Anda di halaman 1dari 53

FARMAKOTERAPI II

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

NAMA KELOMPOK :
Ratna Sari Dewi

: 12040021

Lia Ikromah

: 12040032

Mutiara Yuliandini Akmal

: 12040036

Tuwistika Riski Susanti

: 12040051

Santi Novianti

: 12040061

Wahyu Nurcahyo

: 12040052

Ebih Maibana

: 12040062

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH


TANGERANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat
adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk-pilek, disebabkan oleh
virus, dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi
pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Menurut definisi Depkes, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
diderita oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2008). Penyakit infeksi ini
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI,
2006).
ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia (radang paru-paru) sering
terjadi pada anak-anak terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi
dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat. Risiko terutama terjadi pada
anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan
cacing, serta tidak tersedianya atau malah berlebihannya pemakaian
antibiotik.
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit
menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap
tahun, 98% nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat
mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama

di Negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu


pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap
difasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak.
Hingga saat ini angka kematian akibat ISPA yang berat masih sangat
tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat
dalam keadaan parah/lanjut dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang
gizi.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari tugas ini adalah untuk meningkatkan pemahaman serta
wawasan terhadap infeksi saluran napas dan penatalaksanaannya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut

1.

Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi
saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan
paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai
struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau
berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian
dan ataulebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga
alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura (Nelson, 2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala
akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan
atau

struktur

yang

berhubungan

berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

dengan

pernafasan

yang

2.

Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia
dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan

3.

Miksovirus,

Adnovirus,

Koronavirus,

Pikornavirus,

Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).


Tanda Dan Gejala ISPA
Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat
berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam
dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit
tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita
radang paru (pneumonia), bila infeksi paru ini tidak diobati dengan

4.

anti biotik akan menyebabkan kematian.


Patofisiologi ISPA
Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran
nafas. Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola
kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas
seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk,
refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena
menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen

dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya


terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun
5.

bawah.
Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur dibawah
2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1) Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk
golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau
lebih.
2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan
umur kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun

b.

sampai kurang dari volume yang biasa diminum)


b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin.
Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding
dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik
nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang, tidak menangis atau meronta).
2) Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a) Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau
lebih
b) Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3) Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah
dan tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan
umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
a) Tidak bisa minum

b)
c)
d)
e)

Kejang
Kesadaran menurun
Stridor
Gizi buruk

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :


a.

b.

ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak.
ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih
dari 39C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti

c.

mengorok.
ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak
teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru

6.

(sianosis) dan gelisah.


Penyebab penyakit ISPA
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk
kesaluran nafas. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap
pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk
memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan
masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu
melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar
kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa
disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak
masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas.
Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti
Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen
yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002).

7.

Faktor resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :

1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan,
lakilakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena
mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering
berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak
terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena
banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil
menggendong anaknya.
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen
kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang
kurang

di

masyarakat

akan

gejala

dan

upaya

penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang


datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan
berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta
b.

pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.


Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga
mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit
ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5
sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga
yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan
tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang
akan masuk kedalam tubuh.
2) Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a) Bahan bangunan
i. Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang
penting disini adalah tdak berdebu pada musim

kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk


memperoleh lantai tanah yang padat (tidak
berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air
kemudian dipadatkan dengan benda-bendayang
berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang
basah dan berdebu merupakan sarang penyakit
ii.

gangguan pernapasan.
Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping
mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk
daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak
cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya
di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab
meskipun jendela tidak cukup, maka lubanglubang pada dinding atau papan tersebut dapat
merupakan

iii.

ventilasi,

dan

dapat

menambah

penerangan alamiah.
Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai
baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis,
juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan
masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun
demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau
daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng
ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
di samping mahal juga menimbulkan suhu panas

iv.

didalam rumah.
Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng
adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman
bahan-bahan

ini

tahan

diperhatikan

bahwa

lama.

Tapi

lubanglubang

perlu
bambu

merupakan

sarang

tikus

yang

baik.

Untuk

menghindari ini cara memotongnya barus menurut


ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada
ujung-ujung bambu yang digunakan untuk kaso
tersebut ditutup dengan kayu.
b) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di
dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti
kadar CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukupnya
ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam
ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan
media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen
(bakteri-bakteri penyebab penyakit)
c)

Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,
tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya
cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama
cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga
merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup
dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya
terlalu

banyak

cahaya

didalam

rumah

akan

menyebabkan silau, dam akhirnya dapat merusakan


c.

mata.
Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu
(Lamsidi, 2003) :
1) Cerobong asap

Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrikpabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas
(vertikal). Cerobongtersebut dibuat agar asap bisa keluar ke
atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat
horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang
melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan
mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah
dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh
media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bias
menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut
dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara,
apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari
polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan
oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk
memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah
bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.
2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar
4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein,
acetilen, benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di
d.

bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.


Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom
dikutip dari Effendy (2004) menyebutkan bahwa lingkungan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan

masyarakat,

sehat

atau

tidaknya

lingkungan

kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung


pada perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat
kesehatan juga dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya membuat
ventilasi rumah yang cukup untuk mengurangi polusi asap

maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada orang


yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu
keluarga yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa
juga disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan
seharihari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang dan
kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh
mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
8.

Tanda dan gejala


ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap
bagian saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi
infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler,
bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare
(Muttaqin, 2008).
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam,
pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus
(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret,
stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan
dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan
dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003).
Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002)
adalah
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika
b.

dahi anak diraba.


Gejala dari ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai


gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang
berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per
menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara
menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah
tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat
digunakan arloji.
2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.

c.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.


6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernafas.
3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak

9.

tampak gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah.
Penatalaksanaan Kasus ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan
kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga
tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya
penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA).

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan


petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak
mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek
biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk
tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari
tindakan

penunjang

yang

penting

bagi

pederita

ISPA

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai


berikut:
a.

Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit
anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya,
melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama
pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan
meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan
tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu
membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat
tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit.
Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit

b.

pneumonia dapat didiagnosa dan diklasifikasi.


Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA
sebagai berikut :
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek,
bias disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,
tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia.

c.

Pengobatan

1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan


antibiotic parenteral, oksigendan sebagainya.
2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau
ternyata

dengan

pemberian

kontrmoksasol

keadaan

penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti


yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik.
Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang
tidak

mengandung

zat

yang

merugikan

seperti

kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam


diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan

gejala

batuk

pilek

bila

pada

pemeriksaan

tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai


pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus
diberi antibiotic (penisilin) selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda
bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan
selanjutnya.
d.

Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi
dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).

2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih
jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap
diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah
parah sakit yang diderita.
5) Lain-lain
a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut
yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak
dengan demam.
b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi
c)

yang lebih parah.


Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu

yang berventilasi cukup dan tidak berasap.


d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak
memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter
e)

atau petugas kesehatan.


Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain
tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh
tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.
Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke
petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.

10. Pencegahan ISPA


Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:

a.

Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik


Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu
akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama
antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi
makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih,
olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya
itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh
yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat,
sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan

masuk ke tubuh kita.


b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada
anak-anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk
menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang
baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada
di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup
asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA.
Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan
oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah
terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk
ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus /
bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu
suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni
Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang
dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara),
yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).

BAB III
STUDI KASUS
Kasus 1
1. Identitas Pasien
Klinik
Tanggal
Nama Pasien
Umur
Nami Ibu
Agama
Alamat
Pekerjaan Orang Tua
No. RMK

: Kesehatan anak
: 13 Juli 2015 jam 09.00 WIB
: An. Agus
: 1 tahun 7 bulan
: Suri
: Islam
: Handil Bakti No.10 Rt. 18
: Swasta
: 563094

2. Anamnesis
Seorang ibu membawa anak umur 1 tahun 7 bulan datang ke RSU Kasih
Bunda Tangerang berobat ke poli klinik anak. Dengan keluhan bahwa anak
tersebut mengalami batuk pilek, sesak napas, makan minum kurang dari
biasanya, dan sariawan selama 3 hari sebelumnya. Pada awalnya anak
tersebut hanya mengalami batuk pilek dan tidak terlalu parah, tidak minum
obat apapun hanya di kompres dengan air hangat.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu

Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak pernah mengalami penyakit yang di


derita saat ini.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit TBC, hepatitis menurun
seperti Asma, DM, dan tidak mempunyai penyakit jantung.
5. Riwayat Psiko-Sosial
Anak tinggal di rumah dengan ukuran 7,5 x 7,5 m, terdiri dari 2 kamar,
dengan jendela 3 buah, dan ventilasi cukup. MCK di kamar mandi , air
minum menggunakan air isi ulang tidak di masak sebelum dikonsumsi.
Pembuangan sampah di depan rumah dan jarang di ambil oleh petugas
sampah. Jarak rumah dengan tetangga berdekatan. Orang tua penderita
mengatakan di lingkungan sekitar rumah (tetangga dekat dan keluarga
terdekat) tidak ada menderita sakit tenggorokan dan TBC. Di wilayah
penderita sedang banjir dan anaknya suka bermain banjir dengan temantemannya.
6. Data Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan 3x sehari komposisi nasi, lauk , sayur dan minum susu
b. Eliminasi
BAK : frekuensi
: 3x/hari
warna
: kuning jernih
bau
: khas amoniak
BAB : frekuensi
: 1x/hari
Warna
: kuning
Bau
: khas feses
Konsistensi : lembek
c. Pola Istirahat/ tidur
Siang
: 3 jam
Malam
: 9 jam
d. Kebersihan diri
Mandi
: 2x/hari
Keramas
: 2x/hari
Sikat gigi
: 2x/hari
Ganti baju : 3x/hari
7. Riwayat alergi dan pengobatan
Tidak pernah mengalami Alergi makanan & obat (-), sebelumnya belum di
bawa berobat

8. Riwayat imunisasi :
Imunisasi tidak lengkap.
9. Riwayat kelahiran dan perkembangan
Lahir normal di bidan
10. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: composmentis
TTV
: HR : 120x/menit
RR : 35x/menit
S
: 37,5oC
BB
: 25 kg
TB
: 117cm
11. Pemeriksaan Fisik
Kepala
:mesochepal
Muka
:simetris, tidak oedem
Mata
:simetris, konjungtiva merah muda, sklera
putih.
Telinga
: bersih, tidak ada penumpukan kotoran.
Hidung
: kotor, adanya lendir.
Mulut
: ada sariawan.
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Abdomen
: kembung.
Genetalia
: bersih, tidak ada kelainan.
Ekstremitas atas : simetris , jari-jari lengkap gerakan aktif.
Bawah
: simetris , jari-jari lengkap.
12. Resume
Nama
: An. Agus
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 1 tahun 7 bulan
Berat badan
: 25 Kg
DO
: KU : baik
TTV
: HR: 120x/menit
RR
: 35x/menit
S
: 37,5oC
Keluhan
: 3 hari batuk pilek, sesak napas, dan sariawan.
13. Assesement
Setelah di periksa dengan teliti An. Agus terdiagnosa ISPA ringan
14. Penatalaksanaan Ispa
a. Non farmakologi
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
2) Immunisasi.

3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan


4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
5) Tidak membiarkan anak bermain banjir
b. Farmakologi
R/
Amoksisilin
syr no I
S 3 d.d cth I
Dosis lazim 125 mg/5 ml 250mg /5ml
R/
Kandistatin drop
No I
S 3 d.d 4 ml
Dosis lazim 100,000 iu/mL x 12 mL
R/
Efedrin
81 mg
Dosis lazim 25 mg
Bromhexin
5 mg
Dosis lazim 8 mg
Metilprednisolon
12 mg
Dosis lazim 4-8 mg
CTM
9,45 mg
Dosis lazim 4 mg
Sirupus simplex
qs
Aqua ad
45 ml
m.f.l.a syrup
S p.r.n 3 d.d cth I
(batuk)
1) Amoksisilin
Indikasi:
Amoksisilina efektif terhadap penyakit: Infeksi saluran pernafasan
kronik dan akut: pneumonia, faringitis (tidak untuk faringitis gonore),
bronkitis, langritis. Infeksi sluran cerna: disentri basiler. Infeksi saluran
kemih: gonore tidak terkomplikasi, uretritis, sistitis, pielonefritis. Infeksi
lain: septikemia, endokarditis.
Kontra Indikasi:
Pasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.
Komposisi:
Tiap sendok teh (5 ml) suspensi mengandung amoksisilina trihidrat setara
dengan amoksisilina anhidrat 125 mg.
Tiap kapsul mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina
anhidrat 250 mg.
Tiap kaptab mengandung amoksisilina trihidrat setara dengan amoksisilina
anhidrat 500 mg.
Cara Kerja Obat:
Amoksisilina merupakan senyawa penisilina semi sintetik dengan aktivitas
anti bakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid.

