Oleh:
PUTRI DINA WIDYA SYIFA
1913453072
i
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi Diploma Tiga Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Oleh:
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Gambaran Jamur Aspergillus spp pada Beras Putih (Oryza sativa L) Yang Dijual Di
Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung
Penulis:
Putri Dina Widya Syifa / NIM: 1913453072
Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Teknologi Laboratorium Medis Program Diploma Tiga
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
ii
KATA PENGANTAR
Halaman
HALAMAN SAMPUL LUAR i
HALAMAN SAMPUL DALAM ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
1. Tujuan Umum 4
2. Tujuan Khusus 4
D. Manfaat Penelitian 5
1. Manfaat Teoritis 5
2. Manfaat Praktis 5
E. Ruang Lingkup 5
DAFTAR PUSTAKA 25
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Kanker hati yang sebabkan toksin jamur secara umum diderita 500.000
orang tiap tahunya di dunia. Di Indonesia di perkirakan jumlah kematian
karena kanker hati yang di sebabkan toksin jamur di Indonesia lebih dari
20.000 orang pertahun (Andriani, 2019). Berdasarkan laporan Balai
Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM tahun 2004 diseluruh indonesia
telah terjadi kasus keracunan pangan sebanyak 153 kejadian di 25 provinsi.
Kasus keracunan pangan di Indonesia terjadi di Provinsi Jawa Barat yaitu
sebesar 32 kejadian (21%), Jawa Tengah 17 kejadian (11%), DKI Jakarta Jawa
Timur dan Nusa Tenggara Barat masing-masing 11 kejadian (7,2%), Bali 10
kejadian (6,5%), sampai paling rendah di Riau, Bangka Belitung dan
Kalimantan Selatan masing-masing 1 kejadian (0.7%) (Andriani, 2019).
Menurut laporan tahunan pusat data dan informasi obat dan makanan pada
tahun 2019 di Lampung terjadi kasus keracunan sebanyak 18 kasus.
Pangan merupakan makanan dan minuman yang mengandung sumber
energi bagi tubuh agar dapat beraktivitas. Jika tubuh kekurangan energi, maka
tubuh akan lemas. Makanan dan minuman yang baik bagi tubuh adalah
makanan dan minuman yang bersih/higienis, sehat dan bergizi seimbang
(mengandung karbohidrat, lemak protein, vitamin, mineral, dan air), serta
tidak mengandung bahan-bahan yang membahayakan kesehatan tubuh
(Lestari, 2020). Bahan pangan yang tersedia secara alami sangat aman untuk
dikonsumsi, namun dapat membahayakan kesehatan jika dalam pengelolaanya
tidak tepat. Timbulnya masalah keamanan pangan dapat disebabkan oleh
adanya perubahan iklim. Iklim yang tidak menentu dapat mendukung
tumbuhnya mikroba yang mencemari produk pangan selama proses
pengelolaan atau pasca panen (Fitriana.,dkk 2019).
Beras putih (Oryza sativa L) adalah bahan makanan pokok sebagian besar
masyarakat Indonesia yang merupakan bagian dari bahan pangan karbohidrat
yang banyak dijual di Pasar Tradisional. Beras seringkali disimpan dalam
jumlah besar di suatu gudang. Apabila kondisi dalam penyimpanan kurang
baik maka peluang jamur untuk tumbuh pada bahan pangan akan sangat besar.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur pada beras
diantaranya adalah substrat, kelembapan, suhu, dan derajat keasaman substrat
3
(pH) (Rianti dkk., 2020). SNI mutu beras dapat mengantisipasi terjadinya
manipulasi mutu beras di pasaran, misalnya karena pengoplosan atau
pencampuran antar kualitas atau antar varietas (Munarso dkk., 2020).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Surya pada tahun 2020
di Pasar Tradisional Way Kandis Kota Bandar Lampung pada beras terdapat
Aspergillus spp yang dijual di Pasar Tradisional Way Kandis paling banyak
tercemar jamur oleh spesies Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan tidak ada
yang tercemar spesies Aspergillus terreus. Prevalensi tertinggi jamur yang
mengkontaminasi pada beras adalah Aspergillus niger sebesar 77%. Dan
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rianti pada tahun 2020
didapatkan adanya jamur Aspergillus spp yang mengkontaminasi beras putih
(Oryza sativa L) yang telah berubah warna, berbau apek yang disimpan
kurang dari 1 bulan dan lebih dari 1 bulan, yang dijual di Pasar Basah Mall
Mandonga. Dengan jenis jamur Aspergillus flavus dan Aspergillus niger yang
mengkontaminasi beras putih (Oryza sativa L) yang telah berubah warna,
berbau apek yang disimpan kurang dari 1 bulan dan lebih dari 1 bulan.
