Anda di halaman 1dari 28

Referat

HEMOROID

Disusun Oleh:
Ikrima Kamillah, S.Ked.
71 2017 023

Pembimbing:
dr. Fahriza Utama, Sp.B., FINACS., FICS,

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Referat yang Berjudul:


Hemoroid

Oleh
Ikrima Kamillah, S.Ked
71 2017 023

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Bedah Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang periode
November-Desember 2019.

Palembang, Desember 2019


Pembimbing,

Dr. Fahriza Utama, Sp.B., FINACS, FICS

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Semesta Alam, Allah SWT, atas nikmat dan
karunia-Nya. Sholawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan selama pengerjaan
Laporan kasus, yang berjudul “Hemoroid” ini kepada Dr. Fahriza Utama, Sp.B.,
FINACS, FICS dan terakhir, bagi semua pihak yang terlibat, baik secara langsung
maupun tidak langsung, rela maupun tidak rela, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu, penulis haturkan terima kasih atas bantuannya hingga referat ini dapat
terselesaikan. Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan imbalan setimpal
dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa didalam laporan kasus ini masih banyak
kekurangan baik dalam penulisan maupun isi laporan kasus. Karena itu, Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya laporan kasus
ini. Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Anatomi Rektum........................................................................................ 3
2.2. Definisi ...................................................................................................... 6
2.3. Klasikasi .................................................................................................... 7
2.4. Patofisiologi ............................................................................................... 9
2.5. Faktor Risiko ............................................................................................ 10
2.6. Manifestasi Klinis....................................................................................... 11
2.7. Pemeriksaan .............................................................................................. 11
2.8. Diagnosis Banding ..................................................................................... 12
2.9. Komplikasi .................................................................................................. 13
2.10. Tatalaksana ................................................................................................ 13
2.11 Prognosis .................................................................................................. 22

BAB III. KESIMPULAN .................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 24

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemorrhoid berasal dari kata haemorrhoides (Yunani) yang berarti aliran
darah (haem = darah, rhoos = aliran) jadi dapat diartikan sebagai darah yang
mengalir keluar. Hemoroid adalah pembengkakan submukosa pada lubang
anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang
melebar. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan
aliran balik vena hemoroidalis.1,2
Data menunjukkan bahwa sepuluh juta orang di Indonesia dilaporkan
menderita hemoroid. Hemoroid dapat mengenai segala usia, bahkan kadang-
kadang dapat dijumpai pada anak kecil. Kejadian hemoroid cenderung
meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang, dimana usia
puncaknya adalah 45-65 tahun. Sekitar setengah dari orang-orang yang
berumur 50 tahun pernah mengalami hemoroid. Hal tersebut terjadi karena
orang lanjut usia sering mengalami konstipasi, sehingga terjadi penekanan
berlebihan pada pleksus hemoroidalis karena proses mengejan.3,4
Walaupun hemoroid tidak mengancam keselamatan jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang tidak nyaman. Gejala yang dirasakan, yaitu rasa
gatal, terbakar, pendarahan, dan terasa sakit. Hanya apabila hemoroid
menyebabkan keluhan atau penyulit, maka dilakukan tindakan.
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang
memegang peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi
menahun, kehamilan, dan obesitas.1 Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu
hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises
vena hemoroidalis superior. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises
vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid
interna timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid eksterna timbul
di sebelah luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik vena hemoroidalis.5

1
Untuk melakukan penegakan diagnosis hemoroid diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, danpemeriksaan konfirmasi yang teliti serta perlu dievaluasi
dengan seksama agar dapat dicapai pendekatan terapeutik yang sesuai.6

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Rectum

Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula


mengikuti cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian
membelok kebelakang pada ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar
panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan
berakhir jadi anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang
dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang
peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura
perinealis berjalan ektraperitoneal. Haustra ( kantong ) dan tenia ( pita ) tidak
terdapat pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya berkesinambungan.
Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak
meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang
air besar. Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap
ke dalam lumen rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara
keduanya terdapat satu lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan
kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui kontraksi serabut – serabut
otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut otot
longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit
tipis yang sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang
bergabung dengan kulit bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir
kanalis analis dan mempunyai epidermis berpigmen yang bertanduk rambut
dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.
Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi
ectoderm, sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal
anus dan rektum ini, maka pendarahan, persarafan, serta aliran vena dan limfe
berbeda, demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa
glanduler usus, sedangkan kanalis analis oleh endoderm yang merupakan

