Anda di halaman 1dari 16

MELAKUKAN STRATEGI MEMBANTU KLIEN DALAM

MENGAMBIL KEPUTUSAN

Di susun oleh : Divanka salsa nadhira syaharani


Ilena auza putri
Nasya fikri nabilah
Mutiara bahtiar
Regina jullyan
Sri dewi rahayu

POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN TINGKAT 1
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Melakukan Strategi Membantu Klien
Dalam Mengambil Keputusan”ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas komunikasi dan
konseling dalam praktik kebidanan Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
kepada yang membaca maupun yang membuatnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.kamipun menyadari, makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami mohon kritik dan saran yang bisa
membangun kami untuk menyempurnakan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas sangat
dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina hubungan, baik
sesama rekan sejawat ataupun dengan klien serta keluarganya.

Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh keterampilan


bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada klien.
Karena melalui komunikasi yang efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan
kesinambungan penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan wanita selama siklus
kehidupan akan tercapai.

Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran, pembinaan hubungan baik,


pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan secara professional (sesuai dengan
bidangnya) oleh bidan kepada klien untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan
perkembangan, dan memenuhi kebutuhan klien.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana strategi seorang bidan membantu klien dalam mengambil keputusan?
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan?
c. Apa saja tipe pengambilan keputusan?
d. Bagaimana cara kita memberikan informasi yang efektif?
e. Apa saja jenis-jenis keputusan yang dapat diambil oleh klien?
f. Jelaskan saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K!
g. Apa saja elemen-elemen dasar pengambilan keputusan?
h. Bagaimana kesulitan-kesulitan saat konseling?
i. Bagaimana upaya untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan?

3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui strategi seorang bidan membantu klien dalam mengambil
keputusan
2) Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
3) Untuk mengetahui tipe pengambilan keputusan
4) Untuk mengetahui cara memberikan informasi yang efektif pada klien
5) Untuk mengetahui jenis-jenis keputusan yang dapat diambil oleh klien
6) Untuk mengetahui saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K
7) Untuk mengetahui elemen-elemen dasar pengambilan keputusan
8) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan saat memberikan konseling
9) Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan.
4. Manfaat Penulisan
       Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Dapat mengetahui strategi seorang bidan membantu klien dalam mengambil


keputusan
2) Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
3) Dapat mengetahui tipe pengambilan keputusan
4) Dapat mengetahui cara memberikan informasi yang efektif pada klien
5) Dapat mengetahui jenis-jenis keputusan yang dapat diambil oleh klien
6) Dapat mengetahui saat-saat sulit dalam penerapan KIP/K
7) Dapat mengetahui elemen-elemen dasar pengambilan keputusan
8) Dapat mengetahui kesulitan-kesulitan saat memberikan konseling
9) Dapat mengetahui upaya untuk mengatasi kesulitan pengambilan keputusan.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Strategi Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan


Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk
menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan. Dalam
konseling pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar keputusan
yang diambil klien tepat.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
1) Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri kesempatan klien untuk melihat
lagibeberapa alternatif pilihannya, agar tidak menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
2) Membantu klien dalam mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali
keuntungan atau konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negatif.
3) Membantu klien mengevaluasi pilihan. Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien
mencermati pilihannya.
4) Membantu klien menyusun rencana kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.

Teori Pengambilan Keputusan


Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
1) Penilaian situasi (Situational Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.
2) Analisis persoalan (Problem Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
3) Analisis keputusan (Decision Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.
4) Analisis persoalan potensial (Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa
masa depan, yang mungkin & dapat terjadi.

Inti Pengambilan Keputusan


Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best alternative). Pengambilan keputusan
terletak dlm perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian &
dalam pemilihan alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah evaluasi/
penilaian mengenai efektifitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.
Lingkungan Situasi Keputusan
Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, alam dan pembatasan-
pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan lingkungan internal meliputi mutu rendah,
kurangnya promosi, pelayanan konsumen tidak memuaskan dan sales/ agen tidak bergairah.
Pengambilan keputusan yang baik harus mempertimbangkan :
 kondisi
 kehendak
 Konsekuensinya

Langkah dalam pengambilan keputusan yang baik :


1.      Identifikasi kondisi yang dihadapi oleh klien.
2.      Susunlah daftar kehendak atau pilihan keputusan.
3.      Untuk setiap pilihan, buatlah daftar konsekuensinya (POSITIF dan NEGATIF)

Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan.


1. Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan karena berkaitan dengan masalah
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi informasi
secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
2.   Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran yang sesuai dengan riwayat
kesehatannya, keinginan pribadi dan situasi.
3.   Keputusan merupakan hak dan menjadi tanggung jawab klien.
4.  Konseling bukan proses informasi, melainkan informasi setelah konselor memperoleh data atau
informasi tentang keadaan dan kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi
klien dan kebutuhannya.

