PENDAHULUAN
Bagi Ibu yang sedang hamil atau menyusui sebaiknya hati-hati dalam
mengkonsumsi obat-obatan yang mungkin dapat menghilangkan keluhan sakit
seorang tapi, mungkin obat tersebut dapat berbahaya bagi janin maupun bayi yang
dikandung oleh ibu tersebut. Apapun yang Anda makan akan mempengaruhi janin
dan bayi Anda termasuk apapun yang anda oleskan diluar tubuh Anda. Dalam sebuah
seminar dikatakan sekitar 60% ibu hamil dan menyusui menggunkan obat-obatan
atau suplemen, banyak yang mengkonsumsinya pada trimenster pertama kehamilan.
Hal ini sangat berbahaya karena pada periode tersebut terjadi proses pembentukan
organ (organosenesis). Zat aktif obat dapat masuk ke peredaran darah janin dan
mempengaruhi proses pembentukan organ tersebut yang akhirnya akan menyebkan
terjadinya kecacatan karena terganggunya proses tersebut.
Penggunaan obat sembarang pun, termasuk obat yang dijual bebas sebaiknya
dihindari oleh ibu menyusui, karena obat yang dikonsumsi ibu diseskresikan
memlalui ASI yang diminum bayi sehingga menyebabkan kadar obar dalam tubuh
ibu sama dengan kadar obat adlam tubuh bayi. Tentunya hal ini akan sangat
membahayakan bagi si bayi.
Tidak semua obat berbahaya. Ada beberapa jenis obat yang terbukti cukup
aman dikonsumsi baik selama hamil maupun selama menyusui. Diperlukan
pemahaman mengenai obat yang relatif aman dan tidak aman agar seorang ibu bisa
menghindarinya selama periode kehamilan dan menyusui. Dengan demikian ibi hamil
dan janin tidak dirugikan.
Penggunaan obat selama kehamilan merupakan suatu masalah khusus. Selama
beberapa dekade diperkirakan bahwa plasenta berfungsi sebagai rintangan (barrier)
yang melindungi janin terhadap efek merugikan dari obat-obat. Tetapi ternyata bahwa
kebanyakan obat dapat secara pasif menembus atau ditranspor secara aktif melalui
plasenta. Hal ini terbukti secara drastis dan menyedihkan oleh peristiwa tali-domida
pada permulaan tahun 1960, bahwa pengaruh suatu obat terhadap janin selama masa
kritis dari perkembangannya dapat mengakibatkan efek fisik pada organ-organ
tertentu. Periode intra-uterin selama 2 pekan sampai tiga bulan merupakan masa
perkembangan; janin yang sangat peka terhadap efek obat yang dapat mengakibatkan
malformasi, karena pada masa inilah terbentuknya organ-organ utama.
1.2 Tujuan
a. Mahasiawa dapat mengetahui tentang pengaruh obat-obatan di dalam
kehamilan.
b. Mahasiawa dapat mengetahui tentang teratigenesis pada wanita hamil.
c. Mahasiawa dapat mengetahui tentang proses atau cara menentukan keamanan
obat selama kehamilan.
d. Mahasiawa dapat mengetahui tentang aturan atau cara pemakaian obat.
e. Mahasiawa dapat memahami tentang efek penggunaan obat dari penyakit si
ibu.
f. Mahasiawa dapat mengetahui tentang jenis-jenis obat pada wanita hamil.
g. Mahasiawa dapat memahami tentang cara pemilihan obat saat kehamilan.
h. Mahasiawa dapat mengetahui tentang obat-obatan yang perlu dihindari selama
kehamilan dan menyusui.
i. Mahasiawa dapat mengetahui pengaruh obat pada janin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.6 Jenis-jenis obat yang aman dan tidak aman yang digunakan oleh wanita
hamil
o Glukokortikoid
Inhalasi glukokortikoid (cara pemasukan obat melalui pernapasan, diuap) dilaporkan
tidak menyebabkan kecacatan dan dapat digunakan selama menyusui. Glukokortikoid
sistemik (diminum dengan reaksi pada seluruh tubuh) meningkatkan risiko bibir
sumbing sebanyak 5 kali dari normal.
