Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO C BLOK 26

DISUSUN OLEH : KELOMPOK A2


TUTOR : dr. Dalilah, M.Kes

Vondy Holianto 04011381419147


Nindy Lagundry Putry 04011381419151
Rizky Vania Oka 04011381419152
Ria Anindita Novarani 04011381419155
Rafika Triasa 04011381419186
Rahma Kurnia Lestari 04011381419189
Yudistira Wardana 04011381419192
Azalia Talitha Zahra 04011381419193
Egi Nabila 04011381419195
Putri M. K. I. Dunda 04011381419202
Jessica Jaclyn Ratnarajah 04011381419224
Noelene Shamala 04011381419227

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan berkat-Nya penyusun bisa
menyelesaikan tugas laporan tutorial ini dengan baik tanpa aral yang memberatkan.

Laporan ini disusun sebagai bentuk dari pemenuhan tugas laporan tutorial skenario C
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, khususnya pada Blok Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Terima kasih tak lupa pula kami sampaikan kepada dr. Dalilah, M.Kes yang
telah membimbing dalam proses tutorial ini, beserta pihak-pihak lain yang terlibat, baik
dalam memberikan saran, arahan, dan dukungan materil maupun inmateril dalam penyusunan
tugas laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik yang membangun sangat kami harapkan sebagai bahan pembelajaran yang baru bagi
penyusun dan perbaikan di masa yang akan datang.

Palembang, 12 Mei 2017

Penyusun

Kelompok Tutorial A2

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 3
I.1. Latar Belakang.............................................................................. 3
I.2. Maksud dan Tujuan...................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 4
SKENARIO C............................................................................ 4
II.1. Klarifikasi Istilah.......................................................................... 4
II.2. Identifikasi Masalah..................................................................... 6
II.3. Analisis Masalah.......................................................................... 7
II.4. Sintesis Masalah.......................................................................... 44
II.4.1. Administrasi Kesehatan ................................................... 44
II.4.2. PWS KIA......................................................................... 55
II.4.3. Puskesmas & Perencanaan Tingkat Puskesmas.................. 81
II.5. Kerangka Konsep........................................................................ 91
BAB III PENUTUP............................................................................................. 92
III.1. KESIMPULAN.............................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 92

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Blok Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah blok ke-26 semester VI dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran untuk menghadapi kasus yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.

I.2. Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

3
SKENARIO C BLOK 26

Dokter Beny pimpinan Puskesmas Bungur yang baru. Pada saat membaca laporan
PWS KIA, didapatkan cakupan K1, K4, Pn rendah.
Hari ini, dr. Beny sedang melakukan supervisis di ruang KIA, mendapatkan Bidan
Puskesmas sedang memeriksa Ibu Tini, 41 tahun, mengandung anak ke 5 (lima), datang ke
Puskesmas untuk melakukan ANC pertama kali di usia kehamilan 22 minggu. Kelahiran 4
(empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh dukun sehingga untuk rencana
persalinan anak ke 5 (lima) ini, Ibu Tini ingin melakukan hal yang serupa karena keempat
anaknya lahir dengan selamat.
Dari pemeriksaan Bidan Puskesma didapatkan data-data sebagai beriku: BB 45kg,
lingkar lengan atas 23 cm, TD 130/80mmHg, tinggi fundus uteri 20cm, taksiran berat janin;
1240gr, DJJ140 x/menit, Hb sahli 9 gr/dL. Bidan Puskesmas melakukan penyuntikan
imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-data tersebut pada kartu pasien.
Dokter Beny selaku pimpinan Puskesmas Bungur akan merencanakan Lokakarya
Mini bulanan untuk membahas PWS KIA, dilanjutkan dengan Lokmin Tribulanan. Dokter
Beny akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti rendahnya Cakupan PWS KIA
dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.

I. Klarifikasi Istilah

No Istilah Definisi

1. PWS KIA Alat manajemen untuk melkukan program


KIA di suatu wilayah kerja secra terus-
menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut
dengan cepat dan tepat. Program KIA
meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi
baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan
balita

2. Puskesmas Suatu organisasi kesehatan fungsional yang


merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
4
kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok

3. Cakupan K1 Kontak ibu hamil yang pertama kali dengan


petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil
sesuai standar pada trimester pertama
kehamilan dimana usia kehamilan 1-12
minggu dengan jumlah kunjungan minimal 1
kali.

4. Cakupan K4 Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh


pelayanan antenatal sesuai dengan standar
paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Target 95%

5. Cakupan Pn (Layanan Cakupan ibu bersalin yang mendapat


Nifas) pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan di
suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.
Pelayanan kepada ibu dan neonatal pada
masa 6 jam-42 hari pasca persalinan sesuai
standar. Target tercapai 90%

6. Supervisi Pengawasan utama atau pengontrolan


tertinggi atau penyeliaan, yang berfungsi
untuk memastikan bahwa mutu yang
diharapkan dalam proses perencanaan
pelaksanaan kegiatan dan evaluasi
memenuhi standar yang telah ditentukan

7. Lokakarya Mini Salah satu bentuk upaya untuk penggalangan


dan pemantauan berbagai kegiatan melalui
pertemuan yang bertujuan untuk
meningkatkan fungsi Puskesmas

8. Administrasi Kesehatan Suatu proses yang menyangkut perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,
pengkoordinasian dan penilaian terhadap
sumber, tatacara dan kesanggupan yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan
tuntutan terhadap kesehatan

9. Kartu Pasien Kartu yang diperuntukkan sebagai data dari

5
pasien dalam manajemen data pasien di
rumah sakit, klinik, puskesmas atau tempat
berobat lainnya bertujuan mempercepat dan
mempermudh pelayanan pendaftaran
instansi/lembaga tersebut

II. Identifikasi Masalah

No Identifikasi masalah Problem Concern

1 Pada laporan PWS KIA Puskesmas Bungur,



didapatkan cakupan K1, K4 dan Pn rendah.
2 Hari ini, dr. Beny sedang melakukan
supervisis di ruang KIA, mendapatkan Bidan
Puskesmas sedang memeriksa Ibu Tini, 41
tahun, mengandung anak ke 5 (lima), datang ke
Puskesmas untuk melakukan ANC pertama kali
di usia kehamilan 22 minggu. Kelahiran 4
(empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah,
dibantu oleh dukun sehingga untuk rencana
persalinan anak ke 5 (lima) ini, Ibu Tini ingin
melakukan hal yang serupa karena keempat
anaknya lahir dengan selamat.

3 Dari pemeriksaan Bidan Puskesma


didapatkan data-data sebagai beriku: BB 45kg,
lingkar lengan atas 23 cm, TD 130/80mmHg,
tinggi fundus uteri 20cm, taksiran berat janin;

1240gr, DJJ140 x/menit, Hb sahli 9 gr/dL.
Bidan Puskesmas melakukan penyuntikan
imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya
mencatat data-data tersebut pada kartu pasien.

4 Dokter Beny selaku pimpinan


Puskesmas Bungur akan merencanakan
6
Lokakarya Mini bulanan untuk membahas PWS
KIA, dilanjutkan dengan Lokmin Tribulanan.
Dokter Beny akan menentukan langkah untuk
menindaklanjuti rendahnya Cakupan PWS KIA
dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.

III. Analisis Masalah

1. Pada laporan PWS KIA Puskesmas Bungur, didapatkan cakupan K1, K4 dan Pn
rendah.

Apa saja komponen laporan PWS KIA ?


Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta
mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa
ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke


fasilitas kesehatan.

3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.

4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas


kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.

5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.

6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan


pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.

7
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.

8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.

9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA meliputi indikator
yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA. Sasaran
yang digunakan dalam PWS KIA berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip
konsep wilayah (misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk
kabupaten memakai sasaran kabupaten).

1. Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)

Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini
digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat.

2. Cakupan pelayanan ibu hamil (cakupan K4)

Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1
kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)

Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun
waktu tertentu.

8
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh
tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan sesuai standar.

4. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF3)

Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam 3 hari, 8
14 hari dan 36 42 hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

5. Cakupan pelayanan neonatus pertama (KN 1)

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 48


jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator
ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.

6. Cakupan pelayanan neonatus Lengkap (KN Lengkap).

Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga
kali yaitu 1 kali pada 6 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 hari ke 7 dan 1 kali pada hari
ke 8 hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal.

7. Deteksi faktor risiko dan komplikasi oleh Masyarakat

Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi yang ditemukan oleh
kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu
9
hamil, bersalin, nifas itu sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan
keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas.

8. Cakupan Penanganan komplikasi Obstetri (PK)

Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif
adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan
setiap kasus komplikasi kebidanan.

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam


menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu hamil bersalin
dan nifas dengan komplikasi.

9. Neonatus dengan komplikasi yang ditangani

Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian
tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1
kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang
ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.

Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani


kasus kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai
dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

10. Cakupan kunjungan bayi (29 hari 11 bulan)

Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1
kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3 5 bulan, dan satu kali pada
umur 6 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah

10
kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas,
continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.

11. Cakupan pelayanan anak balita (12 59 bulan).

Adalah cakupan anak balita (12 59 bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai
standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun

12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS

Adalah cakupan anak balita (umur 12 59 bulan) yang berobat ke Puskesmas dan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.

13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)

Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan
alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif
memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.

Bagaimana cara melakukan PWS ?


Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi
indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program
KIA. Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu;
1. Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta,kemampuan program dalam menggerakan masyarakat
RUMUS:
Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
2. Cakupan ibu hamil ( Cakupan K4 )
11
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
RUMUS:
Jumlah kunjungan ibu hamil (K4) x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh
tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan secara profesional.
RUMUS:

Jumlah persalinan oleh tenakes x 100%

Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun

4. Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat

Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat
dalam melakukan deteksi ibu hamil yang beresiko dalam satu wilayah

RUMUS:

Jumlah Ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh dukun

Bayi /kader ke tenakes x 100%

Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun

5. Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan

Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh
program KIA dan harus ditindak lanjuti dengan intervensi secara intensif

RUMUS:

Jumlah Ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenakes

dan atau dirujuk oleh dukun bayi dan kader x 100%

Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun

6. Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan

12
dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal

RUMUS:

Jumlah kunjungan neonatal yang mendapat Pelayanan

kesehatan minimal dua kali oleh tenakes x 100%

Jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun

Keenam indikator ini merupakan indikator yang digunakan oleh para pengelola
program KIA, sehingga disesuaikan dengan kebutuhan program. Karena itu disebut
indikator pemantauan teknik

Apa saja kemungkinan penyebab Cakupan K1, K4 dan Pn rendah ?


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standar
pelayanan kesehatan minimal di bidang kesehatan di kabupaten atau kota khususnya
pelayanan kesehatan ibu dan anak dengan target tahun 2010 yaitu berupa cakupan kunjungan
ibu hamil K1 dan K4. K1 yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.

Cakupan Kl di bawah 70% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun
waktu satu tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah,
yang mungkin disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya
K1 menunjukkan bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.
Sedangkan K4 yaitu Kontak minimal 4 kali selama masa kehamilan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri atas minimal 1 kali kontak pada
trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga.
Cakupan K4 di bawah 60% (dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun
waktu satu tahun) menunjukkan kualitas pelayanan antenatal yang belum memadai .
Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani
risiko tinggi obstetrik.

2. Hari ini, dr. Beny sedang melakukan supervisis di ruang KIA, mendapatkan Bidan
Puskesmas sedang memeriksa Ibu Tini, 41 tahun, mengandung anak ke 5 (lima),
datang ke Puskesmas untuk melakukan ANC pertama kali di usia kehamilan 22
13
minggu. Kelahiran 4 (empat) anak sebelumnya dilakukan di rumah, dibantu oleh
dukun sehingga untuk rencana persalinan anak ke 5 (lima) ini, Ibu Tini ingin
melakukan hal yang serupa karena keempat anaknya lahir dengan selamat.

Kapan jadwal pemeriksaan ANC sebaiknya dilakukan ?


Menurut Sarwono (2006:90) setiap ibu hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan
secara periode Antenatal :

a. Satu kali kunjungan pada trimester pertama (sebelum 14 minggu)

b. Satu kali kunjungan pada trimester kedua (antara 14-28 minggu)

c. Dua kali kunjungan pada trimester ketiga (antara 28-36 sesudah minggu ke 36)

Menurut Manuaba (2010 : 114) jadwal antenatal Care adalah sebagai berikut:

a. Trimester I dan II

1) Setiap bulan sekali

2) Diambil data tentang laboraturium

3) Pemeriksaan ultrasonografi

4) Nasehat diet tentang empat sehat lima sempurna

5) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, komplikasi


kehamilan.

6 Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari terjadinya komplikasi


kehamilan dan imunisasi tetanus.

b. Trimester III

1) Setiap dua minggu sekali, sampai ada tanda kelahiran

2) Evaluasi data laboraturium untuk melihat hasil pengobatan

3) Diet 4 sehat 5 sempurna

4) Pemeriksaan ultrasonografi

5) Imunisasi tetanus II

6) Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil


trimester ketiga

7) Rencana pengobatan

8) Nasehat tentang tanda-tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan.


14
Apakah Ibu Tini sudah melakukan pemeriksaan ANC sesuai jadwal ?
Tidak, karena ibu Tini baru akan melakukan pemeriksaan ANC pertama pada
trimester kedua, harus nya ibu Tini sudah melakukan pemeriksaan ANC sejak
trimester pertama, maka dampak nya :
- Tidak bisa mendeteksi dini kelainan yang diderita ibu dan janin
- Tidak bisa memantau perkembangan janin
- Sulit untuk melakukan perbaikan kondisi ibu atau janin lebih dini jika terjadi
kelainan.
- Meningkatkan angka kematian dan kecacatan ibu dan janin

Apa dampak melahirkan dibantu oleh dukun ?

o Dukun bukan merupakan tenaga terlatih

o Peralatan kurang lengkap

o Kesterilan kurang

o Privasi klien kurang terjaga

o Bila ada kegawatdaruratan tidak dapat segera tertangani

o Perdarahan post partum


o Infeksi
o Persalinan macet
o Resiko kematian ibu atau janin lebih tinggi

Bagaimana bentuk kerjasama yang dilakukan antara Puskesmas dengan


dukun ?
Kemitraan bidan dengan dukun adalah bentuk kerjasama antara bidan dan
dukun,di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar
transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu
dan bayi. Peran bidan dalam dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalih fungsikan
dukun yang pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi.

Bentuk kerjasama antara bidan dengan dukun dilakukan sejak kehamilan,


persalinan, dan masa nifas di mana antara bidan dan dukun sudah ditetapkan

15
pembagian peran masing-masing dalam bermitra. Prinsipnya adalah kepentingan
ibu bersalin menjadi perhatian utama dalam kemitraan yang dibangun.

1. Pendataan kesehatan ibu dan anak

Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan


kesehatan ibu dan bayi, serta potensi untuk penanganan masalah melalui kemitraan dukun
dan bidan.

2. Identifikasi potensi yang mendukung kemitraan

Dalam membangun kemitraan, perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi yang


mendukung kemitraan. Potensi tersebut diantaranya adalah jumlah dan sebaran
dukun, kebiasaan atau budaya local masyarakat yang mendukung kemitraan,
dukungan pemerintah desa/kelurahan dalam peningkatan pelayanan kesehatan
masyarakat serta sumber pendanaan untuk mendukung kemitraan. Potensi ini dapat menjadi
dasar dalam membangun kemitraan.

