Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO C BLOK 26 TAHUN 2017

DISUSUN OLEH: KELOMPOK B2


Tutor: Dr. dr. Legiran, M.Kes

Anggota:
Maulia Sari Khairunisa 04011181419016
Radhiyatul Husna 04011181419032
Muhammad Arma 04011181419056
M. Farhan Habiburrahman 04011181419066
Eriska Geriana Permatasari Saing 04011181419076
Melpa Yohana Sianipar 04011181419078
Suci Ramadhani 04011181419204
Azora Khairani K. 04011281419082
Masagus M I N A 04011281419124
Erlina Purnamayani 04011281419126

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial skenario C dalam blok 26
Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2017. Di sini
kami membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematik
yang mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan
menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan
ajar dari dosen-dosen pembimbing.
Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
orang tua, tutor dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun materil
dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Palembang, 8 Mei 2017

Kelompok B2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
I. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

II. Maksud dan Tujuan ................................................................................................................. 1

III. Data Tutorial............................................................................................................................ 1

BAB II .................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 2
I. SKENARIO ............................................................................................................................. 2

II. KLARIFIKASI ISTILAH ....................................................................................................... 2

III. IDENTIFIKASI MASALAH .................................................................................................. 3

IV. ANALISIS MASALAH .......................................................................................................... 4

V. LEARNING ISSUE .............................................................................................................. 28

VI. SINTESIS .............................................................................................................................. 46

VII. KERANGKA KONSEP ........................................................................................................ 47

BAB III ............................................................................................................................................... 48


PENUTUP .......................................................................................................................................... 48
I. KESIMPULAN ..................................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 49

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan
kasus yang diberikan mengenai PWS KIA.

II. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.

III. Data Tutorial


a. Tutor : Dr. dr. Legiran, M.Kes
b. Moderator : Azora Khairani
c. Sekertaris : Radhiyatul Husna
Maulia Sari Khairunnisa
d. Waktu : Senin, 8 Mei 2017
Pukul 10.00 12.00 WIB
Rabu, 10 Mei 2017
Pukul 08.00 10.00 WIB

1
BAB II
PEMBAHASAN

I. SKENARIO
Dokter Beny pimpinan puskesmas Bungur yang baru. Pada saat membaca
laporan PWS KIA didapatkan cakupan K1, K4, Pn rendah.
Hari ini, dr. Beny sedang melakukan supervisi di ruang KIA, mendapatkan bidan
puskesmas sedang memeriksa ibu Tini, 41 tahun, mengandung anak ke 5 (lima), datang
ke puskesmas untuk melakukan ANC pertama kali di usia kehamilan 22 minggu.
Kelahiran 4 (empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh dukun sehingga
untuk rencana persalinan anak ke 5 (lima) ini, ibu Tini ingin melakukan hal yang serupa
karena keempat anaknya lahir dengan selamat.
Dari pemeriksaan bidan puskesmas didapatkan data-data sebagai berikut: BB 45kg,
lingkar lengan atas 23 cm, TD 130/80 mmHg, tinggi fundus uteri 20 cm, Taksiran Berat
Janin: 1240 gram, DJJ 140x/menit, Hb Sahli 9 g/dl. Bidan puskesmas melakukan
penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data tersebut pada
kartu pasien.
Dokter Beny selaku pimpinan puskesmas Bungur akan merencanakan lokakarya
mini bulanan untuk membahas PWS KIA, dilanjutkan degan Lokmin Tribulanan. Dokter
Beny akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahnya cakupan PWS KIA
dengan pendekatan Adiministrasi Kesehatan.

II. KLARIFIKASI ISTILAH


No. Istilah Definisi
(Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak) adalah alat manajemen untuk melakukan
pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja
secara terus menerus agar dapat dilakukan tindakan
1. PWS KIA lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang
dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
iibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga
berencana, bayi baru lahir dengan komplikasi atau
tidak.
Untuk pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten
2. Puskesmas atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di wilayah kerja.
Kunjungan baru ibu hamil adalah jumlah kontak
pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan tanpa
3. K1 melihat umur kehamilan, baik di dalam maupun di
luar gedung puskesmas misalnya POSYANDU,
POLINDES, Kunjungan rumah, RS, dan praktek

2
swasta untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Persentase jumlah ibu hamil yang melakukan
kunjungan antenatal lengkap minimal 1 kali pada
4. K4
trimester satu, 1 kali pada trimester 2, dan 2 kali pada
trimester tiga.
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapatkan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
5. Pn
memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu.
6. Supervisi Pengawasan utama maupun pengontrolan tertinggi.
Pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
7. ANC mengahadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar.
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk
8. Imunisasi TT
membangun kekebalan terhadap infeksi tetanus.
Salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan
9. Lokakarya Mini pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui
pertemuan.
Administrasi yang diterapkan untuk mencapai tujuan
10. Administrasi Kesehatan terwujudnya keadaan sehat secara fisik, mental dan
sosial.

III. IDENTIFIKASI MASALAH


Skala
No Masalah
Prioritas
1. Dokter Beny pimpinan puskesmas Bungur yang baru. Pada saat VVV
membaca laporan PWS KIA didapatkan cakupan K1, K4, Pn rendah.
2. Hari ini, dr. Beny sedang melakukan supervisi di ruang KIA, V
mendapatkan bidan puskesmas sedang memeriksa ibu Tini, 41
tahun, mengandung anak ke 5 (lima), datang ke puskesmas untuk
melakukan ANC pertama kali di usia kehamilan 22 minggu.
Kelahiran 4 (empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu
oleh dukun sehingga untuk rencana persalinan anak ke 5 (lima) ini,
ibu Tini ingin melakukan hal yang serupa karena keempat anaknya
lahir dengan selamat.
3. Dari pemeriksaan bidan puskesmas didapatkan data-data sebagai V
berikut: BB 45kg, lingkar lengan atas 23 cm, TD 130/80 mmHg,
tinggi fundus uteri 20 cm, Taksiran Berat Janin: 1240 gram, DJJ
140x/menit, Hb Sahli 9 g/dl. Bidan puskesmas melakukan
penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat
data-data tersebut pada kartu pasien.
4. Dokter Beny selaku pimpinan puskesmas Bungur akan VV
merencanakan lokakarya mini bulanan untuk membahas PWS KIA,
dilanjutkan degan Lokmin Tribulanan. Dokter Beny akan
menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahnya cakupan

3
PWS KIA dengan pendekatan Adiministrasi Kesehatan.

IV. ANALISIS MASALAH


1. Dokter Beny pimpinan puskesmas Bungur yang baru. Pada saat membaca laporan
PWS KIA didapatkan cakupan K1, K4, Pn rendah.
a. Bagaimana target cakupan K1, K4, Pn?
Berdasarakan Permenkes no. 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal, Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan ibu hamil adalah 100 persen. Capaian kinerja Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil dinilai dari
cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil (K4) sesuai standar di wilayah
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
Berdasarakan Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Pesalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual,
target untuk kunjungan K1 dan K4, sebagai berikut :

Berdasarakan Permenkes No. 43 tahun 2016, Pelayanan persalinan sesuai


standar adalah persalinan yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau
Dokter Spesialis Kebidanan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan
Pemerintah maupun Swasta yang memiliki Surat Tanda Register (STR) baik
persalinan normal dan atau persalinan dengan komplikasi. Capaian kinerja
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan kesehatan ibu bersalin
adalah 100 persen. Bila berdasarakan Kepmenkes No.
828/MENKES/SK/IX/2008, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebinanan memiliki target pada 2015
sebesar 90%.

b. Mengapa cakupan K1, K4, Pn di puskesmas Bungur rendah?


Ada beberapa kemungkinan penyebab yang mempengaruhi cakupan K1, K4, Pn
di puskesmas Bungur rendah, diantaranya adalah:
- Tingkat ekonomi masayarakat rendah
- Tingkat pendidikan ibu rendah.
- Pekerjaan. Ibu yang terlalu sibuk bekerja membuat kurangnya perhatian
terhadap kandungan.
- Jarak kehamilan. Pada ibu dengan jarak kehamilan terlalu dekat, maka
perhatian ibu terhadap kandungannya akan berkurang karena masih
disibukkan mengurus anak sebelumnya, ditambah lagi dengan jumlah paritas
yang tinggi.

4
- Dukungan keluarga yang kurang. Pendekatan yang menyenangkan dari pihak
yang berhadapan dengan ibu kepada pembinaan lingkungan emosi dalam hal
ini mendorong ibu untuk rutin melaksanakan pemeriksaan kehmilannya.
- Peran petugas kesehatan. Suatu proses promosi kesehatan yang menuju
tercapainya tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku. Peran petugas
kesehatan berkaitan dengan kegiatan promosi kesehatan yang sering
dilakukan. Petugas melakukan hal tersebut dengan alat-alat bantu atau alat-
alat peraga pendidikan agar mencapai suatu hasil yang optimal. Peran petugas
kesehatan yang baik dalam memberikan konseling dan penyuluhan kepada
ibu dapat meningkatkan kesadaran ibu mengenai pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan sejak awal kehamilan 3 bulan pertama, sehingga hasil
tersebut dapat mengubah sikap ibu yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada perilaku ibu dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin.
- Pola pelayanan yang kurang aktif dan kualitas pelayanan antenatal belum
memadai dari pretugas kesehatan
- Fasilitas puskesmas yang kurang memadai
- Transportasi yang sulit

c. Bagaimana cara untuk mencapai cakupan K1, K4, Pn sesuai target?


