Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“MASTITIS”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

DINDA ANDJALI MOKOGINTA

FEBIOLA BAKARTI

YULITA LAKNASA

AKADEMI KEBIDANAN BUNDA

KOTAMOBAGU

T. A 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah

melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa

selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan

memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi

terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2

1.4 Manfaat ........................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4

1.1 Pengertian Mastitis ...................................................................................................... 4

1.2 Tanda dan Gejala Mastitis ........................................................................................... 8

1.3 Patofisiologi Mastitis................................................................................................. 10

1.4 Pencegahan Mastitis .................................................................................................. 11

1.5 Penanganan Mastitis ...................................................................................................... 11

1.6 Pengobatan Mastitis ...................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14

1.1 Kesimpulan................................................................................................................ 14

1.2 Saran .............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae, terutama pada primipara yang

biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.Infeksi ini terjadi melalui luka

pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo,

2001).Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai

dengan infeksi.Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga

mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.Kadang-kadang keadaan ini dapat

menjadi fatal apabila tidak diberi tindakan yang adekuat.Mastitisjuga seringkali

disebut sebagai abses payudara, dimana terjadi pengumpulan nanah lokal di dalam

payudara. Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan

biaya yang sangat besar untuk pengobatannya. Penelitian terbaru juga ada yang

menyatakan bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui

menyusui.

Pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang kurang benar

merupakan penyebab yang penting, tetapi pada kenyataannya saat ini masih

banyak petugas kesehatan yang menganggap bahwa mastitis masih sama dengan

infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu pasien mastitis untuk

terus menyusui, dan mereka bahkan mungkin menyarankan pasien tersebut untuk

berhenti menyusui, yang sebenarnya hal tersebut tidak perlu.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. apa pengertian mastitis ?

2. apa tanda dan gejala mastitis ?

3. bagaimana patofisiologi mastitis ?

4. bagaimana cara pencegahan mastitis ?

5. apa yang harus dilakukan dalam penanganan mastitis ?

6. apa obat yang mengobati mastitis ?

1.3 Tujuan

1. mengetahui pengertian mastitis

2. mengetahui tanda dan gejala mastitis

3. mengetahui patofisiologi mastitis

4. mengetahui bagaimana cara pencegahan mastitis

5. mengetahui penanganan mastitis

6. mengetahui apa obat yang mengobati mastitis

2
1.4 Manfaat

Manfaat makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Bagi mahasiswa, hasil makalah diharapkan dapat memberikan pemahaman dan


pengertian terhadap pentingnya kesehatan dan mampu memberikan asuhan
keperawatan dengan benar.
b. Bagi penulis, makalah ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan
wawasan, pengetahuan dan pengalaman belajar yang terkait dengan masalah
pada sistem reproduksi wanita, yaitu penyakit mastitis inisehingga dalam
mempraktikkan ilmu yang terkait akan lebih mudah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Mastitis

Gambar 2.2.Payudara yang mengalami mastitis


Mastitis adalah radang pada payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas atau

sampai 3 minggu setelah persalinan penyebabnya adalah sumbatan saluran susu

dan pengeluaran ASI kurang sempurna. Peradangan payudara adalah suatu hal

yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil ,malahan dalam praktek sehari-

hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan mastitis. Bilamana

pembesaran payudara hampir terjadi pada semua wanita pada dua sampai tiga hari

pertama setelah kelahiran,tetapi jarang akan menetap dan biasanya tidak disertai

dengan peningkatan temperature yang lebih tinggi. Kongesti cenderung terjadi

4
menyeluruh dengan pembesaran vena superficial. Mastitis adalah infeksi payudara

yang kebanyakan terjadi pada ibu yang baru pertama kali menyusui bayinya.

Mastitis hampir selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran susu.

Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak,

yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada

puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi,

sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi

melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah.

Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang

adekuat (memadai).

Klasifikasi mastitis

Mastitis lazim dibagi dalam (1) mastitis gravidarum, dan (2) mastitis puerperalis,

karena memang penyakit ini boleh dikatakan hampir selalu timbul pada waktu

hamil dan laktasi

Berdasarkan tempatnya dapat dibedakan:

1. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.

2. Mastitis di tengah-tengah mamma yang menyebabkan abses di tempat itu.

3. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang

menyebabkan abses antara mamma dan otot-otot di bawahnya.

5
Gambar 1.2. lokasi abses pada mastitis

Klasifikasi mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Mastitis periductal

Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause,

penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan

sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya

penyumbatan pada saluran di payudara.

2. Mastitis puerperalis/lactational

6
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab

utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang

ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.

3. Mastitis supurativa/ abses

Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman

Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC

memerlukan penanganan yang ekstra intensif dan drainage yang adekuat. Bila

penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan

payudara/mastektomi.

Faktor risiko

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :

1. Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di

bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.

2. Paritas

Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.

3. Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik

menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.

7
4. Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis.

5. Gizi

Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi

terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat

mengurangi resiko mastitis.

6. Faktor kekebalan dalam ASI

Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam

payudara.

7. Stres dan kelelahan

Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat,

tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.

8. Pekerjaan di luar rumah

Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan

kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.

9. Trauma

Trauma pada payudara karena dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu

dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.

1.2 Tanda dan Gejala Mastitis

8
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:

a. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang

terasa nyeri.

b. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi rata.

c. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk

menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang.

d. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa

dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.

e. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama

dengan payudara yang terkena.

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak

karena sumbatan saluran ASI antara lain :

a. Payudara terasa nyeri

b. Teraba keras

c. Tampak kemerahan

d. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah–

pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa

infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara

juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah.

9
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila

didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan

permukaan kulit tidak pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit

pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras, maka

hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka, 2001 dalam Anonim, 2013).

1.3 Patofisiologi Mastitis

Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena

proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses

infeksi. Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal.

Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya

gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI.Hal ini

membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan

lancar.Akibatnya mammae menjadi tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi

ASI menjadi datar dan tertekan.permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa

komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk

ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflmasi

hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksi.Kondisi ini membuat lubang

duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri, terutama bakteri Staphylococcus

aureus dan Strepcococcus sp.

Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi

akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul

fisura/robekan/perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan

10
menjadikanport de entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah

infeksi pada jaringan mammae.

1.4 Pencegahan Mastitis

Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan sebagai

berikut (Soetjiningsih, 1997):

a. Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan

b. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan

payudara dengan cara memompanya

c. Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka

pada puting susu

d. Minum banyak cairan

e. Menjaga kebersihan puting susu

f. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

1.5 Penanganan Mastitis

Jika diduga mastitis, intervensi dini berupa tindakan suportif dapat mencegah

perburukan. Intervensi meliputi beberapa tindakan hygienitas dan kenyamanan:

1.Bra yang cukup menyangga tetapi tidak ketat

2. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara

11
3. Kompres hangat pada area yang terkena

4. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu, Jangan lakukan

pemijatan jika dikhawatirkan justru membuat kuman tersebar ke seluruh bagian

payudara dan menambah risiko infeksi

.
5. Peningkatan asupan gizi dan cairan

6. edukasi ibu

Bayi sebaiknya terus menyusu, dan jika menyusui tidak memungkinkan karena
nyeri payudara atau penolakan bayi pada payudara yang terinfeksi,

pemompaan teratur harus terus dilakukan. Pengosongan payudara dengan sering

akan mencegah statis air susu.

Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering

dan selama mungkin sehingga sumbatan tersebut lama-kelamaan akan

menghilang, Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi abses. Kalau demikian

keadaannya, untuk mengurangi bengkak, ASI harus tetap dipompa keluar. Bayi

sebaiknya tetap menyusu pada payudara yang tak terinfeksi.

1.6 Pengobatan Mastitis

a. Antibiotik, Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terdapat
perbaikan, terapi antibiotik meliputi:

1. penicillin resistan-penisilinase atau sepalosporin

12
.
2. Eritromisin mungkin digunakan jika wanita alergi terhadap penicillin.

3. Terapi awal yang paling umum adalah dikloksasilin 500 mg peroral 4 kali
sehari untuk 10- 14 hari. Amoxicillin-clavulanate 500mg atau 875mg untuk 10-
14 hari atau Clindamycin 300mg untuk 10 – 14 hari atau Trimethoprim-
sulfamethoxazole dosis tunggal untuk 10-14 hari. Pada setiap kasus, penting untuk
dilakukan tindak lanjut dalam 72 jam untuk mengevaluasi kemajuan. Jika infeksi
tidak hilang hilang kultur air susu harus dilakukan.

b. Analgesik,Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin

yang berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk

mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti

inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala

yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau

asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI

sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.

13
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai infeksi

atau tanpa infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah

bayi lahir.Diagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan gejala demam,

menggigil, nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi kemerahan, tegang, panas

dan bengkak.Beberapa faktor risiko utama timbulnya mastitis adalah puting lecet,

frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan bayi yang kurang

baik.Melancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam tata laksana

mastitis.Selain itu, ibu perlu banyak beristirahat, banyak minum, mengonsumsi

nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi medikasi analgesik

dan antibiotik. Infeksi payudara atau mastitis perlu diperhatikan oleh ibu-ibu yang

baru melahirkan.Infeksi ini biasanya terjadi disebabkan adanya bakteri yang hidup

di permukaan payudara. Berbagai macam faktor seperti kelelahan, stres, dan

pakaian ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dari payudara

yang nyeri dan jika tidak dilakukan pengobatan, maka akan menjadi abses.

14
1.2 Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat, khususnya bagi wanita untuk selalu

menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis. Namun,

banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis yaitu dengan

cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan saluran susu

danmenghambat aliran susu, menyusui sesering bayi menginginkannya.

Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu lama, saluran susu dapat

tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman tanpa menyusui.

Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam

mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga nantinya

dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/25390575/MAKALAH_MASTITIS

https://hellosehat.com/penyakit/mastitis-laktasi/

https://bidaniaku.wordpress.com/2013/05/14/mastitis/

16

Anda mungkin juga menyukai