Anda di halaman 1dari 28

EFEKTIFITAS TEMULAWAK DAN MADU TERHADAP

PERUBAHAN NAFSU MAKAN PADA ANAK


BALITA PADA AN XXX
DI PMB XXX

Oleh :
DHIA SYAFIRA
NIM : 1915401111

LAPORAN TUGAS AKHIR POLITEKNIK KESEHATAN


TANJUNGKARANG JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2022

i
EFEKTIFITAS TEMULAWAK DAN MADU TERHADAP
PERUBAHAN NAFSU MAKAN PADA ANAK
BALITA PADA AN XXX
DI PMB XXX

Laporan tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas akhir
dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Kebidanan
Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

Oleh :
DHIA SYAFIRA
NIM : 1915401111

LAPORAN TUGAS AKHIR POLITEKNIK KESEHATAN


TANJUNGKARANG JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Efektifitas temulawak
dan madu terhadap perubahan nafsu makan pada anak balita”
Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh derajad Ahli Madya Kebidanan di Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang. Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Warjidin Aliyanto, SKM., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Tanjungkarang.
2. Dr. Sudarmi, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
3. Nelly Indrasari, S.SiT., M.Kes. selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang.
4. Amrina Octaviana, S.SiT., M.Keb. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
5. Marlina,SST,M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis sehingga Laporan Tugas
Akhir ini dapat terwujud.
6. Yulida Fithri,SST.,M.Kes selaku ketua penguji yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir ini.
7. Marlina,SST,M.Kes selaku anggota penguji yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis dalam penulisan Laporan
Tugas Akhir ini.

iii
Semoga Allah Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 2022

Penuls

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR


HALAMAN SAMPUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang;......................................................................................1
B Rumusan Masalah;.................................................................................4
C. Tujuan Penelitian;..................................................................................4
D.Manfaat Penelitian.................................................................................5
E. Ruang Lingkup......................................................................................5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Kasus..........................................................................6
B. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus tersebut..................................16
C. Hasil Penelitian Terkait....................................................................16
D. Kerangka Teori.................................................................................17

BAB III: METODE PENELITIAN


A. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................18
B. Subjek Penelitian................................................................................18
C. Instrumen Pengumpulan data.............................................................18
D. Tehnik/Cara Pengumpulan Data.........................................................19
E. Bahan dan Alat...................................................................................19
F. Jadwal Kegiatan (Matriks Kegiatan)..................................................21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Rencana Kegiatan
2. Instrumen penelitian

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal ......................................................................................................21

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Madu .....................................................................................................15

Gambar 2. Temulawak...........................................................................................16

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Problema makan pada anak dapat berakibat buruk bagi tumbuh
kembang anak. Nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam
membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak.
Selain itu, nutrisi juga dapat membantu dalam aktivitas sehari – hari karena
nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam
tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh.
Sebagai sumber tenaga, nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak dan
protein. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang,
mengingat banyak sekali masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang
tidak seimbang, seperti tidak suka makan, tidak mau makan atau tidak
mampu untuk makan (Hidayat,2005).
Penurunan nafsu makan pada anak biasanya disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor penyakit dan non penyakit. Beberapa penyakit yang bisa
menyebabkan anak balita kehilangan nafsu makan adalah radang perut,
gastritis (maag), anemia (kurang darah), infeksi, demam, TBC/Flek paru,
sakit tenggorokan, gigi, cacingan, gigi baru tumbuh atau tanggal, serta
penyakit lain. Sedangkan faktor non penyakit biasanya berupa trauma pada
makanan dan persoalan psikis. Trauma pada makanan seperti rasa makanan
yang tidak enak, bentuk makanan yang tidak menarik, aroma makan yang
tidak menyenangkan, sedangkan persoalan psikis antara lain tekanan
psikologis dari orang tua seperti tekanan untuk menghabiskan makanan,
mencari perhatian atau cemburu pada saudara. Hilangnya nafsu makan dan
keinginan untuk makan satu jenis ini sering diiringi penurunan berat badan
(Anonim,2008).
Di Kota xxx berdasarkan data tahun 2007 di Dinas Kesehatan xxx,kasus
gizi buruk mencapai 243 kasus.Sedangkan mulai bulan Januari hingga maret
2008,terdapat 70 kasus balita mengalami gizi buruk, ini artinya,total bayi

