MUMPS (GONDONG)
Tugas ini disusun untuk memenuhi ujian praktikum
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Semester I Prodi DIII Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Disusun oleh:
SUSILA RAHMAWATI
NIM. P07134118021
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya diberi
kesempatan berupa pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tetang gondong ini dapat
sebagai bahan referensi untuk penjelasan penyakit gondong.
(Penulis)
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………... i
Kata Pengantar…………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………
B. Tujuan…………………………………………………………………..
C. Manfaat…………………………………………………………………
A. Pengertian……………………………………………………………..
B. Epidemilogi…………………………………………………………….
C. Patogenesis dan Patologi……………………………………………
D. Temuan Klinis…………………………………………………………
E. Imunitas………………………………………………………………..
F. Komplikasi……………………………………………………………..
G. Diagnosis Laboratorium……………………………………………...
H. Pencegahan dan Pengendalian…………………………………….
I. Pengobatan……………………………………………………………
A. Kesimpulan…………………………………………………………….
B. Saran……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gondong adalah pembengkakan yang terjadi pada kelenjar parotis
(kelenjar ludah) akibat infeksi virus. Kelenjar parotis merupakan suatu
kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi air liur dan terletak tepat di
bawah telinga. Saat terjadi pembengkakan kelenjar parotis bagian sisi wajah
penderita akan terlihat membesar. Penyakit gondong merupakan penyakit
menular yang umumnya diderita oleh anak-anak. Penyakit ini disebabkan
oleh virus dari keluarga paramyxovirus.
Penyebaran virus gondong bisa terjadi melalui percikan ludah yang
dikeluarkan oleh penderita gondong ketika batuk atau bersin. Orang yang
sehat dapat tertular gondong apabila percikan masuk kehidung atau mulut
mereka, baik secara langsung ataupun lewat perantara. Misalnya akibat
berbagi peralatan makan dengan penderita atau menyentuh permukaan
benda-benda yang sudah terkontaminasi virus dari si penderita.
Gondong dapat menyebar dalam waktu beberapa hari. Karena itu,
upaya pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin. Caranya adalah dengan
menghindari kontak langsung dengan penderita dan menjalani imunisasi,
terutama bagi anak-anak di atas usia satu tahun.
B. Tujuan
1. Sebagai syarat kelulusan mata kuliah Bahasa Indonesia
2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang gondong (Mumps)
3. Untuk media pembelajaran tentang ilmu penyakit gondong
C. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah agar pembaca mengetahui
penyakit gondong (mumps) lebih dari sekedar pembengkakan kelenjar ludah.
Pembaca juga dapat mengetahui gejala gondong dan komplikasi penyakit
gondong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Gondong adalah penyakit akut yang ditandai oleh pembesaran kelenjar parotis
(kelenjar ludah) yang disebabkan oleh paramyxovirus. Jadi virus ini tidak
menyerang kelenjar ludah tapi juga menyerang prankeas, testis, ovarium dan
susunan saraf pusat. Letak kelenjar parotis berada di sisi kanan dan kiri wajah,
tepatnya di belakang wajah di bawah telinga. Fungsi utama dari kelenjar parotis
adalah mempoduksi air liur. Air liur itu nantinya digunakan untuk melindungi gigi
sekaligus membantu membasahi dan melembutkan makanan agar lebih mudah
melewati tenggorokan dan dicerna oleh usus.
Gondong juga terjadi inflamasi (peradangan) akut pada salah satu atau kedua
kelenjar parotis, dan kadang terjadi pada kelenjar sublingual atau submaksila
(kelenjar ludah utama di mulut). Umumnya penyakit gondong menyerang pada
anak-anak. Tetapi jarang sekali di jumpai pada anak usia di bawah satu tahun.
Yang sering pada anak usia 5-15 tahun. Lebih dari sepertiga penyakit gondong
tidak bergejala.
B. Epidemiologi
Gondong terjadi secara endemis di seluruh dunia. Kasus timbul sepanjang
tahun. Wabah terjadi dimana keadaan berdesak-desakan membantu penyebaran
virus. Gondong mulanya adalah infeksi pada anak-anak. Penyakit mencapai
insiden tertingginya pada anak-anak berusia 5-15 tahun, tetapi epidemic bisa
terjadi dalam perkemahan militer. Pada anak-anak di bwah 5 tahun, gondong
serigkali menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas tanpa parotitis.
