Anda di halaman 1dari 31

Asuhan Kebidanan Pada Nn.

F Usia 14 Tahun
Remaja Dengan Dismenore Primer Di
Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman

YAYANG WINDI ASTUTI


P07124519033

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Latar Belakang
 Masa remaja merupakan suatu masa  Pada umumnya wanita
peralihan dari pubertas ke dewasa atau merasakan keluhan berupa nyeri
suatu proses tumbuh ke arah atau kram perut menjelang haid
kematangan yang mencakup yang dapat berlangsung hingga
kematangan mental, emosional, sosial, 2-3 hari, dimulai sehari sebelum
dan fisik. mulai haid.

 Di Indonesia angka kejadian dismenore  Meskipun dismenore banyak


tipe primer adalah sekitar 54,89% dialami oleh perempuan yang
sedangkan sisanya penderita dengan
menstruasi, tetapi banyak pula
dari mereka yang sering
dismenore sekunder. Dismenore terjadi
mengabaikan nyeri tersebut
pada remaja dengan prevalensi tanpa melakukan upaya
berkisar antara 43% hingga 93%, penanganan yang tepat, padahal
dimana sekitar 74-80% remaja masih banyak cara yang bisa
mengalami dismenore ringan, mereka lakukan untuk
sementara angka kejadian mengurangi nyeri tersebut.
endometriosis pada remaja dengan
nyeri panggul diperkirakan 25-38%.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum Tujuan Khusus

 Mahasiswa dapat memahami Dapat melakukan pengkajian


dan mengetahui cara data subjektif dan objektif,
penanganan serta mengindentifikasi
mengembangkan pola pikir diagnosa/masalah potensial,
dalam memberikan asuhan menetukan masalah dan
kebidanan pada kasus remaja kebutuhan segera,
dengan dismenorea primer merencanakan tindakan,
melalui penerapan melakukan tindakan,
manajemen kebidanan melakukan evaluasi tindakan,
Varney. dan dapat melakukan
pendokumentasian asuhan
kebidanan pada NN. F remaja
dengan dismenore primer.
Ruang Lingkup Manfaat

 pelaksanaan  Dapat meningkatkan


pelayananan pengetahuan,
kebidanan yang keterampilan, dan
berfokus pada masalah pengalaman klinis
secara langsung dalam
kesehatan reproduksi memberikan asuhan
remaja serta gangguan kebidanan yang tepat
menstruasi pada sesuai dengan teori
remaja. pada remaja dengan
dismenorea.
Kajian Masalah Kasus

 Nn. F usia 14 tahun datang ke Puskesmas Minggir


pada tanggal 06 September 2019 jam 11.00 WIB. Nn.
F mengatakan sering nyeri saat haid hari pertama
sejak 6 bulan lalu, nyeri haid yang dialami berupa
nyeri pada perut bagian bawah sampai ke pinggang,
kadang disertai pusing, namun nyeri haid tersebut
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. HPHT 01-
09-2019, menarche 05-10-2018 (Kelas 5 SD saat
berusia 11 tahun), siklus haid tidak teratur, lama
haid 5 hari, banyaknya haid 2-3 kali ganti pembalut
penuh pada hari pertama, nyeri haid dialami pada
hari pertama menstruasi.
 Riwayat kesehatan sekarang, Nn. F mengatakan
tidak menderita penyakit menurun seperti asma,
hipertensi, jantung, stroke, diabetes, dan tidak
menderita penyakita menular seperti IMS, TB paru,
hepatitis. Pengkajian riwayat kesehatan keluarga
diketahui bahwa ibu kandung Nn. F mempunyai
riwayat dismenorea. Tidak ada riwayat keluarga
yang menderita penyakit menurun maupun menular
lainnya.
 Pengkajian pemenuhan kebutuhan nutrisi diketahui
bahwa Nn. F makan 3x sehari dengan porsi sedang,
diselingi cemilan. Jenis makanan yang dimakan yaitu
nasi, telur, ikan, jarang memakan sayuran karena tidak
terlalu suka, dan jarang mengkonsumsi buah-buahan.
Nn. F juga jarang melakukan olah raga teratur terkecuali
pada saat jam olah raga di sekolah. Pengkajian
psikososial diketahui bahwa Nn. F merasa baik-baik saja
dengan teman sekelasnya dan tidak mendapatkan
perilaku bullying, namun Nn. F mengatakan sedang
banyak tugas dari sekolah sehingga merasa lebih cepat
lelah dan merasa khawatir tidak dapat mengumpulkan
tugas tepat waktu.
 Hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tanda-
tanda vital dalam batas normal. Pengukuran
antropometri diketahui bahwa IMT 16,08 kg/m2 .
Wajah bersih, tidak pucat. Mata konjungtiva merah
muda, sklera putih. Abdomen tidak ada bekas luka
operasi, dan tidak ada benjolan. Ekstremitas bawah
simteris, tidak ada varises. Hasil pemeriksaan
penunjang diketahui Hb 12,0 gr/dL.
Kajian Teori

