Anggota:
Maulia Sari Khairunisa 04011181419016
Radhiyatul Husna 04011181419032
Muhammad Arma 04011181419056
M. Farhan Habiburrahman 04011181419066
Eriska Geriana Permatasari Saing 04011181419076
Melpa Yohana Sianipar 04011181419078
Suci Ramadhani 04011181419204
Azora Khairani K. 04011281419082
Masagus M I N A 04011281419124
Erlina Purnamayani 04011281419126
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial skenario C dalam blok 26
Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2017. Di sini
kami membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematik
yang mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan
menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan
ajar dari dosen-dosen pembimbing.
Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
orang tua, tutor dan para anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun materil
dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca demi kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok B2
ii
DAFTAR ISI
BAB II .................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 2
I. SKENARIO ............................................................................................................................. 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis memaparkan
kasus yang diberikan mengenai PWS KIA.
1
BAB II
PEMBAHASAN
I. SKENARIO
Dokter Beny pimpinan puskesmas Bungur yang baru. Pada saat membaca
laporan PWS KIA didapatkan cakupan K1, K4, Pn rendah.
Hari ini, dr. Beny sedang melakukan supervisi di ruang KIA, mendapatkan bidan
puskesmas sedang memeriksa ibu Tini, 41 tahun, mengandung anak ke 5 (lima), datang
ke puskesmas untuk melakukan ANC pertama kali di usia kehamilan 22 minggu.
Kelahiran 4 (empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh dukun sehingga
untuk rencana persalinan anak ke 5 (lima) ini, ibu Tini ingin melakukan hal yang serupa
karena keempat anaknya lahir dengan selamat.
Dari pemeriksaan bidan puskesmas didapatkan data-data sebagai berikut: BB 45kg,
lingkar lengan atas 23 cm, TD 130/80 mmHg, tinggi fundus uteri 20 cm, Taksiran Berat
Janin: 1240 gram, DJJ 140x/menit, Hb Sahli 9 g/dl. Bidan puskesmas melakukan
penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data tersebut pada
kartu pasien.
Dokter Beny selaku pimpinan puskesmas Bungur akan merencanakan lokakarya
mini bulanan untuk membahas PWS KIA, dilanjutkan degan Lokmin Tribulanan. Dokter
Beny akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahnya cakupan PWS KIA
dengan pendekatan Adiministrasi Kesehatan.
2
swasta untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
Persentase jumlah ibu hamil yang melakukan
kunjungan antenatal lengkap minimal 1 kali pada
4. K4
trimester satu, 1 kali pada trimester 2, dan 2 kali pada
trimester tiga.
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapatkan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
5. Pn
memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah
kerja dalam kurun waktu tertentu.
6. Supervisi Pengawasan utama maupun pengontrolan tertinggi.
Pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan
kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu
7. ANC mengahadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar.
Imunisasi tetanus toxoid adalah proses untuk
8. Imunisasi TT
membangun kekebalan terhadap infeksi tetanus.
Salah satu bentuk upaya untuk penggalangan dan
9. Lokakarya Mini pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui
pertemuan.
Administrasi yang diterapkan untuk mencapai tujuan
10. Administrasi Kesehatan terwujudnya keadaan sehat secara fisik, mental dan
sosial.
3
PWS KIA dengan pendekatan Adiministrasi Kesehatan.
4
- Dukungan keluarga yang kurang. Pendekatan yang menyenangkan dari pihak
yang berhadapan dengan ibu kepada pembinaan lingkungan emosi dalam hal
ini mendorong ibu untuk rutin melaksanakan pemeriksaan kehmilannya.
- Peran petugas kesehatan. Suatu proses promosi kesehatan yang menuju
tercapainya tujuan pendidikan, yakni perubahan perilaku. Peran petugas
kesehatan berkaitan dengan kegiatan promosi kesehatan yang sering
dilakukan. Petugas melakukan hal tersebut dengan alat-alat bantu atau alat-
alat peraga pendidikan agar mencapai suatu hasil yang optimal. Peran petugas
kesehatan yang baik dalam memberikan konseling dan penyuluhan kepada
ibu dapat meningkatkan kesadaran ibu mengenai pentingnya melakukan
pemeriksaan kehamilan sejak awal kehamilan 3 bulan pertama, sehingga hasil
tersebut dapat mengubah sikap ibu yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada perilaku ibu dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin.
- Pola pelayanan yang kurang aktif dan kualitas pelayanan antenatal belum
memadai dari pretugas kesehatan
- Fasilitas puskesmas yang kurang memadai
- Transportasi yang sulit
8
yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah yang
menunjukkan kebawah, sedangkan untuk cakupan yang tetap / sama
gambarkan dengan tanda (-).
