SKENARIO C BLOK 26
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan berkat-Nya penyusun bisa
menyelesaikan tugas laporan tutorial ini dengan baik tanpa aral yang memberatkan.
Laporan ini disusun sebagai bentuk dari pemenuhan tugas laporan tutorial skenario C
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, khususnya pada Blok Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Terima kasih tak lupa pula kami sampaikan kepada dr. Dalilah, M.Kes yang
telah membimbing dalam proses tutorial ini, beserta pihak-pihak lain yang terlibat, baik
dalam memberikan saran, arahan, dan dukungan materil maupun inmateril dalam penyusunan
tugas laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik yang membangun sangat kami harapkan sebagai bahan pembelajaran yang baru bagi
penyusun dan perbaikan di masa yang akan datang.
Penyusun
Kelompok Tutorial A2
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 3
I.1. Latar Belakang.............................................................................. 3
I.2. Maksud dan Tujuan...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 4
SKENARIO C............................................................................ 4
II.1. Klarifikasi Istilah.......................................................................... 4
II.2. Identifikasi Masalah..................................................................... 6
II.3. Analisis Masalah.......................................................................... 7
II.4. Sintesis Masalah.......................................................................... 44
II.4.1. Administrasi Kesehatan ................................................... 44
II.4.2. PWS KIA......................................................................... 55
II.4.3. Puskesmas & Perencanaan Tingkat Puskesmas.................. 81
II.5. Kerangka Konsep........................................................................ 91
BAB III PENUTUP............................................................................................. 92
III.1. KESIMPULAN.............................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 92
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
SKENARIO C BLOK 26
Dokter Beny pimpinan Puskesmas Bungur yang baru. Pada saat membaca laporan
PWS KIA, didapatkan cakupan K1, K4, Pn rendah.
Hari ini, dr. Beny sedang melakukan supervisis di ruang KIA, mendapatkan Bidan
Puskesmas sedang memeriksa Ibu Tini, 41 tahun, mengandung anak ke 5 (lima), datang ke
Puskesmas untuk melakukan ANC pertama kali di usia kehamilan 22 minggu. Kelahiran 4
(empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh dukun sehingga untuk rencana
persalinan anak ke 5 (lima) ini, Ibu Tini ingin melakukan hal yang serupa karena keempat
anaknya lahir dengan selamat.
Dari pemeriksaan Bidan Puskesma didapatkan data-data sebagai beriku: BB 45kg,
lingkar lengan atas 23 cm, TD 130/80mmHg, tinggi fundus uteri 20cm, taksiran berat janin;
1240gr, DJJ140 x/menit, Hb sahli 9 gr/dL. Bidan Puskesmas melakukan penyuntikan
imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data tersebut pada kartu pasien.
Dokter Beny selaku pimpinan Puskesmas Bungur akan merencanakan Lokakarya
Mini bulanan untuk membahas PWS KIA, dilanjutkan dengan Lokmin Tribulanan. Dokter
Beny akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahnya Cakupan PWS KIA
dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.
I. Klarifikasi Istilah
No Istilah Definisi
5
pasien dalam manajemen data pasien di
rumah sakit, klinik, puskesmas atau tempat
berobat lainnya bertujuan mempercepat dan
mempermudh pelayanan pendaftaran
instansi/lembaga tersebut
1. Pada laporan PWS KIA Puskesmas Bungur, didapatkan cakupan K1, K4 dan Pn
rendah.
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
7
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator
yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA. Sasaran
yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip
konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk
kabupaten memakai sasaran kabupaten).
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini
digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat.
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1
kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun
waktu tertentu.
8
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh
tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam 3 hari, 8
14 hari dan 36 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga
kali yaitu 1 kali pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 hari ke 7 dan 1 kali pada hari
ke 8 hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal.
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh
kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu
9
hamil, bersalin, nifas itu sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan
keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas.
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif
adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan
setiap kasus komplikasi kebidanan.
Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian
tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1
kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang
ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1
kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3 5 bulan, dan satu kali pada
umur 6 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah
10
kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas,
continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.
Adalah cakupan anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai
standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan
alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif
memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat
dalam melakukan deteksi ibu hamil yang beresiko dalam satu wilayah
RUMUS:
Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh
program KIA dan harus ditindak lanjuti dengan intervensi secara intensif
RUMUS:
12
dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal
RUMUS:
Keenam indikator ini merupakan indikator yang digunakan oleh para pengelola
program KIA, sehingga disesuaikan dengan kebutuhan program. Karena itu disebut
indikator pemantauan teknik
Cakupan Kl di bawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun
waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah,
yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya
K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.
Sedangkan K4 yaitu Kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga.
Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun
waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai .
Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani
risiko tinggi obstetrik.
2. Hari ini, dr. Beny sedang melakukan supervisis di ruang KIA, mendapatkan Bidan
Puskesmas sedang memeriksa Ibu Tini, 41 tahun, mengandung anak ke 5 (lima),
datang ke Puskesmas untuk melakukan ANC pertama kali di usia kehamilan 22
13
minggu. Kelahiran 4 (empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh
dukun sehingga untuk rencana persalinan anak ke 5 (lima) ini, Ibu Tini ingin
melakukan hal yang serupa karena keempat anaknya lahir dengan selamat.
c. Dua kali kunjungan pada trimester ketiga (antara 28-36 sesudah minggu ke 36)
Menurut Manuaba (2010 : 114) jadwal antenatal Care adalah sebagai berikut:
a. Trimester I dan II
3) Pemeriksaan ultrasonografi
b. Trimester III
4) Pemeriksaan ultrasonografi
5) Imunisasi tetanus II
7) Rencana pengobatan
o Kesterilan kurang
15
pembagian peran masing-masing dalam bermitra. Prinsipnya adalah kepentingan
ibu bersalin menjadi perhatian utama dalam kemitraan yang dibangun.