Aktivitasnya mirip dengan ampisilina, efektif terhadap sebagian bakteri


gram-positif dan beberapa gram-negatif yang patogen.
Bakteri patogen yang sensitif terhadap amoksisilina adalah Staphylococci,
Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H. influenzae,
E. coli dan P. mirabilis.
Amoksisilina kurang efektif terhadap spesias Shigella dan bakteri
penghasil beta-laktamase.
Posologi:
Dosis amoksisilina disesuaikan dengan jenis dan beratnya infeksi.
Anak dengan berat badan kurang dari 20 kg: 20 - 40 mm/kg berat badan
sehari, terbagi dalam 3 dosis.
Dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 20 kg: 250 - 500 mg
sehari, sebelum makan.
Gonore yang tidak terkompilasi: amoksisilina 3 gram dengan probenesid 1
gram sebagai dosis tunggal.
Efek Samping:
Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi seperti urtikaria,
ruam kulit, pruritus, angioedema dan gangguan saluran cerna seperti diare,
mual, muntah, glositis dan stomatitis.
Interkasi Obat:
Probenesid memperlambat ekskresi amoksisilina.
Cara Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering.
Peringatan dan Perhatian:
Pasien yang alergi terhadap sefalosporin mengakibatkan terjadinya "cross
allergenicity" (alergi silang).
Penggunaan dosis tinggi atau jangka lama dapat menimbulkan
superinfeksi (biasanya disebabkan: Enterobacter, Pseudomonas, S. aureus,
Candida), terutama pada saluran gastrointestinal.
Hati-hati pemberia pada wanita hamil dan menyusui dapat menyebabkan
sensitivitas pada bayi.
Harus Dengan Resep Dokter
2) Kandistatin
komposisi
Tiap ml mengandung: Nystatin 100.000 IU.
Farmakologi

Nystatin adalah antibiotika antifungal yang berasal dari Sfreptomyces


noursei. Aktifitas antifuhgalnya diperoleh dengan cara mengikatkan diri
pada sterol membran sel jamur, sehingga permeabilitas membran sel
tersebut akan terganggu dan komponen intraselular dapat hilang.
Spektrum
Nystatin mempunyai aktifitas fungisidal atau fungistatika terhadap
berbagai jenis ragi (yeast) dan jamur (fungi) termasuk Candida (Monilia)
spp, akan tetapi tidak aktif terhadap bakteria, virus atau protozoa.
Farmakokinetika
Setelah pemberian per oral, nystatin hanya sedikit diab-sorpsi dari saluran
cerna. Hampir seluruhnya diekskresi melalui feses dalam bentuk tidak
diubah.
Indikasi
Pengobatan kandidiasis pada rongga mulut.
Kontra Indikasi
Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap Nystatin.
Peringatan Dan Perhatian
a. Dianjurkan untuk melakukan KOH smear, kultur atau metoda
diagnosa lainnya untuk menegakkan diagnosa kandidiasis dan
bukan infeksi karena patogen lainnya.
b. Walaupun sudah terjadi perbaikan gejala pada awal pengobatan,
pengobatan harus tetap diteruskan sesuai dosis yang dianjurkan.
c. Jangan digunakan untuk pengobatan mikosis sistemik.
d. Hentikan pengobatan bila terjadi iritasi atau sensitisasi.
e. Pemberian pada wanita hamil dilakukan dengan mempertimbangkan manfaatdan resikonya terhadap janin.
f. Hati-hati bila diberikan pada wanita menyusui.
Efek Samping
Pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Kadang-kadang dapat
dijumpai efek samping seperti diare, mual, muntah dan gangguan
gastrointestinal. Jarang terjadi ruam, termasuk urtikaria dan sangat jarang
sekali ditemukan Steven Johnson Syndrome.
Overdosis
Dosis oral lebih dari 5.000.000 IU sehari dapat menyebabkan mual dan
gangguan gastrointestinal.
Dosis dan Cara Pemberian
Bayi

Dosis yang dianjurkan adalah 4 X 1 -2 ml sehari. Dalam studi klinis


terbatas pada bayi prematur dan bayi dengan berat badan kurang,
disebutkan bahwa dosis 4 X 1 ml sehari sudah efektif.
Anak dan dewasa
4 X 1-6 ml diteteskan ke dalam mulut dan ditahan untuk beberapa waktu
sebelum ditelan. Pemberian pada bayi dan anak-anak : 1/2 dosis diteteskan
pada masing-masing sisi mulut.Pengobatan sebaiknya dilanjutkan hingga
48 jam setelah gejala-gejala menghilang dan kurtur normal kembali. Bila
keluhan dan gejala memburuk atau menetap (hingga 14 hari setelah
pengobatan), penderita harus direevaluasi dan dipertimbangkan untuk
diberikan pengobatan alternatif.
Presentasi Candistin
Dus, botol @ netto 12 ml yang dilengkapi dengan pipet penetes dengan
tanda garis 0,25 ml. & 0,5 ml.
Harus Dengan Resep Dokter
simpan di tempat kering dan sejuk.
3) Efedrin
Cara Kerja Obat:
Ephedrine bekerja sebagai bronkodilator yang mempengaruhi sistem saraf
adrenergik secara langsung maupun tidak langsung.
Indikasi:
Pengobatan bronkospasme (asma bronkial)
Kontraindikasi
a. Penderita yang hipersensitif terhadap ephedrine
b. Penderita tukak lambung hipertiroid, penyakit jantung, diabetes
dan hipertensi.
Dosis:
0,25-1mg/kgBB/hr dibagi dalam 3 - 4 dosis.
Efek Samping:
a. Gastrointestinal : mual, muntah, diare
b. Susunan saraf pusat : sakit kepala, insomnia
c. Kardiovaskuler : palpitasi, takikardia, aritmia ventrikuler
d. Pernafasan : Tachypnea
e. Lain-lain : ruam kulit, hiperglikemi
Peringatan dan Perhatian:
a. Hati-hati pemberian pada penderita hipoksemia, penderita
gangguan fungsi hati dan ginjal, penderita di atas 55 tahun
terutama pria dan penderita penyakit paru-paru kronik.
b. Hati-hati pemberian pada wanita hamil, menyusui dan anak-anak.

c. Jangan melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam 1 (satu)


jam gejala-gejalanya masih tetap atau bertambah buruk, agar
menghubungi dokter atau Rumah Sakit terdekat.
d. Dapat terjadi retensi urine pada penderita hipertrofi prostate dan
dapat mengiritasi saluran gastrointestinal.
e. Bila belum pernah menggunakan obat ini agar konsultasikan
dahulu ke dokter untuk memastikan bahwa anda menderita asma.
f. Hentikan penggunaan obat ini jika terjadi jantung berdebar-debar
Simpan di tempat sejuk dan terhindar dari cahaya

4) Metilprednisolon
Komposisi:
Tiap tablet mengandung Metilprednisolon 4 mg, 8 mg, dan 16 mg
Farmakologi:
Metilprednisolon adalah glukokortioid turunan prednisolon

yang

mempunyai efek kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa


induknya. Metilprednisolon tidak mempunyai aktivitas retensi natrium
seperti glukokortikoid yang lain.
Indikasi:
Abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, keadaan alergi dan
peradangan pada kulit dan saluran pernafasan tertentu, penyakit
hematologik, hiperkalsemia yang berhubungan dengan kanker.
Kontraindikasi:
a. Infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersensitif.
b. Pemberian kortikosterooid yang lama merupakan kontraindikasi
pada ulkus duodenum dan peptikum, osteoporosis berat, penderita
dengan riwayat penyakit jiwa, herpes.
c. Pasien yang sedang diimunisasi.
Dosis:
Dewasa:
Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam-macam dari 4 mg - 48
mg per hari, dosis tunggal atau terbagi, tergantung keadaan penyakit.
Dalam multiple sklerosis:
Oral 160 mg sehari selama 1 minggu, kemudian 64 mg setiap 2 hari sekali
dalam 1 bulan.
Anak-anak:
Insufisiensi - adrenokortikal:

