Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN


“PANGAN TRANSGENIK”

DI SUSUN OLEH :

ASSHA VITALOKA 1703025001

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga saya dapat
menyelaisaikan Makalah “Agribisnis Tanaman Pangan” ini dengan sebaik
mungkin. Shalawat serta salam semoga Allah tetap curahkan kepada nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya dan umatnya hingga akhir
zaman. Aamiin.

Dalam makalah “Agribisnis Tanaman Pangan” ini saya membahas tentang


“Pangan Transgenik”. Makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna untuk
ini kami mohon maaf sebesar-besarnya jika ada kekeliruan-kekeliruan dan kata-
kata yang salah, saran dan kritik saya harapkan.

Samarinda, 28 september 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................1


1.1.1 Pengertian Trasngenik.............................................................................1
1.2 TUJUAN...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................4

2.1 TANAMAN TRANSGENIK.................................................................................4


2.2 TRANSFER GEN SECARA LANGSUNG..............................................................5
2.2.1 Penembakan Partikel...............................................................................5
2.2.2 Karbid silikon..........................................................................................6
2.2.3 Elektroporasi............................................................................................7
2.3.TRANSFER GEN TIDAK LANGSUNG................................................................8
1.Ti Plasmid......................................................................................................8
2..Metode Transfer Gen melalui Bakteri..........................................................9
2.4 BEBERAPA MANFAAT DARI PANGAN TRANSGENIK.....................................10
a. Tahan hama.................................................................................................10
b. Toleran terhadap herbisida.........................................................................10
c. Tahan penyakit............................................................................................11
d. Toleran terhadap dingin..............................................................................11
e. Toleran kekeringan / toleran salinitas.........................................................11
f. Nutrisi..........................................................................................................11
g. Farmasi.......................................................................................................12
h. Pengobatan tanaman...................................................................................12
2.5 DAMPAK NEGATIF YANG DITIMBULKAN DARI PROSES BIOTEKNOLOGI
PANGAN...............................................................................................................12

ii
2.6 SOLUSI UNTUK MENGURANGI DAMPAK NEGATIF DARI PROSES
BIOTEKNOLOGI PANGAN......................................................................................14

