Statistic (2014), di Indonesia prevalensi hipertensi pada wanita
sebanyak 29,3% dan laki-laki sebanyak 32,5%. Berdasarkan data dari profil
kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 tercatat sebanyak 544,771
jiwa penderita hipertensi dan di Kota Semarang tercatat 128,594 jiwa penderita
hipertensi pada tahun 2011 (Dinkesprov, 2012).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1 x 30 menit diharapkan lansia
mampu mengetahui tentang penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan :
a. Mengetahui pengertian Hipertensi
b. Mengetahui penyebab hipertensi
c. Mengetahui yang beresiko tinggi terkena Hipertensi
d. Mengetahui tanda dan gejala Hipertensi
e. Mengetahui menu diit Hipertensi
f. Mengetahui komplikasi Hipertensi

C. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Rabu, 04 Desember 2019
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Warga Pengajian Tahlil RW 3 Bangetayu Kulon

D. SETTING TEMPAT

Keterangan:
1
1. Pemateri
2. Peserta

2
E. KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN KEGIATAN MEDIA
PENYULUH PESERTA
Pendahuluan:
1. 3 menit a. Memberi salam a. Menjawab salam Ceramah
b. Menjelaskan tujuan b. Mendengarkan
c. Menjelaskan materi yang c. Memperhatikan
akan diberikan
Penyajian:
2. 20 menit a. Menjelaskan pengertian HT a. Ibu antusias Leaflet&
b. Menjelaskan penyebab HT b. Memperhatikand Flipchart
an mendengarkan
c. Memperhatian
c. Menjelaskan tanda & gejala dan
HT mendengarkan
d. Memperhatikan
d. Menjelaskan cara mengatasi dan
HT mendengarkan

e. Memperhatikan
e. Menjelaskan menu diit HT dan
mendengarkan
f. Menjelaskan komplikasi HT f. Antusias

g. Menjawab pertanyaan bila g. Mendengarkan


ada dan
memperhtikan
h. Memberi kesempatan h. Mendengarkan
peserta untuk bertanya dan
memperhtikan
Evalusi:
3. 5 menit a. Menanyakan kepada ibu a. Menjawab Ceramah
tentang materi yang telah pertanyan
diberikan
b. Reinforcement
Penutup:
4. 2 menit a. Mengucapkan terimakasih a. Mendengarkan Ceramah
atas peran serta ibu-ibu
b. Pengucapkan salam penutup b. Menjawab salam

F. METODE
1. Diskusi
2. Ceramah
G. MEDIA
1. Leaflet
H. MATERI
Terlampir
I. RENCANA EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi struktur
a. Pre planning sudah disiapkan
b. Materi sudah disiapkan sebelum pelaksanaan
c. Menentukan waktu dan tempat yang akan digunakan
2. Evaluasi proses
a. Diharapkan selama proses pelaksanaan pendidikan kesehatan lansia
dapat mengikuti penyuluhan kesehatan sampai selesai, tidak
mengalihkan perhatian saat pendidikan kesehatan berlangsung dan
mampu menjelaskan kembali tentang hipertensi.
3. Evaluasi hasil
a. Mampu menjelaskan kembali tentang hipertensi
LAMPIRAN

