SKENARIO A BLOK 26
Kelompok: A3
Tutor:
Muhammad Aldo Giansyah 04011381419144
Essy Avida Tholibiyah 04011381419158
Annisa Istiqomah 04011381419159
Rurie Awalia Suhardi 04011381419165
Alberth Teddy Kasmarandi 04011381419169
Fadhila Khairunnisa 04011381419171
Nadia Mutiara 04011381419181
M. Rifqi Ulwan Hamidin 04011381419183
Marini Rachma Ghaisani 04011381419184
Muhammad Andika Ginting 04011381419187
N.P Ayu Oka Shinta 04011381419188
Liaw Yin Jin 04011381419223
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya
lah kami dapat meyusun laporan tutorial ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas Tutorial Blok 26 Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2017. Laporan ini membahas kasus berdasarkan
sistematika klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan
menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan
ajar dari dosen-dosen pembimbing.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua, tutor Agita Diora Fitri,
S.Kom, M.KKK dan anggota kelompok yang telah mendukung baik moril maupun materil
dalam pembuatan laporan ini.
Kami mengakui dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi
kesempurnaan laporan kami di kesempatan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Kelompok A3
2
DAFTAR ISI
3
I. Skenario C Blok 26
Dokter Beny pimpinan puskesmas bungur yang baru. Pada saat membaca laporan PWS
KIA didapatkan cakupan k1, k4, pn rendah.
Hari ini dr. Beny sedang melakukan supervisi di ruang kia, mendapatkan bidan
puskesmas sedang memeriksa ibu tini, 41 tahun mengandung anak ke 5 datang ke puskesmas
untuk melakukan anc pertama kali pada kehamilan 22 minggu. Kelahiran 4 anak sebelumnya
dilakukan di rumah, dibantu oleh dukun sehingga untuk persalinan anak ke 5 ini, Ibu Tini
ingin melakukan hal yang serupa karena keempat anaknya lahir dengan selamat .
Dari pemeriksaan bidan puskesmas didapatkan data-data sebagai berikut: BB 45 kg,
lingkar lengan atas 23 cm. TD 130/80 mmHg. Tinggi fundus uteri 20 cm, taksiran berat janin:
1240 gr, DJJ 140x/menit, Hb sahli 9 gr/dL. Bidan puskesmas melakukan penyuntikan
imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data tersebut pada kartu pasien.
Dokter Beny selaku pemimpin puskesmas “Bungur” akan merencanakan lokakarya mini
bulanan untuk membahas PWS KIA, dilanjutkan dengan Lokmin Tribulanan. Dokter Beny
akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahnya cakupan PWS KIA, dengan
pendekatan Administrasi Kesehatan.
4
II. Klarifikasi istilah
1. Pws kia: alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat
2. K1: pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai standard untuk pertama
kalinya pada 3 bulan
3. K4: kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapag layanan anc
sesuai standard
4. PN Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yg
mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki
kompetensi kebidanan di suatu wilayah kerja dlm kurun waktu tertentu.
5. Lokakarya mini: pertemuan antara para ahli atau pakar untuk membahas masalah
praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan dalam bidang keahliannya.
6. Administrasi kesehatan: suatu proses yang menyangkut perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasaan dan penilaian terhadap sumber tata
cara dan kesanggupanyangtersedia untuk memenuhi kbutuhan dan tuntutan
terhadap kesehatan perawatan kedokteran serta lingkungan yg sehat sbg upaya
kshtn yg ditujukan kpd perseorangan keluarga kelompok dan masyarakat
7. Hb sahli: hemometer, menentukan kadar hb dlm darah berdasarkan satuan warna
8. Imunisasi TT ; imunisasi tetanus toksoid adalah proses untuk membangun
kekebalan sbg upaya pencegahan trhdp infeksi tetanus dan toksoid
5
III. Identifikasi Masalah
1. Dokter beny pimpinan puskesmas bungur yang baru. Pada saat membaca laporan
PWS KIA didapatkan cakupan k1, k4, pn rendah. (***)
2. Dokter Beny selaku pemimpin puskesmas bungur akan merencanakan lokakarya mini
bulanan untuk membahas PWS KIA, dilanjutkan dengan Lokmin Tribulanan. Dokter
Beny akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahnya cakupan PWS
KIA, dengan pendekatan Administrasi Kesehatan. (**)
3. Hari ini dr beny sedang melakukan supervisi di ruang kia, mendapatkan bidan
puskesmas sedang memeriksa ibu tini, 41 tahun mengandung anak ke 5 datang ke
puskesmas untuk melakukan anc pertama kali pada kehamilan 22 minggu. Kelahiran
4 anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh dukun sehingga untuk
persalinan anak ke 5 ini, ibu tini ingin melakukan hal yang serupa karena keempat
anaknya lahir dengan selamat .