Dari langkah ini diharapkan muncul komitmen pemerintah untuk hadir pada
pertemuan pembentukan kesepakatan antara bidan dan dukun bayi, komitmen
untuk mendukung melalui program dan anggaran daerah, serta komitmen untuk
mendorong pembentukan regulasi yang menjamin keberlangsungan kemitraan tersebut.
Meski telah dibangun kesepakatan dan kesepahaman antara peran dan tugas bidan
dan dukun bayi dalam kemitraan serta telah didukung komitmen informal atas
nama pemerintah daerah, hal tersebut juga perlu didukung dengan dengan pembentukan
regulasi daerah Peran para pihak dan konsekuensi pembiayaan perlu dituangkan dalam regulasi
daerah agar dapat dijamin oleh program dan angggaran
pemerintah daerah. Proses pembentukan regulasi daerah dapat berupa peraturan
kepala daerah ataupun peraturan daerah. Regulasi ini selain dapat memberikan
jaminan ketersediaan dana dalam mendukung kemitraan juga mendorong
pemenuhan ketersediaan dan distribusi bidan yang lebih merata di desa-desa terpencil
sebagai syarat terbentuknya kemitraan.
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah pemantuan dan evaluasi
yang dilakukan sercara terus menerus (bekesinambungan). Kegiatan memantau dan menilai untuk
melihat apakah semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan.
Dalam pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun bayi dibutuhkan sarana dan
prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan
kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian pelayanan
oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah: Puskesmas, Pustu, Poskesdes,
Polindes, Rumah Tunggu Kelahiran, Posyandu, yang dilengkapi listrik dan air bersih.
Sedangkan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang kemitraan, diantaranya:
mobiler: tempat tidur lengkap, lemari, meja, kursi, kain tirai; alat kesehatan(alkes): Bidan k
it, dopler, sungkup/amubag, tabung oksigen, tiang infus, incubator, timbangan bayi, balita dan
timbangan ibu hamil, alat pengukur panjang badan bayi; buku pegangan bidan, dukun bayi dan
alat tulis; baju seragam dukun bayi (dimaksudkan untuk memberi rasa bangga dan sebagai
pengakuan atas status
dan peranan mereka di masyarakat), peralatan P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan); media penyuluhan: lembar balik penyuluhan, film tentang KIA, brosur, poster,
dan lain-lain.
Secara administratif, dukun bayi juga menyusun laporan kegiatan yang dicatat
dalam buku laporan dukun bayi. Buku laporan tersebut disesuaikan dengan
kebijakan puskesmas dan kemudahan pembuatan oleh dukun bayi. Pembuatan
laporan dapat dilakukan bersama-sama antara kader posyandu dan dukun bayi
sehingga kader dapat membantu dukun bayi yang mengalami kesulitan dalam pembuatan
laporan.
9. Pembiayaan
17
Sumber pembiayaan kemitraan dukun dan bidan berasal dari APBD (melalui
dinas kesehatan dan puskesmas), dana BOK (Bantuan Operasional Khusus)
puskesmas, dana jaminan persalinan (jampersal), sumber dana dari pihak ketiga, ataupun
dana dari swadaya masyarakat desa. Dana-dana tersebut dipergunakan untuk membiayai:
pendataan kesehatan ibu dan anak; pertemuan-pertemuan koordinasi di
tingkat kabupaten/kota; pelatihan-pelatihan bagi bidan dan dukun bayi, pemberian transport
bagi dukun bayi setiap kali mengantarkan ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilan di fasilitas kesehatan, insentif untuk dukun bayi untuk setiap persalinanyang dir
ujuk ke bidan; pelatihan-pelatihan berkala bagi bidan, dukun bayi, penyediaan sarana dan
prasarana pendukung kemitraan; penyusunan regulasi daerah tentang kemitraan bidan, dukun bayi
pembiayaan lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah.
18
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberi penyuluhan dan memotivasi ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini secara teratur.
b. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikit 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk apakah
perkembangan berlangsung normal.
c. Palpasi abdomen
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
d. Pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan
semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f. Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ketiga, untuk mempersiapkan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan
aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat
darurat.
K1 / kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya
terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. K1 dibedakan menjadi 2 yaitu K1 murni
(kunjungan pertama kali dilakukan pada waktu trimester satu kehamilan ) dan K1 akses (
kunjungan pertama kali diluar trimester satu selama masa kehamilan, dilakukan di
trimester II maupun di trimester III). Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada
perawatan antenatal adalah sebagai berikut:
Pada kunjungan pertama adalah kesempatan untuk mengenali faktor risiko ibu dan janin.
Ibu diberitahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat persalinan, juga perawatan bayi
dan menyusui. Informasi yang diberikan sebagai berikut :
a. Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal. Kebersihan pribadi khususnya
daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan
sekret vagina.
b. Pemilihan makan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi.
c. Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan.
d. Wanita perokok atau peminum harus menghentikan kebiasaannya.
