RESUME FARMAKOLOGI
“PRINSIP PEMBERIAN OBAT PADA IBU HAMIL”
Di Susun Oleh:
SITI RAHAYU
0BA23001
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan melalui proses yang sesuai.
Resume ini saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah FARMAKOLOGI yang berjudul
” Prinsip Pemberian Obat Pada Ibu Hamil”, dengan harapan resume ini dapat bermanfaat
untuk memperluas pengetahuan bagi saya ataupun semua pihak.
Dengan segala kerendahan hati, saya ingin menyampaikan rasa hormat dan limpah
terima kasih kepada Ibu Dosen “Nurlaila Agustikawati, S.Pd., M.Pd Si” sebagai Dosen mata
kuliah “Farmakologi” yang telah membimbing kami. Semoga bimbingan yang telah di
berikan dapat bermanfaat untuk kami sebagai bekal masa depan nantinya.
Saya tentu menyadari bahwa resume ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan resume ini bagi
saya khususnya dan bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................................
BAB
PEMBAHASAN
Kehamilan berlangsung sekitar 280 hari (dihitung dari hari pertama haid terakhir
sampai persalinan). Berbagai perubahan fisiologi yang terjadi selama kehamilan dapat
mempengaruhi absorpsi obat yang dikonsumsi. Peningkatan volume plasma
menyebabkan konsentrasi obat menurun, sehingga merubah laju absorbsi obat. Beberapa
obat dapat menembus plasenta dan mengganggu perkembangan janin. (Tan and Tan,
2013; Soma-Pillay, et al., 2016; Ummah, et al., 2018; Schwinghammer, et al., 2021)
Risiko teratogenik obat pada kehamilan seringkali tidak diketahui. Salah satu
alasannya adalah wanita hamil sering dikecualikan dalam uji klinis pre-marketing. Selain
itu, hasil yang diperoleh dari penelitian pada hewan tidak selalu memprediksi efek
teratogenik pada manusia. Namun demikian, penggunaan obat tidak dapat dihindari
selama kehamilan, misalnya kehamilan dengan epilepsi, diabetes atau hipertensi
berat .Sejumlah besar obat diduga menginduksi cacat lahir melalui berbagai mekanisme,
antara lain antagonis folat, gangguan pembuluh darah dan stres oksidatif. Dalam studi
pemanfaatan obat Belanda, 17,5% wanita menerima satu atau lebih obat resep yang
diduga teratogenik selama trimester pertama kehamilan. (Gelder, et al., 2014; F.Greene,
2015; Anand, et al., 2023).
Cacat bawaan pada bayi dapat dilihat dari keadaan bayi yang menderita bibir
sumbing, keanehan bentuk anggota gerak, kelainan bentuk kepala, tubuh dan organ lain
yang Nampak dari luar, kelaianan otak, penurunan kecerdasan IQ, kelainan bentuk
jantung, pembentukan sekat jantung,yang tidak sempurna, gangguan reaksi metabolisme
tubuh, kelainan ginjal atau bahkankelainan organ reproduksi.
a. Masa Kehamilan
Berikut kategori tingkat keamanan penggunaan obat pada ibu hamil dari FDA (Food
Drug Administration) :
Kategori A
Aman untuk janin (Studi kontrol tidak memperlihatkan adanya resiko pada wanita
terhadap janin pada kehamilan trimester I dan trimester selanjutnya. Sangat rendah
kemungkinannya untuk membahayakan janin).
seperti vitamin C asam folat, vit B6, parasetamol, zinc, dan sebagainya.
Kategori B
Cukup aman untuk janin Kategori ini telah melewati studi yang dilakukan pada
sistem reproduksi binatang percobaan, tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap
janin; tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Atau
studi dilakukan pada reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek
samping obat yang tidak diperlihatkan tanda-tanda pada studi terkontrol wanita hamil
trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya).