B.     Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan


1.      Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik (tidak berat dan tidak memforsir
tenaga).
Menghindari tingkah laku yg menimbulkan ketidaksenangan dan memilih tingkah laku yg
menimbulkan kesenangan.

2.      Emosional
Biasa terjadi pada kaum perempuan.
Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang diambil.
3.      Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan intelektual).
Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

4.      Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan melaksanakannya (untuk menilai
potensi diri dan kepercayaan diri)

5.      Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social.
Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi tindakan individu.

6.      Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik.
Lingkungan bisa mendukung maupun mengkritik.

C.     Tipe Pengambilan Keputusan


( Saraswati I, Tarigan L.H, 2002)
1. Pengambilan keputusan untuk tidak berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan atau merasa tidak
sanggup.
2.   Pengambilan keputusan intuitif, sifatnya segera, langsung diputuskan, karena keputusan tersebut
dirasakan paling tepat.
3.  Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena segera dilaksanakan.
4.  Pengambilan keputusan yang reaktif. Sering kali dilakukan dalam situasi marah dan tergesa-gesa.
5.  Pengambilan keputusan yang ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang bertanggung jawab.
6. Pengambilan keputusan secara berhati-hati, dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan
berbagaipilihan.
D. Pemberian Informasi Efektif

Pemberian informasi efektif bila:


1.      Informasi yg diberikan spesifik, dapat membantu klien dalam mengambil keputusan.
2.      Informasi disesuaikan dengan situasi klien, dan mudah dimengerti.
3.      Diberikan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a) singkat dan tepat (pilih hal-hal penting yg perlu diingat klien)
b) menggunakan bahasa sederhan
c) gunakan alat bantu visual sewaktu menjelaskan
d) beri kesempatan klien bertanya dan minta klien mengulang hal-hal penting.
 
Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau penyuluhan pada klien:
1) Memberi penjelasan, misalnya cara memberi salep mata, mengeringkan telinga, mengobati
luka di mulut, menyiapkan larutan oralit, atau melegakan tenggorok.
2) Memberi contoh, misalnya cara memegang anak pada saat di beri salep mata, menyiapkan
sumbu untuk mengeringfkan telinga, cara mencampur satu bungkus oralit dalam air yang benar,
cara membubuhi gention violet di mulut anak, cara melegakan tenggorok dengan bahan atau
obat yang aman dan dapat dibuat sendiri di rumah.
3) Memberi kesempatan untuk mempraktikan, misalnya cara membubuhi salep pada mata bayi,
mencampur dan melarutkan oralit, memberi dosis pertama anti biotik

E.      Jenis-jenis Keputusan


Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori, yaitu keputusan yang direncanakan/
diprogram dan keputusan yang tidak direncanakan/ tidak terprogram.
Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat rutin dan dilakukan secara
berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu prosedur tertentu. Keputusan yang diprogram
terjadi jika permasalahan terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya.
Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di perguruan tinggi
keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian
Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak terstrutur dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan prosedur tertentu untuk menangani suatu
masalah, apakah karena permasalahannya belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat
kompleks dan penting. Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah
karena kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak diketahui,atau
adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan (Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang khusus dan proses pemecahan
masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan
untuk keputusan yang tidak diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak
diprogram biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya
dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999).
Gillies (1996), menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif
yang tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana strategi/
prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.

Tujuan analisis keputusan (Decision Analysis):


Mengidentifikasi apa yang harus dikerjakan, mengembangkan kriteria khusus untuk mencapai
tujuan, mengevaluasi alternatif yang tersedia yang berhubungan dengan kriteria & mengidentifikasi
risiko yang melekat pada keputusan tersebut.

Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian) :


Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan suasana keputusan dimana
probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui (tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian
pengambil keputusan sadar akan hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun
pengambil keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa.

Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):


Tahap-tahap : Diawali dengan mengidentifikasikan bermacam-macam tindakan yang tersedia
dan layak; Peristiwa-peristiwa yang mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay
off untuk suatu tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.Persoalan inventori sederhana dalam
keadaan ada resiko, kriteria nilai harapan (expected value) yang telah digunakan di atas juga
diterapkan untuk memecahkan persoalan inventori sederhana.

Pengambilan keputusan dalam suasana konflik (game theory):


Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik dimana pengambil keputusan
menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang
rasional, tanggap dan bertujuan memenangkan persaingan/ kompetisi.
 
Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan
 Pengambilan keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat
apa-apa.
 Pengambilan keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat dalam
langsung diputuskan.
 Pengambilan keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera
dilaksanakan.
 Pengambilan keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan hal itu untuk saya, karenanya saya
akan melakukan itu untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
 Pengambilan keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain
yang bertanggung jawab.
 Pengambilan keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai
pilihan

F.      Elemen-Elemen Dasar Pengambilan Keputusan

1. Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan mengarahkan tujuannya, apakah
spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambil
keputusan tidak bisa menilai alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu,
tujuan ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada tingkat
kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui diskusi kelompok,
konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam proses yang mempengaruhi.

3. Mengidentifikasi permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi.
Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi
dengan apa yang diharapkan. Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas,
adanya konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak memuaskan
klien, dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan adanya identifikasi yang tepat
atas penyebab permasalahan.
Jika penyebab timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka
permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga kesalahan yang sering
terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan permasalahan yang ada, pemusatan
perhatian pada gejala dan bukan pada penybab permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri
karena informasi dianggap mengancan harga diri.

4. Mengembangkan sejumlah alternatif


Setelahpermasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan serangkaian alternatif untuk
menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus mengkaji berbagai informasi baik intern maupun
ekstern untuk mengembangkan serangkaian alternatif yang diharapkan dapat memecahkan
permasalahan yang terjadi. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang menolak
untuk membuat keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan
yang efektif.
Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil keputusan untuk
mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial. Akan tetapi dalam kenyataannya
seringkali terjadi bahwa proses pencarian alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.

5. Penilaian dan pemilihan alternatif


Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-
masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-
alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat
memenuhi keharusan atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan
sasaran atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model
yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah dikembangkan.

6. Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian
harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik
sekalipun mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan
keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi
komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting (Gillies,
1996; Gitosudarmo, 1997).
Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu
keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya.
Pengambil keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit
mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).

7. Evaluasi dan pengendalian


Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap
bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu
dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan
atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat
mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut.
Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih ada, maka pengambil
keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan koreksi. Masing-
masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk
dalam penetapan sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).

G. Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K


1.      Diam
Makna “diam” (tidak bersuara) antara lain :
 Penolakan atau kebingungan klien.
 Klien dan konselor telah mencapai akhir suatu ide dan semata-mata ragu mengatakan apa
selanjutnya.
 Kebingungan karena kecemasan atau kebencian.
 Klien mengalami sakit dan tidak siap untuk bicara.
 Klien mengharapkan sesuatu dari konselor.
 Klien sedang memikirkan apa yang dikatakan.
 Klien baru menyadari ucapannya dan merupakan ekspresi emosional sebelumnya.

Hal yang harus dipahami saat klien diam :


 Klien tidak mau berbicara selama beberapa waktu klien merasa cemas atau marah.
 Bila terjadi di awal pertemuan setelah beberapa saat, konselor bisa mengatakan : “saya mengerti
hal ini sulit untuk dibicarakan, biasanya pada pertemuan pertama klien-klien saya juga merasa
begitu. Apakah ibu merasa cemas?”
 Bila klien diam karena marah konselor dapat berkata : “bagaimana perasaan ibu sekarang?”,
diikuti hening beberapa saat, pandang klien dan perlihatkan sikap tubuh yang menunjukkan
perhatian
 Bila diam di tengah pertemuan konselor harus memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai
mengapa hal ini terjadi. Lebih baik menunggu beberapa saat, beri kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun tidak nyaman.
 Bila klien diam karena berfikir tidak perlu berusaha memecah kesunyian atau menunjukkan
sikap tidak menerima.
2.      Klien Menangis
     Tenangkan klien dengan menyentuh badan (menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan
klien) secara hati-hati.

3.      Konselor meyakini bahwa tidak ada pemecahan bagi masalah klien
 Biasa terjadi jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan masalah
seperti harapan klien.
 Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
 Konselor dapat mengatakan pada klien bahwa dia akan selalu menyediakan waktu untuk klien
menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.

4.      Konselor melakukan kesalahan


Hal terpenting untuk menciptakan hubungan baik adalah jujur. Mengakui bahwa konselor
salah dan minta maaf adalah cara untuk menghargai klien.

5.      Konselor tidak tahu jawaban dari pertanyaan klien


Konselor dapat mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab pertanyaan klien, tetapi akan
berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.

6.      Klien menolak bantuan konselor


Ditunjukkan dengan klien enggan bicara. Tekankan hal positif, paling tidak klien telah datang
dan berkenalan dengan konselor, mungkin klien mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk
melakukan pertemuan lanjutan.