4. Dari pemeriksaan bidan puskesmas didapatkan data-data sebagai berikut: BB 45 kg,
lingkar lengan atas 23 cm. TD 130/80 mmHg. Tinggi fundus uteri 20 cm, taksiran
berat janin: 1240 gr, DJJ 140x/menit, Hb sahli 9 gr/dL. Bidan puskesmas melakukan
penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data tersebut
pada kartu pasien. (*)
X= Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Y= Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun.
Y= 1,10 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk.
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota
yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota. Bila
angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR propinsi.
CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan
Kesehatan 2007–2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Cakupan K4
𝐗
= x 100
𝐘
Cakupan Pn
𝐗
= x 100
𝐘
9
g. Bagaimana cara meningkatkan cakupan K1, K4, Pn rendah?
Jawab:
Standar Pelayanan Minimal K1: 90%
Standar Pelayanan Minimal K4: 85%
Standar Pelayanan Minimal Pn: 90%
Untuk meningkatkan cakupan K1, K4, dan Pn yang rendah dapat dilakukan edukasi atau
promosi kesehatan kepada ibu hamil. Promosi kesehatan dapat berupa penyuluhan atau kelas
bagi ibu hamil, dimana bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu
mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru
lahir, mitos, penyakit menular, dll.
2. Hari ini dr Beny sedang melakukan supervisi di ruang kia, mendapatkan bidan
puskesmas sedang memeriksa ibu tini, 41 tahun mengandung anak ke 5 datang ke
puskesmas untuk melakukan anc pertama kali pada kehamilan 22 minggu. Kelahiran 4
anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh dukun sehingga untuk persalinan
anak ke 5 ini, ibu tini ingin melakukan hal yang serupa karena keempat anaknya lahir
dengan selamat .
Dari pemeriksaan bidan puskesmas didapatkan data-data sebagai berikut: BB
45 kg, lingkar lengan atas 23 cm. TD 130/80 mmHg. Tinggi fundus uteri 20 cm, taksiran
berat janin: 1240 gr, DJJ 140x/menit, Hb sahli 9 gr/dL. Bidan puskesmas melakukan
penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data tersebut
pada kartu pasien.
Bila <23,5 cm menunjukkan bahwa ibu hamil menderita KEK dan beresiko
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
10
TD 130/80 mmHg Normal.
Tekanan darah yang normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi dalam kehamilan.
Bila denyut jantung janin kurang dari 120x/menit atau lebih dari 160x/menit
11
menunjukkan ada tanda Gawat janin, segera rujuk.
12
c. Bagaimana pelaksanaan anc yang baik dan benar? (kapan dan apa saja yang harus
dilakukan)
Jawab:
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium
rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila
diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein
urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan
atau kelompok berisiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia. Dengan demikian maka secara operasional,
pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi
standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali
selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai
berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan kepada
ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi. Tenaga
13
kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah :
dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat
d. Bagaimana tindakan preventif dan promotif yang dapat diberikan kepada Ibu Tini?
Jawab:
Lakukan edukasi atau promosi kesehatan pada Ibu Tini. Dapat diwujudkan dengan cara
penyuluhan kesehatan, kelas bagi ibu hamil, pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat, dll. Edukasi atau promosi kesehatan yang dilakukan pada Ibu Tini bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular,
dll. Edukasi Ibu Tini bahwa kehamilannya beresiko sehingga akan lebih baik jika persalinan
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Lakukan juga konseling gizi, pemberian tablet
Fe, imunisasi TT, PHBS, serta jadwalkan kunjungan ANC Ibu Tini yang selanjutnya.
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di
Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.
14
Pemeberian Vaksin TT pada ibu yang sudah pernah imunisasi (DPT/TT/Td)
Sumber: Kementerian Kesehatan RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.
15
h. Siapa saja yang dapat melakukan supervisi KIA?
Jawab:
Supervisi yang terarah dan berkelanjutan merupakan sistem pembinaan yang efektif bagi
pelembagaan PWS. Pelaksana supervisi KIA adalah tenaga kesehatan yang berkompeten,
yaitu dokter spesialis, dokter, bidan, dan perawat.
16
kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas kesehatan
ataupun melalui kunjungan rumah.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.
Ibu Hamil K1 K4 Pn
17
c. Apakah tindakan dr Beny dengan melakukan Lokakarya Mini sudah tepat?
