Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN JAMUR Aspergillus spp PADA BERAS PUTIH (Oryza sativa


L) YANG DIJUAL DI PASAR PASIR GINTUNG KOTA BANDAR
LAMPUNG

Oleh:
PUTRI DINA WIDYA SYIFA
1913453072

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2022

i
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN JAMUR Aspergillus spp PADA BERAS PUTIH (Oryza sativa L)


YANG DIJUAL DI PASAR PASIR GINTUNG KOTA BANDAR LAMPUNG

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Oleh:

PUTRI DINA WIDYA SYIFA


1913453072

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

Gambaran Jamur Aspergillus spp pada Beras Putih (Oryza sativa L) Yang Dijual Di
Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung

Penulis:
Putri Dina Widya Syifa / NIM: 1913453072

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma Tiga
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Bandar Lampung, Januari 2022

Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Pembimbing Utama

Yusrizal CH., S.Sos., M.Kes

Pembimbing Pendamping

Wibowo Adisapta, SKM., M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-
NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Gambaran Jamur Aspergillus spp pada Beras Putih (Oryza sativa L) Yang Dijual Di
Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma Tiga di
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Teknologi Laboratorium Medis. Penulisan
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari semua
pihak yang pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:

1. Warjidin Aliyanto, S.KM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Tanjungkarang.
2. Dra. Eka Sulistianingsih, M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis.
3. Misbahul Huda, S.Si., M.Kes selaku Ketua Prodi Teknologi Laboratorium Medis
Program Diploma Tiga.
4. Yusrizal CH, S.Sos., M.Kes dan Wibowo Adisapta, SKM., M.Kes selaku Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran serta perhatiannya dalam
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan penulisan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Sri Wantini, S.Pd., M.Kes selaku Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang
telah bersedia meluangkan waktu, memberikan ide, saran, dan kritik kepada
penulis dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih
terdapat kekurangan, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan juga pembaca.
Bandar Lampung, Januari 2022

Putri Dina Widya Syifa


iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR i
HALAMAN SAMPUL DALAM ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
1. Tujuan Umum 4
2. Tujuan Khusus 4
D. Manfaat Penelitian 5
1. Manfaat Teoritis 5
2. Manfaat Praktis 5
E. Ruang Lingkup 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori 6
1. Aspergillus sp 7
2. Klasifikasi Aspergillus sp 7
3. Morfologi Aspergillus sp 7
4. Identifikasi Aspergillus sp 7
5. Patogenitas Aspergillus sp 11
6. Reproduksi jamur 12
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur 13
8. Mikotoksin 15
10. Aflatoksin 15
11. Beras 16
B. Kerangka Konsep 18

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Rancangan Penelitian 19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 19
C. Populasi dan Sampel 19
D. Variabel dan Definisi Operasional 19
E. Pengumpulan Data 20
F. Pengolahan dan Analisis Data 24

DAFTAR PUSTAKA 25

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1. Definisi Operasional 19

v
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

Gambar 2.1. Gambar Aspergillus flavus secara makroskopis 8


Gambar 2.2. Gambar Aspergillus niger secara makroskopis 8
Gambar 2.3. Gambar Aspergillus fumigatus secara makroskopis 9
Gambar 2.4. Gambar Aspergillus terreus secara makroskopis 9
Gambar 2.5. Gambar Aspergillus flavus secara mikroskopis 10
Gambar 2.6. Gambar Aspergillus niger secara mikroskopis 10
Gambar 2.7. Gambar Aspergillus fumigatus secara mikroskopis 11
Gambar 2.8. Gambar Aspergillus terreus secara mikroskopis 11
Gambar 2.9. Gambar Beras 16

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspergillus adalah kelompok kapang oportunis patogen yang dapat


menginfeksi manusia. Konidia Aspergillus sangat mudah terhirup ke dalam
saluran pernafasan. Kelainan yang ditimbulkan berupa aspergillosis yaitu
infeksi yang dapat mengenai kulit, kuku dan alat dalam mengenai terutama
paru. Aspergillus adalah jamur saprofit yang mudah ditemukan di sekitar
kehidupan manusia dan terdiri atas sekelompok spesies yang berbeda. Spesies
yang kerap menyebabkan penyakit adalah Aspergillus fumigatus, Aspergillus
flavus, Aspergillus niger, Aspergillus terreus. Spesies yang paling patogen A.
fumigatus karena mampu tumbuh pada suhu 37°C bahkan sampai 50°C
(Sutanto.,dkk 2013). Pada umumnya, jamur dapat tumbuh dengan baik di
tempat yang lembab, sehingga pertumbuhan jamur dapat mengakibatkan
perubahan fisik maupun kimiawi. Hal yang di khawatirkan yaitu jamur yang
tumbuh dapat berpotensi menghasilkan mikotoksin pada kondisi tertentu atau
saat penyimpanan.
Menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) dalam Firmansyah (2010)
mikotoksin adalah senyawa organik beracun hasil dari metabolisme sekunder
kapang (fungi, jamur, cendawan). Senyawa tersebut dapat mengganggu
kesehatan manusia dan hewan dengan berbagai bentuk perubahan klinis dan
patologis. Mikotoksin berdampak serius bagi kesehatan manusia baik yang
akut maupun kronis. Aflatoksin merupakan jenis mikotoksin yang paling
berbahaya bagi kesehatan masyarakat, seperti halnya adanya kejadian luar
biasa (KLB) fatal aflatoksikosis sebagai akibat penanganan bahan pangan
pasca panen yang tidak memadai telah dilaporkan oleh beberapa negara
beriklim tropis (Fitriana.,dkk 2019). Jamur dapat menghasilkan toksin yang
dapat mengganggu kesehatan. Toksin yang di hasilkan dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, kerusakan sistem saraf, gangguan pada ginjal, kanker
hati dan bahkan dapat menyebabkan kematian (Andriani, 2021).