Cakupan K1 dibawah 90% (dibanding jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu
tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin
disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukan
bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.
20
d. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/ luar wilayah kerjanya sebagai
tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap serta
persalinan normal.
e. Mampu menyelenggarakan UKM dengan standar.
f. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas non
PONED ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi
umum mengingat waktu paling lama untuk mengatasi perdarahan 2 jam dan jarak
tempuh Puskesmas mampu PONED ke RS minimal 2 jam
21
4) Dukungan Bappeda dan Biro Keuangan Pemda dalam pengintegrasian
perencanaan pembiayaan Puskesmas mampu PONED dalam sistem yang
berlaku.
5) Dukungan Badan Kepegawaian Daerah dalam kesinambungan keberadaan tim
PONED di Puskesmas
6) Dukungan politis dari Pemerintah daerah dalam bentuk regulasi (Perbup,
Perwali atau SK Bupati / Walikota) dalam mempersiapkan sumber daya dan
atau dana operasional, untuk berfungsinya Puskesmas mampu PONED secara
efektif dan efisien.
i. Seluruh petugas Puskesmas mampu PONED melakukan pelayanan dengan nilai-
nilai budaya: kepuasan pelanggan adalah kepuasan petugas Puskesmas,
berkomitmen selalu memberi yang terbaik, memberi pelayanan dengan hati
(dengan penuh rasa tanggung jawab untuk berkarya dan berprestasi mandiri bukan
karena diawasi), peduli pada kebutuhan masyarakat, selalu memberikan yang
terbaik pada setiap pelanggan.
22
a. Dukun belum mengerti teknik septik dan anti-septik dalam menolong
persalinan.
b. Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan
bayi baru lahir. Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di
ikutsertakan dalam program pemerintah.
Upaya Pembinan Dukun
Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut di
hormati, memiliki peranan penting bagi ibu ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan
upaya agar bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat di
lakukan bidan di antaranya adalah :
1. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
2. Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3. Memberikan pengetahuan kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang
bersih dan aman.
4. Memberi pengetahuan kepada para dukun tentang komplikasi komplikasi
kehamilan dan bahaya proses persalinan.
5. Membina kemitraan denga dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
6. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus kasus risiko tinggi kehamilan
kepada tenaga kesehatan.
Pelaksana supervisi/bimbingan/pembinaan.
23
Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi.
1. Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu.
2. Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.
Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi.
1. Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal
dukun.
2. Pertemuan rutin yang telah disepakat.
3. Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi.
4. Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan.
Klasifikasi Materi Pembinaaan Dukun
1. Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan
pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam
pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sesuai apabila
dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bu bidan. Dukun bayi
dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir.
2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Rujukan.
Berikut adalah materi materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun :
a. Pengenalan golongan risiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan risiko tinggi adalah :
1) Umur terlalu muda (kurang dari 16 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35
tahun)
2) Tinggi badan kurang dari 145 cm
3) Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu lama
(lebih dari 10 tahun)
4) Hamil dengan anemia
5) Ibu dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dll)
b. Pengenalan tanda tanda bahaya pada kehamilan
Tanda bahaya pada kehamilan meliputi :
1) Perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya
2) Ibu demam tinggi
3) Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah
4) Sakit kepala atau kejang
5) Keluar air ketuban sebelum waktunya
6) Frekuensi gerakan bayi berkurang atau bayi tidak bergerak
7) Ibu muntah terus dan tidak mau makan
c. Pengenalan tanda tanda bahaya pada persalinan
Tanda bahaya pada persalinan yaitu :
1) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas
2) Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
3) Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
4) Air ketuban keruh dan berbau
5) Plasenta tidak keluar setelah bayi lahir
6) Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
24
d. Pengenalan tanda tanda kelainan pada nifas
Tanda kelainan pada nifas meliputi :
1) Perdarahan melalui jalan lahir
2) Keluarnya cairan barbau dari jalan lahir
3) Demam lebih dari dua hari
4) Bengkak pada muka, kaki, dan tangan
5) Sakit kepala dan kejang kejang
6) Payudara bengkak disertai rasa sakit
7) Ibu mengalami gangguan jiwa
d. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
1) Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko
terhadap kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh Clostridium
tetani. Tetanus neonatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan,
penyakit ini sangat menular dan menyebabkan risiko kematian.
Kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak
steril.
Dengan di berikan pembekalan materi tetanus neonatorum di harapkan
dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu
untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga
kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus neonatorum.
2) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg, di
sertai dengan tanda tanda kulit keriput, pergerakan lemah, dan sianosis.
Dukun di harapkan dapat segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
tenaga kesehatan apabila menemukan tanda tanda bayi dengan berat
badan lahir rendah, karena bayi dengan berat badan lahir rendah
memerlukan perawatan khusus.
e. Penyuluhan Gizi dan KB
Dukun sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat berkontribusi
terhadap suksesnya pelaksanaan program KB dan menjaga kesehatan ibu
hamil, bersalin, dan nifas dengan makanan bergizi. Melalui penyuluhan gizi
dan KB yang di lakukan oleh tenaga kesehatan kepada dukun, di harapkan
dukun dapat menindaklanjuti dengan menyebarkan kepada masyarakat.
f. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi
Materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah pencatatan kelahiran
dan kematian. Pemberian materi pencatatan kelahiran dan kematian di tujukan
untuk mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiran dan kematian di suatu
25
wilayah atau desa, serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila
ada kematian baik ibu maupun bayi.