Oral 0,117 mg/kg bobot tubuh atau 3,33 mg per m 2 luas permukaan tubuh
sehari dalam dosis terbagi tiga.
Indikasi lain:
Oral 0,417 mg - 1,67 mg per kg berat tubuh atau 12,5 mg - 50 mg per
m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi 3 atau 4.
Efek Samping:
Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau
pemberian dalam dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan
tubuh, kelemahan otot, resistensi terhadap infeksi menurun, gangguan
penyembuhan luka, meningkatnya tekanan darah, katarak, gangguan
pertumbuhan pada anak-anak, insufisiensi adrenal, cushing syndrome,
osteoporosis, tukak lambung.
Peringatan dan Perhatian:
a. Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali
memang benar-benar dibutuhkan, dan bayi yang lahir dari ibu yang
ketika hamil menerima terapi kortikosteroid ini harus diperiksa.
Kemungkinan adanya gejala hipoadrenalism.
b. Pasien yang menerima terapi kortikosteroid dianjurkan tidak
divaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang
mendapat dosis tinggi, untuk mencegah kemungkinan bahaya
komplikasi neurologi.
c. Tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak, karena penggunaaan
jangka
d.

panjang

dapat

menghambat

pertumbuhan

dan

perkembangan anak.
Jika kortikosteroid digunakan pada pasien dengan TBC latent
atau Tuber Culin Reactivity perlu dilakukan pengawasan yang teliti

e.

sebagai pengaktifan kembali penyakit yang dapat terjadi.


Ada peningkatan efek kortikosteroid pada pasien dengan

f.

hipotiroidi dari cirrhosis.


Tidak dianjurkan penggunaan pada penderita ocular herpes

g.

simplex, karena kemungkinan terjadi perforasi corneal.


Pemakaian obat ini dapat menekan gejala-gejala klinis dari suatu
penyakit infeksi.

h.

Pemakaian jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh

terhadap penyakit infeksi.


Interaksi obat:
a. Berikan
dengan makanan
b.

untuk

meminumkan

iritasi

gastrointestinal.
Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-steroid atau
antirematik lain dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal,

c.

perdarahan gastrointestinal.
Penggunaan bersama-sama dengan anti-diabetes harus dilakukan

penyesuaian dosis.
d. Pasien yang menerima vaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi
lain terutama yang mendapat dosis
5) Ctm (Chlorpheniramine Maleat)
Komposisi:
Tiap tablet mengandung: Chlorpheniramine maleat 4 mg, 8 mg, 16 mg
Farmakologi:
Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah
satu antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa
kantuk). Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai
obat tidur dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai obat
tunggal maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih
ditujukan untuk rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat
beristirahat.
CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan
efek samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui
mekanisme aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin
dalam tubuh manusia.
CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah,
bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk
mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai
pelepasan

histamin

endogen

berlebih.

Dalam Farmakologi

dan

Terapi edisi IV (FK-UI,1995) disebutkan bahwa histamin endogen


bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon yang
membentuk histamin dari histidin.

Dosis terapi AH1 umumnya menyebabkan penghambatan sistem saraf


pusat dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu
reaksi yang lambat. Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang
memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut
melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu,
pengguna CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai
kendaraan.
Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM
merupakan efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM
adalah sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada
resaptor histamin.
Indikasi:
Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria,
pruritis, dll.
Kontraindikasi:
Serangan asam akut, bayi premature
Dosis:
Dewasa: 3 - 4 kali sehari 0.5 - 1 tablet.
Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.
Efek Samping:
Sedasi, gangguan gastro intestinal, efek muskarinik, hipotensi, kelemahan
otot, tinitus, eufria, sakit kepala, merangsang susunan saraf pusat, reaksi
alergi, kelainan darah
Peringatan dan Perhatian:
Jangan mengemudi kendaraan

bermotor/mengoperasikan

mesin.

Glaukoma sudut sempit, hamil, retensi urin, hipertrofi prostat, lesi fokal
pada krteks serebri.
6) Bromhexine
Khasiat :
Bromhexine

bekerja

dengan

mengencerkan

sekret

pada

saluran

pernafasan dengan jalan menghilangkan serat-serat mukoprotein dan


mukopolisakaridayangterdapat pada sputum/dahaksehingga lebih mudah
dikeluarkan.
Indikasi :
Bekerja sebagai mukolitik untuk meredakan batuk berdahak
Efek Samping :

Mual, diare, gangguan pencemaan, perasaan penuh di perut, tetapi


biasanya ringan. Pernah dilaporkan efek samping: sakit kepala, vertigo,
berkeringat

banyakdan

ruam kulit,

juga dapat terjadi kenaikan

transaminase.
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap Bromhexine HCI.
Perhatian :
Hindari penggunaan BROMHEXINE pada tiga bulan pertama kehamilan
dan pada masa menyusui. Hati-hati penggunaan pada penderita tukak
lambung.
Aturan Pakai :
Tablet
Dewasa dan anak > 10 tahun 1x 3 tablet
Anak 5 10 tahun 31/2 tablet
Anak 2 5 tahun 21/2 Atau menurut petunjuk dokter.
Sirup
Dewasa dan anak >10 tahun: 3 x 10 ml per hari
Anak 5- 10 tahun: 3 x 5 ml per hari
Anak 2-5 tahun: 2 x 5 ml per hari Atau menurut petunjuk dokter.
Interaksi :
Pemberian bersamaan dengan antibiotika (amoksisilin, sefuroksim,
doksisiklin) akan meningkatkan konsentrasi antibiotika pada jaringan paru.
15. Pembahasan kasus
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Klasifikasi ISPA terdiri dari ISPA ringan, ISPA sedang, ISPA berat. Pada
kasus ini seorang pasien An. Agus umur 1 tahun 7 bulan terdiagnosa ISPA
ringan dengan bukti pemeriksaan fisik dan keluhan yang dirasakan seperti
batuk pilek, sesak napas, makan minum kurang dari biasanya dan sariawan
yang disebabkan kurangnya kebersihan di depan rumah pasien dan terjadinya
banjir.
Penata laksanaan untuk An. Agus disarankan kepada ibunya untuk
Menjaga keadaan gizi An.agus agar tetap baik, Immunisasi, Menjaga
kebersihan prorangan dan lingkungan, Mencegah anak berhubungan dengan
penderita ISPA, dan jangan bermain banjir dengan teman-temannya dan
meminum obat diantaranya:
a. Amoksisilin