3. Membangun dukungan para pihak

Dari langkah ini diharapkan muncul komitmen pemerintah untuk hadir pada
pertemuan pembentukan kesepakatan antara bidan dan dukun bayi, komitmen
untuk mendukung melalui program dan anggaran daerah, serta komitmen untuk
mendorong pembentukan regulasi yang menjamin keberlangsungan kemitraan tersebut.

4. Pembentukan regulasi daerah

Meski telah dibangun kesepakatan dan kesepahaman antara peran dan tugas bidan
dan dukun bayi dalam kemitraan serta telah didukung komitmen informal atas
nama pemerintah daerah, hal tersebut juga perlu didukung dengan dengan pembentukan
regulasi daerah Peran para pihak dan konsekuensi pembiayaan perlu dituangkan dalam regulasi
daerah agar dapat dijamin oleh program dan angggaran
pemerintah daerah. Proses pembentukan regulasi daerah dapat berupa peraturan
kepala daerah ataupun peraturan daerah. Regulasi ini selain dapat memberikan
jaminan ketersediaan dana dalam mendukung kemitraan juga mendorong
pemenuhan ketersediaan dan distribusi bidan yang lebih merata di desa-desa terpencil
sebagai syarat terbentuknya kemitraan.

5. Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi


16
Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi merupakan langkah untuk optimalisasi
pelaksanaan peran dan tugas masing-masing.

6. Pemantauan dan penilaian

Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah pemantuan dan evaluasi
yang dilakukan sercara terus menerus (bekesinambungan). Kegiatan memantau dan menilai untuk
melihat apakah semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan.

7. Mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung

Dalam pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun bayi dibutuhkan sarana dan
prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan
kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian pelayanan
oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah: Puskesmas, Pustu, Poskesdes,
Polindes, Rumah Tunggu Kelahiran, Posyandu, yang dilengkapi listrik dan air bersih.
Sedangkan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang kemitraan, diantaranya:
mobiler: tempat tidur lengkap, lemari, meja, kursi, kain tirai; alat kesehatan(alkes): Bidan k
it, dopler, sungkup/amubag, tabung oksigen, tiang infus, incubator, timbangan bayi, balita dan
timbangan ibu hamil, alat pengukur panjang badan bayi; buku pegangan bidan, dukun bayi dan
alat tulis; baju seragam dukun bayi (dimaksudkan untuk memberi rasa bangga dan sebagai
pengakuan atas status
dan peranan mereka di masyarakat), peralatan P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan); media penyuluhan: lembar balik penyuluhan, film tentang KIA, brosur, poster,
dan lain-lain.

8. Administrasi dan pelaporan

Secara administratif, dukun bayi juga menyusun laporan kegiatan yang dicatat
dalam buku laporan dukun bayi. Buku laporan tersebut disesuaikan dengan
kebijakan puskesmas dan kemudahan pembuatan oleh dukun bayi. Pembuatan
laporan dapat dilakukan bersama-sama antara kader posyandu dan dukun bayi
sehingga kader dapat membantu dukun bayi yang mengalami kesulitan dalam pembuatan
laporan.

9. Pembiayaan

17
Sumber pembiayaan kemitraan dukun dan bidan berasal dari APBD (melalui
dinas kesehatan dan puskesmas), dana BOK (Bantuan Operasional Khusus)
puskesmas, dana jaminan persalinan (jampersal), sumber dana dari pihak ketiga, ataupun
dana dari swadaya masyarakat desa. Dana-dana tersebut dipergunakan untuk membiayai:
pendataan kesehatan ibu dan anak; pertemuan-pertemuan koordinasi di
tingkat kabupaten/kota; pelatihan-pelatihan bagi bidan dan dukun bayi, pemberian transport
bagi dukun bayi setiap kali mengantarkan ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilan di fasilitas kesehatan, insentif untuk dukun bayi untuk setiap persalinanyang dir
ujuk ke bidan; pelatihan-pelatihan berkala bagi bidan, dukun bayi, penyediaan sarana dan
prasarana pendukung kemitraan; penyusunan regulasi daerah tentang kemitraan bidan, dukun bayi
pembiayaan lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah.

Apakah melahirkan yang dibantu oleh dukun sudah memenuhi program


pelayanan kesehatan pemerintah Indonesia ?
Belum. Oleh karena itu dimaksudkan untuk membangun kerja sama antar dukun dan
Puskesmas, sehingga dukun juga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup
(menekan angka kematian ibu dan janin saat proses persalinan).

Apa saja yang diperiksa sewaktu pemeriksaan ANC ?


Menurut Depkes RI (2005), ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal
hendaknya memenuhi tiga aspek pokok, yaitu:

a. Aspek medik, meliputi: diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini,


pemberian terapi sesuai dengan diagnosis.
b. Penyuluhan komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain mengenai: penjagaan
kesehatan dirinya dan janinnya, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang
dimilikinya, pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
c. Rujukan, ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ketempat pelayanan yang
mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.
Menurut Depkes RI (2004) terdapat enam standar dalam pelayanan antenatal seperti
berikut ini :

a. Identifikasi ibu hamil

18
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara
berkala untuk memberi penyuluhan dan memotivasi ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini secara teratur.
b. Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikit 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk apakah
perkembangan berlangsung normal.
c. Palpasi abdomen
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi
untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah,
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
d. Pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan
semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f. Persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ketiga, untuk mempersiapkan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan
aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat
darurat.

K1 / kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya
terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. K1 dibedakan menjadi 2 yaitu K1 murni
(kunjungan pertama kali dilakukan pada waktu trimester satu kehamilan ) dan K1 akses (
kunjungan pertama kali diluar trimester satu selama masa kehamilan, dilakukan di
trimester II maupun di trimester III). Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada
perawatan antenatal adalah sebagai berikut:

a. Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan.


b. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
c. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
19
d. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
e. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.

Pada kunjungan pertama adalah kesempatan untuk mengenali faktor risiko ibu dan janin.
Ibu diberitahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat persalinan, juga perawatan bayi
dan menyusui. Informasi yang diberikan sebagai berikut :

a. Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal. Kebersihan pribadi khususnya
daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama kehamilan terjadi peningkatan
sekret vagina.
b. Pemilihan makan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi.
c. Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan.
d. Wanita perokok atau peminum harus menghentikan kebiasaannya.

Cakupan K1 dibawah 90% (dibanding jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu
tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin
disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukan
bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.

Bagaimana kriteria puskesmas dengan standar PONED ?


Menurut Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED KEMENTERIAN
KESEHATAN RI 2013
1. Kriteria Puskesmas yang siap untuk ditingkatkan menjadi Puskesmas
mampu PONED:
a. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan persalinan,
tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus obstetri dan
neonatal emergensi/komplikasi.
b. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh Puskesmas/ Fasyankes non PONED dari
sekitarnya.
c. Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawat-daruratan, sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan sarana prasarana yang
dibutuhkan.

20
d. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/ luar wilayah kerjanya sebagai
tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap serta
persalinan normal.
e. Mampu menyelenggarakan UKM dengan standar.
f. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas non
PONED ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi
umum mengingat waktu paling lama untuk mengatasi perdarahan 2 jam dan jarak
tempuh Puskesmas mampu PONED ke RS minimal 2 jam

2. Kriteria Puskesmas mampu PONED.


a. Memenuhi kriteria butir 1.
b. Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter, Perawat dan Bidan yang sudah dilatih
PONED, bersertifi kat dan mempunyai kompetensi PONED, serta tindakan
mengatasi kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka mengkondisikan
pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam kondisi stabil.
c. Mempunyai cukup tenaga Dokter, Perawat dan Bidan lainnya, yang akan
mendukung pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas/ Fasyankes tingkat dasar.
d. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal
emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten
e. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan fasilitas
tindakan medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung penyelenggaraan
PONED (terlampir).
f. Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai penanggungjawab program harus
mempunyai kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED
g. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima rujukan kasus
kegawat-daruratan medis kasus obstetri dan neonatal dari Fasyankes di sekitarnya.
h. Adanya komitmen dari para stakeholders yang berkaitan dengan upaya untuk
memfungsikan Puskesmas mampu PONED dengan baik yaitu:
1) RS PONEK terdekat baik milik pemerintah maupun swasta, bersedia menjadi
pengampu dalam pelaksanaan PONED di Puskesmas
2) Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama RS kabupaten/kota dan RS
PONEK terdekat dalam membangun sistem rujukan dan pembinaan medis yang
berfungsi efektif-efi sien.
3) Adanya komitmen dukungan dari BPJS Kesehatan untuk mendukung kelancaran
pembiayaan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dalam rangka Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)

21
4) Dukungan Bappeda dan Biro Keuangan Pemda dalam pengintegrasian
perencanaan pembiayaan Puskesmas mampu PONED dalam sistem yang
berlaku.
5) Dukungan Badan Kepegawaian Daerah dalam kesinambungan keberadaan tim
PONED di Puskesmas
6) Dukungan politis dari Pemerintah daerah dalam bentuk regulasi (Perbup,
Perwali atau SK Bupati / Walikota) dalam mempersiapkan sumber daya dan
atau dana operasional, untuk berfungsinya Puskesmas mampu PONED secara
efektif dan efisien.
i. Seluruh petugas Puskesmas mampu PONED melakukan pelayanan dengan nilai-
nilai budaya: kepuasan pelanggan adalah kepuasan petugas Puskesmas,
berkomitmen selalu memberi yang terbaik, memberi pelayanan dengan hati
(dengan penuh rasa tanggung jawab untuk berkarya dan berprestasi mandiri bukan
karena diawasi), peduli pada kebutuhan masyarakat, selalu memberikan yang
terbaik pada setiap pelanggan.

Bagaimana upaya untuk membina dukun dengan tujuan untuk meningkatkan


kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak ?
Untuk meningkatkan status dukun, maka di lakukan upaya pelatihan dan pembinaan
dukun dengan tujuan :
1. Agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di sampaikan dan
diterima oleh anggota masyarakat.
2. Memperbesar peran dukun bayi dalam program KB dan pendidikan kesehatan di
berbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak.
3. Untuk memperbaiki kegiatan kegiatan yang sebenarnya sudah dilakukan oleh
dukun, seperti memberikan, saran tentang kehamilan, melakukan persalinan bersih
dan aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada saat persalinan,
sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat dikurangi atau di cegah sedini
mungkin.
Kelebihan dan Kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain:
1. Kelebihan
a. Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.
b. Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama.
c. Persalinan dilakukan di rumah.
d. Biaya murah dan tidak ditentukan.
2. Kekurangan

22
a. Dukun belum mengerti teknik septik dan anti-septik dalam menolong
persalinan.
b. Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan
bayi baru lahir. Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di
ikutsertakan dalam program pemerintah.
Upaya Pembinan Dukun
Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut di
hormati, memiliki peranan penting bagi ibu ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan
upaya agar bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat di
lakukan bidan di antaranya adalah :
1. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
2. Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3. Memberikan pengetahuan kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang
bersih dan aman.
4. Memberi pengetahuan kepada para dukun tentang komplikasi komplikasi
kehamilan dan bahaya proses persalinan.
5. Membina kemitraan denga dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
6. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus kasus risiko tinggi kehamilan
kepada tenaga kesehatan.
Pelaksana supervisi/bimbingan/pembinaan.

1. Dokter 4. Petugas imunisasi


2. Bidan 5. Petugas gizi
3. Perawat kesehatan

23
Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi.
1. Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu.
2. Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.
Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi.
1. Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal
dukun.
2. Pertemuan rutin yang telah disepakat.
3. Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi.
4. Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan.
Klasifikasi Materi Pembinaaan Dukun
1. Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan
pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam
pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sesuai apabila
dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bu bidan. Dukun bayi
dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir.
2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Rujukan.
Berikut adalah materi materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun :
a. Pengenalan golongan risiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan risiko tinggi adalah :
1) Umur terlalu muda (kurang dari 16 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35
tahun)
2) Tinggi badan kurang dari 145 cm
3) Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu lama
(lebih dari 10 tahun)
4) Hamil dengan anemia
5) Ibu dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dll)
b. Pengenalan tanda tanda bahaya pada kehamilan
Tanda bahaya pada kehamilan meliputi :
1) Perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya
2) Ibu demam tinggi
3) Bengkak pada kaki, tangan, dan wajah
4) Sakit kepala atau kejang
5) Keluar air ketuban sebelum waktunya
6) Frekuensi gerakan bayi berkurang atau bayi tidak bergerak
7) Ibu muntah terus dan tidak mau makan
c. Pengenalan tanda tanda bahaya pada persalinan
Tanda bahaya pada persalinan yaitu :
1) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas
2) Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
3) Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
4) Air ketuban keruh dan berbau
5) Plasenta tidak keluar setelah bayi lahir
6) Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
24
d. Pengenalan tanda tanda kelainan pada nifas
Tanda kelainan pada nifas meliputi :
1) Perdarahan melalui jalan lahir
2) Keluarnya cairan barbau dari jalan lahir
3) Demam lebih dari dua hari
4) Bengkak pada muka, kaki, dan tangan
5) Sakit kepala dan kejang kejang
6) Payudara bengkak disertai rasa sakit
7) Ibu mengalami gangguan jiwa
d. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
1) Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko
terhadap kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh Clostridium
tetani. Tetanus neonatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan,
penyakit ini sangat menular dan menyebabkan risiko kematian.
Kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak
steril.
Dengan di berikan pembekalan materi tetanus neonatorum di harapkan
dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu
untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga
kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus neonatorum.
2) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg, di
sertai dengan tanda tanda kulit keriput, pergerakan lemah, dan sianosis.
Dukun di harapkan dapat segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
tenaga kesehatan apabila menemukan tanda tanda bayi dengan berat
badan lahir rendah, karena bayi dengan berat badan lahir rendah
memerlukan perawatan khusus.
e. Penyuluhan Gizi dan KB
Dukun sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat berkontribusi
terhadap suksesnya pelaksanaan program KB dan menjaga kesehatan ibu
hamil, bersalin, dan nifas dengan makanan bergizi. Melalui penyuluhan gizi
dan KB yang di lakukan oleh tenaga kesehatan kepada dukun, di harapkan
dukun dapat menindaklanjuti dengan menyebarkan kepada masyarakat.
f. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Ibu dan Bayi
Materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah pencatatan kelahiran
dan kematian. Pemberian materi pencatatan kelahiran dan kematian di tujukan
untuk mempermudah dalam pendataan jumlah kelahiran dan kematian di suatu
25
wilayah atau desa, serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila
ada kematian baik ibu maupun bayi.
Langkah Langkah Pembimbinaan Dukun
Pembinaan dukun di lakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan
peraturan dari masing masing daerah atau dukun berasal, karena tidaklah mudah
mengajak seorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang
dapat di lakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
1. Meminta bantuan pamong desa untuk memotivasi dukun bayi agar bersedia
mengikuti pelatihan pelatihan dukun yang di selenggarakan.
2. Mengajak dukun bayi yang sudah di latih untuk ikut serta memberikan
penyuluhan dan membantu melakukan deteksi dini ibu risiko tinggi di posyandu
maupun pada kegiatan kegiatan yang ada di masyarakat.
Hambatan Solusi dalam Pembinaan Dukun
Hambatan hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun
di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif
Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya perasaan
malu apabila di latih oleh bidan, dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun
terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan
bukan untuk melakukan perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh
dukun dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk bersaing. Akan
tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu
pemahaman baru dalam pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun
untuk bekerja sama dengan cara memberikan imbalan sebagai ucapan terima
kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir, misalnya memandikan
bayi.
2. Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya
pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
a. Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.
b. Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
c. Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
d. Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga
kesehatan.
e. Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
f. Masyarakat masih terbiasa dengan cara cara tradisional.
26
Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh tokoh masyarakat,
misalnya pamong desa, para petua petua desa, tokoh agama yang sangat
berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan memberikan penjelasan
pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh tokoh masyarakat dapat
melakukan advokasi kepada masyarakat, dan dapat memperbaiki kebudayaan
yang melekat pada diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama
kesehatan ibu dan bayi.
3. Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang
rendah cenderung mencari pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang
demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang pahlawan, karena
melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan
pembayarannya dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat
tentang biaya persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja
sama dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan masyarakat dalam
upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di
tenaga kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk
melakukan pemetaan ibu hamil, membentuk tabungan ibu bersalin (Tabulin),
donor darah berjalan, dan ambulans desa.
4. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan
mempunyai latar belakang pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar
belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit untuk menerima
pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami
tradisi setempat untuk melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun
dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan dukun, sehingga
mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru
khususnya mengenai kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

Apa saja tugas dan tanggung jawab dari pimpinan Puskesmas ?