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

3.1 KESIMPULAN.................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Pengertian Trasngenik


Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun
kualitasnyamelalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau
virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang
mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat
berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.
Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa
genetika melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman
yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul
yang lebih baik dari tanaman sebelumnya.
Pembuatan tanaman transgenik adalah dengan cara gen yang telah
diidentikfikasi diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman.
Melalui suatu sistem tertentu, sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat
dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen. Tanaman pembawa gen
ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman inilah yang disebut
sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan
dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut.
Perubahan genetik pada individu berhubungan dengan perubahan DNA
pada individu tersebut. DNA merupakan molekul dalam sel yang dapat
membentuk satuan gen yang merupakan unit pewaris sifat bagi organisme
seperti warna mata, warna mahkota bunga, besar buah dan lainnya. DNA
memiliki untai ganda, bermuatan negatif karena gugus fosfat,
sensitif terhadap perubahan pH dan banyak memiliki domain untuk berikatan
dengan molekul lain (DNA, RNA atau protein). Gen biasanya diturunkan
(diwariskan) dari satu individu ke anakannya melalui proses DNA rekombinasi
1
yang biasanya terjadi pada saat pembelahan sel pada perkembangan makhluk
hidup.
DNA ini dapat dimodifikasi. Urutannya bisa diubah, ditambah atau
dikurangi, sehingga sifat yang dibawa oleh gen juga akan berubah. Artinya,
individu tersebut bisa memiliki penampakan atau sifat yang berbeda. Misalkan,
bila individu berupa tanaman padi yang rentan terhadap kekeringan ditambah
dengan gen yang membawa sifat tahan kekeringan, maka tanaman padi tersebut
menjadi tahan terhadap kekeringan.
Untuk memodifikasi DNA, digunakan bahan bahan yang berasal dari
alam seperti enzim restriksi yang dapat memotong DNA, ligase yang dapat
menggabungkan DNA dan lainnya. Sehingga, mekanisme yang berlangsung
akan meniru mekanisme yang terjadi dalam sel secara alami.
Pada saat ini penggunaan GMO atau Genetically Modified Organism telah
meluas dikarenakan adanya beberapa kelebihan yang didapatkan pada produk ini.
GMO yang merupakan hasil rekayasa genetika, tidak dapat disangkal mempunyai
beberapa kelebihan. Beberapa produk pertanian yang merupakan GMO bisa tahan
terhadap hama, tahan terhadap berbagai penyakit, penggunaan pestisida yang
lebih sedikit, mempunyai penampilan yang menarik, mempunyai nutrisi yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan produk yang asli, dan lain sebagainya.
Beberapa kelebihan dari GMO tersebut diklaim dapat mengatasi masalah populasi
dan pangan yang dihadapi oleh dunia.
Rekayasa genetika merupakan salah bentuk kemajuan teknologi paling
mutakhir dalam dunia biologi molekuler. Oleh karena itu, rekayasa genetika
memegang peranan penting dalam merubah susunan genetika makhluk hidup
sesuai dengan keperluan manusia di masa ini. Penerapan rekayasa genetika juga
telah memasuki perangkat terpenting bagi makhluk hidup yakni gen sehingga
tumbuhan yang dihasilkan dari rekayasa genetika ini diharapkan memiliki sifat-
sifat yang unggul, yang berbeda dari tanaman aslinya. Disusul dengan
perkembangan bioteknologi sehingga pemuliaan tanaman merupakan salah satu
sektor paling menjanjikan dalam industri pertanian. Namun, seperti teknologi baru
2
lainnya, keberadaan tanaman hasil rekayasa genetika mulai menuai kontroversi di
masyarakat dunia. Ada pihak yang mendukung dihasilkannya tanaman hasil
rekayasa genetik (sering disebut sebagai tanaman transgenik), tetapi ada beberapa
pihak yang dengan jelas penggunaan tanaman transgenik ini pada manusia. Hal ini
menimbulkan polemik bagi masyarakat dunia terhadap keberadaan makanan hasil
tanaman transgenik yang sudah tersebar luas di berbagai pasar. Perbaikan dan
peningkatan kualitas produksi pertanian (intensifikasi) untuk beberapa tahun yang
lalu masih signifi-kan, karena ketersediaan sumber daya alam dan teknologi
pertanian cukup memadai dan berimbang dengan ketersediaan lahan dan
peningkatan jumlah penduduk. Keadaan ini sulit untuk dipertahankan dimasa akan
datang, kecuali ada pendekatan baru yang mena-warkan ide dan teknik untuk
meningkatkan produktifitas pertanian. Penggunaan rekayasa genetika memiliki
potensi untuk menjadi problem solving dari ancaman krisis pangan tersebut.
Dengan segala kekurangannya rekayasa genetik. Dalam makalah ini kami
mencoba membahas mengenai rekayasa genetika, tumbuhan hasil modifikasi
genetik dan polemik yang ditimbulkannya. Pembahasan ini merupakan peninjauan
ulang terhadap berbagai jurnal dan artikel terkait rekayasa genetika dan
pengaruhnya.

1.2 Tujuan
Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru
yang memiliki sifat dan kualitas ketahanan terhadap mikroba pengganggu
sehingga produksi atau hasil menjadi lebih baik. Hasilnya saat ini sudah banyak
jenis mikroba transgenik, misalnya dapat diinokulasikan pada jaringan tanaman
jagung, kentang, kacang, kedelai, dan kapas. Keunggulan dari mikroba
transgenic tersebut umumnya adalah tahan terhadap serangan hama.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanaman Transgenik


Transgenik adalah suatu organisme yang mengandung transgen
melalui proses bioteknologi (bukan proses pemuliaan tanaman), Transgen
adalah gen asing yang ditambahkan kepada suatu spesies. Suatu jasad yang
memiliki sifat baru, yang sebelumnya tidak dimiliki oleh jenis jasad tersebut,
sebagai hasil penambahan gen yang berasal dari jasad lain. Juga disebut
organisme transgenik.
Teknik bioteknologi tanaman telah dimanfaatkan terutama untuk
memberikan karakter baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa
genetika tanaman memungkinkan pengintegrasian gen-gen yang berasal dari
organisme lain untuk perbaikan sifat tanaman. Salah satu contoh aplikasi
bioteknologi di bidang pertanian adalah mengembangkan tanaman transgenik
yang memiliki sifat (1) toleran terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida), (2)
tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, (3) mempunyai sifat-sifat khusus
(misalnya: tomat yang matangnya lama, padi yang memproduksi beta-
caroten dan vitamin A, kedelai dengan lemak tak jenuh rendah, strawberry
yang rasanya manis, kentang dan pisang yang berkhasiat obat), (4) dapat
mengambil nitrogen sendiri dari udara (gen dari bakteri pemfiksasi nitrogen
disisipkan ke tanaman sehingga tanaman dapat memfiksasi nitrogen udara
sendiri), dan (5) dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan buruk
(kekeringan, cuaca dingin, dan tanah bergaram tinggi). Penekanan pemberian
karakter tersebut dapat dibagi kedalam beberapa tujuan utama yaitu
peningkatan hasil, kandungan nutrisi, kelestarian lingkungan, dan nilai tambah
tanaman-tanaman tertentu. Sebagai contoh, beberapa tanaman transgenik yang
dikembangkan adalah :
1. Peningkatan kandungan nutrisi: Pisang, cabe, raspberries,
stroberi, ubi jalar.

4
2. Peningkatan rasa: tomat dengan pelunakan yang lebih lama,
cabe, buncis, kedelai.
3. Peningkatan kualitas: pisang, cabe, stroberi dengan tingkat kesegaran
dan tekstur yang meningkat
4. Kandungan bahan berkhasiat obat: tomat dengan kandungan lycopene
yang tinggi (antioksidan untuk mengurangi kanker)
5. Tanaman untuk produksi vaksin dan obat-obatan untuk mengobati
penyakit manusia

Perbedaaan pemuliaan tanaman konvensional dengan pemuliaan


tanaman secara transgenik adalah :
A. Pemuliaan tanaman secara konvensional:
1. Gen yang dipindahkan berasal dari spesies yang sama
2.Pemindahan gen melalui perkawinan inter spesies
B. Pemuliaan tanaman secara transgenik:
1.Gen yang dipindahkan berasal darispesies yangberbeda
2.Pemindahan gen melalui rekayasa genetika tanaman
Pelepasan varietas suatu tanaman di Indonesia diatur melalui Keputusan
Menteri Pertanian No. 902/Kpts/TP.240/12/96 tentang Pengujian, Penilaian
dan pelepasan varietas.

2.2 Transfer Gen Secara Langsung

2.2.1 Penembakan Partikel


Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi.Untuk
melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil
berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan
mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen
memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi
kerusakan sel selama penembakan berlangsung. Teknik paling modern dalam
transformasi tanaman adalah penggunaan metode penembakan partikel atau gene
5
gun. Metode transfer gen ini dioperasikan secara fisik dengan menembakkan
partikel DNA-coated langsung ke sel atau jaringan tanaman (Klein et al., 1988).
Dengan cara demikian, partikel dan DNA yang ditambahkan menembus dinding
sel dan membran, kemudian DNA melarut dan tersebar dalam sel secara
independen. Telah didemonstrasikan bahwa teknik ini efektif untuk mentransfer
gen pada bermacam-macam eksplan. Penggunaan penembakan partikel membuka
peluang dan kemungkinan lebih mudah dalam memproduksi tanaman transgenik
dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar ditransformasi dengan
Agrobacterium, khususnya tanaman monokotil seperti padi, jagung, dan turfgrass.

