Anda di halaman 1dari 83

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA

NY M UMUR 28 TAHUN DI PMB

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik


Program Studi Alih Jenjang Kebidanan

Disusun Oleh:

DWI HASTUTI SETIANINGSIH


NIM: P20624322014

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, karena ridho

dan kehendak-nya saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Asuhan

kebidanan continuity of care di Praktek Mandiri Bidan”

Shalawat serta salam semoga tetap Allah SWT curah limpahkan kepada junjungan

kita, nabi besar nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita sebagai umatnya

dari zaman penuh kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat

ini.

Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktek Klinik mengenai

asuhan kebidanan continuity of care. Dalam penyusunan laporan ini tentulah tidak

sedikit kesulitan dan hambatan yang telah saya hadapi, namun berkat dukungan

dan dorongan serta semangat dari orang-orang terdekat, sehingga saya mampu

menyelesaikannya dengan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hj. Ani Radiati, S. Pd, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Tasikmalaya

2. Nunung Mulyani, APP, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Tasikmalaya

3. Dr. Meti Widya Lestari, SST, M. Keb selaku Ketua Program Studi Alih

Jenjang Kebidanan Tasikmalaya

4. Herni Kurnia, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing Praktik

5. Yeni Yulyani Setianingsih, SST selaku Clinical Instructur Lahan Praktik


6. Suami anak-anak dan teman-teman yang telah memberikan dukungan baik

moril maupun materil.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena

terbatasnya pengetahuan saya. Saya berharap semoga laporan ini dapat

memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi saya dan juga pembaca

sekalian.

Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin

Tasikmalaya, Nopember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
C. Ruang Lingkup..........................................................................................3
D. Manfaat......................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan..........................................................................6


B. Konsep Dasar Persalinan...........................................................................25
C. Konsep Dasar Nifas...................................................................................37
D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir..................................................................47
E. Konsep Dasar Imunisasi............................................................................59
F. Konsep Dasar Keluarga Berencana...........................................................62

BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................57


BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................77
BAB V PENUTUP..........................................................................................92
A. Kesimpulan................................................................................................92
B. Saran .........................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,
persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000 kelahiran hidup.
(profil kesehatan indonesia.2019)
Menurut WHO (2017) sekitar 810 wanita meninggal terkait dengan
kehamilan dan persalinan, dengan Angka kematian ibu di negara
berkembang 462 per 100.000 kelahiran hidup berbanding 11 per 100.000
kelahiran hidup di negara maju. Dalam sustainable development goals
konteks Agenda Global Pembangunan Berkelanjutan negara-negara telah
bersatu dengan target yaitu mengurangi angka kematian ibu global
menjadi kurang dari 70 per 100 000 kelahiran pada periode 2016 sampai
2030, dengan tidak ada negara yang memiliki angka kematian ibu lebih
dari dua kali rata-rata global.
Di Indonesia sendiri tahun 2019 penyebab kematian ibu terbanyak adalah
perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066 kasus), dan
infeksi (207 kasus). Sementara itu jumlah kematian Ibu tahun 2019
berdasarkan pelaporan profil kesehatan di Jawa Barat sebanyak 684 kasus
atau 74,19 per 100.000 KH, menurun 16 kasus dibandingkan tahun 2018
yaitu 700 kasus. (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2019)
Seorang bidan sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimilikinya
diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan dan bertindak sebagai
care provider (pemberi asuhan kebidanan). Bidan memiliki kemampuan
memberikan asuhan kebidanan secara efektif, aman, holistic. Terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas dan menyusui, bayi baru lahir, balita, kesehatan
reprodukasi pada kondisi normal. Pelayanan ini tentunya dilaksanakan
sesuai dengan kode etik profesi dengan memperhatikan sosial budaya
setempat (Gavi 2015).
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa perlu melakukan Asuhan
kebidanan continuity of care di PMB Bidan Yeni Yulyani
Setianingsih.,S.ST dari masa kehamilan sampai .
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan kebidanan continuity of care di PMB
Bidan Yeni Yulyani Setianingsih.,S.ST mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian terhadap ibu hamil, bersalin,
nifas, dan bayi baru lahir.
b. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.
c. Mampu menetapkan diagnosa masalah terhadap ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir
d. Mampu menyusun perencanaan tindakan pada ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
e. Mampu melaksanakan tindakan terhadap ibu hamil, bersalin,
nifas, dan bayi baru lahir.
f. Mampu mengevaluasi hasil asuhan terhadap ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
g. Mampu melakukan pendokumentasian terhadap ibu hamil , ibu
bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir dengan menggunakan
SOAP
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Asuhan Kebidanan Komprehensif ini adalah
memberikan Manajemen Asuhan kebidanan continuity of care di PMB
dimulai dari kehamilan, persalinan, asuhan bayi baru lahir, nifas dan
KB sejak 24 Oktober – 19 Nopember 2022.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengalaman, ilmu pengetahuan dan dapat
mengaplikasikan teori selama perkuliahan ke dalam kehidupan nyata
sehingga mampu, mengerti dan melakukan penatalaksanaan
kebidanan continuity of care pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
baru lahir, dan juga KB.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi lahan
praktik dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan serta
pelaksanaan Asuhan kebidanan continuity of care di PMB pada ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan kb secara intensif dan
berkelanjutan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat menjadi sumber referensi, sumber
bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta
kb untuk pengembangan ilmu dan studi kepustakaan khususnya
masalah seputar kebidanan.
4. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan sesuai dengan kebutuhannya dan klien
mendapat pengetahuan dalam bidang kesehatan sehingga klien
mampu mendeteksi dini apabila terjadi komplikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan


1. Pengertian
Federasi Obstetri Ginekologi Internasional mendefinisakn kehamilan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut
kalender internasional (prawihardjo, 2016)
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
berlangsung dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam
13 minggu, trimester kedua 14 minggu (minggu ke-14 hingga ke-
27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(Evayanti,2015:1).
2. Tanda Kehamilan
a. Tanda tidak pasti kehamilan (persumptive)
1). Amenorea
2). Nausea dan Vomiting
3). Mengidam
4). Pingsan atau sinkope
5). Anoreksia
6). Payudara membesar
7). Miksi
8). Konstipasi/obstipasi
9). Pigmentasi kulit
b. Tanda kemungkinan kehamilan
1). Perut membesar
2). Uterus membesar
3). Tanda Hegar, konsistensi rahim yang menjadi lunak, terutama
daerah isthmus uteri
4). Tanda Chadwick, Vagina dan vulva tampak lebih merah, agak
kebiru-biruan (livide) yang disebabkan oleh adanya
hipervaskularisasi
5). Tanda Piscaseck, karena uterus membesar tetapi terkadang
pembesaran tidak merata, jadi uterus akan membesar ke salah satu
arah hingga menonjol jelas ke arah pembesaran uterus
6). Kontraksi-kontraksi kecil pada uterus bila dirangsang (Braxton
hicks)
7). Teraba ballottement
8). Reaksi kehamilan positif
c. Tanda pasti kehamilan
1). Gerakan janin dalam rahim
2). Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
3). Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat
kardiotokografi, alat dopler. Dilihat dengan ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat yaitu rontgen untuk melihat kerangka
janin, ultrasonografi. (Manuaba, 2014).
3. Perubahan pada saat kehamilan
a. Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan
kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan
terjadinya edema pada seluruh serviks, bersamaan dengan terjadinya
hipertrofi dan hyperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.
b. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di
ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal
kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil
progesterone dalam jumlah yang relative minimal.
c. Uterus
Tumbuh besar akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterine. Estrogen
menyebabkan hiperplasi jaringan, progesterone berperan untuk
elastisitas/kelenturan uterus.
Tabel 2.1 Perubahan Uterus pada Trimester III
Minggu ke 28 TFU berada pada tiga jari diatas pusat

Minggu ke 32 TFU berada pada pertengahan pusat dan px

Minggu ke 36 TFU berada pada satu jari dibawah px

TFU berada pada 3 jari di bawah px sampai


Minggu ke 40
pertengahan px dan pusat

Sumber : Depkes RI, 2016.


Gambar 1.1
d. Vagina dan Perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat
jelas pada kulit otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina
akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda
chadwick.
e. Kulit
Pada kulit dinding perut umumnya dapat muncul garis-garis
kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang
juga muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna
tersebut sering disebut sebagai striae gavidarum. Pada wanita
multipara, selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis
mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik dari striae kehamilan
sebelumnya.
f. Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Putting
payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Pada trimester kedua
akan keluar cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum.
Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai
bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat
diproduksi karena hormon prolactin ditekan oleh prolactin inhibiting
hormone.
Setelah persalinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun
sehingga pengaruh inhibisi progesteron alfa-laktalbumin akan hilang.
Peningkatan prolactin akan merangsang sintesis lactose dan pada
akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama
areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery, yaitu
kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk
menonjol keluar. Jika payudara makin membesar, striae seperti yang
terlihat pada perut akan muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan
tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu yang akan
dihasilkan.
g. Metabolik
Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian
besar diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan
volume darah serta cairan ekstraseluler. Penambahan tekanan vena
dibagian bawah uterus mengakibatkan oklusi parsial vena kava yang
bermanifestasi pada adanya edema di kaki dan tungkai terutama pada
akhir kehamilan.
Penambahan BB selama hamil dan perkembangan janin berhubungan
dengan BB dan TB ibu sebelum hamil (BMI/IMT). Menghitung IMT
adalah BB sebelum hamil (kg) dibagi TB (dalam meter) pangkat 2
(Depkes RI, 2016).
Tabel 2.2 Rekomendasi rentang peningkatan Berat Badan
Total Ibu Hamil

Kategori berat terhadap tinggi Peningkatan totalyang


No
sebelum hamil (BMI) direkomendasikan (kg)

1. Ringan <18,5 12,5 sampai 18 kg

2. Normal 18,5 – 24,9 11,5 sampai 16 kg

3. Tinggi > 25 sampai 29,9 7 sampai 11,5 kg

4. Gemuk >30 ≥ 5-9 kg

Sumber : Buku KIA, 2021


h. Sistem Pencernaan
Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah- muntah. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan
gejala sering kembung, dan konstipasi. Pada keadaan patologik
tertentu dapat terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali
per hari (hiperemesis gravidarum). Aliran darah ke panggul dan
tekanan vena yang meningkat dapat mengakibatkan hemoroid pada
akhir kehamilan. (Tyastuti, 2016)
i. Sistem Musculoskeletal
Pada akhir bulan sembilan atau minggu ke-36, rahim ibu mulai
mencapai daerah tulang rusuk dan ibu mungkin merasa tidak nyaman,
khususnya ia makan dalam jumlah banyak pada malam hari. Beban di
tubuh semakin berat, tulang belakang semakin ke arah depan sehingga
ibu mengalami kesulitan ketika memiringkan tubuhnya saat berbaring
dan duduk lama. (Astuti, 2015) .
Sikap tubuh lordosis merupakan keadaan yang khas karena
kompensasi posisi uterus yang membesar dan menggeser daya berat
ke belakang lebih tampak pada masa trimester III yang menyebabkan
rasa sakit bagian tubuh belakang karena meningkatnya beban berat
dari bayi dalam kandungan yang dapat memengaruhi postur tubuh.
Bayi yang semakin membesar selama kehamilan meningkatlan
tekanan pada daerah kaki dan pergelangan kaki ibu hamil dan dapat
mengakibatkan edema pada tangan yang disebabkan oleh perubahan
hormonal akibat retensi cairan. (Rusmita, 2015)
4. Tanda bahaya kehamilan
a. Perdarahan per vaginam, dapat diakibatkan oleh plasenta previa dan
solusio plasenta
b. Bengkak kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan atau
kejang.
c. Demam tinggi.
d. Air ketuban keluar sebelum waktunya.
e. Bayi dirasakan kurang bergerak di bandingkan sebelumnya.
f. Muntah terus dan tak mau makan (Depkes RI, 2017).
5. Standar minimal asuhan kehamilan
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b. Ukur tekanan darah.
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).
d. Ukur tinggi fundus uteri.
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f. Skrinning status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
Tabel 2.3
Waktu Imunisasi TT
Imunisasi Selang Waktu
Lama Perlindungan
TT Minimal
Langkah awal pembentukan
TT 1 kekebalan tubuh terhadap
penyakit Tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 > 25 tahun

g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.


h. Test laboratorium (rutin dan khusus).
i. Tatalaksana kasus.
j. Temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pascapersalinan
(Kemenkes RI, 2017).
k. Jadwal Antenatal Care
Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan
kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama
kehamilan dalam waktu sebagai berikut :
Tabel 2.4
Standar Kunjungan ANC

Trimester I Dua kali sebelum 3 bulan


Trimester II Satu kali UK 4-6 bulan
Trimester III Tiga kali UK 7-9 bulan

Sumber : Buku KIA, 2021


6. Perubahan psikologis ibu hamil
Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan
emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa
bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah
memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya . Namun
tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah
dalam kehamilannya khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan
kecantikannya, atau bahwa ada kemungkinan bayinya tidak normal.
Sebagai seorang bidan anda harus menyadari adanya perubahan
perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberikan dukungan
dan memperhatikan keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan
pertanyaan–pertanyaan. (Fatimah, 2017).
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang - kadang ibu merasa khawatir
bahwa bayinya akan lahir sewaktu waktu. Ini menyebabkan ibu
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dangejala akan
terjadinya persalinan . Ibu seringkali merasa khawatir atau takut bayi
yang akan dilahirkannya tidak normal. (Fatimah, 2017) Pada trimester
inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami keluarga dan
bidan. (Fatimah, 2017)
7. Perkiraan tinggi fundus uteri
Menggunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur kehamilan.
Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi
fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain
simfisis pubis, umbilikus, atau procesus xipoideus. Cara tersebut
dilakukan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Pada kehamilan
kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat.