Cakupan K1 dan K4:
1. Pengadaan buku KIA
2. Pendataan Bumil
3. Pelayanan antenatal care sesuai standar
4. Kunjungan rumah bagi yang Drop Out
5. Pembuatan kantong persalinan
6. Pelatihan KIP/konseling
7. Pencatatan dan pelaporan
8. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi
Cakupan Pn:
1. Kemitraan bidan- dukun
2. Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)
3. Pelayanan persalinan
4. Penyediaan/ Penggantian Peralatan persalinan (Bidan KIT)
5. Pelatihan+ Magang (APN)
6. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi (PWS-KIA dan Analisis Manajemen
Program KIA

d. Apa tujuan dilakukannya PWS KIA?


Tujuan umum :
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di setiap
wilayah kerja.
Tujuan Khusus :
1. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
2. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur
(bulanan) dan terus menerus.
3. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
5
4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkan.
5. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara
intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
6. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dan yang potensial untuk digunakan.
7. Meningkatkan peran lintas sektor setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya.
8. Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan KIA.
Manfaat
- Menurunkan angka kematian ibu dan anak
- alat pemantauan sederhana di bagian kesehatan ibu dan anak

e. Apa yang menjadi indikator pemeriksaan KIA(13 indikator)?


1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1):
2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4): pemeriksaan ANC ibu hamil
keempat kalinya sesuai jadwal.
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn): cakupan ibu bersalin yang
ditolong nakes yang berkompeten.
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3): pelayanan kesehatan
ibu dalam waktu 6 jam sampai 42 hari pasca melahirkan.
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1): pelayanan pada neonatus dari 6
jam 48 jam pasca partus.
6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN lengkap)
7. Deteksi faktor risiko & komplikasi oleh masyarakat
8. Cakupan penanganan komplikasi obstetri (PK)
9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus
10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari 12 bulan (kunjungan bayi)
11. Cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan): minimal 8x/tahun, yang
dipantau adalah perkembangan, pertumbuhan dan pemberian vitamin A.
12. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan
Manajemen Terpadu Balita Sehat
13. Cakupan peserta KB aktif (Contraseptive Prevalence Rate)

f. Apa komponen PWS KIA?


1. Pengumpulan dan pengolahan
2. Analisis
3. Interpretasi
4. Disseminasi/distribusi

g. Bagaimana langkah-langkah untuk melakukan PWS KIA?


Pelaksanaan PWS KIA di Tingkat Puskesmas
Langkah langkah atau urutan yang dilaksanakan meliputi :
Pertemuan reorientasi. Pertemuan ini merupakan pertemuan dengan tujuan :
1. Menyamakan persepsi mengenai PWS KIA
6
2. Sosialisasi kebijaksanaan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan PWS KIA
3. Merencanakan Fasilitasi ke Desa
4. Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan, dll
Pihak yang terlibat meliputi : Bidan di desa, bidan koordinator, pengelola
program KIA, kepala puskesmas, petugas gizi, P2PL, data operator, Farmasi
Pertemuan Sosialisasi. Fokus pertemuan ini adalah untuk lintas sektor tingkat
kecamatan dan desa, dengan tujuan untuk sosialisasi tentang PWS KIA,
menyepakati peran lintas sektor dalam PWS KIA dan menyusun mekanisme
pemantauan kegiatan. Pihak yang terlibat meliputi : Puskesmas, Camat,
kepala desa, Dewan Kelurahan, LKMD, PKK, Koramil, Polsek
Memfasilitasi Bidan di Desa : Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
bantuan teknis berupa kunjungan ke lapangan atau pertemuan di Desa.
Petugas Puskesmas memfasilitasi Bidan di Desa dan lintas sektor terkait.
Materi fasilitasi :
1. Pedoman PWS KIA
2. Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar
3. Kebijaksanaan Program KIA
4. Perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kegiatan
Implementasi PWS KIA Puskesmas. Puskesmas melaksanakan kegiatan PWS
KIA melalui pengumpulan, pengolahan, analisis, penelusuran dan
pemanfaatan data PWS KIA sesuai dengan yang diterangkan pada
pembahasan sebelumnya. Termasuk dalam implementasi PWS KIA di
Puskesmas adalah pemanfaatan PWS KIA dalam Lokakarya Mini, Pertemuan
Bulanan Kecamatan dan Musrenbangcam.
Tindak lanjut : Kegiatan ini bertujuan untuk menindaklanjuti hasil hasil
pembahasan implementasi PWS KIA di tingkat puskesmas.

h. Bagaimana bentuk penyajian data/ laporan PWS KIA?


PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang
juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan.
Dengan demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu :
a) Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1).
b) Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4).
c) Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
d) Grafik cakupan kunjungan nifas (KF).
e) Grafik deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat.
f) Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK).
g) Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1).
h) Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL).
i) Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK).
j) Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy).
k) Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal).
l) Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS).
m) Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).
Semuanya itu dipakai untuk alat pemantauan program KIA, sedangkan grafik
cakupan K4, PN, KF/KN, PK, NK, KBy, KBal dan grafik cakupan pelayanan KB
7
(CPR) seperti telah diuraikan dalam Bab III, dapat dimanfaatkan juga untuk alat
advokasi dan komunikasi lintas sektor.
Di bawah ini dijabarkan cara membuat grafik PWS KIA untuktingkat
puskesmas, yang dilakukan tiap bulan, untuk semua desa/kelurahan. Bagi bidan di
desa akan sangat penting apabila dapat membuat grafik cakupan dari PWS KIA
diatas di tingkat Poskesdes/Polindes yang diupdate setiap bulannya. Sedangkan
untuk puskesmas, penyajian ke 13 cakupan dalam bentuk grafik maupun angka
akan sangat berguna untuk keperluan analisa PWS lebih lanjut.
Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :
1. Penyiapan Data. Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap
indicator diperoleh dari catatan kartu ibu, buku KIA, register kohort ibu, kartu
bayi, kohort bayi serta kohort anak balita per desa/kelurahan, catatan
posyandu, laporan dari perawat/bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit
bersalin dan sebagainya.
Untuk grafik antar wilayah, data yang diperlukan adalah data cakupan per
desa/kelurahan dalam kurun waktu yang sama. Misalnya : untuk membuat
grafik cakupan K4 bulan Juni di wilayah kerja Puskesmas X, maka
diperlukan data cakupan K4 desa/kelurahan A, desa/kelurahan B,
desa/kelurahan C, dst pada bulan Juni.
Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah data cakupan
per bulan
Untuk grafik antar variabel diperlukan data variabel yang mempunyai
korelasi misalnya : K1, K4 dan Pn
2. Penggambaran Grafik. Langkah langkah yang dilakukan dalam
menggambarkan grafik PWS KIA (dengan menggunakan contoh indikator
cakupan K1) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan target rata rata per bulan untuk menggambarkan skala pada
garis vertikal (sumbu Y). Misalnya : target cakupan ibu hamil baru
(cakupan K1) dalam 1 tahun ditentukan 90 % (garis a), maka sasaran rata
rata setiap bulan adalah 90% : 12 bulan x 100. Dengan demikian, maka
sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan bulan Juni adalah (6 x 7,5 %)
= 45,0% (garis b).
b. Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan
sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara
berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan
terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk puskesmas
dimasukkan ke dalam kolom terakhir (lihat contoh grafik).
c. Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan
(sumbu X), sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing
desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
d. Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (Mei)
untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masingmasing.
e. Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu, maka digambar
anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini

8
yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah yang
menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap / sama
gambarkan dengan tanda (-).
Berikut ini adalah contoh grafik PWS KIA hasil perhitungan tersebut di
atas.

Cara perhitungan untuk keduabelas indikator yang lainnya sama dengan


perhitungan seperti contoh diatas.

i. Bagaimana cara membaca dan menganalisis data PWS KIA?


Analisis adalah suatu pemeriksaan dan evaluasi dari suatu informasi yang sesuai
dan relevant dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai macam
alternatif variasi. Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga
analisis lanjut sesuai dengan tingkatan penggunaannya. Data yang di analisis
adalah data register kohort ibu, bayi dan anak balita serta cakupan.
1. Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah terhadap
target dan kecenderungan dari waktu ke waktu. Analisis sederhana ini
bermanfaat untuk mengetahui desa/kelurahan mana yang paling memerlukan
perhatian dan tindak lanjut yang harus dilakukan.
Selain di Puskesmas, analisis ini dapat juga dilakukan oleh Bidan di Desa
dimana Bidan di Desa dapat menilai cakupan indikator PWS KIA di desanya
untuk menilai kemajuan desanya. Di Poskesdes seorang Bidan di Desa dapat
membuat grafik cakupan indikator PWS KIA sehingga dia bisa mengikuti
perkembangan dan menindaklanjutinya.
Contoh analisis sederhana

9
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada pemantauan bulan
Juni 2008 dapat digambarkan dalam matriks seperti dibawah ini.

Tabel 1. Contoh Analisis Sederhana


Sumber : Pedoman PWS-KIA

Dari matriks diatas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan


desa/kelurahan, yaitu :
1. Status baik
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk
bulan Juni 2008, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang
meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa/kelurahan-desa/kelurahan ini adalah desa/kelurahan A dan
desa/kelurahan B. Jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa/kelurahan-
desa/kelurahan tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang
ditentukan.
2. Status kurang
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target bulan Juni 2008,
namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun jika
dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini
adalah desa/kelurahan C, yang perlu mendapatkan perhatian karena cakupan
bulan lalu ini hanya 5% (lebih kecil dari cakupan bulan minimal 7,5%). Jika
cakupan terus menurun, maka desa/kelurahan tersebut tidak akan mencapai
target tahunan yang ditentukan.
3. Status cukup
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2008,
namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika
dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini
adalah desa/kelurahan D, yang perlu didorong agar cakupan bulanan
selanjutnya tidak lebih daripada cakupan bulanan minimal 7,5%. Jika
keadaan tersebut dapat terlaksana , maka desa/kelurahan ini kemungkinan
besar akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
4. Status jelek
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2008, dan
mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun dibandingkan
dengan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan
E, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan
10
selanjutnya dapat ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal agar dapat
mengejar kekurangan target sampai bulan Juni, sehingga dapat pula
mencapai target tahunan yang ditentukan.