7.      Klien merasa tidak nyaman dengan jenis kelamin konselor


Konselor sebaiknya mengatasi dengan mengatakan : “ orang kadang awalnya merasa lebih
nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin
lama hal itu semakin tidak penting apabila kita semakin mengenal. Bagaimana kalau kita coba
lanjutkan dan lihat bagaimana nantinya.”
Biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang dengan sendirinya bila konselor bersikap
penuh perhatian, menghargai klien dan tidak menilai klien.
8.      Waktu yang dimiliki konselor terbatas.
Konselor memberikan informasi beberapa saat sebelum pertemuan, meminta maaf,
menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan konselor berharap bertemu klien pada
pertemuan selanjutnya.

9.      Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik


Konselor meminta pendapat kepada teman sesame petugas klinik untuk mengamati pertemuan
dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada sikap klien yang membuat konselor merasa
ditolak klien.
 

10.  Klien dan konselor sudah saling mengenal


Konselor melayani seperti pada umumnya, tekankan bahwa kerahasiaan akan tetap terjaga,
jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit berbeda dengan sikap diluar konseling terhadap klien
sebagai temannya.

11.  Klien berbicara terus dan yg dibicarakan tidak sesuai topic


Potong pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus menerus mengulang
pembicaraannya.

12.  Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.


Nyatakan pada klien bahwa cerita konselor tentang dirinya tidak akan membantu klien, oleh
karena itu lebih baik tidak bercerita.

13.  Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.


Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor bereaksi secara emosional pada klien,
karena klien akan mengamati hal itu.

14.  Keadaan kritis


Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada keluarga. Berikan penjelasan
dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang harus dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan.
H.    Kesulitan Saat Konseling
Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor, terutama konselor pemula.
Antara lain :
1.      Berusaha terlalu banyak dan terlalu dini
2.      Lebih banyak mengajar daripada membina hubungan
3.      Penerimaan yang berlebihan
4.      Menampilkan masalah konseling pada orang yang tidak berpengalaman.
5.      Kecenderungan untuk menampilkan kepribadian konseling.
6.      Merenungkan setelah sesi yang sulit.

I.       Upaya untuk mengatasi kesulitan

1. Tiap individu memahami dirinya, dengan memahami diri sendiri maka akan bisa mengatasi
kesulitan-kesulitan bidan sendiri.
2. Untuk memperlancar komunikasi siapkan materi, bahan, alat untuk mempermudah penerimaan
klien.
3.Menguasai ilmu komunikasi, sehingga dapat melakukan konseling pada semua klien dengan
bermacam karakter dan keterbatasan mereka.
4.  Meletakkan kearifan sebagai dasar kepribadian konselor aktif.
Kearifan merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif tertentu yg secara langsung pada
ketrampilan dan pemahaman hidup. Karakteristiknya meliputi :
a) Aspek afektif dan kesadaran meliputi empati, kepedulian, pengenalan rasa, deotomatisasi
(menolak kecenderungan kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan
kesadaran tindakan dan pilihan yang bertanggungjawab).
b) Aspek kognitif meliputi (penalaran dialetik mengenal konteks, situasi, berorientasi pada
perubahan yang bermanfaat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting bagi klien untuk menyelesaikan
masalah kegawatdaruratan terutama yang berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling
pengambilan keputusan mutlak diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang
diambil klien tepat. Oleh karena itu seorang bidan harus mampu memahami keadaan klien, sehingga
dalam pengambilan keputusan, klien bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya. Selain
hal-hal tersebut seorang bidan juga harus sadar bahwa setiap individu memiliki kepribadian dan
karakteristik tersendiri dalam merefleksikan perasaannya sehingga dengan adanya perbedaan
tersebut seorang bidan harus siap dan mampu mengantisipasi adanya perbedaan tersebut agar tetap
terjalin komunikasi dan konseling yang baik dan sesuai kebutuhan seorang pasien dalam keadaan
pasien yang seperti apapun.

Saran
a. Bagi Institusi : Agar dapat menambah referensi buku terutama mengenai buku mengenai Strategi
pembantu klien dalam mengambil keputusan agar memudahkan mahasiswa mendapatkan sumber
rujukan sehingga mampu memberikan wawasan yang luas kepada mahasiswa.

b. Bagi Mahasiswa: Agar bias memanfaatkan makalah ini sebagai media pembelajaran dan selalu
mengembangkan ilmu dalam pelayanan kebidanan khususnya demi meningkatnya kualitas pelayanan
dalam kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

file:///F:/materi%203/Info%20Kesehatan%20%20Strategi%20Membantu%20Klien%20Dalam
%20Pengambilan%20Keputusan.htm
file:///F:/materi%203/Strategi%20Membantu%20Klien%20Dalam%20Pengambilan%20Keputusan
%20_%20eMakalah.com.htm
file:///F:/materi%203/Strategi%20Membantu%20Pengambilan%20Keputusan%20Klien%20_
%20Komunikasi%20dan%20Konseling%20_%20LUSA.htm

Anda mungkin juga menyukai