Anda di halaman 1dari 41

PROMOSI DAN EDUKASI

DALAM BIDANG KESEHATAN


REPRODUKSI REMAJA

Anis Nikmatul
Nikmah,SST.Bd.M.Kes
PROMOSI KESEHATAN
Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their
health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan
Promosi Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak
lain
Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari
Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang
kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain
yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan

Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)


sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan)
dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang
komprehensif.
Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang
selanjutnya disebut gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi dengan
upaya advokasi dan bina suasana (social support).

Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yang dikembangkan dalam 5


tatanan yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we
learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play
and do everything) dan di sarana kesehatan (where we get health services).
Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi oleh
kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi manfaat (mutual
benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah dengan masyarakat
termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat, juga secara lintas program dan
lintas sektor
Promosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau
upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi
sebenarnya sangat susah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau
peningkatan perilaku individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur:
adalah mutu dan frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat
masyarakat, dan lain-lain
METODE DAN ALAT BANTU PROMOSI
KESEHATAN DALAM KESEHATAN
REPRODUKSI REMAJA
Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga kelompok,
antara lain :
1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Di dalam metode ini diperlukan adanya pendekatan individual. Dasar
digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda- beda sehubungan dengan penerimaan
atau perilaku baru tertentu. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan
tepat serta dapat membantu individu itu maka digunakan metode ini. Bentuk
pendekatan ini antara lain :
a. Bimbingan da penyuluhan (Guidance and Counceling)
b. Wawancara (Interview)
2. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode ini , harus diingat besarnya kelompok sasaran
serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Antara kelompok kecil dan
besar metode yang digunakan lain.
a. Kelompok Besar Peserta lebih dari 15 orang. Metode yang digunakan
antara lain ceramah dan seminar.
Ceramah : metode ini digunakan pada sasaran yang tingkat pendidikannya tinggi
maupun rendah Keberhasilan metode ini terletak pada kemampuan penceramah
dalam menguasai materi yang akan disampaikan.
Seminar : metode ini cocok
untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
b. Kelompok Kecil Digunakan apabila peserta kegiatan kurang dari 15
orang. Metode- metode yang cocok untuk kelompok ini antara lain :
1) Diskusi kelompok
2) Curah pendapat
3) Bola salju (Snow balling)
4) Kelompok- kelompok kecil (Buzz group)
5) Memainkan peran (Role play)
6) Permainan simulasi (Simulation game)
3. Metode Pendidikan Massa

a. Sasaran pendidikan ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan


golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
dan sebagainya.

b. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran


masyarakat terhadap suatu inovasi awareness, dan belum begitu
diharapkan untuk sampai pada perubahan perilaku.
c. Biasanya melalui media massa atau bersifat tidak langsung. Beberapa
metode yang cocok untuk pendekatan ini antara lain :
1) Ceramah umum (Public speaking)
2) Pidato- pidato/ diskusi melalui media elektronik
3) Simulasi dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya.
4) Sinetron- sinetron tentang kesehatan
5) Tulisan- tulisan di majalah atau koran.
6) Billboard
ALAT BANTU / PERAGA/ MEDIA
PROMOSI KESEHATAN :
1. Pengertian Alat bantu pendidikan adalah alat- alat yang digunakan oleh
pendidik untuk meyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran.
Alat bantu ini berdasarkan kemampuan manusia untuk menangkap stimulus dari
inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu
maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/ pengetahuan yang
diperoleh.
Elgar Dale membagi alat peraga menjadi 11 jenis, yang digambarkan seperti kerucut
yang dibagi menjadi 11 potong secara melintang.
Dengan bagian paling dasar adalah urutan ke-11. Alat peraga yang dimaksud adalah :

a. Kata- kata (bagian paling atas)