Berikut ini adalah contoh grafik PWS KIA hasil perhitungan tersebut di
atas.
9
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada pemantauan bulan
Juni 2008 dapat digambarkan dalam matriks seperti dibawah ini.
11
Pencapaian Kn 1 melebihi Pn mengindikasikasikan kinerja yang baik
karena semua bayi yang lahir ditolong tenaga kesehatan telah dicakpup
ditambah bayi yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan, dalam hal ini
bidan telah melaksanakan penelusuran sasaran. Tetapi pelaksanaan Kn 1
masih belum memenuhi standar cakupan imunisasi HB 0 lebih rendah
sehingga perlu ditelusuri kendalanya apakah karena kealpaan bidan atau
karena manajemen logistik.
Drop out Kn lengkap menunjukkan penurunan kinerja bidan,
ditambah lagi cakupan neonatus komplikasi lebih rendah dari Kn lengkap
yang mengindikasikan kualitas pelayanan Kn belum memenuhi standar
manajemen terpadu bayi muda yang dapat mendeteksi tanda bahaya.
Pencapaian kunjungan bayi disamping belum mencapai target, juga menunjukkan
pelayanan kesehatan di desa ini belum berkesinambungan antara KIA, Gizi dan
imunisasi sehingga perlu juga ditelusuri kendalanya kenapa kunjungan bayi
rendah padahal cakupan imunisasi lengkap dan vitamin A sudah baik dimana
sasaran program adalah sama.
12
Lampiran 8 berisi laporan diagnosa dan tindakan pasien terhadap
perempuan dan anak yang mengalami kekerasan.
2. Hari ini, dr. Beny sedang melakukan supervisi di ruang KIA, mendapatkan bidan
puskesmas sedang memeriksa ibu Tini, 41 tahun, mengandung anak ke 5 (lima),
datang ke puskesmas untuk melakukan ANC pertama kali di usia kehamilan 22
minggu. Kelahiran 4 (empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh
dukun sehingga untuk rencana persalinan anak ke 5 (lima) ini, ibu Tini ingin
melakukan hal yang serupa karena keempat anaknya lahir dengan selamat.
a. Berapa kali harusnya dilakukan ANC? Dan apa tujuan dilakukannya ANC?
Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan
ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu
hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi
yang sehat dan berkualitas.
Pelayanan Kesehatan Masa Hamil dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi
hingga sebelum mulainya proses persalinan dan wajib dilakukan melalui
pelayanan antenatal terpadu.
Pelayanan antenatal terpadu merupakan pelayanan kesehatan komprehensif
dan berkualitas yang dilakukan melalui:
1. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi
agar kehamilan berlangsung sehat dan janinnya lahir sehat dan cerdas;
2. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan;
3. Penyiapan persalinan yang bersih dan aman;
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi;
5. Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan;
dan
6. Melibatkan ibu hamil, suami, dan keluarganya dalam menjaga kesehatan dan
gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi
penyulit/komplikasi.
b. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan pada ibu Tini dengan usia kehamilan 22
minggu?
Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum
dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi
umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam
penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
13
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid
(TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di
daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang
dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan
thalasemia.
d. Apa faktor risiko yang dimiliki ibu Tini yang dapat menyulitkan persalinan?
- Multipara (anak sudah 4)
- Usia tua > 35 tahun
- ANC pertama terlambat, sudah masuk pelaksanaan ANC kedua
- Sosial ekonomi yang rendah
e. Apa komplikasi yang akan terjadi bila melakukan persalinan tanpa bantuan tenaga
kesehatan yang berkompetensi di bidangnya?
- Perdarahan post partum (atonia uteri, retensio plasenta)
- Infeksi
- Persalinan macet, partus kasep
- Resiko kematian ibu atau janin lebih tinggi
- Asfiksia neonatorum
- Hipotermia neonatorum
- Tetanus neonatorum
- Infeksi/sepsis neonatorum
- Trauma lahir
- Respiratory Distress
14
3. Dari pemeriksaan bidan puskesmas didapatkan data-data sebagai berikut: BB 45kg,
lingkar lengan atas 23 cm, TD 130/80 mmHg, tinggi fundus uteri 20 cm, Taksiran
Berat Janin: 1240 gram, DJJ 140x/menit, Hb Sahli 9 g/dl. Bidan puskesmas
melakukan penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data
tersebut pada kartu pasien.
a. Apa interpretasi hasil pemeriksaan diatas?