27
I. Tugas Pokok

Mengusahakan agar fungsi Puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik


menjalankan prinsip manajemen Puskesmas:

a. Membuat perencanaan puskesmas.


Menganalisa kondisi, situasi dan kinerja puskesmas, apakah sudah baik, masih kurang
ataukah banyak yang belum beres, kemudian menentukan perencanaan kegiatannya.
b. Mengatur pelayanan puskesmas.
Menata apa saja jenis kegiatan program pelayanan, siapa saja yang akan
menjalankannya bersama seluruh staf puskesmas
c. Menggerakkan pegawai puskesmas.
Mendorong segenap komponen pelayanan puskesmas untuk melaksanakan tugas
pokok sesuai fungsinya dalam pelayanan kepada masyarakat
d. Mengevaluasi kinerja puskesmas.
Menelaah hasil pencapaian program puskesmas secara terpadu dengan instansi terkait,
sebagai pedoman untuk menentukan perencanaan pelayanan puskesmas
e. Menggalang kerjasama pelayanan puskesmas
Menjalin kerjasama internal puskesmas dan eksternal puskesmas, antara staf,
pegawai, petugas, aparat, pejabat, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan yang
lainnya, khususnya diwilayah kerja puskesmas.

II. Fungsi

1. Sebagai seorang Dokter


2. Sebagai Manajer

III. Kegiatan pokok

1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen.

2. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pasien

3. Mengkoordinir kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.

4. Mengkoordinir pengembangan PKMD.

5. Membina karyawan/karyawati puskesmas dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.

6. Melakukan pengawasan melekat bagi seluruh pelaksanaan kegiatan/program.

28
7. Mengadakan koordinasi dengan Lintas Sektoral dalam upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

8. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak dan masyarakat dalam rangka


peningkatan derajat kesehatan masyarakat

9.Menyusun perencanaan kegiatan Puskesmas dengan dibantu oleh staf


Puskesmas.
10. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Puskesmas.
11. Melaporkan hasil kegiatan program ke Dinas Kesehatan Kabupaten, baik
berupa laporan rutin maupun khusus.
12. Membina petugas dalam meningkatkan mutu pelayanan.
13. Melakukan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas, Pustu, PKD,
Puskesling, Posyandu dan di masyarakat.
14. Sebagai dokter (fungsional) melaksanakan tugas pelayanan pemeriksaan dan
pengobatan pasien Puskesmas.
IV. Kegiatan Lain

Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskemas

3. Dari pemeriksaan Bidan Puskesmas didapatkan data-data sebagai beriku: BB


45kg, lingkar lengan atas 23 cm, TD 130/80mmHg, tinggi fundus uteri 20cm,
taksiran berat janin; 1240gr, DJJ140 x/menit, Hb sahli 9 gr/dL. Bidan Puskesmas
melakukan penyuntikan imunisasi TT pada ibu Tini. Bidan hanya mencatat data-
data tersebut pada kartu pasien.

Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan kehamilan Ibu Tini ?


o BB : 45 kg
Interpretasi : Karena Tinggi badan tidak ada pada data, sehingga berat badan Ibu
Tini tidak bisa diinterpretasikan dengan indeks massa tubuh (IMT) dan tidak
diketahui berat badan sebelum hamil.

o Lingkar lengan atas : 23 cm


Normalnya : > 24 cm
Interpretasi : Kurang energi kronis

o TD : 130/80mmHg
Interpretasi : Normal

o Tinggi Fundus Uteri : 20 cm


Normalnya : untuk 22-28 minggu yaitu 24-25 cm
29
Interpretasi : TFU lebih rendah

o Taksiran berat Janin : 1240 gr


Normalnya :2500 - 4000 g
Interpretasi : berat janin rendah

o DJJ : 124x/menit
Normalnya : 120-160x/menit
Interpretasi : Normal

o Hb Sahli : 9 g/dl
Normalnya :12-16 g/dl
Interpretasi : Anemia ringan

Apa tujuan dari dilakukannya penyuntikan imunisasi TT pada kasus ?


1. Memberikan kekebalan pasif kepada ibu hamil terhadap tetanus, karena vaksinasi selama
hamil juga ikut membantu bayinya menghindari tetanus selama beberapa minggu setelah
lahir.

2. Mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu saat hamil, bersalin dan nifas

3. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum misalnya akibat infeksi tali pusat pada
proses persalinan

Jadwal pemberian Imunisasi TT

TT1 : Diberikan pada kunjungan awal/ Trimester I

TT2 : 4 Minggu setelah TT1 perlindungan 3 tahun

TT3 : 6 Bulan setelah TT2 perlindungan 5 Tahun

TT4 : 1 Tahun setelah TT3 perlindungan 10 Tahun

TT5 : 1 Tahun setelah TT4 perlindungan 25 Tahun

Apa saja data-data yang harus dicatat pada kartu pasien (ibu hamil) ?
Instruksi Kerja Pengisisan Kartu Ibu Hamil:

1. Tulis dengan tinta hitam dengan rapi dan jelas.


2. Tulis nomor register pasien pada kolom bagian kanan atas.
3. Tulis identitas pasien pada kolom yang tersedia
i. Nama, Umur, Agama, Pekerjaan, dan Alamat pasien.
30
ii. Nama, umur, dan pekerjaan suami.
4. Beri tanda rumput R pada kolom yang tersedia, bila sudah dilakukan imunisasi TT.
5. Tulis riwayat kehamilan sebelumnya pada kolom yang tersedia.
i. Tanggal kelahiran
ii. Hasil Persalinan ( Lahir hidup (LH), Lahir Mati ( LM ), Abortus ( AB )
iii. Jenis kelamin anak ( laki laki ( L ) dan perempuan ( P ).
iv. Keadaan pada kelahiran
v. Berat badan anak waktu lahir
vi. Lamanya menyusui
vii. Penolong Persalinan
6. Isi kolom riwayat penyakit
i. Beri tanda rumput R jika pasien menderita penyakit yang tertulis dalam kolom
yang tersedia.
ii. Tulis TAA ( tidak ada apa apa ) jika pasien tidak menderita penyakit tersebut.
iii. Tulis tahun riwayat penyakit tersebut diderita pasien.
7. Isi kolom riwayat persalinan
i. Beri tanda rumput R pada kolom yang tersedia tentang riwayat persalinan
ii. Tulis tahun riwayat persalinan tersebut
8. Isi kolom riwayat Persalinan Sekarang
i. Tulis tanggal HPHT ( hari pertama haid terakhir )
ii. Tulis usia kehamilan
iii. Tulis taksiran partus
iv. Coret salah satu yang tidak perlu pada riwayat haid
v. Tulis siklus haid
vi. Tulis cara kontrasepsi pasien
9. Isi kolom pemeriksaan Antenatal
i. Tulis tinggi badan dan ukuran Lila pasien
ii. Tulis tanggal kunjungan pasien
iii. Tulis keluhan pasien saat kunjungan
iv. Tulis Berat Badan saat kunjungan
v. Tulis umur kehamilan ( dalam minggu )
vi. Tulis tinggi Fundus Uteri saat kunjungan ( dibawah 24 minggu dengan jari, diatas
24 minggu dengan sentimeter )
vii. Tulis letak janin ( kepala, sungsang, lintang )
viii. Tulis frekuensi denyut jantung janin dalam satu menit
ix. Tulis hasil pemeriksaan laboratorium ( Hb, Golongan darah, Reduksi urin, Protein
urin ).
x. Tulis hasil pemeriksaan khusus ( pemeriksaan cor dan pulmo )
xi. Tulis tindakan dan terapi yang dilakukan ( pemberian imunisasi TT, Tablet Fe,
dan lain lain ) dikolom yamg tersedia.
xii. Bubuhkan paraf petugas pada kolom yang tersedia setiap pemeriksaan
10. Isi kolom resiko Tinggi
i. Tulis tanggal ditemukannya faktor resiko tinggi pada pasien.
ii. Tulis jenis faktor resiko tinggi yang ditemukan pada pasien dengan acuan Poedji
Rochyati Score.
31
11. Isi kolom rujukan
i. Tulis tanggal dilakukannya rujukan
ii. Tulis tujuan rujukan pasien
iii. Tulis tindakan sementara yang dilakukan oleh penerima rujukan.
iv. Pengisian kartu status ibu pada halaman berikutnya dilakukan oleh unit pelayanan
RB untuk pasien yang melakukan ANC di Puskesmas kecamatan Bungur.
v. Jika pasien ANC diluar puskesmas kecamatan Bungur , pengisian kartu status ibu
dilakukan oleh Bidan unit pelayanan rumah bersalin.

Bagaimana alur pencatatan pelayanan ibu hamil di Puskesmas ?

Dimana saja data-data hasil pemeriksaan pasien dicatat selain pada kartu
pasien ?

o Kartu status ibu hamil


o Buku register kohort ibu hamil
o Buku register ibu hamil
o Buku KIA

Apa saja imunisasi yang dilakukan pada ibu hamil ?


o Imunisasi influenza
o Imunisasi TT
o Imunisasi hepatitis b
32
o Imunisasi meningicoccal

4. Dokter Beny selaku pimpinan Puskesmas Bungur akan merencanakan


Lokakarya Mini bulanan untuk membahas PWS KIA, dilanjutkan dengan Lokmin
Tribulanan. Dokter Beny akan menentukan langkah untuk menindaklanjuti
rendahnya Cakupan PWS KIA dengan pendekatan Administrasi Kesehatan.

Apa saja ruang lingkup Administrasi Kesehatan ?


1. Administrasi

Administrasi adalah ilmu atau seni yang mempelajari kerja sama sekelompok
orang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama.

A. Manajemen
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya.

Fungsi manajemen :

-Planning -Actuating

-Organizing -Controlling

33
B. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain, sehingga orang lain tersebut
secara sukarela mau dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan
yang diinginkan

C. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses memilih satu alternative dari
beberapa alternative yang ada.

D. Hubungan antar manusia


Hubungan antar manusia adalah keseluruhan proses interaksi antar
manusia pada suatu organisasi, baik yang terjadi secara formal maupun
non formal. (LI

Apa tujuan dari Administrasi Kesehatan ?


Fungsi manajemen yang dikenal dengan POACE meliputi:

o Planning (perencanaan) yaitu suatu kegiatan membuat tujuan dan diikuti dengan
membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
tersebut.
o Organizing (pengorganisasian) yaitu suatu kegiatan pengaturan pada sumber
daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki untuk menjalankan
rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan.
o Actuating (penggerakan) berhubungan dengan bagaimana cara melakukan atau
menggerakan personal untuk menjalankan tugas dan perannya masing-masing
di dalam organisasi.
o Controlling (pengawasan) yaitu suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan
standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika
diperlukan.
o Evaluating (penilaian) memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Sedangkan di bagian ketiga adalah Tingkat Pencegahan menurut Level & Clark , dikenal
dengan istilah Five levels of prevention, yaitu :

Health Promotion, Menghindari kemunculan dari/ adanya faktor resiko.


Specific Protection, Upaya Proteksi Kesehatan yang bertujuan untuk
mengurangi/menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin untuk
mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya tahan tubuh.
Early Diagnosis and Prompt Treatment, Upaya diagnosis dini & tindakan
segeraditujukan pada penderita/dianggap menderia (suspect)/ terancam akan
menderita, bila pejamu sakit, setidak tidaknya diduga sakit (penyakitnya
masih ringan) untuk mencegah orang lain tertular.
Disability Limitation, Upaya Pemberantasan akibat buruk (Pengobatan/
Kurative) untuk mencegah meluasnya penyakit/timbulnya wabah & proses
penyakit lebih lanjut.
Rehabilitation/rehabilitasi yaitu untuk membantu memulihkan orang yang
memilki penyakit kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya.

Apa tujuan dan manfaat dari Lokmin ?

Manfaat
1. Umum:
Terselenggaranya lokakarya tribulanan lintas sektoral dalam rangka mengkaji
hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral dan tersusunnya rencana kerja tribulan
berikutnya.

2. Khusus:

Dibahas dan dipecahkan secara bersama lintas sektoral masalah dan hambatan
yang dihadapi.

Dirumuskannya mekanisme/rencana kerja lintas sektoral yang baru untuk


tribulan yang akan datang

Tujuan

1. Umum
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern Puskesmas dalam rangka
pemantauan hasil kerja petugas Puskesmas dengan cara membandingkan
rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya serta
tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
2. Khusus
a. Diketahuinya hasil kegiatan Puskesmas bulan lalu.
b.Disampaikannya hasil rapat dari Kabupaten/Kota, Kecamatan dan berbagai

kebijakan serta program.


c. Diketahuinya hambatan/ masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu.

Siapa saja yang terlibat dalam Lokmin ?


o Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
o Tim Penggerak PKK Kecamatan
o Puskesmas di wilayah Kecamatan
o Staf Kecamatan, antara lain: Sekcam, Unit lain yang terkait
o Lintas sektor di kecamatan, antara lain : Pertanian, Agama, Pendidikan,
BKKBN, Sosial
o Lembaga organisasi kemasyarakatan, antara lain : TP PKK Kecamatan,
BPP/BPKM/Konsil Kesehatan Kecamatan (apabila sudah terbentuk).

Bagaimana proses pelaksanaan Lokmin PWS KIA ?


a. Lokakarya Mini Bulanan

Pertemuan yang diselenggarakan setiap bulan di puskesmas yang dihadiri oleh


seluruh staff di puskesmas, puskesmas pembantu dan bidan di desa serta
dipimpin oleh kepala puskesmas.

Tahapan pelaksanaan:

1. Lokakarya mini pertama

a. Masukan

Penggalangan tim dalam bentuk dinamika kelompok


tentang peran tanggungjawab staf dan kewenangan
puskesmas

Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

Informasi tentang tatacara penyusunan POA puskesmas

b. Proses

Inventarisasi kegiatan puskesmas termasuk kegiatan


lapangan/daerah binaan
Analisis beban kerja tiap petugas

Pembagian tugas baru termasuk pembagian tanggungjawab


daerah binaan

Penyusunan POA puskesmas tahunan

c. Keluaran

POA puskesmas tahunan

Kesepakatan bersama (untuk hal-hal yang dipandang perlu)

2. Lokakarya mini bulanan

a. Masukan

Laporan hasil kegiatan bulan lalu

Informasi tentang hasil rapat dinas kesehatan kabupaten/kota

Informasi tentang hasil rapat tingkat kecamatan

Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b. Proses

Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan


mempergunakan
PWS

Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan


dengan kepatuhan terhadap standar pelayanan

Merumuskan alternatif pemecahan masalah

c. Keluaran

Rencana kerja bulan yang baru

b. Lokakarya Mini Tribulanan

Pertemuan yang diselenggarakan setiap 3 bulan sekali di puskesmas


yang dihadiri oleh instansi lintas sektor tingkat kecamatan, Badan
Penyantun Puskesmas (BPP), staff puskesmas dan jaringannya, serta
dipimpin oleh camat.