1
2

dengan gizi buruk dari tahun 2007 hingga februari 2008 mencapa 313 kasus
(Anonim,2008).
Setelah diadakan observasi pada tanggal 07 Januari 2009 di posyandu
dua Pedukuhan, yaitu Posyandu Pedukuhan xxx dan Posyandu Pedukuhan
xxx Di Posyandu Pedukuhan xxx jumlah balita sebanyak 45 orang. Balita
yang berat badannya di bawah garis merah (BGM) terdapat 3 anak (6.67%),
dan balita yang berat badannya di garis kuning terdapat 11 anak (24,44%).
Sedangkan di Posyandu Pedukuhan jumlah balita sebanyak 57 orang
Balita yang mengalami BGM sebanyak 5 anak (8,77%), dan balita yang berat
badannya di garis kuning terdapat 15 anak (26,32%).
Anak – anak yang kekurangan gizi akan mengalami gangguan
pertumbuhan fisik, mental dan intelektual. Gangguan tersebut akan
menyebabkan tingginya angka kematian dan kesakitan serta berkurangnya
potensi belajar, daya tahan tubuh dan produktifitas kerja. Dampak
kekurangan gizi pada umur dini dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang
lebih kecil dengan tingkat produktivitas yang lebih rendah dan beberapa hasil
analisis mengungkapkan terjadinya penyakit degeneratif pada masa dewasa
yang justru merupakan umur produktif (Emilia,2003).
Ada beberapa pendapat tentang cara meningkatkan nafsu makan pada
anak. Menurut Suriviana (2005) penanganan anak balita yang susah makan
adalah sebagai berikut (1) memberikan makanan pada anak sesuai dengan
usia perkembangannya,
(2) menvariasikan menu, perubahan rasa, keragaman dan penyajian
makanan yang menarik, (3) membiasakan makan teratur dan memberikan
makanan pada waktu anak merasa lapar, (4) menciptakan suasana yang
menyenangkan buat anak, (5) memberikan suplementasi vitamin dan mineral,
(6) mengkonsultasikan pada dokter, jika timbul masalah sulit makan pada
anak untuk mencari dan mengatasi penyebabnya, dan juga dampak yang akan
terjadi. Pendapat Hananto Wiryo dan Soeroyo Machfudz hampir sama dengan
pendapat Suriviana tentang cara meningkatkan nafsu makan pada anak.
Tetapi ada sedikit perbedaan menurut Hananto di point no (2) memberikan
makanan selingan yang disukai anak secara tidak berlebihan, dan dipoint (4)
3

menciptakan suasana yang menyenangkan, misalnya sambil nonton tv,


mendengar radio, mendongeng dan mengajak teman sebaya makan bersama.
Sedangkan Soeroyo menambahkan (1) membiasakan tidak memaksa anak
untuk makan, dan (2) menerapkan penghargaan dan hukuman yang edukatif
pada anak, misal kalau anak mau makan akan diajak jalan – jalan, sedangkan
ketika anak tidak mau makan orang tua tidak mau mengajak anak – anak
jalan – jalan Salah satu pengobatan yang dapat digunakan untuk merubah
nafsu makan anak adalah dengan mengkonsumsi temulawak dan madu.
Dalam temulawak terdapat kandungan kurkumonoid untuk memperbaiki
kelainan pada kantung empedu dengan memperlancar pengeluaran cairan
empedu dan pankreas, sehingga terjadi peningkatan aktivitas pencernaan.
Penggunaan ekstrak rimpang temulawak dengan dosis rendah akan
mempercepat pengosongan lambung sehingga akan menambah nafsu
makan, sedangkan penggunaan dengan dosis tinggi akan memperlambat
pengosongan lambung sehingga mengurangi nafsu makan.
Untuk menanggulangi masalah gizi kurang, Pemerintah melalui
instruksi Presiden no. 8 tahun 1999 mencanangkan Gerakan Nasional
Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi, yang diarahkan pada (1)
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga, (2) pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan cakupan, kualitas
pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan gizi di masyarakat (3)
pemantapan kerja lintas sektor dalam pemantauan dan penanggulangan
masalah gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (4) peningkatan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan (Almatsier,2001).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul : Efektivitas Temulawak dan Madu Terhadap Perubahan Nafsu
Makan Pada Anak Balita Di PMB XXX
4

B. Rumusan Masalah
Efektivitas temulawak dan madu adalaha terhadap perubahan
nafsu makan pada anak balita Berdasarkan latar belakang diatas dan hasil
penelitian terkait penulis merumuskan masalah yaitu efektivitas
temulawak dan madu terhadap perubahan nafsu makan pada An. di PMB
XXX