C. Patogenesis dan Patologi
Manusia adalah satu-satunya inang (hospes) asli virus gondong.
Penularannya dari orang ke orang melalui droplet (percikan air ludah melalui
udara). Replikasi primer terjadi di sel epitel hidung atau saluran pernapasan atas.
Kemudian viremia menyebarkan virus ke kelenjar ludah dan sistem organ utama
lainnya.
Masa inkubasi bisa berkisar dari 7-25 hari tetapi rata-rata sekitar 18 hari.
Virus dilepaskan dalam air ludah sekitar satu minggu, sebelum sampai satu
minggu sesudah onset (serangan) pembengkakan kelenjar ludah. Sekitar sepertiga
individu yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala yang jelas (infeksi yang tidak
nyata) tetapi juga mampu menularkan infeksi. Sulit untuk mengendalikan penularan
gondong karena masa inkubasi yang bervariasi, terdapatnya virus dalam air liur
sebelum terjadinya gejala klinis, dan banyaknya kasus yang asimtomatik (tidak
menyadari gejala) tetapi infeksius.
Replikasi virus terjadi pada epitelium saluran napas atas mengakibatkan
viremia. Pada saat terjadinya infeksi pada sistem saraf pusat (SSP) atau jaringan
glandura atau keduanya, mengakibatkan infiltrasi perisvakular dan sel
mononuklear interstisial yang disertai dengan endeman. Nekrosis sel asinus dan
sel saluran epitel terjadi pada kelenjar saliva dan epitel germinal pada tubulus
seminiferous.
Testis dan ovarium bisa terjangkit terutama setelah pubertas. Duapuluh
persen laki-laki berusia lebih dari 13 tahun yang terinfeksi virus gondong menderita
orkhitis (peradangan akut pada testis) atau sering kali unilateral. Karena kurangnya
elastisitas tunika albuginea (organ kelamin pria), yang tidak memungkinkan
pembengkakan testis yang meradang maka penyulit ini terasa sangat nyeri. Bisa
terjadi atropi testis (tetis terletak di skrotum) sebagai akibat dari nekrosis (kematian
sel) karena tekanan, tetapi jarang menimbulkan kemandulan.
Gondong adalah penyakit viral sistemik dengan kecenderungan untuk
bereplikasi dalam sel-sel epitel pada berbagai organ dalam. Virus seringkali
menginfeksi ginjal. Sebagai akibatnya virus dapat terdeteksi dalam urine pada
sebagian besar pasien. Viruria dapat menetap selama lebih dari 14 hari setelah
onset gejala klinis. Susunan saraf pusat juga seringkali terinfeksi dan bisa terkena
tanpa adanya parotitis.
D. Temuan Klinis
Gambaran Klinis gondong mencerminkan pathogenesis infeksi. Setidaknya
sepertiga infeksi gondong adalah subklinis. Gambaran paling khas dari kasus
simtomatis adalah pembengkakan kelenjar ludah, dimana Paraxmysovirus di
temukan dalam saliva individu yang terinfeksi yang terjadi pada sekitar 95%
pasien.
Masa prodromal yang berlangsung selama 24 jam berupapa malaise,
anorexia, mialgia, sakit kepala, dapat terjadi demam dengan suhu 38,3 oC-40oC,
sakit telinga yang semakin hebat saat mengunyah dan nyeri saat meminum
cairan yang asam atau cairan fermentasi. diikuti oleh pembesaran kelenjar
parotis yang cepat seperti juga yang terjadi pada kelenjar ludah lainnya.
Pembesaran kelenjar menyebabkan rasa nyeri.
Gondong menyebabkan 10-15% kasus meningitis aseptik yang terdapat di
AS (Amerika Serikat) dan lebih sering pada pria daripada wanita.
Meningoensefalitis biasanya terjadi 5-7 hari setelah peradangan kelenjar ludah.