1
2

Kanker hati yang sebabkan toksin jamur secara umum diderita 500.000
orang tiap tahunya di dunia. Di Indonesia di perkirakan jumlah kematian
karena kanker hati yang di sebabkan toksin jamur di Indonesia lebih dari
20.000 orang pertahun (Andriani, 2019). Berdasarkan laporan Balai
Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM tahun 2004 diseluruh indonesia
telah terjadi kasus keracunan pangan sebanyak 153 kejadian di 25 provinsi.
Kasus keracunan pangan di Indonesia terjadi di Provinsi Jawa Barat yaitu
sebesar 32 kejadian (21%), Jawa Tengah 17 kejadian (11%), DKI Jakarta Jawa
Timur dan Nusa Tenggara Barat masing-masing 11 kejadian (7,2%), Bali 10
kejadian (6,5%), sampai paling rendah di Riau, Bangka Belitung dan
Kalimantan Selatan masing-masing 1 kejadian (0.7%) (Andriani, 2019).
Menurut laporan tahunan pusat data dan informasi obat dan makanan pada
tahun 2019 di Lampung terjadi kasus keracunan sebanyak 18 kasus.
Pangan merupakan makanan dan minuman yang mengandung sumber
energi bagi tubuh agar dapat beraktivitas. Jika tubuh kekurangan energi, maka
tubuh akan lemas. Makanan dan minuman yang baik bagi tubuh adalah
makanan dan minuman yang bersih/higienis, sehat dan bergizi seimbang
(mengandung karbohidrat, lemak protein, vitamin, mineral, dan air), serta
tidak mengandung bahan-bahan yang membahayakan kesehatan tubuh
(Lestari, 2020). Bahan pangan yang tersedia secara alami sangat aman untuk
dikonsumsi, namun dapat membahayakan kesehatan jika dalam pengelolaanya
tidak tepat. Timbulnya masalah keamanan pangan dapat disebabkan oleh
adanya perubahan iklim. Iklim yang tidak menentu dapat mendukung
tumbuhnya mikroba yang mencemari produk pangan selama proses
pengelolaan atau pasca panen (Fitriana.,dkk 2019).
Beras putih (Oryza sativa L) adalah bahan makanan pokok sebagian besar
masyarakat Indonesia yang merupakan bagian dari bahan pangan karbohidrat
yang banyak dijual di Pasar Tradisional. Beras seringkali disimpan dalam
jumlah besar di suatu gudang. Apabila kondisi dalam penyimpanan kurang
baik maka peluang jamur untuk tumbuh pada bahan pangan akan sangat besar.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur pada beras
diantaranya adalah substrat, kelembapan, suhu, dan derajat keasaman substrat
3

(pH) (Rianti dkk., 2020). SNI mutu beras dapat mengantisipasi terjadinya
manipulasi mutu beras di pasaran, misalnya karena pengoplosan atau
pencampuran antar kualitas atau antar varietas (Munarso dkk., 2020).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Surya pada tahun 2020
di Pasar Tradisional Way Kandis Kota Bandar Lampung pada beras terdapat
Aspergillus spp yang dijual di Pasar Tradisional Way Kandis paling banyak
tercemar jamur oleh spesies Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan tidak ada
yang tercemar spesies Aspergillus terreus. Prevalensi tertinggi jamur yang
mengkontaminasi pada beras adalah Aspergillus niger sebesar 77%. Dan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rianti pada tahun 2020
didapatkan adanya jamur Aspergillus spp yang mengkontaminasi beras putih
(Oryza sativa L) yang telah berubah warna, berbau apek yang disimpan
kurang dari 1 bulan dan lebih dari 1 bulan, yang dijual di Pasar Basah Mall
Mandonga. Dengan jenis jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus niger yang
mengkontaminasi beras putih (Oryza sativa L) yang telah berubah warna,
berbau apek yang disimpan kurang dari 1 bulan dan lebih dari 1 bulan.
Besarnya kontaminasi sangat ditentukan oleh lama dan tidaknya beras dalam
kemasan atau karung. Semakin lama beras disimpan maka semakin besar
peluang terkontaminasi oleh jamur tersebut (Surya, 2020).
Pasar Pasir Gintung merupakan salah satu pasar tradisional dan
merupakan pasar induk yang berada di Kota Bandar Lampung. Pasar Pasir
Gintung merupakan tempat utama jual-beli berbagai bahan pangan, tempat
bertemunya produsen atau pedagang perantara dengan pedagang besar.
Walaupun demikian, di pasar ini juga dilakukan penjualan dalam jumlah yang
relatif kecil atau biasa disebut eceran yang dilakukan oleh pedagang pengecer.
Pasar Pasir Gintung memiliki 12 kios yang menjual beras putih (Oryza
Sativa L). Dari kios-kios tersebut didapatkan beberapa merk beras yang
berbeda dari beberapa segi. Antara lain dari segi warna yaitu ada yang
berwarna kuning matang hingga kuning muda mendekati putih dan dari segi
harga yaitu dengan rentang harga yang murah hingga mahal. Menurut hasil
penelitian Pujiati (2018) semua bahan makanan yang dibiarkan terbuka dapat
terkontaminasi jamur yang berasal dari udara. Kontaminasi jamur dapat
4