Perbandingan Tinggi Fundus dengan Usia Kehamilan


Usia Kehamilan Tinggi Fundus
Sebelum 12 minggu Belum teraba
12 Minggu Teraba 1-2 jari diatas simfisis pubis
16 Minggu Teraba pertengahan simfisis pubis – pusat
20 Minggu Teraba 3 jari di bawah pusat
24 Minggu Sepusat
28 Minggu Teraba 3-4 jari di atas pusat
32 Minggu Teraba pertengahan pusat- procesus
Xipoideus
36 Minggu Teraba 3-4 jari di bawah procesus xipoideus
40 Minggu Teraba pertengahan pusat- procesus
Xipoideus
Sumber : Wahyuningsih dan Tyastuti, 2016
a. Cara Mc. Donald
Dilakukan dengan mengukur tinggi fundus dalam sentimeter
menggunakan pita ukur. Ukuran tinggi fundus uteri dalam sentimeter
dikaitkan dengan umur kehamilan dan berat badan bayi sewaktu
dilahirkan. Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi fundus uteri
pada kehamilan pada 36 minggu sebesar 30 cm.
Menggunakan pita pengukur merupakan metode akurat kedua dalam
pengukuran TFU setelah 20-24 minggu kehamilan. Titik nol pita
pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur
ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca
dalam skala sentimeter (Wahyuningsih dan Tyastuti, 2016).
Menghitung dengan cara Mac Donald adalah modifikasi Spegelberg,
yaitu jarak fundus – simfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya
kehamilan dalam bulan.
1) Tinggi Fundus (cm) x 2/7 = (durasi kehamilan dalam bulan)
2) Tinggi Fundus (cm) x 8/7 = (durasi kehamilan dalam minggu)
(Rukiah, dkk., 2013)
b. Perkiraan berat janin
Cara Menghitung Taksiran Berat Janin (TBBJ) menurut cara
Johnson - Tausak:
Bila bagian terendah janin masuk pintu atas panggul :
TBBJ = ( TFU –11 ) x 135
TBBJ = ( TFU –11 ) x 155
Bila bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul : TBBJ
= ( TFU –12 ) x 135
TBBJ = ( TFU – 12 ) x 155
c. Pemeriksaan Laboratorium
Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang-
kurangnya 2 x selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali
pada akhir kehamilan (Mochtar,2013)
a. Pemeriksaan urin dilakukan antara lain untuk mengetahui kadar
urin protein ibu dan kadar gula dalam urin.
Klasifikasi proteinuria :
1. Negatif : urine jernih
2. Positif 1: keruh tanpa butiran
3. Positif 2 : keruh dengan butiran
4. Positif 3 : keruh dengan berkeping-keping
5. Positif 4 : keruh dan menggumpal
b. Untuk kadar glukosa diklasifikasikan :
1. Negatif : biru
2. Positif 1 : hijau
3. Positif 2 : kuning kehijauan
4. Positif 3 : jingga
5. Positif 4: endapan merah bata (Wahyuningsih 2016)
8. Birth Ball Exercises
a. Definisi Birth Ball Exercises
Birth ball exercises adalah suatu bola kelahiran fisik dimana
membantu proses persalinan yang dapat di gunakan dalam berbagai
gerakan. Birth Ball exercises sebagai latihan yang diterapkan untuk
ibu yang akan melahirkan dan pasca melahirkan (Purwati, Rayani
2020). Penggunaan birth ball akan mendukung ibu untuk
menggunakan posisi tersebut selama proses sebelum persalinan. Hal
ini membantu janin turun ke dalam rongga panggul (Kurniawati et
al., 2017).
b. Manfaat
Manfaat dari latihan ini adalah memperlancar peredaran darah ke
rahim, plasenta maupun bayi, menurunkan tekanan dengan memberi
rasa nyaman untuk lutut dan pergelangan kaki, dapat meberikan
jalan turunnya bayi ke dalam dasar panggul sehingga dapat
memperlaju proses persalinan. Selain itu, menggunakan latihan
tersebut dapat memperkuat punggung, juga membantu jalan lahir
bayi dalam persiapan kelahiran(Purwati dan Rayani 2020).
c. Fisiologis Exercises
Saat duduk di bola dan ibu bergoyang kedepan belakang, samping
kanan dan kiri akan memberi rasa nyaman dan membantu percepatan
persalinan dengan menggunakan gaya gravitasi sehingga terdapat
peningkatan pelepasan endorfin dikarenakan adanya elastisitas dan
lengkungan bola yang merangsang reseptor di daerah panggul
bertanggung jawab untuk mensekresi endorfin (Kurniawati et al.,
2017). Dan juga membantu proses turunnya kepala janin
dikarenakan adanya gaya gravitasi, dengan mekanisme merangsang
input somatosensori normal menuju neuron proyektor yang dapat
menurunkan persepsi nyeri, juga dapat mempengaruhi psikologis
dan mengurangi kecemasan sehingga dapat mengurangi rasa nyeri
dalam persalinan, elastisitas dan lengkungan bola membuat
perineum dan punggung bawah tidak tertekan yang memicu
peningkatan nyeri (Sari et al., 2020).

d. Indikasi dan kontraindikasi


1) Indikasi
Indikasi dari penatalaksanaan latihan birth ball antara
laindiberikan pada ibu yakni; terdapat penurunan kepala bayi
yang lama, pembukaan yang lama, dan merasakan nyeri.
2) Kontraindikasi
Kontraindikasi dari penatalaksanaan birth ball antara lain janin
malpresentasi (bayi sungsang), pendarahan antepartum, ketuban
pecah dini dan ibu hamil dengan riwayat penyakit hipertensi
(Rifiana dan Septiani 2020)
e. Macam- macam gerakan Birth ball
Jenis gerakan yang dapat dilakukan dengan birth ball exercises yakni
;
1) Duduk di atas bola

Gambar 2. 1 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)


a) Subjek duduk diatas bola lalu kaki membuka sedikit agar
tubuh seimbang.
b) Tangan berada dipinggang, lalu menggerakkan pinggul
kearah kanan dan kiri mengikuti arah gelinding bola.
c) Dilakukan secara berulang minimal 2x 8 hitungan.
d) letakkan tangan di pinggang atau lutut , lalu gerakkan
pinggul kearah depan dan belakang mengikuti arah
gelinding bola. Dilakukan secara berulang minimal 2x 8
hitungan.
e) Subjek tetap duduk diatas bola, dengan melakukan gerakan
memutar pinggul searah jarum jam dan dilakukan
sebaliknya seperti membentuk lingkaran.
2) Duduk diatas bola bersandar ke depan

Gambar 2. 2 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)

a) Setelah menggerakkan pinggul mengikuti arah bola


menggelinding, dengan melakukan istirahat dengan
bersandar ke depan pada kursi atau dengan salah satu
anggota keluarga.
b) Selanjutnya diselingi dengan latihan Tarik nafas dalam.
c) Dilakukan selama 5 menit
3) Berdiri bersandar diatas bola
Gambar 2. 3 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)
a) Letakkan bola di atas kursi.
b) Selanjutnya subjek berdiri dengan sedikit dibuka, lalu
bersandar kea rah depan pada bola seperti merangkul bola.
c) Dilakukan selama 5 menit.
4) Berlutut dan bersandar diatas bola.

Gambar 2. 4 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)


a) Letakkan bola di lantai.
b) Lalu letakkan bantal atau pengalas yang empuk.
c) Kemudian subjek berlutut diatas alas yang empuk.
d) Posisikan badan subjek bersandar ke arah depan seperti
memeluk bola.
e) Subjek tetap pada posisi tersebut, lalu diarahkan ke samping
kanan dan kiri dengan mengikuti aliran bola menggelinding.
f) Dilakukan selama 5 menit.
5) Duduk bersandar pada bola
Gambar 2. 5 Prosedur Birth ball (T. G. Noviyanti, 2019)
a) Letakkan bola menempel pada tembok.
b) Subjek duduk diatas lantai dan membelakangi bola atau
bersandar pada bola.
c) Dilakukan selama 5 menit.

B. Konsep Dasar Asuhan Persalinan


1. Definisi Persalinan
Persalinan merupakan proses atau kejadian dimana keluarnya bayi dari
rahim ibu dan keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Fitriana
dan Nurwiandani, 2018).
Persalinan yakni suatu proses alami dan berlangsung secara alamiah.
Dengan demikian akan membutuhkan pengamatan khusus dikarenakan pada
setiap wanita memiliki kesehatan yang berbeda sehingga dapat
meminimalisr bahaya kematian ibu dan janin di saat persalinan (Nurhayati,
2019).
2. Jenis persalinan
Menurut Nurhayati (2019) ada 4 cara pada jenis persalinan yaitu ;
a. Persalinan Spontan
Pada proses persalinan ini lewat vagina yang berlangsung tanpa adanya
alat bantu berupa induksi, vakum yang dimana ini murni ibu hanya
mengandalkan tenaga dan usaha dalam mendorong keluarnya bayi
dengan kepala janin terlebih dahulu maupun lahir sungsang.
b. Persalinan Normal
Pada proses persalinan ini janin dengan kelahiran cukup bulan 37-42
minggu. proses keluarnya janin yang diawali dari belakang kepala
janin. selanjutnya pengeluaran plasenta dengan total proses waktu
kelahiran kurang dari 24 jam tanpa adanya tindakan rangsangan
kontraksi buatan.
c. Persalinan Anjuran
Pada proses persalinan ini tidak dimulai dengan proses seperti biasanya
melainkan dilakukan dengan memberi bantuan tindakan pemecahan
ketuban, selanjutnya dilakukan proses induksi dengan tujuan untuk
merangsang otot rahim berkontraksi sehingga dapat mempercepat
prosespersalinan berlangsung.

d. Persalinan Tindakan
Pada proses persalinan ini tidak dapat berjalan dengan sendiri dan tidak
dapat bersalin secara spontan, seperti persalinan tindakan perabdomen
atau section caesaria (SC), ini adalah persalinan alternatif untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, terutama ibu yang memiliki
panggul yang sempit.
3. Tahapan Persalinan
Tahapan persalinan menurut Fitriana dan Nurwiandani (2018) ;
a. Kala I
Tahap ini dimulai dari adanya kontraksi otot-otot rahim diawal
persalinan yang pertama hingga pembukaan serviks menjadi sempurna.
Pada kala I tahap pembukaan dibagi menjadi sebagai berikut;
1) Fase Laten
Waktu yang dibutuhkan adalah 8 jam yang dimana pada fase ini
tahap pembukaan sangat lambat yaitu 0-3 cm.
2) Fase Aktif
Fase yang tahap pembukaan lebih cepat dan terbagi lagi menjadi 3
tahap;
a) Fase Percepatan, yaitu pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang
dalam kurun waktu 2 jam.
b) Fase dilatasi (perubahan ukuran) maksimal, yaitu pembukaan 4
cm sampai 9 cm dalam kurun waktu 2 jam.
c) Fase dekelerasi (fase lambat), yaitu fase dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm dalam kurun waktu 2 jam.
b. Kala II atau tahap pengeluaran
Pada tahap ini terjadi proses pembukaan lengkap hingga lahirnya Bayi.

c. Kala III atau kala uri


Pada tahap ini berlangsung selama 10-30 menit yang diawali dari
lahirnya bayi hingga dengan lahirnya plasenta, dimana sesudah bayi
dilahirkan akan ada proses masa tenang yang singkat, selanjutnya rahim
berkontraksi yang menyebabkan plasenta terlepas dari dinding rahim.
d. Kala IV atau tahap pemantauan
Pada tahap ini setelah plasenta lahir, dimana akan dilakukan observasi
untuk melihat kesadaran, pemeriksaan tekanan darah,nadi dan
pernafasan, kontraksi uterus dan perdarahan (Nurhayati, 2019).
4. Etiologi Persalinan
Hingga saat ini, penyebab terjadinya persalinan masih menjadi pembahasan
yang rumit. Ada dua hormone yang dominan dan mempengaruhi pada
persalinan yakni hormon estrogen dan hormon progesterone. Hormon
estrogen berperan dalam meninggikan sensitifitas otot rahim dan
mempermudah respon rangsangan dari luar berupa oksitoksin,
prostaglandin. Hormon progesterone berperan dalam menurunkan
sensitifitas otot rahim, menahan rangsangan dari luar dan juga
merileksasikan otot-otot polos. Menurut Purwaningsih (2010) ; Nurhayati
(2019) penyebab timbulnya persalinan sebagai berikut ;
a. Teori penurunan hormon; menurunya kadar hormon estrogen dan
progesterone kurang lebih 1-2 minggu sebelum persalinan berlangsung.
Dimana progesterone berkontribusi dalam menenangkan otot rahim.
Saat kadar progesterone menurun akan timbul kontraksi otot rahim dan
pada akhirnya menimbulkan persalinan.
b. Teori plasenta menjadi tua; seiring bertambahnya usia plasenta maka
menyebabkan penurunan hormon estrogen dan progesterone dan
menimbulkan pembekakan pada nadi, dengan kondisi tersebut dapat
menyebabkan kontraksi rahim.
c. Teori berkurangnya nutrisi pada janin; hasil konsepsi segera
dikeluarkan apabila nutrisi pada janin berkurang.
d. Teori distensi rahim; rahim akan berangsur membesar hingga menegang
yang membuat iskemia pada otot uterus. Keadaan demikian salah satu
faktor yang dapat mengganggu aliran pada uteroplasenta.
e. Teori iritasi mekanik; saat ganglion servikale tertekan makan membuat
kontraksi uterus, dimana letak dari ganglion ini dibelakang serviks.
f. Teori induksi partus (Induction Of Labor); partus terjadi karena adanya
gejala gangguan luminaria. Beberapa luminaria dimasukkan kedalam
kanalis servikalis yang bertujuan untuk merangsang pleksus
frankenhause, amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drips.
5. Tanda-tanda Persalinan
Pada sebagian besar wanita, proses melahirkan dimulai antara minggu ke-39
dan ke-41 usia kehamilan. Secara umum, wanita hamil akan merasakan
tanda- tanda persalinan satu minggu sebelum melahirkan yang merupakan
suatu sinyal tubuh dengan memberikan pemberitahuan bahwa persalinan
sudah mulai dekat. Berikut adalah tanda-tanda dari persalinan;
a. Turunnya kepala janin
Pada proses persalinan ketika sudah dekat kepala janin mulai turun ke
daerah panggul dan terjadi 2 hingga 4 minggu sebelum janin keluar.
Ciri lainnya adalah ibu akan sering buang air kecil, mengalami
gangguan air kecil, perubahan bentuk tubuh, nyeri pinggang yang berat,
nyeri pada area rectum perineum dan vagina (Nurhayati, 2019).
b. Tekanan panggul
Setelah kepala janin turun kebawah panggul, ibu akan merasakan
kurang nyaman yang diakibatkan dari adanya tekanan panggul
(Nurhayati, 2019).
c. Timbulnya his persalinan
HIS adalah sekelompok kontraksi otot rahim yang secara bertahap akan
mendorong janin melalu serviks yang bekerja dengan baik dan
sempurna (Fitriana dan Nurwiandani 2018).