Kasus meningitis dan meningoensefalitis gondong sembuh tanpa sisa, walaupun
pernah terjadi ketulian unilateral. Angka kematian dari esefalitis gondong sekitar
1%.
E. Imunitas
Imunitas bersifat permanen setelah suatu infeksi. Hanya ada satu tipe
antigen virus gondong dan tidak menunjukkan variasi antigen yang berarti.
Antibodi terhadap glikoprotein HN (Hemaglutinin Neuraminidase) atau antigen V,
glikoprotein F dan protein nukleokapsid dalam antigen S. timbul awal 3-7 hari
setelah onset gejala klinis, tetapi bersifat sementara dan menghilang dalam 6
bulan, antibodi terhadap antigen V terbentuk lebih lambat (sekitar 4 minggu
setelah onset) tetapi menetap bertahun-tahun.
Imunitas pasif dipindahkan dari ibu kepada anaknya, denga demikian jarang
terlihat gondong pada bayi di bawah 6 bulan.
Sekitar 50% kasus terjadi pada orang dewasa muda, sisanya terjadi pada anak
yang lebih muda atau orang dewasa yang luluh imun. Biasaya penyakit gondong
memuncak selama akhir musim dingin dan awal musim semi.
F. Komplikasi
Komplikasinya bisa agak mengerikan. Komplikasi yang cukup berbahaya
adalah bila menyerang otak dan kelenjar-kelenjar seks. Karena ia bisa
menyebabkan tuli dan terjadi peradangan pada ginjal. Jika tidak diobati, penyakit
parotitis ini bisa menyebabkan peradangan dan pembengkakan di beberapa
bagian tubuh, seperti:
1. Orchitis
Infeksinya bisa menyerang buah zakar (orchitis). Ini yang dimaksud kelenjar
seks. Dan bila kedua buah zakar terserang, bisa terjadi kemandulan. Hal ini
disebabkan karena buah zakar adalah alat yang memproduksi spermatozoid
(sel-sel mani). Kalo alat ini rusak, jelas tidak mungkin dapat membuat
keturunan. Dan hal ini tidak dapat diperbaiki. Bila hal itu terjadi, saat-saat
diserang tandanya adalah buah zakar membesar dan seluruh tubuh merasa
demam serta nyeri.
2. Pankreas
Peradangan pankreas, yang terletak di usus dua belas jari, yakni antara
lambung dan usus halus. Pankreas pembuatan insulin yang mengatur
pemakaian gula dalam darah. Rusaknya pankreas biasanya akan
menyebabkan penyakit gula. Umumnya tanda-tandanya adalah terjadinya
sakit pada daerah perut pada saat terjadi atau terserang gondong, pada hari
ketujuh.
3. Radang Otak
Radang pada otak atau encephalitis, Kondisi ini akan memunculkan gejala
demam tinggi, leher kaku, sakit kepala, mual, dan muntah, mengantuk, serta
kejang. Biasanya gejala akan dimulai pada minggu pertama setelah kelenjar
air liur membengkak. Kondisi ini sangat membahayakan hidup pasien,
namun demikian kematian akibat gondong dan komplikasinya jarang terjadi.
4. Meningitis
Infeksi virus dapat menyebar melalui aliran darah dan menginfeksi membran
dan cairan yang ada pada sumsum tulang belakang. Kondisi ini dikenal
dengan meningitis.
6. Komplikasi lainnya
Walaupun jarang terjadi, infeksi virus dapat menyebar ke area koklea dan
bisa menyebabkan gangguan pendengaran permanen pada satu atau kedua
telinga. Selain itu, penyakit gondongan dapat meningkatkan risiko wanita
hamil mengalami keguguran dibanding wanita yang hamil sehat.
G. Diagnosis Laboratorium
Studi laboratorium biasanya tidak dibutuhkan dalam menetapkan diagnosis
kasus tertentu, tetapi kadang-kadang gondong dapat keliru dengan pembesaran
parotis karena supurasi, kepekaan terhadap obat, tumor, dll.
Pada kasus tanpa parotitis (khususnya meningitis aseptik), pemeriksaan
laboratorium bisa membantu dalam menetapkan diagnosis.