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diberikan Asuhan Kebidanan pada An. efektifitas temulawak dan
madu terhadap perubahan nafsu makan pada An. anak di PMB XXX
2. Tujuan Khusus
a. Dilakukan pengumpulkan data dasar pada An. dengan perubahan
nafsu makan
b. Diidentifikasi diagnosis atau masalah potensial pada An. M
dengan gangguan perubahan nafsu makan
c. Menggambarkan pengkajian yang dilakukan pada anak balita yang
mengalami sulit makan.
d. Ditetapkan kebutuhan tindakan segera untuk melakukan konsultasi
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain pada An. dengan gangguan
perkembangan nafsu makan
e. Dilakukan penyusunan rencana asuhan secara menyuluruh An.
dengan gejala sulit makan.
f. Dilaksanakan asuhan pada An. dengan gangguan perkembangan
nafsu makan.
g. Dilakukan evaluasi asuhan yang telah dberikan pada An. Dengan
gangguan perkembangan nafsu makan
h. Dlakukan pendokumentasian asuhan yang telah diberikan dengan
menggunakan SOAP
5

D. Manfaat Peneitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam
perubahan nafsu makan terhadap anak balita
2. Manfaat Aplikatif
a. Tempat Penelitian ( PMB )
Dapat memberikan masukan dalam memberikan pelayanan asuhan
kebidanan pada balita dengan perubahan nafsu makan terhadap anak
balita
b. Institusi Pendidikan (Jurusan Kebidanan)
Sebagai referensi dan sumber baca, khususnya pada asuhan
kebidanan balita dengan perubahan nafsu makan terhadap anak
balita
c. Penulis LTA Lainnya
Dapat memperkaya informasi bagi penulis LTA selanjutnya, dan
acuan tata laksana perkembangan anak dengan perubahan nafsu
makan terhadap anak balita

E. Ruang Lingkup
Asuhan Kebidanan ini dilakukan dengan metode SOAP 4 langkah dengan
pendekatan 7 langkah varney. Sasaran asuhan kebidanan balita ditujukan kepada
An. usia tahun, dengan melakukan perubahan nafsu makan untuk meningkatkan
nafsu makan anak di PMB XXX asuhan dilakukan pada geometri untuk
meningkatkan kemampuan kognitif anak di PMB XXX, asuhan dilakukan pada
sampai

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus


1. Pengertian Anak Balita
Anak Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada periode ini
ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
banyak dan disertai dengan perubahan yang memerlukan zat zat gizi
yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang tinggi.Akan tetapi,
balita termasuk kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita
kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi
makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak sehingga konsumsi makanan berpengaruh besar
terhadap status gizi anak untuk mencapai pertumbuhan fisik dan
kecerdasan anak (Ariani, 2017).
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Pertumbuhan didefinisikan sebagai bertambahnya jumlah sel dan
ukurannya yang mengakibatkan balita bertambah besar tubuhnya secara
keseluruhan maka Pertumbuhan erat dikaitkan dengan bertambahnya
fisik (Sutomo & Anggraini, 2010).
Pada balita usia 3 – 5 tahun biasanya tiap tahun rata – rata tinggi
badan bertambah sekitar 6 cm dan berat badan bertambah 2 kg.
kecepatan pertumbuhan pada balita antara satu dengan yang lainnya
berbeda – beda. Kunci dari pertumbuhan balita yang sempurna yakni
asupan gizi yang baik dan seimbang. Indikator dari pertumbuhan adalah
berat badan dan tinggi badan. Berat dapat bisa digunakan untuk
memantau pertumbuhan fisik dan status gizi pada seseorang yang tidak
memiliki kelainan klinis (Supriasa, 2012) . Tinggi badan memberikan
gambaran tentang pertumbuhan.
Perkembangan adalah meningkatnya kemampuan fungsi tubuh,
fungsi intelektual, sosial, kemandirian, emosi (Sutomo & Anggraini,
2010). Tugas perkembangan anak dibagi menjadi 7 bagian yakni motorik