Jawab:
Salah satu upaya pelembagaan PWS-KIA adalah dengan pemanfaatan pertemuan lintas
program, dimana dilakukan penyajian PWS-KIA pada pertemuan teknis bulanan di tingkat
puskesmas (lokakarya mini) dan kabupaten/kota (pertemuan bulanan dinas kesehatan
kabupaten/kota), untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai, identifikasi masalah,
merencanakan perbaikan serta menyusun rencana operasional periode berikutnya. Maka dari
itu, dalam rangka membahas mengenai PWS-KIA pada Puskesmas Bungur memang perlu
dilakukan lokakarya mini (tindakan dr. Benny sudah tepat).
18
f. Bagaimana langkah-langkah melakukan lokakarya mini?
Jawab:
Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :
1. Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama
Lokakarya Mini Tribulan yang Pertama merupakan Lokakarya penggalangan Tim
diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian. Pengorganisasian dilaksanakan untuk dapat
terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan.
b. Proses
Inventarisasi peran bantu masing-masing sector
Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sector
Pembagian peran dan tugas masing-masing sector
c. Keluaran
Kesepakatan tertulis lintas sektor terkait dalam mendukung program kesehatan.
Rencana kegiatan masing-masing sektor
19
2. Lokakarya Mini Tribulanan Rutin
Penyelenggaraan dilakukan oleh Camat dan Puskesmas dibantu sektor terkait di kecamatan.
Lokakarya tribulanan lintas sektoral dilaksanakan sebagai berikut:
a. Masukan
b. Proses
c. Keluaran
Kesepakatan bersama
20
g. Bagaimana cara pendekatan administrasi kesehatan untuk meningkatkan PWS KIA?
Jawab:
Masukan (Input) Segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan
administrasi. Dikenal pula dengan nama perangkat admistrasi (tools of administration).
Masukan atau input dalam kasus ini yaitu cakupan K1, K4, dan Pn rendah.
Proses Adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pada umumnya proses ataupun fungsi administrasi merupakan tanggung jawab
pimpinan. Proses dalam kasus ini adalah upaya untuk memperbaiki atau meningkatkan
cakupan K1, K4, dan Pn.
Keluaran (Output-Outcome) Hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Untuk
administrasi kesehatan, keluarannya berupa pelayanan kesehatan. Secara umum pelayanan
kesehatan terbagi 2, yaitu pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Sasaran (Target) Yaitu kepada siapa keluaran yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan
tersebut ditujukan. Untuk administrasi kesehatan, sasaran dibedakan atas 4 macam yaitu
perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dapat bersifat langsung (direct target
group) atau sasaran tidak langsung (indirect target group).
Dampak Akibat yang ditimbulkan oleh keluaran. Dampak yang diharapkan adalah
makin meningkatnya derajat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini hanya akan
dapat dicapai apabila kebutuhan dan tuntutan (perseorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat) terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat
terpenuhi. Kebutuhan dan tuntutan ini adalah sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai
jasa pelayanan kesehatan.
V. Hipotesis
Dr Beny merencanakan lokakarya mini bulanan dan dilanjutkan dengan Lokmin
Tribulanan dikarenakan adanya cakupan K1, K4, dan Pn rendah pada Puskesmas
Bungur dengan cara pendekatan Administrasi Kesehatan.
21
untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus,
agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud
meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Kegiatan PWS KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
serta penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait untuk
tindak lanjut.
Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi Surveilens.
Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis berkesinambungan, mulai dari
kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data yang untuk
selanjutnya dijadikan landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan
evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, pelaksanaan surveilens
dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan melaksanakan PWS KIA.
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat advokasi, informasi dan komunikasi
kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan
penggerakan sasaran. Dengan demikian PWS KIA dapat digunakan untuk memecahkan
masalah teknis dan non teknis. Pelaksanaan PWS KIA akan lebih bermakna bila
ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi
manajemen program, penggerakan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Hasil analisis PWS KIA di tingkat
puskesmas dan kabupaten/kota dapat digunakan untuk menentukan puskesmas dan
desa/kelurahan yang rawan. Demikian pula hasil analisis PWS KIA di tingkat propinsi dapat
digunakan untuk menentukan kabupaten/kota yang rawan.
B. Tujuan
Tujuan dari PWS KIA terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Tujuan umum : Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus-menerus di
setiap wilayah kerja.
2. Tujuan Khusus :
a) Memantau pelayanan KIA secara Individu melalui Kohort
b) Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator KIA secara teratur
(bulanan) dan terus menerus.
c) Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar pelayanan KIA.
d) Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA terhadap target yang
ditetapkan.
22
e) Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara
intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.
f) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan
yang potensial untuk digunakan.
g) Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi
sumber daya.
h) Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan KIA.
