Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PERTEMUAN II

RESUME FARMAKOLOGI
“PRINSIP PEMBERIAN OBAT PADA IBU HAMIL”

Dosen Pengampu: Nurlaila Agustikawati, S.Pd., M.Pd Si

Di Susun Oleh:

SITI RAHAYU
0BA23001

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
GRIYA HUSADA SUMBAWA
2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan melalui proses yang sesuai.
Resume ini saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah FARMAKOLOGI yang berjudul
” Prinsip Pemberian Obat Pada Ibu Hamil”, dengan harapan resume ini dapat bermanfaat
untuk memperluas pengetahuan bagi saya ataupun semua pihak.

Dengan segala kerendahan hati, saya ingin menyampaikan rasa hormat dan limpah
terima kasih kepada Ibu Dosen “Nurlaila Agustikawati, S.Pd., M.Pd Si” sebagai Dosen mata
kuliah “Farmakologi” yang telah membimbing kami. Semoga bimbingan yang telah di
berikan dapat bermanfaat untuk kami sebagai bekal masa depan nantinya.

Saya tentu menyadari bahwa resume ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan resume ini bagi
saya khususnya dan bagi pembaca.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sumbawa, 30 Maret 2024

Penyusun

DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB PEMBAHASAN ....................................................................................................

A. Perubahan Fisiologi Kehamilan


B. Prinsip Terategonenik Perkembangan Janin ..................................................
C. Prinsip Pemilihan Obat Selama Kehamilan ....................................................
D. Katagori Keamanan Obat Pada Kehamilan (FDA) ........................................
E. Peraturan Keamanan Obat Selama Kehamilan (FDA) .................................

BAB PENUTUP ..............................................................................................................


A. Kesimpulan .........................................................................................................
B. Saran ...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

BAB
PEMBAHASAN

A. Perubahan Fisiologi Kehamilan

Kehamilan berlangsung sekitar 280 hari (dihitung dari hari pertama haid terakhir
sampai persalinan). Berbagai perubahan fisiologi yang terjadi selama kehamilan dapat
mempengaruhi absorpsi obat yang dikonsumsi. Peningkatan volume plasma
menyebabkan konsentrasi obat menurun, sehingga merubah laju absorbsi obat. Beberapa
obat dapat menembus plasenta dan mengganggu perkembangan janin. (Tan and Tan,
2013; Soma-Pillay, et al., 2016; Ummah, et al., 2018; Schwinghammer, et al., 2021)

Risiko teratogenik obat pada kehamilan seringkali tidak diketahui. Salah satu
alasannya adalah wanita hamil sering dikecualikan dalam uji klinis pre-marketing. Selain
itu, hasil yang diperoleh dari penelitian pada hewan tidak selalu memprediksi efek
teratogenik pada manusia. Namun demikian, penggunaan obat tidak dapat dihindari
selama kehamilan, misalnya kehamilan dengan epilepsi, diabetes atau hipertensi
berat .Sejumlah besar obat diduga menginduksi cacat lahir melalui berbagai mekanisme,
antara lain antagonis folat, gangguan pembuluh darah dan stres oksidatif. Dalam studi
pemanfaatan obat Belanda, 17,5% wanita menerima satu atau lebih obat resep yang
diduga teratogenik selama trimester pertama kehamilan. (Gelder, et al., 2014; F.Greene,
2015; Anand, et al., 2023).

B. Prinsip Terategonenik Perkembangan Janin


Teratogenetik adalah Bahan-bahan yang dapat menimbulkan terjadinya kecacatan
pada janin selama kehamilan. Teratogen adalah zat atau apapun (obat, zat kimia, polutan,
virus, fisik) yang dalam kehamilan dapat menyebabkan perubahan bentuk atau fungsi
organ dalam perkembangan janin. Dalam istilah medis Teratogenetik, berarti
perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan
pada embrio. Sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna atau
terjadi cacat lahir. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya teratogenik adalah faktor
genetis (mutasi dan aberasi), faktor lingkungan (infeksi, penggunaan obat-obatan, radiasi,
defiseinsi vitamin atau hormone.

Cacat bawaan pada bayi dapat dilihat dari keadaan bayi yang menderita bibir
sumbing, keanehan bentuk anggota gerak, kelainan bentuk kepala, tubuh dan organ lain
yang Nampak dari luar, kelaianan otak, penurunan kecerdasan IQ, kelainan bentuk
jantung, pembentukan sekat jantung,yang tidak sempurna, gangguan reaksi metabolisme
tubuh, kelainan ginjal atau bahkankelainan organ reproduksi.

Selama trisemester pertama, obat dapat menyebabkan cacat lahir (teratogenesis),


dan resiko terbesar adalah kehamilan 3-8 minggu. Selama trisemester kedua dan ketiga,
obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara fungsional pada janin
atau dapat meracuni plasenta.