2. Analisis Lanjut (Tabulasi Silang/Cross Tabulation)


Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan variabel tertentu dengan
variabel terkait lainnya untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel
yang dimaksud.
Contoh :
a. K1 dibandingkan dengan K4
b. K1 dibandingkan dengan Pn
c. Pn dibandingkan dengan KF dan KN
d. Jumlah Ibu Hamil Anemia dibandingkan dengan K1 dan K4
e. KN1 dibandingkan dengan Jumlah Hep B Uniject
f. Dll
Contoh :

Tabel 2. Contoh Analisis Lanjut


Sumber : Pedoman PWS-KIA

Apabila Drop Out (DO) K1 - K4 lebih dari 10% berarti wilayah


tersebut bermasalah dan perlu penelusuran dan intervensi lebih lanjut. Drop
Out tersebut dapat disebabkan karena ibu yang kontak pertama (K1) dengan
tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur lebih dari 3 bulan.
Sehingga diperlukan intervensi peningkatan pendataan ibu hamil yang lebih
intensif.
Contoh analisis indicator bayi :
a. Pn dibandingkan dengan Kn
b. Kn 1 dibandingkan dengan Imunisasi HB 0
c. Kn lengkap dibandingkan dengan Nk
d. KBy dibandingkan dengan imunisasi campak dan Vit A 6-11 bulan
e. Dll
Contoh : pencapaian pelayanan kesehatan desa A tahun 2009

Tabel 3. Contoh Analisis Lanjut


Sumber : Pedoman PWS-KIA

11
Pencapaian Kn 1 melebihi Pn mengindikasikasikan kinerja yang baik
karena semua bayi yang lahir ditolong tenaga kesehatan telah dicakpup
ditambah bayi yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan, dalam hal ini
bidan telah melaksanakan penelusuran sasaran. Tetapi pelaksanaan Kn 1
masih belum memenuhi standar cakupan imunisasi HB 0 lebih rendah
sehingga perlu ditelusuri kendalanya apakah karena kealpaan bidan atau
karena manajemen logistik.
Drop out Kn lengkap menunjukkan penurunan kinerja bidan,
ditambah lagi cakupan neonatus komplikasi lebih rendah dari Kn lengkap
yang mengindikasikan kualitas pelayanan Kn belum memenuhi standar
manajemen terpadu bayi muda yang dapat mendeteksi tanda bahaya.
Pencapaian kunjungan bayi disamping belum mencapai target, juga menunjukkan
pelayanan kesehatan di desa ini belum berkesinambungan antara KIA, Gizi dan
imunisasi sehingga perlu juga ditelusuri kendalanya kenapa kunjungan bayi
rendah padahal cakupan imunisasi lengkap dan vitamin A sudah baik dimana
sasaran program adalah sama.

j. Bagaimana alur pelaporan PWS KIA?


Pemantauan kegiatan PWS KIA dapat dilakukan melalui laporan kegiatan PWS
KIA bulanan dengan melihat kelengkapan data PWS KIA berikut dengan :
1. Hasil Analisis indikator PWS KIA, antara lain : grafik hasil cakupan, hasil
penelusuran dll
2. Rencana tindak lanjut berupa jadwal rencana kegiatan
Data PWS KIA yang dilaporkan dimasing-masing tingkatan adalah :
1. Di tingkat Desa untuk dilaporkan ke Puskesmas setiap bulan :
Register KIA
Rekapitulasi Kohort KB
2. Di tingkat puskesmas untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota
setiap bulan :
LB 3 KIA
LB 3 Gizi
LB 3 Imunisasi
Rekapitulasi Kohort KB
3. Di tingkat kabupaten/propinsi untuk dilaporkan ke Dinas Kesehatan Propinsi/
Departemen Kesehatan setiap 3 bulan :
Lampiran 1 berisi laporan pelayanan antenatal care
Lampiran 2 berisi laporan pelayanan persalinan dan nifas
Lampiran 3 berisi laporan sarana pelayanan kesehatan dasar
Lampiran 4 berisi laporan kematian ibu dan neonatal
Lampiran 5 berisi laporan sarana pelayanan kesehatan rujukan
Lampiran 6 berisi laporan pelayanan Antenatal yang terintegrasi dengan
program lain seperti PMTCT pada Ibu penderita HIV/AIDS dan malaria
dalam kehamilan
Lampiran 7 berisi laporan Keluarga Berencana

12
Lampiran 8 berisi laporan diagnosa dan tindakan pasien terhadap
perempuan dan anak yang mengalami kekerasan.

2. Hari ini, dr. Beny sedang melakukan supervisi di ruang KIA, mendapatkan bidan
puskesmas sedang memeriksa ibu Tini, 41 tahun, mengandung anak ke 5 (lima),
datang ke puskesmas untuk melakukan ANC pertama kali di usia kehamilan 22
minggu. Kelahiran 4 (empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh
dukun sehingga untuk rencana persalinan anak ke 5 (lima) ini, ibu Tini ingin
melakukan hal yang serupa karena keempat anaknya lahir dengan selamat.
a. Berapa kali harusnya dilakukan ANC? Dan apa tujuan dilakukannya ANC?
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan
ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu
hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi
yang sehat dan berkualitas.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi
hingga sebelum mulainya proses persalinan dan wajib dilakukan melalui
pelayanan antenatal terpadu.
Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan komprehensif
dan berkualitas yang dilakukan melalui:
1. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi
agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas;
2. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan;
3. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman;
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi;
5. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan;
dan
6. Melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga kesehatan dan
gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi.

b. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan pada ibu Tini dengan usia kehamilan 22
minggu?
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum
dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi
umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam
penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).

13
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang
dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan
thalasemia.

c. Apa dampak bila terlambat melakukan ANC?


Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan Kehamilan dapat menyebabkan tidak
dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan
atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Deteksi saat
pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan penngendalian resiko
(Manuaba dalam Damayanti, 2013). Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan
dengan baik atau mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obsteri yang
dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Saifuddin dalam Damayanti, 2013).

d. Apa faktor risiko yang dimiliki ibu Tini yang dapat menyulitkan persalinan?
- Multipara (anak sudah 4)
- Usia tua > 35 tahun
- ANC pertama terlambat, sudah masuk pelaksanaan ANC kedua
- Sosial ekonomi yang rendah

e. Apa komplikasi yang akan terjadi bila melakukan persalinan tanpa bantuan tenaga
kesehatan yang berkompetensi di bidangnya?
- Perdarahan post partum (atonia uteri, retensio plasenta)
- Infeksi
- Persalinan macet, partus kasep
- Resiko kematian ibu atau janin lebih tinggi
- Asfiksia neonatorum
- Hipotermia neonatorum
- Tetanus neonatorum
- Infeksi/sepsis neonatorum
- Trauma lahir
- Respiratory Distress

14
3. Dari pemeriksaan bidan puskesmas didapatkan data-data sebagai berikut: BB 45kg,
lingkar lengan atas 23 cm, TD 130/80 mmHg, tinggi fundus uteri 20 cm, Taksiran
Berat Janin: 1240 gram, DJJ 140x/menit, Hb Sahli 9 g/dl. Bidan puskesmas
melakukan penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data
tersebut pada kartu pasien.
a. Apa interpretasi hasil pemeriksaan diatas?
Pemeriksa Kasus Nilai Normal Interpretasi Keterangan
an Fisik
Berat 45 kg Mengalami Kurus Kurang Asupan nutrisi
badan kenaikan 9-
12 kg selama
masa
kehamilan
Tekanan 130-80 Penurunan 10 Risiko pre- Dikatakan hipertensi jika
Darah mmHg mmHg dari eklampsia tekanan darah 140/90
normal cukup tinggi mmHg. Dan pengukuran
sekurang-kurannya
dilakukan 2 kali selang 4
jam
Lingkar 23 cm 23,5 cm Rendah Lingkar Lengan atas
lengan atas digunakan untuk mendeteksi
kurang gizi pada ibu hamil.
Pengukuran lingkar lengan
atas memberikan gambaran
tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak
bawah kulit yang mudah
berubah oleh keadaan
kurang gizi secara kronis.
Jika ukuran LILA kurang
dari 23,5 maka ibu tersebut
dapat digolongkan dalam
kategori Kurang Energi
Kronik (KEK). Jika ibu
hamil mengalami KEK
maka akan meningkatkan
resiko bayi lahir dengan
berat badan rendah,
pendarahan, keguguran, dan
bahkan kematian
Tinggi 20 cm Dibawah Normal -
Fundus umbilikus (20
Uteri cm)
DJJ 124 120- Normal -
x/min 160x/min
Taksiran 1240 gr 1240 gr Normal TBJ = (TFU-n) x 155
Berat n : 11 Masuk PAP
Janin n: 12 belum masuk PAP
= (20-12) x 155
= 1240 gr
Hb Sahli 9 gr/dl >11 mmHg Rendah Anemia

15
b. Apa risiko terhadap kehamilan dan persalinan yang dimiliki ibu Tini serta
anaknya berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang?
Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir
rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia
berat. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada
plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemiapada masa intranatal
dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan
masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat
terjadi pada neonatus : prematur, skor apgar rendah, gawat janin. Adapun bahaya
pada masa kehamilan reimester 2 dan 3 akibat anemia adalah dapat menyebabkan
terjadinya prematuritas, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena
infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mehta, 2006).
Ibu hamil dengan KEK juga akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).

c. Apa tujuan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil? Berapa kali harus dilakukan?
Tujuan Imunisasi TT:
1. Memberikan kekebalan pasif kepada ibu hamil terhadap tetanus, karena
vaksinasi selama hamil juga ikut membantu bayinya menghindari tetanus
selama beberapa minggu setelah lahir.
2. Mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu saat hamil, bersalin, dan nifas
3. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonaturum misalnya akibat infeksi tali
pusat pada proses persalinan
Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mempunyai kontraindikasi
dalam pemberiannya. Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada ibu
dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya (contoh:
kejang, koma, demam >40C, nyeri/bengkak ekstensif di lokasi bekas suntikan).
Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat dapat diimunisasi segera setelah sembuh.
Selalu sedia KIPI Kit (ADS 1ml, epinefrin 1:1000 dan infus set (NaCl 0.9% jarum
infus, jarum suntik 23 G)
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului
dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status) imunisasi tetanus
toksoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT
tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval
minimal antar dosis TT.
Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui,
berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai tabel berikut. jangan lupa
untuk ingatkan ibu untuk melengkapi imunisasinya hingga TT5 sesuai jadwal
(tidak perlu menunggu sampai kehamilan berikutnya).