Ciri-ciri sebagai berikut;


1) Nyeri yang berasal dari punggung hingga menuju area perut pada
bagian depan.
2) Makin lama maka makin pendek intervalnya dan makin kuat
intesitasnya nyeri.
3) Jikalau berjalan maka kontraksi semakin kuat.
4) Memiliki pengaruh pada pembukaan persalinan.
d. Lendir disertai darah (Bloody Show)
Keluarnya lendir disertai darah merupakan suatu pembukaan yang
berasal dari canalis cervicalis. Darah keluar dengan jumlah yang sedikit
menyebabkan terlepasnya selaput bayi pada bawah rahim hingga
beberapa kapiler darah terputus (Fitriana dan Nurwiandani 2018).
e. Pecah ketuban
Saat terjadi pecah ketuban memiliki tanda awal persalinan yang paling
umum terjadi dan dapat diduga bahwa persalinan sudah dekat dalam
waktu 24 jam. Saat ketuban pecah akan ada kotraksi lebih intensif
(Nurhayati, 2019).
6. Pijat Endorphin
a. Definisi
Endorphin merupakan polipeptida-polipeptida yang terdiri atas 30 unit
asam amino. Opioid dan hormon penghilang stress seperti kortikotrofin,
kortisol, dan katekolamin (adrenalin non adrenaline) yang dihasilkan
tubuh berfungsi untuk mengurangi stres dan menghilangkan rasa nyeri
(Rr. Catur Leny, 2017).
Pijat endorphin merupakan sentuhan ringan untuk relaksasi dan
pengurangan rasa sakit, oleh karena itu pijat endorphin ini bisa
dilakukan pada ibu bersalin yang mengalami nyeri berat, sedang
melalui sentuhan pendamping persalinan sehingga menimbulkan
perasaan tenang dan rileks pada akhirnya denyut jantung dan tekanan
darah menjadi normal (Mander, dalam Nurun 2020).
Dikutip dari jurnal (Artika, 2020) efek yang dirasakan oleh ibu, ibu
menjadi lebih rileks dan nyaman serta merangsang pengeluaran hormon
oksitosin yang dapat menstimulasi kontraksi uterus. Terdapat informasi
bahwa pijatan yang diberikan pada ibu yang memasuki fase persalinan
selama 20 menit/jam, akan mengurangi rasa nyeri.
Pijat memiliki efek positif pada ibu bersalin mengalami nyeri dengan
mengurangi hormon stress dan aktivitas janin yang rendah, sakit kaki,
punggung dan komplikasi kebidanan yang lebih sedikit, sedangkan
yang baru lahir dalam keadaan baik. Terapi pijat meningkatkan
serotonin dan pada gilirannya menurunkan kortisol dan depresi. Selain
itu, serotinin tercatat mengurangi nyeri kaki dan punggung dan
meningkatkan dopamin dan akhirnya mengurangi norepinefrin dan
kecemasan (Supliyani, 2017).
b. Patofisiologi pijat endorphin dalam menurunkan nyeri
Pemberian pijat endorphin pada ibu bersalin merupakan tehnik relaksasi
untuk menurunkan rasa sakit, endorphin terdiri dari 30 unit asam amino
seperti ketokolamin, kortikotrofin, kortisol yang diproduksi oleh tubuh
berfungsi menghilangkan rasa sakit dan menurunkan stress. Proses
tersebut dapat memperkuatan ikatan suami dan istri dalam proses
persiapan persalinan. Sentuhan atau pijatan yang dilakukan juga dapat
membantu meningkatkan pelepasan hormon oksitosin dan melalui
peningkatan endorphin tranmisi sinyal antara sel saraf sehingga dapat
menurunkan intensitas nyeri persalinan (Arifah dalam Khasanah 2020).
Terdapat dua macam transniter impuls nyeri berfungsi mengatur rasa
sakit yaitu serabut A dan serabut C (reseptor berdiameter kecil) serta
transmiter yang berdiameter besar (A-Beta), ketika terjadi rangsangan
serabut membawa menuju medulla spinalis. Pengaruh fisiologis
mempengaruhi pijat endoprhin pada sirkulasi darah dibagian terdalam
jaringan dan di otot. Selain itu saat dilakukan pijat, tubuh mengeluarkan
senyawa endorphin sebagai pereda nyeri tubuh secara alami dan
membuat perasaan nyaman. Teori nyeri menyatakan bahwa pijat
endorphin mencegah sensasi rasa sakit dari berjalan ke sistem saraf
pusat (Yudianta dalam Khasanah 2020).
c. Indikasi dan kontraindikasi endorphine massage
Indikasi dari endorphine massage ini adalah orang yang sedang
mengalami stress dan nyeri, seperti pada ibu hamil yang memasuki usia
kehamilan 36 minggu. Pada usia ini, massage yang dilakukan dapat
merangsang lepasnya hormon endorphine dan oksitosin yang dapat
memicu kontraksi (Aprillia, 2010). Kontraindikasi dari endorphine
massage adalah:
1) Adanya bengkak atau tumor
2) Adanya hematoma atau memar
3) Suhu panas pada kulit
4) Adanya penyakit kulit
5) Pada kehamilan: usia awal kehamilan atau belum aterm, ketuban
pecah dini, kehamilan resiko tinggi, kelainan kontraksi uterus
(Astuti, 2013).
d. Penatalaksanaan Pijat Endorphin
Nyeri pada ibu bersalin perlu mendapat perhatian dari penolong agar
ibu terhindar dari trauma persalinan yang bisa menyebabkan terjadinya
post partum blues. Salah satu cara penatalaksanaan nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri persalinan dengan pijat endorphin (Mander,
dalam Nurun 2020).
Menurut (Kaparang dan Handayani, 2020), Tata cara pijat endorpine
meliputi:
Pasien dalam posisi berbaring miring atau duduk

Pasien dianjurkan untuk menarik nafas secara perlahan

Pasangan melakukan pijatan lembut dan ringan dari lengan sampai


ke punggung membentuk huruf V kearah tulang rusuk
Teknik endorphin massage ada 2 cara antara lain :

Cara 1 :
1) Ambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan duduk, atau
berbaring miring. Sementara pendamping persalinan berada di dekat
ibu (duduk di samping atau di belakang ibu).
2) Tarik napas yang dalam lalu keluarkan dengan lembut sambil
memejamkan mata. Sementara itu pasangan atau suami atau
pendamping persalinan mengelus permukaan luar lengan ibu, mulai
dari tangan sampai lengan bawah. Mintalah ia untuk membelainya
dengan sangat lembut yang dilakukan dengan menggunakan jari-
jemari atau hanya ujung-ujung jari saja.
3) Setelah kurang lebih 5 menit, mintalah pasangan untuk berpindah ke
lengan/ tangan yang lain.
4) Meski sentuhan ringan ini hanya dilakukan di kedua lengan, namun
dampaknya luar biasa. Ibu akan merasa bahwa seluruh tubuh menjadi
rileks dan tenang.
Cara 2 :
Teknik sentuhan ringan ini juga sangat efektif jika dilakukan di bagian
punggung, caranya: ambil posisi berbaring miring atau duduk, pasangan
atau pendamping persalinan mulai melakukan pijatan lembut dan ringan
dari arah leher membentuk huruf V terbalik, ke arah luar menuju sisi
tulang rusuk. terus lakukan pijatan-pijatan ringan ini hingga ke tubuh ibu
bagian bawah belakang, suami dapat memperkuat efek pijatan lembut dan
ringan ini dengan kata-kata yang menentramkan ibu. Misalnya, sambil
memijat lembut, suami bisa mengatakan, “Saat aku membelai lenganmu,
biarkan tubuhmu menjadi lemas dan santai,” atau “Saat kamu merasakan
setiap belaianku, bayangkan endorphin- endorphin yang menghilangkan
rasa sakit dilepaskan dan mengalir ke seluruh tubuhmu”. Bisa juga dengan
mengungkapkan kata-kata cinta. Setelah melakukan endorphin massage
sebaiknya pasangan langsung memeluk istrinya, sehingga tercipta suasana
yang benarbenar menenangkan (Kuswandi, 2011).

C. Konsep Dasar Asuhan Nifas


1. Pengertian
Post patrum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
nifas(poerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu, post post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Masa nifas atau (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42hari) setelah itu.puerperium yaitu dari kata
puer yaitu bayi dan paorus melahirkan. Jadi puerperium berarti masa
setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali,mulai dari persalinan
selesai samapi alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
(Wahyuningsih,2019).
2. Periode Nifas
a. Immediate Post Partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Sering terdapat
masalah ,misal perdarahan. bidan teratur melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tanda -tanda vital
b. Early Postpatrum (24 Jam-1 Minggu)
Bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,tidak ada
perdarahan,lokia tidak berbau busuk,tidak demam,ibu cukup cairan
dan makanan,ibu menyusui dengan baik.
c. Late Postpatrum
Bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari hari serta
konseling kb (Sulistyawati, 2019)
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Uterus
setelah plasenta lahir uterus akan mulai meranggas karena kontraksi
dan retsaksi otot-otot nya uterus berunsur angsur mengecil sampai
keadaan sebelum hamil.