HIPERTENSI
A. Pengertian
Hipertensi adalah ditetapkannya tekanan darah secara menetap dimana
tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolnya di atas 90 mmHg (Smeltzer,
2002). Hipertensi menurut Joint National Committee(JNC), High Blood
Pressure adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan di
klasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah (TD) normal sampai hipertensi maligna (Jong, 2007).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistolnya di atas
140 mmHg dan tekanan diastolnya > 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Menurut
Long (2006). Hipertensi adalah batas tekanan darah yang masih di anggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95
mmHg dinyatakan sebagai Hipertensi.
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO (2000) :
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥ 180 ≥ 110
berat)
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90
B. Etiologi
Penyebab dari hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1. Hipertensi Essensial / Hipertensi Primer. Terdapat sekitar 95% kasus
hipertensi yang menyebabkan belum diketahui secara pasti/idiopatik.
Tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:
a. Genetik
Kecenderungan seseorang untuk menderita hipertensi dapat terjadi bila
dalam keluarganya ada hipertensi karena dapat diturunkan secara
genetik. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur)
apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.
b. Usia
Perubahan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya renggang
pembuluh darah. Konsekuensi, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan
tahanan perifer. Akibat dari vasokontriksi pembuluh darah
mengakibatkan perifer meningkat sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah.
c. Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan hipertensi daripada wanita.
Hipertensi berdasarkan kelompok ini dapat pula dipengaruhi oleh
faktor psikologis. Pada wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak
sehat (merokok, kelebihn berat badan), depresi dan rendahnya status
pekerjaan.Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan,
seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.
d. Obesitas
Karena adanya endapan lemak pada dinding pembuluh darah yang akan
mengakibatkan peningkatan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
e. Pola makan
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi
garam dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting
pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam
terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh)
dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi
esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain yang
berpengaruh (Jong, 2007). Asupan garam berlebih juga dapat diperoleh
dari bahan pelengkap yang mengandung natrium pada berbagai bumbu
penyedap, saus, atau kecap. Selain itu, natrium berkadar tinggi
ditemukan pada makanan olahan yang mengandung
pengawet, makanan instan ataupun makanan kalengan, daging olahan,
jajanan, dan sebagainya. Berdasarkan buku pedoman tatalaksana
penyakit kardiovaskular di Indonesia tahun 2003 disarankan asupan
garam kurang dari 6 gram/hari ekuivalen dengan 110 mmol natrium
(2400 mg/hari). Konsumsi minuman kopi pun diduga akan
meningkatkan epinefrin (adrenalin) yang berdampak terhadap
meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah akibat kafein.
f. Merokok
Rokok meninggikan tekanan darah karena kandungan nikotin yang
dapat menyebabkan vasokonstriksi, namunhanya untuk sementara
waktu. Peningkatan tersebut tidak bertahan lama dan rokok tidak dapat
dipersalahkan sebagai penyebab tingginya tekanan darah pada setiap
orang yang mengidap hipertensi. Akan tetapi rokok mempunyai
beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila
pembuluh darah yang ada pada jantung sudah dalam keadaan tegang
karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat menjadi faktor yang
dapat memperberat keadaan hipertensi.
g. Kurang Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan
peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam
juga bertambah maka akan memudahkan terjadinya hipertensi.
h. Stres Emosional
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivasi syaraf
simpatik yang akan meningkatkan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Meskipun dapat dikatakan bahwa stres emosional
benar-benar meninggikan tekanan darah untuk jangka waktu yang
singkat, reaksi tersebut lenyap kembali seiring dengan menghilangnya
penyebab stres. Yang menjadi masalah adalah jika stres bersifat
permanen, maka seseorang akan mengalami hipertensi terus-menerus
sehingga stres menjadi suatu resiko. Kemarahan yang ditekan dapat
meningkatkan tekanan darah karena ada pelepasan adrenalin tambahan
oleh kelenjar adrenal yang terus-menerus dirangsang.
i. Konsumsi alkohol
Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu
banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu
yang tidak minum atau minum sedikit (long, 2006). Pengaruh alkohol
terhadap tekanan darah telah dibuktikan meskipun mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol belum jelas. Namun, diduga
peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah
serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.
Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah
dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap
tekanan darah baru nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3
gelas ukuran standar setiap harinya (Depkes RI, 2006).
2. Hipertensi Sekunder / Hipertensi Renal Terdapat sekitar 3 % kasus
hipertensi, penyebab spesifikasinya telah diketahui. Hipertensi vaskuler
renal, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. (Mansjoer, 2005).
C. Manifestasi Klinik
Salah satu tanda dan gejala yang ditemukan pada hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah.Selain itu gejala yang sering muncul antara lain :
1. Sakit kepala
2. Epitaksis
3. Cepat marah
4. Sukar tidur
5. Rasa berat di tengkuk/leher
6. Mata berkunang-kunang
7. Mudah lelah
8. Tekanan sistole ≥140 mmHg dan diastole ≥90 mmHg
(Smeltzer, 2002)
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut
kebawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor.Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi.Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin , yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh
darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin.Rennin merangsang pembentukan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis atau penimbunan lemak, kalsium, komponen darah,
karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya renggang pembuluh
darah.Konsekuensi, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.Akibat dari vase
kontriksi pembuluh darah mengakibatkan perifer meningkat sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah.Hal ini menyebabkan kerusakan
vaskuler.Kerusakan vaskuler akibat hipertensi terlihat jelas pada seluruh
pembuluh perifer.Perubahan vaskuler dapat berupa perubahan vaskuler retina
yang dapat mengganggu fungsi penglihatan.
E. Pathway
Stress, emosi, Gaya hidup, pola
Usia ↑ ketakutan makan
Nutrisi tinggi
Perubahan Stimulasi pusat lemak
struktur & vasomotor
fungsional pemb.
kapiler Impuls melalui Akumulasi LDL ↑
Aterosklerosis, saraf simpatis dalam pemb.
elastisitas, darah
relaksasi otot polos