6
7

kasar, motorik halus, komunikasi aktif, komunikasi aktif, kecerdasan,


menolong diri sendiri, tingkah laku sosial (Soetjiningsih, 2012). tangga,
mengerti dan dapat diberi perintah, dapat belajar makan sendiri, mampu
menyusun 7 balok, mampu merangkai kalimat 3 kata sederhana, mengerti
dan mampu menunjuk anggota tubuhnya sendiri. Perkembangan balita
usia 3 tahun dapat menyebutkan nama, mampu berlarian, bisa
menyanyikan beberapa lagu sederhana, berani bermain ke rumah
tetangga dan bermain bersama teman - teman. Perkembangan balita usia
4 – 5 tahun sudah bisa menghafal nama hari dan bulan, mulai sekolah,
bisa berhitung dengan jari, dapat berinteraksi dengan teman – teman,
mampu menyelesaikan tugas sekolah dibantu dengan orang tua (Sutomo
& Anggraini, 2010).
3. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan nutrisi balita juga dipengaruhi oleh usia,besar tubuh, dan
aktivitas.Balita biasanya membutuhkan 1.000 sampai 1.4000 kalori per
hari untuk energi.Lalu dibutuhkan kalsium kurang lebih 500 mg per
hari,anak balita juga perlu 7 mg zat besi per hari.Vitamin C dan D juga
sangat dibutuhkan untuk balita.Pada usia dua tahun memiliki kerangka
tubuh tulang rawan sehingga dengan memberikan asupan gizi yang baik
serta vitamin dan mineral akan mempercepat pembentukan tulang. Air
juga sangat diperlukan bagi kebutuhan gizi balita kebutuhan rata rata
cairan anak 1-1,5 ml/kkal/hr.
Karbohidrat yang dianjurkan untuk balita 60-70% energi total
basa.Protein diperlukan untuk balita sebagai zat pembangun.Sebagai
pertumbuhan serta dan mengganti sel- sel pada tubuh yang
rusak.Kebutuhan lemak yang dianjurkan yakni 15- 20%. Balita
dianjurkan mengonsumsi asam lemak esensial 1 hngga 2 % energi total.
4. Karakteristik Balita
Menurut persagi (1992) dalam buku Gizi Seimbang dalam
Kesehatan Reproduksi (Balenced Nutrition In Reproductive Health),
bedasarakan karaktristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu anak lebih dari satu tahun sampai 1-3yang dikenal
8

degan "Balita" dan anak usia lebih dari 3-5 tahun yang dikenal dengan
usia "Prasekolah" (Irianto, 2014). Sedangakan pada masa pra sekolah
anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapa memilih makanan
yang disukainya pada masa ini anak akan mencapai gemar memprotes
sehinggga mereka akan mengatakkan tidak terhadap ajakan. Padamasa
ini berat badan anak cenderung mengalammi penurunan, ini terjadi akibat
dari aktifitas yang mulai banyak maupun penolakan terhadap makanan.
5. Pola Makan Pada Balita
1. Pengertian pola makan Pola maka adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan informasi gambaran
dengan meliputi mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah
atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009). Secara
umum pola makan memiliki 3 kompnen yang terdiri dari: jenis,
frekuensi, dan jumlah makanan. sebuah.
a. Jenis makan Jenis makan adalah sejenin makanan pokok yang
dimakan setip hari tediri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan
pokok adalah sumber makanan utama dinegara Indonesia yang
dikonsumsi setiap orang atau setiap kelompok masyarakat
terdiri dari beras, jagung, sagu, umbi-umbian, dan tepung
(Sulistiyoningsih, 2011).
b. Frekuensi Makan Frekuensi makan adalah beberapa kali makan
dalam sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam
dan makan selingan (Depkes, 2013). Menurut Suharjo (2009)
frekuensi makan merupakan berulang kali makan sehari dengan
jumlah 3 kali makan pagi, makan siang, makan malam.
c. Jumlah makan Jumlah makan adalah banyak makanan yang
dimakan dalam setiap orang atau setiap individu dalam
kelompok (willy, 2011). Pola makan yang seimbang yaitu yang
sesuai dengan kebutuhan disertai dengan pemilihan bahan
makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang baik.
9

Pembahasan polamakan meliputi:


1. Frekuensi Makanan Per Hari Menurut Waryono (2010: 90) berikan
makanan 5-6 kali sehari. Pada masa ini lambung tidak akan mampu
mengakomodasi porsi makaan 3x sehari. Balita perlu makan lebih
sering sekitar 5-6 kali sehari (3 kali makan "berat" ditambah cemilan
sehat). Soenardi (2006: 28) pada akan yang seimbang atau yag baik
yaitu bila frekuensi makan 3 kali sehari atau lebih dan makan
makanan selingan diantara makan dan banyak serta jenis makanan
yang seimbang.
2. Kualitas Makanan
Isunsuoy 3. Kuantitas Makanan anak prasekolah adalaah 67-75 kalori
per kg berat badan sedangkan kebutuhan proteinnya adalah 10%-20%
dari total energi. Menurut Widodo (2008: 98) variasi menu makanan
perlu dilakukan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu anak. Menurut
Uripi (2004: 53), standar kebutuhan energi sehari
3. Definisi Kurang nya nafsu makan pada anak Kurangnya nafsu makan
pada anak merupakan masalah dalam pemberian makanan maupun
pemenuhan kebutuhan gizi yang pada umumnya dijumpai pada anak
dan menjadi masalah kesehatan diseuruh dunia. Sebagian besar tidak
nafsu makanan pada anak berkaitan dengan gangguan pertumbuhan,
sedangkan kesulitan makan pada anak disertai dengan gangguan
perkembangan. Tidak nafsu makan pada anak yang tidak segera
ditangani dapat menyebabkan malnutrisi, dehidrasi, berat budan
kurang, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan perkembangan
kognitif, gangguan kecemasan, dan pada keadaan yang lebih parah
dapat menjadi kondisi yang mengancam hidup (Yusari asih, mugiati,
2018). Masalah yang sering terjadi dalam pemenuhan nutrisi yakni
kurangnya nafsu makan pada anak yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan tumbuh kembang atau stunting. Terjadinya
gangguan tumbuh kembang pada anak dapat dilakukan dengan cara
farmakologi dan non farmakologi . upaya dengan farmakologi antara
lain dengan pemberian multivitamin, sedangkan non farmakologi
10

antara lain melalui minuman herbal/jamu, pijat, akupresur, dan


akupunktur.
4. Faktor terjadinya tidak nafsu makan pada anak
1. Kurang nya nafsu makan pada anak terbanyak disebabkan oleh
cepet bosan terhadap makanan yang diberikan, hal ini menuntut
Tidak nafsu makan dapat disebabkan oleh beberapa faktor: agar
orang tua dapat belajar untuk memberikan makanan dengan bentuk
dan rasa yang disukai oleh anak
2. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan yang
terlalu tertentu yang kebetulan tidak disukai. ibu memperhatikan
anaknya biasanya mempunyai good idea yang terlalu terpaku
tentang makanan apa yang harus dimakan anaknya. Sikap suka
memaksakan makanan menyebabkan anak merasa proses makan
sebagai saat yang tidak menyenangkan titik hal ini berakibat
menimbulkan sikap anti terhadap makanan hal ini perlu pendekatan
yang tepat dalam melatih anak mau makan makanan yang mungkin
tidak disukai.
3. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak dalam keadaan
demam, mual atau muntah dan dalam keadaan ini anak di paksa
untuk makan.
4. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola
interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana
emosi yang tidak baik. Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak
makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya
cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan
sebagainya
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan anak balita
1) Faktor intrernal
a) Umur anak
b) Aktifitas anak
c) Dan kesehatan anak
11

2) Faktor ekstemal
a) Pendapatan keluarga
b) Pekerjaan ibu
c) Jumlah anak dalam keluarga
d) Dan pengetahuan
5. Cara mengatasi kurangnya nafsu makan pada anak
Upaya untuk mengatasi kurangnya nafsu makan dapat dilakukan
dengan cara farmakologi atau non farmakologi. Upaya dengan farmakologi
antara laindengan pemberian multivitamin, dan micronutrient lainnya.
Sedangkan non farmakologi antara lain melalui minuman herbal/jamu, pijat,
akupresur, dan akupunktur. Saat ini kebanyakan orang tua mengatasi
kurangnya nafsu makan pada anak sebatas pemberian multivitamin tanpa
memperhatikan penyebabnya. hal tersebut akan berdampak negative jika
diberikan dalam jangka waktu yang lama, dewasa ini telah dikembangkan
dari teknik pijat bayi, yakni pijat Tui Na. pijat ini dilakukan dengan tekhnik
pemijatan meluncur (Effleurage atau Tui) untuk mengatasi kurangnya nafsu
makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa
dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini
menggunakan penekanan pada titik meridian tubuh atau garis aliran energy
sehingga relative lebih mudah dilakukan dibandingkan akupunktur.
Akupresur memiliki system dan titik terapi yang cukup banyak, sehingga
jika akupresur harus dilakukan dikeseluruhan titik maka metode ini akan
cukup sulit dilaksanakan oleh bidan ataupun keluarga pasien sebagai asuhan
rutin pada anak balita, padehal pada dasarnya setiap titik pada metode
akupresur memiliki fungsi tertentu sesuai kebutuhan fisik.
12