3
lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Daerah batas rektum dan kanalis
analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.
Mukosa paruh atas canalis ani berasal dari ektoderm usus belakang (hind
gut). Gambaran anatomi yang penting adalah : 7
1. Dibatasi oleh epitel selapis thoraks.
2. Mempuyai lipatan vertikal yang dinamakan collum analis yang
dihubungkan satu sama lain pada ujung bawahnya oleh plica semilunaris
yang dinamakan valvula analis (sisa membran proctedeum.
3. Persarafannya sama seperti mukosa rectum dan berasal dari saraf otonom
pleksus hypogastricus. Mukosanya hanya peka terhadap regangan.
4. Arteri yang memasok adalah arteri yang memasok usus belakang, yaitu
arteri rectalis superior, suatu cabang dari arteri mesenterica inferior. Aliran
darah vena terutama oleh vena rectalis superior, suatu cabang v.
Mesenterica inerior.
5. Aliran cairan limfe terutama ke atas sepanjang arteri rectalis superior
menuju nodi lympatici para rectalis dan akhirnya ke nodi lympatici
mesenterica inferior.

Mukosa paruh bawah canalis ani berasal dari ektoderm proctodeum dengan
struktur sebagai berikut :
1. Dibatasi oleh epitel berlapis gepeng yang lambat laun bergabung pada anus
dengan epidermis perianal.
2. Tidak mempunyai collum analis
3. Persarafan berasal dari saraf somatis n. rectalis inferior sehingga peka
terhadap nyeri, suhu, raba, dan tekan.
4. Arteri yang memasok adalah a. rectalis inferior, suatu cabang a. pudenda
interna. Aliran vena oleh v. rectalis inferior, muara dari v. pudenda interna,
yang mengalirkan darah vena ke v. iliaca interna.
5. Aliran cairan limfe ke bawah menuju nodi lympatici inguinalis superficialis
medialis.

4
Gambar 2.1 Anatomi anus

Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada
daerah ini, 6 – 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis
melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh
dan tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung
bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan
transversal. Alur – alur diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong
dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah
kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal,
cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di bawah
mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna.8

Gambar. 2.2 Skema Penampang Memanjang Anus

5
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna
adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis
mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan
bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah.
Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ),
kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil
terdapat di antara ketiga letak primer tesebut.8,9

Gambar. 2.3

Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus


hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di
dalam jaringan di bawah epitel anus.9
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara
longgar dan merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena
hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid
eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum
dan lipat paha ke vena iliaka.8,9

2.2 Definisi

Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di


daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Pelebaran dan inflamasi
ini menyebabkan pembengkakan submukosa pada lubang anus. Dalam
masyarakat umum hemoroid lebih dikenal dengan wasir.

6
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan kelainan patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan
keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan.8

2.3 Klasifikasi

Hemoroid dibedakan hemoroid interna dan eksterna:8


1. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah pelebaran pleksus v.hemoroidalis superior
diatas garis mukokutan (linea dentata) dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler didalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada posisi
primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang
lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
2. Hemoroid eksterna
Pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di bawah
linea dentata dan ditutupi oleh epitel gepeng.

Gambar 2.4 Hemoroid Interna dan Hemoroid Eksterna

7
Secara klinis, hemoroid interna dibagi atas 4 derajat:
1. Hemoroid interna derajat I. Merupakan hemoroid stadium awal. Hemoroid
hanya berupa benjolan kecil didalam kanalis anal pada saat vena-vena
mengalami distensi ketika defekasi.
2. Hemoroid interna derajat II. Hemoroid berupa benjolan yang lebih besar,
yang tidak hanya menonjol ke dalam kanalis anal, tapi juga turun kearah
lubang anus. Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi
secara spontan masuk kembali kedalam kanalis anal bila proses defekasi
telah selesai.
3. Hemoroid interna derajat III. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk
kembali secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah
dikembalikan dengan tangan ke dalam anus.
4. Hemoroid interna derajat IV. Hemoroid yang telah berlangsung sangat
lama dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat
dikembalikan dengan baik ke dalam kanalis anal.