Besarnya kontaminasi sangat ditentukan oleh lama dan tidaknya beras dalam
kemasan atau karung. Semakin lama beras disimpan maka semakin besar
peluang terkontaminasi oleh jamur tersebut (Surya, 2020).
Pasar Pasir Gintung merupakan salah satu pasar tradisional dan
merupakan pasar induk yang berada di Kota Bandar Lampung. Pasar Pasir
Gintung merupakan tempat utama jual-beli berbagai bahan pangan, tempat
bertemunya produsen atau pedagang perantara dengan pedagang besar.
Walaupun demikian, di pasar ini juga dilakukan penjualan dalam jumlah yang
relatif kecil atau biasa disebut eceran yang dilakukan oleh pedagang pengecer.
Pasar Pasir Gintung memiliki 12 kios yang menjual beras putih (Oryza
Sativa L). Dari kios-kios tersebut didapatkan beberapa merk beras yang
berbeda dari beberapa segi. Antara lain dari segi warna yaitu ada yang
berwarna kuning matang hingga kuning muda mendekati putih dan dari segi
harga yaitu dengan rentang harga yang murah hingga mahal. Menurut hasil
penelitian Pujiati (2018) semua bahan makanan yang dibiarkan terbuka dapat
terkontaminasi jamur yang berasal dari udara. Kontaminasi jamur dapat
4
melalui spora jamur yang kecil dan ringan sehingga mudah berterbangan di
udara dan terbawa oleh angin, kemudian berkembang biak pada permukaan
bahan makanan.
Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sampai
dengan tanggal 10 Mei 2019, telah ditemukan dari 796 sarana gudang
distributor, 170.119 kemasan produk pangan rusak, kadaluarsa, dan ilegal.
Pada tahun 2018, dari 1.726 sarana ritel pangan yang diperiksa, didapat 591
sarana ritel yang tidak memenuhi ketentuan yaitu 110.555 kemasan dengan
nilai keekonomian Rp2,2 miliar. Data BPOM tersebut menunjukkan adanya
peningkatan jumlah kasus makanan tidak layak konsumsi, yaitu sebanyak 10%
dibanding tahun 2018 (Lestari, 2020).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian
mengenai gambaran jamur Aspergillus spp pada beras putih (Oryza sativa L)
yang dijual di Pasar Pasir Tradisional Gintung Kota Bandar Lampung.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pertumbuhan jamur Aspergillus spp pada beras putih (Oryza
sativa L) yang dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui ada atau tidaknya jamur Aspergillus spp pada beras putih
(Oryza sativa L) yang dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jamur Aspergillus spp pada beras putih (Oryza sativa L) yang
dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
b. Mengetahui persentase spesies jamur Aspergillus spp (A niger, A fumigatus, A
flavus, A terreus) yang terdapat pada beras putih (Oryza sativa L) yang dijual
di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
c. Mengetahui merk beras yang tercemar jamur Aspergillus spp pada beras putih
(Oryza sativa L) yang dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung.
5
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan pengetahuan dan wawasan ilmiah serta database bagi
institusi terutama Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Masyarakat
Menambah wawasan kepada masyarakat mengenai pertumbuhan dan
bahayanya jamur Aspergillus spp melalui Dinas Kesehatan agar dapat
memberikan penyuluhan tentang bagaimana cara memilih beras yang baik
dan cara penyimpanannya.
b. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai jamur
Aspergillus spp serta dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
C. Ruang Lingkup
Penelitian ini bidang Mikologi. Jenis penelitian deskritif, dengan variabel
beras putih (Oryza sativa L) , jamur Aspergillus spp dan merk dagang.
Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Tanjungkarang pada bulan Januari-Mei 2022. Populasi
berjumlah 18 beras diperoleh dari 12 toko yang menjual 9 merk beras yang
berbeda yang. Analisis data univariat yaitu menghitung persentase beras yang
tercemar oleh jamur Aspergillus spp. Pemeriksaan dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis. Interpretasi hasil pada pemeriksaan secara
makroskopis positif apabila tumbuh jamur Aspergillus spp pada media PDA
dan negatif apabila tidak tumbuh jamur Aspergillus spp pada media PDA.