Pemeriksa Kasus Nilai Normal Interpretasi Keterangan
an Fisik
Berat 45 kg Mengalami Kurus Kurang Asupan nutrisi
badan kenaikan 9-
12 kg selama
masa
kehamilan
Tekanan 130-80 Penurunan 10 Risiko pre- Dikatakan hipertensi jika
Darah mmHg mmHg dari eklampsia tekanan darah 140/90
normal cukup tinggi mmHg. Dan pengukuran
sekurang-kurannya
dilakukan 2 kali selang 4
jam
Lingkar 23 cm 23,5 cm Rendah Lingkar Lengan atas
lengan atas digunakan untuk mendeteksi
kurang gizi pada ibu hamil.
Pengukuran lingkar lengan
atas memberikan gambaran
tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak
bawah kulit yang mudah
berubah oleh keadaan
kurang gizi secara kronis.
Jika ukuran LILA kurang
dari 23,5 maka ibu tersebut
dapat digolongkan dalam
kategori Kurang Energi
Kronik (KEK). Jika ibu
hamil mengalami KEK
maka akan meningkatkan
resiko bayi lahir dengan
berat badan rendah,
pendarahan, keguguran, dan
bahkan kematian
Tinggi 20 cm Dibawah Normal -
Fundus umbilikus (20
Uteri cm)
DJJ 124 120- Normal -
x/min 160x/min
Taksiran 1240 gr 1240 gr Normal TBJ = (TFU-n) x 155
Berat n : 11 Masuk PAP
Janin n: 12 belum masuk PAP
= (20-12) x 155
= 1240 gr
Hb Sahli 9 gr/dl >11 mmHg Rendah Anemia
15
b. Apa risiko terhadap kehamilan dan persalinan yang dimiliki ibu Tini serta
anaknya berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang?
Anemia pada ibu hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir
rendah (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita anemia
berat. Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan oksigen pada
plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemiapada masa intranatal
dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan
masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat
terjadi pada neonatus : prematur, skor apgar rendah, gawat janin. Adapun bahaya
pada masa kehamilan reimester 2 dan 3 akibat anemia adalah dapat menyebabkan
terjadinya prematuritas, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena
infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mehta, 2006).
Ibu hamil dengan KEK juga akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
c. Apa tujuan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil? Berapa kali harus dilakukan?
Tujuan Imunisasi TT:
1. Memberikan kekebalan pasif kepada ibu hamil terhadap tetanus, karena
vaksinasi selama hamil juga ikut membantu bayinya menghindari tetanus
selama beberapa minggu setelah lahir.
2. Mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu saat hamil, bersalin, dan nifas
3. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonaturum misalnya akibat infeksi tali
pusat pada proses persalinan
Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mempunyai kontraindikasi
dalam pemberiannya. Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada ibu
dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya (contoh:
kejang, koma, demam >40C, nyeri/bengkak ekstensif di lokasi bekas suntikan).
Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat dapat diimunisasi segera setelah sembuh.
Selalu sedia KIPI Kit (ADS 1ml, epinefrin 1:1000 dan infus set (NaCl 0.9% jarum
infus, jarum suntik 23 G)
Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului
dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status) imunisasi tetanus
toksoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT
tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval
minimal antar dosis TT.
Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui,
berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai tabel berikut. jangan lupa
untuk ingatkan ibu untuk melengkapi imunisasinya hingga TT5 sesuai jadwal
(tidak perlu menunggu sampai kehamilan berikutnya).
16
Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi.
Pemberian dosis booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah vaksinasi yang
pernah diterima sebelumnya seperti pada tabel berikut:
d. Apa saja jenis data yang akan diambil pada saat pemeriksaan?
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah :
1. Data sasaran. Data sasaran diperoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi,membuat peta
wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan,rumah serta setiap waktu
memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya ibu yang
hamil,neonatus dan anak balita.
Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi
yang melakukan pendataan ibu hamil,bersalin,nifas,bayi baru lahir,bayi dan
anak balita dimana sasaran tersebut dibenarkan buku KIA dan bagi ibu hamil
dipasang stiker P4K didepan rumahnya.selain itu data sasaran juga dapat
diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang berasal dari lintas program
dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
2. Data pelayanan. Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA
didalam kartu ibu, kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita,
kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan
melakukan pelayanan.pencatatan tersebut diperlukan untuk memantau secara
intensif dan terus manerus kondisi dan permasalahan yang dutemukan pada
para ibu,bayi dan anak di desa/kelurahan tersebut,antara lain:
- Nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya pada jadwal
yang seharusnya,
- Imunisasi yang belum diterima para bayi
- Penimbangan anak dll
17
Selain hal tersebut bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan yang
berasal dari lintas program dan fasilatas pelayanan lain yang ada di wilayah
kerjanya.
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA didalam kartu ibu,
kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA.
18
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak
usia 6-59 bulan dan bagi ibu hamil dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai
pengganti makanan utama sehari-hari. PMT dimaksud berbasis bahan makanan
lokal dengan menu khas daerah yang disesuaikan dengan kondisi setempat.