Waktu TFU Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 g
Uri Lahir 2 Jari bawah pusat 750 g
1 Minggu ½ pst symps 500 g
2 Minggu Tidak Teraba 350 g
6 Minggu Bertambah Kecil 50 g
8 Minggu Normal 30 g
b. Lochea
Yaitu cairan atau secret berasal dari kavum uteri dan vagina selama
masa postpartum. 13berikut ini beberapa jenis lokia :
1) Lokia rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, desidua vernix kaseosa, lanugo, mekonium
berlangsung 2 hari post patrum
2) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir berlangsung 3 sampai 7 hari post partum
3) Lokia serosa berwarna kuning karena mengandung serum
jaringan desidua leukosit dan eritrosit berlangsung 7 sampai 14
hari post patrum.
4) Lokia Alba berwarna putih terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua
berlangsung 14 hari sampai 2 minggu berikutnya.
c. Endometrium
Perubahan terjadi dengan timbulnya thrombosis,degenerasi dan
nekrosis di tempat implantasi plasenta bekas implantasi plasenta
karena kontraksi sehingga menonjol ke kavum uteri hari 1
endometrium tebal 2,5 mm endometrium akan rata setelah hari
ketiga13.
d. Serviks
Setelah persalinan serviks menganga setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari
setelah 4 Minggu rongga bagian luar kembali normal.
e. Vagina dan Perineum
Vagina secara berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran multipara pak sebagai jaringan yang kecil dan
berubah menjadi karunkula reformis minggu ketiga rugae vagina
kembali. Perineum yang terdapat laserasi atau jahitan serta ude akan
berangsur-angsur pulih sembuh 6 sampai 7 hari tanpa infeksi oleh
karena itu vulva hygiene perlu dilakukan.
f. Mamae atau Payudara
Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami ada dua mekanisme produksi susu sekresi susu atau let down
selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
fungsinya mempersiapkan makanan bagi bayi pada hari ke-3 setelah
melahirkan efek prolaktin pada payudara mulai,sel acini yang
menghasilkan ASI mulai berfungsi ketika bayi menghisap puting
oksitosin merangsang ensit mengalirkan sehingga menyebabkan ejeksi
ejeksi asi.13
g. Sistem Pencernaan.
Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar kecuali ada komplikasi
persalinan tidak ada alasan menunda pemberian makan konstipasi
terjadi karena psikis takut BAB karena ada luka jahit perineum.
h. sistem perkemihan
Pelvis ginjal tegang dan dilatasi selama kehamilan kembali normal
akhir minggu keempat setelah melahirkan kurang dari 40% wanita
post partum mengalami protein urine non patologis kecuali pada kasus
reklamsi.
i. Sistem muskuloskeletal
Ligamen Fasia diafragma pelvis meregang saat kehamilan berangsur-
angsur mengecil seperti semula.
j. Sistem Endokrin
Hormon-hormon yang berperan:
1) Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus mencegah perdarahan
membantu uterus kembali normal isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin.
2) Broklat ini dikeluarkan oleh kelenjar di mana merangsang
pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI jika ibu post partum
tidak menyusui dalam 14 sampai 21 hari timbul menstruasi.
3) Estrogen dan progesteron setelah melahirkan estrogen menurun
progesteron meningkat
k. Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu tubuh saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5 derajat
Celcius secara 2 jam post partum normal
2) Nadi dan pernapasan nadi dapat bradikardi atau takikardi waspada
mungkin ada perdarahan pernapasan akan sedikit meningkat
setelah persalinan lalu kembali normal
3) Tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah beberapa
hari asalkan tidak ada penyakit yang menyertai BB turun rata-rata
4,5 kg
l. Setelah partus atau melahirkan adanya striae pada dinding abdomen
tidak dapat dihilangkan sempurna dan berubah jadi putih (striae
albicans).
m. Evaluasi tonus otot abdominal untuk menentukan diastasis derajat
pemisahan otot rektus abdominis setiap wanita mempunyai 3 set otot
abdominalis yaitu rektus abdominalis oblique transverse rektus
abdominalis merupakan otot paling luar yang bergerak dari atas ke
bawah otot ini terbagi dua yang dinamakan rekti yang kurang lebih 0,5
cm dan dihubungkan oleh jaringan fibrous linea Alba. Pada saat hamil
otot dan persendian menjadi relaks untuk persiapan melahirkan. ketika
otot rectus abdominis makin terpisah pemisahan otot ini disebut
diastasis. (Wiknjosastro,2015)
4. Adaptasi Psikologis Masa Nifas
a. Talking In period. Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih
pasif dan sangat tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu
lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami,
kebutuhan tidur meningkat, nafsu makan meningkat.
b. Taking Hold Period . Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih
berkonsentrasi pada kemampuannya menerima tanggungjawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat
sensitif sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat
untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c. Letting Go Period. Dialami setelah tiba dirumah secara penuh
merupakan pengaturan bersama keluarga, ibu menerima tanggung
jawab sebagai ibu dan ibu menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang
sangat tergantung dari kesehatan sebagai ibu (Saleha, 2014).
5. Standar pemberian ssuhan pada masa nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan BBL juga untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi dalam masa nifas (Saifuddin, 2013).
a. Kunjungan pertama dilakukan pada waktu 6-8 jam setelah persalinan.
Tujuannya yaitu :
1) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
2) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang pencegahan
masa nifas dari atonia uteri.
3) Pemberian ASI pada masa awal
4) Menjaga kehangatan bayi
b. Kunjungan kedua dilakukan 2-6 hari post partum. Tujuannya yaitu:
1) Memastikan involusi uteri berjalan normal
2) Menilai tanda-tanda infeksi atau kelainan pasca persalinan.
3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
4) Memberikan konseling pada ibu menegenai asuhan pada bayi, cara
perawatan tali pusat, dan menjaga kehangatan bayi.
c. Kunjungan ketiga dilakukan pada 2 minggu post partum. Tujuannya
sama seperti yang dilakukan enam hari post partum.
d. Kunjungan keempat dilakukan pada 6 minggu post partum. Tujuannya
yaitu untuk menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami
atau bahaya, dan memberikan konseling untuk KB dini (Saifuddin,
2013).
6. Pijat Oksitosin
a. Definisi
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang
belakang pijat ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau
refleks pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin akan
merasa lebih rileks (Monika, 2014)
penelitian ini sesuai dengan teori Vita (2018) pijat oksitosin adalah
pemijatan tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang
akan mempercepat kerja saraf simpatis dalam merangsang hipofisis
posterior untuk mengeluarkan oksitosin.
Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha
untuk merangsang hormon prlaktin dan oksitosin setelah melahirkan.
(Anuhgera D, 2017)
b. Langkah-Langkah Pijat Oksitosin
Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin dengan metode oksitosin
sebagai berikut (Depkes RI, 2019):
1) Melepaskan baju ibu bagian atas.
2) Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal,
3) Memasang handuk.
4) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil.
5) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepala tangan, dengan ibu jari menunjuk ke
depan. Area tulang belakang leher, cari daerah dengan tulang
yang paling menonjol, namanya processus spinosus/cervical
vertebrae 7.
6) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk
gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.
7) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah
bawah, dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.
8) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali.
9) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan
dingin secara bergantian
c. Manfaat
Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu
bagi ibu setelah persalinan. Seperti yang dijelaskan oleh (Mulyani 2009
dalam Wulandari 2014), pijat oksitosin dapat mengurangi
ketdiaknyamanan fisik serta memperbaiki mood. Pijat yang dilakukan
disepanjang tulang belakang ini juga dapat merileksasikan ketegangan
pada punggung dan menghilangkan stres sehingga dapat memperlancar
pengeluaran ASI. Sedangkan menurut (Depkes RI 2007 dalam
Wijayanti 2014), pijat oksitosin dapat mengurangi bengkak,
mengurangi sumbatan ASI dan mempertahankan produksi ASI ketika
ibu dan bayi sakit.

D. Konsep Dasar Asuhan Pada Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang
kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37
minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,
nilai Apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Muslihatun, 2011).
2. Penilaian Awal BBL
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? (JNPK-KR, 2017)
3. Refleks-Refleks pada Bayi Baru Lahir
Bayi yang baru lahir normal memiliki refleks-refleks fisiologis yang
ditunjukkan oleh organ-organ vitalnya. Adapun refleks-refleks tersebut
sebagai berikut:
a. Mata
1) Berkedip atau corneal. Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang
yang tiba-tiba. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup.
2) Pupil. Pupil akan berkontraksi bila sinar terang diarahkan padanya.
Refleks ini harus ada sepanjang hidup.
3) Glabela. Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antar dua alis
mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat.
b. Mulut dan tenggorokan
1) Rooting.Bayi akan memutar kepala seakan mncari puting susu.
Refleks ini biasanya adapada saat lahir dan menghilang pada usia 3-
4 bulan.
2) Mengisap/Sucking. Refleks ini timbul bersama refleks rooting untuk
mengisap puting susu dan menelan ASI.
3) Swallowing/Menelan. Refleks ini harus tetap ada sepanjang hidup.
4) Muntah. Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, isapan
atau masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami refleks
muntah. Refleks ini harus menetap sepanjang hidup
c. Ekstremitas
1) Menggenggam/ Palmar. Sentuhan pada telapak tangan dapat
menyebabkan fleksi tangan dan jari. Refleks ini akan menghilang
pada usia 3-4 bulan.
2) Babinski. Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi.
Refleks ini dijumpai hingga usia 8 bulan.
3) Masa tubuh. Ada beberapa refleks pada masa tubuh, diantaranya :
a) Refleks Moro. Refleks dimana bayi akan mengembangkan
tangan lebar-lebar dan melebarkan jari-jari, lalu membalikkan
dengan tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang.
Refleks moro biasanya ada pada saat lahir dan hilang setelah
berusia 6 bulan.
b) Refleks Tonic Neck. Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat
ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi
tersebut. Refleks ini tampak pada usia 2bulan dan menghilang
pada usia 6 bulan.
c) Gallant. Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang
belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang
terstimulasi. Refleks ini akan dijumpai pada usia 4-8 minggu
(Rohani, 2011).
4. Pelayanan essensial Bayi Baru Lahir
a) Jaga bayi tetap hangat
b) Bersihkan jalan napas (bila perlu)
c) Potong tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah
lahir
d) Segera lakukan inisiasi menyusui dini
e) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata
f) Beri suntikan vitamin K 1 mg intramuskular, dipaha kiri anterolateral
setelah IMD
g) Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml, intramuskular, dipaha kanan
anterolateral, diberikan 1 jm setelah pemberian vitamin K
(Buku KIA, 2018)
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:
1) Kunjungan neonatus hari ke-1 (KN 1)
a) Untuk bayi yang lahir di fasilitas pelayanan kesehatan, dapat
dilakukan sebelum bayi pulang dari fasilitas pelayanan
(sebelum 24 jam).
b) Untuk bayi yang lahir di rumah, bila bidan meninggalkan
bayi sebelum 24 jam, maka pelayanan dilaksanakan pada 6
sampai 24 jam setelah lahir.

2) Kunjungan neonatus hari ke-3 (KN 2)


Dilakukan pada hari ketiga sampai hari ketujuh. Keluarga
biasanya mengadakan tradisi peringatan. Pada kesempatan ini,
sangat baik apabila petugas melakukan kunjungan, memberikan
penyuluhan, dan melakukan pemeriksaan ibu dan bayi. sehingga,
mendukung penyelamatan ibu dan bayi.
3) Kunjungan neonatus minggu ke-2 (KN 3)
Dilakukan pada minggu kedua (hari ke-8 smpai hari ke-28) untuk
melihat tumbuh kembang bayi, memeriksa keadaan ibu dan bayi,
mengenal tanda bahaya, melakukan konseling KB, ASI, asuhan
BBL lainnya, memberikan imunisasi atau menganjurkan ibu
membawa bayinya ke posyandu untuk imunisasi BCG dan Polio,
serta membantu ibu dan keluarga dalam mengatasi masalah ibu
dan bayi (Ambarwati dkk, 2011).
5. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
a. Tidak mau menyusu
b. Kejang-kejang
c. Lemah
d. Sesak nafas (lebih besar atau sama dengan 60 kali/menit), tarikan
dinding dada bagian bawah
e. Bayi merintih atau menangis terus menerus
f. Tali pusar kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah
g. Demam/panas tinggi
h. Mata bayi bernanah
i. Diare/buang air besar cair lebih dari 3 kali sehaari
j. Kulit dan mata bayi kuning (pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥
14 hari setelah lahir)
k. Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat (Kemenkes RI, 2017).
6. DDC ( Delayed Cord Clamping)
Delayed Cord Clamping telah disarankan oleh banyak pedoman dari
seluruh dunia (WHO, ACOG, dan NICE) dengan banyak penelitian yang
mendukung keuntungan DCC dalam mengurangi anemia pada neonatus.
Sebuah studi acak oleh (Purisch et al,2021) membandingkan penjepitan
tali pusat segera (dalam 15 detik setelah lahir) dengan DCC (60 detik
setelah lahir) pada persalinan. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
kadar hemoglobin neonatus lebih tinggi pada kelompok DCC (18,1 g/dl vs
16,4 g/dl).
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiranbutiran
darah merah (Costill, 2014). Jumlah hemoglobin dalam darah 26 normal
adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya
disebut “100 persen” (Evelyn, 2016). Anemia menurut Tarwoto &
Wasnidar (2013) adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah
(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak
mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh
jaringan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Podungge (2019)
“Pengaruh Penundaan Penjepitan Tali Pusat Terhadap Kadar Hemoglobin
Bayi Baru Lahir. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata kadar Hb bayi
baru lahir yang dilakukan penundaan penjepitan tali pusat (21,80 gr/dL)
lebih tinggi dibandingkan kelompok penjepitan tali pusat segera (17,48
gr/dL). Hasil analisis data didapatkan nilai p value = 0,000, Penelitian
Carolin et al., (2020) ”Pengaruh Delayed Cord Clamping Terhadap Kadar
Hemoglobin (Hb) Dan Hematokrit (Ht) Pada Bayi” Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penundaan penjepitan dan
pemotongan tali pusat (delayed cord clamping) 24 jam di Klinik Utama
Anny Rahardjo tahun 2019 serta kadar hemoglobin dan hematokrit bayi
dengan penjepitan dan pemotongan tali pusat segera setelah lahir memiliki
rata - rata 15,033 gr/dl dan 46,25gr/dl sedangkan kadar hemoglobin dan
hematokrit bayi dengan penundaan penjepitan dan pemotongan tali pusat
24 memiliki rata - rata 19,600 gr/dl dan 59,11 gr/dl. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafika (2018) “Waktu
Penundaan Pengkleman Tali Pusat Berpengaruh Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Bayi Baru Lahir”. Hasil penelitian nilai rata-rata kadar
hemoglobin kelompok 2 menit sebesar 14,5 gr/dl dan kelompok 3 menit
sebesar 15,9 gr/dl. berarti ada perbedaan kadar hb antara waktu 3 menit
lebih tinggi dibandingkan 2 menit. dari hasil uji ttest independent
diperoleh nilai p=0,000, maka nilai p= 0,000< α = 0,05
E. Konsep Dasar Keluarga Berencana
1. Pengertian Keluarga Berencana
KB adalah salah satu upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta
masyarakat, melalui PUP, pengaturan jarak kehamilan, pembinaan
ketahanan keluarga dan lain-lain (Gavi 2015).
Menurut WHO (world health Organization keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu suami istri. Untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu
saat kelahiran dengan hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga (Gavi 2015).
2. Tujuan Keluarga Berencana
Secara umum, Keluarga Berencana memiliki tujuan untuk menciptakan
keluarga yang terencana yang sejahtera.
3. Jenis-jenis Keluarga Berencana
a. Kontrasepsi Non Hormonal
1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Metode amenore laktasi adalah alat kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.
2) Kondom
Kondom merupakan selubung/karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan penularan penyakit
kelamin pada saat senggama.
3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit
kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak
terjadi pembuahan.
4) Kontrasepsi Mantap (Tubektomi Dan Vasektomi)
a) Tubektomi/MOW
Adalah metode kontrasepsi mantap bagi seorang wanita bila
tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba falopi
(mengikat dan memotong atau memasang cincin).
b) Vasektomi
Adalah prosedur klinik untuk mengehentikan kapasita
reproduksi pria dengan cara mengkonklusi vasa defenesia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses
fertilisasi ( penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
b. Kontrasepsi Hormonal
Hormon progestin adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan
progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron. Hormon progestin : pil,
injeksi/suntikan, implan.
1) Implan
Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung
progestin yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon
polidiometri.
2) Pil Kombinasi
Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang berisi
hormon sintesis estrogen dan progesteron
3) Suntik kombinasi
Merupakan kontrasepsi suntik yang mengandung hormon sintetis
progesteron dan estrogen (Kemenkes RI, 2012).
4. Sasaran Program Keluarga Berencana
a. Sasaran langsung adalah pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan
untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan
kontrasepsi secara berkelanjutan.
b. Sasaran tidak langsung adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan
tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Kemenkes,2010)
BAB III

TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. M 28 TAHUN
G2P1A0 37-38 MINGGU FISIOLOGIS

Nama Pengkaji : Dwi Hastuti Setianingsih


Waktu : 26 Oktober 2022 Pukul 14.00 WIB
Tempat : PMB Yeni Yulyani Setianingsih, SST

Identitas Pasien
Nama : Ny. M Tn. A
Umur : 28 Tahun 36 Tahun
Suku Bangsa : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Alamat : Kp. Cikedung Mugarsari

DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama atau Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya secara rutin, dan Ibu saat
ini mengeluh semakin besar kehamilannya semakin tidak nyaman, dan sering
mengalami sakit pinggang.
2. Riwayat Kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ketiga dan belum pernah keguguran,
haid pertama haid terakhir tanggal 06 Februari 2022, Taksiran persalinan 14
Nopember 2022 gerakan janin aktif dan gerakannya dirasakan lebih dari 12
kali dalam sehari, Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan atau jamu, Ibu hanya
minum obat dari bidan atau puskesmas. Ibu sering memeriksakan kehamilan
secara rutin baik ke PMB sebanyak 6 kali 2 kali di timester pertama 2 kali
trimester ke dua dan 2 kali di trimester 3 ke dokter kandungan 1 kali di
trimester pertama ke puskesmas 1 kali pada trimester pertama ke posyandu 1
kali
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Lahir
Hamil BB/PB Penolong
Tahun Hidup/ Persalinan Komplikasi
Ke saat lahir Persalinan
Mati/ Ab
1 2016 Hidup BB : 3000gr Normal Bidan Tidak ada
PB : 49 cm
2 2022 Hamil
Saat
ini

4. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki penyakit berat, menular maupun keturunan dan
ibu mengatakan keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit berat, menular
ataupun keturunan.
5. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan sudah di imunisasi 3 kali yaitu pada saat hamil pertama
dilakukan dua kali,hamil ke dua 1 kali.
6. Riwayat Kontrasepsi
Ibu sebelumnya menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan selama 5 tahun dan
lepas KB suntik selama 6 bulan.
7. Riwayat Perkawinan
Ibu megatakan ini merupakan pernikahan yang pertama, lama pernikahan ± 8
tahun.
8. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola makan dan minum
Ibu mengatakan makan 3-4 x/hari dengan porsi sedang dengan makanan
beraneka ragam termasuk sayur dan buah buahan, minum ± 8 gelas/hari (air
putih).
b. Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAK lebih sering ± 7-8 x/hari, BAB ± 1 x/hari (pada pagi
hari)
c. Pola istirahat
Ibu mengatakan tidur malam ± 8 jam, dan ibu mengatakan tidur siang ± 1-2
jam tidak rutin kadang kadang.
d. Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x/hari, keramas 2x/minggu, mengganti celana
dalam ± 2 kali x/hari.
e. Aktifitas
Ibu mengatakan setiap harinya mengerjakan pekerjaan rumah mengurus
anaknya dan mengantar anak sekolah.
f. Pola hubungan seksual
Ibu mengatakan tidak mempunyai keluhan dalam hubungan seksual selama
hamil, dan melakukan hubungan 1x/minggu.
9. Riwayat kehidupan sehat
Ibu mengatakan tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol, tidak
pernah minum obat obatan sembarangan dengan beli sendiri dari warung dan
tidak minum jamu-jamuan. Suami merokok, tetapi tidak pernah didalam
rumah.
10. Kekhawatiran yang dirasakan
Ibu Mengatakan merasa senang karena sebentar lagi akan melahirkan dan
bertemu dengan anak keduanya.
11. Persiapan atau Rencana Persalinan
Ibu Mengatakan berencana ingin melahirkan di PMB. Dan ibu sudah
menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi seta surat-suratan (KTP, JKN, KK)
tabungan dan kendaraan sudah disiapkan.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Pernafasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,3 °C
3. Antropometri
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan sebelum hamil : 55 kg
Berat Badan saat ini : 65 kg
IMT : 25,39cm
LILA : 28 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, rambut bersih,warna rambut
hitam, kulit kepala bersih, tidak ada nyeri tekan.
Muka : Simetris, tidak pucat, tidak oedema
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, refleks
pupil baik, tidak ada kelainan mata.
Hidung : Simetris, tidak ada secret abnormal pada hidung, tidak ada
peradangan polip, tidak ada nyeri tekan pada sinus frontalis
keadaan bersih dan fungsi penciuman baik.
Telinga : Simetris, fungsi pendengaran baik, tidak ada pengeluaran
secret abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Mulut : Simetris, warna bibir kemerahan, tidak ada labiochizis atau
palatoschozis, lidah merah bersih.
Leher : Simeris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe maupun
jugularis.
Dada : Simetris, bernafas normal.
Payudara : Simetris, putting susu menonjol, tidak ada nyeri saat ditekan,
tidak ada benjolan, ada pengeluaran ASI +/+.
Abdomen : Tidak terdapat luka bekas operasi.
Mc Donald : 34 Cm

LEOPOLD
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xipoideus , di fundus teraba
bagian janin bulat lunak dan kurang melenting (Bokong)
Leopold II : Perut sebelah kanan ibu teraba bagian kecil janin
( Ektremitas janin ) dan perut Sebelah kiri ibu teraba Keras
dan memanjang ( Punggung janin )
Leopold III : Teraba bulat, keras dan melenting (kepala) Sudah masuk
pintu atas panggul dan tidak bias digoyangkan.
Leopold IV : bagian terbawah janin masuk PAP (divergent)
DJJ : 146 kali/menit Reguler
TBBJ : (31-11)x155 = 3100 gr
Kandung Kemih : Tidak penuh
Ektermitas Atas : Tidak terdapat oedema, kuku tidak pucat, jari lengkap dan
normal serta gerakan baik.
Ektermitas : Tidak terdapat oedema, kuku tidak pucat, tidak ada varises,
Bawah
jari lengkap, reflek patela kaki (+/+) serta gerakan baik.

ANALISA DATA
Ny. M 28 Tahun G2P1A0 Gravida 37-38 Minggu Janin Tunggal Hidup
Fisiologis
PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan
Evaluasi
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Memberikan informasi dan edukasi mengenai ketidaknyamanan pada
kehamilan Trimester III diantaranya sakit pinggang yaitu dengan cara
hindari kebiasaan duduk dan berdiri terlalu lama, olahraga ringan, selalu
gunakan sepatu hak datar, pijat endorphin dan kompres hangat.
Evaluasi
Ibu memahami dan mampu menyebutkan dua dari tiga yang disampaikan
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada Ibu mengenai Persiapan
Persalinan sesuai di Buku KIA yaitu
a. Rencana tempat bersalin dan didampingi oleh suami/keluarga
b. Mempersiapkan pendonor darah
c. Mempersiapkan pembiayaan atau jaminan asuransi untuk bersalin
d. Mempersiapkan kendaraan untuk persiapan bersalin
e. Mempersiapkan keperluan bayi dan ibu dalam satu tas
f. Merencanakan KB yang akan digunakan setelah bersalin
Evaluasi
Ibu memahami dan mampu menyebutkan 3 poin persiapan persalinan
4. Memberikan dukungan positif kepada ibu dalam menghadapi proses
persalinan.
Evaluasi
Ibu merasa lebih tenang dalam menghadapi persalinan.
5. Menganjurkan Ibu untuk kontrol ulang 1 minggu, atau apabila ada keluhan
atau ada tanda-tanda persalinan. dikarenakan Riwayat persalinan dahulu ibu
mengalami pecah ketuban sebelum waktunya.
Evaluasi
Ibu memahami dan akan segera periksa apabila sudah ada tanda tanda
persalinan.
6. Menganjurkan Ibu untuk kontrol ulang 1 minggu, atau apabila ada keluhan
atau ada tanda-tanda persalinan. dikarenakan Riwayat persalinan dahulu
yang cepat.
Evaluasi
Ibu memahami dan akan segera periksa apabila sudah ada tanda tanda
7. Melakukan pencatatan pendokumentasian
Hasil pencatatan dan Pendokumentasian berbentuk SOAP di register buku
kunjungan dan mencatat hasil pemeriksaan di buku KIA milik ibu.

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN


PADA NY. M 28 TAHUN G2P1A0
40 MINGGU FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 14 Nopember 2022


Waktu Pengkajian : 03.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Yeni Yulyani Setianingsih, SST
Pengkaji : Dwi Hastuti Setianingsih

PUKUL 03.00 WIB


S : Ibu datang PMB mengeluh mules-mules sejak jam 22.00 WIB belum keluar
lendir darah dan air-air dari jalan lahir. Ibu merasa mulasnya semakin
bertambah.
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosi stabil.
T= 120/80 mmhg.
N= 84x/menit,
R= 24x/menit
S= 36,7 C
HIS 3x10’x45”
Abdomen Tidak terdapat luka bekas operasi.
Mc Donald : 34 Cm
LEOPOLD
Leopold I : TFU 3 jari bawah prosesus xipoideus, di fundus teraba
bagian janin bulat lunak dan kurang melenting (Bokong)
Leopold II : Perut sebelah kanan ibu teraba bagian kecil janin
( Ektremitas janin ) dan perut Sebelah kiri ibu teraba Keras dan memanjang (
Punggung janin )
Leopold III : Teraba bulat, keras dan melenting (kepala) Sudah masuk
pintu atas panggul dan tidak bias digoyangkan.
Leopold IV : Bagian terbawah janin masuk PAP (divergent)
DJJ : 148 kali/menit Reguler
TBBJ : (34-11)x155 = 3565 gr
Genitalia v/t v/v tidak ada kelainan, portio tebal lunak, Ǿ 6 cm,
selaput ketuban (+), presentasi kepala, Hodge II.
A : Ny. M 28 Tahun G2P1A0 40 Minggu Inpartu Kala I Fase Aktif

P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan


kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti
- Memberikan pemenuhan nutrisi pada ibu. Ibu bersedia makan minum
- Memberi motivasi dan dukungan emosional. Ibu menerima
- Memfasilitasi ibu menggunakan gymball ibu bersedia melakukannya.
- Menganjurkan ibu miring kiri jika ibu sudah merasa tidak kuat menahan
mules . Ibu bersedia.
- Memfasilitasi perubahan posisi ibu. Ibu memilih posisi setengah duduk.
- Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan eliminasi. Ibu bersedia
- Menganjurkan ibu untuk nafas efektif. Ibu mengerti
- Melakukan pemantauan persalinan
PUKUL 04.30 WIB
S : Ibu mengatakan mules yang semakin kuat keluar air banyak dan ingin
mengedan
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosi stabil. HIS
5x10’x50”, DJJ 148x/menit regular, Genitalia v/t v/v tidak ada kelainan,
portio tidak teraba, Ǿ lengkap, selaput ketuban (-),uuk kiri depan, presentasi
kepala, Hodge IV
A : Ny. M 30 Tahun G2P1A0 Gravida 40 Minggu Inpartu Kala II

P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan


kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti
- Memberi motivasi dan dukungan emosional. Ibu menerima
- Mendekatkan alat. Alat telah berada ditempat yang ergonomis
- Menyiapkan diri. APD sudah digunakan
- Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN. Pukul 05.00 WIB bayi
lahir spontan, langsung menangis, tonus otot baik, kulit kemerahan,
jenis kelamin laki-laki. Bayi langsung di IMD kan

PUKUL 05. 01 WIB


S : Ibu mengatakan lega anaknya telah lahir, merasa mulas

O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosi stabil.


Terdapat semburan darah, tali pusat memanjang nampak didepan vulva,
uterus teraba globuler. TFU 1 jari di bawah pusat, tidak terdapat janin kedua,
kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak penuh
A : Ny. M 28 Tahun P3A0 Kala III

P :  Memberitahu hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan kepada


ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti
 Melakukan manajemen aktif kala III
 Melakukan penyuntikan Oksitosin 0.2 mg secara IM di 1/3 paha kanan
atas segera. Oksitosin telah diberikan
 Melakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali. Pukul 05.10 WIB
plasenta lahir
 Melakukan masase fundus uteri. Kontraksi uterus baik
 Membersihkan pasien dan tempat. Pasien dan tempat telah dibersihkan.
 Membereskan alat. Alat telah dibereskan
 Melakukan dekontaminasi alat. Alat sudah didekontaminasi

PUKUL 05.10 WIB


S : Ibu mengatakan lemas, dan merasa mulas

O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosi stabil. TD


120/80 mmHg, N 86x/menit, R 22x/menit, S 36,3° C. TFU 1 jari bawah
pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan normal, kandung kemih tidak
penuh, plasenta lahir lengkap, tidak terdapat laserasi.

A : Ny. M 28 Tahun P3A0 dengan Pemantauan Kala IV

P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan


kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti
- Mengecek laserasi: Terdapat laserasi di mukosa vagina dan otot
perineum, telah di lakukan Tindakan penjahitan. Telah di lakukan
inform consent ibu menyetujui di lakukan Tindakan.
- Menganjurkan ibu untuk istirahat. Ibu bersedia
- Menganjurkan ibu untuk makan dan minum. Ibu bersedia
- Memberikan motivasi dan dukungan emosional kepada ibu. Ibu
menerima
- Melakukan pemantauan kala IV setiap 15 menit sekali pada jam
- pertama dan setiap 30 menit sekali pada jam berikutnya. Hasil terlampir
TABEL PEMANTAUAN KALA IV

Ja Wakt Tekana Nadi Suh Tinggi Kontraks Kandun Dara


m u n Darah (x/ u fundu i uterus g Kemih h
ke (wib) (mmHg) Menit) (C) s uteri yang
kelua
r
1 05.10 120/80 86 36,3 1 jari keras Tidak Normal
bawah penuh
pusat
05.25 120/80 84 jari keras Tidak Normal
bawah penuh
pusat
05.40 120/80 84 jari keras Tidak Normal
bawah penuh
pusat
05.55 120/80 80 sepusat keras Tidak Normal
penuh
2 06.25 120/80 80 36 sepusat keras Tidak Normal
penuh
06.55 120/80 80 sepusat keras Tidak Normal
penuh

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY.M 28 TAHUN P2A0

POST PARTUM 2 JAM FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 14 Nopember 2022

Waktu Pengkajian : 07.00 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Yeni Yulyani Setianingsih, SST

Pengkaji : Dwi Hastuti Setianingsih

S : Ibu mengatakan lega anaknya telah lahir, merasa lemas, dan merasa mulas

O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosi stabil. TD

120/80 mmHg, N 82x/menit, R 20x/menit, S 36,7° C. TFU 1 jari di bawah

pusat, kontraksi uterus keras dan kuat, kandung kemih tidak penuh,
perdarahan normal.

A : Ny. M 28 Tahun P2A0 Post Partum 2 Jam Fisiologis

P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan

kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti

- Menganjurkan ibu untuk istirahat. Ibu bersedia

- Menganjurkan ibu untuk makan dan minum. Ibu bersedia

- Menganjurkan ibu untuk mobilisasi. Ibu bersedia

1. Kunjungan Nifas (KF) I

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.M 28 TAHUN P2A0

POST PARTUM 6 JAM FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 14 Nopember 2022

Waktu Pengkajian : .11 00 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Yeni Yulyani Setianingsih, SST

Pengkaji : Dwi Hastuti Setianingsih

S : Ibu merasa mulas. Sudah dapat miring kanan dan kiri, serta sudah dapat

BAK di wc

O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosi stabil. TD


120/80 mmHg, N 82x/menit, R 20x/menit, S 37° C. Mata konjungtiva

merah muda,sclera putih; payudara simetris, puting menonjol, colostrum

sudah ada keluar; abdomen TFU 1 Jari di bawah pusat, kontraksi uterus

baik, kandung kemih penuh; genitalia terdapat lochea rubra, ekstremitas atas

dan bawah tidak ada kelainan, tidak ada oedema, tidak ada varises.

A : Ny. M 28 Tahun P2A0 Post Partum 6 Jam Fisiologis

P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan

kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti

- Pendidikan kesehatan mengenai tanda bahaya nifas. Ibu mengerti

- Pendidikan kesehatan mengenai personal hygiene. Ibu mengerti

- Pendidikan kesehatan mengenai tanda bahaya bayi baru lahir. Ibu

mengerti

- Memberitahu ibu mengenai nutrisi pada masa nifas dan menyusui. Ibu

mengerti

- Memberitahu ibu mengenai pola istirahat pada masa nifas dan

menyusui. Ibu mengerti

- Membimbing ibu untuk melakukan senam nifas. Ibu bersedia

2. Kunjungan Nifas (KF) II


ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M 28 TAHUN P2A0

POST PARTUM 3 HARI FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 17 Nopember 2022

Waktu Pengkajian : 14.00 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Yeni Yulyani Setianingsih, SST

Pengkaji : Dwi Hastuti Setianingsih

S : Ibu mengatakan paudara serasa penuh dan bengkak.

O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, keadaan emosi stabil. TD

120/70 mmHg, N 82x/menit, R 20x/menit, S 36,8° C. Mata konjungtiva

merah muda, sclera putih; payudara simetris, puting menonjol teraba

bendungan ASI di payudara kiri dan kanan ada sedikit lecet, ASI +/+;

abdomen TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus keras dan kuat, kandung

kemih tidak penuh; genitalia terdapat lochea rubra tampak jahitan yang

mulai mengering luka jahitan bersih ; ekstremitas atas dan bawah tidak ada

kelainan, tidak ada oedema, tidak ada varises

A : Ny. M 28 Tahun P2A0 Post Partum 3 Hari Fisiologis.

P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan

kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti

- Konseling mengenai teknik menyusui yang baik dan benar Ibu mengerti
- Mengajarkan suami untuk melakukan pijat oxytocin

Suami siap membantu.

- Mengingatkan ibu tanda bahaya nifas baca buku KIA Ibu mengerti

- Mengingatkan ibu mengenai mobilisasi. Ibu mengerti

- Mengingatkan ibu mengenai personal hygiene. Ibu mengerti

- Mengingatkan ibu tanda bahaya bayi baru lahir. Ibu mengerti

- Mengingatkan ibu jadwal kontrol ulang tanggal 24 November 2022

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. M 2 JAM


BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 14 Nopember 2022

Waktu Pengkajian : 07.00 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Yeni Yulyani Setianingsih, SST

Pengkaji : Dwi Hastuti Setianingsih

Identitas Bayi

Nama : By. Ny. M

Tanggal Lahir : 14 Nopember 2022. Pukul 07.00 WIB

Jenis Kelamin : Laki-Laki

S : -

O : Keadaan umum baik, BJA 140x/menit regular , R 50x/menit, S 36,7°C.


Tangis bayi kuat, tonus otot baik, warna kulit kemerahan.
Pemeriksaan Antropometri:
BB : 4000 gram LD : 34 cm LK : 35 cm

PB : 50 cm LILA : 11 cm

Kepala tidak ada caput/benjolan; mata simetris, sklera putih; hidung tidak ada

kelainan, tidak terdapat nafas cuping hidung; mulut tidak ada kelainan; leher

tidak ada pembengkakan; telinga tidak ada kelainan; pernafasan normal,tidak

ada retraksi dinding dada; tali pusat bersih tidak ada perdarahan; ekstremitas

atas dan bawah tidak ada kelainan, jari-jari lengkap, gerakan aktif; punggung

tidak ada kelainan; genitalia tidak ada kelainan, anus ada.

A : By. Ny. M 2 Jam Bayi Baru Lahir Fisiologis

P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan. Ibu

dan keluarga mengerti

- Menjaga kehangatan bayi

- Memberikan Neo K Inject 0,5 ml secara IM di 1/3 paha atas luar bagian

kiri serta salep mata Tetrasiklin 1%. Neo K dan salep mata telah diberikan

memberitahu akan di lakukan pemberian suntik HB0 tepat satu jam

setelah penyuntikan Neo K inj

- Memberitahu ibu dan keluarga cara menyusui yang benar. Ibu mengerti

- Memberitahu ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya bayi baru lahir. Ibu

dan keluarga mengerti

- Memberikan imunisasi HB0 kepada bayi Bayi telah diberikan HB0 pada

pukul 07.00 WIB


1. Kunjungan Neonatal (KN) I

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. M 6 JAM


BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 14 Nopember 2022

Waktu Pengkajian : 11.00 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Yeni Yulyani Setianingsih, SST

Pengkaji : Dwi Hastuti Setianingsih

S : Ibu mengatakan anaknya sudah kuat menyusu,setiap bayi menangis


menyusu.
O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, BJA 148x/menit regular
, R 50x/menit, S 36,9°C. Tangis bayi kuat, tonus otot baik, warna kulit
kemerahan, kelainan kongenital (-)
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, rambut bersih, UUB belum menutup, tidak
terdapat caput succedanum dan cephal hematoma
Mata : Simetris, tidak ada kelainan, sklera putih, konjungtiva
merah muda
Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,tidak ada
sekret abnormal
Telinga : Simetris, tulang telinga lunak, elastisitas daun telinga
baik
Mulut : Simetris, tidak ada kelainan, terdapat palatum, tidak
terdapat labioskizis, palatoskizis ataupun
labiopalatoskizis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfa
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, puting susu sudah
terbentuk, suara paru-paru bersih, bunyi jantung
regular
Abdomen : Simetris,tidak kembung, tidak terdapat omfalokel, tali
pusat basah
Ekstremitas : Simetris, kedua lengan sama panjang, jari lengkap,
Atas tidak terdapat kelainan, terdapat lebih dari satu garis
tangan, gerakan aktif
Ekstremitas : Kedua tungkai sama panjang, jari lengkap, tidak ada
Bawah kelainan, gerakan aktif
Gentalia : Jenis kelamin laki-laki,Testis berjumlah 2 sudah turun,
penis dalam ukuran normal
Anus : Terdapat lubang anus, sudah BAB
Kulit : Kemerahan, lanugo menghilang
Refleks : refleks kedip (+), refleks glabella (+), refleks rooting
(+), refleks sucking (+), refleks swallowing (+), refleks
morro (+), refleks tonic neck (+), refleks grasping (+),
refleks babinski (+), refleks galant (+)
A : By. Ny. M 6 Jam Bayi Baru Lahir Fisiologis
P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan
kepada ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga mengerti
- Menjaga kehangatan bayi
- Memberitahu ibu dan keluarga cara menyusui yang benar.
Ibu menunjukkan cara menyusui bayi nya.
- Memberitahu ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya bayi baru
lahir.
Ibu mengerti
2. Kunjungan Neonatal (KN) II

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. M 3 HARI


BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 17 Nopember 2022

Waktu Pengkajian : 14.00 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Yeni Yulyani Setianingsih, SST

Pengkaji : Dwi Hastuti Setianingsih

S : Ibu mengatakan menyusu sangat kuat BAB BAK lancar


O : Keadaan umum baik, Detak Jantung Anak 140x/menit regular , R
49x/menit, S 36,9°C. Tangis bayi kuat, tonus otot baik, warna kulit
sedikit kuning; muka simetris; mata simetris, sklera agak kuning; tidak
terdapat nafas cuping hidung; pernafasan normal, tidak ada retraksi
dinding dada; tali pusat bersih, kering, tidak ada perdarahan; ekstremitas
atas dan bawah tidak ada kelainan, jari-jari lengkap, gerakan aktif;
genitalia tidak ada kelainan, anus ada. Refleks: refleks rooting (+), refleks
sucking (+), refleks swallowing (+), refleks morro (+), refleks grasping
(+), refleks babinski (+).
A : By. Ny. M 6 Hari Bayi Baru Lahir Fisiologis
P : - Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan
kepada ibu dan keluarga.
Ibu dan keluarga mengerti
- Memberitahu ibu agar senantiasa menjaga kehangatan bayi.
Ibu mengerti
- Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya di bawah jam 10.00
pagi.
Ibu bersedia menjemur dengan menutup mata dan alat kelamin bayi
- Memberitahu ibu dan keluarga untuk memberi ASI secara on
demand. Dan memberitahu ibu untuk menyusui bayi nya secara
ekslusif hanya asi saja sampai 6 bulan.
Ibu bersedia mengikuti anjuran dari petugas.
- Mengingatkan ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya bayi baru
lahir.
Ibu mengerti
- Memberitahu ibu untuk pencegahan infeksi pada bayi.
Ibu dan keluarga mengerti

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Manajemen Asuhan Kebidanan
Komprehensif dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir pada
Ny. M 28 tahun yang dilakukan mulai tanggal 24 Oktober-19 Nopember 2022 di
PMB. Disamping itu penulis juga akan membahas kesesuaian serta kesenjangan
antara teori dengan asuhan yang diberikan.
a. Pembahasan Asuhan Kehamilan
Pelayanan antenatal (Antenatal Care/ANC) pada kehamilan normal minimal 6x
dengan rincian 2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di Trimester 3.
Minimal 2x diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat
kunjungan ke 5 di Trimester 3.(Kemenkes.2020). Pada kasus Ny. M
tidak ditemukan kesenjangan Ny. M sudah melakukan ANC sesuai standar ke
puskesmas,posyandu dan PMB.
Standar pemeriksaan yang dilakukan pada ibu hamil yaitu 10 T, yang terdiri
atas timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur lingkar lengan atas/nilai
status gizi, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi
janin dan hitung denyut jantung janin, skrining status imunisasi Td dan
pemberian imunisasi Td, beri tablet tambah darah (zat besi), pemeriksaan
Laboratorium, tata laksana/penanganan khusus, dan temu wicara (Bidan dan
Dosen Kebidanan Indonesia, 2018). Pada saat kunjungan pertama tinggi badan
Ny. M diukur dan didapatkan tinggi Ny. M adalah 160 cm. Pengukuran tinggi
badan hanya dilakukan pada saat kunjungan pertama antenatal, apabila tinggi
ibu kurang dari 145 cm maka ibu termasuk dalam kategori faktor resiko Karena
dicurigai ibu memiliki panggul yang sempit kemungkinan sulit untuk
melahirkan normal (Kemenkes, 2017). Dalam kasus Ny. M tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
LiLA Ny. M pada saat kehamilan 37-38 minggu adalah 28 cm. Pengukuran
LiLA ini bertujuan untuk mengetahui apakah ibu mengalami KEK atau tidak.
Seorang ibu dikatakan KEK apabila LiLA kurang dari 23,5 cm yang
menunjukan adanya kurang gizi yang berlangsung lama (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2018). Dari hasil pengukuran LiLA Ny. M tergolong
normal. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara praktik dan teori.
Pengukuran tekanan darah pada Ny. M yang dilakukan pada saat kehamilan 38
minggu didapatkan tekanan darah ibu dalam batas normal yaitu 120/80 mmHg.
Apabila tekanan darah ibu hamil lebih dari 140/90 mmHg dianjurkan untuk tes
protein urine untuk menegakkan diagnosis. Pengukuran tekanan darah ini
bertujuan untuk mendeteksi adanya hipertensi dalam kehamilan atau
preeclampsia.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan usia kehamilan. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
tinggi fundus uteri ibu berada dipertengahan pusat dengan proc.xyphoideus
(Mc Donald = 33 cm). Pada usia kandungan 38 minggu sampai dengan 40
minggu tinggi fundus uteri diantara pertengahan pusat- proc.xyphoideus
(Enggar, 2019). Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan.
Pada pemeriksaan bagian terbawah janin adalah kepala dan denyut jantung
janin terdengar 146 x/menit kuat dan teratur. Frekuensi denyut jantung janin
dalam batas normal dan sesuai dengan teori tidak ada kesenjangan. Denyut
jantung janin normal adalah 120 x/menit sampai dengan 160 x/menit (Bidan
dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2018). Upaya yang dilakukan untuk
mencegah infeksi tetanus maka dilakukan program imunisasi Td. Sebelum
dilakukan imunisasi screening imunisasi Td harus dilakukan (Kemenkes,
2020). Setelah dilakukan screening Td Status Imunisasi Td Ny. M
yaitu T3. Ibu hamil dengan status imunisasi T1 dan T2 perlu diberikan
imunisasi TT lanjutan.

b. Pembahasan Asuhan Persalinan


Ny. M mengeluh merasa mulas-mulas dan keluar lendir campur darah sejak
pukul 22.00 WIB (14-11-2022) Hal ini sesuai dengan buku KIA (2019), bahwa
tanda awal persalinan yaitu terjadinya his atau kontraksi, adanya Blood show
(Pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina), dan pengeluaran cairan.
Keluhan mules-mules yang dirasakan oleh ibu merupakan hal yang wajar
dialami oleh ibu bersalin. Salah satu faktor yang berperan dalam persalinan
menurut (Prawirohardjo,2016) adalah Power atau kekuatan. Power adalah
kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan mengejan yang
dapat menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin keluar. His yang
normal mulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar
merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan
pada fundus uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh, hingga tekanan dalam
ruang amnion kembali ke asalnya. His pembukaan (Kala I) : menyebabkan
pembukaan serviks, semakin kuat, teratur dan sakit. Uterus teraba keras atau
padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan
intrauterine naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (affacement)
dan terbuka (dilatasi) (Widia, 2017). Dilatasi serviks 4-10 cm merupakan fase
aktif, (Nurul, 2017).
Pendampingan suami saat persalinan mempunyai peranan penting bagi ibu
karena dapat mempengaruhi psikologis ibu. Kondisi psikologis yang nyaman,
rileks dan tenang dapat terbentuk melalui dukungan kasih sayang keluarga.
Bentuk dukungan bisa berupa support mental, berbagi pengalaman saat
menjalani proses persalinan, atau hal-hal positif lain, sehingga berpengaruh
pada kekuatan ibu saat melahirkan bayinya (Laila, I, 2015). Dukungan suami
dalam proses persalinan akan memberikan efek pada ibu yaitu dalam hal
emosi, emosi ibu yang tenang yang menyebabkan sel-sel sarafnya
mengeluarkan hormon oksitosin yang reaksinya akan menyebabkan kontraksi
pada rahim pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi (Hidayati & Ulfah,
2019). Dukungan minimal berupa sentuhan dan kata-kata pujian yang membuat
nyaman serta memberi penguatan pada saat proses persalinan.
Pada kala I dilakukan gerakan sayang ibu, ibu diberikan dukungan dan
kenyamanan posisi. Ibu memilih posisi berbaring miring kiri, hal ini dilakukan
setelah ibu mendapat informasi bahwa berbaring miring ke kiri dapat
membantu janin mendapatkan suplai oksigen yang cukup, sebaliknya jika ibu
berbaring terlentang, maka bobot tubuh ibu akan menekan pembuluh darah
yang membawa oksigen ke janin, sehingga suplai oksigen bayi berkurang dan
menyebabkan gawat janin. Selain pilihan posisi, ibu juga diberikan asupan
nutrisi dan cairan, ibu diberikan segelas teh manis hangat, hal ini dapat
membantu karena selama proses persalinan ibu akan mudah mengalami
dehidrasi (Saifuddin, 2011). Selain itu untuk mengurangi nyeri persalinan
dilakukan pijat endorphin.
Rasa nyeri persalinan disebabkan proses kontraksi dari Rahim dalam usaha
untuk mengeluarkan buah kehamilan. Dalam persalinan, nyeri yang timbul
menyebabkan stress, dan rasa khawatir berlebihan. Respirasi dan nadi pun akan
meningkat sehingga mengganggu pasokan kebutuhan janin dari plasenta
(Dewie dan Kaparang, 2020). Pijat endorphin merupakan sentuhan ringan
untuk relaksasi dan pengurangan rasa sakit, oleh karena itu pijat endorphin ini
bisa dilakukan pada ibu bersalin yang mengalami nyeri berat, sedang melalui
sentuhan pendamping persalinan sehingga menimbulkan perasaan tenang dan
rileks pada akhirnya denyut jantung dan tekanan darah menjadi normal
(Mander, dalam Nurun 2020).
Dikutip dari jurnal (Artika, 2020) efek yang dirasakan oleh ibu, ibu menjadi
lebih rileks dan nyaman serta merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang
dapat menstimulasi kontraksi uterus. Terdapat dua macam transniter impuls
nyeri berfungsi mengatur rasa sakit yaitu serabut A dan serabut C (reseptor
berdiameter kecil) serta transmiter yang berdiameter besar (A-Beta), ketika
terjadi rangsangan serabut membawa menuju medulla spinalis. Pengaruh
fisiologis mempengaruhi pijat endoprhin pada sirkulasi darah dibagian
terdalam jaringan dan di otot. Selain itu saat dilakukan pijat, tubuh
mengeluarkan senyawa endorphin sebagai pereda nyeri tubuh secara alami dan
membuat perasaan nyaman. Teori nyeri menyatakan bahwa pijat endorphin
mencegah sensasi rasa sakit dari berjalan ke sistem saraf pusat (Yudianta
dalam Khasanah 2020).

c. Pembahasan Asuhan Nifas


Masa nifas berlangsung sekitar 6 minggu, pada masa nifas terjadi perubahan
fisiologis yaitu perubahan fisik, involusi uterus, pengeluaran lochea, laktasi
atau pengeluaran air susu ibu (Prawirohardjo, 2016). Program masa nifas untuk
kunjungan nifas menurut Kemenkes (2020) Paling sedikit 4 kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, yaitu KF I pada 6 jam- 2 hari setelah persalinan,
KF 2 pada 3 hari – 7 hari setelah persalinan, KF 3 pada 8 hari- 28 hari setelah
persalinan, KF 4 pada 29 hari – 42 hari setelah persalinan. Pada waktu
pengkajian kasus ini termasuk KF 1.
Ibu datang berkunjung pada nifas hari ke 3 setelah persalinan dan hal ini
merupakan KF 2. Data subjektif yang didapatkan ibu bahagia atas kelahiran
bayinya,tidak mempunyai masalah. Pada kunjungan pertama ini juga dilakukan
pemeriksaan fisik dengan hasil sebagai berikut: keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmentis (sadar penuh), Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Pada pemeriksaan kebidanan didapatkan payudara ibu simetris, tidak ada
massa,ada sedikit bendungan asi,sedikit putting lecet putting susu
menonjol,pengeluaran ASI +/+, involusio uteri baik, tinggi fundus uteri 3 jari
dibawah pusat, kontraksi uterus keras dan kuat, kandung kemih tidak penuh.
Perdarahan normal, pengeluaran pervaginam berwarna merah (lochea
rubra),luka jahitan bersih dan mengering. Hal ini sesuai dengan tujuan nifas 6
jam sampai 3 hari, menurut teori yaitu Mencegah terjadinya perdarahan pada
masa nifas, memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang pencegahan
masa nifas dari atonia uteri, pemberian ASI pada masa awal, menjaga
kehangatan bayi.
Rencana kunjungan ketiga dilakukan pada hari ke-10 post partum.
Pada pemeriksaan nifas Ny.M masalah yang muncul ada bendungan ASI di
kedua payudara nya dan sedikit lecet .Bendungan ASI adalah kondisi payudara
bengkak karena terlalu penuh sehingga menyebabkan rasa nyeri kondisi ini
umumnya terjadi karena adanya peningkatan aliran darah serta produksi ASI
pada payudara.. Hal iniakan menyebabkan ASI tidak lancer ini sering terjadidi
hari hari awal setelah melahirkansat kebutuhan menyusu bayi masih sedikit dan
bayi belum terampil menyusu ini lah yang kerap membuat para ibu meras
bingung dan kewalahan. (id.theasian parent.com).
Sebanyak 57 % ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita puting susu
lecet. World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terdapat
1-1,5 juta bayi meninggal dunia karena tidak diberi ASI secara eksklusif
(Risneni, 2015). Penyebab puting susu lecet yaitu teknik menyusui yang tidak
benar, puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain
saat ibu membersihkan puting susu, moniliasis pada mulut bayi yang menular
pada puting susu,bayi dengan tali lidah pendek, cara menghentikan menyusui
yang kurang tepat (Susanto, 2018).Penanganan puting susu lecet dapat
dilakukan secara mandiri oleh ibu dengan perawatan puting susu lecet, teknik
menyusui yang benar dan perawatan payudara. Bidan juga harus ikut serta
memberikan informasi khusus dalam penanganan puting susu lecet agar ibu
nifas mampu melakukan perawatan secara mandiri bila terjadi puting susu lecet
(Eliyanti dkk, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian Evi Irianti (2022) dengan judul “Pijat Oksitosin
Berperan Memperlancar Pengeluaran Air Susu pada Ibu Postpartum
Primipara” ini diketahui bahwa pijat oksitosin mampu meningkatkan volume
ASI dibandingkan sebelumnya karena pemijatan ini dapat merangsang aktivasi
hormon endorphin sehingga merangsang hormon oksitosin bekerja sama
dengan hormon prolaktin memproduksi ASI. Pijat oksitosin yang dilakukan di
sepanjang tulang belakang, tepatnya dimulai dari nervus ke 5-6 sampai scapula
akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke
otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar. Selanjutnya, oksitosin akan
memacu otot-otot halus di sekeliling alveoli untuk berkontraksi dan
mengeluarkan ASI yang telah diproduksi oleh hormone prolactin. (Irianti
E ,dkk. 2018). Proses inilah yang disebut let down reflect atau refleks
pengaliran ASI. Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat
oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak,
mengurangi sumbatan ASI, Merangsang pelepasan hormone oksitosin,
mempertahankan produksi ASI. Selain manfaat tersebut di atas, pijat oksitosin
bagi ibu adalah dapat mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi
plasenta, mencegah perdarahan post partum, mempercepat proses involusi
uterus, meningkatkan ras nyaman pada ibu menyusui, meningkatkan hubungan
psikologis antar ibu dan keluarga. Efek fisiologis lain pijat oksitosin juga dapat
merangsang kontraksi otot polos uterus baik pada proses saat persalinan
maupun setelah persalinan. Peneliti lain juga menjelaskan bahwa pijat oksitosin
di daerah tulang belakang memberikan rileksasi dan reflek let down yang
merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga dapat membantu
pengeluaran produksi ASI, selain itu memberikan rasa aman juga nyaman.

d. Pembahasan Asuhan Bayi Baru Lahir


Delayed Cord Clamping telah disarankan oleh banyak pedoman dari seluruh
dunia (WHO, ACOG, dan NICE) dengan banyak penelitian yang mendukung
keuntungan DCC dalam mengurangi anemia pada neonatus. Sebuah studi acak
oleh (Purisch et al,2021) membandingkan penjepitan tali pusat segera (dalam
15 detik setelah lahir) dengan DCC (60 detik setelah lahir) pada persalinan
sesar. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin neonatus
lebih tinggi pada kelompok DCC (18,1 g/dl vs 16,4 g/dl).
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiranbutiran darah
merah (Costill, 2014). Jumlah hemoglobin dalam darah 26 normal adalah kira-
kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”
(Evelyn, 2016). Anemia menurut Tarwoto & Wasnidar (2013) adalah kondisi
dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau
massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai
pembawa oksigen ke seluruh jaringan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Podungge (2019) “Pengaruh Penundaan Penjepitan Tali Pusat
Terhadap Kadar Hemoglobin Bayi Baru Lahir. Hasil penelitian ini menunjukan
rata-rata kadar Hb bayi baru lahir yang dilakukan penundaan penjepitan tali
pusat (21,80 gr/dL) lebih tinggi dibandingkan kelompok penjepitan tali pusat
segera (17,48 gr/dL).
Berdasarkan teori Kemenkes Republik Indonesia (2020), menyatakan bahwa
kunjungan neonatus dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu kunjungan neonatus 1
(KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir, kunjungan
neonatus 2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari 3-7 setelah lahir, dan
kunjungan neonatus 3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari 8-28 setelah
lahir. Pada kasus Ny. M tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
Memberikan edukasi kepada ibu mengenai perawatan tali pusat. Poin utama
dalam merawat tali pusat adalah menjaga kebersihan sebelum melakukan
perawatan tali pusat dengan cuci tangan, serta menjaga bersih dan kering pada
tali pusat dan sekitarnya. Perawatan tali pusat yang tidak benar akan
memperlambat puputnya tali pusat, dan juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya infeksi tali pusat yang disebut dengan Tetanus Neonaturum yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani dan dapat menyebabkan kematian.
(Djati Aji Nurbiantoro,dkk.2022
Perawatan tali pusat terbuka, merupakan perawatan tali pusat yang
membiarkan tali pusat secara terbuka tanpa kassa atau bahkan alkohol dan
povidone iodin. Begitu bayi lahir, tali pusat sudah tidak diperlukan lagi
sehingga harus dipotong, diikat atau dijepit, kemudian dilakukan perawatan tali
pusat. Saat dipotong tali pusat terlepas dari suply darah dari ibu. Pemotongan
dan pengikatan tali pusat menyebabkan pemisahan fisik antara ibu dan bayi.
Setelah dilakukan pengikatan tali pusat kemudian dilakukan perawatan tali
pusat dengan perawatan terbuka. Tujuan dari perawatan adalah untuk
mencegah infeksi dan meningkatkan pemisahan tali pusat dari perut. Setelah
bayi lahir tali pusat dipotong, secara mendadak tali pusat tidak mendapat aliran
darah, akan menjadi kering. Pengeringan dan pelepasan tali pusat dipermudah
karena terpapar udara. Dalam 24 jam warna putih tali pusat menghilang dan
berubah menjadi kuning kecoklatan dan mengering atau kehitaman kering dan
kaku, sehingga mempercepat pelepasan tali pusat. (Azizah, 2015)
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.
M 28 tahun G2P1A0 di PMB yang dilaksanakan pada tanggal 24 oktober-19
November 2022 yang dimulai dari tahap pengkajian, menentukan diagnosa,
melakukan penatalaksanaan sekaligus evaluasi tindakan yang dilakukan sesuai
dengan rencana asuhan serta mendokumentasikannya dalam bentuk catatan
SOAP, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa :
1. Asuhan kebidanan pada Ny. M selama kehamilan mendapatkan asuhan
kebidanan sesuai dengan kebijakan standar minimal asuhan kehamilan,
diberikan asuhan komplementer berdasarkan evidence based dan sesuai
kebutuhan serta bepusat pada perempuan. Pada masa kehamilan tidak
terdapat komplikasi. Asuhan yang di berikan sudah sesuai dengan teori.
2. Asuhan kebidanan pada Ny. M selama persalinan mendapatkan asuhan
yang sesuai dengan kewenangan bidan, melakukan kolaborasi. Asuhan
yang di berikan sudah sesuai dengan teori dan kewenangan sebagai bidan.
3. Asuhan kebidanan nifas pada Ny. M selama masa nifas ibu berlangsung
normal dan tidak terdapat komplikasi atau tanda bahaya nifas. Asuhan
yang di berikan sudah sesuai dengan teori.
4. Asuhan kebidanan pada Bayi Ny. M selama penatalaksanaan bayi sudah
mendapatkan asuhan dasar bayi baru lahir fisiologis. Bayi sudah diberikan
salep mata, suntikkan vit K1 dan imunisasi HB0. Dilakukan pemeriksaan
fisik serta pengkajian secara lengkap dan tidak ditemukan masalah atau
kondisi yang abnormal. Asuhan yang di berikan sudah sesuai dengan teori.
5. Penulis telah mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan metode
SOAP. Tidak ditemukannya kesenjangan anatara teori dengan praktik.

