MENGAMBIL KEPUTUSAN
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.kamipun menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami mohon kritik dan saran yang bisa
membangun kami untuk menyempurnakan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik
sesama rekan sejawat ataupun dengan klien serta keluarganya.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana strategi seorang bidan membantu klien dalam mengambil keputusan?
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan?
c. Apa saja tipe pengambilan keputusan?
d. Bagaimana cara kita memberikan informasi yang efektif?
e. Apa saja jenis-jenis keputusan yang dapat diambil oleh klien?
f. Jelaskan saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K!
g. Apa saja elemen-elemen dasar pengambilan keputusan?
h. Bagaimana kesulitan-kesulitan saat konseling?
i. Bagaimana upaya untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan?
3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui strategi seorang bidan membantu klien dalam mengambil
keputusan
2) Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
3) Untuk mengetahui tipe pengambilan keputusan
4) Untuk mengetahui cara memberikan informasi yang efektif pada klien
5) Untuk mengetahui jenis-jenis keputusan yang dapat diambil oleh klien
6) Untuk mengetahui saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K
7) Untuk mengetahui elemen-elemen dasar pengambilan keputusan
8) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan saat memberikan konseling
9) Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan.
4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
2. Emosional
Biasa terjadi pada kaum perempuan.
Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
3. Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual).
Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya (untuk menilai
potensi diri dan kepercayaan diri)
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social.
Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik.
Lingkungan bisa mendukung maupun mengkritik.
1. Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah
spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambil
keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu,
tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat
kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi kelompok,
konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses yang mempengaruhi.
3. Mengidentifikasi permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi.
Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi
dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas,
adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan
klien, dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat
atas penyebab permasalahan.
Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka
permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering
terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan
perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri
karena informasi dianggap mengancan harga diri.
6. Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian
harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik
sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan
keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi
komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies,
1996; Gitosudarmo, 1997).
Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu
keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya.
Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit
mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).
3. Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
Biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan masalah
seperti harapan klien.
Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
Konselor dapat mengatakan pada klien bahwa dia akan selalu menyediakan waktu untuk klien
menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.
1. Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri maka akan bisa mengatasi
kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
2. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk mempermudah penerimaan
klien.
3.Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada semua klien dengan
bermacam karakter dan keterbatasan mereka.
4. Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
Kearifan merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif tertentu yg secara langsung pada
ketrampilan dan pemahaman hidup. Karakteristiknya meliputi :
a) Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa, deotomatisasi
(menolak kecenderungan kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan
kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).
b) Aspek kognitif meliputi (penalaran dialetik mengenal konteks, situasi, berorientasi pada
perubahan yang bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk menyelesaikan
masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling
pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang
diambil klien tepat. Oleh karena itu seorang bidan harus mampu memahami keadaan klien, sehingga
dalam pengambilan keputusan, klien bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya. Selain
hal-hal tersebut seorang bidan juga harus sadar bahwa setiap individu memiliki kepribadian dan
karakteristik tersendiri dalam merefleksikan perasaannya sehingga dengan adanya perbedaan
tersebut seorang bidan harus siap dan mampu mengantisipasi adanya perbedaan tersebut agar tetap
terjalin komunikasi dan konseling yang baik dan sesuai kebutuhan seorang pasien dalam keadaan
pasien yang seperti apapun.
Saran
a. Bagi Institusi : Agar dapat menambah referensi buku terutama mengenai buku mengenai Strategi
pembantu klien dalam mengambil keputusan agar memudahkan mahasiswa mendapatkan sumber
rujukan sehingga mampu memberikan wawasan yang luas kepada mahasiswa.
b. Bagi Mahasiswa: Agar bias memanfaatkan makalah ini sebagai media pembelajaran dan selalu
mengembangkan ilmu dalam pelayanan kebidanan khususnya demi meningkatnya kualitas pelayanan
dalam kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
file:///F:/materi%203/Info%20Kesehatan%20%20Strategi%20Membantu%20Klien%20Dalam
%20Pengambilan%20Keputusan.htm
file:///F:/materi%203/Strategi%20Membantu%20Klien%20Dalam%20Pengambilan%20Keputusan
%20_%20eMakalah.com.htm
file:///F:/materi%203/Strategi%20Membantu%20Pengambilan%20Keputusan%20Klien%20_
%20Komunikasi%20dan%20Konseling%20_%20LUSA.htm