Tabel 1. Pembagian derajat hemoroid interna


Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Menonjol Reposisi
I (+) (-) (-)
II (+) (+) Spontan
III (+) (+) Manual
IV (+) Tetap Tidak dapat

Gambar 2.5 Stadium hemoroid

8
Sedangkan hemoroid eksterna merupakan pelebaran pleksus
hemoroidalis inferior, terletak di sebelah bawah linea dentata, pada bagian
yang dilapisi oleh kulit. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan
kronik.
1. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan
pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Bentuk ini sering
sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri.

2. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin tag, berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit
pembuluh darah.

2.4 Patofisiologi

Kebiasaan mengedan lama dan berlangsung kronik merupakan salah satu


risiko untuk terjadinya hemorrhoid. Peninggian tekanan saluran anus sewaktu
beristirahat akan menurunkan venous return sehingga vena membesar dan
merusak jar. ikat penunjang Kejadian hemorrhoid diduga berhubungan dengan
faktor endokrin dan usia.
Hubungan terjadinya hemorrhoid dengan seringnya seseorang
mengalami konstipasi, feses yang keras, multipara, riwayat hipertensi dan
kondisi yang menyebabkan vena-vena dilatasi hubungannya dengan kejadian
hemmorhoid masih belum jelas hubungannya.
Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis
superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak
pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat paien dalam posisi
litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid interna diduga
kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota
keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling
bergantung pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah
vena paling besar pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini
jaringan ikat longgar submukosa sedikit memberi penyokong pada dinding

9
vena. Selanjutnya aliran balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot
dinding rectum selama defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan
mengedan yang lama merupakan faktor predisposisi. Hemoroid kehamilan
sering terjadi akibat penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid.
Hipertensi portal akibat sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid.
Kemungkinan kanker rectum juga menghambat vena rectalis superior.
Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis
(hemorroidalis) inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus.
Hemorroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemorroid interna
yang sudah ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptura cabang-
cabang v. rectalis inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya
bekuan darah kecil pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil
berwarna biru ini dinamakan hematoma perianal.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan
secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari
rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah
ke v. hemoroid superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid
eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum
dan lipat paha ke daerah v. Iliaka

2.5 Faktor Risiko


Beberapa faktor risiko terjadinya hemoroid yaitu sebagai berikut :
 Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
 Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan
tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
 Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis.
 Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus
mengangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
 Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan
intra abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun
dan sering mengejan pada waktu defekasi.

10
 Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus
oleh karena ada sekresi hormone relaksin.
 Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita sirosis hepatis.10

2.6 Manifestasi Klinis

Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada


hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat
jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul
pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis.8
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna
akibat trauma oleh faeces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar
dan tidak tercampur dengan faeces, dapat hanya berupa garis pada faeces atau
kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai
air toilet menjadi merah. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan
akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal,
penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan
setelah defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu
didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.8
Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami
prolaps menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan
terdapatnya faeces pada pakaian dalam merupakn ciri hemoroid yang
mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa
gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban
yang terus menerus dan rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila
terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.8

2.7 Pemeriksaan
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras,
yamg membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien
sering duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi
peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini

11
dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal.
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis.
Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel
penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.8
 Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya
tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid
sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada
perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektumm9
 Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam
posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam
anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan8
 Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang
menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar.8

2.8 Diagnosis Banding

Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna


yang juga terjadi pada
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel

12
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan
kolonoskopi perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala
penderita. Prolaps rektum juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat
hemoroid interna.8

2.9 Komplikasi

Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang
dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga
sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah
karena adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan
sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.