Langkah Langkah Pembimbinaan Dukun
Pembinaan dukun di lakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan
peraturan dari masing masing daerah atau dukun berasal, karena tidaklah mudah
mengajak seorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang
dapat di lakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
1. Meminta bantuan pamong desa untuk memotivasi dukun bayi agar bersedia
mengikuti pelatihan pelatihan dukun yang di selenggarakan.
2. Mengajak dukun bayi yang sudah di latih untuk ikut serta memberikan
penyuluhan dan membantu melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi di posyandu
maupun pada kegiatan kegiatan yang ada di masyarakat.
Hambatan Solusi dalam Pembinaan Dukun
Hambatan hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun
di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya perasaan
malu apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun
terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan
bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh
dukun dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan
tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu
pemahaman baru dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun
untuk bekerja sama dengan cara memberikan imbalan sebagai ucapan terima
kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir, misalnya memandikan
bayi.
2. Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya
pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
a. Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.
b. Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
c. Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
d. Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga
kesehatan.
e. Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
f. Masyarakat masih terbiasa dengan cara cara tradisional.
26
Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh tokoh masyarakat,
misalnya pamong desa, para petua petua desa, tokoh agama yang sangat
berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan memberikan penjelasan
pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh tokoh masyarakat dapat
melakukan advokasi kepada masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan
yang melekat pada diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama
kesehatan ibu dan bayi.
3. Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang
rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang
demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan, karena
melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan
pembayarannya dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat
tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja
sama dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam
upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di
tenaga kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk
melakukan pemetaan ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin),
donor darah berjalan, dan ambulans desa.
4. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan
mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar
belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk menerima
pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami
tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun
dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga
mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru
khususnya mengenai kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
27
I. Tugas Pokok
II. Fungsi
28
7. Mengadakan koordinasi dengan Lintas Sektoral dalam upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
o TD : 130/80mmHg
Interpretasi : Normal
o DJJ : 124x/menit
Normalnya : 120-160x/menit
Interpretasi : Normal
o Hb Sahli : 9 g/dl
Normalnya :12-16 g/dl
Interpretasi : Anemia ringan
2. Mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu saat hamil, bersalin dan nifas
3. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum misalnya akibat infeksi tali pusat pada
proses persalinan
Apa saja data-data yang harus dicatat pada kartu pasien (ibu hamil) ?
Instruksi Kerja Pengisisan Kartu Ibu Hamil:
Dimana saja data-data hasil pemeriksaan pasien dicatat selain pada kartu
pasien ?
Administrasi adalah ilmu atau seni yang mempelajari kerja sama sekelompok
orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
A. Manajemen
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Fungsi manajemen :
-Planning -Actuating
-Organizing -Controlling
33
B. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain, sehingga orang lain tersebut
secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang diinginkan
C. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses memilih satu alternative dari
beberapa alternative yang ada.
o Planning (perencanaan) yaitu suatu kegiatan membuat tujuan dan diikuti dengan
membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
tersebut.
o Organizing (pengorganisasian) yaitu suatu kegiatan pengaturan pada sumber
daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki untuk menjalankan
rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan.
o Actuating (penggerakan) berhubungan dengan bagaimana cara melakukan atau
menggerakan personal untuk menjalankan tugas dan perannya masing-masing
di dalam organisasi.
o Controlling (pengawasan) yaitu suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan
standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika
diperlukan.
o Evaluating (penilaian) memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Sedangkan di bagian ketiga adalah Tingkat Pencegahan menurut Level & Clark , dikenal
dengan istilah Five levels of prevention, yaitu :
Manfaat
1. Umum:
Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam rangka mengkaji
hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral dan tersusunnya rencana kerja tribulan
berikutnya.
2. Khusus:
Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan
yang dihadapi.
Tujuan
1. Umum
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam rangka
pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas dengan cara membandingkan
rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta
tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
2. Khusus
a. Diketahuinya hasil kegiatan Puskesmas bulan lalu.
b.Disampaikannya hasil rapat dari Kabupaten/Kota, Kecamatan dan berbagai
Tahapan pelaksanaan:
a. Masukan
b. Proses
c. Keluaran
a. Masukan
b. Proses
c. Keluaran
Tahapan pelaksanaan:
b. Proses
c. Keluaran
a. Masukan
b. Proses
c. Keluaran
1 Administrasi Kesehatan
Pada bagian pertama kita kenal dengan Teori H.L. Blum mengenai derajat
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Pada
bagian kedua kita kenal sebagai fungsi manajemen yang merupakan elemen-elemen
dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan
dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Fungsi manajemen yang dikenal dengan POACE meliputi,
o Planning (perencanaan) yaitu suatu kegiatan membuat tujuan dan diikuti dengan
membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
tersebut.
o Organizing (pengorganisasian) yaitu suatu kegiatan pengaturan pada sumber
daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki untuk menjalankan
rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan.
o Actuating (penggerakan) berhubungan dengan bagaimana cara melakukan atau
menggerakan personal untuk menjalankan tugas dan perannya masing-masing
di dalam organisasi.
o Controlling (pengawasan) yaitu suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan
standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika
diperlukan.
o Evaluating (penilaian) memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Sedangkan di bagian ketiga adalah Tingkat Pencegahan menurut Level & Clark ,
dikenal dengan istilah Five levels of prevention, yaitu :
Health Promotion, Menghindari kemunculan dari/ adanya faktor resiko.