6. Sulit Makan
1. Pengertian Sulit Makan
Sulit makan atau kesulitan makan ialah dimana anak tidak mau atau
menolak untuk makan atau mengalami kesulitan dalam mengkonsumsi
makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara
fisiologis ( alamiah dan wajar ) yaitu dimulai membuka mulut tanpa
paksaan,mengunyah,menelan hingga sampai terserap diperencanaan secara
baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat terterntun
(Judarwanto,2009)/
2. Faktor Penyebab Sulit Makan
a. Hilangnya nafsu makan
Nafsu makan merupakan keinginan mendapatkan jenis makanan
tertentu untuk dimakan. Nafsu makan merupakan keadaan yang
mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya untuk makan
selain rasa lapar.
Nafsu makan yang hilang bisa dimulai dari yang ringan hingga
yang berat. Gejala ringan hilangnya nafsu makan dapat berupa
berkurangnya nafsu makan, mengeluarkan atau menyemburkan
makanan, menahan makanan di mulut terlalu lama, minum susu botol
sering sisa. Untuk gejala berat misal seperti anak menutup mulutnya
rapat – rapat lalu anak tidak mau makan sama sekali dan menolak
makanan. Hilang nafsu makan juga bisa disebabkan oleh adanya
gangguan pencernaan, penyakit, alergi makanan, dan lainnya
(Judarwanto, 2009).
b. Pengaruh Psikologis
Rasa cemas, depresi, pola relasi yang tidak bagus dengan orang
tua dapat mempengaruhi pola makan anak sehingga menjadikan anak
susah untuk makan dan nafsu makan menjadi turun. Dalam pola asuh
orang tua ketika tidak sabar dan memaksa anaknya untuk makan maka
peristiwa ini akan menjadi hal yang tidak menyenangkan untuk anak.
Sehingga anak menjadi susah makan. Orang tua yang tidak
memberikan variasi makanan membuat anak menjadi pemilih dalam
13

makan sehingga nafsu makan berkurang.


c. Faktor Organik
Proses makan terjadi dari memasukkan makan dari mulut,
mengunyah, menelan. Jika terdapat gangguan pada proses tersebut
maka bisa menyebabkan anak sulit makan (Zaviera, 2008).
d. Faktor Nutrisi
Pengetahuan orang tua dalam menentukan jenis dan jumlah
makanan yang akan diberikan pada anak sangat menentukan
pemenuhan gizi pada balita (Zaviera, 2008).
3. Gejala Sulit Makan
Gejala sulit makan pada balita diantara yakni (Judarwanto, 2004)
a. Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan, atau hanya
mampu makan makanan lunak atau cair.
b. Memuntahkan atau menyemburkan makanan yang sudah masuk di
mulut.
c. Makan berlama – lama dan memainkan makanan.
d. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan kedalam mulut atau
menutup mulut rapat – rapat.
e. Kebiasaan makan aneh.
f. Memuntahkan, menumpahkan makanan dan menepis suapan
g. Tidak banyak menyukai variasi makanan.
4. Dampak sulit Makan
Dampak dari sulit makan pada balita diantaranya (Waryana, 2010) :
a. Kekurangan gizi
Akibat dari kesulitan makan yang berkelanjutan dan hilangnya nafsu
makan maka akan mengakibatkan kekurangan gizi, kekurangan zat
– zat nutrisi yang penting pada tubuh.
b. Daya intelegensi menurun
Anak usia balita 1 – 5 tahun adalah usia yang penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan sel – sel otak. Kekurangan salah
satu atau beberapa zat gizi maka akan mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan sel otak.
14

c. Daya tahan menurun


Balita yang kekurangan zat gizi akan menjadi rentan terhadap
penyakit karena menurunnya daya imunitas anak.