o Teofilin
Tidak menyebabkan kecacatan pada janin dan aman digunakan selama menyusui
o Sodium Kromolin
Tidak menyebabkan kecacatan pada janin dan aman digunakan selama menyusui
3. Obat-obatan untuk gangguan pencernaan
Keluhan pada saluran cerna merupakan keluhan yang umum pada wanita
hamil, termasuk diantaranya adalah mual, muntah, hiperemesis gravidarum,
intrahepatik kolestasis dalam kehamilan, dan Inflammatory Bowel Disease. Terapi
menggunakan obat diantaranya adalah :
Catatan: Walaupun daftar ini memuat obat-obat yang dianggap aman bagi wanita
hamil, namun tetup harus berpegangan pada “golden rule” bahwa wanita yang
mengandung maupun yang menyusui harus menghindari penggunaan obat,
terkecuali bila ada petunjuk khusus dari dokter yang mera-watnya.
Acetylsalicylic acid Epinefrine Moclobemide
Aciclovir Ethambutol Morphine
Alginic acid Erythromycin Naproxen
Alimemazine Fenazone Nitrazepam
Alprenolol Flucloxacillin Nitrofurantoine
Amoxicillin Fluocortolon Norethisteron 0,3"
Ampicillin Folinic acid Nortriptyline
Atenolol Fosfomycin Npscapine
Aztreonam Fusidic acid Nystatine
Baclofen Haloperidol Opipramol
Betamethasone Heparin Oxazepam
Betaxolol Hyaluronic acid Oxybuprocaine
Bisacodyl Hydralazine Paracetamol
Bisoproloi Hydrocortisone Penicilline G/V
Bumetanide Hydroxychloroquine Perfenazine
Bupivacaine Hyoscyamine Periciazine
Bromocriptine Ibuprofen Pethidine
Carvediol Imipramin Phenylbutazone
Carbamazepin Ipratropium-Br Phenytoine
Cefalosporins Isoniazide Pindolol
Chlordiazepoxide Ketoconazol Piperacilline
Chloroquine Kinine Piroxicam
Chlorpromazine Kinidine Predniso(lo)ne
Cisapride Labetolol Prilocaine
Chlorhexidine Levocabastine Propafenone
Chlorpromazine Levonorgestrel Propranolol
Clemastine Levothyroxine Propylthiouracil
Clobetasol Levopromazine Pyrimethamine
Clobetasone Lidocaine Retinol (vit A)
Clomipramine Liothyronine Rifampicine
Cloxacillin Loperamide Roxitromycine
Codeine Loratidine Scopolamine
Colestipol Lorazepam Spironolactone
Coiestyramine Lynestrenol (>2,5 mg) Sucralfat
Cotrimoxazol Magnesiumoxide Sulfamethoxazole
Cromoglicate Medroxyprogestsrone Sulfasalazine
Dextropropoxyfen Mesalazine Terbutalin
Desonide Methadone Tetracyclin/oxy-T
Diclofenac Methenamine Theofyllin
Difenhydramine Methotrexate Thioridazin
Digoxine Metoclopramide Tranexaminic acid
Dihydralazine Metoprolol Triamcinolone
Dimethindene Metronidazol Trimethoprim
Doxycycline Mexiletine Valproic acid
Enalapril Midazolam Verapamil
Obat Alergi : Antihistamin seperti Benadryl dan Unisom. Obat. Obat hirup
seperti nasalcrom
Anti mual : Vitamin B6 (maksimum 100mg/hari diminum 1/2 jam sebelum
makan)
Pereda sembelit : Milk of magnesia. Amphogel, Metamucil dan Maalox
Pereda nyeri uluhati (heartburn) : jenis Antasida
Multivitamin : pilih multivitamin dengan rekomendasi disis tidak melebihi
angka kecukupan gizi harian
Pereda nyeri : Acetaminophen atau paracetamol
Obat infeksi jamur : Myestatin/ nystastin
Obat batuk apa saja tanpa tamahan lain
Obat Bebas Yang Kurang Aman
Pereda Nyeri : Aspirin dosis lebih dari 81 mg, Ibuprofen, NSAID
Pereda sembelit : Minyak mineral
Obat Terbatas
2.9 Terapi obat pada ibu menyusui dan pengaruh obat pada janin seorang ibu
ASI diketahui sebagai formula terbaik bagi bayi karena mengandung berbagai
nutrisi dan zat-zat imunologik yang dibutuhkan oleh bayi. Tetapi kadang-kadang ibu
yang menyusui memerlukan perawatan farmakologik. Terapi obat pada ibu menyusui
tersebut harus diberikan dengan memperhatikan kemungkinan adanya ekskresi obat
ke dalam air susu ibu (ASI). Sebagian besar obat yang diberikan kepada ibu
menyusui umumnya tidak berpengaruh terhadap suplai ASI maupun terhadap bayi.
Artikel ini bertujuan untuk melindungi bayi terhadap efek yang tidak diinginkan dari
terapi obat secara maternal dan untuk meningkatkan efektifitas terapi farmakologik
pada ibu menyusui. ASI merupakan suatu suspensi lemak dan protein dalam solusi
karbohidrat-mineral. Protein ASI dibentuk dari bahan-bahan yang diperoleh dari
sirkulasi maternal. Protein utamanya adalah kasein dan laktabumin. Ekskresi obat
kedalam ASI diduga terjadi melalui ikatan protein atau melalui ikatan pada
permukaan globul lemak ASI.
Secara umum, mekanisme pencapaian obat kedalam ASI adalah dengan
mekanisme difusi pasif melalui membran. Obat dan bahan-bahan kimia yang
dikonsumsi oleh ibu ada yang dapat mencapai ASI dan memberi efek terhadap bayi
atau produksi ASI itu sendiri. Jumlah obat yang mencapai ASI terutama tergantung
pada gradien konsentrasi antara plasma dan ASI. Selain itu juga tergantung pada
kelarutan obat di dalam lemak, pKa (konstanta disosiasi asam), dan kapasitas ikatan
protein serta pH ASI. Karena pH ASI sedikit lebih rendah dari pada pH plasma, basa
lemah cenderung memiliki konsentrasi rasio ASI terhadap plasma yang lebih tinggi
dibandingkan asam lemah.
Karenanya, konsentrasi ASI obat-obat basa lemah seperti linkomisin,
eritrimisin, antihistamin, alkaloid, isoniazid, antipsikotik, antidepresan, litium, kinin,
tiourasil, dan metronidazol umumnya sama atau lebih tinggi dari pada konsentrasi
plasmanya. Konsentrasi ASI obat-obat asam lemah seperti barbiturat, fenitoin,
sulfonamid, diuretik, dan penisilin umumnya sama atau lebih rendah dari pada
konsentrasi plasmanya. Signifikansi klinik suatu obat pada ASI tergantung pada
konsentrasinya dalam ASI, jumlah ASI yang dikonsumsi oleh bayi dalam periode
waktu tertentu, absorpsi ASI oleh bayi, dan efek obat terhadap bayi. Sampai saat ini
daftar obat-obat yang dikontraindikasikan bagi ibu menyusui didasarkan pada data-
data yang masih sangat terbatas, antara lain melalui penelitian klinik dan laporan
kasus. Karena itu, walaupun obat-obat jenis tertentu tidak mencantumkan adanya efek
samping terhadap ibu menyusui bukan berarti obat-obat tersebut tidak memiliki efek
samping semacam itu.
Rasio ASI terhadap plasma suatu obat merupakan suatu perbandingan antara
konsentrasi obat dalam ASI terhadap konsentrasi obat tersebut dalam plasma secara
simultan. Signifikansi klinik rasio ASI terhadap plasma sering disalahpahami,
misalnya rasio ASI terhadap plasma lebih besar atau sama dengan 1 sering dianggap
mempunyai potensi buruk bagi bayi, tetapi jika kadar plasmanya rendah maka kadar
ASInya juga rendah. Contohnya isoniazid yang diberikan kepada ibu menyusui dalam
dosis terapetik yang umumnya akan mencapai konsentrasi plasma sebesar 6μg/mL.
Jika rasio ASI terhadap plasmanya 1 maka bayi yang mengkonsumsi 240 mL ASI
hanya akan mengkonsumsi 1,4 mg setiap kali menyusu, dimana jumlah tersebut jauh
dibawah dosis pediatrik isoniazid yaitu sebesar 10 sampai 20 mg/kg. Karenanya,
jarang dijumpai masalah kecuali suatu obat konsentrasi ASInya tinggi atau suatu obat
memiliki potensi dan toksisitas yang tinggi pada konsentrasi rendah atau suatu obat
memiliki efek kumulatif karena kemampuan metabolisme dan ekskresi bayi terhadap
obat yang masih belum sempurna.
Obat yang umumnya tidak berbahaya bagi bayi antara lain adalah insulin dan
epinefrin, dimana keduanya tidak dapat mencapai ASI. Kafein dan teofilin diekskresi
kurang bagus oleh bayi dan dapat terakumulasi sehingga menyebabkan
hiperiritabilitas. Asupan alcohol juga harus dibatasi tidak lebih dari 0,5 g/kg berat
badan maternal/hari. Ibu sebaiknya tidak merokok didepan bayinya walaupun tidak
sedang menyusui dan sebaiknya tidak menyusui dalam 2 jam setelah merokok.
Beberapa hal penting yang perlu dipertimbangkan sebelum meresepkan obat tertentu
kepada ibu menyusui, antara lain:
Jika ibu menyusui memerlukan terapi obat dan obat yang diberikan merupakan
obat yang relatif aman maka obat tersebut sebaiknya dikonsumsi 30 – 60 menit
setelah menyusui dan 3 – 4 jam sebelum waktu menyusui berikutnya. Waktu tersebut
umumnya sudah mencukup dimana darah ibu sudah relatif bersih dari obat dan
konsentrasi obat dalam ASI juga sudah relatif rendah. Pengaruh buruk obat terhadap
janin dapat bersifat toksik, teratogenik maupun letal, tergantung pada sifat obat dan
umur kehamilan paga saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang
diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau
bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul
beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik jika menyebabkan
terjadinya malformasi anatomik pada petumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik
ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang bersifa letal,
adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan. Secara umum
pengaruh buruk obat pada janin dapat beragam, sesuai dengan fase-fase berikut:
1. 1. Fase implantasi, yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu. Pada fase ini
obat dapat memberi pengaruh buruk atau mungkin tidak sama sekali. Jika terjadi
pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan
(abortus).
2. Fase embional atau organogenesis, yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu.
Pada fase ini terjadi
diferensiasi pertumbuhan untuk terjadinya malformasi anatomik (pengaruh
teratogenik). Berbagai pengaruh buruk yang mungkin terjadi pada fase ini antara lain,
- Gangguan fungsional atau metabolik yang permanen yang biasanya baru muncul
kemudian, jadi tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan. Misalnya
pemakaian hormon dietilstilbestrol pada trimester pertama kehamilan terbukti
berkaitan dengan terjadinya adenokarsinoma vagina pada anak perempuan di
kemudian hari (pada saat mereka sudah dewasa).
- pengaruh letal, berupa kematian janin atau terjadinya abortus.
- pengaruh sub-letal, yang biasanya dalam bentuk malformasi anatomis pertumbuhan
organ, seperti misalnya fokolemia karena talidomid.
3. Fase fetal, yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dalam fase ini terjadi
maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin. Pengaruh buruk senyawa asing
terhadap janin pada fase ini tidak berupa malformasi anatomik lagi. tetapi mungkin
dapat berupa gangguan pertumbuhan, baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau
biokimiawi organ-organ. Demikian pula pengaruh obat yang dialami ibu dapat pula
dialami janin, meskipun mungkin dalam derajat yang berbeda. Sebagai contoh adalah
terjadinya depresi pernafasan neonatus karena selama masa akhir kehamilan, ibu
mengkonsumsi obat- obat seperti analgetika-narkotik; atau terjadinya efek samping
pada sistem ekstrapiramidal setelah pemakaian fenotiazin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pada wanita hamil pemberian obat memerlukan pertimbangan yang benar-
benar matang karena pada periode tersebut terjadi proses pembentukan organ
(organosenesis). Zat aktif obat dapat masuk ke peredaran darah janin dan
mempengaruhi proses pembentukan organ tersebut yang akhirnya akan menyebkan
terjadinya kecacatan karena terganggunya proses tersebut.
Penggunaan obat sembarang pun, termasuk obat yang dijual bebas sebaiknya
dihindari oleh ibu menyusui, karena obat yang dikonsumsi ibu diseskresikan
memlalui ASI yang diminum bayi sehingga menyebabkan kadar obar dalam tubuh
ibu sama dengan kadar obat adlam tubuh bayi. Tentunya hal ini akan sangat
membahayakan bagi si bayi.
DAFTAR PUSTAKA