Specific Protection, Upaya Proteksi Kesehatan yang bertujuan untuk
mengurangi/menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin untuk
mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya tahan tubuh.
Early Diagnosis and Prompt Treatment, Upaya diagnosis dini & tindakan
segeraditujukan pada penderita/dianggap menderia (suspect)/ terancam akan
menderita, bila pejamu sakit, setidak tidaknya diduga sakit (penyakitnya
masih ringan) untuk mencegah orang lain tertular.
Disability Limitation, Upaya Pemberantasan akibat buruk (Pengobatan/
Kurative) untuk mencegah meluasnya penyakit/timbulnya wabah & proses
penyakit lebih lanjut.
Rehabilitation/rehabilitasi yaitu untuk membantu memulihkan orang yang
memilki penyakit kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya.
Pengertian Administrasi
Pembagian lain yang banyak dikenal dimasyarakat ialah yang disebut sebagai
4M, yakni manusia,(man), uang(money), sarana (material), dan metode
(methodh) untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan serta 6M, yakni
manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (metodh), pasar
(market) serta mesin (machianery) untuk organisasi yang mencari keuntungan.
2. Proses
Yang dimaksud dengan proses (process) dalam administrasi adalah
langkah-langkah yang harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses ini
dikenal dengan nama fungsi administrasi (function of administration). Pada
umumnya proses dan ataupun fungsi administrasi ini merupakan tanggung
jawab pimpinan.(Azwar Azrul,1993)
Pada saat ini dengan makin berkembangnya ilmu administrasi, maka
pembagian fungsi administrasi makin banyak pula. Berbagai pembagian
tersebut, meskipun bervariasi, namun jika dikaji secara mendalam pada
dasarnya tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti.(Azwar Azrul,1993)
3. Keluaran
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah hasil dari suatu pekerjaan
administrasi. Untuk administrasi kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan
nama pelayanan kesehatan (health service). Pada saat ini pelayanan kesehatan
tersebut banyak macamnya, secara umum dapat dibedakan atas 2 macam.
a. Pelayanan kedokteran (medical sevices)
b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services).
4. Sasaran
Yang dimaksud dengan sasaran (target group) adalah kepada siapa keluaran
yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan. Untuk administrasi
kesehatan sasaran yang dimaksudkan disini dibedakan atas 4 macam, yakni
perseorangan, keluarga , kelompok dan masyarakat. Dapat bersifat sasaran
langsung (direct target group) atau pun bersifat sasaran tidak langsung (indirect
group target). ( Azwar Azrul,1993)
5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak adalah akibat yang ditimbulakn oleh keluaran,
untuk administrasi kesehatan, dampak yang diharapkan adalah makin
meningkatnya derjat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini hanya akan
dapat dicapai apabila kebutuhan dan tuntutan perseorangan, keluarga dan
kelompok dan/atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran serta
lingkungan yang sehat dapat terpenuhi. Kebutuhan dan tuntutan ini adalh
sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan (health
consumer).
a. Kebutuhan Kesehatan
Kebutuhan kesehatan pada dasarnya bersifat objektif dan karena itu untuk
dapat meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok
dan ataupun masyarakat upaya untuk memenuhinya bersifat mutlak.
Sebagai sesuatu yang bersifat objektif, maka munculnya kebutuhan
kesehatan sangat ditentukan oleh masalah kesehatan nyata yang
ditemukan dimasyarakat. Jika diketahui bahwa munculnya suatu penyakit
sebagaimana dikemukakan oleh Gordon dan LE Richt 1950 sangat
ditentukann oleh faktor utama, yakni: pejamu (host), penyebab penyakit
(agent) serta lingkungan (environment), maka dalam upaya menemukan
kebutuhan kesehatan, perhatian haruslah ditujukan kepada ketiga faktor
tersebut. (Azwar Azrul,1993)
b. Tuntutan Kesehatan
Berbeda halnya dengan kebutuhan, tuntutan kesehatan (health demande)
pada dasarnya bersifat subjektif oleh karena itu pemenuhan tuntutan
kasehatan tersebut hanya bersifat fakultatif, dengan perkataan ini
terpenuhi atau tidaknya tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok, dan ataupun masyarakat tidak terlalu menetukan tercapai atau
tidaknya kehendak untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena tuntutan
kesehatan bersifat subjektif, maka munculnya tuntutan kesehatan tersebut
dipengariuhi oleh faktor-faltor bersifat sujektif pula. (Azwar Azrul,1993)
Jika dikaji secara mendalam batasan administrasi kesehatan sebagaimana yang telah
dirumuskan oleh Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun
1974, segera terlihat bahwa ruang lingkup administrasi kesehatan mencakup bidang
yang amat luas yang jika disederhanakan dapat dibagi menjadi dua macam, yakni:
1. Kegiatan Administrasi
Telah disebutkan bahwa melaksanakan semua fungsi administrasi sama artinya
dengan melaksanakan semua fungsi administrasi dengan pengertian seperti ini
menjadi jelas bahwa kegiatan utama yang dilakukan pada aministrasi itu sendiri
mulai dari fungsi perncanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan
fungsi pengawasan (Terry).