Pemberian Amoksisilin kepada An. Agus karena Amoksisilin


merupakan antibiotik spektrum luas, aktif terhadap kuman-kuman
Gram positif dan sejumlah kuman Gram negatif. Secara umum pada
penderita ISPA di sebebkan oleh bakteri Streptococcus rentan (- atau
-hemolitik strain saja), S.pneumoniae, Staphylococcus, atau H.
influenzae. Amoksisilin bekerja dengan menghambat sintesis dinding
sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih pada ikatan penisilinprotein (PBPs Protein binding penisilins), sehingga menyebabkan
penghambatan pada tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan
dalam dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat,
dan sel bakteri menjadi pecah (lisis).
Amoksisilin tersedia sebagai kapsul atau tablet berukuran 125, 250,
dan 500 mg dan sirup 125mg/5ml. Dosis sehari dapat diberikan lebih
kecil daripada ampisilin karena absorpsinya lebih baik daripada
ampisilin, yaitu 3 kali 250-500 mg sehari. Dosis : oral dewasa 250
500 mg tiap 8 jam, bayi <3 kg 25 50 mg tiap 8 jam, bayi 6 8 kg 50
100 mg tiap 8 jam, anak <20 kg 20 40 mg/kgBB/hari tiap 8 jam,
anak >20 kg sama dengan dosis dewasa.
Pada resep ini amoksisilin diberikan 225 mg perkali pemberian.
Lama pemberian antibiotik pada resep ini sesuai dengan aturan
pemberian antibiotik yaitu 5 sampai 10 hari.
b. Kandistatin drop

Kandistatin mengandung nistatin 100.000 UI/ml suspensi. Nistatin


menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi, tetapi tidak aktif
terhadap bakteri, protozoa, dan virus. Nistatin terutama digunakan
untuk infeksi kandida di kulit, selaput lendir dan saluran cerna. Untuk
kandidiasis mulut dan esofagus orang dewasa diberikan dosis 500.000
1.000.000 unit 3 atau 4 kali sehari, pada anak dan bayi diberi bentuk
suspensi masing-masing 400.000 dan 200.000 unit empat kali sehari.
Pada resep ini candistatin drop diberikan 3 kali 1 ml, sehari.

Kandistatin digunakan pada pasien An. Agus karena adanya


sariawan atau sakit tenggorokan nystatin dapat menghambat
pertumbuhan berbagai jamur dan ragi. Nistatin terutama digunakan
untuk infeksi kandida di kulit, selaput lendir dan saluran cerna.
Memiliki aktivitas antifungi (anti jamur), yaitu dengan mengikat sterol
(terutama ergosterol) dalam membran sel fungi. Nystatin tidak aktif
melawan organisme (contohnya: bakteri) yang tidak mempunyai sterol
pada membran selnya. Hasil dari ikatan ini membuat membran tidak
dapat berfungsi lagi sebagai rintangan yang selektif (selective barrier),
dan kalium serta komponen sel yang lainnya akan hilang. Aksi utama
nystatin adalah melawan Candida (Monilia) spp.
c. Efedrin

Mukolitik yang diberikan pada kasus ini adalah bromheksin. Obat ini
berguna untuk mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkan dahak
dari saluran pernapasan. Serta memiliki efek samping yang lebih
ringan.
Efedrin memiliki dua mekanisme kerja utama, pertama mengaktifkan
reseptor alfa dan reseptor beta pasca sinaps terhadap noraedrenaline
secara tidak selektif. Kedua bekerja dengan melepaskan dopamin dan
serotonin dari ujung saraf.
Dosis lazim efidrin yaitu 25 mg dan pada resep ini di berikan 81 mg.
d. Bromhexin

Bromhexine merupakan obat dari golongan mukolitik (obat yang


dapat membantu menurunkan kekentalan sputum, khususnya dari
saluran napas bagian bawah) yang berasal dari turunan sintetik
alkaloid tumbuhan Adhatoda vasica. Sehingga obat ini diindikasikan
untuk pasien dengan radang pada bronkus baik akut maupun kronik
(emfisema, bronkitis, dan chronic asthmatic bronchitis).
Setelah diminum, obat ini bekerja dalam waktu setengah jam
sampai 1 jam kemudian. Obat ini tidak dapat memperbaiki fungsi

pertukaran gas di paru, hanya membantu dalam mengatur kekentalan


cairan / sekret pada bronkus.
Penggunaan bersamaan dengan antibiotik terutama amoxicillin,
cefuroxime, erythromycine, dan doksisiklin meningkatkan efek kerja
antibiotik di paru paru.
Obat ini diminum dengan dosis yang berbeda beda sesuai usia.
Pada orang dewasa dan anak diatas 10 tahun, dosis yang dianjurkan
adalah 8 16 mg setiap hari, dengan frekuensi pemberian tiga kali
sehari. Anak dengan rentang usia 5 10 tahun dapat diberikan dengan
dosis 4 mg, tiga kali dalam sehari. Sedangkan anak dibawah usia 5
tahun, dosis yang dapat diberikan adalah 2 mg, dengan frekuensi
pemberian tiga kali sehari.
Jika dosis didasarkan pada berat badan untuk anak, dosis
Bromhexine adalah 0,5 mg/kgBB/hari. Lama pengobatan dengan
Bromhexine tidak boleh melebihi 8 10 hari tanpa konsultasi dengan
dokter.
e. Metilprednisolon
Metilprednisolon merupakan antiinflamasi yaitu kortikosteroid
golongan

glukokortikoid

kerja

singkat

sampai

sedang.

Metilprednisolon berdaya 20% lebih kuat dari prednisolon. Dosis : oral


2 60 mg/hari, pemeliharaan 4 mg sehari. Pada kasus ini pemberian
kortikosteroid berguna sebagai antiinflamasi.
Methylprednisolone bekerja dengan menekan sistem kekebalan tubuh
untuk mengurangi gejala peradangan seperti pembengkakan, nyeri,
dan ruam. Obat ini dapat digunakan untuk menangani peradangan atau
inflamasi dalam berbagai penyakit, misalnya penyakit Crohn, kolitis
ulseratif, alergi, artritis reumatoid, asma, serangan multiple sclerosis,
serta jenis-jenis kanker tertentu.
f.

CTM
Diagnosa pada khasus ini adalah

ISPA (infeksi saluran

Pernafasan Atas) sehingga obat yang mengandung kortikosteroid dan


antihistamin dapat diberikan. Antihistamin yang digunakan pada kasus
ini adalah klorfeniramin maleat, merupakan derivat klor dengan daya

kerja 10 kali lebih kuat. Klorfeniramin maleat digunakan untuk reaksi


alergi yang ringan: iritasi hidung, mata dan tenggorokan. Dosis anak
0,35 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis. Bentuk sediaan : tablet 4
mg, sirup 2,5 mg/5 ml. Efek sampingnya sedatif ringan.
Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis
reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin
pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos,
selain

itu

klorfeniramin

maleat

dapat

merangsang

maupun

menghambat susunan saraf pusat


g. Sirupus Simplex

Sirupus Simplek merupakan Larutan pekat gula dalam air


dengan atau tanpa flavoring agent dan bahan berkhasiat obat. Sirup
mengandung flavoring agent mengandung bahan obat disebut sebagai
Non-Medicated Sirup / Flavored Vehicle Syrup. Hanya digunakan
sebagai bahan pembawa yang memberikan rasa manis dan aroma yang
diinginkan. Contoh : Cherry Sirup, Cocoa Sirup, Orange Sirup.
Kadar sukrosa dalam sirup 64%-66% non-medicated sirup, e.g cherry
sir 47%, raspberry 48%. Menurut Anceletal, Sir.Simplex mengandung
85% sukrosa. Farmakope Belanda ed.V sir.simplex mengandung 64%.
Dengan demikian untuk sirup non-medicated mengandung kadar gula
dengan kisaran 47%-80%. Sirup dengan kadar gula yang tinggi makin
stabil.
Cara Pembuatan sirupus simplex : sukrosa dicampur dengan air panas
dengan

pengadukan

sampai

semua

larut.