B. Saran
1. Bagi pasien
Diharapkan Asuhan Komprehensif ini, ibu dapat mengaplikasikan asuhan
kebidanan yang diberikan sehingga dapat lebih meningkatkan pengetahuan
dan pengalamannya serta mencegah resiko terkait dengan masa kehamilan,
persalinan, nifas dan asuhan pada bayi.
2. Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan bisa mengaplikasikan asuhan komprehensif yang
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan kepada setiap kliennya agar
asuhan yang diberikan bisa mendapatkan hasil yang optimal.
3. Bagi institusi pendidikan
Hendaknya asuhan kebidanan komprensif ini diagendakan lebih sering agar
generasi selanjutnya dapat memahami situasi dan kondisi di lapangan dalam
melakukan asuhan kebidanan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan sesuai dengan teori dan evidence based yang ada.
4. Bagi tempat praktik
Bagi bidan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan diharapkan selalu
memberikan pelayanan kebidanan yang komprehensif mulai dari kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir yang disesuaikan dengan evidence based
kebidanan yang ada serta diharapkan dapat memberikan asuhan
komplementer yang berprinsip Women Center Care kepada setiap kliennya.

DAFTAR PUSTAKA
.
Akdemir, Y. & Karadeniz, M. 2020. A psychological factor associated with pain
during intrauterine device insertion: emotional reactivity. Clinical
Experimental Obstetrics Gynecology, 47, 335-340.
Anggriani. Hubungan Antara Metode Kangaroo Mother Care (KMC) Terhadap
Suhu Tubuh BBLR di RSKD Ibu dan Anak Pertiwi Makassar. Ilm Kesehat
Diagnosis. 2014;4(6).
Aprilia, Yesie. 2019. Cara Lembut Dan Nyaman Sentuh Buah Hati. Jakarta:
Kompas Gramedia.
Ari Sulistyawati. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta :
Perpustakaan Nasional.
Astuti Sri. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Dewi Evi Kumala, Editor.
Bandung: PT Gelora Aksara Pratama; 2017.
Azizah, R. A. (2015). Perbedaan Waktu Lepasnya Tali Pusat Yang Dibungkys
Dengan Kassa Steril dan Perawatan Terbuka Pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang. Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo.
Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. 2018. Kebidanan Teori dan Asuhan.
Jakarta: ECG.
BKKBN. 2016. Kebijakan Program Kependudukan , Keluarga Berencana , dan
Pembangunan Keluarga. Jakarta: BKKBN.
Dewie, A., & Kaparang, M. J. (2020). Efektivitas Deep Back Massage dan Massage
Endorphin terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif di BPM Setia.
Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan, 14(1), 43-49.
Diana Arianti, Ledia Restipa. 2020. Pengaruh Endorphine Massage Terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida. JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) Volume 3
No. 2.
Didien Eka Setyarini dan Suprapti. 2016. Modul Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Jawa Barat. 2019. Profil Kesehatan Jawa Barat. Dinas Kesehatan
Jawa Barat.
Dinkes Jawa Barat, 2020. Profil Dinas Kesehatan Jawa Barat Tahun 2020,Jawa
Barat: Dinkes Jawa Barat.
Djati Aji Nurbiantoro , Febi Ratnasari,dkk. 2022. Perawatan Tali Pusat Neonatus
Dan Manfaat Tali Pusat Terbuka. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada
Masyarakat, Volume 5 Nomor 2 Februari 2022 Hal 427-435.
Enggar, A.S Rini, dan Pont A.V. 2019. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Bogor: In
Media.
Erda Eliyanti , Mudhawaroh, Hexawan Tjahja Widada. 2017. Midwefery Care In
The Post Partum Mothers With Nipple Blisters In Bpm Suhartini, Sst Sub-
District Diwek Of Jombang District. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol 3 No 2
September 2017.
Evi Irianti. 2022. Pijat Oksitosin Berperan Memperlancar Pengeluaran Air Susu
pada Ibu Postpartum Primipara. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume 13 Nomor Khusus, Januari 2022.
Fatimah dan Nuryaningsih. (2017). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhamadiah Jakarta.
Fitri, Imelda. 2018. Nifas, Kontrasepsi Terkini, dan Keluarga Berencana. Gosyen
Publishing : Jakarta.
Fitriana, Yuni & Nurwiandani, Widy. 2018. Asuhan Persalinan. Yogyakarta;
Pustaka Baru Press.
Gavi. 2015. Buku ajar kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan
Gavi. 2016. Buku ajar kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan
Hasnerita. 2012. Posisi-Posisi Dalam Persalinan.
Jannah, Nurul dan Sri. (2019). Kesehatan Reproduksi & Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC.
Kemenkes. (2017). Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.
JNPKKR.
Kemenkes. (2020). Profil Kesehatan Indoneisa 2019. In Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes. Profil Kesehatan Indonesia. 2019
Kementerian kesehatan RI. 2013. Buku saku pelayanan kesehatan ibu difasilitas
Kementerian kesehatan RI. 2017. Buku saku pelayanan kesehatan ibu difasilitas
Kementerian Kesehatan Indonesia. (2017). Profil Kementerian Kesehatan Indonesia
2017. In Kementerian Kesehatan RI (Vol. 53, Issue 9).
Kementerian Kesehatan R.I . 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayi
Baru Lahir. Jakarta: Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
Kementrian Kesehatan & JICA. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:Departemen
Kesehatan RI;2021.
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Buku KIA Revisi 2020 Lengkap. pdf (pp. 4–9).
kesehatan dasar dan rujukan
kesehatan dasar dan rujukan
Kurniawati, A., Dasuki, D., & Kartini, F. (2017). Efektivitas Latihan Birth Ball
Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada
Primigravida. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 5(1), 1.
Maryunani, A, dan Nurhayati, 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit pada
Neonatus. Jakarta : Trans Info Madia.
Mercer, B. M. 2012. Premature rupture of the membranes. In Gabbe, S. G. et al.
Obstetrics: Normal and problem pregnancies (6th ed.) (pp. 659- 672).
Philadelphia: Elsevier Saunders.
Mitayani, 2014. Mengenal Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanaanya. Padang :
Baduose Media.
Mochtar R. Sinopsis Obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi. Jakarta EGC.
2013
Mudanija. 2011. Penurunan AKI dan AKB Menurut WHO. www.google.com.
Visited 20 Juli 2014.
Muslihatun, N, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dn Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
Mustakim, M. (2014). Budidaya Kacang Hijau. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Nguyen, L., Lamarche, L., Lennox, R., Ramdyal, A., Patel, T., Black, M. &
Mangin, D. 2019. Strategies to Mitigate Anxiety and Pain in Intrauterine
Device Insertion: A Systematic Review. Journal of Obstetrics.
Norazizah. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan
Payudara dengan Kejadian Puting Susu Tenggelam di BPM Ny. Sri
Handayani Desa Welahan Jepara. Volume 4 No. 2, September 2013.
Noviyanti, T. G. (2019). Pengunaan Birth Ball Sebagai Metode Pengurangan Nyeri
Persalinan Pada Kala 1 Fase Aktif. In Politeknik Kesehatan Jakarta.
Politeknik Kemenkes Jakarta.
Nugroho T. Buku ajar obstetri. Jakarta : Muha Medika; April 2014.
Nurhayati, E. 2019. Patologi & Fisiologi Persalinan Distosia Dan Konsep Dasar
Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Nurun Ayati khasanah, Wiwit Sulistyawati. 2020. Pengaruh Endorphin Massage
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Ibu Bersalin. Journal for Quality in Women's
Health Vol. 3 No. 1 Maret 2020, Hal 15 – 21.
Oktarina, M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta : Deepublish.
Parti, Sumiati Malik, Nurhayati. 2020. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru
(PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan
Cerdas Vol. 2 No. 2: April 2020 Hal. 66 – 71
Passmore, R. C. & Gold, M. A. 2019. Nonpharmacologic Approaches to Pain
Management with IUD Insertion. Optimizing IUD Delivery for Adolescents
and Young Adults. Springer.
Peraturan Menteri Kesehatan No.28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan.
Prawirohardjo, S. 2016.Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta:
PT Yayasan Bina PustakaPrawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Praworihardjo, Sarwono.2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Pustaka Baru Press
Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, A, dan Ismawati, C, 2014. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Plus
Asuhan Pada BBLR dan Materi Pijat Bayi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Pudji Suryani, Ina Handayani. 2018. Senam Hamil dan Ketidaknyamanan Ibu
Hamil Trimester Ketiga. Jurnal Bidan Volume 5 No. 01, Jan 2018.
Purwati, A., & Rayani, T. (2020). Pengaruh Teknik Bola Persalinan (Birthing Ball)
Terhadap Penurunan Bagian Bawah Janin Pada Ibu Primigravida Inpartu
Kala I Fase Aktif Di Pmb Ike Sri Kec. Bululawang Kab. Malang. Journal
Of Islamic Medicine, 4(1), 40–45.
Pusdiknes. (2013). Pedoman Antenatal Terpadu. Jakarta: Pusdiknes.
Rahayu, et all. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Mitra Wacana Medika,
Jakarta.
Rifiana, A. J., & Septiani, H. A. (2020). Pengaruh Teknik Counterpressure Dengan
Menggunakan Birthball Terhadap Nyeri Persalinan Di Depok Jawa Barat.
University Nasional.
Rini, Susilo. Feti Kumala. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.
Yogyakarta. Deepublish. 2017
Risa Safitri, Desmawati. 2022. Pengaruh Penggunan Birth Ball Terhadap
Penurunan Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester III. Edu Masda
Journal Vol 6 No 1 Maret, 2022.
Rr. Catur Leny W, Machfudloh. 2017. Terapi Endorphin Massage Untuk
Menurunkan Intensitas Nyeri Kala 1 Fase Aktif Persalinan. Jurnal SMART
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Karya Husada
Semarang VoL.4 No.2 Desember 2017, Hal 1-8.
Rukhiyah, Ai Yeyen & Yulianti, Lia (2010). Asuhan kebidanan iv : patologi
kebidanan. Jakarta : Trans Info Media.
Rukiyah, A.Y & Yulianti, L. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Trans
Info Media, Jakarta.
Rukiyah, A.Y et all. 2010. Asuhan Kebidanan I ( Kehamilan ). Trans Info Media,
Jakarta
Saifuddin Abdul Bari, Trijatmo Rachimhadhi, Gulardi H. Wiknjosastro. 2015. Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Saifuddin, A. B. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Saifuddin, AB., dkk. 2013. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Saleha S. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: SalembaMedika; 2013.
Saleha S. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Salemba Medika; 2009.
Sari, N. M., Khairi, Z., Ariani, P., Ayu, P., Ariescha, Y., Purba, T. J., Natalia, K.,
Ball, T. B., & I, P. K. (2021). Pengaruh Terapi Birth Ball Pada Ibu
Bersalin Terhadap. Penelitian Kebidanan & Kespro, 3(1).
Seri, Usman. dkk. 2019. Pijat Oksitosin Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Post
Partum Primipara Di Kota Singkawang. Jurnal Kebidanan Kestra. Volume 5
(1), 58-62.
Sudikno, Sandjaja. 2016. Jurnal Kesehatan Reproduksi: Prevalensi Dan Faktor
Tuti Meihartati, Siti Mariana. 2018. Efektivitas Endorphin Massage Terhadap
Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Primiapara Kala 1 Fase Aktif. Jurnal Darul
Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 – Juli 2018, Hal 85 – 93.
Tyastuti, Siti Wahyuningsih, Henny. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Modul
Kebidanan. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Ulfah, M. 2014. Hubungan Diastasis Recti Abdominis dengan Nyeri Punggung
Bawah pada Ibu Hamil. Jurnal Bidan Prada, 5 (2), pp. 23-30.
Varney. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC.
Wagiyo. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Internal, Neonatal. Jakarta: CV.
ANDI OFFSET.
Wahyuni, Iin Dan Adi Antoni. 2019. Pelaksanaan Metode Amenore Laktasi Pada
Ibu Pasca Nifas. Vol. 4 No. 1 (https://jurnal.unar.ac.id/) diakses 19 April
2021.
Wahyuningsih S. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi
Dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan.
Deepublish; 2019
Walyani Elisabeth Siwi. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. 2nd ed. Yogyakarta:
PT. Pustaka Baru; 2018.
WHO. World Health Organization. Iron Deficiency Anaemia Assessment,
Prevention, and Control A Guide For Programme Managers. Geneva (US):
WHO. 2017;
Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayaan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2015
LAMPIRAN

Proses Persalinan
Pemeriksaan Kunjungan Nifas dan Kunjungan Neonatal

LEMBAR PERSETU
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Herni Kurnia,S.ST,M.Keb Yeni Yulyani Setianingsih, S.ST


NIP.198808122018012001 NIP.197104271990122001

Pengkaji

Dwi Hastuti Setianingsih


Nim : P20624322014

Anda mungkin juga menyukai