Sistem kesehatan itu sendiri mencakup hal yang amat luas sekali. Jika
disederhanankan dapat dibedakan atas dua subsistem, pertama subsistem
pelayanan kesehatan, kedua subsistem pembiayaan kesehatan. Untuk dapat
terselenggaranya upaya kesehatan yang baik, kedua subsistem ini perlu ditata
dengan sebaik-baiknya.(Azwar Azrul,1993)
1. Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah
atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik.
2. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan
hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada
sumber-sumber sosial dan personal.
3. Melalui teori Blum kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk,
dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan
cara memperbaiki 4 aspek utama determinan kesehatan, yaitu genetik,
lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.
4. Memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat terutama bagi warga
miskin agar dapat meningkatkan kesejahteraan maupun derajat kesehatan
masyarakat.
Contohnya, Program KJS (Kartu Jakarta Sehat), Jamkesmas (Jaminan
Kesehatan Masyarakat), dan Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah).
5. Mengadakan atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama
bagi masyarakat di daerah ataupun pedesaan untuk mendorong pemeliharaan
kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya.
6. Pelayanan kesehatan yang bermutu oleh Rumah Sakit dengan meningkatkan
derajat keseshatan masyarakat melalui fasilitasnya yang memadai dan layak
pakai serta administrasinya yang teratur sehingga terjamin pelayanan yang
memuaskan kepada masyarakat.
7. Meningkatan kualitas tenaga ahli kesehatan masyarakat agar mampu
mempengaruhi masyarakat untuk menciptakan pola hidup bersih dan pola
hidup sehat.
8. Melakukan gerakan yang dapat membiasakan masyarakat melakukan dan
membudayakan hidup bersih dan sehat.
Contohnya, Membiasakan mencuci tangan sebelum makan, Melakukan
kerjabakti untuk melaksanakan program 3M, Mengikuti program KB (bagi
yang sudah Menikah).
2. PWS KIA
A. Pengertian
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi
dan komunikasi kepada sector terkait, khususnya aparat setempat yang berperan
dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam
memecahkan masalah non teknis misalnya : bumil KEK, rujukan kasus dengan
resiko. Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut
berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA.PWS KIA dikembangkan
untuk intensifikasi manajemen program.Walaupun demikian hasil rekapitulasinya
di tingkat puskesmas dan kabupatan dapat di pakai untuk menentukan puskesmas
dan desa / kelurahan yang rawan.Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat
propinsi dapat dipakai untuk menentukan kabupaten yang rawan.
B. Tujuan
1. Umum
2. Khusus
a. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara
teratur
( bulanan ) dan terus menerus.
b. Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
c. Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
e. Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi
sumber daya.
1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan
standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku standar
pelayanan kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik ( umum dan kebidanan ), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus ( sesuai
resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan ). Dalam penerapannya terdiri
atas :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Tinggi fundus uteri
d. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus Toksoi
(TT) bila diperlukan
e. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
f. Tes laboraturium ( rutin dan kusus )
g. Tata laksana kasus
h. Temu wicara ( konseling )
2. Pertolongan persalinan
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan yang sesuai persalinan standart.
c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
d. Melakukan inisiasi menyusu dini ( IMD ).
e. Memberikan pada bayi baru lahir : Vit K, salep mata dan imunisasi
Hepatitis B0 (Hep B0).
4. Deteksi Dini Dan Penanganan Risiko/ Komplikasi Kebidanan Dan Bayi Baru
Lahir
Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.Diperkirakan sekitar 15-
20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya,
oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar
komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.
Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal difasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan neonatal I sekaligus memastikan bahwa bayi dalam keadaan
sehat , pada saat bayi pulang atau bidan meninggalkan bayi jika persalinan dirumah.
Pelayanan kesehatan bayi (29 hari-11 bulan) dilaksanakan oleh dokter spesialis
anak/dokter/bidan/perawat terlatih baik di fasilitas kesehatan maupun melalui
kunjungan rumah.Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya
satu kali pada triwulan I, satu kali pada triwulan II, satu kali pada triwulan III dan satu
kali pada triwulan IV.
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak yang
berumur 12 59 bulan yang sesuai dengan standart oleh tenaga kesehatan, ahli gizi,
penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain, yang meliputi :
Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode
jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus-menerus.Disamping itu
pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan 4
terlalu (terlalu muda, tua, sering, dan banyak).
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau
lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang di
tetapkan dengan syarat :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6
jam sampai setelah lahir hari ke tujuh)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke dua puluh
delapan (8-28 hari )
3) Pertolongan pertama oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan
neonatal
Contoh : Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ke tujuh (1-7 hari)
Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke dua puluh delapan.
X X Sebagai KN
- XX Bukan KN
XX - Bukan KN
XX XX Sebagai KN
adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas , baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas termasuk bila di desa , polindes dan kunjungan rumah dengan
ketentuan :
1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama samapai hari ketujuh (1-7 hari)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan
(8-28 hari)
3) Kunjungan ketiga kali pada hari keduapulah sembilan sampai dengan hari ke
empat puluh dua (29-42 hari)
4) Contoh :
X X X Kunjungan KF
- XX X Bukan KF
X XX - Bukan KF
X - X Bukan KF
h. Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun.
i. Ibu hamil beresiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.
2. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan terdiri dari 2 kelompok yaitu indikator pemantauan
tehnis dan non tehnis.
a. Indikator Pemantauan Tehnis
1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
a) Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali
mendapatkan pelayanan oleh tenaga kesehatan.
b) Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat.
c) Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah:
d) Jumlah sasaran
Jumlah ibu dalam
Sasaran 1 tahun
Ibu Hamil dapat1diperoleh
dalam Tahun melalui:
Cacah jiwa dilakukan pendataan menyeluruh dilapangan
(apabila memungkinkan).
Proyeksi dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil
dengan menggunakan rumus 1,10 x angka kelahiran kasar
(CBR) x jumlah penduduk.
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka
terakhir kabupaten / kota yang diperoleh dari kantor perwakilan
Badan Pusat Statistik di kabupaten / kota.
e) Contoh perhitungan :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil didesa / kelurahan
X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk senyak 2000 jiwa,
maka: Jumlah ibu hamil = 1,10 x 0,027 (CBR Kabupaten Y) x
2000 = 59,4. Jadi saran ibu hamil didesa / kelurahan X adalah 59
orang.
2) Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)
a) Cakupan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling
sedikit empat kali disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
b) Ibu hamil K4 adlah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat
kali dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan
adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
c) Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang
mencakup minimal : a) timbang badan dan ukur tinggi badan, b)
ukuran tekanan darah, c) skrining status imunisasi tetanus (dan
pemberian tetanus toksoid), d) ukur tinggi fundus uteri, e)
pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), f) temu wicara
( pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), g) tes
laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasrakan
indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria, TBC)
d) Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal
scara lengkap(memenuhi standart pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan),yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu
hamil di suatu wilayah,di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
e) Rumus :
Jumlah Kunjungan Ibu Hamil K 4
X 100
Jumlah Sasaran Ibu Hamil dalam 1 Tahun
f) Contoh Perhitungan :
Jumlah Penduduk 500.000,Angka Kelahiran kasar (CBR)2,3%.
Hasil pelayanan antenatal K4 = 12.000 bumil Januari - Desember
2007,maka presentasi cakupan K4 adalah :
12.000
X 100
1,1 X 2,3 X 500.000 = 94,86 %
f) Keterangan :
Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun diperkirakan
melalui perhitungan : CBR x 1,05 x Jumlah Penduduk setempat.
g) Contoh Perhitungan :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di
desa/kelurahan X di Kab.Y yang mempunyai penduduk
sebanyak 2000 jiwa,maka : Jumlah Ibu bersalin = 1,05 x 0,027
(CBR Kabupaten Y) x 2000 = 56,7.Jadi sasaran ibu bersalin di
desa/kelurahan x adalah 56 orang.
4) Cakupan pelayanan nifas oleh tanaga kesehatan
a) Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan
neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan sesuai standart.
b) Nifas adalah periode mulai 6jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan.
c) Pelayanan Nifas sesuai standart adalah pelayanan kepada ibu
nifas sedikitnya 3 kali ,pada 6jam pasca persalinan sampai
3hari ,pada minggu ke dua,pada minggu ke empat termasuk
pemberian vitamin A 2kali serta persiapan dan pemasangan KB
pasca persalinan.
d) Jumlah seluruh ibu nifas dihitung melalui estimasi dengan
rumus : 1,05 X CBR X Jumlah penduduk.Angka CBR dan
jumlah penduduk Kab/kota didapat dari BPS masing-masing
kab/kota/provinsi pada kurun waktu tertentu. 1,05 adalah
konstanta untuk menghitung ibu nifas.
e) Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu nifas.
f) Rumus yang digunakan :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 X
pelayanan nifas sesuai stadar disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah seluruh ibu nifas disuatu wilayahkerja
dalam kurun waktu yang sama
g) Contoh perhitungan :
10.000
X 100 =82,82
1,05 X 2,3 X 500.000
PWS KIA di sajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang di
pakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap
bulan.
1. Penyiapan data
a. Data yang di perlikan untuk pembuatan grafik dari tiap indikator di
peroleh dari catatan ibu hamil per desa/ kelurahan,register kegiatan harian ,
register kohort ibu dan bayi , kegiatan pemantauan ibu hamil per desa /
kelurahan , catatan posyandu , laporan dari bidan / dokter praktek swasta ,
rumah sakit bersalin dan sebagainya .
b. Untuk grafik antar wilayah data yang di perlikan adalah data cakupan per
desa / kelurahan dalam kurun waktub yang sama , misalny ; untuk
membuat grafik cakupan K4 bulan juni di wilayah kerja puskesmas X,
maka di perlukan data cakupan K4 desa/ kelurahan A , desa / kelurahan
B , desa / kelurahan C ,dst pada bulan juni.
c. Untuk grafik antar waktu , data yang perlu di persiapkan adalah data
cukupan per bulan .
d. Untuk grafik antar variabel di perlukan data variabel yang mempunyai
korelasi misalnya K1, K4 dan Pn.
2. Pembuatan Grafik
Grafik Antar Wilayah ++++> PR
Contoh grafik cakupan K1 bulan juni 20017 di puskesmas X.