Untuk

mencegah

pertumbuhan jamur dapat ditambahkan pengawet (turunan benzoat).


Asam benzoat 0,1% - 0,2%< Natrium benzoat 0,1%-0,2%, metil, butil,
propil bila
Resep tersebut dibuat menjadi sediaan sirup karena Sirup adalah
sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
bahan penambahan bahan pewangi, dan zat obat. Sirup merupakan alat yang
menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang
rasanya tidak enak, sirup efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak,

karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada anakanak untuk meminum obat (Ansel, 1989).

Kasus 2
1. Identitas
Nama

: Ny. Melati

Jenis kelamin : Perempuan


Umur

: 30 tahun

2. Anamnesis
Keluhan utama : sesak nafas selama 2 hari.

3. Riwayat penyakit sekarang :


Sejak berusia 25 tahun, pasien sudah mengeluhkan sesak nafas, sesak
nafas dipicu oleh debu rumah, pada saat emosi dan juga cuaca. Keluhan sesak
lebih dirasakan pada malam hari. Keluhan sesak tidak diperberat oleh aktivitas,
berjalan jauh dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sejak setahun terakhir
setiap sesak nafas pasien langsung meminum obat dexamethason dan gejala sesak
berkurang.
Sejak seminggu pasien mengeluhkan sesak nafas, disertai batuk-batuk, dahak
dapat dikeluarkan tetapi sedikit berwarna kuning, tidak ada darah dan
tenggorokan terasa gatal dalam beberapa jam sesak bertambah berat, lalu pasien
mengkonsumsi obat dexamethason seperti biasa dan keluhan berkurang.
Sejak 2 hari pasien kembali mengeluhkan sesak nafas pada pagi harinya, terusmenerus, pasien bernapas dalam dan saat mengeluarkan nafas terdengar bunyi
pada suara nafasnya. Sesak nafas memberat pada malam harinya dan ketika pasien
berbaring. Untuk menguranginya pasien duduk sedikit membungkuk. Lalu pasien

minum obat sebanyak 2 tablet tetapi keluhan tetap ada. Demam tidak ada, mual
dan muntah tidak ada, BAB dan BAK tidak ada keluhan dan nafsu makan baik.
Lalu pasien dibawa ke unit gawat darurat RS dan mendapat pengobatan serta
dipasang oksigen. Selama 2 jam di UGD gejala berkurang dan pasien
diperbolehkan pulang. Malam harinya sesak bertambah berat dan dada terasa
sakit. Kemudian dibawa ke UGD dan dirawat inap.

4. Riwayat penyakit dahulu :


Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan.

5. Riwayat penyakit keluarga :


Riwayat asma dalam keluarga (-)
Tidak ada anggota keluarga yang serumah menderita batuk-batuk

6. Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi, kejiwaan dan kebiasaan


Pasien mengeluhkan sesak nafas setelah melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti terkena debu, udara dingin dan emosi.

7. Pemeriksaan umum
Kesadaran

: komposmentis

Keadaan umum

: sedang

Tekanan darah

: 110/70mmHg

Keadaan gizi

: baik

Nadi

: 100x/menit

TB

: 157cm

BB

: 48kg

Pernafasan

: 28x/menit

IMT

: 19,47kg/m2

Suhu

: 36,4oC

8. Pemeriksaan fisik
Mata

: palpebra tidak edem, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, refleks pupil (+/+), isokor 3mm


Mulut

: lidah tidak kotor, tidak hiperemis, tidak tremor, faring tidak

hiperemis
Leher

: jvp : 5-2cmH2O, tidak terdapat pembesaran KGB

Paru

Inspeksi

: gerakan dada simetris kanan dan kiri, retraksi iga (-)

Palpasi

: fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi

: sonor diseluruh lapangan paru, batas paru sampai hepar di RIC V

LMC dextra
Auskultasi

: whezzing (+/+), ekspirasi memanjang, ronki (-/-)

Jantung

Inspeksi

: ichtus cordis tidak terlihat

Palpasi

: ichitus cordis teraba di RIC V 1 jari media LMCS

Perkusi

: batas jantung kanan di RIC IV LSD


batas jantung kiri di RIC V 1 jari medial LMCS

Auskultasi

: bunyi jantung normal, bunyi tambahan (-)

Abdomen

Inspeksi

: perut datar, supel, venektasi (-)

Palpasi

: nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) normal

Ekstremitas

: clubbing finger (-), pitting edema (-)

9. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin
Hb

: 14,4 gr%

Leukosit

: 17400/mm3

Trombosit

: 260000/mm3

10. Diagnosis
Asma bronkial intermitten sedang

11. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
R/ oksigen 3-4 L /i
R/ Nacl 0,9% inf 20 tts/I + ampul aminofilin
R/ Deksamethason inj no I
2x1 amp
R/ Nebulizer combivent no I
R/ OBH sirup no I
3x1 C
R/ Ciprofloxacin 500mg
2x1
b. Non farmakologi

Menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak
saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk
mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.

Menjaga kebersihan lingkungan

Lingkungan

dimana

penderita

hidup

sehari-hari

sangat

mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah


misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab,
cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan air harus
lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian
khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang
untuk menghindari debu rumah.
Menghindari faktor pencetus

Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau


debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami.
Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian
dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti
kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus
saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya
penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang
influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau
penuh

sesak.

Hindari

kelelahan

yang

berlebihan,

kehujanan,

penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan


umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan
latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat
pencegah serangan penyakit asma.
1) Nacl 0,9% inf
Cara kerja obat
Merupakan garam yang berperan penting dalam memelihara tekanan
osmosis darah dan jaringan
Indikasi

Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi


Efek samping

Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara


pemberiannya, termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat
penyuntikan, thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat
penyuntikan, ekstravasasi.

Bila terjadi reaksi efek samping, pemakaian harus dihentikan dan


lakukan evaluasi terhadap penderita.

2) aminofilin amp
Mekanisme kerja
Teofilin, sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di
paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang
terdapat pada jalan nafas (suppression of airway stimuli). Mekanisme
aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi
disebabkan

oleh

adanya

penghambatan

isoenzim

yaitu

phosphodiesterase (PDE III) dan PDE IV. Sedangkan efek selain


bronkodilasi berhubungan dengan aktivitas molekular yang lain.
Teofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara
peningkatan uptake Ca melalui Adenosin-mediated Chanels.
Indikasi
Asma dan penyakit paru obstruksi kronis
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap teofilin dan ethylendiamine

Dosis
* Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat
terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg)
(diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya
dapat

diikuti

dengan

dosis

pada

asma

akut

berat.

