Anda di halaman 1dari 15

TOKSIKOLOGI PESTISIDA

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Toksikologi Industri

Disusun Oleh :
Kelompok II /Kelas 7C Kesmas

1. 1. Dwi Karty Mellauwaty


(161040500073)
2. Ii Aisyah (161040500110)
3. Nelis Wahyuni (161040500076)
4. Nur Fauziah Larassati
(161040500091)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) KHARISMA PERSADA

TANGERANG SELATAN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan pada Rasulullah SAW. Berkat limpahan serta rahmat-Nya penyusun
dapat merampungkan tugas makalah ini untuk mencukupi tugas mata kuliah
Toksikologi Industri. Tugas yang penyusun buat merupakan salah satu tugas mata
kuliah Toksikologi Industri. Bahan dalam penyusunan tugas ini diperoleh dari
berbagai sumber yang dapat menunjang dalam penyelesaian tugas ini. Makalah ini
membahas tentang Toksikologi Pestisida yang akan dijelaskan pada bab
selanjutnya.

Di dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit kendala yang
dihadapi. Tetapi penyusun mengerti bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat semangat serta kerja sama kelompok sehingga kendala-
kendala yang dihadapi dapat penyusun atasi. Penyusun berharap makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas serta menjadi sumbangan pemikiran bagi
para pembaca terutama untuk para mahasiswa. Penyusun sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan serta jauh dari kesempurnaan, karenanya penyusun
menerima saran serta kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah
berikutnya.

Tangerang, 13 November 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan................................................................................. 1
A.......................................................................Latar Belakang
.................................................................................................1
B..................................................................Rumusan Masalah
.................................................................................................2
C....................................................................Tujuan Penulisan
.................................................................................................3
BAB II Pembahasan.................................................................................. 4
A....................................................................Sejarah Pestisida
.................................................................................................4
B.Penggolongan pestisida : Organoklorin, organofosfat, karbamat 5
...................................................................................................
C.........................................................Toksikokinetik pestisida
.................................................................................................7
D..........................................Efek pestisida terhadap kesehatan
.................................................................................................9
BAB III Penutup......................................................................................... 12
A.............................................................................Kesimpulan
...............................................................................................12
Daftar Pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Beberapa
jenis hama yang paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa
diantaranya sebagai vektor penyakit. Penyakit-penyakit yang penularannya
melalui vektor antara lain malaria, onkosersiasis, filariasis, demam kuning,
riketsia, meningitis, tifus, dan pes. Insektisida membantu mengendalikan
penularan penyakit-penyakit ini.
Serangga juga dapat merusak berbagai tumbuhan dan hasil panen. Selain
gangguan serangga, gangguan yang amat penting bag petani adalah rumput liar.
Herbisida dapat dipergunakan untuk mengatasi gangguan ini. Pestisida juga telah
dikembangkan untuk mengendalikan hama lain misalnya jamur (fungisida) dan
hewan pengerat (rodemisida). Beberapa produk pestisida rumah tangga juga
tersedia untuk mengendalikan hama pengganggu di rumah misalnya lalat dan
nyamuk.
Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat memberikan akibat samping
keracunan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan penggunaan
pestisida antara lain tingkat pengetahuan. sikap/perilaku pengguna pestisida,
penggunaan alat pelindung, serta kurangnya informasi yang berkaitan dengan
resiko penggunaan pestisida. Selain itu petani lebih banyak mendapat informasi
mengenai pestisida dari petugas pabrik pembuat pestisida dibanding petugas
kesehatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi
sekitar 25 juta kasus keracunan pestisida atau sekitar 68.493 kasus setiap hari.
Data dari Rumah Sakit Nishtar, Multan Pakistan, selama tahun 1996-2000
terdapat 578 pasien yang keracunan, di antaranya 370 pasien karena keracunan
pestisida (54 orang meninggal). Pada umumnya korban keracunan pestisida
merupakan petani atau pekerja pertanian, 81% di antaranya berusia 14-30 th.