melalui spora jamur yang kecil dan ringan sehingga mudah berterbangan di
udara dan terbawa oleh angin, kemudian berkembang biak pada permukaan
bahan makanan.
Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sampai
dengan tanggal 10 Mei 2019, telah ditemukan dari 796 sarana gudang
distributor, 170.119 kemasan produk pangan rusak, kadaluarsa, dan ilegal.
Pada tahun 2018, dari 1.726 sarana ritel pangan yang diperiksa, didapat 591
sarana ritel yang tidak memenuhi ketentuan yaitu 110.555 kemasan dengan
nilai keekonomian Rp2,2 miliar. Data BPOM tersebut menunjukkan adanya
peningkatan jumlah kasus makanan tidak layak konsumsi, yaitu sebanyak 10%
dibanding tahun 2018 (Lestari, 2020).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian
mengenai gambaran jamur Aspergillus spp pada beras putih (Oryza sativa L)
yang dijual di Pasar Pasir Tradisional Gintung Kota Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pertumbuhan jamur Aspergillus spp pada beras putih (Oryza
sativa L) yang dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui ada atau tidaknya jamur Aspergillus spp pada beras putih
(Oryza sativa L) yang dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jamur Aspergillus spp pada beras putih (Oryza sativa L) yang
dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
b. Mengetahui persentase spesies jamur Aspergillus spp (A niger, A fumigatus, A
flavus, A terreus) yang terdapat pada beras putih (Oryza sativa L) yang dijual
di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
c. Mengetahui merk beras yang tercemar jamur Aspergillus spp pada beras putih
(Oryza sativa L) yang dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
5

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan pengetahuan dan wawasan ilmiah serta database bagi
institusi terutama Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan kepada masyarakat mengenai pertumbuhan dan
bahayanya jamur Aspergillus spp melalui Dinas Kesehatan agar dapat
memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara memilih beras yang baik
dan cara penyimpanannya.
b. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai jamur
Aspergillus spp serta dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
C. Ruang Lingkup
Penelitian ini bidang Mikologi. Jenis penelitian deskritif, dengan variabel
beras putih (Oryza sativa L) , jamur Aspergillus spp dan merk dagang.
Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Tanjungkarang pada bulan Januari-Mei 2022. Populasi
berjumlah 18 beras diperoleh dari 12 toko yang menjual 9 merk beras yang
berbeda yang. Analisis data univariat yaitu menghitung persentase beras yang
tercemar oleh jamur Aspergillus spp. Pemeriksaan dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis. Interpretasi hasil pada pemeriksaan secara
makroskopis positif apabila tumbuh jamur Aspergillus spp pada media PDA
dan negatif apabila tidak tumbuh jamur Aspergillus spp pada media PDA.
Sedangkan interprestasi hasil pada pemeriksaan secara mikroskopis positif
apabila setelah dilihat di bawah mikroskop tampak jamur dengan ciri
morfologi dari spesies jamur Aspergillus dan negative apabila setelah dilihat
di bawah mikroskop tidak tampak jamur dengan ciri morfologi dari spesies
jamur Aspergillus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Aspergillus sp
Jamur adalah mikroorganisme eukariot heterotrof yang tidak dapat
melakukan fotosintesis dan dapat berkembang biak dengan spora yang
khas. Jamur dapat berkembang biak secara aseksual maupun seksual.
Beberapa jamur merupakan organisme yang uniseluler, tetapi kebanyakan
jamur membentuk filamen yang merupakan sel vegetatif (miselium).
Miselium adalah kumpulan hifa atau filamen yang menyerupai tube
(Subandi, 2014).
Aspergillus merupakan jamur yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang dapat ditemukan di alam bebas. Aspergillus tumbuh
sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula
pada tanah, debu organik, dan makanan. Aspergillus membentuk filamen-
filamen panjang bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia
dan konidiospora. Aspergillus berkembang biak secara aseksual dengan
pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk
spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak
dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru
(Hasanah, 2017).
Habitat asli Aspergillus adalah tanah, kondisi yang menguntungkan
yaitu kadar air yang tinggi (setidaknya 7%) dan suhu yang tinggi.
Aspergillus dapat tumbuh dengan suhu 37°C. Sebagai negara tropis
Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Sehingga penyakit-
penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat salah satunya
spesies Aspergillus flavus yang menghasilkan alfatoksin (Syaifuddin,
2017).

6
7

2. Klasifikasi Aspergillus spp


Menurut Syaifurrisal (2014) dalam Permana (2018) :
 Kingdom : Fungi
 Divisi : Amastigomycota
 Kelas : Deutromycetes
 Ordo : Moniliales
 Famili : Moniliaceae
 Genus : Aspergillus
 Spesies : Aspergillus sp
3. Morfologi Aspergillus spp
a. Makroskopis
Pada media PDA (Potato Dextrose Agar), Aspergillus spp dapat
tumbuh cepat pada suhu ruang dengan membentuk koloni yang
granular, berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri
identifikasi. Aspergillus fumigatus koloni berwarna hijau,
Aspergillus niger berwarna hitam dan Aspergillus flavus koloni
berwarna putih atau kuning (Andriani, 2019).
b. Mikroskopis
Aspergillus spp memiliki hifa bersekat dan bercabang Konidiofora
muncul dari foot cell (miselium yang bengkak dan berdinding
tebal) membawa sterigma dan akan tumbuh konidia yang
membentuk rantai berwarna hijau , coklat atau hitam (Andriani,
2019).
5. Identifikasi Aspergillus spp
a. Makroskopis
1) Aspergillus flavus
Aspergillus flavus memiliki morfologi koloni berwarna hijau
sampai hijau kekuningan dengan bentuk koloni granular dan
kompak. Koloni yang masih muda berwarna putih dan warnanya
berubah menjadi hijau kekuningan setelah membentuk konidia
(PutrA.,dkk 2020).
8

Sumber: biologijk.com
Gambar: 2.1 A. flavus secara makroskopis
2) Aspergillus niger
Aspergillus niger memiliki ciri spora berwarna putih kehitaman
dan intensitas warnanya bertambah pada biakan yang semakin tua.
Bentuk permukaan koloninya timbul dengan tekstur yang halus
pada medium PDA (Putra.,dkk 2020).