* Dewasa : Asma akut berat : IV infus 500 mcg/kg/jam (dengan


monitoring ketat) disesuaikan dengan konsentrasi plasma Teofilin.
* Anak-anak : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat
terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 5 mg/kg (diinjeksikan lebih
dari 20 menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya dapat diikuti
dengan dosis pada asma akut berat.
* Anak-anak : Asma akut berat: IV infus: anak usia 6 bulan 9 tahun
1mg/kg/jam anak usia 10 16 tahun 800 mcg/kg/jam disesuaikan
dengan konsentrasi teofilin dalam plasma.
3) Deksamethason inj
Mekanisme Kerja
Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi
produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler
yang semula tinggi dan menekan respon imun.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap deksametason atau komponen lain dalam
formulasi; infeksi jamur sistemik, cerebral malaria; jamur, atau
penggunaan pada mata dengan infeksi virus (active ocular herpes
simplex). Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperparah
sindroma Cushing. Pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang
atau

absorpsi

sistemik

dari

preparat

topikal

dapat

menekan

hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) dan atau manifestasi sindroma


Cushing pada beberapa pasien. Namun risiko penekanan HPA pada
penggunaan deksametason topikal sangat rendah. Insufisiensi adrenal
akut dan kematian dapat terjadi apabila pengobatan sistemik dihentikan
mendadak.
Efek Samping

Kardiovaskuler :Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati,


CHF, kolaps sirkulasi, edema, hipertens, ruptur miokardial (postMI), syncope, tromboembolisme, vasculitis.

Susunan saraf pusat : Depresi, instabilitas emosional, euforia, sakit


kepala, peningkatan tekanan intracranial, insomnia, malaise,
neuritis, pseudotumor cerebri, perubahan psikis, kejang, vertigo

Dermatologis : Akne, dermatitis alergi, alopecia, angioedema, kulit


kering,

erythema,

kulit

pecah-pecah,

hirsutism,

hiper-/hipopigmentasi, hypertrichosis, perianal pruritus,petechiae,


rash, atrofi kulit, striae, urticaria, luka lama sembuh.
4) OBH sirup
Indikasi
Untuk meredakan batuk yang disertai gejala-gejala flu seperti demam,
sakit kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin.
Kontra Indikasi
Penderita diabetes militus, penderita dengan gangguan fungsi hati yang
berat, penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini,
penderita hiperteroid, hipertensi dan jantung.

Cara Kerja Obat:


Bekerja sebagai ekspektoran, analgetik, antipiretik, antihistamin dan
dekongestan hidung.
Efek Samping:
Mengantuk,

gangguan

pencernaan,

gelisah,

eksitasi,

tremor,

takhikardia, aritmia, mulut kering, retensi urine. Penggunaan dosis


besar dan jangka panjang menyebabkan kerusakan hati. Mual, muntah,
diare, konstipasi, palpitasi dan insomnia.
Interaksi Obat
Penggunaan bersamaan antidepresan tipe penghambat MAO dapat
mengakibatkan krisi hipertensi.
5) Ciprofloxacin 500 mg
Indikasi
Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang
peka terhadap ciprofloxacin, antara lain pada : - Saluran kemih
termasuk prostatitis. - Uretritis dan serpisitis gonore. - Saluran cerna,
termasuk demam thyfoid dan parathyfoid. - Saluran nafas, kecuali
pneumonia dan streptococus. - Kulit dan jaringan lunak. - Tulang dan
sendi.

Kontra Indikasi

- Penderita yang hipersensitivitas terhadap siprofloksasin dan derivat


quinolone lainnya - tidak dianjurkan pada wanita hamil atau
menyusui,anak-anak pada masa pertumbuhan,karena pemberian dalam
waktu yang lama dapat menghambat pertumbuhan tulang rawan. - Hatihati bila digunakan pada penderita usia lanjut - Pada penderita epilepsi
dan penderita yang pernah mendapat gangguan SSP hanya digunakan
bila manfaatnya lebih besar dibandingkan denag risiko efek
sampingnya.
Dosis
1.Untuk infeksi saluran kemih :
- Ringan sampai sedang : 2 x 250 mg sehari
- Berat : 2 x 500 mg sehari
- Untuk gonore akut cukup pemberian dosis tunggal 250 mg sehari
2.Untuk infeksi saluran cerna :
- Ringan / sedang / berat : 2 x 250 mg sehari
3.Untuk infeksi saluran nafas, tulang dan sendi kulit dan jaringan lunak
- Ringan sampai sedang : 2 x 500 mg sehari
- Berat : 2 x 750 mg sehari
- Untuk mendapatkan kadar yang adekuat pada osteomielitis maka
pemberian tidak boleh kurang dari2 x 750 mg sehari
- Dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal : Bila bersihan
kreatinin kurang dari 20 ml/menit maka dosis normal yang dianjurkan

harus diberikan sehari sekali atau dikurangi separuh bila diberikan 2 x


sehari.
-

Lamanya

pengobatan

tergantung

dari

beratnya

penyakit.

Untuk infeksi akut selama 5-10 hari biasanya pengobatan selanjutnya


paling sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang.
Efek samping
Efek samping siprofloksasin biasanya ringan dan jarang timbul antara
lain:
- Gangguan saluran cerna : Mual,muntah,diare dan sakit perut
- Gangguan susunan saraf pusat : Sakit kepala,pusing,gelisah,insomnia
dan euforia
- Reaksi hipersensitivitas : Pruritus dan urtikaria
- Peningkatan sementara nilai enzim hati,terutama pada pasien yang
pernah mengalami kerusakan hati.
- Bila terjadi efek samping konsultasi ke Dokter

Pembahasan

Kasus 2
Asma bronchial adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang
melibatkan

berbagai

sel

inflamasi.

Inflamasi

kronik

menyebabkan

peningkatan hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodic


berulang berupa whezzing, sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk
terutama pada malam hari dan atau dini hari. Episodic tersebut berhubungan
dengan obstruksi jalan nafas yang luas, bervariasi dan sering kali bersifat
reversible dengan atau tanpa pengobatan.
Pada kasus ini seorang perempuan bernama melati umur 30 tahun telah
terdiagnosa infeksi saluran pernapasan dengan terkena Asma bronkial
intermitten sedang. Gejala yang timbul diantaranya pasien mengeluhkan
sesak nafas, disertai batuk-batuk, dahak dapat dikeluarkan tetapi sedikit
berwarna kuning, tidak ada darah dan tenggorokan terasa gatal dalam
beberapa jam sesak bertambah berat.
Penatalaksanaannya dengan terapi non farmakologi yaitu menjaga
kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghindari faktor pencetus
pada penyakit asma bronkhial. Dan farmakologinya diberikan obat
deksamethason inj serta Nacl + aminiphilin (terapi uap ) dengan penambahan
oksigen. Untuk pemberian obat oral, diantaranya :
1) OBH sirup
Indikasi
Untuk meredakan batuk yang disertai gejala-gejala flu seperti demam, sakit
kepala, hidung tersumbat dan bersin-bersin.