Tahapan pelaksanaan:

1. Lokakarya mini tribulanan pertama


a. Masukan

Penggalangan tim yang dilakukan melalui dinamika kelompok

Informasi tentang program lintas sektor

Informasi tentang program kesehatan

Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru

b. Proses

Inventarisasi peran bantu masing-masing sektor

Analisis masalah peran bantu dari masing-masing sektor

Pembagian peran masing-masing sektor

c. Keluaran

Kesepakatan tertulis sektor terkait dalam mendukung program


kesehatan termasuk program pemberdayaan masyarakat

2. Lokakarya mini tribulanan rutin

a. Masukan

Laporan kegiatan pelaksanaan program


kesehatan dan dukungan sektor terkait

Inventarisasi masalah/hambatan dari masing-


masing sektor dalam pelaksanaan program
kesehatan

Pemberian informasi baru

b. Proses

Analisis hambatan dan masalah pelaksanaan


program kesehatan

Analisis hambatan dan masalah dukungan dari


masing-masing sektor

Merumuskan cara pemecahan masalah

c. Keluaran

Rencana kerja tribulan yang baru


Kesepakatan bersama (untuk hal-hal yang
dipandang perlu)

Apa yang harus dilakukan pimpinan Puskesmas untuk meningkatkan


Cakupan K1, K4 dan Pn yang masih rendah ?
Unsur pokok administrasi kesehatan;
1. Masukan
Yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan
administrasi. Masukan ini dikenal pula dengan nama perangkat admistrasi
(tools of administration). Masukan/ input dalam kasus ini yaitu cakupan
K1, K4, dan Pn rendah.
Macam-macam masukan/ perangkat administrasi :
a. Komisi pendidikan administrasi kesehatan Amerika Serikat
- Sumber
Adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan
barang atau jasa. Macam-macam sumber:
o Sumber tenaga
Sumber tenaga dibedakan atas 2 macam yaitu tenaga ahli
seperti dokter, dokter gigi, bidan, perawat serta tenaga tidak
ahli seperti pesuruh, penjaga malam dan pekerja kasar
lainnya.
o Sumber modal
Sumber modal banyak macamnya. Jika disederhanakan
dapat dibedakan atas 2 macam yakni modal bergerak seperti
uang dan giro serta modal tidak bergerak seperti bangunan,
tanah, dan saran kesehatan.
o Sumber alamiah
Adalah segala sesuatu yang terdapat dialam yang tidak
termasuk sumber tenaga dan sumber modal.
- Tata cara
Adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran yang
dimiliki dan diterapkan.
- Kesanggupan
Adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana.
b. Koontz dan Donnells
- 4 M untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan ( man/
manusia, money/ uang, material/ sarana, method/ metoda )
- 6 M untuk organisasi yang mencari keuntungan ( man, money,
material, method, market/pasar, machinery/mesin)
2. Proses
Proses yang dimaksud dengan proses dalam administrasi adalah langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pada umumnya proses ataupun fungsi administrasi merupakan
tanggung jawab pimpinan. Proses dalam kasus ini upaya untuk
memperbaiki/ meningkatkan cakupan K1, K4, dan Pn.
Pembagian proses/ fungsi administrasi kesehatan :
a. Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat :
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan,
(directing), pengawasan (controlling), pengkoordinasian (coordinating)
dan penilaian (evaluation).
b. Freeman : perencanaan (planning), penggerakan (actuating),
pengkoordinasian (coordinating), bimbingan (guidance), membebaskan
(freedom), dan pertanggung jawaban (responsibility)
c. George R. Terry : perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penggerakkan (actuating), pengawasan (controlling).
Terkenal dengan singkatan POAC
d. Barton : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
penyusunan staf (staffing), penyusunan anggaran belanja (budgeting),
pelaksanaan (implementing), pengkoordinasian (coordinating),
pelaporan (reporting) dan penilaian (evaluation).
e. Luther M. Gullick : perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyusunan staf (staffing), pengarahan (directing),
pengkoordinasian (coordinating), pelaporan (reporting), penyusunan
anggaran belanja(budgeting). Terkenal dengan singkatan POSDCORB.
f. Hendry Fayol : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
perintah (commanding), pengkoordinasian (coordinating), dan
pengawasan controlling).
3. Keluaran
Yaitu hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Untuk administrasi
kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan kesehatan.
Secara umum pelayanan kesehatan dibedakan atas 2 macam yaitu
pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Sasaran
Yaitu kepada siapa keluaran yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan
tersebut ditujukan. Untuk administrasi kesehatan, sasaran dibedakan atas 4
macam yaitu perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dapat
bersifat langsung (direct target group) atau sasaran tidak langsung (indirect
target group).
5. Dampak
Yaitu akibat yang ditimbulkan oleh keluaran. Dampak yang diharapkan
adalah makin meningkatnya derajat kesehatan. Peningkatan derajat
kesehatan ini hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan dan tuntutan
perseorangan. Keluarga, kelompok dan masyarakat terhadap kesehatan,
pelayanan kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat terpenuhi.
Kebutuhan dan tuntutan ini adalah sesuatu yang terdapat pada pihak
pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Apa saja langkah-langkah PTP (Perencanaan Tingkat Puskesmas) ?


1. Tahap persiapan, yaitu: mempersiapkan pihak-pihak/petugas dengan
pembentukan Tim Perencana Tingkat Puskesmas (PTP) yang akan terlibat,
agar memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan dalam proses
perencanaan, juga mempersiapkan informasi situasi program (kegiatan,
hasil, bahan lain) serta informasi kebijakan kesehatan serta petunjuk-
petunjuk perencanaan kesehatan dari unit organisasi diatasnya dan
dokumen yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan.

2. Tahap Analisis situasi, yaitu diperlukan data dan informasi untuk


mengetahui dan memahami keadaan dan permasalahan operasional
Puskesmas yang perlu ditanggulangi berupa identifikasi masalah, penamaan
dan penetapan prioritas masalah. Dengan melihat data situasi umum dan
data khusus serta data pencapaian target program, kemudian dilakukan
analisis.

3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) pada dasarnya melalui


kegiatan perumusan masalah pencapaian kegiatan program, perumusan
penyebab terjadinya masalah dan akhirnya menyusun R.U.K.. R.U.K
adalah tersusunnya rencana dan prioritas rencana penyelesaian masalah
dengan analisis sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan menyusun
prioritas penyelesaian. R.U.K ini kemudian diajukan ke Dinas
Kabupaten/Kota, yang penyebarannya sudah dirumuskan kedalam format
RUK, yang mengandung jenis kegiatan lengkap dengan rincian
anggarannya/biaya yang diperlukan. Biasanya karena keterbatasan dana,
tidak semua usulan kegiatan Puskesmas bisa terpenuhi. Juga sampai saat ini
belum banyak Puskesmas yang mencantumkan jumlah yang diperlukan,
karena selama ini Puskesmas lebih banyak menunggu jumlah angaran yang
ditentukan oleh pemerintah daerah.

4. Tahap rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang disebut pula Plan Of


Action (POA). Penyusunan R.P.K dilaksanakan melalui suatu pembahasan
dalam mini lokakarya pada tahun yang sedang berjalan setelah Rakerkesda
Dati II. RPK disusun setelah diterimanya alokasi dana yang diberikan oleh
pemerintah daerah ke Puskesmas. Setelah ada informasi tentang besarnya
biaya yang bisa disediakan oleh dinas kesehatan kabupate/kota, Puskesmas
bisa menelaah ulang tentang usulan kegiatannya dalam rangka
memantapkan pengecekan, pelaksanaan kegiatan dalam tahun yang sedang
berjalan. Bila dana mencukupi, usulan kegiatan tidak mengalami
perubahan. Namun bila hanya sebagian dana yang diberikan, maka
Puskesmas harus memperbaiki usulan kegiatannya.

Bila pemerintah daerah hanya memberikan anggaran sebanyak 70%,


maka Puskesmas perlu menurunkan target dan memodifikasi kegiatan agar
70% dana itu dapat digunakan secara efektf dan efisien, dengan menyusun
perencanaan (RPK) berupa jadwal kegiatan yang mencakup waktu, jenis
kegiatan, sasaran, tempat, pelaksana dan penanggung jawab.

III. Sintesis Masalah

1 Administrasi Kesehatan

Pengertian Administrasi Kesehatan Masyarakat

Administrasi adalah usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan


sebelumnya dengan memanfaatkan orang lain (G.R. Terry). Administrasi adalah suatu
proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang di dasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
Administrasi kesehatan masyarakat adalah administrasi yang diterapkan pada
pelayanan kesehatan demi tercapainya suatu keadaan sehat.

Konsep Administrasi Kesehatan Masyarakat


Konsep administrasi kesehatan masyarakat digambarkan sebagai model kubus sebagai
berikut:

Pada bagian pertama kita kenal dengan Teori H.L. Blum mengenai derajat
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Pada
bagian kedua kita kenal sebagai fungsi manajemen yang merupakan elemen-elemen
dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan
dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Fungsi manajemen yang dikenal dengan POACE meliputi,
o Planning (perencanaan) yaitu suatu kegiatan membuat tujuan dan diikuti dengan
membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
tersebut.
o Organizing (pengorganisasian) yaitu suatu kegiatan pengaturan pada sumber
daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki untuk menjalankan
rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan.
o Actuating (penggerakan) berhubungan dengan bagaimana cara melakukan atau
menggerakan personal untuk menjalankan tugas dan perannya masing-masing
di dalam organisasi.
o Controlling (pengawasan) yaitu suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan
standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika
diperlukan.
o Evaluating (penilaian) memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
Sedangkan di bagian ketiga adalah Tingkat Pencegahan menurut Level & Clark ,
dikenal dengan istilah Five levels of prevention, yaitu :
Health Promotion, Menghindari kemunculan dari/ adanya faktor resiko.
Specific Protection, Upaya Proteksi Kesehatan yang bertujuan untuk
mengurangi/menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin untuk
mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya tahan tubuh.
Early Diagnosis and Prompt Treatment, Upaya diagnosis dini & tindakan
segeraditujukan pada penderita/dianggap menderia (suspect)/ terancam akan
menderita, bila pejamu sakit, setidak tidaknya diduga sakit (penyakitnya
masih ringan) untuk mencegah orang lain tertular.
Disability Limitation, Upaya Pemberantasan akibat buruk (Pengobatan/
Kurative) untuk mencegah meluasnya penyakit/timbulnya wabah & proses
penyakit lebih lanjut.
Rehabilitation/rehabilitasi yaitu untuk membantu memulihkan orang yang
memilki penyakit kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya.

Pengertian Administrasi

Jika menyebutkan perkataan Administrasi Kesehatan ada dua pengertian yang


terkandung di dalamnya, yakni pengertian administrasi di satu pihak serta pengertian
kesehatan dipihak lain.
Administrasi berasal dari kata administrare (latin; ad = pada, ministrare =
melayani) dengan demikian jika ditinjau dari asal kata administrasi berarti
memberikan pelayanan kepada masyarakat. (Azwar Azrul,1993)
Pada saat ini administrasi telah berkembang menjadi suatu cabang ilmu
tersendiri, untuk itu banayak pengertian administrasi yang telah dikenal salah satu
diantaranya ialah :
Administrasi adalah upaya mencapai tujuan yang diinginkan dengan
menciptakan lingkungan kerja yang menguntungkan (Koontz ODonnel). (Azwar
Azrul,1993) Administrasi merupakan wadah dan proses yang menentukan kebijakan
dimana organisasi dan manjemen dipakai sebagai sarana untuk menentukan kebijakan
umum, dengan memanfaatkan organisasi dan proses manjemen dalam usahanya untuk
mencapai tujuan.
Dalam membahas tentang administrasi sering dikaitkan dengan manajemen
yang berasal dari kata managie (latin; manus = tangan, agree = melakukan,
melaksanakan) yang berarti melakukan dengan tangan. Manajemen dan administrasi
sering dipersamakan , namun yang jelas memang tidak dapat dipisahkan. Perlu
dibedakan pengertian Administrasi dalam arti sempit (Tata usaha, pekerjaan
Perkantoran - office work) dan Administrasi dalam arti luas (manajemen keseluruhan:
Asas manajemen, proses manajemen, fungsi manajemen dan kelembagaan. (Suarli,
Yayan ,2009)
Manajemen adalah proses untuk mendefenisikan tujuan dan membuatnya
efektif melalui organisasi untuk mencapai satu tujuan.(Tulchinsky, Varavikova, 2000)
Berdasarkan pengertian, peranan dan fungsinya administrasi sering di samakan
dengan manjemen, karena manajemen memiliki peranan dan fungsi yang tidak jauh
berbeda dari administrasi.
Administrasi atau manjemen dalam dunia kesehatan sangat diperlukan agar
dalam pelaksanaan program kesehatan dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
Administrasi pada dasarnya merupakan usaha tertentu untuk mencapai suatu tujuan
(Maidin Alimin, 2004). Para penyedia ataupun tenaga kesehatan dalam
mempergunakan administrasi kesehatan memerlukan persiapan baik dalam teori
maupun praktek. (Tulchinsky,Varavikova, 2000)
Mengenai manajemen hendaknya disadari bahwa ilmu ini adalah alat dan
bukan tujuan organisasi; sekaligus dalam alam pikiran kita tertera antara lain fungsi
manajemen, unsur manajemen, asap/prinsip organisasi (manajemen), teknik
manajemen, dan berkaitan dengan kepemimpinan (managerial atau leadership).
Dengan memahami perkembangan konsep manajemen, pengertian manajemen,
organisasi dan kepemimpinan seorang manajer dengan kepemimpinannya diharapkan
dapat mencapai hasil kegiatan secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi yang
diharapkan. (Azwar Azrul,1993).

Unsur Pokok Administrasi Kesehatan

Jika diperhatikan batasan administrasi kesehatan sebagaimana dikemukakan diatas,


segera terlihat bahwa dalam batasan tersebut dikemukakan setidak-tidaknya 5 unsur
pokok yang peranannya amat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya
pelaksanaan administrasi kesehatan. Kelima unsur pokok yang dimaksud ialah
masukan (input), proses (process), keluaran (output), sasaran (target), serta dampak
(impac).
1. Masukan
Yang dimaksud dengan masukan (input), dalam administrasi adalah segala
sesuatu yang dibutuhkanuntuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi.
Masukan ini dikenal pula dapat melaksanakan pekerjaan administrasi (tools of
administration). Masukan dan/atau perangkat administrasi tersebut banyak
macamnya.