C. Prinsip Pemilihan Obat Selama Kehamilan


a. Prinsip Penggunaan Obat pada Ibu Hamil
1. sebisa mungkin hindari penggunaan obat pada trimester pertama kehamilan
2. Apabila diperlukan gunakan obat-obatan yang telah dipakai secara luas pada
kehamilan dan dilakukan di bawah pengawaan dokter dan apoteker
3. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat
mungkin
4. Hindari poliformasi (penggunaan obat dalam jumlah banyak)

 Tips Bagi Ibu Hamil dalam penggunaan Obat


 Ibu hamil harus cermat dan selektif dalam memilih obat.
 Berkonsultasilah dengan dokter maupun apoteker.
 Sebaiknya seminimal mungkin mengkonsumsi obat saat hamil, kecuali adanya
riwayat penyakit kronis yang mengharuskan minum obat dengan adanya
pertimbangan manfaat/resiko.
 Jika terpaksa membeli obat yang di jual bebas, pilihlah obat yang mencantumkan
keterangan aman untuk ibu hamil dan pastikan anda mendapatkan informasi
mengenai obat langsung kepada Apoteker.

b. Prinsip Penggunaan Obat pada Ibu Menyusui


1. pilih obat yang manfaatnya lebih besar daripada resikonya terhadap ibu maupun
bayi
2. konsultasikan penggunaan obat dengan dokter atau apoteker sehingga dapat dipilih
obat yang paling sedikit terkandung didalam ASI
3. Atur waktu menyusui, berikan jeda 1-3 jam setelah minum obat baru kemudian
menyusui, jangan langsung menyusui setelah minum obat.
4. Hentikan sementara menyusui apabila obat yang digunakan tidak aman untuk bayi
5. Amati bayi apabila muncul tanda-tanda yang tidak biasa atau efek samping yang
mungkin terjadi.

 Tips Bagi Ibu Menyusui dalam penggunaan Obat


 Berkonsultasi lah dengan para dokter, jelaskan kondisi ibu yang sedang menyusui.
 Jika memang harus mengkonsumsi obat, mintalah dosis yang serendah mungkin
dan dikonsumsi dalam waktu yang sesingkat mungkin.
 Jika terpaksa membeli obat yang di jual bebas, pilihlah obat yang mencantumkan
keterangan aman untuk ibu hamil dan menyusui dan pastikan anda mendapatkan
informasi mengenai obat langsung kepada Apoteker.
 Aturlah waktu meminum obat, misalnya setelah menyusui, atau pada saat si kecil
tidur untuk waktu yang agak lama. Hal ini untuk memperkecil resiko masuknya
pengaruh obat dalam ASI yang dikonsumsi bayi.
 Perhatikan gejala-gejala yang tampak, apakah si kecil jadi rewel, timbul ruam atau
bercak merah/biru, sakit, kejang perut/kholik, atau ada peru bahan pada pola tidur
dan makannya. Bila muncul salah satu gejala ini segera beritahu dokter, termasuk
jenis obat yang anda konsumsi

D. Katagori Keamanan Obat Pada Kehamilan (FDA)

a. Masa Kehamilan

Berikut kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada ibu hamil dari FDA (Food
Drug Administration) :
 Kategori A
Aman untuk janin (Studi kontrol tidak memperlihatkan adanya resiko pada wanita
terhadap janin pada kehamilan trimester I dan trimester selanjutnya. Sangat rendah
kemungkinannya untuk membahayakan janin).
 seperti vitamin C asam folat, vit B6, parasetamol, zinc, dan sebagainya.

 Kategori B
Cukup aman untuk janin Kategori ini telah melewati studi yang dilakukan pada
sistem reproduksi binatang percobaan, tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap
janin; tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Atau
studi dilakukan pada reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek
samping obat yang tidak diperlihatkan tanda-tanda pada studi terkontrol wanita hamil
trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya).
 Contoh seperti amoksisilin, ampisilin, azitromisin, bisakodil, cefadroksil, cefepim,
cefixim, cefotaxim, ceftriaxon, cetirizin, klopidogrel, eritromisin, ibuprofen,
insulinlansoprazol, loratadin, me penem, metformin, metildopa, metronidazol, dan
sebagainya.
 Kategori C
Dapat beresiko, digunakan jika perlu. Obat dianjurkan hanya jika manfaat yang
diperoleh oleh ibu atau janin melebihi resiko yang mungkin tim bul pada janin.
 Contohnya albendazol, allopurinol, aspirin, amitriptilin, kalsitriol, kalsium laktat,
kloramfe nikol, ciprofloksasin, klonidin, kotrimoksazol, codein + parasetamo
dektrometorfan, digoksin, enalapril, efedrin, flukonazol dan sebagainya.
 Kategori D
Ada bukti positif dari resiko, digunakan jika darurat. Pengunaan obat diperlukan
untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang
lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan. Terbukti menimbulkan risiko
terhadap janin, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita
hamil dapat dipertimbangkan seperti situasi yang mengancam jiwa atau kritis.
 Contohnya alprazolam, amikasin, amiodaron, carbamazepin, klordiaz epoksid,
diazepam, kanamisin, fenitoin, asam valproat, dan sebagainya.
 Kategori X
Kontraindikasi dan sangat berbahaya bagi janin. Studi untuk kategori obat ini
telah memperlihatkan adanya abnormalitas janin dan besarnya risiko pada wanita
hamil. Dikontraindikasikan bagi wanita hamil atau wanita usia subur..
 contohnya (amlodipi atorvastatin), atorvastatin, (kafein + ergotamin), (desogestrel
+ etinil es tradiol), ergometrin, estradol, miso prostol, oksitosin, simvastatin,
warfarin.