Contoh seperti amoksisilin, ampisilin, azitromisin, bisakodil, cefadroksil, cefepim,
cefixim, cefotaxim, ceftriaxon, cetirizin, klopidogrel, eritromisin, ibuprofen,
insulinlansoprazol, loratadin, me penem, metformin, metildopa, metronidazol, dan
sebagainya.
Kategori C
Dapat beresiko, digunakan jika perlu. Obat dianjurkan hanya jika manfaat yang
diperoleh oleh ibu atau janin melebihi resiko yang mungkin tim bul pada janin.
Contohnya albendazol, allopurinol, aspirin, amitriptilin, kalsitriol, kalsium laktat,
kloramfe nikol, ciprofloksasin, klonidin, kotrimoksazol, codein + parasetamo
dektrometorfan, digoksin, enalapril, efedrin, flukonazol dan sebagainya.
Kategori D
Ada bukti positif dari resiko, digunakan jika darurat. Pengunaan obat diperlukan
untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang
lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan. Terbukti menimbulkan risiko
terhadap janin, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita
hamil dapat dipertimbangkan seperti situasi yang mengancam jiwa atau kritis.
Contohnya alprazolam, amikasin, amiodaron, carbamazepin, klordiaz epoksid,
diazepam, kanamisin, fenitoin, asam valproat, dan sebagainya.
Kategori X
Kontraindikasi dan sangat berbahaya bagi janin. Studi untuk kategori obat ini
telah memperlihatkan adanya abnormalitas janin dan besarnya risiko pada wanita
hamil. Dikontraindikasikan bagi wanita hamil atau wanita usia subur..
contohnya (amlodipi atorvastatin), atorvastatin, (kafein + ergotamin), (desogestrel
+ etinil es tradiol), ergometrin, estradol, miso prostol, oksitosin, simvastatin,
warfarin.
b. Masa Menyusui
. Pada umumnya, hampir semua obat yang diminum dapat terdeteksi dalam ASI,
namun dengan konsentrasi yang umumnya rendah. Konsentrsi obat dalam darah ibu
merupakan faktor utama yang berperan dalam proses transfer obat ke ASI. Pada
umumnya, kadar puncak obat di ASI adalah sekitar 1-3 jam sesudah ibu meminum
obat. Hal ini mungkin dapat membantu mempertimbangkan untuk tidak memberikan
ASI pada kadar puncak. Bila ibu menyusui tetap harus meminum obat yang potensial
berbahaya terhadap bayinya maka untuk sementara ASI tidak diberikan. ASI dapat
diberikan kembali setelah dapat dikatakan tubuh bersih dari obat dan ini dapat
diperhitungkan setelah 5 kali waktu paruh obat. Pada neonatus (khusus bayi yang
lahir prematur) mempunyai resiko lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI.
B. Saran
Dengan membaca resume ini di harapkan penyusun dapat memahami dan menerapkan
pada pemberian obat pada ibu hamil dalam pelayanan kesehatan. Bagi tenaga
pelayanan kesehatan terutama bidan mampu memberikan obat sesuai tingkat
keamanan ibu hamil FDA. Kami berharap dan menghimbau kepada para pembaca
apabila ada kesalahan atau kekeliruan, baik dari kata-kata atau penyusunan dalam
pembuatan resume ini agar memberikan kritik dan saran yang dapat membangun
penyusun menjadi lebih baik dalam penulisan resume selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Law R, Bozzo P, Koren G, Einarson A., 2010. FDA pregnancy risk categories and the CPS:
do they help or are they a hindrance? Can Fam Physician.;56(3):239-4
Schwinghammer, et al.,2021. Pharmacotherapy Handbook. United States: McGraw-Hill
Educaton.
Gelder, et al .,2014. Drugs associated with teratogenik mechhanisms, 29, 168-183
Anwar, K.K., Dwiani, I., Sarasmita, M.A., Bagistra, I.M., Yuhara, N.A., Wati, I., et al
(2023) Farmakologi Kebidanan. Jawa Tengah: EURIKA MEDIA AKSARA ISBN:
978-623-151-179-9