Desa / Desa / Desa / Desa /
Indikator Puskesmas X
Kelurahan A Kelurahan B Kelurahan C Kelurahan D
K1
Kumulatif
K1 Juni
40% 30% 50% 60%
2017
K1 Mei
2017
Pencapaian cakupan kunjungan pertama bumil per desa selama bulan juni
2007 X 100%.Sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun
Misalnya : Target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1thn
ditentukan 100% (garis.a),maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan
bulan juni adalah (6 X 8,3%)= 50,0% (garis b).
Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga analisis lanjut
sesuai dengan tingkatan penggunaannya.
1. Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah
terhadap target dan kecenderungan dari wakyu ke waktu. Analisis sederhana
ini bermanfaat untuk mengetahui desa/ kelurahan mana yang paling
memerlukan perhatian dan tindakan lanjut yang harus dilakukan.
Contoh :
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada pemantauan
bulan Juni 2008 dapat digambarkan dalam matriks seperti di bawah ini.
Desa/ Cakupan terhadap Terhadap cakupan bulan Status Desa /
kelurahan target lalu Kelurahan
Dibawa
Diatas Naik Turun Tetap
h
A + + Baik
B + + Baik
C + + Kurang
D + + Cukup
E + + Jelek
A 70 % 60 % 50% DO K4
B 85 % 70% DO Pn
Definisi Puskesmas
Menurut Depkes 1991, Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Fungsi Pokok, Peran, Cara-Cara yang ditempuh, Program Pokok Puskesmas, serta Satuan
Penunjang
2. Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil
dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam
penyelenggaraan kesehatan secara mandiri
5. Satuan Penunjang
a.Puskesmas Pembantu
Pengertian puskesmas pembantu yaitu Unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung lingkup wilayah
yang lebih kecil
b. Puskesmas Keliling
Pengertian puskesmas Keliling yaitu Unit pelayanan kesehatan keliling
yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan,
peralatan komunikasiserta sejumlah tenaga yang berasal dari
puskesmas.dengan funsi dan tugas yaitu Memberi pelayanan kesehatan
daerah terpencil ,Melakukan penyelidikan KLB,Transport rujukan pasien,
Penyuluhan kesehatan dengan audiovisual.
c.Bidan Desa
Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan
seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung
jawab kepada kepala puskesmas.Wilayah kerjanyadengan jumlah
penduduk 3.000 orang.
Adapun Tugas utama bidan desa yaitu :
1. Membina PSM
2. Memberikan Pelayanan
3. Menerima Rujukan dari Masyarakat
Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal
diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dalam rangka mewujudkan Indonesiam Sehat 2010.
Tugas Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan
berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan
pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmas melakukan kegiatan-
kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan
kesehatan.
Dalam KEPMENKES RI No. 128 tahun 2004 dinyatakan bahwa fungsi Puskesmas
dibagi menjadi tiga fungsi utama: Pertama, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di wilayahnya; Kedua, sebagai pusat
penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerjanya sekaligus dikaitkan
dengan perannya sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayahnya, dan; Ketiga, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
primer/tingkat pertama yang berkualitas dan berorientasi pada pengguna layanannya.
Artinya, upaya kesehatan di Puskesmas dipilah dalam dua kategori yakni : Pertama,
pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer yakni puskesmas sebagai pemberi
layanan promotif dan preventif dengan sasaran kelompok dan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, dan; Kedua,
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perseorangan primer dimana peran
Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada pelayanan
kesehatan formal dan penakis rujukan sesuai dengan standard pelayanan medik.
2. Analisis Situasi
Analisis situasi merupakan langkah awal proses penyusunan (rencana operasional)
RO Puskesmas yang bertujuan untuk identifikasi masalah. Secara konsepsual, analisis
situasi Puskesmas adalah proses berikut kecenderungannya dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah tersebut, serta potensi sumber daya Puskesmas yang dapat
digunakan untuk melakukan intervensi. Analisis situasi akan menghasilkan rumusan
masalah dan berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas serta potensi sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan
untuk melakukan intervensi. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan dan
menganalisis data atau fakta yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas.
Analisis ini meliputi data umum dan data khusus. Data umum ini berupa peta wilayah
dan data sumber daya (ketenagaan, obat & bahan habis pakai, peralatan, sumber
pembiayaan, sarana prasarana, data peran serta masyarakat, data penduduk & sasaran
program, data sekolah, data kesling.
1) Identifikasi Masalah
Setiap hasil kegiatan dalam pelaksanaan tahun yang lalu ada beberapa yang
kurang / tidak berhasil mencapai target. Identifikasi masalah diutamakan untuk
kegiatan-kegiatan dengan hasil kesenjangan yang lebih besar, permasalahan
dapat dicari dari hasil Penilaian Kinerja Puskesmas, hasil laporan SPM
(Standar Pelayanan Minimal) atau dari Laporan Tahunan Puskesmas.
2) Prioritas Masalah
3) Merumuskan Masalah
b. Penyusunan RUK
POACE :
-Cakupan K1, K4 dan Pn Peningkatan cakupan K1, K4 dan Pn
-Supervisi KIA
rendah
-Lokakarya mini
-Sumber tenaga, modal dan
-Membahas rendahnya
alamiah
cakupan K1, K4 dan
Pn
-Membuat POA
BAB III
PENUTUP
III.1. KESIMPULAN
Dokter Beny, pimpinan Puskesmas Bungur melakukan pendekatan
administrasi kesehatan untuk meningkatkan angka cakupan K1, K4 dan
Pn.
DAFTAR PUSTAKA