Sumber: researchgate.net
Gambar: 2.2 A. niger secara makroskopis
3) Aspergillus fumigatus
Aspergillus fumigatus memiliki konidia atas bentuk kolumnar
(manjang) dan konidia nya berbentuk bulat, berwarna hijau sampai
hijau kotor (Pujiati, 2018).
9

Sumber: fungi.myspecies.info
Gambar: 2.3 A. fumigatus secara makroskopis
4) Aspergillus terreus
Aspergillus terreus koloni berwarna krem ke kayu manis, dengan
tekstur beluderu (Permana, 2018).

Sumber: aspergillus.org.uk
Gambar: 2.4 A. terreus secara makroskopis
b. Mikroskopis
1) Aspergillus flavus
A. flavus tampak vesikel yang berbentuk bulat hingga lonjong
dengan diameter 25-45 µm. Konidianya berbentuk bulat dan
berdiameter 3- 6 µm, serta konidiofornya panjang dan berbentuk
silinder (Putra.,dkk 2020).
10

Sumber: en.wikipedia.org
Gambar: 2.5 A. flavus secara mikroskopis
2) Aspergillus niger
A. niger memiliki ciri mikroskopis vesikel yang berbentuk bulat
dengan diameter yang berkisar antara 17,52 sampai 23,4 µm. Pada
permukaan vesikelnya terdapat sterigma kemudian fialid, dimana
konidianya terdapat. Konidianya berbentuk bulat dengan kisaran
diameter antara 3,5 sampai 4,5 µm. Konidioforanya panjang dan
berbentuk silinder serta tidak berwarna (hialin) (Putra.,dkk 2020).

Sumber: researchgate.net
Gambar: 2.6 A. niger secara mikroskopis
3) Aspergillus fumigatus
A. fumigatus vesikel mempunyai bentuk seperti piala, konidiofora
berdinding halus umumnya mempunyai warna hijau, konidia
globusa, ekinulat berwarna hijau (Pujiati, 2018).
11

Sumber: flickr.com
Gambar: 2.7 A. fumigatus secara mikroskopis
4) Aspergillus terreus
A. terreus memiliki kepala konidia biseriate (mengandung metula
yang mendukung phialides) dan kolumnar (bentuk konidia dalam
kolom panjang dari bagian atas vesikula). Konidiofor berdinding
halus dan hialin (Permana, 2018).

Sumber: en.wikipedia.org
Gambar: 2.8 A. terreus secara mikroskopis
6. Patogenitas Aspergillus spp
Menurut Hasanah (2017) ada empat jenis utama dari aspergillosis:
a. Alergi bronchopulmonary aspergillosis (ABPA)
ABPA adalah bentuk paling ringan dari aspergillosis dan
biasanya mempengaruhi orang-orang dengan asma atau
fibrosis kistik (kondisi di mana paru-paru bisa terpasang
dengan lendir). Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari
reaksi tubuh terhadap Aspergillus.
12

b. Aspergilloma
Aspergilloma adalah tempat jamur memasuki paru-paru dan
kelompok bersama untuk membentuk simpul padat jamur,
yang disebut bola jamur. Aspergilloma adalah kondisi jinak
yang mungkin pada awalnya tidak menimbulkan gejala,
tapi seiring, waktu kondisi yang mendasarinya dapat
memburuk dan mungkin menyebabkan batuk darah
(hemoptitis), mengi, sesak napas, penurunan berat badan,
kelelahan.
c. Kronis necrotizing asper-gillosis (CNA)
CNA adalah penyebaran, infeksi kronis lambat paru-paru.
Hal ini biasanya hanya mempengaruhi orang-orang dengan
kondisi paru-paru yang sudah ada, atau orang-orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
d. Aspergillosis paru invasif (IPA)
IPA adalah infeksi umum pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah karena sakit atau mengambil
imunosupresan. IPA adalah bentuk paling serius dari
aspergillosis yang dimulai di paru-paru yang kemudian
menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh.
7. Reproduksi Jamur
Jamur dapat bereproduksi secara aseksual yaitu dengan
pembelahan, pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual
yaitu dengan peleburan inti dari kedua induknya. Macam-macam
spora aseksual dan seksual menurut Pratiwi (2008) :
a. Aseksual
1) Konidiospora (konidium), berupa spora satu sel ataupun
multisel, nonmotil, tidak terdapat dalam kantung, dan
terbentuk di ujung hifa (konidiofor). Contohnya
Aspergillus spp.
13