Definisi Dismenore
Etiologi
primer
 Dismenore primer adalah nyeri
menstruasi tanpa ditemukan  Faktor endokrin
keadaan patologi pada panggul.
Dismenorea primer berhubungan  Faktor konstitusi
dengan siklus ovulasi dan
disebabkan oleh kontraksi  Merokok
myometrium sehingga terjadi
iskemik akibat adanya  Kekurangan gizi
prostaglandin yang diproduksi
oleh endometrium fase sekresi.  Stress
Perempuan dengan dismenorea
primer didapatkan kadar  Status gizi
prostaglandin lebih tinggi
dibandingkan perempuan tanpa  Usia menarche
dismenorea (Prawirohardjo,
2011).
Kajian Teori

Patofisiologi Dismenore Patofisiologi Dismenore

Patogenesis dismenorea Peningkatan


primer adalah karena
kelebihan atau prostaglandin di
ketidakseimbangan dalam endometrium setelah
jumlah sekresi penurunan progesterone
prostaglandin (PG) dari
endometrium saat pada akhir fase luteal
menstruasi, prostaglandin berakibat peningkatan
F2α (PGF2α) merupakan tonus miometrium dan
stimulan miometrium yang
kuat dan vasokonstriktor kontraksi uterus yang
pada endometrium. berlebihan.
Kajian Teori

Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala

 Dismenorea primer  Menurut Priwirohardjo


(2011), dismenorea
sering terjadi pada usia memiliki gejala seperti
remaja dengan keluhan nyeri perut timbul sebelum
atau selama menstruasi,
nyeri seperti kram dan nyeri kepala, mual,
lokasinya di tengah muntah, sembelit atau
diare, sering berkemih,
bawah Rahim. pegal-pegal dan nyeri otot,
nyeri pinggang bawah,
sensitive, irribilitas, dan
rasa lelah
Penatalaksanaan Dismenore

Terapi Farmakologi Terapi Farmakologi

Upaya farmakologi Upaya farmakologi kedua


pertama yang dapat yang dapat dilakukan adalah
dilakukan adalah dengan dengan pemberian terapi
memberikan obat analgetik hormonal. Tujuan terapi
yang berfungsi sebagai hormonal adalah menekan
penghilang rasa sakit. Obat ovulasi, bersifat sementara
untuk membuktikan bahwa
obatan paten yang beredar gangguan yang terjadi benar-
dipasaran antara lain benar dismenore primer.
novalgin, ponstan, Tujuan ini dapat dicapai
acetaminophen dan dengan memberikan salah
sebagainya. satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi.
Terapi Non Farmakologi

Terapi Es dan Panas Penjelasan dan Nasihat

Terapi es dapat menurunkan  pemberian edukasi mengenai


prostaglandin yang dismenore, meliputi apa saja
memperkuat sensitifitas yang dapat menyebabkan
reseptor nyeri dan subkutan bertambahnya nyeri, teknik
lain pada tempat cedera apa saja yang dapat dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri.
dengan menghambat proses Selain itu dapat dilakukan
inflamasi. Terapi panas dengan cara berdiskusi
mempunyai keuntungan mengenai pola makan yang
meningkatkan aliran darah benar dan makanan yang
ke suatu area dan sehat, istirahat yang cukup,
kemungkinan dapat turut serta menentukan olahraga
menurunkan nyeri dengan yang sesuai.
memprcepat penyembuhan
Terapi Non Farmakologi