C. Prinsip Pengelolaan Program KIA
Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu
pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar
D. Indikator Pemantauan
1. Akses Pelayana Antenatal (Cakupan K1 )
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga
23
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini
digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program
dalam menggerakkan masyarakat. Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi, dihitung
berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di
kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan
angka terakhir CBR propinsi.
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun
waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar. Rumus yang digunakan
24
sebagai berikut :
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan menggunakan rumus :
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam s/d hari ke-3
(KF1), hari ke-4 s/d hari ke-28 (KF2) dan hari ke-29 s/d hari ke-42 (KF3) setelah
bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan serta untuk
menjaring KB Pasca Persalinan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu nifas, Keluarga Berencana di samping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 - 48 jam
setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini
dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal. Rumus yang
dipergunakan adalah sebagai berikut:
25
Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan jumlah perkiraan
(angka proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga
kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari
ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan
indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh
kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu
hamil, bersalin, nifas itu sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan
keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas. Rumus yang dipergunakan :
26
8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif
adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan
setiap kasus komplikasi kebidanan. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen
program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada
ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi. Rumus yang dipergunakan :
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir
pada setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa
neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa
melihat hasilnya hidup atau mati.
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1
kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur
27
6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum
of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi. Rumus yang dipergunakan adalah
sebagai berikut :
Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai
standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun. Rumus yang
digunakan adalah :
12. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang dilayani dengan MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Rumus yang digunakan adalah :
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan
alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai
28
alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau
yang mengakhiri kesuburan. Rumus yang digunakan adalah :
29
• Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan faktor risiko/komplikasi yang
dideteksi oleh masyarakat
• Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
• Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
• Jumlah bayi 29 hari 12 bulan yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sedikitnya 4 kali
• Jumlah anak balita (12 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sedikitnya 8 kali
• Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar
• Jumlah peserta KB aktif
2. Sumber Data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang dihitung
berdasarkan rumus yang diuraikan di atas. Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa
bersama dukun bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan pencatatan
sasaran di wilayah kerjanya. Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
• Register kohort ibu
• Register kohort bayi
• Register kohort anak balita
• Register kohort KB
b. Pencatatan Data
1. Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di desa/kelurahan.
Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan dukun bersalin/bayi,
membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup denah jalan, rumah serta setiap
waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang adanya ibu yang hamil,
neonatus dan anak balita.
Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi
yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak
balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang
stiker P4K di depan rumahnya. Selain itu data sasaran juga dapat diperoleh dengan
mengumpulkan data sasaran yang berasal dari lintas program dan fasilitas
pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
30
2. Data Pelayanan
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di dalam kartu ibu,
kohort Ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA.
Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan
tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus kondisi dan
permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan anak di desa/kelurahan
tersebut, antara lain nama dan alamat ibu yang tidak datang memeriksakan dirinya
pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang belum diterima para ibu,
penimbangan anak dan lain –lain. Selain hal tersebut bidan di desa juga
mengumpulkan data pelayanan yang berasal dari lintas program dan fasilitas
pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
31
c. Pengolahan Data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort dan
dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas
menerima laporan bulanan tersebut dari semua BdD dan mengolahnya menjadi laporan
dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per
desa/kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA
yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator.
Langkah pengolahan data adalah : Pembersihan data, Validasi dan
Pengelompokan.
32
1. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir
yang tersedia.
2. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
3. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : Narasi, Tabulasi, Grafik dan
Peta
1. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah kerja,
misalnya dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi terkait.
2. Tabulasi : dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk lampiran.
3. Grafik : dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan keadaan antar
waktu, antar tempat dan pelayanan. Sebagian besar hasil PWS disajikan dalam
bentuk grafik.
4. Peta: dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan gambaran
geografis..
Puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk mengolah data KIA maka data
dari kartu-kartu pelayanan bidan di desa/kelurahan, dimasukkan ke dalam komputer
sehingga proses pengolahan data oleh bidan di desa/kelurahan dan bidan koordinator
Puskesmas akan terbantu dan lebih cepat.
34
VIII. Kesimpulan
Puskesmas sibuk, telah menjalankan surveillance pada penyakit yang berpotensi KLB
berupa Gastroentritis dilihat dari adanya asosiasi yang positif dengan kerecek dan
daging menggunakan study design analitik berupa cross sectional study; serta wabah
berupa DBD dilihat dari ABJ yang rendah menggunakan study design analitik berupa
cohort study.
35
IX. Daftar Pustaka
3. Kementerian Kesehatan RI Buku Kesehatan Ibu dan Anak. (Cetakan 2016). Buku
Kesehatan Ibu Dan Anak Jakarta: Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International
Cooperation Agency).
5. Kementerian Kesehatan RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar Dan Rujukan.
36