Kontra Indikasi

Penderita diabetes militus, penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat,
penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini, penderita
hiperteroid, hipertensi dan jantung.
Cara Kerja Obat:
Bekerja sebagai ekspektoran, analgetik, antipiretik, antihistamin dan
dekongestan hidung.
Efek Samping :
Mengantuk, gangguan pencernaan, gelisah, eksitasi, tremor, takhikardia,
aritmia, mulut kering, retensi urine. Penggunaan dosis besar dan jangka
panjang menyebabkan kerusakan hati. Mual, muntah, diare, konstipasi,
palpitasi dan insomnia.
Interaksi Obat
Penggunaan

bersamaan

antidepresan

tipe

penghambat

MAO

dapat

mengakibatkan krisi hipertensi.


2) Ciprofloxacin 500 mg
Indikasi
Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh kuman patogen yang peka
terhadap ciprofloxacin, antara lain pada : - Saluran kemih termasuk
prostatitis. - Uretritis dan serpisitis gonore. - Saluran cerna, termasuk demam
thyfoid dan parathyfoid. - Saluran nafas, kecuali pneumonia dan
streptococus. - Kulit dan jaringan lunak. - Tulang dan sendi.

Kontra Indikasi

- Penderita yang hipersensitivitas terhadap siprofloksasin dan derivat


quinolone lainnya - tidak dianjurkan pada wanita hamil atau menyusui,anakanak pada masa pertumbuhan,karena pemberian dalam waktu yang lama
dapat menghambat pertumbuhan tulang rawan. - Hati-hati bila digunakan
pada penderita usia lanjut - Pada penderita epilepsi dan penderita yang
pernah mendapat gangguan SSP hanya digunakan bila manfaatnya lebih
besar dibandingkan denag risiko efek sampingnya.
Dosis
1.Untuk infeksi saluran kemih :
- Ringan sampai sedang : 2 x 250 mg sehari
- Berat : 2 x 500 mg sehari
- Untuk gonore akut cukup pemberian dosis tunggal 250 mg sehari
2.Untuk infeksi saluran cerna :
- Ringan / sedang / berat : 2 x 250 mg sehari
3.Untuk infeksi saluran nafas, tulang dan sendi kulit dan jaringan lunak
- Ringan sampai sedang : 2 x 500 mg sehari
- Berat : 2 x 750 mg sehari
- Untuk mendapatkan kadar yang adekuat pada osteomielitis maka pemberian
tidak boleh kurang dari2 x 750 mg sehari
- Dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal : Bila bersihan kreatinin
kurang dari 20 ml/menit maka dosis normal yang dianjurkan harus diberikan
sehari sekali atau dikurangi separuh bila diberikan 2 x sehari.

Lamanya

pengobatan

tergantung

dari

beratnya

penyakit.

Untuk infeksi akut selama 5-10 hari biasanya pengobatan selanjutnya paling
sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang.
Efek samping
Efek samping siprofloksasin biasanya ringan dan jarang timbul antara lain:
- Gangguan saluran cerna : Mual,muntah,diare dan sakit perut
- Gangguan susunan saraf pusat : Sakit kepala,pusing,gelisah,insomnia dan
euforia
- Reaksi hipersensitivitas : Pruritus dan urtikaria
- Peningkatan sementara nilai enzim hati,terutama pada pasien yang pernah
mengalami kerusakan hati.
- Bila terjadi efek samping konsultasi ke Dokter

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap
bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan
yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
Dalam kasus pertama ini di dilaporkan seorang

anak yang bernama

An.Agus umur 1 tahun 7 bulan terdiagnosa infeksi saluran pernapasan Akut


dengan gejala batuk pilek, sariawan, sesak napas dan kurangnnya nafsu makan.
Terapi yang diberikan yaitu secara farmakologi dan non farmakologi .Secara non
farmakologi yaitu dengan mencegah anak tersebut tidak bermain banjir, tidak
berhubungan dengan penderita ispa, menjaga kebersihan. Secara farmakologi
dengan meminum obat antibiotik yaitu amoksisilin, kandistatin drop, efedrin,
bromhexin, metilprednisolon, CTM (sirup). Dan anak tersebut tidak di rawat di
rumah sakit kasih bunda.
Dan dalam kasus ke 2 di laporkan seorang perempuan bernama melati
umur 30 tahun telah terdiagnosa infeksi saluran pernapasan dengan terkena Asma
bronkial intermitten sedang. Gejala yang timbul diantaranya pasien mengeluhkan
sesak nafas, disertai batuk-batuk, dahak dapat dikeluarkan tetapi sedikit berwarna
kuning, tidak ada darah dan tenggorokan terasa gatal dalam beberapa jam sesak
bertambah berat. Secara terapi farmakologi pasien diberikan pengobatan berupa
obat oral dan injeksi. Dan secara non farmakologi pasien disarankan untuk
menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghindari faktor
pencetus penyakit tersebut.

Daftar Pustaka
Analisa

resep

ispa.

http://ml.scribd.com/doc/240705631/Analisa-Resep-

ISPA#scribd. Di akses pada tanggal 16 oktober 2015

Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta.


Halaman 96,147.
Depkes RI. (2002). Pedoman pemberantasan penyalit saluran pernafasan akut.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Profil Kesehatan 2005. Jakarta.
Dharmage, Chandrika R, Lalani F, Dulitha N. 2009. Risk Factors of Acute Lower
Respiratory Tract Infections in Children Under Five Years of Age.
Southeast Asian Journal of Trop.Med Public Health. 27 (1). 2009. p :
107 110.
Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Prkatek. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Lamsidi A. 2003. Hubungan kondisi kesehatan lingkungan pemondokan dengan
kejadian ispa di Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin Desa Jaya
Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan Provinsi Kalimantan
Tengah [skripsi]. Semarang: Pascasarjana, UNDIP.
Muttaqin, Arif, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan, Jakarta: Salemba Medika
Nelson. (2003). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Cetakan Pertama.
Rineka Cipta, 143-146 : Jakarta
Suhandayani, I. (2007). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Ispa Pada Balita Di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006.
Semarang : Skripsi Tidak dipublikasikan

PROPINSI PEMERINTAH DAERAH TANGERANG


RUMAH SAKIT UMUM KASIH BUNDA
TANGERANG
Nama Dokter
: dr Marlensius A.W
Tanda
Tangan Dokter
NIP

: 145 037 204

UPF/Bagian : Anak
Tangerang, 13 juli
2015
R/

Amoksisilin

syp No 1

Aqua ad

105 ml

m.f.l.a syrup
S 3 d.d cth I a.c
R/

Kandistatin drop

No I

S 3 d.d 4 ml
R/

Efedrin
Bromhexin
Metilprednisolon

81

mg

mg

12

mg

Lampiran

CTM

9,45 mg

Sirupus simplex

qs

Aqua ad

45

ml

m.f.l.a syrup
S p.r.n 3 d.d cth I
Pro

: An. Agus

Umur

: 1 tahun 7 bulan

(batuk)

Anda mungkin juga menyukai