b. Tulisan
c. Rekaman
d. Film
e. Televisi
f. Pameran
g. Field trip
h. Demonstrasi
i. Sandiwara , radio
j. Benda tiruan
k. Benda asli
Dalam rangka promosi kesehatan, masyarakat sebagai consumen juga
dapat dilibatkan dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan).
Untuk itu peran petugas kesehatan bukan hanya membimbing dan membina,
dalam hal kesehatan mereka sendiri, tetapi juga memotivasi mereka
sehingga meneruskan informasi kesehatan kepada anggota masyarakat lain.
2. Tujuan Alat Bantu Promosi (Pendidikan)
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih baik.
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.
d. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan- pesan yang
diterima kepada orang lain.
e. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/ informasi oleh para
pendidik/ pelaku pendidikan.
f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih
mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh
3. Macam- macam Alat Bantu Promosi (Kesehatan)
Pada garis besarnya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga), yaitu:

a. Alat bantu lihat (visual aids)


1) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dsb.
2) Alat yang tidak diproyeksikan, terdiri dari alat dua dimensi dan tiga dimensi.
b. Alat bantu dengan (audio aids)
c. Alat bantu lihat- dengar atau audio visual aids (AVA)
Menurut pembuatannya dan penggunaannya, alat peraga dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Alat peraga yang rumit (Complicated) seperti film, film strip, slide dan lainnya
yang memerlukan listrik dan proyektor.
b. Alat peraga yang sederhana, misalnya leaflet, buku bergambar, benda-benda asli/
nyata, poster, spanduk, boneka wayang, flannel graph, dll.
4. Media Promosi Kesehatan
Disebut media promosi kesehatan karena alat- alat tersebut merupakan saluran
(channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan karena alatalat tersebut
digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan- pesan kesehatan bagi
masyarakat atau klien. Ada tiga media yang digunakan, yaitu:

a. Media Cetak, misalnya booklet, leaflet, flyer, flipchart, rubrik atau tulisan di surat
kabar atau majalah, poster, dan foto.
b. Media Elektronik, misalnya Televisi, radio, video, slide, film strip, dll.
c. Media Papan (Billboard)
EDUKASI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) : Pengertian edukasi menurut
KBBI yaitu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam
usaha mendewasakan diri melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, dan cara
mendidik

Menurut Notoadmojo : Edukasi atau disebut juga dengan pendidikan merupakan


segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan.
Edukasi juga terdiri dari beragam jenis, sesuai dengan tujuan kegiatan dalam
edukasi tersebut. Macam-macam edukasi berdasarkan tujuannya yaitu:

1. Edukasi kesehatan : adalah sebuah proses pembelajaran dan pendidikan yang


diberikan oleh narasumber yang kredibel kepada para peserta, dimana seseorang belajar
kepada suatu narasumber yang kredibel tersebut tentang segala hal yang berkaitan
dengan kesehatan. Disinilah terjadi interaksi antara narasumber dan para peserta.

2. Edukasi bisnis : adalah sebuah proses pembelajaran dan pendidikan yang diberikan
oleh narasumber yang kredibel kepada para peserta, dimana seseorang belajar kepada
suatu narasumber yang kredibel tersebut tentang bagaimana membangun usaha bisnis.
3. Edukasi gizi : adalah sebuah proses pembelajaran dan pendidikan yang diberikan oleh
narasumber yang kredibel kepada para peserta, dimana seseorang belajar kepada suatu
narasumber yang kredibel tersebut tentang apa saja kandungan gizi dan nutrisi yang terkandung
dalam makanan dan minuman.

4. Edukasi bencana alam : adalah sebuah proses pembelajaran dan pendidikan yang diberikan
oleh narasumber yang kredibel kepada para peserta, dimana seseorang belajar kepada suatu
narasumber yang kredibel tersebut tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan bencana alam.
5. Edukasi lingkungan : adalah sebuah proses pembelajaran dan pendidikan yang diberikan
oleh narasumber yang kredibel kepada para peserta, dimana seseorang belajar kepada suatu
narasumber yang kredibel tersebut tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan
alam di bumi.
METODE EDUKASI KESEHATAN DAN
BIDANG KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA
1. Gagasan Metode Game Kognitif Proaktif