Efikasi, kemanjuran (benefit) vs resiko (risk) adalah pertimbangan utama


menggunakan obat khususnya untuk A dan B, untuk obat yang masuk kategori C dan D
dianjurkan untuk benar-benar melalui pertimbangan dokter dengan mempertimbangkan
manfaat, keselamatan jiwa yang lebih besar dibandingkan resikonya, untuk obat kategori
X tidak boleh digunakan pada masa kehamilan.

 Berikut beberapa obat yang dapat digunakan pada masa kehamilan :


1. Pereda Nyeri dan Demam: Obat parasetamol termasuk obat yang aman mengatasi
nyeri atau demam, untuk sakit kepala, lain dengan mengkonsumsi parasetamol
juga bisa diatasi dengan kompres dingin dan beristirahat. Untuk demam, bisa
dibantu mengatasinya dengan kompres air hangat.
2. Batuk Pilek :. Dekongestan adalah obat yang berfungsi mengatasi hidung
tersumbat seperti phenylephrine dan pseudoe fedrin. Pada saat hamil harus
dihindari penggunaan dekongestan oral (minum). Ibu hamil yang membutuhkan
dekongestan sebaiknya disarankan menggunakan semprot (spray). Obat batuk
pada ibu hamil pil pertama adalah dektrometorphan (untuk mengatasi batuk
kering), untuk batuk berdahak bisa menggunakan asetilsistein. Hindari sediaan
obat batuk yang mengandung alkohol. Selain obat, bisa mengkonsumsi air
lemon, maupun air madu.
3. Sembelit dan Diare: Bisa menggunakan obat laksatif atau metilselulosa.
Sementara untuk diare, bisa menggunakan obat loperamid. Untuk menggantikan
cairan elektrolit tubuh yang hilang bisa diganti dengan oralit. Sembelit juga bisa
diatasi dengan konsumsi makanan tinggi serat dan cukup cairan. Olahraga ringan,
seperti berenang atau jalan kaki, dapat membantu mengatasi sembelit karena
dapat meningkatkan sirkulasi yang dapat merangsang sistem pencernaan.
4. Alergi: Bagi ibu hamil yang mengalami alergi bisa menggunakan obat cetirizin
yang aman bagi ibu hamil.

b. Masa Menyusui
. Pada umumnya, hampir semua obat yang diminum dapat terdeteksi dalam ASI,
namun dengan konsentrasi yang umumnya rendah. Konsentrsi obat dalam darah ibu
merupakan faktor utama yang berperan dalam proses transfer obat ke ASI. Pada
umumnya, kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-3 jam sesudah ibu meminum
obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan
ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial
berbahaya terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak diberikan. ASI dapat
diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat
diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat. Pada neonatus (khusus bayi yang
lahir prematur) mempunyai resiko lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI.

Kategori penggunaan obat bagi ibu menyusui :


 L1: Paling aman, contohnya parasetamol, ibuprofen, loratadin
 L2: Aman, contohnya cetirizin, dimenhidrinat, guaiafenesin.
 L3: Cukup aman,contohnya pseudoefedrin, lorazepam, aspirin
 L4: Kemungkinan berbahaya, contohnya kloramfenikol, sibutramin
 L5: Kontraindikasi, contohnya amiodaron