Pengobatan Herbal Relaksasi

 pengobatan herbal dapat . Relaksasi merupakan teknik


dilakukan dengan pengendoran atau pelepasan
ketegangan. Teknik relaksasi yang
membuat minuman dari sederhana terdiri atas napas
tumbuh-tumbuhan seperti abdomen dengan frekuensi lambat,
kayu manis (mengandung berirama, teknik relaksasi napas
asam sinemik untuk dalam (contoh: bernapas dalam-
meredakan nyeri), kedelai dalam dan pelan). Berbagai cara
untuk relaksasi diantaranya adalah
(mengandung dengan meditasi, yoga,
phytoestrogens untuk mendengarkan musik, dan
menyeimbangkan hypnotherapy. Relaksasi juga dapat
hormon), cengkeh, dilakukan untuk mengontrol sistem
ketumbar, kunyit, bubuk saraf.
pala, jahe.
Pembahasan Data Subjektif

 Hasil pengkajian data subjektif diketahui bahwa Nn.


F berusia 14 tahun dan mengalami menarche pada
usia 11 tahun, usia 14 tahun dapat dikelompokan
pada usia masa remaja.
 Menarche merupakan tanda awal masuknya seorang
perempuan dalam masa reproduksi. Rata-rata usia
menarche pada umumnya adalah 12,4 tahun.
Menarche dapat terjadi lebih awal pada usia 9-10
tahun atau lebih lambat pada usia 17 tahun
(Anurogo, 2011).
 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wong
dan Khoo di Malaysia ditemukan sebanyak 74,5%
dari gadis-gadis yang telah mencapai menarche
mengalami dismenore.
 Penelitian yang dilakukan oleh Shinta et al (2014)
ditemukan bahwa pada usia menarche 12 tahun
sebanyak 87,7% mengalami dismenorea sedangkan,
pada usia 13-14 tahun sebanyak hanya 86,4%
mengalami dismenore.
 Umur menarche yang terlalu dini (<12 tahun)
mengakibatkan ketidaksiapan maupun masalah bagi
remaja yaitu merasakan nyeri saat menstruasi
dikarenakan organ-organ reproduksi yang belum
berkembang secara maksimal dan adanya
penyempitan pada leher rahim atau pematangan
organ reproduksi, sehingga Usia menarche <12
tahun mempunyai efek jangka pendek terjadinya
dismenore (Wulandari & Ungsianik, 2013).
 Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga diketahui bahwa
ibu kandung dari Nn. F mempunyai riwayat dismenorea.
Adanya riwayat keluarga yang mengalami dismenorea dapat
menjadi sebagai suatu faktor risiko terjadinya dismenorea
pada seseorang.