Keadaan tersebut menunjukkan bahwa betapa remaja membutuhkan


bantuan guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan kesehatan
reproduksi yang dihadapinya melalui pengambilan keputusan yang tepat
sehingga tidak merugikan dirinya maupun masa depannya. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk membantu remaja menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan reproduksi yang dihadapinya adalah melalui
pendidikan kesehatan reproduksi yang biasanya disebut konseling.
Dalam upaya membantu remaja memiliki pengetahuan, sikap dan perilaku yang
bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya, maka kegiatan konseling
sebagai bagian dari operasional program kesehatan reproduksi remaja merupakan
kegiatan yang sangat strategis. Seperti diketahui bahwa remaja merupakan masa labil
yang akan mengalami perubahan psikologis, dari menghadapi masalah-masalah
ringan saat masih kanak-kanak beralih ke masalahmasalah yang lebih rumit ketika
menginjak masa remaja. Oleh karena itu remaja harus mendapatkan pelayanan
konseling kesehatan reproduksi remaja, khususnya dalam menghadapi keadaan
psikologisnya yang labil.
Metode pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas pada pemuda harus
disesuaikan dengan tahap tumbuh kembang remaja. Pada usia remaja dalam
pembelajaran cenderung ingin tahu terhadap suatu hal. Metode pembelajaran yang
lebih sesuai adalah dengan metode diskusi untuk menerima suatu kesimpulan dan
tidak kaku secara penyampaian materi. Metode pembelajaran tersebut bertujuan
supaya pesan edukasi dapat diterima dan sesuai dengan tugas perkembangannya.
Metode edukasi game kognitif-proaktif merupakan salah satu cara pendekatan
edukasi kesehatan reproduksi dan seksualitas pada remaja.
Edukasi ini dilakukan dengan permainan partisipasi diskusi satu kasus tentang
permasalahan reproduksi atau penyimpangan seksual dengan prinsip kognitif-
proaktif. Prinsip kognitif-proaktif di lakukan dengan mengajak remaja berpar tisipasi
menyebutkan hal postif dan negatif terhadap suatu masalah kesehatan reproduksi dan
seksualitas pada remaja secara proaktif, sampai bisa menyimpulkan sendiri masalah
tersebut itu baik atau tidak jika dilakukan oleh pemuda.
Pendidikan kesehatan reproduksi yang dilakukan dengan metode kognitif dan
proaktif le bih menekankan bagaimana dalam ke giatan pembelajaran remaja diajak
untuk berpartisipasi atau terlibat aktif (ranah proaktif) mengutarakan pendapatnya
tentang suatu topik (ranah kognitif), sampai remaja tersebut dapat menyimpulkan
sendiri apakah permasalahan tersebut baik atau tidak bagi seorang remaja.
Pendidikan kesehatan reproduksi dengan metode kognitif-proaktif dilakukan dengan
cara game edukasi partisipasi melibatkan sasaran dengan fasilitator dalam
pembahasan suatau permasalahan kesehatan reproduksi (sharing dua arah).
2. Pendidikan Reproduksi dalam Kerangka Tumbuh Kembang
Pada proses pencarian jati diri, remaja sering memanifestasikan perilaku yang
mengandung risiko dan berdampak negatif bagi dirinya. Selain dari itu, remaja
berisiko tinggi terhadap terjadinya kasus yang berhubungan dengan penyimpangan
perilaku seksual. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis
remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik
elektronik maupun non elektronik sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual
remaja (Maolinda).
Pendidikan kesehatan adalah behavioral investment jangka panjang sebagai suatu
proses perubahan perilaku pada diri sesorang. Dalam waktu yang pendek (immediate
impact) pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan (Notoadmodjo, 2010).
Pengetahuan merupakan faktor kekuatan terjadinya perubahan sikap.
Pengetahuan dan sikap akan menjadi landasan terhadap pembentukan moral remaja
sehingga dalam diri seseorang idealnya ada keselarasan yang terjadi antara
pengetahuan dan sikap, dimana sikap terbentuk setelah terjadi proses tahu terlebih
dahulu (Suryani, 2012)