Mulai tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI menyediakan anggaran untuk
kegiatan PMT Pemulihan bagi balita gizi kurang dan ibu hamil KEK melalui dana
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Dengan adanya dana BOK di setiap
puskesmas, kegiatan penyelenggaraan PMT Pemulihan diharapkan dapat
didukung oleh pimpinan puskesmas dan jajarannya. Untuk memperoleh
pemahaman yang sama dalam melaksanakan kegiatan dimaksud, maka disusun
Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita
Gizi Kurang Dan Ibu Hamil KEK.
Prinsip
1. PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal
dan tidak diberikan dalam bentuk uang.
2. PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi
oleh balita dan ibu hamil sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti
makanan utama.
3. PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita dan ibu
hamil sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi
antar ibu dari balita sasaran.
4. PMT pemulihan merupakan kegiatan di luar gedung puskesmas dengan
pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dapat diintegrasikan dengan
kegiatan lintas program dan sektor terkait lainnya.
5. PMT Pemulihan dibiayai dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
Selain itu PMT pemulihan dapat dibiayai dari bantuan lainnya seperti
partisipasi masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah Daerah.
Komponen Pembiayaan
Dana BOK kegiatan PMT Pemulihan dapat digunakan untuk pembelian bahan
makanan dan atau makanan lokal termasuk bahan bakar guna menyiapkan PMT
pada saat memasak bersama. Transport petugas puskesmas dan atau kader dalam
rangka penyelenggaraan PMT Pemulihan dapat menggunakan dana operasional
posyandu.
Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan
1. Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau
makanan lokal. Jika bahan makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan
pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan,
label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan,
2. Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi
balita dan ibu hamil sasaran.
3. PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi kebutuhan
gizi balita dan ibu hamil sasaran.
4. Makanan tambahan balita dan ibu hamil sasaran diutamakan berupa sumber
protein hewani maupun nabati (misalnya ikan/telur/daging/ayam, kacang-
kacangan dan hasil olahannya seperti tempe dan tahu ) serta sumber vitamin
19
dan mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan
setempat.
5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.
6. Makanan tambahan pemulihan untuk balita berbasis makanan lokal ada 2 jenis
yaitu berupa:
a. MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)
b. Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan berupa
makanan keluarga.
7. Makanan tambahan pemulihan untuk ibu hamil berbasis makanan lokal dapat
diberikan berupa makanan keluarga atau makanan kudapan lainnya.
- Lokakarya mini tribulanan lintas sektor: lokakarya mini tribulanan lintas sektor
pertama & rutin.
21
Setelah melaksanakan penggalangan/peningkatan kerja sama lintas sektoral,
sebagai tindak lanjut semangat kerja sama dalam Tim yang telah ditimbulkan
dalam lingkungan sektor-sektor yang bersangkutan, perlu dipelihara dengan
baik. Di samping itu keberhasilan pembangunan kesehatan sangat memerlukan
dukungan lintas sektor.
Dimana kegiatan masing-masing sektor perlu dikoordinasikan sehingga dapat
diperoleh hasil yang optimal. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan
pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan lokakarya mini yang
diselenggarakan setiap tribulan disebut dengan Lokakarya Mini Tribulanan.
Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama merupakan Lokakarya penggalangan
Tim diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian. Pengorganisasian
dilaksanakan untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang terkait
dengan kesehatan.
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan
pelaksana setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program
kerja dan wilayah kerja kecamatan dilakukan pembagian habis kepada seluruh
sektor terkait, dengan mempertimbangkan kewenangan dan bidang yang
dimilikinya.
Sebagaimana lokakarya bulanan Puskesmas maka lokakarya tribulanan lintas
sektoral merupakan tindak lanjut dari lokakarya penggalangan Kerja sama
Lintas Sektoral yang telah dilakukan dan selanjutnya dilakukan tiap tribulan
secara tetap. Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu
sektor terkait di kecamatan.
22
2. Analisis beban kerja tiap petugas.
3. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggung jawab daerah binaan.
4. Penyusunan rencana kegiatan (plan of action/POA) puskesmas tahunan
berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan puskesmas (RPK).
Proses lokakarya mini bulanan rutin :
1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan PWS.
2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan
terhadap standar pelayanan.
3. Merumuskan alternatif pemecahan masalah.
Hasil lokakarya mini bulanan yang pertama :
1. Rencana kegiatan puskesmas tahunan.
2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai dengan POA, dalam
kasus ini peningkatan cakupan KIA.
3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
Hasil lokakarya mini bulanan rutin :
1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan dalam kasus ini peningkatan
cakupan KIA.