5. Upaya Menangani Sulit Makan


Upaya yang dilakukan mengatasi sulit makan dengan cara
farmakologi maupun non farmakologi.Cara farmakologi diantaranya
seperti pemberian multvitamin dan micronutrient lainnya.Sedangkan
untuk cara nonformakologi bisa dengan cara membuatkan minuman
herbak atau seperti jamu,pijat,akupresur,akupuntur (Asih &
Mugiati,2018)

7. Madu Temulawak
1. Madu
a. Pengertian Madu
Madu adalah sebuah cairan menyerupai sirup yang dihasilkan
oleh lebah madu. Madu memiliki rasa yang manis yang tidak sama
dengan gula atau pemanis lainnya karena rasa manis madu berasal dari
nektar pada bunga yang dihisap lebah (Sakri, 2015).
b. Keunggulan Madu
1) Madu dapat sebagai pengganti gula karena rasa manis yang lebih
menyehatkan.
2) Mudah dicerna oleh perut yang paling sensitive sekalipun karena
molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain misal
fruktosa menjadi glukosa.
3) Madu mengandung berbagai sumber vitamin dan mineral
umumnya mengandung vitamin c, kalsium, zat besi.
4) Madu mengandung nutraceuticals efektif menghilangkan radikal
bebas dari tubuh manusia. Madu juga terdapat pinocembrin
antioksidan yang hanya ada pada madu yang akan membuat tubuh
menjadi lebih sehat, terhindar dari penyakit, dan awet muda.
5) Terdapat kandungan asam amino non – esensial maupun esensial
yang membantu memenuhi kebutuhan protein balita.
15

6) Madu mengandung antibiotik yang aktif melawan serangan


patogen penyebab penyakit.

Gambar 1 Madu
2. Temulawak
Temulawak merupakan salah satu jenis tanaman temu – temuan.
Kandungan yang ada di dalam temulawak sangat beragam yakni rimpang
temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid, minyak asiri, pati,
protein, lemak, selulosa, dan mineral. Berdasarkan penelitian salah satu
keunggulan temulawak ini adalah mampu mengatasi gangguan nafsu
makan (Afifah, 2003). Ditemukan bahwa pada rimpang temulawak dapat
meningkatkan atau memperbaiki nafsu makan hal ini dikarenakan adanya
karminativum dari minyak astiri yang terkandung (Kurniarum &
Novitasari, 2016).
Kandungan minyak astiri bersifat korelati, dapat mempercepat sekresi
empedu maka dapat mempercepat pengosongan lambung, mempercepat
pencernaan serta mengabsorbsi lemak di usus lalu mengsekresi hormone
yang meregulasi peningkatan nafsu makan. Kandungan kurkuminoid juga
berpengaruh pada peningkatan nafsu makan karena mampu meningkatkan
aktivitas pencernaan sehingga mempercepat pengosongan lambung maka
akan menambah nafsu makan.

Gambar 2. Temulawak
16

B. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus Tersebut


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki
bidan meliputi
Pelayanan kesehatan anak,Pasal 50.
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat 1 huruf b,Bidan berwenang:
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir,balita,dan anak
prasekolah.
b. Memberikan imunsasi sesuav program pemerintah pusat
c. Melakukan pemantauan tumbuh kembang bayi,balita,dan anak prasekolah
serta deteksi dini kasus penyakit,gangguan tumbuh kembang,dan rujukan.
d. Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjutkan dengan rujukan
C. Hasil Penelitian Terkait
Penelitian Anggi novitasari dan wiwi karnasih Mahasiswa Ners
keperawatan Aisyah yogyakarta (2009) dengan judul efektifitas temulawak dan
madu terhadap perubahan nafsu makan pada anak balita
Penelitian Finna yunita Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Semarang,(2020) dengan judul Penerapan pemberian madu dan temulawak
terhadap peningkatan nafsu makan pada balita 1-5 tahun yang mengalam sulit
makan .Berdasarkan hasil Penerapan temulawak dan madu terdapat kenakan
nafsu makan pada balita rata-rata kenaikan tiap hari setelah diberikan madu
dan temulawak adalah 1 porsi lalu terdapat 2 responden yang mengalami
kenaikan berat badan meski tidak signifikan.Kesimpulan: bahwa madu
temulawak yang diberikan secara rutin sebanyak dua kali dapat dijadikan
sebagai rekomendasi untuk meningkatkan nafsu makan anak balita.
17

D. Kerangka Teori

Pertumbahan dan Perkembangan Balita


Kebutuhan Gizi Balita

1. Pengertian sulit Makan


2. Faktor Penyebab Sulit Makan
a. Hilangnya nafsu makan
b. Pengaruh psikolog
c. Faktor Organik
d. Faktor Nutrisi

3. Gejala Sulit Makan


a. Kesulitan Mengunyah
b. Meuntahkan atau menyeburkan makan
c. Makan berlama lama dan memainkan makanan.
d. Sama sekal tidak memasukkan makanan kedalam mulut.
e. Kebiasaan makanan aneh
f. Memuntahkan,menumpahkan makanan dan menepis
suapan

Dampak Sulit Makan


a. Kekurangan gizi
b. Daya intelegensi menurun
c. Daya tahan menurun
Manfaat Temulawak dan Madu
1. Pengertian Madu
Madu adalah sebuah cairan menyerupai sirup yang dihasilkan oleh lebah
madu.
2. Keunggulan Madu
a. Mudah dicerna oleh perut yang sensitive
b. Madu mengandung berbagai sumber vitamin
c. Madu mengandung nutraceuticals efekti
d. Terdapat kandunganGambarasam amino
1. Kerangka Teori
3. Temulawak
Kandungan yang ada didalam temulawak sangat beragam yakni rimpang
temulawak mengandung zat kuning kurkuminoid,minyak
asiri,pati,protein,lemak,selulosa, dan mineral.

Gambar 1 Keangka Teori


Sumber : Finayunita (2020)
BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Lokasi dan Waktu penelitian


Lokasi pemberian asuhan Kebidanan pada An. Bertempatan di PMB xxx
Waktu pemberian asuhan diberikan sejak tanggal…..

B. Subyek Laporan Kasus


Subyek dalam kasus ini adalah Balita pada An. Dengan perubahan nafsu
makan pada anak balita
C. Instruman Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi,wawancara dan
studi dokumentasi dalam bentuk format asuhan pada An.
1. Observasi
Penelitian mencari data dan mengobservasi langsung An.xxxx sesuai
dengan manajemen yaitu 7 langkah varney
2. Wawancara
Melakukan wawancara langsung kepada Ny.xxx untuk memberikan
pengetahuan dan tata cara tentang perubahan nafsu makan dengan teknik
temulawak dan madu terhadap perubahan nafsu makan.
3. Studi dokumentasi
a. S (Subjektifi)
Berisikan pendokumentasian hasil pengumpulan data dasar An.xxxxx
Melalui anamnesa sebagai langkah varney yang terdiri dari identitas
An.xxx,Ny.xxx,Tn.xxx
b. O (Objektif)
Berisikan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik balita yang
drumuskan dalam data focus untuk mendukung assesment sebagai
langkah 1 varney
c. A (Analisa)
Berdasarkan hasil analisa dan interprestasi data subjektif dalam
identifikasi diagnose dan masalah potensial,dan perlunya tindakan oleh

18
19

bidan sebagai langkah varney 2,3,4 varney


d. P (Pendokumentasian)
Berisikan perncanaan ,tindakan,dan evaluasi berdasarkan analisa data
(assesment) sebagai langkah 5,6,dan 7 varney.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penyusunan kasus ini penulis menggunakan jenis data primer dan data
sekunder.
1. Data primer
Data primer diperoleh dari hasil wawancara,observasi langsung, dan
pemeriksaan fisik terhadap balita dengan 7 langkah varney
A) Langkah l : Mengumpulkan data dasar
b) Langkah ll : Menginterprestasi data dsar
c) Langkah lll : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
d) Langkah Iv : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
e) Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
f) Langkah Vl ; Melaksanakan asuhan
g) Langkah Vll : Mengevaluasi

2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari rekam medic pasien yang dtuls oleh tenaga
kesehatan berupa pemeriksaan fisik

E. Bahan dan Alat


Alat yang digunakan untuk pengumpulan data adalah.
1. Temulawak dan madu
2. Air
3. Sendok dan gelas
F. Jadwal Kegiatan (Matriks Kegiatan)

N Tanggal kunjungan dan hari kunjungan


Pelaksanaan
O hari Tanggal Tempat
1. Pengurusan izin
penelitian
2. Observasi dan
pengumpulan data
3. kunjungan kerumah
pasian pertama
4. Kunjungan kerumah
pasien kedua
5. Kunjungan ke rumhah
pasien ke tiga
DAFTAR PUSTAKA

Anggi Novitasari (2009), Efektivitas temulawak dan madu terhadap perubahan


nafsu makan pada anak balita

Finna yunita (2020), Penerapan Pemberian Madu Temulawak Terhadap


Peningkatan nafsu makan pada balita 1-5 Tahun yang mengalam sulit
makan

Anda mungkin juga menyukai