 Penelitian yang dilakukan Ade (2019) menunjukan bahwa


seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dismenorea
akan berpeluang lebih besar mengalami dismenorea. Hasil
penelitian ini didukung oleh teori dari Pilliteri (2003) dalam
Purba (2013) yang menyebutkan bahwa riwayat keluarga (ibu
atau saudara perempuan kandung) merupakan salah satu
faktor risiko dismenore. Kondisi anatomi dan fisiologis dari
seseorang pada umumnya hampir sama dengan orang tua dan
saudara–saudaranya
 Hasil pengkajian pemenuhan kebutuhan sehari-hari
diketahui bahwa Nn. F mempunyai pola hidup yang
kurang sehat yaitu tidak makan gizi seimbang karena
jarang makan sayur dan buah, juga jarang berolah
raga.
 Olah raga teratur dapat membuat badan lebih sehat
dan segar sehingga distribusi aliran darah yang
membawa oksigen ke jaringan tubuh lebih lancar.
Hal tersebut dapat menurunkan sensitivitas tubuh
terhadap rasa nyeri (Anurogo, 2011).
 penelitian yang dilakukan Rosanti (2017) ditemukan
bahwa usia menarche 11-16 tahun sebanyak 65,6%
dan yang mengalami dismenore sebanyak 56,3%.
Hal ini dikarenakan nutrisi yang berbeda-beda pada
remaja. Seorang anak dengan asupan nutrisi yang
baik maka usia menarche akan cepat dan
menopause akan makin lambat sehingga
menyebabkan nyeri saat menstruasi. Dan sebaliknya,
jika seseorang memliki gaya hidup yang tidak sehat
(merokok maupun tidak pernah olahraga) maka
nyeri saat menstruasi akan semakin meningkat
(Proverwati & Misaroh, 2009).
 Hasil pengkajian psikososial diketahui bahwa Nn. F
mengalami perasaan khawatir tidak dapat menyelesaikan
tugas tepat waktu, hal tersebut dapat memicu terjadinya
stress. Stress psikologis dan fisiologis terhadap peristiwa yang
mengganggu keseimbangan seseorang dalam beberapa cara
yang menyebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak
yang mengakibatkan menstruasi tidak teratur atau kram
menstruasi (Anurogo, 2011).
 Penelitian yang dilakukan Sari (2015) menunjukan bahwa
kejadian dismenore primer lebih tinggi pada responden yang
mengalami stress dibandingkan dengan responden yang tidak
mengalami stress. Faktor stress ini dapat menurunkan
ketahanan terhadap rasa nyeri. Pada saat stress, tubuh akan
memproduksi hormon estrogen dan prostaglandin yang
berlebihan.
Pembahasan Data Objektif

 Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada Nn. F dalam


batas normal, dan hasil pemeriksaan fisik lainnya tidak
ditemukan adanya kelainan. Hal tersebut dapat
disebabkan karena pada dismenorea primer tidak
diterdapat kelainan ginekologi sehingga nyeri yang
dirasakan disebabkan oleh produksi hormon
prostaglandin yang berlebihan dalam tubuh (Anurogo,
2011).
 Selain itu, hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan pada
Nn. F dalam batas normal dapat disebabkan karena
pemeriksaan fisik dilakukan 5 hari setelah hari pertama
haid yang terakhir atau tidak langsung di waktu
bersamaan ketika Nn. F merasakan nyeri tersebut
sehingga hasil pemeriksaan fisik bisa saja bias.
Pembahasan Penatalaksanaan