2) Sporangiospora, berupa spora bersel satu, terbentuk


didalam kantung yang disebut sporangium pada ujung
hifa udara (sporangiosfor). Contohnya Rhizopus sp.
3) Arthospora (oidium), berupa spora bersel satu yang
terbentuk melalui terputusnya sel-sel hifa.
4) Klamidospora, berupa spora bersel satu yang
berdinding tebal dan sangat resisten terhadap kondisi
lingkungan yang buruk, terbentuk dari sel hifa somatik.
5) Blastospora, berupa spora yang muncul dari pertunasan
pada sel khamir.
b. Seksual
1) Askospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk
di dalam kantung (askus). Terdapat delapan askospora
dalam setiap askus.
2) Basidiospora, merupakan spora bersel satu dan
terbentuk di atas struktur gada (basidium).
3) Zigospora, merupakan spora besar yang memiliki
dinding tebal, terbentuk jika ujung dua hifa yang serasi
secara seksual (gametangia) melebur.
4) Oospora, terbentuk dalam struktur khusus pada betina
yang disebut oogonium. Pembuahan telur (oosfer) oleh
gamet jantang yang terbentuk dalam antheridium akan
menghasilkan oospora. Seiap dalam oogonium terdapat
satu atau beberapa oosfer.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui. Berikut
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur :
a. Suplai Nutrisi
Kondisi tidak bersih dan higenis pada lingkungan
merupakan kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba, sehingga mikroba dapat tumbuh
14

berkembang di lingkungan seperti ini. Unsur-unsur dasar


nutrisi yang dibutuhkan yaitu karbon, nitrogen, oksigen,
sulfur, fosfor, hidrogen, zat besi, dan sejumlah kecil logam
lainnya. Mikroba tidak dapat tumbuhkan bahkan
menyebabkan kematian jika ketiadaan atau kekurangan
sumber-sumber nutrisi (Hajoeningtijas, 2012).
b. Keasaman atau Kebasahan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan
memiliki pH optimum yang berbeda-beda. Mikrobia yang
tumbuh baik pada pH di bawah 5,5 atau pada kondisi asam
disebut asidofilik; mikrobia yang tumbuh optimum kisaran
pH 5,5-7,9 disebut netrofilik; sedangkan mikrobia yang
tumbuh pada pH basa atau kisaran di atas 8,0 disebut
mikrobia alkafilik (Retraningrum.,dkk 2017).
c. Suhu
Berdasarkan temperatur pertumbuhan yang dibutuhkan,
mikroba dapat bersifat psikrofilik, mesofilik, termofilik,
atau hipertermofilik. Mikroba psikrofilik tumbuh baik pada
kisaran temperatur 0-20°C, mesofilik tumbuh pada kisaran
temperatur 20-45°C, termofilik tumbuh pada kisaran
temperatur 45-80°C dan hipertermofilik tumbuh pada
kondisi ekstrem panas 90-110°C (Retraningrum.,dkk 2017).
d. Kandungan Air
Pertumbuhan jamur benang lebih tahan terhadap
kekeringan dibandingkan dengan khamir dan bakteri.
Kandungan air dibawah 14-15% pada biji-bijian atau
makanan kering dapat mencegah atau memperlambat
pertumbuhan jamur (Hidayat.,dkk 2006).
15

9. Mikotoksin
Mikotoksin adalah metabolit sekunder produk dari kapang
berfilamen, dimana dalam beberapa situasi, dapat berkembang
pada makanan yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan.
Fusarium spp, Aspergillus spp dan Penicillium spp merupakan
jenis kapang yang paling umum menghasilkan racun mikotoksin
dan sering mencemari makanan manusia dan pakan hewan. Kapang
tersebut tumbuh pada bahan pangan atau pakan, baik sebelum dan
selama panen atau saat penyimpanan yang tidak tepat (Martindah
& Bahri 2016).
Kapang dapat menyebar, berkoloni dan dapat menghasilkan
mikotoksin baik sebelum panen (di ladang) atau di tahapan
pascapanen (penyimpanan, transportasi dan pengolahan).
Perlakuan yang buruk pada saat panen, pengeringan, pengemasan,
dan penyimpanan, serta kondisi transportasi yang tidak memadai
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan kapang dan
meningkatkan risiko dihasilkannya mikotoksin. Koloni kapang
mampu menghasilkan racun yang dapat mempengaruhi kesehatan
manusia maupun ternak ketika produk yang dikonsumsi
terkontaminasi kapang maupun racun yang dihasilkannya
(Martindah & Bahri 2016).
Lingkungan panas dan lembab sebagaimana kondisi di
Indonesia, merupakan dua hal penting yang mendukung
tumbuhnya mikotoksin. Kisaran suhu rata-rata 28-31°C dan
kelembaban 60-80%, merupakan kondisi yang kondusif untuk
pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin (Martindah & Bahri
2016).
10. Aflatoksin
Aspergillus spp adalah salah satu jamur yang menghasilkan
aflatoksin, yaitu toksin yang dapat mematikan manusia karena
dapat menyebabkan kanker hati bila sampai masuk ke dalam tubuh
melalui makanan. Berbagai bentuk seperti perubahan klinis, dan
16

patologis mikotoksikosis ditandai dengan gejala mual, muntah,


sakit perut, paru-paru bengkak, kejang, koma dan pada kasus yang
jarang terjadi meyebabkan kematian (Andriani, 2019).
Kontaminasi aflatoksin pada bahan pangan menyebabkan
adanya residu dalam tubuh yang dapat menyebabkan keracunan
pada manusia (Rukmi, 2021). Rukmi (dalam Cotty & Melon, 2004)
menjelaskan bahwa kondisi optimal jamur ini untuk menghasilkan
aflatoxin yaitu sebesar 25-32 °C dengan kelembaban sebesar 85%
dan kadar air sebesar 15% serta pH 6. Menurut Makfoeld (1993)
dalam Rukmi (2021) Aspergillus flavus sebagai penghasil utama
aflatoksin umumnya hanya memproduksi aflatoksin B1, dan B2
(AFB1 dan AFB2), aflatoksin B1 penyebab keracunan, selain itu
aflatoksin dapat menyebabkan penyakit kanker hati.
11. Beras
Beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber
pemberi energi untuk umat manusia. Zat-zat gizi yang dikandung
oleh beras sangat mudah untuk dicerna (Siregar, 1981). Beras
dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok
masyarakat Indonesia. Beras juga dapat digunakan sebagai bahan
pembuat berbagai macam penganan dan kue-kue, utamanya dari
ketan, termasuk pula untuk dijadikan tapai.