Sedangkan interprestasi hasil pada pemeriksaan secara mikroskopis positif
apabila setelah dilihat di bawah mikroskop tampak jamur dengan ciri
morfologi dari spesies jamur Aspergillus dan negative apabila setelah dilihat
di bawah mikroskop tidak tampak jamur dengan ciri morfologi dari spesies
jamur Aspergillus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Aspergillus sp
Jamur adalah mikroorganisme eukariot heterotrof yang tidak dapat
melakukan fotosintesis dan dapat berkembang biak dengan spora yang
khas. Jamur dapat berkembang biak secara aseksual maupun seksual.
Beberapa jamur merupakan organisme yang uniseluler, tetapi kebanyakan
jamur membentuk filamen yang merupakan sel vegetatif (miselium).
Miselium adalah kumpulan hifa atau filamen yang menyerupai tube
(Subandi, 2014).
Aspergillus merupakan jamur yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes yang dapat ditemukan di alam bebas. Aspergillus tumbuh
sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula
pada tanah, debu organik, dan makanan. Aspergillus membentuk filamen-
filamen panjang bercabang, dan dalam media biakan membentuk miselia
dan konidiospora. Aspergillus berkembang biak secara aseksual dengan
pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk
spora. Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak
dapat dihindarkan dan masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru
(Hasanah, 2017).
Habitat asli Aspergillus adalah tanah, kondisi yang menguntungkan
yaitu kadar air yang tinggi (setidaknya 7%) dan suhu yang tinggi.
Aspergillus dapat tumbuh dengan suhu 37°C. Sebagai negara tropis
Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Sehingga penyakit-
penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat salah satunya
spesies Aspergillus flavus yang menghasilkan alfatoksin (Syaifuddin,
2017).
6
7
Sumber: biologijk.com
Gambar: 2.1 A. flavus secara makroskopis
2) Aspergillus niger
Aspergillus niger memiliki ciri spora berwarna putih kehitaman
dan intensitas warnanya bertambah pada biakan yang semakin tua.
Bentuk permukaan koloninya timbul dengan tekstur yang halus
pada medium PDA (Putra.,dkk 2020).
Sumber: researchgate.net
Gambar: 2.2 A. niger secara makroskopis
3) Aspergillus fumigatus
Aspergillus fumigatus memiliki konidia atas bentuk kolumnar
(manjang) dan konidia nya berbentuk bulat, berwarna hijau sampai
hijau kotor (Pujiati, 2018).
9
Sumber: fungi.myspecies.info
Gambar: 2.3 A. fumigatus secara makroskopis
4) Aspergillus terreus
Aspergillus terreus koloni berwarna krem ke kayu manis, dengan
tekstur beluderu (Permana, 2018).
Sumber: aspergillus.org.uk
Gambar: 2.4 A. terreus secara makroskopis
b. Mikroskopis
1) Aspergillus flavus
A. flavus tampak vesikel yang berbentuk bulat hingga lonjong
dengan diameter 25-45 µm. Konidianya berbentuk bulat dan
berdiameter 3- 6 µm, serta konidiofornya panjang dan berbentuk
silinder (Putra.,dkk 2020).
10
Sumber: en.wikipedia.org
Gambar: 2.5 A. flavus secara mikroskopis
2) Aspergillus niger
A. niger memiliki ciri mikroskopis vesikel yang berbentuk bulat
dengan diameter yang berkisar antara 17,52 sampai 23,4 µm. Pada
permukaan vesikelnya terdapat sterigma kemudian fialid, dimana
konidianya terdapat. Konidianya berbentuk bulat dengan kisaran
diameter antara 3,5 sampai 4,5 µm. Konidioforanya panjang dan
berbentuk silinder serta tidak berwarna (hialin) (Putra.,dkk 2020).
Sumber: researchgate.net
Gambar: 2.6 A. niger secara mikroskopis
3) Aspergillus fumigatus
A. fumigatus vesikel mempunyai bentuk seperti piala, konidiofora
berdinding halus umumnya mempunyai warna hijau, konidia
globusa, ekinulat berwarna hijau (Pujiati, 2018).
11
Sumber: flickr.com
Gambar: 2.7 A. fumigatus secara mikroskopis
4) Aspergillus terreus
A. terreus memiliki kepala konidia biseriate (mengandung metula
yang mendukung phialides) dan kolumnar (bentuk konidia dalam
kolom panjang dari bagian atas vesikula). Konidiofor berdinding
halus dan hialin (Permana, 2018).