 asuhan kebidanan yang dilakukan adalah memberikan KIE


cara mengurangi nyeri dismenorea dengan cara terapi non
farmakologis.
 Hal yang paling mudah dilakukan adalah dengan relaksasi
napas dalam, hasil penelitian Guswiyani (2018) menunjukan
bawha terdapat hubungan anatar teknik relaksasi napas
dalam dengan penurunan nyeri dismenorea.
 Teknik rileksasi napas dalam mampu mengeluarkan
Endorphin jika seseorang mampu mencapai keadaan dimana
dirinya benar-benar dalam keadaan rileks, dan latihan napas
dalam mampu memberikan efek yang besar di seluruh tubuh
dengan keluarnya Endorphin pada keadan dimana seseorang
dalam keadaan benar-benar nyaman dan rileks.
 Selain teknik relaksasi, kompres hangat dan dingin
juga dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
dismenorea. Pada kompres dingin, pengalihan
persepsi nyeri menjadi rasa dingin yang lebih
dominan adalah salah satu tipe transendensi yang
telah tercapai sehingga responden merasa lebih
nyaman (Kozier, 2010). Sedangkan pada kompres
hangat tidak mempunyai efek yang sama dengan
kompres dingin. Kompres hangat hanya meredakan
nyeri dengan menyingkirkan produk- produk
inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan
prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal.
 Asuhan lain yang pengkaji berikan adalah
memberikan KIE tentang pola hidup sehat dengan
mengkomsumsi makanan gizi seimbang dan olah
raga secara teratur. Perlunya makanan gizi seimbang
karena kekurangan zat gizi seperti karbohidrat,
sayur-sayuran dan buah-buahan terutama buah-
buahan yang mengandung vitamin C dapat
meningkat kejadian dismenorea (Anurogo, 2011).
 Olah raga teratur juga penting karena dengan olah
raga dapat membuat badan lebih sehat dan segar
sehingga distribusi aliran darah yang membawa
oksigen ke jaringan tubuh terutama uterus lebih
lancar. Hal tersebut dapat menurunkan sensitivitas
tubuh terhadap rasa nyeri (Anurogo, 2011).
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian
Rosanti (2017) yang menunjukan hasil bahwa
terdapat hubungan antara asupan gizi dan olah raga
dengan kejadian dismenorea, orang yang asupan
gizinya tercukupi dan rajin olah raga lebih sedikit
mengalami dismenorea.
 Hasil pengkajian psikologis didapatkan bahwa Nn. F
merasa khawatir, perasaan khawatir yang semakin lama
tidak tertangani dapat menimbulkan stress. Saat
seseorang mengalami stres terjadi respon neuroendokrin
sehingga menyebabkan Corticotrophin Releasing
Hormone (CRH) maka terjadi sekresi
Adrenocorticotrophic Hormone (ACTH). ACTH akan
meningkatkan sekresi kortisol adrenal. Hormon-hormon
tersebut menyebabkan sekresi Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH)
terhambat sehingga perkembangan folikel terganggu.
Hal ini menyebabkan pelepasan progesteron terganggu.
Kadar progesteron yang rendah meningkatkan sintesis
prostaglandin.
 Ketidakseimbangan antara prostaglandin
menyebabkan ischemia pada sel-sel miometrium
dan peningkatan kontraksi uterus. Peningkatan
kontraksi yang berlebihan menyebabkan
dismenorea. Asuhan yang pengkaji berikan adalah
dengan memberikan dukungan psikologis dan
mengajarkan manajemen stress dengan cara
mendengarkan musik, bercerita dengan orang-orang
terdekat, beristirahat untuk memulihkan energi,
relaksasi dengan napas dalam, dan melakukan
aktivitas fisik (stretching) (Hendrik, 2006).
Kesimpulan
 Asuhan kebidanan pada Nn. F  Dapat menentukan rencana
dilakukan berdasarkan tindakan pada Nn. R yaitu KIE
pengkajian dan pemeriksaan Pola hidup sehat
fisik, sehingga penanganan yang  Dapat melaksanakan tindakan
diberikan berdasarkan pemberian KIE cara mengurangi
kebutuhan dan kewenangan nyeri dan pola hidup sehat
bidan.  Dapat melakukan
 Asuhan kebidanan pada Nn. F pendokumentasian asuhan
dapat diidentifikasi kebidanan pada Nn. F
masalah/diagnosa kebidanan
yaitu dismenore primer
 Dapat mentukan diagnosa
potensial pada Nn. F yaitu syok
neurologik, anemia
 Dapat menentukan kebutuhan
segera pada Nn. F yaitu
kebutuhan KIE cara mengurangi
nyeri
Saran
 Bagi Mahasiswa  Bagi WUS
 Diharapkan mahasiswa dapat  Diharapkan remaja dapat
menambah pengetahuan teori melakukan pola hidup sehat
tentang dismenorea pada remaja dengan mengkonsumsi makanan
agar dapat memberikan asuhan gizi seimbang, olah raga teratur,
kebidanan yang tepat bila dan manajemen stress yang baik
menemui kasus yang sama. agar dapat mengurangi
dismenorea.
 Bagi Bidan Pelaksana di 
Puskesmas
 Diharapkan dapat meningkatkan
jangkauan asuhan kebidanan pada
remaja yang mengalami
dismenorea, karena kebanyakan
remaja kurang mengatahui cara
mengurangi nyeri dan mencegah
dismenorea namun enggan
mendatangi fasilitas pelayanan
kesehatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai