Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PEMBERIAN OBAT PADA MASA KEHAMILAN

Dosen Pengampuh: Apt. Alfiana. P. Gonibala, S.Farm.,M.Farm

Disusun Oleh: Kelompok 5


Nurfadila Mokododompit (0221202023)
Meifaranda Muhamad (0221202040)
Veisy Anjelina Legoh (0221202041)
April Pinkan Lolowang (0221202005)
Bella Rofelia Timomor (0221202006)
Nabila Putri P Kapiso (0221202019)
Nadia Rahmawati Imban (0221202020)

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak memberikan
beribu- ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad
SAW. “Makalah tentang Pemberian Obat Pada Masa Kehamilan” ini sengaja kita bahas karena sangat
penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika
Kotamobagu yang ingin lebih mengenal mengenai pemberian obat pada masa kehamilan yang
disarankan dan yang tidak diperbolehkan.
Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelasaikan makakah ini dengan tepat waktu tidak lupa
juga kepada bapak/ ibu dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar
penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya semua yang
membaca makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Kotamobagu, 25 februari 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................................

Daftar isi….............................................................................................................................

BAB 1 PENDAHAULUAN

A. Latar belakang................................................................................................................

B. Tujuan….........................................................................................................................

C. Masalah…..................................................................................................

BAB 11 TINJAUAN TEORI

A. Obat yang disarankan bagi ibu hamil….................................................

B. Golongan obat yang tidak boleh dikonsumsi…......................................

C. Golongan obat yang hanya boleh diberikan pada ibu hamil secara terbatas
dan dengan pengawasan….............................................................................
D. Konsumsi jamu pada ibu hamil dan nifas…............................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibu hamil adalah suatu anugrah yang sangat luar biasa bahkan tidak bisa dinilai dengan harta
ataupun uang kita. Allah mempercayai kita dengan memberikan hadiah yang tak ternilai
harganya. Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu
dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa
kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah
persyaratan penting untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut. Obat
dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama masa kehamilan Selama
kehamilan dan menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan
kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil menggunakan obat dan suplemen pada
periode organ ogenesis sedang berlangsung sehingga risiko terjadi cacat janin lebih besar.
Di sisi lain, banyak ibu yang sedang menyusui menggunakan obat-obatan yang dapat
memberikan efek yang tidak dikehendaki pada bayi yang disusui. Karena banyak obat yang dapat
melintasi plasenta, maka penggunaan obat pada wanita hamil perlu berhati-hati. Dalam plasenta
obat mengalami proses biotransformasi, mungkin sebagai upaya perlindungan dan dapat
terbentuk senyawa antara yang reaktif, yang bersifat teratogenik/dismorfogenik. Obat obat
teratogenik atau obat-obat yang dapat menyebabkan terbentuknya senyawa teratogenik dapat
merusak janin dalam pertumbuhan. Beberapa obat dapat memberi risiko bagi kesehatan ibu, dan
dapat member efek pada janin juga.
Selama trimester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis), dan risiko
terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama trimester kedua dan ketiga, obat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional pada janin atau dapat meracuni
plasenta. Penulisan resep untuk masa kehamilan Jika memungkinkan konseling seharusnya
dilakukan untuk seseorang waktu sebelum merencanakan kehamilan termasuk diskusi tentang
risiko-risiko yang berhubungan dengan obat-obat spesifik, obat tradisional, dan pengaruh buruk
bahan kimia seperti rokok dan alkohol. Suplemen seperti asam folat sebaiknya diberikan selama
penatalaksanaan kehamilan karena penggunaan asam folat mengurangi cacat selubung saraf. Obat
sebaiknya diresepkan pada kehamilan hanya jika keuntungan yang diharapkan bagi ibu
hamil/dipikirkan lebih besarndaripada risiko bagi janin. Semua obat jika mungkin sebaiknya
dihindari selama trimester pertama. Pada proses menyusui, pemberian beberapa obat (misalnya
ergotamin) untuk perawatan si ibu dapat membahayakan bayi yang baru lahir, sedangkan
pemberian digoxin sedikit pengaruhnya.
Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat apa saja yang relatif tidak
aman hingga harus dihindari selama kehamilan ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan
janin yang dikandung ataupun bayinya.Untuk memberikan pengetahuan mengenai penggunaan
obat pada ibu hamil dan menyusui, maka apoteker perlu dibekali pedoman dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian bagi ibu hamil dan menyusui.
B. Tujuan
Memandu apoteker untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian dalam penanganan ibu hamil.
C. Masalah
1. Obat yang disarankan bagi ibu hamil

2. Golongan obat yang tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil

3. Golongan obat yang boleh diberikan pada ibu hamil secara terbatas dan dengan pengawasan

4. Konsumsi jamu pada ibu hamil dan nifas


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pemberian Obat Pada Masa Kehamilan

Penggunaan obat selama kehamilan merupakan fenomena yang umum. Banyak wanita
belum mengetahui efek obat yang dapat berpengaruh pada fetus. Beberapa wanita hamil belum
memperhatikan kondisi mereka dan melanjutkan penggunaan obat selama kondisi akut dan
kronis. Secara umum, hingga 86% wanita dilaporkan menggunakan beberapa jenis obat
kehamilan dengan rata- rata 2,9 obat tiap pasienya. Berdasarkan pola penggunaan, besar
kemungkinannya ada obat yang bersifat teratogen.Akan tetapi, resiko utama pada kelahiran tidak
normal dari beberapa obat adalah kecil. Sistem pelabelan kehamilan oleh FDA (Food and Drug
Administration) merupakan sumber yang umum untuk informasi dalam memperhatikan
keamanan penggunaan obat selama kehamilan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang pemberian obat selama kehamilan antara lain
(MIMS, 1998):

1. Tidak ada obat yang dianggap 100% aman bagi perkembangan janin.

2. Obat diberikan jika manfaatnya lebih besar daripada resikonya baik bagi ibu maupun
janin. Jika mungkin, semua obat dihindari pada tiga bulan pertama kehamilan (trimester
I), karena saat ini organ tubuh janin dalam masa pembentukan.

3. Metabolisme obat pada saat hamil lebih lambat daripada saat tidak hamil, sehingga obat
lebih lama berada dalam tubuh.

4. Pengalaman penggunaan obat terhadap wanita hamil sangat terbatas, karena uji klinis obat
saat hendak dipasarkan tidak boleh dilakukan pada wanita hamil.

Obat yang disarankan pada ibu hamil menurut FDA(Food and Drug Administration) ada
beberapa kategori diantaranya, sebagai berikut :
1. Kategori A

Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko pada janin pada
kehamilan trimester pertama (dan tidak ada bukti mengenai resiko terhadap trimester
berikutnya), dan sangat kecil kemungkinan obat ini untuk membahayakan janin

2. Kategori B

Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko


terhadap janin tetapi belum ada studi terkontrol yang diperoleh pada ibu hamil.Studi
terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping (selain
penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi terkontrol pada wanita hamil trimester
pertama (dan ditemukan bukti adanya pada kehamilan trimester berikutmya).
3. Kategori C
Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin
(teratogenik), dan studi terkontrol pada wanita dan binatang percobaan tidak tersedia atau
tidak dilakukan. Obat yang masuk kategori ini hanya boleh diberikan jika besarnya manfaat
terapeutik melebihi besarnya resiko yang terjadi pada janin.
4. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko pada janin, tetapi manfaat terapeutik yang diharapkan
mungkin melebihi besarnya resiko (misalnya jika obat perlu digunakan untuk mengatasi
kondisi yang mengancam jiwa atau penyakit serius bilamana obat yang lebih aman tidak
digunakan atau tidak efektif.
5. Kategori X
Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan adanya abnormalitas pada
janin, atau terdapat bukti adanya resiko pada janin. Besarnya resiko jika obat ini digunakan
pada ibu hamil jelas-jelas melebihi manfaat terapeutiknya. Obat yang masuk dalam kategori
ini dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau memiliki kemungkinan hamil.
Secara singkatnya adalah:
 Kategori A = Aman untuk janin
 Kategori B = Cukup aman untuk janin
 Kategori C = Digunakan jika perlu, kemungkinan bisa ada efek samping pada janin
 Kategori D = Digunakan jika darurat, bisa terjadi efek samping pada janin
 Kategori X = Tidak pernah digunakan dan sangat berbahaya bagi janin
Obat dikategorikan sebagai teratogenik jika obat melewati plasenta dan menyebabkan malfomasi
longenital. Efek teratogenik biasanya hanya muncul saat fetus terpapar pada saat masa kritis
perkembangan. Walaupun begitu, tidak semua fetus yang terpapar akan terkena efek. Resiko
teratogenik juga ditentukan dari seringnyapenggunaan obat.Perkembangan inplantasi dari telur
yang telah dibuahi membutuhkan waktu 1-2 minggu.Oleh karena itu, efek negative penggunaan
obat pada waktu ini sering kali menghasilkan aborsi spontan.Waktu kritis untuk organogenesis
adalah selama 8 minggu pertama kehamilan.Oleh karena itu resiko ketidaknnormalan kelahiran
lebih tinggi selama trimester pertama.Setelah minggu pertama, kebanyakan efek teratogenik
berhubungan dengan retriksi pertumbuhan fetal atau kemunduran secara fungsional, seperti
keterbelakangan mental.
Obat yang disarankan untuk ibu hamil diantaranya :