2. Rencana kerja bulan yang baru.
23
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas adalah sebagai berikut :
Masukan
1. Laporan hasil kegiatan bulan lalu
2. Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota
3. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
Proses
1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan mempergunakan
PWS
2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan
3. Merurnuskan alternatif pemecahan masalah
Keluaran
1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
2. Rencana kerja bulan yang baru
24
2. Rencana kegiatan masing-masing sektor
25
c. Meningkatkan motivasi petugas Puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK)
d. Mengkaji pelaksanaan rencana kerja (RPK) yang telah disusun, memecahkan
masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana
kerja yang baru
Lintas Sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pertemuan
dilaksanakan untuk:
a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina dan
mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahkan masalah yang terjadi serta
menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerjasama.
V. LEARNING ISSUE
1. PWS KIA
A. Definisi
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir,
bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan balita.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilans. Oleh
karena itu, pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan
melaksanakan PWS KIA.
Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan
pihak instansi terkait untuk tindak lanjut.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus menerus di
setiap wilayah kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
28
b. Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara
teratur (bulanan) dan terus menerus
c. Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA
d. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target
yang ditetapkan
e. Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani
secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan
f. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia dan yang potensial untuk digunakan
g. Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan
mobilisasi sumber daya
h. Meningkatkan peran serta dari kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA
C. Prinsip Pengelolaan Program KIA
1. Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien
2. Pelayanan antenatal
3. Pertolongan persalinan
4. Pelayanan kesehatan ibu nifas
5. Pelayanan kesehatan neonatus
6. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat
7. Penanganan komplikasi kebidanan
8. Pelayanan neonatus dengan komplikasi
9. Pelayanan kesehatan bayi
10. Pelayanan kesehatan anak balita
11. Pelayanan KB berkualitas
D. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi
indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA. Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1
tahun dengan prinsip konsep wilayah.
1. Cakupan pelayanan antenatal (K1). Merupakan cakupan ibu hamil yang
pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan
untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program
dalam menggerakkan masyarakat. Rumus yang dipakai untuk
perhitungannya adalah:
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan
rumus: 1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk.
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
29
kabupaten/kuta yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik
(BPS) di kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka
dapat digunakan angka terakhir CDR propinsi.
2. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4). Merupakan cakupan ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit
empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada
trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan
pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Rumus yang
dipakai untuk perhitungannya adalah:
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu bersalin dengan menggunakan
rumus: 1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk.
4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3). Merupakan
cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6
jam - 3 hari, 8 - 14 hari dan 36 - 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui
cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
30
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN1). Merupakan cakupan
neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6-48 jam setelah
lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini
dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
31
9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus. Cakupan neonatus dengan
komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada
setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada
masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang
ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati. Indikator ini menunjukkan
kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani kasus-kasus
kegawatdaruratan neonatal, yang kernudian ditindak lanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang Iebih tinggi.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan
MTBS. Merupakan cakupan anak balita (umur 12 - 59 bulan) yang berobat
ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
(MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
32
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang
ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit
yang mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan
pelaporan MTBS.
13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate). Merupakan
cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan
jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang
masih aktif memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
E. Penyajian Data. Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi,
informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS
KIA dapat digunakan untuk memecahkan masalah teknis dan non teknis.
Pelaksanaan PWS KIA akan lebih bermakna bila ditindaklanjuti dengan upaya
perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi manajemen program,
penggerakan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di
tingkat puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan
puskesmas dan desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS
KIA di tingkat propinsi dapat digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang
rawan.
F. Pengumpulan Data. Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan
pokok dari PWS KIA. Data yang dicatat per desa/kelurahan dan kemudian
dikumpulkan di tingkat puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi.
Data yang diperlukan dalam PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan.
Proses pengumpulan data sasaran sebagai berikut:
1. Jenis data. Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA
adalah
Data sasaran :
Jumlah seluruh ibu hamil
Jumlah seluruh ibu bersalin
Jumlah ibu nifas
Jumlah seluruh bayi
Jumlah seluruh anak balita
33
Jumlah seluruh PUS
Data pelayanan :
Jumlah K1
Jumlah K4
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 6
48 jam
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap (KN
lengkap)
Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan faktor risiko/komplikasi
yang dideteksi oleh masyarakat
Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
Jumlah bayi 29 hari 12 bulan yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sedikitnya 4 kali
Jumlah anak balita (12 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sedikitnya 8 kali
Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
Jumlah peserta KB aktif
2. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang
dihitung berdasarkan rumus yang diuraikan dalam BAB III.
Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi
dan kader melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah
kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
Register kohort ibu
Register kohort bayi
Register kohort anak balita
Register kohort KB
2. Lokakarya Mini
A. Pengertian Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya mini puskesmas adalah salah satu bentuk upaya untuk penggalangan
dan pemantauan berbagai kegiatan puskesmas melalui pertemuan (Depkes RI,
2006).
