NAMA KELOMPOK :
Ratna Sari Dewi
: 12040021
Lia Ikromah
: 12040032
: 12040036
: 12040051
Santi Novianti
: 12040061
Wahyu Nurcahyo
: 12040052
Ebih Maibana
: 12040062
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat
adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk-pilek, disebabkan oleh
virus, dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi
pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Menurut definisi Depkes, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering
diderita oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2008). Penyakit infeksi ini
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI,
2006).
ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia (radang paru-paru) sering
terjadi pada anak-anak terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi
dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat. Risiko terutama terjadi pada
anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan
cacing, serta tidak tersedianya atau malah berlebihannya pemakaian
antibiotik.
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit
menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap
tahun, 98% nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat
mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut
1.
Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi
saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan
paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai
struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau
berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian
dan ataulebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga
alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura (Nelson, 2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala
akut akibat infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan
atau
struktur
yang
berhubungan
dengan
pernafasan
yang
2.
Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus
Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia
dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan
3.
Miksovirus,
Adnovirus,
Koronavirus,
Pikornavirus,
4.
bawah.
Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur dibawah
2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1) Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk
golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau
lebih.
2) Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan
umur kurang 2 bulan, yaitu:
a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
b.
b)
c)
d)
e)
Kejang
Kesadaran menurun
Stridor
Gizi buruk
b.
ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk, pilek dan sesak.
ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih
dari 39C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti
c.
mengorok.
ISPA berat
Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak
teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru
6.
7.
Faktor resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan,
lakilakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena
mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering
berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi udara.
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak
terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena
banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil
menggendong anaknya.
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen
kasus oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang
kurang
di
masyarakat
akan
gejala
dan
upaya
gangguan pernapasan.
Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping
mahal tembok sebenarnya kurang cocok untuk
daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak
cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya
di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab
meskipun jendela tidak cukup, maka lubanglubang pada dinding atau papan tersebut dapat
merupakan
iii.
ventilasi,
dan
dapat
menambah
penerangan alamiah.
Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai
baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis,
juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan
masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun
demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau
daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng
ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan,
di samping mahal juga menimbulkan suhu panas
iv.
didalam rumah.
Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng
adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman
bahan-bahan
ini
tahan
diperhatikan
bahwa
lama.
Tapi
lubanglubang
perlu
bambu
merupakan
sarang
tikus
yang
baik.
Untuk
Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,
tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya
cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama
cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga
merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup
dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya
terlalu
banyak
cahaya
didalam
rumah
akan
mata.
Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu
(Lamsidi, 2003) :
1) Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrikpabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas
(vertikal). Cerobongtersebut dibuat agar asap bisa keluar ke
atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat
horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang
melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak air akan
mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah
dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh
media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang sekaligus bias
menyerap racun dan logam berat. Langkah tersebut
dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara,
apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal dari
polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat dihasilkan
oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk
memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah
bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.
2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar
4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein,
acetilen, benzoldehide, urethane, methanol, conmarin, 4ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di
d.
masyarakat,
sehat
atau
tidaknya
lingkungan
c.
9.
tampak gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah.
Penatalaksanaan Kasus ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan
kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga
tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya
penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA).
penunjang
yang
penting
bagi
pederita
ISPA
Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit
anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya,
melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama
pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan
meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan
tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu
membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat
tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit.
Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit
b.
c.
Pengobatan
dengan
pemberian
kontrmoksasol
keadaan
mengandung
zat
yang
merugikan
seperti
gejala
batuk
pilek
bila
pada
pemeriksaan
Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi
dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya,
kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih
jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap
diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah
parah sakit yang diderita.
5) Lain-lain
a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut
yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak
dengan demam.
b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi
c)
a.
BAB III
STUDI KASUS
Kasus 1
1. Identitas Pasien
Klinik
Tanggal
Nama Pasien
Umur
Nami Ibu
Agama
Alamat
Pekerjaan Orang Tua
No. RMK
: Kesehatan anak
: 13 Juli 2015 jam 09.00 WIB
: An. Agus
: 1 tahun 7 bulan
: Suri
: Islam
: Handil Bakti No.10 Rt. 18
: Swasta
: 563094
2. Anamnesis
Seorang ibu membawa anak umur 1 tahun 7 bulan datang ke RSU Kasih
Bunda Tangerang berobat ke poli klinik anak. Dengan keluhan bahwa anak
tersebut mengalami batuk pilek, sesak napas, makan minum kurang dari
biasanya, dan sariawan selama 3 hari sebelumnya. Pada awalnya anak
tersebut hanya mengalami batuk pilek dan tidak terlalu parah, tidak minum
obat apapun hanya di kompres dengan air hangat.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu
8. Riwayat imunisasi :
Imunisasi tidak lengkap.