1. Isolasi dan identifikasi virus
sample klinis yang paling layak untuk isolasi virus adalah air liur, cairan
seresbropinal dan urine yang dikumpulkan dalam beberapa hari stelah onset
penyakit. Virus dapat ditemukan dalam urine selama lebih dari 2 minggu.
Setelah ginjal kera lebih disukai untuk isolasi virus. Sampel sebaiknya
segera diisolasi setelah pengumpulan, karena virus gondong sangat
thermolabil. Untuk diagnosis segera, imunifluoresen menggunakan antiserum
spesifik gondong dapat mendeteksi antigen virus gondong dalam 2-3 hari
setelah inokulasi kultur sel dalam vial.
Dalam sistem kultur tradisional, efek sitopatik tertentu dari virus gondong
berupa retetan sel dan pembentukan giant cell. Karena tidak semua isolasi
primer menunjukkan pembentukan sinsitial yang khas, tes hemadsorbsi bisa
digunakan untuk menunjukkan keberadaan agen hemadsorbsi 1-2 minggu
setelah inokulasi. Suatu isolasi dapat dipastikan sebagai virus gondong
melalui penghambatan hemadsorbsi menggunakan antiserum spesifik
gondong.
2. Serologi
Peningkatan antibodi dapat terdeteksi melalui sera berpasangan suatu
kenaikan titer antibody empat kali lipat lebih tinggi merupakan bukti adanya
infeksi gondong. Seringkali digunakan ELISA dan tes HI.
ELISA sangat berguna karena dapat dirancang untuknmendeteksi baik
antibodi IgM spesifik gondong maupun antibodi igGspesifik gondong. IgM
gondong hadir bersama pada awal penyakit dan jarang menetap lebih dari 60
hari. Karena itu, pemunculan IgM spesifik gondong dalam serum yang
tergambar pada awal penyakit menunjukkan adanya infeksi. Antibodi
heterotipik yang dirangsang oleh infeksi virus para influenza tidak bereaksi
silang dalam ELISA IgM gondong.
I. Pengobatan Gondong
Penyakit gondong bisa dicegah sedini mungkin dengan memberikan vaksin
MMR (Mumps Morbili Rubella) pada anak-anak. Pemberian vaksin diberikan saat
anak berusia 1 tahun dan harus di ulang lagi pada saat usia 5 tahun.
Pada orang yang tidak mendapatkan vaksin pada saat kecil, maka langkah
pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan cara selalu menjaga kebersihan
tangan, tidak berbagi peralatan mandi atau peralatan makan dengan orang lain,
menggunakan kertas tisu ketika bersin atau batuk agar bisa langsung dibuang,
dan memakai masker. Bagi penderita gondong, dianjurkan untuk tidak
beraktivitas dulu di luar rumah paling tidak selama 5 hari setelah gejala pertama
muncul, untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.
Banyak minum air putih dan hindari minuman yang mengandung asam,
mengompres bagian yang bengkak dan terasa sakit dengan air hangat dan
hindari dengan yang dingin- dingin, Mengonsumsi makanan yang lunak seperti
bubur, mengonsumsi obat pereda rasa sakit seperti ibuprofen dan paracetamol.
Pengobatan di lakukan di bawah pengawasan dokter yang merawat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak kemungkinan seseorang terkena penyakit gondong, dan
banyak kemungkinan terjadinya komplikasi yang diakibatkan penyakit
gondong. Dengan penangana yang tepat dan pengobatan yang cepat
kemungkinan terjadi resiko komplikasi penyakit gondong sangatlah kecil.
Perhatikan gejala dan tada penyakit gondong seperti demam, nyeri otot,
pembengkakan pada kelenjar parotis yang di sertai dengan rasa nyeri, dll.
B. Saran
Kita sebagai tenaga analis kesehatan mampu mengenali tanda-tanda
penyakit gondong dan gejalanya. Jika seseorang terdiagnosis penyakit
gondong, segera melakukan pemeriksaan laboratorium, agar penyakit
gondong tersebut tidak terjadi komplikasi yang semakin berat.
DAFTAR PUSTAKA
Mitchell, RN., Kumar, V., Abbas, A.K, Fausto, N. 2008. Dasar Patologis Penyakit.
Andry Hartono. Jakarta: EGC.