B. Ruang Lingkup Lokakarya Mini Puskesmas
Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu :
1. Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Pertemuan bertujuan untuk :
34
a. Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
b. Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c. Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).
d. Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan
masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk
rencana kerja yang baru.
2. Lintas sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Pertemuan dilaksanakan untuk :
a. Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina
dan mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b. Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yang terjadi
serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama
(Depkes RI, 2006).
C. Klasifikasi Lokakarya Mini Puskesmas
Lokakarya mini puskesmas secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni
lokakarya mini bulanan puskesmas dan lokakarya mini tribulanan puskesmas.
1. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas
Merupakan pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara
membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil
kegiatannya dan membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan
targetnya serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
a. Tujuan
Tujuan umum : terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas.
Tujuan khusus:
- Diketahuinya hasil kegiatan puskemas bulan lalu
- Disampaikanya hasil rapat dari kabupaten/kota, kecamatan dan berbagai
kebijakan serta program
- Diketahuinya hambatan / masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan
lalu
- Dirumuskannya cara pemecahan masalah
- Disusunnya rencana kerja bulan baru.
b. Tahapan kegiatan
Lokakarya mini bulanan puskesmas diselenggarakan dalam 2 (dua) tahap
yaitu:
1. Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan yang pertama adalah sebagai
berikut :
Masukan
1. Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok tentang
peran, tanggungjawab staf dan kewenangan Puskesmas.
35
2. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
berkaitan dengan Puskesmas.
3. Informasi tentang tatacara penyusunan rencana kegiatan (Plan
Of Action = POA) Puskesmas.
Proses
1. Inventarisasi kegiatan Puskesmas termasuk
2. kegiatan lapangan/ daerah binaan.
3. Analisis beban kerja tiap petugas.
4. Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab
daerah binaan.
5. Penyusunan rencana kegiatan (Plan Of Action = POA)
Puskesmas tahunan berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan Puskesmas (RPK).
Keluaran
1. Rencana kegiatan (Plan Of Action POA) Puskesmas tahunan.
2. Kesepakatan bersama untuk pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan POA.
3. Matriks pembagian tugas dan daerah binaan.
2. Lokakarya Mini Bulanan Rutin
Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas adalah sebagai
berikut :
Masukan
1. Laporan hasil kegiatan bulan lalu
2. Informasi tentang hasil rapat di Kabupaten/Kota
3. Informasi tentang hasil rapat di Kecamatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
Proses
1. Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan
mempergunakan PWS
2. Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan
kepatuhan terhadap standar pelayanan
3. Merurnuskan alternatif pemecahan masalah
Keluaran
1. Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
2. Rencana kerja bulan yang baru
Penyelenggaraan Lokakarya Mini Bulanan
Pengarah : Kepala Puskesmas
Peserta: Seluruh petugas Puskesmas, termasuk petugas Puskesmas
Pembantu dan Bidan di Desa.
Waktu: Waktu pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan disesuaikan
dengan kondisi dan situasi Puskesmas serta kesepakatan dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Misalnya pada awal bulan atau
hari Sabtu minggu pertama atau hari lain yang dianggap tepat.
Demikian hal nya dengan waktu penyelenggaraan diatur oleh
Puskesmas, misalnya penyelenggaraan pada jam 10.00 15.00.
36
Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa Lokakarya Mini Bulanan
dilaksanakan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas, tanpa
mengganggu aktivitas pelayanan serta dapat tercapai tujuan.
Acara: Pada dasarnya susunan acara Lokakarya Mini Bulanan
bersifat dinamis, dapat disusun sesuai dengan kebutuhan,
ketersediaan waktu dan kondisi Puskesmas setempat. Sebagai contoh
susunan acara Lokakarya Mini adalah sebagai berikut:
Lokakarya Mini Bulanan Yang pertama disebut juga dengan
Lokakarya Penggalangan Tim
1. Pembukaan
2. Dinamika kelompok
3. Pengenalan program baru
4. POA Puskesmas
5. Analisa beban kerja petugas
6. Pembagian tugas dan desa binaan
7. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru
Lokakarya Mini Bulanan Rutin
1. Pembukaan
2. Dinamika Kelompok; menumbuhkan motivasi
3. Pengenalan program baru
4. Inventarisasi kegiatan bulan !arta
5. Analisa pemecahan masalah dan pemecahan
6. Penyusunan kegiatan bulan yang akan datang
7. Pembagian tugas bulan yang akan datang
8. Kesepakatan untuk melaksanakan rencana kerja baru
Tempat : Diupayakan agar Lokakarya Mini dapat diselenggarakan di
Puskesmas, apabila tidak memungkinkan dapat menggunakan tempat
lain yang Iokasinya berdekatan dengan Puskesmas. Ruang yang
dipakai hendaknya cukup untuk menampung semua peserta.