2.10 Tatalaksana
 Terapi non bedah

A. Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet


Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua
dapat ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan.
Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-
buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak,
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan
berlebihan.

13
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang
bermakna kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang
mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali
secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal untuk
mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga
dapat meringankan nyeri.8

B. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,
misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa
dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan
menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis
mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila penyuntikan
dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk
dalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang
disuntikan.Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan
merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak
tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolapse. 8

C. Ligasi dengan gelang karet


Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani
dengan ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa
di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung
ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat
di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya
diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam
jarak waktu 2 – 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya
garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan
cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan

14
infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah 7 – 10 hari.9

D. Krioterapi / bedah beku


Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada
sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan
yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin
diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini.
Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik.
Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada
karsinoma rektum yang ireponibel.8

E. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )


Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid
tidak mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan
hemoroid mengempis dan akhirnya nekrosis.

F. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah


Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang
dinamakanphotocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi
nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada
hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.

G. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari
baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.

H. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar


Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu
menimbulkan nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan

15
sebagai penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi.
Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi
dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul
kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami
perdarahan.

 Terapi bedah

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun


dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat
dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh
dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat
IV yang mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera
dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi
yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi
sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan
rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis
akibat prolapsus mukosa.8
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
( menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat
pemotong) dan bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).

 Bedah konvensional

Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :


1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik
ini dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis
massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan
diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal

16
terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan
melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu
incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar
pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan
yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi
mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit
dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus
ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada
satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika
mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu
sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0.
Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya
mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder
yang biasa menimbulkan stenosis.9

 Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan
konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser
memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan
darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.

17
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut
terpatri. Di anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post
operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut
syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf
menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka.
Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan
diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6
minggu, luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat
jalan.10

 Bedah Stapler

Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse


Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai
diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama
Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia
sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai
dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter, terdiri dari lingkaran
di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di
saluran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar.
Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut
menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini
mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis
mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya
semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat
BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.

18
`[1] [2] [3]

[4] [5] [6]


Internal/External Hemorrhoids [1] Dilator [2Purse String [3]Closing PPH [4]
Mucosa Pull [5] Staples [6]

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat


yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus.
Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan
sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian
atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut.
Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan
memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong
jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan
hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan
hemoroid mengempis dengan sendirinya.10

19
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak
mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena
tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar
20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit
semakin singkat.
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
- Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.
- Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik
dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
- Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
- PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

 Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis

Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi


merupakan trombosis vena oroid eksterna ang terletak subkutan di daerah
kanalis analis.
Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya
ketika mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena
lebar yang menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis.
Kelainan yang nyeri sekali ini dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada
hubungan dengan ada/tidaknya hemoroid interna Kadang terdapat lebih dari
satu trombus.
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis
analis yang nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari
beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan
itu dapat unilobular, dan dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan.
Ruptur dapat terjadi pada dinding vena, meskipun biasanya tidak lengkap,

20
sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitiia menutupi darah yang
membeku.
Pada awal timbulnya trombosis, erasa sangat nyeri, kemudian nyeri
berkurang dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya
udem akut. Ruptur spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi
spontan dapat pula terjadi tanpa terapi setelah dua sampai empat hari.8

 Terapi
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan
larutan hangat, salep yang mengandung analgesik untuk mengurangi nyeri atau
gesekan pada waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat
membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik
dengan cara segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap
secara hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah dikeluarkan,
kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan
pembentukan kembali trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang pada saat
tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka berada di
daerah yang kaya akan darah.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam
hal ini terapi konservatif merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi
hemoroid ekstern yang mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena
kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang tidak dapat direposisi
Dilatasi anus merupakan salah satu pengobatan pada hemoroid
interna yang besar, prolaps, berwarna biru dan sering berdarah atau yang biasa
disebut hemoroid strangulasi. Pada pasien hemoroid hampir selalu terjadi
karena kenaikan tonus sfingter dan cincin otot sehingga menutup di belakang
massa hemoroid menyebabkan strangulasi. Dilatasi dapat mengatasi sebagian
besar pasien hemoroid strangulasi, akan terjadi regresi sehingga setidak-
tidaknya akan terjadi penyembuhan sementara. Dilatasi tidak boleh dilakukan
jika sfingter relaksasi ( jarang pada strangulasi), karena bisa menyebabkan
inkontinensia flatus atau tinja atau kedua-duanya yang mungkin menetap.