Beberapa diantaranya yang terpenting adalah :


Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat
Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat memebedakan
masukan dan/atau perangkat administrasi atas tiga macam, yaitu :
a. Sumber
Yang dimaksud dengan sumber (resources) adalah segala sesuatu untuk
menghasilkan barang atau jasa. Sumber ini secara umum dapat dibedakan
atas tiga macam, yakni :
i. Sumber Tenaga
Sumber tenaga (Labour Resources) dibedakan atas dua macam,
yakni tenaga ahli (skilled) seperti Dokter, dokter gigi, Bidan,
Perawat serta tenaga tidak ahli (unskilled), seperti pesuruh, penjaga
malam dan pekerjakasar lainnya.
ii. Sumber Modal
Sumber modal (Capital Resources) banyak macamnya. Jika
disederhanakan dapat dibedakan atas dua macam, yakni modal
bergerak (working capital) seperti uang dan giro serta modal tidak
bergerak (fixed capital) seperti bangunan, tanah, dan sarana
kesehatan.
iii. Sumber Alamiah
Yang dimaksud dengan sumber alamiah (natural resources) adalah
segala sesuatu yang terdapat dialam yang tidak termasuk sumber
tenaga dan sumber modal. (Azwar Azrul,1993)
iv. Tata Cara
Yang dimaksud tentang cara (procedures) adalah berbagai kemajuan
ilmu dan teknologi kedokteran yang dimiliki dan yang diterapkan.
(Azwar Azrul,1993)
v. Kesanggupan
Yang dimaksud dengan kesanggupan (capity) adalah kaedaan fisik,
mental dan biologis tenaga pelaksana. Sacara umum bahwa
kesanggupan tenaga pelaksana dari Negara yang telah maju lebih
tinggi dari pada Negara yang lebih maju lebih tinggi dari pada
tenaga pelaksana dari tenaga pelaksana dari Negara yang masih
terbelakang.
Mudah dipahami karena memanglah keadaan kesehatan serta keadaan gizi
masyarakat dinegara yang telah maju, jauh lebih baik dari pada Negara yang
masih terbelakang.( Azwar Azrul,1993)

Pembagian lain yang banyak dikenal dimasyarakat ialah yang disebut sebagai
4M, yakni manusia,(man), uang(money), sarana (material), dan metode
(methodh) untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan serta 6M, yakni
manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (metodh), pasar
(market) serta mesin (machianery) untuk organisasi yang mencari keuntungan.

2. Proses
Yang dimaksud dengan proses (process) dalam administrasi adalah
langkah-langkah yang harus mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses ini
dikenal dengan nama fungsi administrasi (function of administration). Pada
umumnya proses dan ataupun fungsi administrasi ini merupakan tanggung
jawab pimpinan.(Azwar Azrul,1993)
Pada saat ini dengan makin berkembangnya ilmu administrasi, maka
pembagian fungsi administrasi makin banyak pula. Berbagai pembagian
tersebut, meskipun bervariasi, namun jika dikaji secara mendalam pada
dasarnya tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti.(Azwar Azrul,1993)

Dalam praktek sehari-hari untuk memudahkan pelaksanaannya, berbagai fungsi


administrasi ini sering disederhanakan menjadi 4 macam saja, yaitu :
a. Perencanaan (planning) yang didalamnya termasuk penyusun anggaran
belanja.
b. Pengorganisasian (organizing) yang didalamnya termasuk penyusunan
staf.
c. Pelaksanaan (implementing) yang didalamnya termasuk pengarahan,
pengkoordinasian,bimbingan, penggerakan dan pengawasan.
d. Penilaian (evaluation) yang didalamnya termasuk penyusunan laporan.
(Azwar Azwar,1993)

3. Keluaran
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah hasil dari suatu pekerjaan
administrasi. Untuk administrasi kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan
nama pelayanan kesehatan (health service). Pada saat ini pelayanan kesehatan
tersebut banyak macamnya, secara umum dapat dibedakan atas 2 macam.
a. Pelayanan kedokteran (medical sevices)
b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services).
4. Sasaran
Yang dimaksud dengan sasaran (target group) adalah kepada siapa keluaran
yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan. Untuk administrasi
kesehatan sasaran yang dimaksudkan disini dibedakan atas 4 macam, yakni
perseorangan, keluarga , kelompok dan masyarakat. Dapat bersifat sasaran
langsung (direct target group) atau pun bersifat sasaran tidak langsung (indirect
group target). ( Azwar Azrul,1993)

5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak adalah akibat yang ditimbulakn oleh keluaran,
untuk administrasi kesehatan, dampak yang diharapkan adalah makin
meningkatnya derjat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini hanya akan
dapat dicapai apabila kebutuhan dan tuntutan perseorangan, keluarga dan
kelompok dan/atau masyarakat terhadap kesehatan, pelayanan kedokteran serta
lingkungan yang sehat dapat terpenuhi. Kebutuhan dan tuntutan ini adalh
sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan (health
consumer).
a. Kebutuhan Kesehatan
Kebutuhan kesehatan pada dasarnya bersifat objektif dan karena itu untuk
dapat meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok
dan ataupun masyarakat upaya untuk memenuhinya bersifat mutlak.
Sebagai sesuatu yang bersifat objektif, maka munculnya kebutuhan
kesehatan sangat ditentukan oleh masalah kesehatan nyata yang
ditemukan dimasyarakat. Jika diketahui bahwa munculnya suatu penyakit
sebagaimana dikemukakan oleh Gordon dan LE Richt 1950 sangat
ditentukann oleh faktor utama, yakni: pejamu (host), penyebab penyakit
(agent) serta lingkungan (environment), maka dalam upaya menemukan
kebutuhan kesehatan, perhatian haruslah ditujukan kepada ketiga faktor
tersebut. (Azwar Azrul,1993)
b. Tuntutan Kesehatan
Berbeda halnya dengan kebutuhan, tuntutan kesehatan (health demande)
pada dasarnya bersifat subjektif oleh karena itu pemenuhan tuntutan
kasehatan tersebut hanya bersifat fakultatif, dengan perkataan ini
terpenuhi atau tidaknya tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok, dan ataupun masyarakat tidak terlalu menetukan tercapai atau
tidaknya kehendak untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena tuntutan
kesehatan bersifat subjektif, maka munculnya tuntutan kesehatan tersebut
dipengariuhi oleh faktor-faltor bersifat sujektif pula. (Azwar Azrul,1993)

Ruang Lingkup Administrasi Kesehatan

Jika dikaji secara mendalam batasan administrasi kesehatan sebagaimana yang telah
dirumuskan oleh Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat tahun
1974, segera terlihat bahwa ruang lingkup administrasi kesehatan mencakup bidang
yang amat luas yang jika disederhanakan dapat dibagi menjadi dua macam, yakni:
1. Kegiatan Administrasi
Telah disebutkan bahwa melaksanakan semua fungsi administrasi sama artinya
dengan melaksanakan semua fungsi administrasi dengan pengertian seperti ini
menjadi jelas bahwa kegiatan utama yang dilakukan pada aministrasi itu sendiri
mulai dari fungsi perncanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan
fungsi pengawasan (Terry).

Karena kegiatan utama administrasi adalah melaksanakan semua fungsi


administrasi maka jelas pula bahwa melaksanakan pekerjaan tata usaha.
Pekerjaan administrasi bukan sekedar mengetik, mengagenda dan ataupun
menyimpan arsip surat menyurat (office work) yang merupakan pekerjaan
pokok seorang usaha.(Azwar Azrul,1993)

2. Objek dan Subjek Administrasi


Telah disebutkan bahwa objek dan subjek administrasi kesehatan adalah sistem
kesehatan yang berarti dapat menyelenggarakan administrasi kesehatan perlu
dipahami dahulu apa yang dimaksud dengan sistem kesehatan. Pengertian
tentang sistem kesehatan banyak macamnya, menjabarkan batasan sebagaiman
yang dirumuskan oleh WHO (1984), yang dimaksud dengan sistem kesehatan
tidak lain adalah suatu kumpulan dari berbagai faktor yang kompleks dan saling
berhubungan yang terdapat pada suatu Negara dan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok, serta masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan.

Sistem kesehatan itu sendiri mencakup hal yang amat luas sekali. Jika
disederhanankan dapat dibedakan atas dua subsistem, pertama subsistem
pelayanan kesehatan, kedua subsistem pembiayaan kesehatan. Untuk dapat
terselenggaranya upaya kesehatan yang baik, kedua subsistem ini perlu ditata
dengan sebaik-baiknya.(Azwar Azrul,1993)

Ruang lingkup administrasi kebijakan kesehatan secara umum meliputi :


a. Kebijakan Kesehatan (Health Policy)
Kebijakan kesehatan membahas tentang penggarisan kebijaksanaan
pengambilan keputusan, kepemimpinan, public relation, penggerakan peran
serta masyarakat dalam pengelolaan program program kesehatan.
b. Hukum Kesehatan (Health Law)
Hukum kesehatan membahas tentang peraturan atau perundangan di bidang
kesehatan meliputi : undang undang kesehatan, hospital by law, informed
consent, dan sebagainya.
c. Ekonomi Kesehatan (Health Economic)
Ekonomi kesehatan membahas tentang konsep pembiayaan kesehatan, asuransi
kesehatan, analisis biaya, dan sebagainya.
d. Manajemen Tenaga Kesehatan (Health Man Power)
Manajemen tenaga kesehatan membahas tentang perencanaan kebutuhan tenaga
kesehatan, motivasi tenaga kesehatan, kinerja tenaga kesehatan , dan
sebagainya.
e. Administrasi Rumah Sakit (Hospital Administration)
Administrasi rumah sakit membahas tentang organisasi dan manajemen rumah
sakit, manajemen SDM rumah sakit, manajemen keuangan rumah sakit,
manajemen logistic, dan sebagainya.

Manfaat Administrasi Kesehatan

Jika diperhatikan batasan administrasi kesehatan sebagaimana yang telah dirumuskan


oleh Komisi Pendididkan Administrasi Kesehatan 1947 segera terlihat manfaat yang
diperoleh dari diterapkannya administrasi kesehatan secara umum dibedakan atas 3
macam, yaitu:
1. Dapat dikelola sumber, tata cara, dan kesanggupan secara efektif dan efisien.
Administrasi kesehatan jelas dapat menyajikan penhelolaan yang dimaksud
karena memang dalam melaksanakan pekerjaan administrasi kesehatan dikenal
dengan adanya antara lain fungsi perencanaan yang dapat mengatur
pemanfaatan sumber, tata cara, dan kesanggupan secara efektif dan efisien.
Sesungguhnya masalah efektif dan efisien ini telah sejak lama menjadi pusat
perhatian para ahli administrasi. Setidaknya pada abad-18 ketika berlangsung
revolusi industri di Inggris upaya ini diwujudkan dengan memperkenalkan
falsafah administrasi baru dari job centered menjadi human centered serta dari
orientasi efektivitas menjadi orientasi efektivitas dan efisien hal yang sama juga
diperoleh Frederick Winslow Taylor (dikenal sebagai bapak gerakan
administrasi ilmiah) serta Hendry Fayol (dikenal sebagai bapak teori
admnistrasi modern). Setelah Taylor melakukan penelitian berjudul Time and
Motion Study dan kemudian dipublikasikan dalam bukunya yang terkenal The
Principle Of Scientific Management, berhasil merumuskan pendapatnya bahwa
efektivitas dan efisien erat hubunganannya dengan penggunaan waktu dengan
kegiatan yang tidak produktif sedangkan Fayol membahas masalah efektivitas
dan efisien ini melalui pengkajian terhadap kemampuan pemimpin. Kajian
tersebut kemudian dituliskan dalam bukunya yang terkenal General and
Industrial Management.(Azwar Azrul,1993)
2. Dapat dipenuhi kebutuhan dan tuntutan secara tepat dan sesuai mengenal
kebutuhan dan tuntutan.
Dalam melaksanakan administrasi kesehatan. Setiap upaya kesehatan yang
dilaksanakan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dan tuntutan tersebut agar
kebutuhan dan tuntutan yang seperti ini dapat dipenuhi, tentu diperlukan
keterampilan unutk menentukan kebutuhan dan tuntutan itu sendiri. Disini
menjadi penting peranana administrasi kesehatan, karena dengan diterapkannya
administrasi kesehatan tersebut akan dapat diketahui dengan tepat berbagai
kebutuhan dan tuntutan yang terdapat dalam masyarakat.(Azwar Azrul,1993)

3. Dapat disediakan dan diselenggarakan upaya kesehatan sebaik-baiknya karena


upaya kesehatan dapat mengatur pemanfaatan sumber, tata cara, dan
kesanggupan yang dimiliki dengan baik, serta dapat menetukan kebutuhan dan
tuntutan dengan tepat, maka dapat diharapkan tersedia dan terselenggaranya
upaya kesehatan yang sebaik-baiknya.

Upaya untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan

1. Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah
atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik.
2. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan
hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada
sumber-sumber sosial dan personal.
3. Melalui teori Blum kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk,
dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan
cara memperbaiki 4 aspek utama determinan kesehatan, yaitu genetik,
lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.
4. Memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat terutama bagi warga
miskin agar dapat meningkatkan kesejahteraan maupun derajat kesehatan
masyarakat.
Contohnya, Program KJS (Kartu Jakarta Sehat), Jamkesmas (Jaminan
Kesehatan Masyarakat), dan Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah).
5. Mengadakan atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama
bagi masyarakat di daerah ataupun pedesaan untuk mendorong pemeliharaan
kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya.
6. Pelayanan kesehatan yang bermutu oleh Rumah Sakit dengan meningkatkan
derajat keseshatan masyarakat melalui fasilitasnya yang memadai dan layak
pakai serta administrasinya yang teratur sehingga terjamin pelayanan yang
memuaskan kepada masyarakat.
7. Meningkatan kualitas tenaga ahli kesehatan masyarakat agar mampu
mempengaruhi masyarakat untuk menciptakan pola hidup bersih dan pola
hidup sehat.
8. Melakukan gerakan yang dapat membiasakan masyarakat melakukan dan
membudayakan hidup bersih dan sehat.
Contohnya, Membiasakan mencuci tangan sebelum makan, Melakukan
kerjabakti untuk melaksanakan program 3M, Mengikuti program KB (bagi
yang sudah Menikah).
2. PWS KIA
A. Pengertian

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA)


adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu
wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat.Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir
dengan komplikasi, bayi, dan balita.

Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat


menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko/
komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh
penanganan yang memadai.

Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi
dan komunikasi kepada sector terkait, khususnya aparat setempat yang berperan
dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam
memecahkan masalah non teknis misalnya : bumil KEK, rujukan kasus dengan
resiko. Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut
berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA.PWS KIA dikembangkan
untuk intensifikasi manajemen program.Walaupun demikian hasil rekapitulasinya
di tingkat puskesmas dan kabupatan dapat di pakai untuk menentukan puskesmas
dan desa / kelurahan yang rawan.Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat
propinsi dapat dipakai untuk menentukan kabupaten yang rawan.

B. Tujuan

1. Umum

Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas,


melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.

2. Khusus
a. Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara
teratur
( bulanan ) dan terus menerus.
b. Menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian.
c. Menentukan urutan daerah prioritas yang akan ditangani secara intensif.
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
e. Membangkitkan peran pamong dalam menggerakkan sasaran dan mobilisasi
sumber daya.

C. Prinsip Pengelolaan Program KIA

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan


serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA
dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan
kesehatan dengan mutu sesuai standar serta manjangkau seluruh sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di
semua pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta
menjangkau seluruh sasaran.
4. Peningkatan deteksi dini resiko/ komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
5. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara
adekuat dan pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.
6. Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai
standar dan menjangkau seluruh sasaran.
7. Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
8. Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada
bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
9. Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar.

1. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan
standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku standar
pelayanan kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik ( umum dan kebidanan ), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus ( sesuai
resiko yang ditemukan dalam pemeriksaan ). Dalam penerapannya terdiri
atas :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Tinggi fundus uteri
d. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus Toksoi
(TT) bila diperlukan
e. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
f. Tes laboraturium ( rutin dan kusus )
g. Tata laksana kasus
h. Temu wicara ( konseling )

Pemeriksaan laboraturium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein


urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan kusus dilakukan di daerah
prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku berisiko; dilakukan terhadap HIV,
sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

Dengan demikian maka secara operasional , pelayanan antenatal disebut layak


apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar 7T tersebut.

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin


perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini risiko, pencegahan dan
penanganan komplikasi.

2. Pertolongan persalinan
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan yang sesuai persalinan standart.
c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
d. Melakukan inisiasi menyusu dini ( IMD ).
e. Memberikan pada bayi baru lahir : Vit K, salep mata dan imunisasi
Hepatitis B0 (Hep B0).

3. Pelayanan kesehatan Ibu Nifas


Untuk deteksi dini komplikasi ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan
terhadap ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali
dengan distribusi waktu
a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam setelah persalinan sampai dengan
7 hari.
b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah persalinan.
c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah :

a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.


b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri ( involusi uterus ).
c. Pemeriksaan lokhea dan pengeluaran pervagina lainnya.
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali ( 2 24 jam ).
f. Pelayanan KB pasca persalinan.

4. Deteksi Dini Dan Penanganan Risiko/ Komplikasi Kebidanan Dan Bayi Baru
Lahir

Penjaringan dini kehamilan berisiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk


menemukan ibu hamil dengan resiko/ komplikasi kebidanan.

Kehamilan merupakan proses reproduksi yanh normal, tetapi tetap mempunyai


resiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga
kesehatan dan masyarakat tentang adanya resiko dan komplikasi, serta penanganan
yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan penurunan angka
kematian ibu dan bayi yang dilahirkan.

Faktor resiko pada ibu hamil :

a) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.


b) Anak lebih dari 4
c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
d) kurang energy kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm, atau gizi buruk dengan indeks massa tubuh <>
e) Anemia : hemoglobin <>
f) Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan
tulang belakang.
g) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan
ini.
h) Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkolosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (diabetes mellitus,
Sistemik Lupus Eritematosis dll), Tumor dan Keganasan.
i) Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, Kehamilan Ekotopik
Terganggu, Mola Hidatidosa, Ketuban Pecah Dini, Bayi dengan cacat
Kongenital.
j) Riwayat persalinan beresiko : persalinan dengan seksio sesaria, ekstraksi
vakum/ forceps.
k) Riwayat nifas beresiko : pendarahan pasca persalinan, Infeksi masa nifas,
psikosis post partum (post partum blues)
l) Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat
cacat congenital.

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :


a) Pendarahan pervaginam pada kehamilan : keguguran, Plasenta Previa,
Solusio Plasenta.
b) Hipertensi dalam kehamilan (HDK) : tekanan darah tinggi (sistolik>140
mmHg, diastolik>90mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
c) Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
d) Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar.
e) Kalinan letak & posisi janin : Lintang/Oblique,Sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
f) Ancaman persalinan premature.
g) Ketuban pecah dini.
h) Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis.
i) Distosia : persalinan macet, persalinan tak maju.
j) Perdarahan pasca persalinan : atonia uteri, retensi plasenta, robekan jalan
lahir, kelainan darah.
k) Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang
adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan.Factor waktu dan transportasi merupakan hal
yang sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi.Oleh karenanya deteksi
faktor resiko pada ibu bayi oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan
salah satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.

5. Penanganan komplikasi Kebidanan

Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan.Diperkirakan sekitar 15-
20% ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam
kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga atau diramalkan sebelumnya,
oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar
komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani.

Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi


kebidanan, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan obstetric dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai
dari bidan, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam.

Pelayanan medis yang dapat dilakukakan dipuskesmas mampu PONED meliputi


pelayanan obtetri uang terdiri dari :

a) Penanganan perdarahan pada kehamilan , persalinan, dan nifas


b) Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan ( preeklamsi dan eklamsi)
c) Pencegahan dan penaganan infeksi
d) Penanganan partus lama / macet
e) Penanganan abortus

Sedangkan pelayanan neonatus meliputi :

a) Pencegahan dan penanganan asfiksia


b) Pencegahan dan penanganan hipotermi
c) Penanganan bayi berat lahir rendah ( BBLR)
d) Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang, ikterus ringan-sedang
e) Pencegahan dan penanganan gangguan minum

6. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap


pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada
bayi tau bayi mengalami masalah kesehatan. Resiko terbesar kematian bayi baru lahir
terjadi pada 24 jam pertama dan bulan pertama kehidupannya.

Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal difasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan neonatal I sekaligus memastikan bahwa bayi dalam keadaan
sehat , pada saat bayi pulang atau bidan meninggalkan bayi jika persalinan dirumah.

Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan pendekatan kompherensif,


manajemen terpadu bayi muda untuk bidan / perawat yang meliputi:
a. Pemeriksaan tanda bahaya sepertikemungkinan infeksi, bakteri, ikterus, diare berat
badan rendah.
b. Perawatan tali pusat.
c. Pemberian vit K 1 bila belum diberikan pada saat lahir.
d. Imunisasi Hep B 0 bila belum diberikan pada saat lahir.
e. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif , pencegaha
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan
menggunakan buku KIA.
f. Penanganan dan rujukan kasus
Dilaksanakan oleh dokter spesialis anak/dokter/bidan/perawat terlatih, baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.Setiap neonatus harus diberikan
pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali pada minggu pertama, dan satu kali pada
minggu kedua setelah lahir.

Pelaksanan pelayanan kesehatan neonatus:

a. Kunjungan neonatal hari ke 1 (KN 1)


1) Untuk bayi baru lahir difasilitas kesehatan pelayanan dapat dilaksanakan
sebelum bayi pulang dari fasilitas kesehatan (e24 jam)
2) Untuk bayi baru lahir dirumah , bila bidan meninggalakan bayi sebelum 24
jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6-24 jam setelah lahir.

b. Kunjungan neonatal hari ke 3 (KN 2)

Pada hari ketiga

c. Kunjungan noenatal minggu ke 2 (KN 3)

Pada minggu kedua

7. Pelayanan Kesehatan Bayi

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan


kesehatan dasar , mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapatPertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas
hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak
mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi:

a. Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1-4, DPT-HB 1-3, Campak)


b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan)
d. Konseling ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI
e. Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di rumah
menggunakan Buku KIA
f. Penanganan dan rujukan kasus

Pelayanan kesehatan bayi (29 hari-11 bulan) dilaksanakan oleh dokter spesialis
anak/dokter/bidan/perawat terlatih baik di fasilitas kesehatan maupun melalui
kunjungan rumah.Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya
satu kali pada triwulan I, satu kali pada triwulan II, satu kali pada triwulan III dan satu
kali pada triwulan IV.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:


a. Kunjungan bayi antara umur 29 hari - 3 bulan
b. Kunjungan bayi antara umur 3 6 bulan
c. Kunjungan bayi antara umur 6 9 bulan
d. Kunjungan bayi antara umur 9 11 bulan

8. Pelayanan Neonatus Dengan Komplikasi


Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi
neonatal. Hari pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan
yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim
kepada kehidupan di luar rahim.Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat
cepat memburuk, sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi
kematian.Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama
kemudian bulan pertama kehidupannya.
Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan
penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian oleh
dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah
bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Komplikasi pada neonatus antara lain: Asfiksia, Kejang, Ikterus, Hipotermia,
Tetanus Neonatorum, Sepsis, Trauma lahir, BBLR (bayi berat lahir rendah)
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas
penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu
PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat)
puskesmas mampu PONED. Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang
memiliki kemampuan serta fasilitas PONED 24 jam untuk memberikan pelayanan
terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas dan kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di
desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak
mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU kabupaten /
kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif
(PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan
pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II dan tranfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus
kasus komplikasi kebidanan dapat ditangani secara optimal sehingga dapat
mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir.

9. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual


berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana
terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan,berfikir,berbicara,serta pertumbuhan
mental yang intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini
stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan
rangsangan pengembangan otak. Dilain pihak upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dinimenjadi sangat penting agar
dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan kearah yang lebih berat.

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak yang
berumur 12 59 bulan yang sesuai dengan standart oleh tenaga kesehatan, ahli gizi,
penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain, yang meliputi :

a. Pelayanan pemantauan prtumbuhan setiap bulan yang tercatat dalam buku


KIA/KMS, dan Pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) serta mendapat Vitamin A 2 kali dalam satahun.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita setiap bulan
yang tercatat pada buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan
berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus di rujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
b. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik
halus, bahasa, sosialisasi, dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6
bulan). Pelayana SDIDTK di berikan di dalam gedung (sarana pelayanan
kesehatan) maupun di luar gedung.
c. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak balita
minimal 2 kali pertahun.
d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.

10. Pelayanan KB Berkualitas

Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB yang sesuai dengan standar


dengan menghormati hak individu sehingga diharapkan mampu meningkatkan derajat
kesehatan dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan).

Pelayanan KB bertujuan untuk menunda, menjarangkan, dan/atau


menghentikan kehamilan, dengan menggunakan metode kontrasepsi. Metode
Kontrasepsi meliputi:

a. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi).


b. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
c. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomo, dan tubektomi).

Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif (Contraseptive


Prevalence Rate/CPR) mencapai 60,3% (SDKI 2002) dan angka ini merupakan
pencapaian tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang
dipakai lebih banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik.
Menurut data SDKI 2002 akseptor KB yang menggunakan suntik sebesar 21,1%, pil
15,4%, AKDR 8,1%, susuk 6%, tubektomi 3%, vasektomi 0,4%, dan kondom 0,7%.

Hal ini terkait dengan tingginya angka putus pemakaian (DO) pada metode
jangka pendek sehingga perlu pemantauan yang terus-menerus.Disamping itu
pengelola program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan 4
terlalu (terlalu muda, tua, sering, dan banyak).

Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta KB perlu


diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan peningkatan aspek
kualitas, teknis, dan aspek manajerial pelayanan KB.Dari aspek kualitas perlu
diterapkan pelayanan yang sesuai standar dan variasi pilihan metode KB, sedangkan
dari segi teknis perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan.Selanjutnya asoek manajerial, pengelola program KB perlu
melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB dan system pencatatan
dan pelaporan pelayanan KB.
D. Batasan dan Indikator Pemantauan
1. Batasan
a. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehaan
untuk ibu selama masa kehamilannya , yang dilaksanankan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang di tetapkan .
b. Penjaringan / deteksi dini kehamilan beresiko
Kegiatan ini bertujuan menemukan bumil beresiko/kompilkasi oleh kader,
dukun bayi dan tenaga kesehatan .
c. Kunjungan ibu hamil
Yang di maksud kunjungan ibu hamil di sini adalah kontak ibu hamil
dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
dengan standar yang di tetapkan .
Istilah kunjungan di sini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang
berkunjung ke fasilitas pelayanan , tetapi tidak kontak dengan tenaga
kesehatan (di posyandu , pondok bersalin desa , kunjungan rumah ) dengan
ibu hamil untuk dapat memberikan pelayanan antenatal sesuai standar
dapat di anggap sebagai kunjungan ibu hamil .
d. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan .
e .K4

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau
lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang di
tetapkan dengan syarat :

1) Minimal 1 kali pada triwulan pertama


2) Minimal 1 kali pada triwulan kedua
3) Minimal 2 kali pada triwulan ke tiga

f.kunjungan Neonatal (KN)

adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk


mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam
maupun di luar gedung puskesmas (termasuk di bidan desa , polindes dan
kunjungan rumah ) dengan ketentuan

1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6
jam sampai setelah lahir hari ke tujuh)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke dua puluh
delapan (8-28 hari )
3) Pertolongan pertama oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan
neonatal

Contoh : Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai hari ke tujuh (1-7 hari)

Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke dua puluh delapan.

Hr 1 s/d 7 Hr 8 s/d 28 Keterangan

X X Sebagai KN

- XX Bukan KN

XX - Bukan KN

XX XX Sebagai KN

g. Kunjungan ibu Nifas (KF)

adalah kontak ibu nifas dengan tenaga kesehatan minimal 3 kali untuk mendapatkan
pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas , baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas termasuk bila di desa , polindes dan kunjungan rumah dengan
ketentuan :

1) Kunjungan pertama kali pada hari pertama samapai hari ketujuh (1-7 hari)
2) Kunjungan ke dua kali pada hari ke delapan sampai hari ke duapuluh delapan
(8-28 hari)
3) Kunjungan ketiga kali pada hari keduapulah sembilan sampai dengan hari ke
empat puluh dua (29-42 hari)
4) Contoh :

Hr 1 s/d 7 Hr 8 s/d 28 29 s/d 42 Keterangan

X X X Kunjungan KF

- XX X Bukan KF

X XX - Bukan KF

X - X Bukan KF
h. Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil disuatu wilayah dalam
kurun waktu 1 tahun.
i. Ibu hamil beresiko
Adalah ibu hamil yang mempunyai faktor resiko dan resiko tinggi.
2. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan terdiri dari 2 kelompok yaitu indikator pemantauan
tehnis dan non tehnis.
a. Indikator Pemantauan Tehnis
1) Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
a) Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali
mendapatkan pelayanan oleh tenaga kesehatan.
b) Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat.
c) Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah:

Jumlah Kunjungan Baru (K1) Ibu Hamil x 100%

d) Jumlah sasaran
Jumlah ibu dalam
Sasaran 1 tahun
Ibu Hamil dapat1diperoleh
dalam Tahun melalui:
Cacah jiwa dilakukan pendataan menyeluruh dilapangan
(apabila memungkinkan).
Proyeksi dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil
dengan menggunakan rumus 1,10 x angka kelahiran kasar
(CBR) x jumlah penduduk.
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka
terakhir kabupaten / kota yang diperoleh dari kantor perwakilan
Badan Pusat Statistik di kabupaten / kota.

e) Contoh perhitungan :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil didesa / kelurahan
X di kabupaten Y yang mempunyai penduduk senyak 2000 jiwa,
maka: Jumlah ibu hamil = 1,10 x 0,027 (CBR Kabupaten Y) x
2000 = 59,4. Jadi saran ibu hamil didesa / kelurahan X adalah 59
orang.
2) Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)
a) Cakupan ibu hamil K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling
sedikit empat kali disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
b) Ibu hamil K4 adlah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat
kali dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan
adalah minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
c) Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang
mencakup minimal : a) timbang badan dan ukur tinggi badan, b)
ukuran tekanan darah, c) skrining status imunisasi tetanus (dan
pemberian tetanus toksoid), d) ukur tinggi fundus uteri, e)
pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), f) temu wicara
( pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), g) tes
laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasrakan
indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria, TBC)
d) Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal
scara lengkap(memenuhi standart pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan),yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu
hamil di suatu wilayah,di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
e) Rumus :
Jumlah Kunjungan Ibu Hamil K 4
X 100
Jumlah Sasaran Ibu Hamil dalam 1 Tahun

f) Contoh Perhitungan :
Jumlah Penduduk 500.000,Angka Kelahiran kasar (CBR)2,3%.
Hasil pelayanan antenatal K4 = 12.000 bumil Januari - Desember
2007,maka presentasi cakupan K4 adalah :
12.000
X 100
1,1 X 2,3 X 500.000 = 94,86 %

3) Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki


kompetensi kebidanan.
a) Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Pn) yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapatkan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan disatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
b) Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan
dimulai dari kala I Sampai dengan kala IV persalinan.
c) Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sesuai
dengan standart.
d) Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan
yang ditan gani oleh tenaga kesehatan,dan ini menggambarkan
kemampuan menejemn program KIA dalam pertolongan
persalinan sesuai standart.
e) Rumus :
Jumlah PersalinanOleh Tenaga Kesehatan
X 100
Jumlah Sasaran Ibu Hamil dalam 1Tahun

f) Keterangan :
Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun diperkirakan
melalui perhitungan : CBR x 1,05 x Jumlah Penduduk setempat.
g) Contoh Perhitungan :
Untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di
desa/kelurahan X di Kab.Y yang mempunyai penduduk
sebanyak 2000 jiwa,maka : Jumlah Ibu bersalin = 1,05 x 0,027
(CBR Kabupaten Y) x 2000 = 56,7.Jadi sasaran ibu bersalin di
desa/kelurahan x adalah 56 orang.
4) Cakupan pelayanan nifas oleh tanaga kesehatan
a) Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan
neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan sesuai standart.
b) Nifas adalah periode mulai 6jam sampai dengan 42 hari pasca
persalinan.
c) Pelayanan Nifas sesuai standart adalah pelayanan kepada ibu
nifas sedikitnya 3 kali ,pada 6jam pasca persalinan sampai
3hari ,pada minggu ke dua,pada minggu ke empat termasuk
pemberian vitamin A 2kali serta persiapan dan pemasangan KB
pasca persalinan.
d) Jumlah seluruh ibu nifas dihitung melalui estimasi dengan
rumus : 1,05 X CBR X Jumlah penduduk.Angka CBR dan
jumlah penduduk Kab/kota didapat dari BPS masing-masing
kab/kota/provinsi pada kurun waktu tertentu. 1,05 adalah
konstanta untuk menghitung ibu nifas.
e) Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu nifas.
f) Rumus yang digunakan :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 X
pelayanan nifas sesuai stadar disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
X 100
Jumlah seluruh ibu nifas disuatu wilayahkerja
dalam kurun waktu yang sama
g) Contoh perhitungan :

jumlah penduduk 500.000, angka kelahiran kasar (CBR) 2,3%,


hasil pelayanan nifas = 10.000 januari desember 2008. Maka
cakupan pelayanan nifas adalah

10.000
X 100 =82,82
1,05 X 2,3 X 500.000

5) Penjaringan (deteksi) ibu hamil oleh masyarakat.


a) Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran
serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di
suatu wilayah.
b) Rumus :
Jumlah ibu hamil beresiko dirujuk oleh dukun bayi
atau kader ke tenaga kesehatan
X 100
Jumlah sasaran ibu hamil dalam1 tahun

6) Cakupan pelayanan Neonatal (KN1) oleh tenaga kesehatan


a) Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan neonatal.
b) Rumus :

Jumlah kunjungan Neonatal yang mendapat pelayanan


kesehatan minimal 2 kali olehtenaga kesehatan
X 100
Jumlah seluruh sasaran bayidalam 1 tahun

c) Jumlah sasaran bayi dalam 1 tahun dihitung berdasarkan jumlah


perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam suatu wilayah tertentu.
d) Contoh perhitungan :

Untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu desa Z di


Kabupaten Dumai Propinsi Riau yang mempunyai penduduk
sebanyak 1500 jiwa, maka Jumlah bayi = 0,0248 (CBR
Kabupaten Dumai) x 1500 = 37,2. Jadi sasaran bayi di desa Z
adalah 37 bayi.

7) Cakupan Pelayanan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan


a) Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu nifas
b) Rumus :
Jumlah pelayanan ibunifas oleh nakes minimal 3 kali
Jumlah sasaranibubersalin dalam1 tahun X 100%

8) Penanganan Komplikasi Obstetri


a) Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan menangani kasus kasus kegawatdaruratan obstetri
pada ibu bersalin, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yng
lebih tinggi.
b) Rumus :
Jumlah kasus kegawatdaruratan neonatal yang ditangani
X 100
20 jumlah sasaran bayidalam 1 tahun

9) Penanganan komplikasi neonatal


a) Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan menangani kasu kasus kegawatdaruratan neonatal,
yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya,
atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
b) Rumus
Jumlah kasus kegawatdaruratan Neonatal yang ditangani
X 100
20 jumlah sasaranbayi dalam 1tahun

Indikator pemantauan program KIA tersebut merupakan indikator


yang di gunakan pada program pengelola KIA yang di sesuaikan
dengan kebutuhan program.Oleh karena itu indicator tersebut di
sebut dengan pemantauan tehnis.
b. Indikator Pemantauan Non Teknis

Dalam upaya melibatkan lintas sektor terkait khususnya para aparat


setempat, dipergunakan indikator-indikator yang terpilih yaitu

1) Cakupan KI, yang menggambarkan keterjangkauan pelayanan KIA.


2) Cakupan K4, yang menggabarkan kualitas pelayanan KIA.
3) Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN/parnakes), yang
menggambarkan tingkat keamanan persalinan.
4) Cakupan penanganan komplikasi kebidanan.
5) Cakupan kunjungan nifas.
6) Cakupan pelayanan KB aktif.
7) Cakupan kunjungan neonates.
8) Cakupan kunjungan bayi.

Penyajian indikator indikator tersebut kepada lintas sector di tujukan


sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi dalam menyampaikan
kemajuan maupun permasalahan operasional program KIA, sehingga para
aparat dapat memahami program KIA dan memberikan bantuan sesuai
kebutuhan.

Indikator pemantauan ini dapat di pergunakan dalam berbagai pertemuan


lintas sektor di semua tingkat administrasi pemerintah secara berkala dan di
sajikan setiap bulan, untuk melihat kemajuan suatu wilayah. Bagi wilayah
yang cakupannya masih rendah di harapkan lintas sektor dapat menindak
lanjuti sesuai kebutuhan dengan menggerakkan masyarakat dan menggali
sumber daya setempat yang diperlukan.

E. Pembuatan Grafik PWS KIA

PWS KIA di sajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang di
pakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap
bulan.

Langkah langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :

1. Penyiapan data
a. Data yang di perlikan untuk pembuatan grafik dari tiap indikator di
peroleh dari catatan ibu hamil per desa/ kelurahan,register kegiatan harian ,
register kohort ibu dan bayi , kegiatan pemantauan ibu hamil per desa /
kelurahan , catatan posyandu , laporan dari bidan / dokter praktek swasta ,
rumah sakit bersalin dan sebagainya .
b. Untuk grafik antar wilayah data yang di perlikan adalah data cakupan per
desa / kelurahan dalam kurun waktub yang sama , misalny ; untuk
membuat grafik cakupan K4 bulan juni di wilayah kerja puskesmas X,
maka di perlukan data cakupan K4 desa/ kelurahan A , desa / kelurahan
B , desa / kelurahan C ,dst pada bulan juni.
c. Untuk grafik antar waktu , data yang perlu di persiapkan adalah data
cukupan per bulan .
d. Untuk grafik antar variabel di perlukan data variabel yang mempunyai
korelasi misalnya K1, K4 dan Pn.
2. Pembuatan Grafik
Grafik Antar Wilayah ++++> PR
Contoh grafik cakupan K1 bulan juni 20017 di puskesmas X.
Desa / Desa / Desa / Desa /
Indikator Puskesmas X
Kelurahan A Kelurahan B Kelurahan C Kelurahan D
K1
Kumulatif
K1 Juni
40% 30% 50% 60%
2017
K1 Mei
2017

a) Perhitungan untuk cakupan K1 (akses)


Pencapaian kumulatif per desa/ kelurahan adalah :

Pencapaian cakupan kunjungan pertama bumil per desa selama bulan juni
2007 X 100%.Sasaran ibu hamil per desa selama 1 tahun

Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS Kia (dengan


menggunakan indikator cakupan K1)adalah sebagai berikut menentukan rata-
rata per bulan untuk menggambarkan skla pada garis vertikal (sumbu Y).

Misalnya : Target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam 1thn
ditentukan 100% (garis.a),maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan
bulan juni adalah (6 X 8,3%)= 50,0% (garis b).

b) Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa / kelurahan


sampai dengan bulan juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif secara
berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan terendah di
sebelah kanan,sedangkan pencapaian untuk puskesmas dimasukkan ke dalam
kolom terakhir.
c) Nama desa / kelurahan bersangkutan dituliskan dalma lajur desa/ kelurahan ,
sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing desa/ kelurahan yang
dituliskan pada butir b diatas.
d) Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu (mei) untuk
tiap desa/kelurahan yang dimasukkan ke dalam lajur masing-masing.
Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren.Bila pencapaian
cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu,maka digambar anak panah yang
menunjuk ke atas.Sebaliknya,untuk cakupan bulan ini yang lebih rendah dari
cakupan bulan lalu,digambarkan anak panah yang menunjukkan ke bawah
,sedangkan untuk cakupan yang tetap/ sama gambarkan dengan tanda (-).

Contoh Grafik Akses Ibu hamil Bulan Juli 1994 Puskesmas

F. Analisis Tindak Lanjut

Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga analisis lanjut
sesuai dengan tingkatan penggunaannya.

1. Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah
terhadap target dan kecenderungan dari wakyu ke waktu. Analisis sederhana
ini bermanfaat untuk mengetahui desa/ kelurahan mana yang paling
memerlukan perhatian dan tindakan lanjut yang harus dilakukan.

Contoh :
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada pemantauan
bulan Juni 2008 dapat digambarkan dalam matriks seperti di bawah ini.
Desa/ Cakupan terhadap Terhadap cakupan bulan Status Desa /
kelurahan target lalu Kelurahan
Dibawa
Diatas Naik Turun Tetap
h
A + + Baik
B + + Baik
C + + Kurang
D + + Cukup
E + + Jelek

Dari matriks di atas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan


desa/ kelurahan, yaitu:
a. Status baik
Adalah desa/ kelurahan dengan cakupan diatas target yang ditetapkan
untuk bulan Juni 2008, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan
yang meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa/ kelurahan desa/ kelurahan ini adalah desa/ kelurahan A dan desa/
kelurahan B.
Jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa/ kelurahan desa/ kelurahan
tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.
b. Status kurang
Adalah desa/ kelurahan dengan cakupan diatas target bulan Juni 2008,
namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun jika
dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/ kelurahan kategori ini
adalah desa/ kelurahan C, yang perlu mendapatkan perhatian karena
cakupan bulan lalu ini hanya 5% (lebih kecil dari cakupan bulan minimal
7,5%). Jika cakupan terus menerus, maka desa/ kelurahan tersebut tidak
akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
c. Status cukup
Adalah desa/ kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2008,
namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika
dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/ kelurahan dalam kategori
ini adalah desa/ kelurahan D, yang perlu didorong agar cakupan bulanan
selanjutnya tidak lebih dari cakupan bulanan minimal 7,5%. Jika keadaan
tersebut dapat terlaksana, maka desa/ kelurahan ini kemungkinan besar
akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
d. Status jelek
Adlah desa/ kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2008,
dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun
dibandingkan dengan bulan lalu. Desa/ kelurahan dalam kategori ini
adalah desa/ kelurahan E, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar
cakupan bulanan selanjutnya dapat ditingkatkan diatas cakupan bulanan
minimal agar dapat mengejar kekurangan target sampai bulan Juni,
sehingga dapat pula mencapai target tahunan yang ditentukan.
2. Analisis Lanjut
Analisi ini dilakukan dengan cara membandingkan variable tertentu
dengan variable terkait lainnya untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar
variable yang dimaksud. Contoh analisis lanjut.
Analisis grafik PWS KIA K1, K4, Pn

Desa / Cakupan Cakupan Cakupan


Keterangan
kelurahan K1 K4 Pn

A 70 % 60 % 50% DO K4

B 85 % 70% DO Pn

Apabila Drop Out K1 K4 lebih dari 10% berarti wilayah tersebut


bermasalah dan perlu penelusuran dan intervensi lebih lanjut.
Drop out tersebut dapat disebabkan karena ibu yang kontak pertama (K1)
dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur 3 bulan. Sehingga
diperlukan intervensi peningkatan pendataan ibu hamil yang lebih intensive.

3. Rencana tindak lanjut


Bagi kepentingan program, analisis PWS KIA ditujukan untuk
menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non teknis bagi
puskesmas.Keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana
operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
sesuai dengan spesifikasi daerah.
Rencana operasional tersebut perlu dibicarakan dengan semua pihak yang
terkait :
a. Bagi desa / kelurahan yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan
pelayanan KIA perlu dilanjutkan, dengan beberapa penyesuaian tertentu
sesuai kebutuhan antara lain perbaikan mutu pelayanan.
b. Bagi desa / kelurahan yang berstatus kurang dan terutama yang berstatus
jelek, perlu prioritas intervensi sesuai dengan permasalahan.
c. Intervensi yang bersifat teknis (termasuk segi penyediaan logistik) harus
dibicarakan dalm pertemuan mini lokakarya puskesmas dan atau rapat dinas
kesehatan kabupaten / kota (untuk mendapatkan bantuan dari kabupaten /
kota)
d. Intervensi yang bersifat non teknis ( untuk motivasi, pergerakan sasaran,
dan mobilisasi sumberdaya di masyarakat) harus dibicarakan pada rapat
koordinasui kecamatan dan atau rapat dinas kesehatan kabupaten / kota
(untuk mendapatkan bantuan dari kabupaten / kota)

E. Pelembagaan PWS KIA


Dalam upaya pelembagaan PWS KIA dilakukan langkah langkah sebagai
berikut :
1. Penunjukkan petugas pengolahan data di tiap tingkatan , untuk menjaga
kelancaran pengumpulan data.
a. Data hasil kegiatan dikumpulkan oleh puskesmas ditabulasikan
kemudian dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten / kota.
b. Dipuskesmas disusun PWS KIA tingkat puskesmas (per desa /
kelurahan) dan di dinas kesehatan kabupaten / kota disusun PWS KIA
tingkat kabupaten / kota (per puskesmas)
2. Pemantauan pertemuan lintas program.
Penyajian PWS KIA pada teknis bulanan ditingkat puskesmas (mini
lokakarya) dan kabupaten / kota (pertemuan bulanan dinas kesehatan
kabupaten / kota), untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai,
identifikasi masalah, merencanakan perbaikan serta menyusun rencana
operasional periode berikutnya. Pada pertemuan tersebut wilayah yang
berhasil diminta untuk mempresentasikan upayanya.
3. Pemantauan PWS KIA untuk meyakinkan lintas sektoral.
PWS disajikan serta didiskusikan pada pertemuan lintas sektoral
ditingkat kecamatan dan kabupaten / kota, untuk mendapatkan dukungan
dalam pemecahan masalah dan agar masalah operasional yang dihadapi
dapat dipahami bersama, terutama yang berkaitan dengan motivasi dan
pergerakan masyarakat sasaran.
4. Pemantauan PWS KIA sebagai bahan Musrenbang desa dan kabupaten / kota
Musrenbang adalah suatu proses perencanaan ditingkat desa dan
kabupaten / kota. Bidan di desa dapat memberikan masukan berdasarkan
hasil PWS KIA kepada tim musrenbang.