Sumber: en.wikipedia.org
Gambar: 2.8 A. terreus secara mikroskopis
6. Patogenitas Aspergillus spp
Menurut Hasanah (2017) ada empat jenis utama dari aspergillosis:
a. Alergi bronchopulmonary aspergillosis (ABPA)
ABPA adalah bentuk paling ringan dari aspergillosis dan
biasanya mempengaruhi orang-orang dengan asma atau
fibrosis kistik (kondisi di mana paru-paru bisa terpasang
dengan lendir). Kondisi ini biasanya sebagai akibat dari
reaksi tubuh terhadap Aspergillus.
12
b. Aspergilloma
Aspergilloma adalah tempat jamur memasuki paru-paru dan
kelompok bersama untuk membentuk simpul padat jamur,
yang disebut bola jamur. Aspergilloma adalah kondisi jinak
yang mungkin pada awalnya tidak menimbulkan gejala,
tapi seiring, waktu kondisi yang mendasarinya dapat
memburuk dan mungkin menyebabkan batuk darah
(hemoptitis), mengi, sesak napas, penurunan berat badan,
kelelahan.
c. Kronis necrotizing asper-gillosis (CNA)
CNA adalah penyebaran, infeksi kronis lambat paru-paru.
Hal ini biasanya hanya mempengaruhi orang-orang dengan
kondisi paru-paru yang sudah ada, atau orang-orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
d. Aspergillosis paru invasif (IPA)
IPA adalah infeksi umum pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah karena sakit atau mengambil
imunosupresan. IPA adalah bentuk paling serius dari
aspergillosis yang dimulai di paru-paru yang kemudian
menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh.
7. Reproduksi Jamur
Jamur dapat bereproduksi secara aseksual yaitu dengan
pembelahan, pembentukan tunas atau spora, maupun secara seksual
yaitu dengan peleburan inti dari kedua induknya. Macam-macam
spora aseksual dan seksual menurut Pratiwi (2008) :
a. Aseksual
1) Konidiospora (konidium), berupa spora satu sel ataupun
multisel, nonmotil, tidak terdapat dalam kantung, dan
terbentuk di ujung hifa (konidiofor). Contohnya
Aspergillus spp.
13
9. Mikotoksin
Mikotoksin adalah metabolit sekunder produk dari kapang
berfilamen, dimana dalam beberapa situasi, dapat berkembang
pada makanan yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan.
Fusarium spp, Aspergillus spp dan Penicillium spp merupakan
jenis kapang yang paling umum menghasilkan racun mikotoksin
dan sering mencemari makanan manusia dan pakan hewan. Kapang
tersebut tumbuh pada bahan pangan atau pakan, baik sebelum dan
selama panen atau saat penyimpanan yang tidak tepat (Martindah
& Bahri 2016).
Kapang dapat menyebar, berkoloni dan dapat menghasilkan
mikotoksin baik sebelum panen (di ladang) atau di tahapan
pascapanen (penyimpanan, transportasi dan pengolahan).
Perlakuan yang buruk pada saat panen, pengeringan, pengemasan,
dan penyimpanan, serta kondisi transportasi yang tidak memadai
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan kapang dan
meningkatkan risiko dihasilkannya mikotoksin. Koloni kapang
mampu menghasilkan racun yang dapat mempengaruhi kesehatan
manusia maupun ternak ketika produk yang dikonsumsi
terkontaminasi kapang maupun racun yang dihasilkannya
(Martindah & Bahri 2016).
Lingkungan panas dan lembab sebagaimana kondisi di
Indonesia, merupakan dua hal penting yang mendukung
tumbuhnya mikotoksin. Kisaran suhu rata-rata 28-31°C dan
kelembaban 60-80%, merupakan kondisi yang kondusif untuk
pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin (Martindah & Bahri
2016).
10. Aflatoksin
Aspergillus spp adalah salah satu jamur yang menghasilkan
aflatoksin, yaitu toksin yang dapat mematikan manusia karena
dapat menyebabkan kanker hati bila sampai masuk ke dalam tubuh
melalui makanan. Berbagai bentuk seperti perubahan klinis, dan
16
Sumber: Sehatq.com
Gambar: 2.9 Beras
Dalam masa penyimpanan beras, masalah kerusakan atau
perubahan pada beras sering terjadi. Kerusakan beras di tingkat
penyimpanan umumnya disebabkan oleh serangan hama-hama
gudang, seperti serangga, tungau, tikus, burung, dan kapang.