21
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral
kiri atau posisi litotomi. Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas
sehingga dapat dilalui 6–8 jari. Sangat penting sekali bahwa untuk prosedur ini
diperlukan waktu yang cukup agar tidak merobekkan jaringan. Satu menit
untuk sebesar satu jari sudah cukup ( berarti dibutuhkan waktu 6-8 menit),
terutama jika kanalis agak kaku. Selama prosedur tersebut, sfingter anus dapat
terasa memberikan jalan. Namun karena metode dilatasi menurut Lord ini
kadang disertai penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.8

2.11 Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat
menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih
dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil
yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi
dengan makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala
hemoroid. 8

22
BAB III
KESIMPULAN

Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena


hemorrhoidalis interna. Hemorrhoid dibagi atas hemorrhoid interna bila
pembengkakan vena pada pleksus hemorrhoidalis interna, hemorrhoid eksterna
apabila terjadi pembengkakan di pleksus hemorrhoidalis ekterna. Hemorrhoid
interna jika varises yang terletak pada submukosa terjadi proksimal terhadap
otot sphincter anus. Letaknya distal dari linea pectinea dan diliputi oleh kulit
biasa di dalam jaringan di bawah epitel anus, yang berupa benjolan karena
dilatasi vena hemorrhoidalis. Faktor risiko hemorrhoid, yaitu; keturunan,
anatomic, pekerjaan, umur, endokrin, mekanis, fisiologis, dan radang. Gejala
klinis hemorrhoid, yaitu; darah di anus, prolaps, perasaan tidak nyaman pada
anus (mungkin pruritus anus), pengeluaran lendir, anemia sekunder (mungkin),
tampak kelainan khas pada inspeksi, gambaran khas pada anoskopi, atau
rektoskopi. Terapi hemorrhoid derajat I dan II terapi yang diberikan berupa
terapi lokal dan himbauan tentang perubahan pola makan. Dianjurkan untuk
banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang banyak mengandung air.
derajat III dan IV, terapi yang dipilih adalah terapi bedah yaitu dengan
hemoroidektomi. Terapi ini bisa juga dilakukan untuk pasien yang sering
mengalami perdarahan berulang, sehingga dapat sebabkan anemia, ataupun
untuk pasien yang sudah mengalami keluhan-keluhan tersebut bertahun-tahun.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan cukup
sayuran, dan buahbuahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Haemorrhoids, www.hcd2.bupa.co.uk/ fact_sheet/html/haemorrhoids.html

2. Grace PA, Borley NR. At A Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2007. Hal 114-5.
3. Nugroho S. Hubungan aktivitas fisik dan konstipasi dengan derajat
hemoroid diURJbedah RSUD dr. Soegiri Lamongan. Surya. 2014. 2(18):
41-50.
4. Mubarak H. Karakteristik Penderita Hemoroid Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di RSUP H. Adam Malik tahun 2008-2009 [Karya Tulis Ilmiah].
Medan: Universitas Sumatera Utara. 2010.
5. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep
Klinis Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal: 467
6. Djumhana. Patogenesis Diagnosis dan Pengelolaan Medik Hemorroid.
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin.
Bandung: Fakultas Kedokteran Unpad.2010.
7. Nelson, Heidi MD., Roger R. Dozois, MD., Anus, in Sabiston Text Book
of Surgery, Saunders Company, Phyladelphia 2010
8. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2010 Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah, Ed.3, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal: 788– 792
9. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi
Hardjasudarma ( alih bahasa ), 2008, Berwarna dan teks anatomi Manusia
Alat – Alat Dalam,Hal: 232
10. Linchan W.M,2004,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56
– 59

24

Anda mungkin juga menyukai