3. Puskesmas dan Perencanaan Tingkat Puskesmas

Definisi Puskesmas
Menurut Depkes 1991, Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Fungsi Pokok, Peran, Cara-Cara yang ditempuh, Program Pokok Puskesmas, serta Satuan
Penunjang

1. Fungsi Pokok Puskesmas


a. Pusat pengerak pembangunan berwawasan kesehatan Pusat pemberdayaan.
b. Masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan
c. Pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama

2. Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil
dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam
penyelenggaraan kesehatan secara mandiri

3. Cara-Cara yang ditempuh oleh Puskesmas


a. Merangsang Masyarakat Termasuk Swasta Untuk Melaksanakan Kegiatan
dalam Rangka Menolong Dirinya Sendiri.
b. Memberikan Petunjuk Kepada Masyarakat tentang Bagaimana
Menggunakan Sumber Daya secara Efisien Dan Efektif.
c. Memberikan Bantuan Teknis.
d. Memberikan Pelayanan Kesehatan Langsung Kepada Masyarakat.
e. Kerjasama Lintas Sektor

4. Program Pokok Puskesmas


a. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
b. Kb (Keluarga Berencana)
c. Usaha Kesehatan Gizi
d. Kesehatan Lingkungan
e. Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Menular
f. Pengobatan Termasuk Penaganan Darurat karena Kecelakaan
g. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
h. Kesehatan Sekolah
i. Kesehatan Olah Raga
j. Perawatan Kesehatan
k. Masyarakat
l. Kesehatan Kerja
m. Kesehatan Gigi dan Mulut
n. Kesehatan Jiwa
o. Kesehatan Mata
p. Laboratorium Sederhana
q. Pencatatan dan Pelaporan dalam Rangka Sik
r. Pembinaan Pemgobatan Tradisional
s. Kesehatan Remaja
t. Dana Sehat

5. Satuan Penunjang
a.Puskesmas Pembantu
Pengertian puskesmas pembantu yaitu Unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam rung lingkup wilayah
yang lebih kecil
b. Puskesmas Keliling
Pengertian puskesmas Keliling yaitu Unit pelayanan kesehatan keliling
yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan,
peralatan komunikasiserta sejumlah tenaga yang berasal dari
puskesmas.dengan funsi dan tugas yaitu Memberi pelayanan kesehatan
daerah terpencil ,Melakukan penyelidikan KLB,Transport rujukan pasien,
Penyuluhan kesehatan dengan audiovisual.
c.Bidan Desa
Bagi desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan ditempatkan
seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung
jawab kepada kepala puskesmas.Wilayah kerjanyadengan jumlah
penduduk 3.000 orang.
Adapun Tugas utama bidan desa yaitu :

1. Membina PSM
2. Memberikan Pelayanan
3. Menerima Rujukan dari Masyarakat

Tujuan Puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran , kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal
diwilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dalam rangka mewujudkan Indonesiam Sehat 2010.

Tugas Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan
kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan
berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang (private goods) dan
pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmas melakukan kegiatan-
kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan
kesehatan.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan


pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu
dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan
disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib
yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan
pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan
puskesmas.

Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah (Basic Six) :


1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu yan Anak Serta Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan

Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)

Puskesmas sudah membuat berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya


kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas, namun
hal ini perlu ditunjang oleh manajeman Puskesmas yang baik.

Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik


untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan
sistematis yang dilaksanakan oleh Puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajeman.
Fungsi manajemen tersebut yang menjadikan puskesmas menjadi lebih baik dalam
kebijakan, program maupun konsepnya.

Dalam KEPMENKES RI No. 128 tahun 2004 dinyatakan bahwa fungsi Puskesmas
dibagi menjadi tiga fungsi utama: Pertama, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di wilayahnya; Kedua, sebagai pusat
penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerjanya sekaligus dikaitkan
dengan perannya sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayahnya, dan; Ketiga, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
primer/tingkat pertama yang berkualitas dan berorientasi pada pengguna layanannya.

Artinya, upaya kesehatan di Puskesmas dipilah dalam dua kategori yakni : Pertama,
pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer yakni puskesmas sebagai pemberi
layanan promotif dan preventif dengan sasaran kelompok dan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, dan; Kedua,
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perseorangan primer dimana peran
Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada pelayanan
kesehatan formal dan penakis rujukan sesuai dengan standard pelayanan medik.

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan


masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas perlu ditunjang oleh
manajeman Puskesmas yang baik.

Berikut beberapa model manajemen dan fungsi penjabarannya :


1. Model PIE (planning, implementation, evaluation)
2. Model POAC (planning, organizing, actuating, controling)
3. Model P1 P2 P3 (perencanaan, pergerakan-pelaksanaan, pengawasan-
pengendalian-penilaian)
4. Model ARRIF (analisis, rumusan, rencana, implementasi dan forum
komunikasi)
5. Model ARRIME (analisis, rumusan, rencana, implementasi, monitoring,
evaluasi)

Dari berbagai model manajemen tersebut sebenarnya mempunyai fungsi manajemen


yang sama. Setiap puskesmas bebas menentukan model manajemen yang ingin
diterapkan, namun yang terpenting mempunyai hasil sebagai berikut :
1. Makin banyaknya fungsi penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
yang ditandai dengan tingginya nilai IPTS (indeks potensi tatanan sehat)
2. Makin baiknya fungsi pemberdayaan masyarakat dengan ditandai
berkembangnya UKBM (upaya kesehatan berbasis masyarakat). Serta
makin aktifnya BPP (badan penyantun puskesmas) dan BPKM (badan
peduli kesehatan masyarakat) dapat dijakdikan indikator meningkatnya
partisipasi masyarakat setempat.
3. Makin bagusnya pemberdayaan keluarga dengan ditandainya IPKS (indeks
potensi keluarga sehat)
4. Makin bagusnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan tingginya
cakupan program (baik program kesehatan dasar maupun program
kesehatan pengembangan). Serta kualitan pelayanan kesehatan yang
ditandai dengan tingginya kepatuhan petugas kesehatan dan makin baiknya
kepuasan pasien.

Perencanaan tingkat Puskesmas akan memberikan pandangan menyeluruh


terhadap semua tugas, fungsi dan peranan yang akan dijalankan dan menjadi tuntunan
dalam proses pencapaian tujuan Puskesmas secara efisien dan efektif. Perencanaan
Puskesmas merupakan inti kegiatan manajemen Puskesmas, karena semua kegiatan
manajemen diatur dan diarahkan oleh perencanaan. Dengan perencanaan Puskesmas,
memungkinkan para pengambil keputusan dan pimpinan Puskesmas untuk
menggunakan sumber daya Puskesmas secara berdaya guna dan berhasil guna. Untuk
menjadikan organisasi dan manajemen Puskesmas efektif dan berkinerja tinggi
diawali dari perencanaan efektif. Perencanaan Puskesmas adalah fungsi manajemen
Puskesmas yang pertama dan menjadi landasan serta titik tolak pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen lainnya. Semua kegiatan dan tindakan manajemen Puskesmas
didasarkan dan/atau disesuaikan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan. Ini
berarti, setelah perencanaan disusun, kemudian struktur organisasi, tata kerja, dan
personalia Puskesmas yang akan melaksanakan tugas organisasi ditentukan (fungsi
pengorganisasian). Selanjutnya personalia yang bekerja dalam organisasi Puskesmas
digerakan dan diarahkan agar mereka bertindak dan bekerja efektif untuk mencapai
tujuan Puskesmas yang direncanakan (fungsi penggerakan dan pelaksanaan). Semua
aktivitas personalia dan organisasi Puskesmas diawasi, dipantau, dan dibimbing agar
aktivitas tetap berjalan sesuai tujuan dan target kinerja Puskesmas (fungsi pengawasan
dan pengendalian). Akhirnya dilakukan penilaian untuk mengetahui dan menganalisis
kinerja pegawai dan organisasi Puskesmas. Penilaian meliputi masukan, proses
transformasi/konversi yaitu pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dan pelaksanaan
program dan kegiatan serta pelayanan kesehatan Puskesmas. Kemudian hasilnya
dibandingkan dengan tujuan dan terget kinerja Puskesmas yang telah ditetapkan
(fungsi penilaian).

Penyusunan rencana kegiatan Puskesmas dilakukan secara sistematis untuk


memecahkan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hal ini meliputi :
1. Upaya kesehatan wajib
2. Upaya kesehatan pengembangan
3. Upaya penunjang

Adapun tahapan dalam penyusunan perencanaan tingkat puskesmas adalah


sebagai berikut :
1. Perencanaan

Mempersiapkan data yang akan dianalisis, sehingga unutuk selanjutnya dapat


mempermudah perencanaan yang akan dibuat. Langkah-langkah dalam persiapan :

a) Kepala Puskesmas membentuk Tim Perencanaan Tingkat Puskesmas


b) Kepala Puskesmas menjelaskan buku PTP kepada Tim sehingga Tim
memahamilangkah-langkah PTP.
c) Tim Penyusun PTP mempelajari kebijakan dan mendengarkan arahan
strategi dari Dinkes Kab/Kota, Dinkes Provinsi, dan Kemenkes.

2. Analisis Situasi
Analisis situasi merupakan langkah awal proses penyusunan (rencana operasional)
RO Puskesmas yang bertujuan untuk identifikasi masalah. Secara konsepsual, analisis
situasi Puskesmas adalah proses berikut kecenderungannya dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah tersebut, serta potensi sumber daya Puskesmas yang dapat
digunakan untuk melakukan intervensi. Analisis situasi akan menghasilkan rumusan
masalah dan berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas serta potensi sumber daya Puskesmas yang dapat digunakan
untuk melakukan intervensi. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan dan
menganalisis data atau fakta yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas.

Analisis ini meliputi data umum dan data khusus. Data umum ini berupa peta wilayah
dan data sumber daya (ketenagaan, obat & bahan habis pakai, peralatan, sumber
pembiayaan, sarana prasarana, data peran serta masyarakat, data penduduk & sasaran
program, data sekolah, data kesling.

3. Rencana Usulan Kegiatan

Terdapat 2 tahap dalam penyusuan rencana usulan kegiatan (RUK), yaitu :

a. Analisis Masalah, meliputi :

1) Identifikasi Masalah

Setiap hasil kegiatan dalam pelaksanaan tahun yang lalu ada beberapa yang
kurang / tidak berhasil mencapai target. Identifikasi masalah diutamakan untuk
kegiatan-kegiatan dengan hasil kesenjangan yang lebih besar, permasalahan
dapat dicari dari hasil Penilaian Kinerja Puskesmas, hasil laporan SPM
(Standar Pelayanan Minimal) atau dari Laporan Tahunan Puskesmas.
2) Prioritas Masalah

Prioritas masalah dapat dilakukan dengan cara penilaian scoring dengan


menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth )

a) Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak


atau tidak masalah tersebut diselesaikan.

b) Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut


terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.

c) Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut


berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.

Dengan menggunakan score 1-5 skala linkert, masing-masing anggota dapat


menilai besar kecilnya kriteria tersebut.

3) Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah dengan memakai pertanyaan apa, bagaimana, berapa,


dimana dan kapan masalah tersebut ada.
4) Penyebab Masalah

Dengan menggunakan diagram Tulang Ikan (Ishikawa), dapat menggali semua


penyebab masalah dari masing-masing variabel: Manusia, Dana, Metode,
Material dan Lingkungan.

b. Penyusunan RUK

Pada dasarnya menyusun RUK harus memperhatikan berbagai kebijakan yang


berlaku secara global, nasional maupun daerah sesuai dengan hasil kajian data dan
informasi yang tersedia di puskesmas. Puskesmas haruslah mempertimbangkan
masukan dari masyarakat melalui Konsil Kesehatan Kecamatan/Badan Penyantun
Puskesmas. Rencana usulan kegiatan harus dilengkapi pula dengan usulan
pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana, prasarana, dan operasional puskesmas.
RUK yang disusun tersebut merupakan RUK untuk tahun mendatang (H+1).
Penyusunan RUK tersebut disusun pada bulan januari tahun berjalan (H) berdasarkan
hasil kajian pencapaian kegiatan pada tahun sebelumnya (H-1). Dalam hal ini
diharapkan penyusunan RUK telah selesai dilaksanakan di puskesmas pada akhir
bulan januari tahun berjalan (H).

Setelah menyusun, kemudian RUK tersebut dibahas di Dinas kabupaten/kota,


kemudian diajukan ke Pemerintah Daerah kabupaten/kota melalui Dinas kesehatan
kabupaten/kota. RUK yang terangkum dalam usulan Dinas kesehatan kabupaten/kota
akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh persetujuan pembiayaan dan dukungan
politis.

Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya diserahkan ke puskesmas melalui


dinas kesehatan kabupaten/kota. Berdasarkan alokasi biaya yang disetujui tersebut
puskesmas menyusun rencana pelaksanaan kegiatan.
4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)

Setelah RUK disetujui, dengan alokasi biaya yang ditentukan, puskesmas


membuat rencana pelaksanaan kegiatan. Sumber pembiayaan puskesmas selain dari
anggaran daerah (DAU), adalah dari pusat dan pinjaman/bantuan luar negeri yang
dialokasikan melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.

RPK disusun dengan melakukan penyesuaian dan tetap mempertimbangkan


masukan dari masyarakat. Penyesuaian ini dilakukan, karena RPK yang disusun
adalah persetujuan atas RUK tahun lalu (H-1), alokasi yang diterima tidak selalu
sesuai dengan yang diusulkan, adanya perubahan sasaran kegiatan, tambahan
anggaran (selain dari DAU), dan lain-lainnya. Penyusunan RPK dilaksanakan pada
bulan Januari tahun berjalan, dalam forum lokakarya mini yang pertama.
V. Kerangka Konsep

Pendekatan administrasi kesehatan

Input Proses Output

POACE :
-Cakupan K1, K4 dan Pn Peningkatan cakupan K1, K4 dan Pn
-Supervisi KIA
rendah
-Lokakarya mini
-Sumber tenaga, modal dan
-Membahas rendahnya
alamiah
cakupan K1, K4 dan
Pn
-Membuat POA

BAB III
PENUTUP

III.1. KESIMPULAN
Dokter Beny, pimpinan Puskesmas Bungur melakukan pendekatan
administrasi kesehatan untuk meningkatkan angka cakupan K1, K4 dan
Pn.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2003.Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan


Anak.Depkes RI : Jakarta.
Sarwono, 2002.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka: Jakarta
Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina
Kesehatan Anak, Direktorat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 128/MenKes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat, 2004
Proyek Kesehatan Keluarga dan Gizi DepKes RI, ARRIME Pedoman Manajemen
Puskesmas, 2007
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat DepKes RI, Pedoman
Perencanaan Tingkat Puskesmas, 2007
Adisasmito Wiku. 2007. Sistem Kesehatan . Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2003
Departemen Kesehatan RI. 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan
2005-2009. Jakarta. Menuju Indonesia Sehat 2010.Jakarta.
Chandra B. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta:
EGC;2009.h.227-235.
Muninjaya AG. Manajemen Kesehatan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;2004.h. 170-
250.
Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa
Aksara;1996.h.17-24, 181-241, 329-33.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I. Jakarta: Bakti
Husada;1991.h.B1-6, C2-4.
Departemen Kesehatan RI. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat:
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004. Jakarta: Bakti
Husada;2004.h.5-31.
Hartono B. Penataan Sistem Kesehatan Daerah. Departemen kesehatan RI. 2001;
hal 28-42; 77-80.
Departemen kesehatan RI. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
SP2TP Jilid I. Jakarta: Bakti Husada;1991.h.B52-5.

Anda mungkin juga menyukai