9. Riwayat kelahiran dan perkembangan
Lahir normal di bidan
10. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: composmentis
TTV
: HR : 120x/menit
RR : 35x/menit
S
: 37,5oC
BB
: 25 kg
TB
: 117cm
11. Pemeriksaan Fisik
Kepala
:mesochepal
Muka
:simetris, tidak oedem
Mata
:simetris, konjungtiva merah muda, sklera
putih.
Telinga
: bersih, tidak ada penumpukan kotoran.
Hidung
: kotor, adanya lendir.
Mulut
: ada sariawan.
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
Abdomen
: kembung.
Genetalia
: bersih, tidak ada kelainan.
Ekstremitas atas : simetris , jari-jari lengkap gerakan aktif.
Bawah
: simetris , jari-jari lengkap.
12. Resume
Nama
: An. Agus
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 1 tahun 7 bulan
Berat badan
: 25 Kg
DO
: KU : baik
TTV
: HR: 120x/menit
RR
: 35x/menit
S
: 37,5oC
Keluhan
: 3 hari batuk pilek, sesak napas, dan sariawan.
13. Assesement
Setelah di periksa dengan teliti An. Agus terdiagnosa ISPA ringan
14. Penatalaksanaan Ispa
a. Non farmakologi
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
2) Immunisasi.
4) Metilprednisolon
Komposisi:
Tiap tablet mengandung Metilprednisolon 4 mg, 8 mg, dan 16 mg
Farmakologi:
Metilprednisolon adalah glukokortioid turunan prednisolon
yang
Oral 0,117 mg/kg bobot tubuh atau 3,33 mg per m 2 luas permukaan tubuh
sehari dalam dosis terbagi tiga.
Indikasi lain:
Oral 0,417 mg - 1,67 mg per kg berat tubuh atau 12,5 mg - 50 mg per
m2 luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi 3 atau 4.
Efek Samping:
Efek samping biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau
pemberian dalam dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan
tubuh, kelemahan otot, resistensi terhadap infeksi menurun, gangguan
penyembuhan luka, meningkatnya tekanan darah, katarak, gangguan
pertumbuhan pada anak-anak, insufisiensi adrenal, cushing syndrome,
osteoporosis, tukak lambung.
Peringatan dan Perhatian:
a. Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan menyusui, kecuali
memang benar-benar dibutuhkan, dan bayi yang lahir dari ibu yang
ketika hamil menerima terapi kortikosteroid ini harus diperiksa.
Kemungkinan adanya gejala hipoadrenalism.
b. Pasien yang menerima terapi kortikosteroid dianjurkan tidak
divaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi lain terutama yang
mendapat dosis tinggi, untuk mencegah kemungkinan bahaya
komplikasi neurologi.
c. Tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak, karena penggunaaan
jangka
d.
panjang
dapat
menghambat
pertumbuhan
dan
perkembangan anak.
Jika kortikosteroid digunakan pada pasien dengan TBC latent
atau Tuber Culin Reactivity perlu dilakukan pengawasan yang teliti
e.
f.
g.
h.
untuk
meminumkan
iritasi
gastrointestinal.
Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-steroid atau
antirematik lain dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal,
c.
perdarahan gastrointestinal.
Penggunaan bersama-sama dengan anti-diabetes harus dilakukan
penyesuaian dosis.
d. Pasien yang menerima vaksinasi terhadap smallpox, juga imunisasi
lain terutama yang mendapat dosis
5) Ctm (Chlorpheniramine Maleat)
Komposisi:
Tiap tablet mengandung: Chlorpheniramine maleat 4 mg, 8 mg, 16 mg
Farmakologi:
Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah
satu antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa
kantuk). Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai
obat tidur dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai obat
tunggal maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih
ditujukan untuk rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat
beristirahat.
CTM memiliki indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan
efek samping dan toksisitas relatif rendah. Untuk itu sangat perlu diketahui
mekanisme aksi dari CTM sehingga dapat menimbulkan efek antihistamin
dalam tubuh manusia.
CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah,
bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk
mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai
pelepasan
histamin
endogen
berlebih.
Dalam Farmakologi
dan
bermotor/mengoperasikan
mesin.
Glaukoma sudut sempit, hamil, retensi urin, hipertrofi prostat, lesi fokal
pada krteks serebri.
6) Bromhexine
Khasiat :
Bromhexine
bekerja
dengan
mengencerkan
sekret
pada
saluran
banyakdan
ruam kulit,
transaminase.
Kontraindikasi :
Penderita yang hipersensitif terhadap Bromhexine HCI.
Perhatian :
Hindari penggunaan BROMHEXINE pada tiga bulan pertama kehamilan
dan pada masa menyusui. Hati-hati penggunaan pada penderita tukak
lambung.
Aturan Pakai :
Tablet
Dewasa dan anak > 10 tahun 1x 3 tablet
Anak 5 10 tahun 31/2 tablet
Anak 2 5 tahun 21/2 Atau menurut petunjuk dokter.
Sirup
Dewasa dan anak >10 tahun: 3 x 10 ml per hari
Anak 5- 10 tahun: 3 x 5 ml per hari
Anak 2-5 tahun: 2 x 5 ml per hari Atau menurut petunjuk dokter.
Interaksi :
Pemberian bersamaan dengan antibiotika (amoksisilin, sefuroksim,
doksisiklin) akan meningkatkan konsentrasi antibiotika pada jaringan paru.
15. Pembahasan kasus
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Klasifikasi ISPA terdiri dari ISPA ringan, ISPA sedang, ISPA berat. Pada
kasus ini seorang pasien An. Agus umur 1 tahun 7 bulan terdiagnosa ISPA
ringan dengan bukti pemeriksaan fisik dan keluhan yang dirasakan seperti
batuk pilek, sesak napas, makan minum kurang dari biasanya dan sariawan
yang disebabkan kurangnya kebersihan di depan rumah pasien dan terjadinya
banjir.
Penata laksanaan untuk An. Agus disarankan kepada ibunya untuk
Menjaga keadaan gizi An.agus agar tetap baik, Immunisasi, Menjaga
kebersihan prorangan dan lingkungan, Mencegah anak berhubungan dengan
penderita ISPA, dan jangan bermain banjir dengan teman-temannya dan
meminum obat diantaranya:
a. Amoksisilin
Mukolitik yang diberikan pada kasus ini adalah bromheksin. Obat ini
berguna untuk mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkan dahak
dari saluran pernapasan. Serta memiliki efek samping yang lebih
ringan.
Efedrin memiliki dua mekanisme kerja utama, pertama mengaktifkan
reseptor alfa dan reseptor beta pasca sinaps terhadap noraedrenaline
secara tidak selektif. Kedua bekerja dengan melepaskan dopamin dan
serotonin dari ujung saraf.
Dosis lazim efidrin yaitu 25 mg dan pada resep ini di berikan 81 mg.
d. Bromhexin
glukokortikoid
kerja
singkat
sampai
sedang.
CTM
Diagnosa pada khasus ini adalah
itu
klorfeniramin
maleat
dapat
merangsang
maupun
pengadukan
sampai
semua
larut.
Untuk
mencegah
karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada anakanak untuk meminum obat (Ansel, 1989).
Kasus 2
1. Identitas
Nama
: Ny. Melati
: 30 tahun
2. Anamnesis
Keluhan utama : sesak nafas selama 2 hari.
minum obat sebanyak 2 tablet tetapi keluhan tetap ada. Demam tidak ada, mual
dan muntah tidak ada, BAB dan BAK tidak ada keluhan dan nafsu makan baik.
Lalu pasien dibawa ke unit gawat darurat RS dan mendapat pengobatan serta
dipasang oksigen. Selama 2 jam di UGD gejala berkurang dan pasien
diperbolehkan pulang. Malam harinya sesak bertambah berat dan dada terasa
sakit. Kemudian dibawa ke UGD dan dirawat inap.