Persiapan : Sebelum pertemuan diadakan, perlu persiapan yang
meliputi :
1. Pemberitahuan hari, tanggal dan jam.
2. Pengaturan tempat, sebaiknya seperti huruf U.
3. Papan tulis, spidol dan kertas lembar balik.
4. Rencana Kerja Harian bulan lalu.
5. Membuat visualisasi hasil pelaksanaan kegiatan bulan lalu
dibandingkan dengan target bulanan per Desa, antara lain
menggunakan PINS.
6. Buku catatan/notulen Rapat Dinas Kesehatan dan Rapat Lintas
Sektor/Kecamatan.
7. Materi Pelajaran dan slat peraga yang digunakan.
8. Formulir Rencana Kerja Bulanan secukupnya
37
Merupakan pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan
lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan.
a. Tujuan
Tujuan umum: Terselenggaranya lokakarya tribulan lintas sektoral dalam
rangka mengkaji hasil kegiatan lintas sektoral dan tersusunya rencana
kerja tribulan berikutnya.
Tujuan khusus :
- Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan
hambatan yang dihadapi.
- Dirumuskannya mekanisme/rencanakerjalintas sektoral yang baru untuk
tribuan yang akan datang.
b. Tahapan kegiatan lokakarya mini tribulan lintas sektoral
Lokakarya mini tribulan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :
1. Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama
Pelaksanaan lokakarya mini tribulanan adalah sebagai berikut:
- Masukan
1. Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok
2. Informasi tentang program lintas sektor
3. Informasi tentang program kesehatan
4. Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
- Proses
1. Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor
2. Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor
3. Pembagian peran dan tugas masing-masing sektor
- Keluaran
1. Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung
program kesehatan.
2. Rencana kegiatan masing-masing sektor
40
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap
apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan
pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
1. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
2. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
3. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu
hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.
4. Administrasi Kesehatan
Administrasi kesehatan masyarakat yaitu kegiatan yang dilakukan secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
4. Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat
dicapai atau tidak.
41
maka dalam mebicarakan administrasi kesehatan tidak boleh pula melepaskan diri dari
konsep ilmu kesehatan masyarakat
1. Masukan
Yang dimaksud dengan masukan (input), dalam administrasi adalah
segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan
administrasi. Masukan ini dikenal pula dapat melaksanakan pekerjaan
administrasi (tools of administration). Masukan dan/atau perangkat
administrasi tersebut banyak macamnya.
Koontz dan Donnels membedakan masukan dan/atau perangkat
administrasi atas empat macam, yakni manusia (man), modal (capital),
manajerial (managerial) dan teknologi (technology).( Azwar Azrul,1993)
Pembagian lain yang banyak dikenal dimasyarakat ialah yang disebut
sebagai 4M, yakni manusia,(man), uang(money), sarana (material), dan
metode (methodh) untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan serta 6M,
yakni manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (metodh),
pasar (market) serta mesin (machianery) untuk organisasi yang mencari
keuntungan.
2. Proses
Yang dimaksud dengan proses (process) dalam administrasi adalah
langkah-langkah yang harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses
ini dikenal dengan nama fungsi administrasi (function of administration).
Pada umumnya proses dan ataupun fungsi administrasi ini merupakan
tanggung jawab pimpinan.( Azwar Azrul,1993)
Pada saat ini dengan makin berkembangnya ilmu administrasi, maka
pembagian fungsi administrasi makin banyak pula. Berbagai pembagian
tersebut, meskipun bervariasi, namun jika dikaji secara mendalam pada
dasarnya tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti.( Azwar Azrul,1993)
Dalam praktek sehari-hari untuk memudahkan pelaksanaannya, berbagai
fungsi administrasi ini sering disederhanakan menjadi 4 macam saja, yaitu :
Perencanaan (planning) yang didalamnya termasuk penyusun anggaran
belanja.
Pengorganisasian (organizing) yang didalamnya termasuk penyusunan
staf.
Pelaksanaan (implementing) yang didalamnya termasuk pengarahan,
pengkoordinasian,bimbingan, penggerakan dan pengawasan. Penilaian
(evaluation) yang didalamnya termasuk penyusunan laporan. (Azwar
Azwar,1993)
3. Keluaran
42
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah hasil dari suatu
pekerjaan administrasi. Untuk administrasi kesehatan, keluaran tersebut
dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health service). Pada saat ini
pelayanan kesehatan tersebut banyak macamnya, secara umum dapat
dibedakan atas 2 macam.
1) Pelayanan kedokteran (medical sevices)
2) Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services).