16
Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi.
Pemberian dosis booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah vaksinasi yang
pernah diterima sebelumnya seperti pada tabel berikut:

d. Apa saja jenis data yang akan diambil pada saat pemeriksaan?
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah :
1. Data sasaran. Data sasaran diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi,membuat peta
wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan,rumah serta setiap waktu
memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya ibu yang
hamil,neonatus dan anak balita.
Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi
yang melakukan pendataan ibu hamil,bersalin,nifas,bayi baru lahir,bayi dan
anak balita dimana sasaran tersebut dibenarkan buku KIA dan bagi ibu hamil
dipasang stiker P4K didepan rumahnya.selain itu data sasaran juga dapat
diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang berasal dari lintas program
dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
2. Data pelayanan. Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA
didalam kartu ibu, kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita,
kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan
melakukan pelayanan.pencatatan tersebut diperlukan untuk memantau secara
intensif dan terus manerus kondisi dan permasalahan yang dutemukan pada
para ibu,bayi dan anak di desa/kelurahan tersebut,antara lain:
- Nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal
yang seharusnya,
- Imunisasi yang belum diterima para bayi
- Penimbangan anak dll

17
Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan yang
berasal dari lintas program dan fasilatas pelayanan lain yang ada di wilayah
kerjanya.

e. Dimana seharusnya data pemeriksaan itu dicatat?

Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA didalam kartu ibu,
kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA.

f. Apa manfaat pencatatan data tersebut?


Data tersebut dicatat untuk menjadi rekam medik ibu, dengan tujuan agar saat
dilakukan pemeriksaan kembali tenaga medis pemeriksa dapat melihat
perkembangan dari keadaan ibu dan janin. Selain itu, pencatatan dilakukan untuk
pelaporan sehingga dapat menyusun PWS-KIA. Data PWS-KIA ini akan diolah
oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten/Kota yang lalu akan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Provinsi setiap bulannya. Dinas Kesehatan Kota akan
menggunakan data untuk memantau pencapaian target dan melihat tren
pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.

g. Bagaimana penatalaksanaan yang harus dilakukan bidan terhadap kondisi ibu


Tini?
Hb ibu yang rendah perlu diberikan tablet besi untuk ibu hamil dengan
kandungan besi elemental 60 mg pada 300 mg ferrous sulfat atau 180 mg ferrous
fumarat, tapi pada ibu hamil yang sudah menderita anemia, dosis besi elemental
perlu dinaikkan menjadi 120 mg. Ibu Tini juga memiliki TD yang cukup tinggi,
seharusnya rata-rata wanita hamil tekanan darahnya turun 10 mmHg sehingga
perlu dilakukan pemantauan terhadap kadar protein dalam urinnya. Selain itu,
perlu juga dilakukan perencanaan persalinan karena banyaknya faktor risiko
melahirkan pada Ibu Tini.
Ibu Tini juga memiliki LILA 23 cm kurang dari ambang batas yaitu 23,5 cm,
kemungkinan mengalami kekurangan energi kronis sehingga perlu ditatalaksana
pemberian gizinya. Gizi kurang pada ibu hamil akan mempengaruhi proses
tumbuh kembang janin yang berisiko kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR).
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita
gizi kurang dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) perlu diselenggarakan

18
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak
usia 6-59 bulan dan bagi ibu hamil dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai
pengganti makanan utama sehari-hari. PMT dimaksud berbasis bahan makanan
lokal dengan menu khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Mulai tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran untuk
kegiatan PMT Pemulihan bagi balita gizi kurang dan ibu hamil KEK melalui dana
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Dengan adanya dana BOK di setiap
puskesmas, kegiatan penyelenggaraan PMT Pemulihan diharapkan dapat
didukung oleh pimpinan puskesmas dan jajarannya. Untuk memperoleh
pemahaman yang sama dalam melaksanakan kegiatan dimaksud, maka disusun
Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita
Gizi Kurang Dan Ibu Hamil KEK.
Prinsip
1. PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal
dan tidak diberikan dalam bentuk uang.
2. PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi
oleh balita dan ibu hamil sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti
makanan utama.
3. PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan ibu
hamil sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi
antar ibu dari balita sasaran.
4. PMT pemulihan merupakan kegiatan di luar gedung puskesmas dengan
pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dapat diintegrasikan dengan
kegiatan lintas program dan sektor terkait lainnya.
5. PMT Pemulihan dibiayai dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Selain itu PMT pemulihan dapat dibiayai dari bantuan lainnya seperti
partisipasi masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah Daerah.
Komponen Pembiayaan
Dana BOK kegiatan PMT Pemulihan dapat digunakan untuk pembelian bahan
makanan dan atau makanan lokal termasuk bahan bakar guna menyiapkan PMT
pada saat memasak bersama. Transport petugas puskesmas dan atau kader dalam
rangka penyelenggaraan PMT Pemulihan dapat menggunakan dana operasional
posyandu.
Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan
1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau
makanan lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan
pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan,
label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan,
2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi
balita dan ibu hamil sasaran.
3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan
gizi balita dan ibu hamil sasaran.
4. Makanan tambahan balita dan ibu hamil sasaran diutamakan berupa sumber
protein hewani maupun nabati (misalnya ikan/telur/daging/ayam, kacang-
kacangan dan hasil olahannya seperti tempe dan tahu ) serta sumber vitamin

19
dan mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan
setempat.
5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.
6. Makanan tambahan pemulihan untuk balita berbasis makanan lokal ada 2 jenis
yaitu berupa:
a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)
b. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan berupa
makanan keluarga.
7. Makanan tambahan pemulihan untuk ibu hamil berbasis makanan lokal dapat
diberikan berupa makanan keluarga atau makanan kudapan lainnya.

4. Dokter Beny selaku pimpinan puskesmas Bungur akan merencanakan lokakarya


mini bulanan untuk membahas PWS KIA, dilanjutkan degan Lokmin Tribulanan.
Dokter Beny akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahnya cakupan
PWS KIA dengan pendekatan Adiministrasi Kesehatan.
a. Apa tujuan diadakannya Lokakarya Mini?
Tujuan Umum Lokakarya Mini secara umum
1. Tujuan Umum: Meningkatkan fungsi puskesmas melalui penggalangan kerja
sama tim baik lintas program maupun lintas sector serta terlaksnannya
kegiatan puskesmas sesuai dengan perencanaan
2. Tujuan Khusus
a. Tergalangnya kerjasama tim baik lintas program maupun lintas sector
b. Terpantaunya hasil kegiatan puskesmas sesuai dengan perencaan
c. Terindentifikasinya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan
puskesmas
d. Terindentifikasinya penyebab masalah serta diupayakannya pemecahan
masalah
e. Tersusunnya rencana kerja untuk periode selanjutnya
Tujuan Lokakarya Mini Bulanan
1. Tujuan Umum: Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam
rangka pemantauan hasil kerja petugas Puskesma dengan cara memandingkan
rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta
tersusunya rencana kerja bulan berikutnya.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hasil kegiatan Puskesma bulan lalu
b. Disampaikannya hasil rapat dari kabupaten/ kota, kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
c. Diketahuinya hambatan/ masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu
d. Dirumuskannya cara pemecahan masalah
e. Disusunnya rencana kerja bulan baru
Tujuan Lokarya mini Tribulan
1. Tujuan Umum: Terseleggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam
rangka mengkaji kegiatan kerja sama lintas sektoran dan tersusunnya rencana
kerja tribulan berikutnya.
2. Tujuan Khusus
20
a. Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan
hambatan yang dihadapi
b. Dirumuskannya mekanisme / rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk
tribulan yang akan datang.

b. Kapan dan berapa kali dilaksanakannya Lokakarya Mini?


Lokakarya mini:
- Lokakarya mini bulanan : lokakarya mini bulanan pertama dan lokakarya mini
bulanan rutin.
Proses manajemen Perencanaan belum terlaksana dengan baik apabila tidak
dilanjutkan dengan pemantauan dan perencanaan ulang. Tindak lanjut
bertujuan untuk menilai sampai seberapa jauh pencapaian dan hambatan-
hambatan yang dijumpai oleh para pelaksanaannya pada bulan yang lalu,
sekaligus melakukan pemantauan rencana kegiatan Puskesmas; sehingga dapat
dibuat perencanaan ulang yang lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai. Di samping itu, kita ketahui bersama bahwa keberhasilan
pelaksanaan kegiatan Puskesmas memerlukan pengorganisasian dan
keterpaduan baik lintas program maupun lintas sektor.
Pengorganisasian dan keterpaduan lintas program, artinya keterpaduan internal
Puskesmas, bertujuan agar seluruh petugas mempunyai rasa memiliki dan
meningkatkan motivasi dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas.
Tindak lanjut dari perencanaan adalah mengadakan pengorganisasian intern
Puskesmas dan pemantauan dilaksanakan melalui Lokakarya Mini Bulanan
Puskesmas.
Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama merupakan Lokakarya penggalangan
Tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat
terlaksananya Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK).
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggung jawab dan
pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program
kerja dan wilayah kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh
petugas Puskesmas, dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.
Lokakarya mini bulanan rutin diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari
Lokakarya Mini Bulanan yang pertama. Lokakarya Bulanan Rutin ini
dilaksanakan untuk memantau pelaksanaan POA puskesmas yang dilakukan
setiap bulan secara teratur. Penanggungjawab penyelenggaraan Lokakarya
Mini Bulanan adalah Kepala Puskesmas, yang dalam pelaksanaannya dibantu
staf Puskesmas dengan mengadakan rapat kerja seperti biasanya. Fokus utama
Lokakarya Mini Bulanan Rutin adalah ditekankan kepada masalah pentingnya
kesinambungan arah dan kegiatan antara hal-hal yang direncanakan,
pelaksanaannya serta hasilnya, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
tersebut dapat berhasil guna dan berdayaguna.

- Lokakarya mini tribulanan lintas sektor: lokakarya mini tribulanan lintas sektor
pertama & rutin.

21
Setelah melaksanakan penggalangan/peningkatan kerja sama lintas sektoral,
sebagai tindak lanjut semangat kerja sama dalam Tim yang telah ditimbulkan
dalam lingkungan sektor-sektor yang bersangkutan, perlu dipelihara dengan
baik. Di samping itu keberhasilan pembangunan kesehatan sangat memerlukan
dukungan lintas sektor.
Dimana kegiatan masing-masing sektor perlu dikoordinasikan sehingga dapat
diperoleh hasil yang optimal. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan
pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan lokakarya mini yang
diselenggarakan setiap tribulan disebut dengan Lokakarya Mini Tribulanan.
Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama merupakan Lokakarya penggalangan
Tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian. Pengorganisasian
dilaksanakan untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang terkait
dengan kesehatan.
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan
pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program
kerja dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh
sektor terkait, dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang
dimilikinya.
Sebagaimana lokakarya bulanan Puskesmas maka lokakarya tribulanan lintas
sektoral merupakan tindak lanjut dari lokakarya penggalangan Kerja sama
Lintas Sektoral yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan
secara tetap. Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu
sektor terkait di kecamatan.

c. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan Lokkakarya Mini?


Untuk Lokakarya Mini Bulanan
Pengarah : Kepala Puskesmas
Peserta : Seluruh petugas Puskesma, termasuk Pukesmas pembantu dan Bidan di
desa
Untuk Lokakarya Mini Tibulanan
Pada persiapan adanya pendekatan dengan Camat untuk memimpin acara yang
koordinasi sektor yang terlibat
Peserta :
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
Tim Penggerak PKK Kecamatan
Puskesma di Wilayah Kecamatan
Staf Kecamatan. Misalnya Sekcam, Unit lain yang terkait
Lintas Sektor di Kecamatan, misalnya Pertanian, Agama, Pendidikan,
BKKBN, Sosial
Lembaga/organisasi kemasyarakatan, antara lain : TP PKK Kecamatan,
BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan (apabila sudah terbentuk)

d. Apa saja hal yang dibahas dalam Lokakarya Mini?


Proses lokakarya mini bulanan yang pertama :
1. Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan lapangan/ daerah binaan.

22
2. Analisis beban kerja tiap petugas.
3. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.
4. Penyusunan rencana kegiatan (plan of action/POA) puskesmas tahunan
berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan puskesmas (RPK).
Proses lokakarya mini bulanan rutin :
1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS.
2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan
terhadap standar pelayanan.
3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
Hasil lokakarya mini bulanan yang pertama :
1. Rencana kegiatan puskesmas tahunan.
2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA, dalam
kasus ini peningkatan cakupan KIA.
3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
Hasil lokakarya mini bulanan rutin :
1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan dalam kasus ini peningkatan
cakupan KIA.
2. Rencana kerja bulan yang baru.

e. Bagaimana mekanisme dari Lokakarya Mini? (cara melakukan dan persiapan)?


Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas, diselenggarakan dalam dua tahap
yaitu :
a. Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai berikut :
Masukan
1. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang peran,
tanggungjawab staf dan kewenangan Puskesmas.
2. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru berkaitan
dengan Puskesmas.
3. Informasi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan (Plan Of
Action = POA) Puskesmas.
Proses
1. Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk
2. kegiatan lapangan/ daerah binaan.
3. Analisis beban kerja tiap petugas.
4. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab daerah
binaan.
5. Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA) Puskesmas
tahunan berdasarkan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas (RPK).
Keluaran
1. Rencana kegiatan (Plan Of Action POA) Puskesmas tahunan.
2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA.
3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.

b. Lokakarya Mini Bulanan Rutin

23
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas adalah sebagai berikut :
Masukan
1. Laporan hasil kegiatan bulan lalu
2. Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota
3. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
Proses
1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan
PWS
2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan
3. Merurnuskan alternatif pemecahan masalah
Keluaran
1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
2. Rencana kerja bulan yang baru

Persiapan Lokakarya Mini Bulanan


Persiapan : Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang meliputi :
1. Pemberitahuan hari, tanggal dan jam.
2. Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf U.
3. Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik.
4. Rencana Kerja Harian bulan lalu.
5. Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu dibandingkan
dengan target bulanan per Desa, antara lain menggunakan PINS.
6. Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas
Sektor/Kecamatan.
7. Materi Pelajaran dan slat peraga yang digunakan.
8. Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya

Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap


yaitu :
1. Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama
Pelaksanaan lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut:
- Masukan
1. Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok
2. Informasi tentang program lintas sektor
3. Informasi tentang program kesehatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
- Proses
1. Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor
2. Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor
3. Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor
- Keluaran
1. Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program
kesehatan.

24
2. Rencana kegiatan masing-masing sektor

2. Lokakarya Mini Tribulanan Rutin


Lokakarya tribulanan lintas sektoral dilaksanakan sebagai berikut:
- Masukan
1. Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan dukungan sektor
terkait
2. Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor dalam
pelaksanaan program kesehatan
3. Pemberian informasi baru
- Proses
1. Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program kesehatan
2. Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing sektor
3. Merumuskan cara penyelesaian masalah
4. Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk tribulan baru
- Keluaran
- Rencana kerja tribulan yang baru
- Kesepakatan bersama

Persiapan Lokakarya Mini Tribulanan


Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan yang meliputi:
a. Pendekatan kepada Camat
Memimpin lokakarya dengan menjelaskan acaranya.
Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan kegiatan dan
pembinaan.
Mempersiapkan tempat penyelenggaraan lokakarya.
b. Puskesmas melaksanakan:
Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang mudah
dipahami oleh sektor, antara lain dalam bentuk PWS.
Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas sektor.
Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan instruksi/surat-surat
yang berhubungan dengan peran serta masyarakat yang berkaitan dengan
sektor kesehatan.
Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen lokakarya.
Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk ditandatangani camat.

f. Apa saja ruang lingkup Lokakarya Mini?


Lintas Program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Pertemuan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk
Puskesmas Pembantu, dan bidan di desa
b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

25
c. Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK)
d. Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang telah disusun, memecahkan
masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana
kerja yang baru
Lintas Sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan
dilaksanakan untuk:
a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan
mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahkan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerjasama.

g. Bagaimana cara melakukan pendekatan administrasi kesehatan?


Unsur pokok administrasi kesehatan
1. Masukan
Yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan
administrasi. Masukan ini dikenal pula dengan nama perangkat admistrasi
(tools of administration). Masukan/ input dalam kasus ini yaitu cakupan K1,
K4, dan Pn rendah.
Macam-macam masukan/ perangkat administrasi :
a. Komisi pendidikan administrasi kesehatan Amerika Serikat
- Sumber
Adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan barang
atau jasa. Macam-macam sumber:
o Sumber tenaga
Sumber tenaga dibedakan atas 2 macam yaitu tenaga ahli seperti
dokter, dokter gigi, bidan, perawat serta tenaga tidak ahli seperti
pesuruh, penjaga malam dan pekerja kasar lainnya.
o Sumber modal
Sumber modal banyak macamnya. Jika disederhanakan dapat
dibedakan atas 2 macam yakni modal bergerak seperti uang dan
giro serta modal tidak bergerak seperti bangunan, tanah, dan saran
kesehatan.
o Sumber alamiah
Adalah segala sesuatu yang terdapat dialam yang tidak termasuk
sumber tenaga dan sumber modal.
- Tata cara
Adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang
dimiliki dan diterapkan.
- Kesanggupan
Adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana.
b. Koontz dan Donnells
- 4 M untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan ( man/ manusia,
money/ uang, material/ sarana, method/ metoda )
26
- 6 M untuk organisasi yang mencari keuntungan ( man, money,
material, method, market/pasar, machinery/mesin)
2. Proses
Proses yang dimaksud dengan proses dalam administrasi adalah langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada umumnya proses ataupun fungsi administrasi merupakan tanggung jawab
pimpinan. Proses dalam kasus ini upaya untuk memperbaiki/ meningkatkan
cakupan K1, K4, dan Pn.
Pembagian proses/ fungsi administrasi kesehatan :
a. Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat : perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan, (directing),
pengawasan (controlling), pengkoordinasian (coordinating) dan penilaian
(evaluation).
b. Freeman : perencanaan (planning), penggerakan (actuating),
pengkoordinasian (coordinating), bimbingan (guidance), membebaskan
(freedom), dan pertanggung jawaban (responsibility)
c. George R. Terry : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penggerakkan (actuating), pengawasan (controlling). Terkenal dengan
singkatan POAC
d. Barton : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyusunan staf (staffing), penyusunan anggaran belanja (budgeting),
pelaksanaan (implementing), pengkoordinasian (coordinating), pelaporan
(reporting) dan penilaian (evaluation).
e. Luther M. Gullick : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyusunan staf (staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian
(coordinating), pelaporan (reporting), penyusunan anggaran
belanja(budgeting). Terkenal dengan singkatan POSDCORB.
f. Hendry Fayol : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
perintah (commanding), pengkoordinasian (coordinating), dan pengawasan
controlling).
3. Keluaran
Yaitu hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Untuk administrasi kesehatan,
keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan kesehatan. Secara umum
pelayanan kesehatan dibedakan atas 2 macam yaitu pelayanan kedokteran dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Sasaran
Yaitu kepada siapa keluaran yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut
ditujukan. Untuk administrasi kesehatan, sasaran dibedakan atas 4 macam
yaitu perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dapat bersifat
langsung (direct target group) atau sasaran tidak langsung (indirect target
group).
5. Dampak
Yaitu akibat yang ditimbulkan oleh keluaran. Dampak yang diharapkan adalah
makin meningkatnya derajat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini
hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan dan tuntutan perseorangan.
Keluarga, kelompok dan masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran
27
serta lingkungan yang sehat dapat terpenuhi. Kebutuhan dan tuntutan ini
adalah sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan.

h. Bagaimana cara monitoring dan evaluasi Lokakarya Mini?


Evaluasi dilakukan secara berkala, yaitu:
1. Dengan melakukan telaahan penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai
yang dibedakan atas dua hal, yaitu:
Telaahan intern yakni telaahan bulanan terhadap penyelenggara kegiatan
dan hasil yang dicapai oleh Puskesmas, dibandingkan dengan rencana
dan standar pelayanan. Dan yang dipergunakan diambil dari Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang berlaku.
Telaahan eksternal yakni telaahan triwulan terhadap hasil yang dicapai
oleh sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya serta sektor lain
terkait yang ada di wilayah kerja Puskesmas. Telaahan triwulan ini
dilakukan dalam Loka karya Mini Triwulan Puskesmas secara lintas
sektor.
2. Menyusun sarana peningkatan penyelenggara kegiatan sesuai dengan
pencapaian kinerja Puskesmas serta masalah dan hambatan yang ditemukan
dan hasil telaahan bulanan dan triwulan.

V. LEARNING ISSUE
1. PWS KIA
A. Definisi
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir,
bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilans. Oleh
karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan
melaksanakan PWS KIA.
Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak instansi terkait untuk tindak lanjut.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus menerus di
setiap wilayah kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort

28
b. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerus
c. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA
d. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target
yang ditetapkan
e. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani
secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan
f. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan yang potensial untuk digunakan
g. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya
h. Meningkatkan peran serta dari kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA
C. Prinsip Pengelolaan Program KIA
1. Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien
2. Pelayanan antenatal
3. Pertolongan persalinan
4. Pelayanan kesehatan ibu nifas
5. Pelayanan kesehatan neonatus
6. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat
7. Penanganan komplikasi kebidanan
8. Pelayanan neonatus dengan komplikasi
9. Pelayanan kesehatan bayi
10. Pelayanan kesehatan anak balita
11. Pelayanan KB berkualitas
D. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi
indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA. Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1
tahun dengan prinsip konsep wilayah.
1. Cakupan pelayanan antenatal (K1). Merupakan cakupan ibu hamil yang
pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan
untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program
dalam menggerakkan masyarakat. Rumus yang dipakai untuk
perhitungannya adalah:

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan
rumus: 1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk.
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
29
kabupaten/kuta yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik
(BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka
dapat digunakan angka terakhir CDR propinsi.
2. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4). Merupakan cakupan ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit
empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada
trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan
pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Rumus yang
dipakai untuk perhitungannya adalah:

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn). Merupakan cakupan ibu


bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
Rumus yang digunakan adalah:

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu bersalin dengan menggunakan
rumus: 1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk.
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3). Merupakan
cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6
jam - 3 hari, 8 - 14 hari dan 36 - 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

30
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1). Merupakan cakupan
neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6-48 jam setelah
lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini
dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:

Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah


proyeksi bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus:
Crude Birth Rate x jumlah penduduk
6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN Lengkap).
Merupakan cakupan neonates yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali
pada hari ke 3-hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8-hari ke 28 setelah lahir
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh masyarakat. Merupakan


cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan
oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. masyarakat
disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri. Indikator
ini menggambarkan poran serta dan keterlibatan masyarakat dalam
mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

8. Cakupan penanganan komplikasi obstetri (PK). Merupakan cakupan Ibu


dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penangaran
definitif adalah penanganan/ pemberian tindakan terakhir untuk
menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan. Indikator
ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu
hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:

31
9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus. Cakupan neonatus dengan
komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada
setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada
masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang
ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati. Indikator ini menunjukkan
kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus-kasus
kegawatdaruratan neonatal, yang kernudian ditindak lanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang Iebih tinggi.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari-12 bulan (Kunjungan bayi).


Merupakan cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4
kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, dan
satu kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan sesuai
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator
ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan kualitas pelayanan
kesehatan bayi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

11. Cakupan pelayanan anak balita (12 - 59 bulan). Merupakan cakupan


anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar,
meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali dalam satu tahun,
pemantauan perkembangan minimal 2 kali dalam satu tahun, dan pemberian
vitamin A 2 kali dalam satu tahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:

12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan
MTBS. Merupakan cakupan anak balita (umur 12 - 59 bulan) yang berobat
ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
(MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

32
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang
ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit
yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan
pelaporan MTBS.
13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate). Merupakan
cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan
jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang
masih aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

E. Penyajian Data. Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi,
informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS
KIA dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis.
Pelaksanaan PWS KIA akan lebih bermakna bila ditindaklanjuti dengan upaya
perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program,
penggerakan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di
tingkat puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan
puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS
KIA di tingkat propinsi dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang
rawan.
F. Pengumpulan Data. Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan
pokok dari PWS KIA. Data yang dicatat per desa/kelurahan dan kemudian
dikumpulkan di tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi.
Data yang diperlukan dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan.
Proses pengumpulan data sasaran sebagai berikut:
1. Jenis data. Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA
adalah
Data sasaran :
Jumlah seluruh ibu hamil
Jumlah seluruh ibu bersalin
Jumlah ibu nifas
Jumlah seluruh bayi
Jumlah seluruh anak balita

33
Jumlah seluruh PUS
Data pelayanan :
Jumlah K1
Jumlah K4
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 6
48 jam
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap (KN
lengkap)
Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan faktor risiko/komplikasi
yang dideteksi oleh masyarakat
Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Jumlah bayi 29 hari 12 bulan yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sedikitnya 4 kali
Jumlah anak balita (12 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sedikitnya 8 kali
Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
Jumlah peserta KB aktif
2. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang
dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan dalam BAB III.
Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi
dan kader melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah
kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
Register kohort ibu
Register kohort bayi
Register kohort anak balita
Register kohort KB

2. Lokakarya Mini
A. Pengertian Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk penggalangan
dan pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan (Depkes RI,
2006).
B. Ruang Lingkup Lokakarya Mini Puskesmas
Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu :
1. Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Pertemuan bertujuan untuk :

34
a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c. Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).
d. Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan
masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk
rencana kerja yang baru.
2. Lintas sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Pertemuan dilaksanakan untuk :
a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina
dan mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yang terjadi
serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama
(Depkes RI, 2006).
C. Klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni
lokakarya mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan puskesmas.
1. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas
Merupakan pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil
kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan
targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
a. Tujuan
Tujuan umum : terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas.
Tujuan khusus:
- Diketahuinya hasil kegiatan puskemas bulan lalu
- Disampaikanya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
- Diketahuinya hambatan / masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan
lalu
- Dirumuskannya cara pemecahan masalah
- Disusunnya rencana kerja bulan baru.
b. Tahapan kegiatan
Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap
yaitu:
1. Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai
berikut :
Masukan
1. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang
peran, tanggungjawab staf dan kewenangan Puskesmas.

35
2. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
berkaitan dengan Puskesmas.
3. Informasi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan (Plan
Of Action = POA) Puskesmas.
Proses
1. Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk
2. kegiatan lapangan/ daerah binaan.
3. Analisis beban kerja tiap petugas.
4. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab
daerah binaan.
5. Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA)
Puskesmas tahunan berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan Puskesmas (RPK).
Keluaran
1. Rencana kegiatan (Plan Of Action POA) Puskesmas tahunan.
2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan POA.
3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
2. Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas adalah sebagai
berikut :
Masukan
1. Laporan hasil kegiatan bulan lalu
2. Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota
3. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
Proses
1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan
mempergunakan PWS
2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan
3. Merurnuskan alternatif pemecahan masalah
Keluaran
1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
2. Rencana kerja bulan yang baru
Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan
Pengarah : Kepala Puskesmas
Peserta: Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas
Pembantu dan Bidan di Desa.
Waktu: Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan
dengan kondisi dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau
hari Sabtu minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat.
Demikian hal nya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh
Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00 15.00.

36
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokakarya Mini Bulanan
dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa
mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
Acara: Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan
bersifat dinamis, dapat disusun sesuai dengan kebutuhan,
ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat. Sebagai contoh
susunan acara Lokakarya Mini adalah sebagai berikut:
Lokakarya Mini Bulanan Yang pertama disebut juga dengan
Lokakarya Penggalangan Tim
1. Pembukaan
2. Dinamika kelompok
3. Pengenalan program baru
4. POA Puskesmas
5. Analisa beban kerja petugas
6. Pembagian tugas dan desa binaan
7. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru
Lokakarya Mini Bulanan Rutin
1. Pembukaan
2. Dinamika Kelompok; menumbuhkan motivasi
3. Pengenalan program baru
4. Inventarisasi kegiatan bulan !arta
5. Analisa pemecahan masalah dan pemecahan
6. Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang
7. Pembagian tugas bulan yang akan datang
8. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru
Tempat : Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat diselenggarakan di
Puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat
lain yang Iokasinya berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang
dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta.
Persiapan : Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang
meliputi :
1. Pemberitahuan hari, tanggal dan jam.
2. Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf U.
3. Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik.
4. Rencana Kerja Harian bulan lalu.
5. Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu
dibandingkan dengan target bulanan per Desa, antara lain
menggunakan PINS.
6. Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas
Sektor/Kecamatan.
7. Materi Pelajaran dan slat peraga yang digunakan.
8. Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya

2. Lokakarya Mini Tribulanan Puskesmas

37
Merupakan pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan
lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan.
a. Tujuan
Tujuan umum: Terselenggaranya lokakarya tribulan lintas sektoral dalam
rangka mengkaji hasil kegiatan lintas sektoral dan tersusunya rencana
kerja tribulan berikutnya.
Tujuan khusus :
- Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan
hambatan yang dihadapi.
- Dirumuskannya mekanisme/rencanakerjalintas sektoral yang baru untuk
tribuan yang akan datang.
b. Tahapan kegiatan lokakarya mini tribulan lintas sektoral
Lokakarya mini tribulan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :
1. Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama
Pelaksanaan lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut:
- Masukan
1. Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok
2. Informasi tentang program lintas sektor
3. Informasi tentang program kesehatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
- Proses
1. Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor
2. Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor
3. Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor
- Keluaran
1. Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung
program kesehatan.
2. Rencana kegiatan masing-masing sektor

2. Lokakarya Mini Tribulanan Rutin


Lokakarya tribulanan lintas sektoral dilaksanakan sebagai berikut:
- Masukan
1. Laporan kegiatan pelaksanaan program kesehatan dan
dukungan sektor terkait
2. Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-masing sektor
dalam pelaksanaan program kesehatan
3. Pemberian informasi baru
- Proses
1. Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan program
kesehatan
2. Analisis hambatan dan masalah dukungan dari masing-masing
sektor
3. Merumuskan cara penyelesaian masalah
4. Menyusun rencana kerja dan menyepakati kegiatan untuk
tribulan baru
- Keluaran
38
1. Rencana kerja tribulan yang baru
2. Kesepakatan bersama
Penyelenggaraan Lokakarya Mini Tribulanan
1. Persiapan
Sebelum lokakarya dilaksanakan, perlu diadakan persiapan yang
meliputi:
a. Pendekatan kepada Camat
Memimpin lokakarya dengan menjelaskan acaranya.
Mengkoordinasikan sektor-sektor agar menyajikan laporan
kegiatan dan pembinaan.
Mempersiapkan tempat penyelenggaraan lokakarya.
b. Puskesmas melaksanakan:
Pembuatan visualisasi hasil-hasil kegiatan dalam bentuk yang
mudah dipahami oleh sektor, antara lain dalam bentuk PWS.
Persiapan alat-alat tulis kantor dan formulir kerja tribulan lintas
sektor.
Persiapan catatan hasil kesepakatan yang lalu dan
instruksi/surat-surat yang berhubungan dengan peran serta
masyarakat yang berkaitan dengan sektor kesehatan.
Penugasan salah seorang staf untuk membuat notulen
lokakarya.
Pembuatan surat-surat undangan lokakarya untuk
ditandatangani camat.
2. Peserta
Lokakarya Mini tribulanan Lintas sektor dipimpin oleh Camat, adapun
peserta Lokakarya Mini Tribulanan adalah sebagai berikut:
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Tim Penggerak PKK Kecamatan.
Puskesmas di wilayah Kecamatan.
Staf Kecamatan, antara lain: Sekcam, Unit lain yang terkait
Lintas sektor di kecamatan, antara lain : Pertanian, Agama,
Pendidikan, BKKBN, Sosial
Lembaga/organisasi kemasyarakatan, antara lain : TP PKK
Kecamatan, BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan (apabila
sudah terbentuk)
3. Waktu
Lokakarya Mini Tribulanan lintas sektor yang pertama diselenggarakan
pada bulan pertama tahun anggaran berjalan. Sedangkan untuk
selanjutnya dilaksanakan setiap tribulan. Adapun waktu
penyelenggaraan disesuaikan dengan kondisi setempat. Yang perlu
dijadikan pertimbangan adalah diupayakan agar seluruh peserta dapat
menghadiri lokakarya. Lokakarya ini diselenggarakan dalam waktu 4
jam.
Secara umum jadwal acara Lokakarya Mini Tribulanan:
a. Lokakarya Mini Tribulanan yang pertama
Pembukaan
39
Dinamika kelompok
Kegiatan sektor
Inventarisasi peran bantu sektor
Analisa hambatan dan masalah
Pembagian peran dan tanggung jawab sektor
Perumusan rencana kerja
Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
b. Lokakarya Mini Tribulanan rutin
Pembukaan
Dinamika kelompok, menumbuhkan motivasi
Kegiatan sektor terkait
Masalah dan hambatan masing-masing sektor
Analisis masalah dan hambatan
Upaya pemecahan masalah
Rencana kerja tribulan mendatang
Kesepakatan pembinaan
Kesepakatan bersama
Penutupan
4. Tempat. Tempat penyelenggaraan lokakarya mini tribulanan lintas
sektor adalah di Kecamatan atau tempat lain yang dianggap sesuai.

3. Ante Natal Care


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan
khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya
terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang dilakukan
adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

40
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap
apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan
pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
1. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
2. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
3. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu
hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

4. Administrasi Kesehatan
Administrasi kesehatan masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Administrasi kesehatan adalah Suatu proses yang menyangkut perencanaan,


pengorganisasisan, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian & penilaian terhadap
sumber, tata cara, dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan &
tuntuan akan kesehatan, perawatankedokteran serta lingkungan sehat dengan
menyediakan & menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan perorangan, kelompok
& masyarakat
Menurut Azrul Azwar dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi Kesehatan
1979. mengatakan terdapat banyak orang yang jika membicarakan administrasi
kesehatan, asosiasi hanya pada kegiatan tata usaha saja, yaitu mencatat dan atau
melaporkan jumlah kasus, jumlah pengeluaran obat atau pekerjaan rutin diloket karcis
sebuah balai pengobatan misalnya. Seseorang yang melaksanakan administrasi
kesehatan berarti melaksanakan segala fungsi aministrasi yakni perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengorganisasian dan penilaian.

Fungsi Administrasi dibedakan atas 4 macam yakni :

1. Perencanaan termasuk perencanaan pembiayaan

2. Pengorganisasian, yang didalamnya termasuk penyusunan staff

3. Pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian

4. Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat
dicapai atau tidak.

Dalam pencapaian tujuan administrasi kesehatan ini melibatkan banyak pihak,


diantaranya pemerintah, rumah sakit, asuransi dan apotik. Namun dalam administrasi
kesehatan ini tidak hanya pelayanan pengobatan tetapi juga bersifat preventif
(pencegahan). Keadaan sehat yang ingin dicapai adalah untuk seluruh masyarakat, dan
untuk itu setiap program seyogyanya menerapkan prinsip ilmu kesehatan masyarakat,

41
maka dalam mebicarakan administrasi kesehatan tidak boleh pula melepaskan diri dari
konsep ilmu kesehatan masyarakat

a. Unsur Pokok Administrasi Kesehatan

Terdapat 5 unsur pokok yang peranannya amat penting dalam menentukan


berhasil atau tidaknya pelaksanaan administrasi kesehatan. Kelima unsur pokok
yang dimaksud ialah masukan (input), proses (process), keluaran (output),
sasaran (target), serta dampak (impact). (Azwar Azrul,1993).

1. Masukan
Yang dimaksud dengan masukan (input), dalam administrasi adalah
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan
administrasi. Masukan ini dikenal pula dapat melaksanakan pekerjaan
administrasi (tools of administration). Masukan dan/atau perangkat
administrasi tersebut banyak macamnya.
Koontz dan Donnels membedakan masukan dan/atau perangkat
administrasi atas empat macam, yakni manusia (man), modal (capital),
manajerial (managerial) dan teknologi (technology).( Azwar Azrul,1993)
Pembagian lain yang banyak dikenal dimasyarakat ialah yang disebut
sebagai 4M, yakni manusia,(man), uang(money), sarana (material), dan
metode (methodh) untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan serta 6M,
yakni manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (metodh),
pasar (market) serta mesin (machianery) untuk organisasi yang mencari
keuntungan.
2. Proses
Yang dimaksud dengan proses (process) dalam administrasi adalah
langkah-langkah yang harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses
ini dikenal dengan nama fungsi administrasi (function of administration).
Pada umumnya proses dan ataupun fungsi administrasi ini merupakan
tanggung jawab pimpinan.( Azwar Azrul,1993)
Pada saat ini dengan makin berkembangnya ilmu administrasi, maka
pembagian fungsi administrasi makin banyak pula. Berbagai pembagian
tersebut, meskipun bervariasi, namun jika dikaji secara mendalam pada
dasarnya tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti.( Azwar Azrul,1993)
Dalam praktek sehari-hari untuk memudahkan pelaksanaannya, berbagai
fungsi administrasi ini sering disederhanakan menjadi 4 macam saja, yaitu :
Perencanaan (planning) yang didalamnya termasuk penyusun anggaran
belanja.
Pengorganisasian (organizing) yang didalamnya termasuk penyusunan
staf.
Pelaksanaan (implementing) yang didalamnya termasuk pengarahan,
pengkoordinasian,bimbingan, penggerakan dan pengawasan. Penilaian
(evaluation) yang didalamnya termasuk penyusunan laporan. (Azwar
Azwar,1993)
3. Keluaran

42
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah hasil dari suatu
pekerjaan administrasi. Untuk administrasi kesehatan, keluaran tersebut
dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health service). Pada saat ini
pelayanan kesehatan tersebut banyak macamnya, secara umum dapat
dibedakan atas 2 macam.
1) Pelayanan kedokteran (medical sevices)
2) Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services).
4. Sasaran
Yang dimaksud dengan sasaran (target group) adalah kepada siapa
keluaran yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan. Untuk
administrasi kesehatan sasaran yang dimaksudkan disini dibedakan atas 4
macam, yakni perseorangan, keluarga , kelompok dan masyarakat. Dapat
bersifat sasaran langsung (direct target group) atau pun bersifat sasaran tidak
langsung (indirect group target). ( Azwar Azrul,1993)
5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak adalah akibat yang ditimbulakn oleh
keluaran, untuk administrasi kesehatan, dampak yang diharapkan adalah
makin meningkatnya derjat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini
hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan dan tuntutan perseorangan,
keluarga dan kelompok dan/atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan
kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat terpenuhi. Kebutuhan dan
tuntutan ini adalah sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan
kesehatan (health consumer).
Kebutuhan Kesehatan
Kebutuhan kesehatan pada dasarnya bersifat objektif dan karena itu
untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat upaya untuk memenuhinya bersifat
mutlak. Sebagai sesuatu yang bersifat objektif, maka munculnya
kebutuhan kesehatan sangat ditentukan oleh masalah kesehatan nyata
yang ditemukan dimasyarakat. Jika diketahui bahwa munculnya suatu
penyakit sebagaimana dikemukakan oleh Gordon dan LE Richt 1950
sangat ditentukann oleh faktor utama, yakni: pejamu (host), penyebab
penyakit (agent) serta lingkungan (environment), maka dalam upaya
menemukan kebutuhan kesehatan, perhatian haruslah ditujukan kepada
ketiga faktor tersebut. (Azwar Azrul,1993)
Tuntutan Kesehatan
Berbeda halnya dengan kebutuhan, tuntutan kesehatan (health demande)
pada dasarnya bersifat subjektif oleh karena itu pemenuhan tuntutan
kasehatan tersebut hanya bersifat fakultatif, dengan perkataan ini
terpenuhi atau tidaknya tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok, dan ataupun masyarakat tidak terlalu menetukan tercapai atau
tidaknya kehendak untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena
tuntutan kesehatan bersifat subjektif, maka munculnya tuntutan
kesehatan tersebut dipengariuhi oleh faktor-faltor bersifat sujektif pula.(
Azwar Azrul,1993)

43
b. Ruang Lingkup Administrasi Kesehatan
Jika dikaji secara mendalam batasan administrasi kesehatan sebagaiman yang
telah dirumuskan oleh Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika
Serikat tahun 1974, segera terlihat bahwa ruang lingkup administrasi kesehatan
mencakup bidang yang amat luas yang jika disederhanakan dapat dibagi menjadi
dua macam, yakni:
Kegiatan Administrasi
Telah disebutkan bahwa melaksanakan semua fungsi administrasi sama
artinya dengan melaksanakan semua fungsi administrasi dengan pengertian
seperti ini menjadi jelas bahwa kegiatan utama yang dilakukan pada
aministrasi itu sendiri mulai dari fungsi perncanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan sampai dengan fungsi pengawasan (Terry).
Karena kegiatan utama administrasi adalah melaksanakan semua fungsi
administrasi maka jelas pula bahwa melaksanakan pekerjaan tata usaha.
Pekerjaan administrasi bukan sekedar mengetik, mengagenda dan ataupun
menyimpan arsip surat menyurat (office work) yang merupakan pekerjaan
pokok seorang usaha.( Azwar Azrul,1993)
Objek dan Subjek Administrasi
Telah disebutkan bahwa objek dan subjek administrasi kesehatan adalah
sistem kesehatan yang berarti dapat menyelenggarakan administrasi
kesehatan perlu dipahami dahulu apa yang dimaksud dengan sistem
kesehatan. Pengertian tentang sistem kesehatan banyak macamnya,
menjabarkan batasan sebagaiman yang dirumuskan oleh WHO (1984), yang
dimaksud dengan sistem kesehatan tidak lain adalah suatu kumpulan dari
berbagai faktor yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat pada
suatu Negara dan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, serta masyarakat pada setiap
saat yang dibutuhkan.
Sistem kesehatan itu sendiri mencakup hal yang amat luas sekali. Jika
disederhanankan dapat dibedakan atas dua subsistem, pertama subsistem
pelayanan kesehatan, kedua subsistem pembiayaan kesehatan. Untuk dapat
terselenggaranya upaya kesehatan yang baik, kedua subsistem ini perlu ditata
dengan sebaik-baiknya.( Azwar Azrul,1993)

c. Manfaat Administrasi Kesehatan


Manfaat yang diperoleh dari diterapkannya administrasi kesehatan secara
umum dibedakan atas 3 macam, yaitu:
1. Dapat dikelola sumber, tata cara, dan kesanggupan secara efektif dan efisien
Administrasi kesehatan jelas dapt menyajikan penhelolaan yang dimaksud
karena memang dalam melaksanakan pekerjaan administrasi kesehatan dikenal
dengan adanya antara lain fungsi perencanaan yang dapat mengatur
pemanfaatan sumber, tata cara, dan kesanggupan secara efektif dan efisien.
Sesungguhnya masalah efektif dan efisien ini telah sejak lama menjadi pusat
perhatian para ahli administrasi. Setidaknya pada abad-18 ketika berlangsung
revolusi industri di Inggris upaya ini diwujudkan dengan memperkenalkan
falsafah administrasi baru dari job centered menjadi human centered serta dari
44
orientasi efektivitas menjadi orientasi efektivitas dan efisien hal yang sama
juga diperoleh Frederick Winslow Taylor (dikenal sebagai bapak gerakan
administrasi ilmiah) serta Hendry Fayol (dikenal sebagai bapak teori
admnistrasi modern). Setelah Taylor melakukan penelitian berjudul Time and
Motion Study dan kemudian dipublikasikan dalam bukunya yang terkenal The
Principle Of Scientific Management, berhasil merumuskan pendapatnya bahwa
efektivitas dan efisien erat hubunganannya dengan penggunaan waktu dengan
kegiatan yang tidak produktif sedangkan Fayol membahas masalah efektivitas
dan efisien ini melalui pengkajian terhadap kemampuan pemimpin. Kajian
tersebut kemudian dituliskan dalam bukunya yang terkenal General and
Industrial Management.( Azwar Azrul,1993)
2. Dapat dipenuhi kebutuhan dan tuntutan secara tepat dan sesuai mengenal
kebutuhan dan tuntutan dalam melaksanakan administrasi kesehatan.
Setiap upaya kesehatan yang dilaksanakan ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhan dan tuntutan tersebut agar kebutuhan dan tuntutan yang seperti ini
dapat dipenuhi, tentu diperlukan keterampilan unutk menentukan kebutuhan
dan tuntutan itu sendiri. Disini menjadi penting peranana administrasi
kesehatan, karena dengan diterapkannya administrasi kesehatan tersebut akan
dapat diketahui dengan tepat berbagai kebutuhan dan tuntutan yang terdapat
dalam masyarakat.( Azwar Azrul,1993)
3. Dapat disediakan dan diselenggarakan upaya kesehatan sebaik-baiknya karena
upaya kesehatan dapat mengatur pemanfaatan sumber, tata cara, dan
kesanggupan yang dimiliki dengan baik, serta dapat menetukan kebutuhan dan
tuntutan dengan tepat, maka dapat diharapkan tersedia dan terselenggaranya
upaya kesehatan yang sebaik-baiknya.

45
VI. SINTESIS

46
VII. KERANGKA KONSEP

47
BAB III
PENUTUP

I. KESIMPULAN
PWS KIA di Puskesmas Bungur memiliki cakupan K1, K4, dan Pn yang rendah dan
akan mengalami perbaikan jika dilaksanakan perencanaan, pergerakan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi dengan baik.

48
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.


Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. 2016. Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Operasional Kesehatan).
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/
05/Panduan-PMT-Balita-dan-Bumil-BOK-4-Jan-2012.pdf. Diakses pada 08 Mei 2017.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Menteri Kesehatan RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 828 tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
http://dinkes.agamkab.go.id/up/download/12072011124009KMK-No.-828-ttg-juknis-
SPM.pdf Diakses pada 08 Mei 2017
Menteri Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 44 tentang Pedoman
Manajemen Puskesmas. http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/PMK_No.44
ttg_Pedoman_ Manajemen_Puskesmas_%20(1).pdf diunduh pada 09-05-2017.

49

Anda mungkin juga menyukai