1
Peristiwa terbaru yang terjadi di Indonesia adalah kematian misterius yang
menimpa 9 warga pada bulan Juli 2007 di Desa Kanigoro, Kecamatan Ngablak,
Magelang. Menurut Harian Republika, 26 September 2007, hasil pemeriksaan
Laboratorium Kesehatan dipastikan akibat keracunan pestisida.
Pada tahun 1996 data Departemen Kesehatan tentang monitoring keracunan
pestisida organofosfat dan karbamat pada petani penjamah pestisida organofosfat
dan karbamat di 27 provinsi Indonesia menunjukkan 61,82% petani mempunyai
aktivitas kolinesterase normal, 1,3% keracunan berat, 9,98% keracunan sedang
dan 26,89% keracunan ringan. Pestisida jenis insektisida organofosfat dan
karbamat paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga. Selain itu
pestisida jenis ini mudah di monitor dengan mengukur kadar kolinesterase darah,
karena itu Departemen Kesehatan menggunakan kadar kolinesterase dalam darah
untuk memonitor keracunan pestisida di tingkat petani. Meskipun demikian,
masih banyak jenis pestisida lain yang digunakan masyarakat seperti untuk
herbisida. fungisida, rodentisida dan fumigan. Bagaimanapun kita harus peduli
akan adanya pestisida di lingkungan sekitar kita, sehingga dengan kepedulian kita
terhadap jenis, gejala dan tanda keracunan pestisida serta cara penanganannya.
dapat diantisipasi sedini mungkin jika terjadi kecelakaan akibat keracunan
pestisida.
Kenyataan yang ada di masyarakat selama ini. umumnya masyarakat tidak
menyadari gejala keracunan pestisida karena gejala yang ditimbulkan tidak
spesifik seperti pusing, mual, muntah, demam dan Iain-lain namun secara kronis
dapat menimbulkan penyakit yang serius seperti kanker.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Jelaskan mengenai sejarah pestisida ?
2. Jelaskan bagaimana penggolongan pestisida : Organoklorin,
organofosfat, karbamat ?
3. Jelaskan apakah Toksikokinetik pestisida ?
4. Jelaskan apakah efek pestisida terhadap kesehatan ?

C. Tujuan Penulisan

2
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu sejarah pestisida.
2. Mahasiswa dapat mengetahui penggolongan pestisida terkait
organoklorin, organofosfat, dan karbamat.
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu toksikokinetik pestisida.
4. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu efek pestisida terhadap
kesehatan.
1.

3
2.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pestisida
Pestisida terbagi atas tiga bagian yaitu pertama pestisida organik alamiah atau
disebut pestisida botanik, kedua yaitu pestisida organik biologi dan yang ketiga
yaitu pestisida organik sintesis yang merupakan senyawa kimia sintetik yang
sangat beracun. Pada tahun 1763 pestisida yang dipergunakan adalah pestisida
organik yaitu menggunakan nikotin dari tembakau yang berfungsi sebagai
insektisida (Isnaini, 2006).
Pada abad ke 19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang
diekstrak dari chrysantheum dan rotenon yang diekstrak dari akar tuba Derris
eliptica. Paul Herman Muller menemukan DDT (Dichloro Diphenyl
Trichloroethane) yang sangat efektif sebagai insektisida. Organoklorin menjadi
dominan, namun segera digantikan oleh organofosfat dan karbamat pada tahun
1975 di negara maju. Senyawa piretrin menjadi insektisida dominan. Herbisida
berkembang dan mulai digunakan secara luas pada tahun 1960an dengan triazin
dan senyawa berbasis nitrogen lainnya, asam karboksilat, dan glifosat. Pada tahun
1960an, ditemukan bahwa DDR menyebabkan berbagai burung pemakan ikan
tidak bereproduksi, yang menjadi masalah serius bagi keanekaragaman hayati.
Penggunaan DDT dalam pertanian kini dilarang dalam Konvensi Stockholm,
namun masih digunakan di beberapa negara berkembang untuk mencegah malaria
dan penyakit tropis lainnya dengan menyemprotkannya ke dinding untuk
mencegah kehadiran nyamuk (Sastroutomo, 1992).
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama (jazat pengganggu)
sedangkan cide yang berati membunuh Menurut The United States Environmental
Pesticide Control Act dan peraturan pemerintah RI no.7 Tahun 1973. Pestisida
adalah semua zat atau campuran zat yang khusus dipergunakan untuk
memberantas, mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga serta
binatang pengerat, nematoda, jamur, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang
dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada
manusia dan binatang atau semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman (Triharso,2004).

4
B. Penggolongan Pestisida
Berbagai pestisida dapat dikelompokan menjadi famili senyawa kimianya.
Famili senyawa kimia pestisida yang terkenal yaitu:
1. Organoklorin
Organoklorin merupakan senyawa yang mengandung atom karbon , khlor
dan hidrogen serta oksigen (Untung, 1996). Sering juga disebut sebagai
hidrokarbon khlorinat, khlorinat organik, insektisida khlorinat atau khlorinat
sintesis. Golongan organoklorin mempunyai formula umum CxHy Clz.
(Mukono, 2005). Golongan ini dibagi menjadi 3 subgolongan yang utama
yaitu DDT, BHC dan siklodien. Adapun kandungan golongan ini bersifat
menginduksi enzim didalam hati yang memetabolisme steroid-steroid (salah
satu kelompok lemak) dan merangsang hidrosilasi mikrosomal steroid
termasuk hormon endrogen dan estrogen, juga menghambat enzim karbonat
anhidrase yang juga mempengaruhi mineral kalsium (Ca). Golongan ini
bersifat karsinogen (memicu timbulnya kanker). Cara kerja racun ini
mempengaruhi sistem syaraf pusat, misalnya ; DDT, BHC, dieldrin,
endosulfan dan klordan. Adapun sub kelas dari senyawa organoklorint terdiri
dari 2 kelas yaitu :
a. DDT yang terdiri dari : Metoksikhlor, dikofol dan
khlorobenzilat.
b. Benzena yang terdiri dari : BHC, heptaklor, Toksafen,
dieldrin, endosulfan, endrin, khlordan, Lindan, siklodien, Aldrin,
Endosulfan, Heptahklor, Polikhloroterpen (Baenaki,1993).
Organoklorin bekerja dengan mengganggu keseimbangan ionkalium-
natrium didalam jaringan saraf. Tingkat keracunan senyawa ini dapat
bervariasi, namun seluruh senyawa organoklorin bersifat persisten dan dapat
terakumulasi secara biologi. Organoklorin telah dilarang penggunaannya di
berbagai negara karena membahayakan lingkungan dan kesehatan serta
bersifat sangat persisten. Gejala pada organoklorin adalah bingung, pusing,
tremor, kejang, kegagalan respirasi, kerusakan hati dan ginjal yang dapat
menimbulkan efek kronik yaitu Cancer, gangguan endokrin, infertilitas.
2. Organofosfat
Organofosfat merupakan senyawa yang tidak stabil dan memiliki sifat
yang lebih toksik dibandingkan dengan senyawa organokhlorin. Pestisida ini

5
masuk kedalam tubuh melalui mulut, kulit atau pernapasan, misalnya ;
diazinon, fention, fenitrotion, fentoat, klorpirifos, kuinalfos dan malation.
Adapun sub kelas dari senyawa organofosfat terdiri dari 3 kelas yaitu :
a. Alifatik yang terdiri dari : Asefat, Naled, Monokrotofos,
Metamidofos, Dikhlorvos, Disulfoton, Malation, Etion Metamidofos,
Monokrotofos, Naled.
b. Fenil yang terdiri dari : Metil Paration, Etil Paration,
Tetrakhlorvinfos, Profenofos, Sulprofos, Paration, Fention, Fenofos,
Bromos Etil, khlorfenvinfos, Temefos.
c. Heterosiklik yang terdiri dari : Fosmet, Diazinon,
Azinfosmetil, Khlorpirifos.
Organofosfat dan karbamat telah menggantikan organoklorin. menghambat
kerja enzimasetil kolinesterase yang mengirimkan asetilkolin ke jaringan
saraf, mampu menyebabkan kelumpuhan. Organofosfat secara umum beracun
bagi vertebrata. Ditemukan pada awal abad ke 19, namun efeknya pada
serangga dan manusia baru diketahui pada tahun 1932. Beberapa sangat
beracun dan digunakan di Perang Dunia II sebagai senjata. Namun biasanya
tidak bersifat persisten di alam.
3. Karbamat
Senyawa ini merupakan turunan dari asam karbamik. Bahan aktif ini bila
masuk kedalam tubuh akan menghambat enzim kholinesterase, namun
bersifat reversible (pulih kembali) sehingga relatif aman dibandingkan
organoposphat (Kemenkes RI ,2012). Yang termasuk kedalam golongan ini
misalnya ; karbaril, metomil. Adapun beberapa dari senyawa karbamat yaitu :
Karbofuran, Tiokarb, Propoksur, Bufenkarb, BPMC, MTMC, Dioksakarp,
Isoprokarp, Kartap, Tiodikarb, Bufenkarb. Pada umumnya, pestisida
kelompok ini dapat bertahan dalam tubuh antara 1 sampai 24 jam sehingga
cepat diekskresikan.
C. Toksikokinetik pestisida
Pestisida masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara, diantaranya absorpsi
melalui kulit, melalui oral baik disengaja atau kecelakaan, dan melalui pernafasan.
Absorbsi lewat kulit atau subkutan dapat terjadi jika substansi toksik menetap di
kulit dalam waktu lama. Intake melalui saluran pernafasan terjadi jika pemaparan
berasal dari droplet, uap atau serbuk halus.

6
1. Absorbsi
a. Paparan Kulit
Paparan kasus yang paling banyak terjadi. Kontak tidak disengaja,
karena tidak menggunakan APD (alat pelindung diri), pakaian yang
terkontaminasi, penggunaan medis: kutu kepala. Langkah yang
dilakukan : Cuci dengan air dan sabun kemudian Lepaskan pakaian yg
terkontaminasi.
b. Paparan Melalui Mulut
Paparan terjadi apabila wadah/makanan tercemar/residu pestisida,
sengaja menelan /tertelan dan Menyusui. Langkah-langkah yang
dilakukan:
1) Bilas mulut dengan air
2) Jangan memaksakan muntah jika :
a) Korban tidak sadar
b) Mengalami kejang
c) Pestisida korosif
d) Label menngatakan tidak menyebebkan muntah
c. Paparan Melalui Pernafasaan
Pestisida terhirup saat penyemprotan. Pestisida dapat merusak hidung,
mulut, tenggorokan dan paru-paru bila terhirup debu/uap dalam
pestisida. Langkah-langkah yang dilakukan :
1) Pindahkan ke udara segar
2) Melonggarkan pakaian ketat
3) Melakukan pernapasan buatan jika diperlukan
d. Paparan Melalui Mata
Mata juga dapat dengan mudah menyerap pestisida. Paparan melalui
mata dapat menyebabkan kebutaan sementara atau permanen. Langkah-
langkah yang dilakukan :
1) Cuci mata dengan air bersih pada aliran air yang pelan
selama ±15 menit
2) Bawa ke Dokter jika ada rasa sakit dan kemerahan pada
mata
2. Distribusi
a. Pestisida larut lemak disimpan di jaringan adipose.
b. Diserap melalui kulit, diangkut dalam darah ke ginjal
(disaring atau diangkut dalam urin), atau tetap dalam darah.
c. Terhirup, menyerap ke dalam darah melalui jaringan paru-
paru, ke jantung sebelum diangkut ke ginjal.

7
d. Tertelan menyerap di lambung atau di usus. Kemudian
diserap ke dalam darah yang mengalir melalui hati. Di hati, terjadi
biotransformasi. Metabolit inaktif di bawa ke ginjal untuk diekskresi,
metabolit aktif masuk ke darah kembali. Setelah dari usus kecil ke usus
besar dan dikeluarkan melalui feses.
3. Biotransformasi
Metabolit inaktif, atau Metabolit yang lebih aktif. Metabolisme pestisida
jenis organofosfat akan menjadi :
a. Oksida aktif
b. Metabolit inaktif : yang spesifik (ME) dan non spesifik
(dialkylphosphates, DAPs).
DAPs merupakan biomarker paparan pestisida Organofosfat
4. Ekskresi
Dapat melalui urin, feses, dan air susu (ASI).
Pestisida meracuni manusia melalui berbagai mekanisme kerja.
1. Mempengaruhi kerja enzim dan hormon. Bahan racun yang masuk
kedalam tubuh dapat menonaktifkan aktivator sehingga enzim atau
hormon tidak dapat bekerja (Bolognesi, 2003). Pestisida tergolong sebagai
endocrine disrupting chemicals (EDCs), yaitu bahan kimia yang dapat
mengganggu sintesis, sekresi, transport, metabolisme, pengikatan dan
eliminasi hormon-hormon dalam tubuh yang berfungsi menjaga
homeostasis, reproduksi dan proses tumbuh kembang (Diamanti dalam
Suhartono, 2014).
2. Merusak jaringan. Masuknya pestisida menginduksi produksi
serotonin dan histamin, hormon ini memicu reaksi alergi dan dapat
menimbulkan senyawa baru yang lebih toksik (Bolognesi, 2003).
D. Efek Pestisida terhadap Kesehatan
Perbedaan kualitas paparan menimbulkan perbedaan dampak toksisitas.
Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu yang
singkat dengan akibat kronis. Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan
pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi
pestisida.
1. Keracunan Kronis
Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan
perilaku (bersifat neuro toksik) atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa
dampak kronis keracunan pestisida pada organ paru-paru, hati, lambung dan

8
usus (Jenni, et al, 2014), serta mempengaruhi kerja sistem organ seperti
sistem syaraf, sistem hormonal, sistem kekebalan tubuh (D’Arce, et al, 2004).
Individu yang terpapar oleh pestisida bisa mengalami batuk yang tidak
juga sembuh, atau merasa sesak di dada . Ini merupakan manifestasi gejala
penyakit bronkitis, asma, atau penyakit paru-paru lainnya. Kerusakan paru-
paru yang sudah berlangsung lama dapat mengarah pada kanker paru-paru
(Kurniasih, et al, 2013).
Individu yang terpapar pestisida mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk mengidap kanker. Tapi ini bukan berarti individu yang bekerja dengan
pestisida pasti akan menderita kanker. Ratusan pestisida dan bahan-bahan
yang dikandung dalam pestisida diketahui sebagai penyebab kanker. Penyakit
kanker yang paling banyak terjadi akibat pestisida adalah kanker darah
(leukemia), limfoma non-Hodgkins, dan kanker otak (Kumar, 2008).
Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar
pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan, sulit
berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan kehilangan
kesadaran dan koma (Yuantari, 2011).
Hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan bahan-bahan
kimia beracun. Pestisida yang masuk ketubuh akan mengalami proses
detoksikasi oleh organ hati. Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa
lain yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap tubuh. Meskipun demikian hati
itu sendiri sering kali dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama
bertahuntahun. Hal ini dapat menyebabkan penyakit seperti hepatitis, sirosis
bahkan kanker (Jenni, et al, 2014).
Lambung dan usus yang terpapar pestisida akan menunjukkan respon
mulai dari yang sederhana seperti iritasi, rasa panas, mual. muntah hingga
respon fatal yang dapat menyebabkan kematian seperti perforasi, pendarahan
dan korosi lambung.. Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala
umum dari keracunan pestisida. Banyak orang yang dalam pekerjaannya
berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami
masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida, baik sengaja atau tidak,
efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak
langsung melalui dinding-dinding perut (Pasiani, et al, 2012).

9
Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem
kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis
pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan
infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah
terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk
disembuhkan (www.hesperian.org).
Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti
otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol
fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon
reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria
atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida
dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya dapat berlanjut menjadi
kanker tiroid (Suhartono, 2014).
2. Keracunan Akut
Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada
saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida. Efek
keracunan akut terbagi menjadi efek akut lokal dan efek akut sistemik (Raini,
2007).
Efek akut lokal jika hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena
kontak langsung dengan pestisida biasanya bersifat iritasi mata, hidung,
tenggorokan dan kulit. Efek sistemik jika pestisida masuk kedalam tubuh
manusia dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida
keseluruh bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara
tidak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran air mata
serta pengeluaran air ludah secara berlebihan, pernafasan menjadi
lemah/cepat (tidak normal).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pestisida adalah bahan kimia yang penggunaannya dekat dekat kehidupan

manusia. Selain manfaat menguntungkan, bahan aktif pestisida juga menjadi

sumber racun yang membahayakan kesehatan manusia. Keracunan pestisida

berpengaruh terhadap kerja organ dan sistem organ. Intake racun pestisida

dapat terjadi secara sadar maupun tidak sadar melalui kulit, pernafasan dan

secara oral. Keracunan pestisida ditandai dengan gejala penurunan kondisi

kesehatan level ringan hingga berat, meskipun demikian diagnosis yang

akurat memerlukan proses medis baku.

11
DAFTAR PUSTAKA

Raini, Mariana. 2007. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan


Pestisida. [PDF]. https://media.neliti.com/media/publications/154483-ID-
toksikologi-pestisida-dan-penanganan-aki.pdf (Diakses pada tanggal 14
November 2019)

Setia Pamungkas, Oktofa. 2017. Bahaya Paparan Pestisida Terhadap Kesehatan


Manusia, Bioedukasi. [S.l.], v. 14, n. 1, apr. 2017. ISSN 2580-0094.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/BIOED/article/view/4532 (Diakses pada
tanggal 14 November 2019)

Purbayanti, Dwi. 2017. Toksikologi Pestisida. [PDF].


http://www.umpalangkaraya.ac.id/dosen/dwipurbayanti/wp-content/uploads
/2017/08/PESTISIDA pdf. (Diakses pada tanggal 12 November 2019)

12

Anda mungkin juga menyukai