Ganglia basalis LDL melekat pada
Kemampuan dinding kapiler darah
distensi Pelepasan
pembuluh darah asetilkolin oleh
↓ neuron preganglia Penyempitan pemb.
Darah,
Akomodasi
aterosklerosis
volume darah
Pelepasan
aorta & arteri ↓
epineprin oleh
neuron pasca ↑ tahanan perifer
COP ↓ ganglion

Kontriksi
↑ tahanan perifer pembuluh darah

HIPERTENSI

Otak
ginjal Retina Pembuluh
darah
Rangsang Spasmus
Resistensi saraf arteriola Sistemik
pemb. darah Suplai O2
simpatis
otak otak ↓
Kortek adrenal ↓ Aliran Vasokontriksi
Tekanan Hipoksia sekresi darah
pemb. darah ↑ jaringan norepinefrin
otak Afterload ↑
↓ O2
↑ tekanan Vasokonstriksi jaringan
intravaskul Metabolis pemb. Darah retina
ar me anaerob ginjal
COP ↓

Vasodilatasi Oedema Diplopia


pembuluh serebral ↓aliran
darah darah ke Stimulasi
ginjal saraf
↑ tekanan simpatis
Tekanan intrakranial Gangguan
saraf Pelepasan fungsi
↑ Frekuensi
viseral renin penglihatan
jantung &
pernafasan
↓ Perfusi (kompensasi)
Nyeri jaringan Resiko
kepala injury
Pembentukan
angiotensin I Mekanisme
menjadi kompensasi
Resiko gagal
Gangguan terjadi angiotensin II
rasa
F. nyaman : stroke non
nyeri hemoragik
↓ Perfusi
jaringan

Ketidakseimbang
an kebutuhan O2

Intoleransi kelemahan
aktivitas
(Price, 2005)
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diit rendah lemak.
b. Diit rendah garam dapur, soda. Hindari makanan daging kambing, buah
durian, minuman beralkohol.
c. Lakukan olahraga secara teratur.
d. Hentikan kebiasan merokok dan minum kopi.
e. Menjaga kestabilan BB tapi penderita hipertensi yang disertai
kegemukan.
f. Menghindari stress dan menganjurkan gaya hidup yang lebih santai.
g. Latihan relaksasi (Sjaifoellah, 2006).
2. Penatalaksanaan Medis
a. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan
causal.
b. Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan
darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi
timbulnya komplikasi.
c. Upaya menurunkan tekanan darah dilakukan dengan mengunakan obat
anti hipertensi selain dengan perubahan gaya hidup.
Pasien hipertensi pasca infark jantung sangat mendapat manfaat
pengobatan dengan penyekat beta, penghambat ACE atau
antialdsoteron. Pasien hipertensi dengan resiko gagal jantung krononik
yang tinggi mendapat manfaat dengan pengobatan diuretik, penyekat
beta, dan penghambat kalsium. Pasien hipertensi dengan gangguan
fungsi ventrikel mendapat manfaat tinggi dengan pengobatan diuretik,
penghambat, ACE/ARB, penyekat beta dan antagonis aldosteron. Bila
sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka prInsip
pangobatannya sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu
diuretik, penghambat ACE/ARB, penghambat beta, penghambat
aldosteron.
G. Komplikasi
1. Perdarahan retina
2. Gagal jantung kongestif
3. Cedera serebrovaskuler
DAFTAR PUSTAKA

Long, B.C. (2006).Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan
Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI
Mansjoer, A. (2005). Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 1.Jakarta : Media
Aesculapiu.
Prince, A Sylvia. (2005). (patofisiologi).Clinical Concept. Alih bahasa : Peter
Anugrah EGC. Jakarta.
Sjaifoellah, N. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002).Brunner and Suddarth’s textbook of medical–
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC
Wim de, Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat
Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai