Oleh :
DHIA SYAFIRA
NIM : 1915401111
i
EFEKTIFITAS TEMULAWAK DAN MADU TERHADAP
PERUBAHAN NAFSU MAKAN PADA ANAK
BALITA PADA AN XXX
DI PMB XXX
Laporan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas akhir
dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Kebidanan
Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
Oleh :
DHIA SYAFIRA
NIM : 1915401111
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Efektifitas temulawak
dan madu terhadap perubahan nafsu makan pada anak balita”
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh derajad Ahli Madya Kebidanan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
2. Dr. Sudarmi, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
3. Nelly Indrasari, S.SiT., M.Kes. selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
4. Amrina Octaviana, S.SiT., M.Keb. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
5. Marlina,SST,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga Laporan Tugas
Akhir ini dapat terwujud.
6. Yulida Fithri,SST.,M.Kes selaku ketua penguji yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir ini.
7. Marlina,SST,M.Kes selaku anggota penguji yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir ini.
iii
Semoga Allah Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Penuls
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Rencana Kegiatan
2. Instrumen penelitian
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. Temulawak...........................................................................................16
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Problema makan pada anak dapat berakibat buruk bagi tumbuh
kembang anak. Nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak.
Selain itu, nutrisi juga dapat membantu dalam aktivitas sehari – hari karena
nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam
tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh.
Sebagai sumber tenaga, nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak dan
protein. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang,
mengingat banyak sekali masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang
tidak seimbang, seperti tidak suka makan, tidak mau makan atau tidak
mampu untuk makan (Hidayat,2005).
Penurunan nafsu makan pada anak biasanya disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor penyakit dan non penyakit. Beberapa penyakit yang bisa
menyebabkan anak balita kehilangan nafsu makan adalah radang perut,
gastritis (maag), anemia (kurang darah), infeksi, demam, TBC/Flek paru,
sakit tenggorokan, gigi, cacingan, gigi baru tumbuh atau tanggal, serta
penyakit lain. Sedangkan faktor non penyakit biasanya berupa trauma pada
makanan dan persoalan psikis. Trauma pada makanan seperti rasa makanan
yang tidak enak, bentuk makanan yang tidak menarik, aroma makan yang
tidak menyenangkan, sedangkan persoalan psikis antara lain tekanan
psikologis dari orang tua seperti tekanan untuk menghabiskan makanan,
mencari perhatian atau cemburu pada saudara. Hilangnya nafsu makan dan
keinginan untuk makan satu jenis ini sering diiringi penurunan berat badan
(Anonim,2008).
Di Kota xxx berdasarkan data tahun 2007 di Dinas Kesehatan xxx,kasus
gizi buruk mencapai 243 kasus.Sedangkan mulai bulan Januari hingga maret
2008,terdapat 70 kasus balita mengalami gizi buruk, ini artinya,total bayi
1
2
dengan gizi buruk dari tahun 2007 hingga februari 2008 mencapa 313 kasus
(Anonim,2008).
Setelah diadakan observasi pada tanggal 07 Januari 2009 di posyandu
dua Pedukuhan, yaitu Posyandu Pedukuhan xxx dan Posyandu Pedukuhan
xxx Di Posyandu Pedukuhan xxx jumlah balita sebanyak 45 orang. Balita
yang berat badannya di bawah garis merah (BGM) terdapat 3 anak (6.67%),
dan balita yang berat badannya di garis kuning terdapat 11 anak (24,44%).
Sedangkan di Posyandu Pedukuhan jumlah balita sebanyak 57 orang
Balita yang mengalami BGM sebanyak 5 anak (8,77%), dan balita yang berat
badannya di garis kuning terdapat 15 anak (26,32%).
Anak – anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan
pertumbuhan fisik, mental dan intelektual. Gangguan tersebut akan
menyebabkan tingginya angka kematian dan kesakitan serta berkurangnya
potensi belajar, daya tahan tubuh dan produktifitas kerja. Dampak
kekurangan gizi pada umur dini dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang
lebih kecil dengan tingkat produktivitas yang lebih rendah dan beberapa hasil
analisis mengungkapkan terjadinya penyakit degeneratif pada masa dewasa
yang justru merupakan umur produktif (Emilia,2003).
Ada beberapa pendapat tentang cara meningkatkan nafsu makan pada
anak. Menurut Suriviana (2005) penanganan anak balita yang susah makan
adalah sebagai berikut (1) memberikan makanan pada anak sesuai dengan
usia perkembangannya,
(2) menvariasikan menu, perubahan rasa, keragaman dan penyajian
makanan yang menarik, (3) membiasakan makan teratur dan memberikan
makanan pada waktu anak merasa lapar, (4) menciptakan suasana yang
menyenangkan buat anak, (5) memberikan suplementasi vitamin dan mineral,
(6) mengkonsultasikan pada dokter, jika timbul masalah sulit makan pada
anak untuk mencari dan mengatasi penyebabnya, dan juga dampak yang akan
terjadi. Pendapat Hananto Wiryo dan Soeroyo Machfudz hampir sama dengan
pendapat Suriviana tentang cara meningkatkan nafsu makan pada anak.
Tetapi ada sedikit perbedaan menurut Hananto di point no (2) memberikan
makanan selingan yang disukai anak secara tidak berlebihan, dan dipoint (4)
3
B. Rumusan Masalah
Efektivitas temulawak dan madu adalaha terhadap perubahan
nafsu makan pada anak balita Berdasarkan latar belakang diatas dan hasil
penelitian terkait penulis merumuskan masalah yaitu efektivitas
temulawak dan madu terhadap perubahan nafsu makan pada An. di PMB
XXX
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diberikan Asuhan Kebidanan pada An. efektifitas temulawak dan
madu terhadap perubahan nafsu makan pada An. anak di PMB XXX
2. Tujuan Khusus
a. Dilakukan pengumpulkan data dasar pada An. dengan perubahan
nafsu makan
b. Diidentifikasi diagnosis atau masalah potensial pada An. M
dengan gangguan perubahan nafsu makan
c. Menggambarkan pengkajian yang dilakukan pada anak balita yang
mengalami sulit makan.
d. Ditetapkan kebutuhan tindakan segera untuk melakukan konsultasi
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain pada An. dengan gangguan
perkembangan nafsu makan
e. Dilakukan penyusunan rencana asuhan secara menyuluruh An.
dengan gejala sulit makan.
f. Dilaksanakan asuhan pada An. dengan gangguan perkembangan
nafsu makan.
g. Dilakukan evaluasi asuhan yang telah dberikan pada An. Dengan
gangguan perkembangan nafsu makan
h. Dlakukan pendokumentasian asuhan yang telah diberikan dengan
menggunakan SOAP
5
D. Manfaat Peneitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam
perubahan nafsu makan terhadap anak balita
2. Manfaat Aplikatif
a. Tempat Penelitian ( PMB )
Dapat memberikan masukan dalam memberikan pelayanan asuhan
kebidanan pada balita dengan perubahan nafsu makan terhadap anak
balita
b. Institusi Pendidikan (Jurusan Kebidanan)
Sebagai referensi dan sumber baca, khususnya pada asuhan
kebidanan balita dengan perubahan nafsu makan terhadap anak
balita
c. Penulis LTA Lainnya
Dapat memperkaya informasi bagi penulis LTA selanjutnya, dan
acuan tata laksana perkembangan anak dengan perubahan nafsu
makan terhadap anak balita
E. Ruang Lingkup
Asuhan Kebidanan ini dilakukan dengan metode SOAP 4 langkah dengan
pendekatan 7 langkah varney. Sasaran asuhan kebidanan balita ditujukan kepada
An. usia tahun, dengan melakukan perubahan nafsu makan untuk meningkatkan
nafsu makan anak di PMB XXX asuhan dilakukan pada geometri untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak di PMB XXX, asuhan dilakukan pada
sampai
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
degan "Balita" dan anak usia lebih dari 3-5 tahun yang dikenal dengan
usia "Prasekolah" (Irianto, 2014). Sedangakan pada masa pra sekolah
anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapa memilih makanan
yang disukainya pada masa ini anak akan mencapai gemar memprotes
sehinggga mereka akan mengatakkan tidak terhadap ajakan. Padamasa
ini berat badan anak cenderung mengalammi penurunan, ini terjadi akibat
dari aktifitas yang mulai banyak maupun penolakan terhadap makanan.
5. Pola Makan Pada Balita
1. Pengertian pola makan Pola maka adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan informasi gambaran
dengan meliputi mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah
atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009). Secara
umum pola makan memiliki 3 kompnen yang terdiri dari: jenis,
frekuensi, dan jumlah makanan. sebuah.
a. Jenis makan Jenis makan adalah sejenin makanan pokok yang
dimakan setip hari tediri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan
pokok adalah sumber makanan utama dinegara Indonesia yang
dikonsumsi setiap orang atau setiap kelompok masyarakat
terdiri dari beras, jagung, sagu, umbi-umbian, dan tepung
(Sulistiyoningsih, 2011).
b. Frekuensi Makan Frekuensi makan adalah beberapa kali makan
dalam sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam
dan makan selingan (Depkes, 2013). Menurut Suharjo (2009)
frekuensi makan merupakan berulang kali makan sehari dengan
jumlah 3 kali makan pagi, makan siang, makan malam.
c. Jumlah makan Jumlah makan adalah banyak makanan yang
dimakan dalam setiap orang atau setiap individu dalam
kelompok (willy, 2011). Pola makan yang seimbang yaitu yang
sesuai dengan kebutuhan disertai dengan pemilihan bahan
makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang baik.
9
2) Faktor ekstemal
a) Pendapatan keluarga
b) Pekerjaan ibu
c) Jumlah anak dalam keluarga
d) Dan pengetahuan
5. Cara mengatasi kurangnya nafsu makan pada anak
Upaya untuk mengatasi kurangnya nafsu makan dapat dilakukan
dengan cara farmakologi atau non farmakologi. Upaya dengan farmakologi
antara laindengan pemberian multivitamin, dan micronutrient lainnya.
Sedangkan non farmakologi antara lain melalui minuman herbal/jamu, pijat,
akupresur, dan akupunktur. Saat ini kebanyakan orang tua mengatasi
kurangnya nafsu makan pada anak sebatas pemberian multivitamin tanpa
memperhatikan penyebabnya. hal tersebut akan berdampak negative jika
diberikan dalam jangka waktu yang lama, dewasa ini telah dikembangkan
dari teknik pijat bayi, yakni pijat Tui Na. pijat ini dilakukan dengan tekhnik
pemijatan meluncur (Effleurage atau Tui) untuk mengatasi kurangnya nafsu
makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa
dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini
menggunakan penekanan pada titik meridian tubuh atau garis aliran energy
sehingga relative lebih mudah dilakukan dibandingkan akupunktur.
Akupresur memiliki system dan titik terapi yang cukup banyak, sehingga
jika akupresur harus dilakukan dikeseluruhan titik maka metode ini akan
cukup sulit dilaksanakan oleh bidan ataupun keluarga pasien sebagai asuhan
rutin pada anak balita, padehal pada dasarnya setiap titik pada metode
akupresur memiliki fungsi tertentu sesuai kebutuhan fisik.
12
6. Sulit Makan
1. Pengertian Sulit Makan
Sulit makan atau kesulitan makan ialah dimana anak tidak mau atau
menolak untuk makan atau mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi
makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara
fisiologis ( alamiah dan wajar ) yaitu dimulai membuka mulut tanpa
paksaan,mengunyah,menelan hingga sampai terserap diperencanaan secara
baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat terterntun
(Judarwanto,2009)/
2. Faktor Penyebab Sulit Makan
a. Hilangnya nafsu makan
Nafsu makan merupakan keinginan mendapatkan jenis makanan
tertentu untuk dimakan. Nafsu makan merupakan keadaan yang
mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya untuk makan
selain rasa lapar.
Nafsu makan yang hilang bisa dimulai dari yang ringan hingga
yang berat. Gejala ringan hilangnya nafsu makan dapat berupa
berkurangnya nafsu makan, mengeluarkan atau menyemburkan
makanan, menahan makanan di mulut terlalu lama, minum susu botol
sering sisa. Untuk gejala berat misal seperti anak menutup mulutnya
rapat – rapat lalu anak tidak mau makan sama sekali dan menolak
makanan. Hilang nafsu makan juga bisa disebabkan oleh adanya
gangguan pencernaan, penyakit, alergi makanan, dan lainnya
(Judarwanto, 2009).
b. Pengaruh Psikologis
Rasa cemas, depresi, pola relasi yang tidak bagus dengan orang
tua dapat mempengaruhi pola makan anak sehingga menjadikan anak
susah untuk makan dan nafsu makan menjadi turun. Dalam pola asuh
orang tua ketika tidak sabar dan memaksa anaknya untuk makan maka
peristiwa ini akan menjadi hal yang tidak menyenangkan untuk anak.
Sehingga anak menjadi susah makan. Orang tua yang tidak
memberikan variasi makanan membuat anak menjadi pemilih dalam
13
7. Madu Temulawak
1. Madu
a. Pengertian Madu
Madu adalah sebuah cairan menyerupai sirup yang dihasilkan
oleh lebah madu. Madu memiliki rasa yang manis yang tidak sama
dengan gula atau pemanis lainnya karena rasa manis madu berasal dari
nektar pada bunga yang dihisap lebah (Sakri, 2015).
b. Keunggulan Madu
1) Madu dapat sebagai pengganti gula karena rasa manis yang lebih
menyehatkan.
2) Mudah dicerna oleh perut yang paling sensitive sekalipun karena
molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain misal
fruktosa menjadi glukosa.
3) Madu mengandung berbagai sumber vitamin dan mineral
umumnya mengandung vitamin c, kalsium, zat besi.
4) Madu mengandung nutraceuticals efektif menghilangkan radikal
bebas dari tubuh manusia. Madu juga terdapat pinocembrin
antioksidan yang hanya ada pada madu yang akan membuat tubuh
menjadi lebih sehat, terhindar dari penyakit, dan awet muda.
5) Terdapat kandungan asam amino non – esensial maupun esensial
yang membantu memenuhi kebutuhan protein balita.
15
Gambar 1 Madu
2. Temulawak
Temulawak merupakan salah satu jenis tanaman temu – temuan.
Kandungan yang ada di dalam temulawak sangat beragam yakni rimpang
temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid, minyak asiri, pati,
protein, lemak, selulosa, dan mineral. Berdasarkan penelitian salah satu
keunggulan temulawak ini adalah mampu mengatasi gangguan nafsu
makan (Afifah, 2003). Ditemukan bahwa pada rimpang temulawak dapat
meningkatkan atau memperbaiki nafsu makan hal ini dikarenakan adanya
karminativum dari minyak astiri yang terkandung (Kurniarum &
Novitasari, 2016).
Kandungan minyak astiri bersifat korelati, dapat mempercepat sekresi
empedu maka dapat mempercepat pengosongan lambung, mempercepat
pencernaan serta mengabsorbsi lemak di usus lalu mengsekresi hormone
yang meregulasi peningkatan nafsu makan. Kandungan kurkuminoid juga
berpengaruh pada peningkatan nafsu makan karena mampu meningkatkan
aktivitas pencernaan sehingga mempercepat pengosongan lambung maka
akan menambah nafsu makan.
Gambar 2. Temulawak
16
D. Kerangka Teori
18
19
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari rekam medic pasien yang dtuls oleh tenaga
kesehatan berupa pemeriksaan fisik