Menurut Mevsin (2009) dalam Maolinda, peer educator adalah suatu alat pendidikan
yang paling efektif untuk remaja. Hasil penelitian parwej (2005) dalam Maolinda
menyatakan bahwa peer educator adalah strategi konvensional yang efektif dalam
peningkatan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja. Peer educator bermanfaat
untuk mengurangi rasa malu dan segan yang ada dalam diri remaja dan mampu
mengubah sikap remaja yang rendah terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
seksualitas, HIV/AIDS, dan napza (Suzuki, et. all. dalam Maolinda dkk.)
Menginjak masa puber, seorang remaja akan mengalami perkembangan kognitif atau
kemampuan berpikir. Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi
dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Idealnya,
seorang remaja sudah mempunyai pola pikir sendiri. Di antaranya yang
bisa digambarkan yaitu:
a. Mulai bisa berpikir logis tentang suatu gagasan yang abstrak
b. Mulai bisa membuat rencana, strategi, membuat keputusan, memecahkan masalah
serta mulai memikirkan masa depan.
c. Muncul kemampuan nalar secara ilmiah dan belajar menguji hipotesis atau
permasalahan.
d. Belajar berinstropeksi diri.
e. Wawasan berpikirnya semakin luas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, jati
diri atau identitas
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tapi juga akan
mengadaptasi informasi tersebut dengan pemikirannya sendiri (Mayangsari, 2012).
Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja dengan metode kognitif proaktif
dirasa menjadi salah satu pendekatan yang mudah untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi. Dalam metode tersebut, remaja tidak hanya menerima
informasi satu arah saja akan tetapi secara proaktif dilibatkan untuk merumuskan
suatu permasalahan yang ada, sehingga akan lebih mudah untuk dipahami dan
dimengerti.
Dalam konteks peer groups, pendidikan kesehatan dilakukan melalui pendidik teman
sebaya (peer educator). Pendidik sebaya adalah orang yang menjadi narasumber
bagi kelompok sebayanya. Mereka adalah orang yang aktif dalam kegiatan sosial di
lingkungannya, misalnya di karang taruna, Pramuka, OSIS, pengajian, PKK, dan
sebagainya, yang mampu menjalankan perannya sebagai komunikator bagi
kelompok sebayanya (BKKBN ,2002)
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja oleh peer educator diyakini memiliki nilai
efektifitas yang tinggi karena mereka menggunakan bahasa yang kurang lebih sama
sehingga informasi mudah dipahami oleh teman sebayanya (Imron, 2012). Transfer
pengetahuan ini mempunyai harapan agar mereka dapat mempengaruhi temannya
untuk mengambil keputusan yang sehat dan bertanggung jawab serta mampu
melakukan kontrol. Sebaliknya, apabila pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi rendah, yang beredar di kalangan remaja adalah informasi yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan, termasuk mitosmitos yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi yang cenderung menyesatkan. Dalam konteks kehidupan
remaja, peer group merupakan institusi sosial kedua setelah keluarga yang
mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan remaja.
Didalam peer group, terjadi proses belajar sosial, yaitu individu mengadopsi
kebiasaan, sikap, ide, keyakinan, nilai-nilai dan pola tingkah laku dalam masyarakat,
serta mengembangkannya menjadi ke satuan sistem dalam dirinya. Selain itu,
mereka juga bebas mengekspresikan sikap, penilaian, serta sikap kritisnya dan
belajar mendalami hubungan yang sifatnya personal.
EVIDENDBASE PROMOSI
KESEHATAN KESPRO
PERTUNJUKAN WAYANG INTERAKTIF SEBAGAI SARANA PROMOSI
KESEHATAN REMAJA TENTANG ROKOK, NARKOBA DAN PERGAULAN
BEBAS

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA


TENTANG PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN MELALUI MEDIA BOOKLET

PENGARUH PENDIDIKAN TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP


PENINGKATAN KETRAMPILAN SADARI PADA REMAJA

Anda mungkin juga menyukai