4. Sasaran
Yang dimaksud dengan sasaran (target group) adalah kepada siapa
keluaran yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan. Untuk
administrasi kesehatan sasaran yang dimaksudkan disini dibedakan atas 4
macam, yakni perseorangan, keluarga , kelompok dan masyarakat. Dapat
bersifat sasaran langsung (direct target group) atau pun bersifat sasaran tidak
langsung (indirect group target). ( Azwar Azrul,1993)
5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak adalah akibat yang ditimbulakn oleh
keluaran, untuk administrasi kesehatan, dampak yang diharapkan adalah
makin meningkatnya derjat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini
hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan dan tuntutan perseorangan,
keluarga dan kelompok dan/atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan
kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat terpenuhi. Kebutuhan dan
tuntutan ini adalah sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan
kesehatan (health consumer).
Kebutuhan Kesehatan
Kebutuhan kesehatan pada dasarnya bersifat objektif dan karena itu
untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat upaya untuk memenuhinya bersifat
mutlak. Sebagai sesuatu yang bersifat objektif, maka munculnya
kebutuhan kesehatan sangat ditentukan oleh masalah kesehatan nyata
yang ditemukan dimasyarakat. Jika diketahui bahwa munculnya suatu
penyakit sebagaimana dikemukakan oleh Gordon dan LE Richt 1950
sangat ditentukann oleh faktor utama, yakni: pejamu (host), penyebab
penyakit (agent) serta lingkungan (environment), maka dalam upaya
menemukan kebutuhan kesehatan, perhatian haruslah ditujukan kepada
ketiga faktor tersebut. (Azwar Azrul,1993)
Tuntutan Kesehatan
Berbeda halnya dengan kebutuhan, tuntutan kesehatan (health demande)
pada dasarnya bersifat subjektif oleh karena itu pemenuhan tuntutan
kasehatan tersebut hanya bersifat fakultatif, dengan perkataan ini
terpenuhi atau tidaknya tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok, dan ataupun masyarakat tidak terlalu menetukan tercapai atau
tidaknya kehendak untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena
tuntutan kesehatan bersifat subjektif, maka munculnya tuntutan
kesehatan tersebut dipengariuhi oleh faktor-faltor bersifat sujektif pula.(
Azwar Azrul,1993)
43
b. Ruang Lingkup Administrasi Kesehatan
Jika dikaji secara mendalam batasan administrasi kesehatan sebagaiman yang
telah dirumuskan oleh Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika
Serikat tahun 1974, segera terlihat bahwa ruang lingkup administrasi kesehatan
mencakup bidang yang amat luas yang jika disederhanakan dapat dibagi menjadi
dua macam, yakni:
Kegiatan Administrasi
Telah disebutkan bahwa melaksanakan semua fungsi administrasi sama
artinya dengan melaksanakan semua fungsi administrasi dengan pengertian
seperti ini menjadi jelas bahwa kegiatan utama yang dilakukan pada
aministrasi itu sendiri mulai dari fungsi perncanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan sampai dengan fungsi pengawasan (Terry).
Karena kegiatan utama administrasi adalah melaksanakan semua fungsi
administrasi maka jelas pula bahwa melaksanakan pekerjaan tata usaha.
Pekerjaan administrasi bukan sekedar mengetik, mengagenda dan ataupun
menyimpan arsip surat menyurat (office work) yang merupakan pekerjaan
pokok seorang usaha.( Azwar Azrul,1993)
Objek dan Subjek Administrasi
Telah disebutkan bahwa objek dan subjek administrasi kesehatan adalah
sistem kesehatan yang berarti dapat menyelenggarakan administrasi
kesehatan perlu dipahami dahulu apa yang dimaksud dengan sistem
kesehatan. Pengertian tentang sistem kesehatan banyak macamnya,
menjabarkan batasan sebagaiman yang dirumuskan oleh WHO (1984), yang
dimaksud dengan sistem kesehatan tidak lain adalah suatu kumpulan dari
berbagai faktor yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat pada
suatu Negara dan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, serta masyarakat pada setiap
saat yang dibutuhkan.
Sistem kesehatan itu sendiri mencakup hal yang amat luas sekali. Jika
disederhanankan dapat dibedakan atas dua subsistem, pertama subsistem
pelayanan kesehatan, kedua subsistem pembiayaan kesehatan. Untuk dapat
terselenggaranya upaya kesehatan yang baik, kedua subsistem ini perlu ditata
dengan sebaik-baiknya.( Azwar Azrul,1993)
45
VI. SINTESIS
46
VII. KERANGKA KONSEP
47
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
PWS KIA di Puskesmas Bungur memiliki cakupan K1, K4, dan Pn yang rendah dan
akan mengalami perbaikan jika dilaksanakan perencanaan, pergerakan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi dengan baik.
48
DAFTAR PUSTAKA
49