E. Peraturan Keamanan Obat Selama Kehamilan (FDA)


Hingga tahun 2010-an, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA)
mengklasifikasikan obat bebas (OTC) dan obat resep ke dalam 5 kategori keamanan
untuk digunakan selama kehamilan (A, B, C, D, X). Namun, hanya sedikit penelitian
terkontrol mengenai obat terapeutik yang dilakukan pada wanita hamil. Sebagian besar
informasi tentang keamanan obat selama kehamilan diperoleh dari penelitian pada hewan,
penelitian tidak terkontrol, dan pengawasan pasca pemasaran. Akibatnya, sistem
klasifikasi FDA menyebabkan kebingungan dan kesulitan menerapkan informasi yang
tersedia untuk pengambilan keputusan klinis. Pada bulan Desember 2014, FDA
menanggapinya dengan mewajibkan kategori kehamilan A, B, C, D, dan X dihapus dari
label semua obat.

kategori, FDA sekarang mengharuskan label obat memberikan informasi tentang


obat tertentu dalam format yang konsisten (disebut aturan akhir, atau Aturan Akhir
Pelabelan Kehamilan dan Menyusui ( PLLR)).

Informasi yang diwajibkan oleh FDA memiliki 3 subbagian:


 Kehamilan: Informasi yang relevan dengan penggunaan obat pada wanita hamil
(misalnya, dosis, risiko terhadap janin) dan informasi tentang apakah terdapat
pencatatan yang mengumpulkan dan memelihara data tentang bagaimana wanita
hamil terpengaruh oleh obat tersebut.
 Laktasi: Informasi tentang penggunaan obat saat menyusui (misalnya jumlah obat
dalam ASI, potensi efek pada anak yang disusui)
 Wanita dan pria dengan potensi reproduksi: Informasi tentang tes kehamilan,
kontrasepsi, dan infertilitas yang berkaitan dengan obat

Subbagian kehamilan dan menyusui masing-masing mencakup 3 subpos (ringkasan


risiko, pertimbangan klinis, dan data) yang memberikan rincian lebih lanjut. Aturan
terakhir tidak berlaku untuk obat-obatan tanpa resep (yang dijual bebas).
BAB
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan berlangsung sekitar 280 hari (dihitung dari hari pertama haid
terakhir sampai persalinan). Berbagai perubahan fisiologi yang terjadi selama kehamilan
dapat mempengaruhi absorpsi obat yang dikonsumsi. Peningkatan volume plasma
menyebabkan konsentrasi obat menurun, sehingga merubah laju absorbsi obat. Beberapa
obat dapat menembus plasenta dan mengganggu perkembangan janin. (Tan and Tan,
2013; Soma-Pillay, et al., 2016; Ummah, et al., 2018; Schwinghammer, et al., 2021)
Teratogen adalah zat atau apapun (obat, zat kimia, polutan, virus, fisik) yang
dalam kehamilan dapat menyebabkan perubahan bentuk atau fungsi organ dalam
perkembangan janin. Cacat bawaan pada bayi dapat dilihat dari keadaan bayi yang
menderita bibir sumbing, keanehan bentuk anggota gerak, kelainan bentuk kepala, tubuh
dan organ lain yang Nampak dari luar, kelaianan otak, penurunan kecerdasan IQ, kelainan
bentuk jantung, pembentukan sekat jantung,yang tidak sempurna, gangguan reaksi
metabolisme tubuh, kelainan ginjal atau bahkankelainan organ reproduksi.
Berikut kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada ibu hamil dari FDA
(Food Drug Administration) :
 Kategori A :Aman untuk janin
 Kategori B: Cukup aman untuk janin
 Kategori C: Dapat beresiko, digunakan jika perlu.
 Kategori D: Ada bukti positif dari resiko, digunakan jika darurat.
 Kategori X: Kontraindikasi dan sangat berbahaya bagi janin.

B. Saran

Dengan membaca resume ini di harapkan penyusun dapat memahami dan menerapkan
pada pemberian obat pada ibu hamil dalam pelayanan kesehatan. Bagi tenaga
pelayanan kesehatan terutama bidan mampu memberikan obat sesuai tingkat
keamanan ibu hamil FDA. Kami berharap dan menghimbau kepada para pembaca
apabila ada kesalahan atau kekeliruan, baik dari kata-kata atau penyusunan dalam
pembuatan resume ini agar memberikan kritik dan saran yang dapat membangun
penyusun menjadi lebih baik dalam penulisan resume selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Law R, Bozzo P, Koren G, Einarson A., 2010. FDA pregnancy risk categories and the CPS:
do they help or are they a hindrance? Can Fam Physician.;56(3):239-4
Schwinghammer, et al.,2021. Pharmacotherapy Handbook. United States: McGraw-Hill
Educaton.
Gelder, et al .,2014. Drugs associated with teratogenik mechhanisms, 29, 168-183
Anwar, K.K., Dwiani, I., Sarasmita, M.A., Bagistra, I.M., Yuhara, N.A., Wati, I., et al
(2023) Farmakologi Kebidanan. Jawa Tengah: EURIKA MEDIA AKSARA ISBN:
978-623-151-179-9

Anda mungkin juga menyukai