7. Pemeriksaan umum
Kesadaran
: komposmentis
Keadaan umum
: sedang
Tekanan darah
: 110/70mmHg
Keadaan gizi
: baik
Nadi
: 100x/menit
TB
: 157cm
BB
: 48kg
Pernafasan
: 28x/menit
IMT
: 19,47kg/m2
Suhu
: 36,4oC
8. Pemeriksaan fisik
Mata
hiperemis
Leher
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
LMC dextra
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Ekstremitas
9. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin
Hb
: 14,4 gr%
Leukosit
: 17400/mm3
Trombosit
: 260000/mm3
10. Diagnosis
Asma bronkial intermitten sedang
11. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
R/ oksigen 3-4 L /i
R/ Nacl 0,9% inf 20 tts/I + ampul aminofilin
R/ Deksamethason inj no I
2x1 amp
R/ Nebulizer combivent no I
R/ OBH sirup no I
3x1 C
R/ Ciprofloxacin 500mg
2x1
b. Non farmakologi
Menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak
saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk
mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.
Lingkungan
dimana
penderita
hidup
sehari-hari
sangat
sesak.
Hindari
kelelahan
yang
berlebihan,
kehujanan,
2) aminofilin amp
Mekanisme kerja
Teofilin, sebagai bronkodilator, memiliki 2 mekanisme aksi utama di
paru yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan menekan stimulan yang
terdapat pada jalan nafas (suppression of airway stimuli). Mekanisme
aksi yang utama belum diketahui secara pasti. Diduga efek bronkodilasi
disebabkan
oleh
adanya
penghambatan
isoenzim
yaitu
Dosis
* Dewasa : Asma akut berat yang memburuk dan belum mendapat
terapi dengan Teofilin. Injeksi IV pelan : 250-500mg (5 mg/kg)
(diinjeksikan lebih dari 20 menit) dengan monitoring ketat, selanjutnya
dapat
diikuti
dengan
dosis
pada
asma
akut
berat.
absorpsi
sistemik
dari
preparat
topikal
dapat
menekan
erythema,
kulit
pecah-pecah,
hirsutism,
gangguan
pencernaan,
gelisah,
eksitasi,
tremor,
Kontra Indikasi
Lamanya
pengobatan
tergantung
dari
beratnya
penyakit.
Pembahasan
Kasus 2
Asma bronchial adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang
melibatkan
berbagai
sel
inflamasi.
Inflamasi
kronik
menyebabkan
Kontra Indikasi
Penderita diabetes militus, penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat,
penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat ini, penderita
hiperteroid, hipertensi dan jantung.
Cara Kerja Obat:
Bekerja sebagai ekspektoran, analgetik, antipiretik, antihistamin dan
dekongestan hidung.
Efek Samping :
Mengantuk, gangguan pencernaan, gelisah, eksitasi, tremor, takhikardia,
aritmia, mulut kering, retensi urine. Penggunaan dosis besar dan jangka
panjang menyebabkan kerusakan hati. Mual, muntah, diare, konstipasi,
palpitasi dan insomnia.
Interaksi Obat
Penggunaan
bersamaan
antidepresan
tipe
penghambat
MAO
dapat
Kontra Indikasi
Lamanya
pengobatan
tergantung
dari
beratnya
penyakit.
Untuk infeksi akut selama 5-10 hari biasanya pengobatan selanjutnya paling
sedikit 3 hari sesudah gejala klinik hilang.
Efek samping
Efek samping siprofloksasin biasanya ringan dan jarang timbul antara lain:
- Gangguan saluran cerna : Mual,muntah,diare dan sakit perut
- Gangguan susunan saraf pusat : Sakit kepala,pusing,gelisah,insomnia dan
euforia
- Reaksi hipersensitivitas : Pruritus dan urtikaria
- Peningkatan sementara nilai enzim hati,terutama pada pasien yang pernah
mengalami kerusakan hati.
- Bila terjadi efek samping konsultasi ke Dokter
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi disetiap
bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan
yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
Dalam kasus pertama ini di dilaporkan seorang
Daftar Pustaka
Analisa
resep
ispa.
http://ml.scribd.com/doc/240705631/Analisa-Resep-
UPF/Bagian : Anak
Tangerang, 13 juli
2015
R/
Amoksisilin
syp No 1
Aqua ad
105 ml
m.f.l.a syrup
S 3 d.d cth I a.c
R/
Kandistatin drop
No I
S 3 d.d 4 ml
R/
Efedrin
Bromhexin
Metilprednisolon
81
mg
mg
12
mg
Lampiran
CTM
9,45 mg
Sirupus simplex
qs
Aqua ad
45
ml
m.f.l.a syrup
S p.r.n 3 d.d cth I
Pro
: An. Agus
Umur
: 1 tahun 7 bulan
(batuk)