1. Multivitamin

2. Imunisasi

3. Asam folat

4. Makanan yang mengandung protein tinggi

B. Obat Yang Tidak Boleh Diberikan Pada Ibu Hamil


Minum Antibiotik yang aman untuk kehamilan , janin & menyusui | Antibiotik yang
berbahaya dan harus dihindari saat Ibu Hamil & Ibu Menyusui : Amoxicillin, Cefadroxil,
Cefazolin, Cefotaxime, Ceftazidime, Ceftriaxone, Ciprofloxacin, Clindamycin, Erythromycin,
Gentamicin, Kanamycin, Ofloxacin, Penicillin, Streptomycin, Tetracycline, cotri,
Trimethoprim/sulfamethoxazole,dan lain-lain.
Antibiotika banyak digunakan secara luas pada kehamilan. Karena adanya efek samping
yang potensial bagi ibu maupun janinnya, penggunaan antibiotika seharusnya digunakan jika
terdapat indikasi yang jelas.Prinsip utama pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah
dengan memikirkan pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan
hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alas an inilah prinsip yang kedua
adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan janinnya.
Bila tidak diperlukan benar, sebaiknya ibu hamil membatasi konsumsi obat-obatan,
terutama antibiotic yang bias membahayakan tumbuh kembang janin. Masa paling krusial yang
perlu diwaspadai adalah pada trisemester pertama kehamilan. Obat antibiotic golongan kuinolon
harus dihindariibu hamil karena berpotensi menyebabkan kecacatan.. Gangguan tulang
yang sering dialami bayi akibat antibiotic ini adalah terganggunya pertumbuhan tulang sehingga
anak beresiko pendek.
YANG PERLU PERHATIAN KHUSUS atau TIDAK BOLEH DIMINUM UNTUK IBU
HAMIL dan MENYUSUI :

1.) Golongan Aminoglikosida (biasanya dalam turunan garam sulfate-nya), seperti amikacin
sulfate, tobramycin sulfate, dibekacin sulfate, gentamycin sulfate, kanamycin sulfate, dan
netilmicin sulfate
2.) Golongan Sefalosporin, seperti : cefuroxime acetyl, cefotiam diHCl, cefotaxime Na,
cefoperazone Na, ceftriaxone Na, cefazolin Na, cefaclor dan turunan garam monohydrate-nya, c
ephadrine, dan ceftizoxime Na.

3.) Golongan Chloramfenicol, seperti : chloramfenicol, dan thiamfenicol.

4.) Golongan Makrolid, seperti : clarithomycin, roxirhromycin, erythromycin, spiramycin, dan


azithromycin.
5.) Golongan Penicillin, seperti : amoxicillin, turunan tridydrate dan turunan garam Na-nya.

6.) Golongan Kuinolon, seperti : ciprofloxacin dan turunan garam HCl-nya, ofloxacin, sparfloxacin
dannorfloxacin.

7.) Golongan Tetracyclin, seperti : doxycycline , tetracyclin dan turunan HCl-nya (tidak boleh
untuk wanita hamil), dan oxytetracylin (tidak boleh untuk wanita hamil).ko pendek. Risiko lainnya
adalah tidak menutupny tulah belakang (spina bifida).
Obat apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil?
 Boleh
Obat-obatan yang termasuk dalam kategori A dan B aman untuk dikonsumsi ibu hamil.
 Boleh dalam kondisi tertentu
Obat-obatan yang termasuk dalam kategori C dan D bisa berbahaya bagi janin
dan hanya digunakan dalam kondisi darurat atau pada kondisi yang bisa mengancam
nyawa ibu.
 Tidak Boleh
Obat-obatan yang termasuk dalam kategori X sangat berbahaya bagi janin dan tidak
pernah digunakan pada ibu hamil.

KONSUMSI JAMU BAGI IBU HAMIL DAN IBU NIFAS

Kebiasaan, Jamu, Hamil, Melahirkan dan Menyusui. Jamu merupakan ramuan tradisional
sebagai salah satu upaya pengobatan yang telah dikenal luas dan dimanfaatkan oleh masyarakat
dengan tujuan: mengobati penyakit ringan, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan
dan kesehatan tubuh. Kebiasaan minum jamu banyak ditemukan pada masyarakat jawa baik
pada ibu hamil, melahirkan maupun pasca melahirkan (nifas). Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan cross sectional, teknik pengambilan sampel
dengan cara aksidental. Analisis data dilakukan dengan univariat untuk melihat didtribusi
frekuensi dan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan kebiasaan konsumsi jamu dalam
menjaga kesehatan tubuh saat hamil, setelah melahirkan dan saat menyusui pada ibu-ibu di
desa Kajoran Klaten Selatan dengan cara mengkonsumsi jamu setiap hari ada 33 orang (82,5%),
dua hari sekali ada 6 orang (15%) dan seminggu dua kali ada 1 orang (2,5%).

Gangguan yang pernah dialami saat hamil berupa mual, muntah, pegal pinggang, keju-
kemeng, varices dan wasir. Gangguan yang pernah dialami setelah melahirkan berupa mules-
mules, nyeri perut, nyeri jalan lahir, takut, cemas dan perut berkerut dan gangguan pada saat
menyusui berupa produksi asi berkurang, nyeri payudara, asi keluar tidak lancar dan payudara
bengkak. Cara penggunaan paling sering dilakukan dengan cara diminum terdapat pada 35 dari
40 orang pada saat menyusui dan 21 dari 40 orang pada saat hamil.

Bahaya dari Konsumsi Jamu Untuk Ibu Hamil

Mengkonsumsi jamu secara sembarangan akan dapat memicu timbulnya beberapa gangguan
kesehatan dan masalah kehamilan pada wanita yang sedang mengandung. Adapun beberapa
resiko yang mungkin dialami pada anda yang tetap memaksa mengkonsumsi minuman
tradisional ini diantaranya bisa disimak dibawah ini.

1. Ketuban keruh: konsumsi jamu yang dilakukan secara terus menerus akan dapat
menimbulkan masalah pada air ketuban yang berubah menjadi keruh. Hal ini adalah hal
umum yang akan dihadapi oleh ibu yang senang mengkonsumsi jamu selama kehamilan. Air
ketuban yang seharusnya bening dapat berubah menjadi kental dan berwarna hijau keruh
akibatnya hal ini akan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap pada air ketuban anda.
Kondisi ini tentu akan membahayakan kesehatan janin sebab pada saat itu janin mungkin
akan mnegalami kesulitan bernapas sewaktu dilahirkan. Bukan hanya masalah tersebut,
masalah lain yang mungkin dihadapi adalah air tersebut akan beresiko membahayakan
apabila terminum oleh bayi.

2. Timbulnya masalah teratogenik: Masalah ini merupakan sebuah kelainan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecacatan pada bayi sebagai akibat dari mengkonsumsi konsentrat
yang tidak direkomendasikan. Zat yang mungkin ada dalam jamu tersebut pun bukan tidak
mungkin dapat menyebabkan kecacatan dan bahkan membahayakan nyawa si bayi dalam
kandungan ibu.

3. Timbulnya Kelainan Jantung: Konsumsi jamu yang dilakukan dengan sembarang dan sering
akan dapat menimbulkan kelainan jantung pada janin yang mana hal ini akan sangat
beresiko terhadap keselamatan jiwanya. Pada kondisi terburuk kehilangan janin atau
keguguran bisa menjadi hal yang sangat menakutkan.

4. Timbulnya Hyperthrohic Pyloric Stenosis: Kondisi ini adalah sebuah kelainan yang mana
bagian otot penghubung lambung dengan bagian usus berubah menjadi menebal sehingga
menimbulkan kondisi kebuntuhan.

Dengan demikian pada kesimpulannya ibu hamil tidak diperkenankan mengkonsumsi jamu
selama masa kehamilan sebab hal ini akan dapat berbahaya untuk kesehatan janin yang ada
dalam kandungannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulansebagai berikut:
1. tidak ada obat yang dianggap 100% aman bagi perkembangan janin
2. pengalaman penggunaan obat terhadap ibu hamil sangat terbatas
3. metabolisme obat pada saat hamil lebih daripadasaat tidak hamil, sehinggaobat lebih lamaberada
dalam tubuh
B. Saran

Penulis kelompok 5 menyarankan kepada civitas akademika yang menaruh konsentrasi serius
terhadap konsep pemberian obat pada ibu hamil, agar bisa melakukan penelitian yang lebih
mendalam. karena dalam makalah ini penulis hanya membatasi kajian pada beberapa hal pokok
yang mendasar.
DAFTAR PUSTAKA

Riordan, Jan, EdD, RN, IBCLC, FAAN, 1996, Buku Saku Menyusui & Laktasi,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Ayu Apriliana Sari,S.Farm,Apt 20.30

Anda mungkin juga menyukai