Sumber: Sehatq.com
Gambar: 2.9 Beras
Dalam masa penyimpanan beras, masalah kerusakan atau
perubahan pada beras sering terjadi. Kerusakan beras di tingkat
penyimpanan umumnya disebabkan oleh serangan hama-hama
gudang, seperti serangga, tungau, tikus, burung, dan kapang.
17

Serangga menyebabkan kerusakan bahan pangan terbesar. Hal ini


disebabkan serangga hama gudang mempunyai kemampuan
berkembang biak yang cepat, mudah menyebar dan dapat
mengundang pertumbuhan kapang dan jamur (Pitaloka.,dkk 2012).
Standar mutu beras menurut SNI 6128:2015 dalam Sujito &
Mamud (2016) yaitu bebas hama dan penyakit, bebas bau apek,
asam, atau bau asing lainnya, bebas dari campuran dedak dan
bekatul, dan bebas dari bahan kimia yang membahayakan
konsumen.
Teknik penyimpanan yang juga sebagian merupakan bentuk atau
metode pengendalian hama serangga pasca panen, yaitu :
a. Pemisahan secara fisik
Pemisahan dilakukan dengan cara memisahkan produk
yang baik dari produk yang rusak akibat kerusakan
mekanik, serangga, infeksi kapang atau busuk. Pemisahan
dengan cara tersebut dapat menurunkan konsentrasi
aflatoksin dan fumonisin pada jagung atau kacang tanah,
dan patulin pada apel secara nyata (Maryam, 2006).
b. Pencucian dan pengenceran
Cemaran kapang pada produk pertanian dapat dikurangi
dengan pencucian yang diikuti dengan pengeringan. Cara
ini dapat mengurangi jumlah kapang, namun tidak
menghilangkan/mengurangi toksin yang telah terbentuk.
Untuk mencegah produksi mikotoksin, hasil pertanian
dikeringkan sesegera mungkin dalam waktu tidak lebih dari
24-28 jam setelah panen. Pengeringan dapat dilakukan
secara tradisional dengan memanfaatkan sinar matahari,
digantung di udara terbuka atau dalam ruangan dengan
sedikit pemanasan/pengasapan, terutama untuk produk
yang mudah terinfeksi kapang, dan dengan menggunakan
mesin pengering (Maryam, 2006).
18

c. Penyimpanan
Produk pertanian yang disimpan harus dalam keadaan
kering dengan kadar air yang sesuai. Untuk negara-negara
beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi,
kadar air ideal berkisar antara 7-9% terutama untuk
komoditi yang disimpan lebih dari tiga bulan. Produk
disimpan di gudang penyimpanan dengan sirkulasi udara
yang baik. Jika memungkinkan, suhu dan kelembaban
diukur secara rutin selama periode penyimpanan.
Kenaikkan suhu 2 -3 °C dapat menunjukkan adanya
infestasi kapang atau serangga (Maryam, 2006). Untuk
produk yang dikemas, sebaiknya digunakan kemasan yang
memiliki pori-pori untuk sirkulasi udara, dan diletakkan
dengan menggunakan alas (papan).

B. Kerangka Konsep

Aspergillus spp - Beras Putih


- Kondisi terbuka dan tertutup
- Merk dagang
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan variabel beras
yang dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung dan jamur
Aspergillus spp. Desain penelitian ini menggambarkan gambaran jamur
Aspergillus spp.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi pengambilan sampel beras yaitu di Pasar Pasir Gintung Kota
Bandar Lampung. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Tanjungkarang pada bulan
Februari-April 2022.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah 18 sampel beras yang diperoleh dari
12 toko beras di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung yang diambil dari
merk beras yang berbeda pada setiap toko.
D. Variabel dan Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Skala
Penelitian Ukur Ukur
Ukur
1 Beras Putih Beras yang Observasi Pengamatan Terbuka Nominal
dijual di dan
Pasar Pasir tertutup
Gintung
Kota
Bandar
Lampung
2 Aspergillus spp Aspergillus Mengidentifikasi 1. Media A. flavus, Ordinal
spp yang : Potato A. niger,
mencemari 1. Makroskopis Dextrose A.
beras yang 2. Mikroskopis Agar (PDA fumigatus,
dijual di 2. Pewarna A. terreus
Pasar Pasir Lactophenol
Gintung Cotton Blue

19
20

Kota (LCB)
Bandar
Lampung
3 Merk dagang Merk beras Observasi Pengamatan Beras AB Nominal
putih yang Beras AK
dijual Beras SB
secara Beras RB
terbuka dan Beras RE
tidak Beras
terbuka di PAM
Pasar Pasir Beras
Gintung MWR
Beras
MRP
Beras
RWS

E. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dari 12
toko yang menjual 9 merk beras , dengan populasi berjumlah 18 dan sampel
berjumlah 18 beras yang dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung
yang diambil dari 9 merk beras yang berbeda pada setiap toko. Pengumpulan
data dilakukan dengan tiga tahap yaitu:
1. Prosedur Penelitian
a. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Tanjungkarang untuk melakukan
penelitian di Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis. Mengajukan permohonan surat izin
pengambilan sampel kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.
Kemudian membawa surat izin tersebut ke Dinas Kesehatan dan
membawa ke Dinas pasar terkait.
b. Pengumpulan sampel penelitian.

2. Prosedur Identifikasi jamur Aspergillus spp


21

Prosedur identifikasi jamur Aspergillus spp dilakukan untuk melihat


gambaran jamur Aspergillus spp pada beras yang dijual di Pasar Pasir
Gintung Kota Bandar Lampung. Pemeriksaan ini dilakukan dengan dua
metode yaitu secara makroskopis untuk melihat bentuk koloni jamur
Aspergillus spp dan mikroskopis untuk melihat morfologi jamur
Aspergillus spp.
a. Persiapan Alat
Alat yang digunakan terlebih dahulu di sterilkan kedalam autoclave
untuk mematikan tiap benda atau substansi dari semua kehidupan
dalam bentuk apapun. Alat dan bahan yang digunakan seperti cawan
petri, batang pengaduk, tabung rekasi, rak tabung, pipet ukur, lampu
spirtus, objek glass, deck glass, timbangan, korek, beaker glass,
mikroskop, ose, label, tisseue, hotplate, almunium foil, cawan porselin,
erlenmeyer, dan pinset. Alat yang disterilkan dengan cara dibungkus kertas
kopi. Lalu, dimasukkan kedalam autoclave dengan suhu 121ºC selama 15
menit yaitu erlenmeyer, cawan petri, cawan porselin, beaker glass, tabung
reaksi, batang pengaduk, dan pipet ukur. Bahan yang digunakan yaitu
sampel beras, media Potato Dextrose Agar (PDA), Lactophenol Cotton Blue
(LCB), Aquadest, Alkohol 70% dan KOH 10%.
b. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara langsung dengan membeli
sampel beras sebanyak 250 gram dari 9 beras berbeda yang dijual di
12 toko. Kemudian diberi label yang meliputi kode merk beras,
tanggal pengambilan dan waktu pengambilan. Pengambilan sampel
dilakukan sebanyak 3 kali dimana dalam 1 kali pengambilan diambil 6
sampel. Setelah itu sampel dibawa ke Laboratorium Parasitologi
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis dan dilakukan pemeriksaan
identifikasi jamur Aspergillus spp.
c. Cara Kerja
1) Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)
a) Menimbang media PDA sebanyak 29,25 gram lalu masukan ke
dalam erlenmeyer yang berisi 450 ml Aquadest kemudian
panaskan diatas hotplate hingga larut. Setelah itu sterilisasi
22

menggunakan autoclave selama pada suhu 121ºC selama 15


menit dengan tekanan 1 atm.
b) Tuang larutan media PDA yang sudah dingin ke dalam cawan
petri dengan volume 20 m/petri. Kemudian dinginkan hingga
beku.
2) Pembuatan Lacthophenol Cotton Blue (LCB)
a) Memipet Phenol 10 ml, Glycerin 20 ml, dan Lactic Acid 10
ml. Semua bahan dicampurkan dan ditambah Aquadest 10 ml
lalu dihomogenkan.
b) Menambahkan Methylen Blue 0,05 gram ke dalam larutan
tersebut sampai homogen (Bakteriologi, 2014).
3) Pemeriksaan Jamur Aspergillus spp secara makroskopis
a) Alat dan bahan disiapkan secara steril.
b) Sampel beras diambil kemudian dimasukkan dicawan porselin.
c) Sampel beras putih dimasukkan kedalam cawan petri yang
telah berisi media PDA dengan cara diletakkan langsung pada
permukaan media dan ditekan menggunakan pinset steril.
d) Sampel diinkubasi selama 3-5 hari pada suhu 37ºC.
e) Koloni jamur diamati secara makroskopik yang tumbuh pada
media (Rianti, 2020).
4) Pemeriksaan Jamur Aspergillus spp secara mikroskopis
a) Alat dan bahan disiapkan
b) KOH 10% diteteskan sebanyak 1 tetes pada objek glass.
c) Ose difiksasi menggunakan api spirtus.
d) Koloni jamur diambil dengan menggunakan ose, kemudian
diletakkan pada objek glass yang telah diteteskan 1 tetes KOH
10%.
e) Pewarna Lactophenol Cotton Blue (LCB) diteteskan sebanyak
1 tetes, lalu tutup dengan cover glass.
f) Koloni jamur diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran
10x dan 40x (Rianti, 2020).
d. Interpretasi Hasil
23

1) Makroskopis
a) Aspergillus flavus
Keterangan
Warna : Hijau Kekuningan
Sifat Pertumbuhan : Lambat
Bentuk : Berserabut
b) Aspergillus niger
Keterangan
Warna : Hitam
Sifat Pertumbuhan : Lambat
Bentuk : Berserabut
c) Aspergillus fumigatus
Keterangan
Warna : Hijau Tua
Sifat Pertumbuhan : Lambat
Bentuk : Berserabut
d) Aspergillus terreus
Keterangan
Warna : Coklat Kekuningan
Sifat Pertumbuhan : Cepat (Surya, 2020)
2) Mikroskopis
a) Aspergillus flavus
A. flavus tampak vesikel yang berbentuk bulat hingga
lonjong, konidianya berbentuk bulat, dan konidiofornya
panjang berbentuk silinder.
b) Aspergillus niger
A. niger tampak vesikel yang berbentuk bulat, permukaan
vesikelnya terdapat sterigma kemudian fialid, dimana
konidianya terdapat. Konidianya berbentuk bulat, dan
Konidioforanya panjang dan berbentuk silinder serta tidak
berwarna (hialin).

c) Aspergillus fumigatus
24

A. fumigatus mempunyai vesikel yang berbentuk piala.


Konidiofor berdinding halus, umumnya berwarna hijau.
d) Aspergillus terreus
A. terreus memiliki Kepala konidia biseriate (mengandung
metula yang mendukung phialides) dan kolumnar (bentuk
konidia dalam kolom panjang dari bagian atas vesikula).
Konidiofor berdinding halus dan hialin.

D. Pengolahan dan Analisis Data


Data berupa jumlah beras yang terkontaminasi oleh jamur Aspergillus sp
di analisis dengan analisis univariant yaitu melihat persentase beras yang
tercemar oleh Aspergillus spp. Di hitung dengan rumus sebagai berikut:
1. Perhitungan persentase beras yang tercemar dan beras yang tidak
tercemar jamur Aspergillus spp

x
N= X 100%
y

Keterangan:
N = Nilai persentase beras yang tercemar Aspergillus
spp
x = Jumlah sampel yang tercemar dan tidak tercemar
jamur Aspergillus spp
y = Jumlah sampel yang diperiksa

2. Perhitungan persentase beras yang tercemar masing-


masing spesies jamur Aspergillus spp

Beras yang tercemar


Spesies Aspergillus = X 100%
Jumlah total beras

DAFTAR PUSTAKA
25

Andriani, D. 2021. Identifikasi Jamur Aspergillus sp pada Kacang Hijau (Studi


di Pasar Peterongan) (Program Studi Diploma III Analis Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan, Cendikia Medika Jombang).

Firmansyah, E. (2010). Jurnal Mikotoksin pada Buah. Jurnal Litbang


Pertanian, 29(3), 79.

Fitriana, R., Soesetijo, F. A., & Sulistyaningsih, E. (2019). Identifikasi


Kontaminasi Aflatoksin pada Rempah-Rempah yang Dijual di Sentra
Pasar di Kabupaten Jember. Multidisciplinary Journal, 2(1), 24-29.

Hajoeningtijas, 2012. Mikrobiologi Pertanian, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hasanah, U. 2017. Mengenal Aspergillosis, Infeksi Jamur Genus


Aspergillus. Jurnal keluarga sehat sejahtera, 15(2), 76-86.

Lestari, T. 2020. Keamanan Pangan Sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan Hak
Masyarakat Sebagai Konsumen. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah
Sosial, 11(1), 57-72.

Martindah, E., & Bahri, S. 2016. Kontaminasi Mikotoksin pada Rantai


Makanan. Wartazoa, 26(3), 115-124.

Maryam, R., dkk 2006. Pengendalian Terpadu Kontaminasi


Mikotoksin. Wartazoa, 16(1), 21-30.

Munarso, S.,dkk. 2020. Mutu Fisik Beberapa Segmen Beras: subsidi, non-subsidi
dan impor. Jurnal Standardisasi, 22(2), 85-94.

Permana, D. R. (2018). Identifikasi Aspergillus Species dan Uji Sensitivitas


Terhadap Vorikonazol Di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya (Doctoral
dissertation, JURUSAN ANALIS KESEHATAN).

Pitaloka, A. L. 2012. Gambaran Beberapa Faktor Fisik Penyimpanan Beras,


Identifikasi dan Upaya Pengendalian Serangga Hama Gudang (Studi di
Gudang Bulog 103 Demak Sub Dolog Wilayah I Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2), 18709.

Pratiwi, Sylvia. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.

Pujiati, W. 2018. Identifikasi Jamur Aspergillus sp Pada Tepung Terigu Yang


Dijual Secara Terbuka (Studi di Pasar Legi Jombang) (Doctoral
dissertation, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang).
Putra, G., dkk. 2020. Eksplorasi Dan Identifikasi Mikroba Yang Diisolasi dari
Rhizosfer Tanaman Stroberi (Fragaria x ananassa Dutch.) Di Kawasan
Pancasari Bedugul. J. Biol. Sci., 7, 205-213.
26

Retnaningrum, Endah., dkk. 2017. Bahan Ajar Mikrobiologi, Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Rianti, P., dkk. 2020. Identifikasi Jamur Aspergillus sp pada Beras Putih (Oryza
sativa L) Yang Dijual di Pasar Basah Mall Mandonga Kota Kendari
Sulawesi Tenggara (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).

Rukmi, S. A. 2021. Efektivitas Hasil Pertumbuhan Jamur Aspegillus flavus pada


Media Bekatul Padi (Oryza sativa L) Varietas Situ Bagendit (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Siregar, Hadrian. 1981. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia, Jakarta: P.T.


SASTRA HUDAYA.

Subandi, 2014. Mikrobiologi Islam, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Sujito, Mamud Y. 2016. Pemutuan Fisik Beras dengan Teknik Pelabelan Flood
Filling dan Pengukuran Parameter Rgb Citra Digital. Jurnal Informatika
Merdeka Pasuruan, 1(3), 264569.

Surya, C. 2020. Cemaran Jamur Aspergillus spp pada Beras Yang Dijual Di Pasar
Tradisional Way Kandis Kota Bandar Lampung (Doctoral dissertation,
Poltekkes Tanjungkarang).

Sutanto, Inge., dkk. 2013. Parasitologi Kedokteran, Jakarta: FKUI.

Syaifuddin, A. 2017. Identifikasi Jamur Aspergillus sp pada Roti Tawar


Berdasarkan Masa Sebelum dan Sesudah Kadaluarsa (Studi di Desa
Candimulyo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) (Doctoral
dissertation, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang).

Anda mungkin juga menyukai