17
c. Penyimpanan
Produk pertanian yang disimpan harus dalam keadaan
kering dengan kadar air yang sesuai. Untuk negara-negara
beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi,
kadar air ideal berkisar antara 7-9% terutama untuk
komoditi yang disimpan lebih dari tiga bulan. Produk
disimpan di gudang penyimpanan dengan sirkulasi udara
yang baik. Jika memungkinkan, suhu dan kelembaban
diukur secara rutin selama periode penyimpanan.
Kenaikkan suhu 2 -3 °C dapat menunjukkan adanya
infestasi kapang atau serangga (Maryam, 2006). Untuk
produk yang dikemas, sebaiknya digunakan kemasan yang
memiliki pori-pori untuk sirkulasi udara, dan diletakkan
dengan menggunakan alas (papan).
B. Kerangka Konsep
19
20
Kota (LCB)
Bandar
Lampung
3 Merk dagang Merk beras Observasi Pengamatan Beras AB Nominal
putih yang Beras AK
dijual Beras SB
secara Beras RB
terbuka dan Beras RE
tidak Beras
terbuka di PAM
Pasar Pasir Beras
Gintung MWR
Beras
MRP
Beras
RWS
E. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dari 12
toko yang menjual 9 merk beras , dengan populasi berjumlah 18 dan sampel
berjumlah 18 beras yang dijual di Pasar Pasir Gintung Kota Bandar Lampung
yang diambil dari 9 merk beras yang berbeda pada setiap toko. Pengumpulan
data dilakukan dengan tiga tahap yaitu:
1. Prosedur Penelitian
a. Mengajukan permohonan izin penelitian dari Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Tanjungkarang untuk melakukan
penelitian di Laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis. Mengajukan permohonan surat izin
pengambilan sampel kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.
Kemudian membawa surat izin tersebut ke Dinas Kesehatan dan
membawa ke Dinas pasar terkait.
b. Pengumpulan sampel penelitian.
1) Makroskopis
a) Aspergillus flavus
Keterangan
Warna : Hijau Kekuningan
Sifat Pertumbuhan : Lambat
Bentuk : Berserabut
b) Aspergillus niger
Keterangan
Warna : Hitam
Sifat Pertumbuhan : Lambat
Bentuk : Berserabut
c) Aspergillus fumigatus
Keterangan
Warna : Hijau Tua
Sifat Pertumbuhan : Lambat
Bentuk : Berserabut
d) Aspergillus terreus
Keterangan
Warna : Coklat Kekuningan
Sifat Pertumbuhan : Cepat (Surya, 2020)
2) Mikroskopis
a) Aspergillus flavus
A. flavus tampak vesikel yang berbentuk bulat hingga
lonjong, konidianya berbentuk bulat, dan konidiofornya
panjang berbentuk silinder.
b) Aspergillus niger
A. niger tampak vesikel yang berbentuk bulat, permukaan
vesikelnya terdapat sterigma kemudian fialid, dimana
konidianya terdapat. Konidianya berbentuk bulat, dan
Konidioforanya panjang dan berbentuk silinder serta tidak
berwarna (hialin).
c) Aspergillus fumigatus
24
x
N= X 100%
y
Keterangan:
N = Nilai persentase beras yang tercemar Aspergillus
spp
x = Jumlah sampel yang tercemar dan tidak tercemar
jamur Aspergillus spp
y = Jumlah sampel yang diperiksa
DAFTAR PUSTAKA
25
Lestari, T. 2020. Keamanan Pangan Sebagai Salah Satu Upaya Perlindungan Hak
Masyarakat Sebagai Konsumen. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah
Sosial, 11(1), 57-72.
Munarso, S.,dkk. 2020. Mutu Fisik Beberapa Segmen Beras: subsidi, non-subsidi
dan impor. Jurnal Standardisasi, 22(2), 85-94.
Rianti, P., dkk. 2020. Identifikasi Jamur Aspergillus sp pada Beras Putih (Oryza
sativa L) Yang Dijual di Pasar Basah Mall Mandonga Kota Kendari
Sulawesi Tenggara (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
Sujito, Mamud Y. 2016. Pemutuan Fisik Beras dengan Teknik Pelabelan Flood
Filling dan Pengukuran Parameter Rgb Citra Digital. Jurnal Informatika
Merdeka Pasuruan, 1(3), 264569.
Surya, C. 2020. Cemaran Jamur Aspergillus spp pada Beras Yang Dijual Di Pasar
Tradisional Way Kandis Kota Bandar Lampung (Doctoral dissertation,
Poltekkes Tanjungkarang).