2.2.2 Karbid silikon


Metode transfer gen lain yang kurang umum digunakan dalam
transformasi tanaman tetapi telah dilaporkan berhasil mentransformasi jagung dan
turfgraas adalah penggunaan karbid silikon. Suspensi sel tanaman yang akan
ditransformasi dicampur dengan serat karbid silikon dan DNA plasmid dari gen
yang diinginkan dimasukkan ke dalam tabung Eppendorf kemudian dilakukan
pencampuran dan pemutaran dengan vortex (Kaeppler et al., 1990). Serat silicon
carbide berfungsi sebagai jarum injeksi mikro (microinjection) untuk
memudahkan transfer DNA ke dalam sel tanaman.
6
2.2.3 Elektroporasi
Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil
adalah elektroporasi dari protoplas, perlakuan poly-ethylene glycol (PEG) pada
protoplas dan kombinasi antara dua perlakuan tersebut (Joersbo dan Brunstedt,
1991). PEG memudahkan presipitasi DNA dan membuat kontak lebih baik
dengan protoplas, juga melindungi DNA plasmid mengalami degradasi dari enzim
nuclease. Sedangkan elektroporasi dengan perlakuan listrik voltase tinggi
menyebabkan permiabilitas tinggi untuk sementara pada membran sel dengan
membentuk pori-pori sehingga DNA mudah penetrasi ke dalam protoplas.
Integritas membran kembali membaik seperti semula dalam beberapa detik
sampai semenit setelah perlakuan listrik. Jagung dan padi telah berhasil
ditransformasi melalui elektroporasi dengan efisiensi antara 0,1-1%. Kelemahan
penggunaan protoplas sebagai explant untuk transformasi adalah sulitnya
regenerasi dari protoplas, dan ekstra komplikasi, serta variasi somaklonal akibat
panjangnya periode kultur.
Tahap elektroporasi berikutnya, yaitu dikejutkan dengan listrik
tegangan tinggi melalui larutan yang mengandung protoplas. Kejutan listrik ini
menyebabkan membran untuk sementara tidak stabil dengan membentuk pori-pori
kecil. Melalui pori-pori sementara ini, DNA gen donor dapat disuntikkan. DNA
diinjeksikan dalam bentuk transfer plasmid yang dipindahkan ke kromosom dan
menjadi satu dalam DNA tanaman. Tidak lama setelah pemberian kejutan listrik
dan injeksi, sel membran terbentuk kembali. Dinding sel juga terbentuk kembali
melalui proses pembalikan. Sel-sel yang baru saja diubah tersebut kemudian
dikultur untuk menghasilkan jenis sel yang unik yang membentuk organisme. Sel-
sel yang dihasilkan kemudian dipindahkan ke dalam lingkungan
pertumbuhan biasa di mana gen baru akan diekspresikan.
Pada proses elektroporasi ini, dimana enzim khusus pendenaturasi dinding
sel melepaskan dinding sel dari selnya. Kemudian sel-sel akan menjadi protoplas,
yaitu sel-sel tumbuhan yang dilucut dinding selnya tetapi masih dilapisi membran
selular.
7
2.3.Transfer Gen Tidak Langsung
Dari banyak teknik transfer gen yang berkembang, teknik melalui media
vektor Agrobacterium tumefaciens paling sering digunakan untuk
mentransformasi tanaman dikotil. A. tumefaciens mampu mentransfer gen ke
dalam genom tanaman melalui eksplan baik yang berupa potongan daun (leaf
discs) atau bagian lain dari jaringan tanaman yang mempunyai potensi
beregenerasi beregenerasi tinggi (Hinchee et al., 1988; Mullins et al., 1990). Gen
yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen spesifik DNA
plasmid Ti disebut DNA T (transfer DNA) yang berpindah dari bakteri ke inti sel
tanaman dan berintegrasi ke dalam genom tanaman. Karena A. tumefaciens
merupakan patogen tanaman maka Agrobacterium sebagai vektor yang digunakan
untuk transformasi tanaman adalah bakteri dari jenis plasmid Ti yang dilucuti
virulen-sinya (disarmed), sehingga sel ta-naman yang ditransformasi oleh
Agrobacterium dan yang mampu beregenerasi akan membentuk suatu tanaman
sehat hasil rekayasa genetik. Tanaman tersebut akan menurunkan DNA T yang
disarmed dan gen asing (dari sifat yang diinginkan) ke keturunannya. Teknik
transformasi melalui media vector Agrobacterium pada tanaman dikotil telah
berhasil tetapi sebaliknya tidak umum digunakan pada tanaman monokotil.
Meskipun demikian, beberapa peneliti melaporkan bahwa beberapa strain
Agrobacterium berhasil mentransformasi tanaman monokotil seperti jagung dan
padi.

1.Ti Plasmid 
adalah vektor alamiah yang digunakan untuk mentransfer DNA ke dalam
sel tanaman. Bakteri yang membawa plasmid Ti (contohnya Agrobacterium
tumefaciens) dapat menyebabkan tumor pada tanaman yang disebut crown gall,
terutama tanaman dikotil. Pada sebagian besar plasmid Ti, terdapat lima
kompleks gen, yaitu T-DNA (bagian yang ditransfer dan menyatu dengan genom
tanaman), gen virulen (vir) yang terdiri dari 50 kilo basa untuk mengatur proses
transfer T-DNA ke dalam DNA tanaman, gen tra/trb yang mengatur perpindahan

8
plasmid Ti antarbakteri, bagian yang mengatur sistem replikasi plasmid, dan
bagian gen yang menyandikan molekul opin. Molekul opin ini akan dihasilkan
oleh jaringan tanaman yang terinfeksi bakteri pembawa Ti plasmid . Ti Plasmid
dapat digunakan dalam pembuatan Tanaman Transgenik  berikut ini tahapan
pembuatan tanaman transgenik :

Proses transfer gen secara lengkap :


1) Melakukan skuensing pada DNA untuk gen yang akan diubah
diidentifikasi dan diperoleh dari organisme donor (bakteri). Skuensing ini
dapat dilakukan dengan mengacu pada informasi yang diketahui berkaitan
dengan urutan dari gen yang akan dipilih. Selanjutnya diikuti dengan
pemindahan gen dari organisme donor. Gen yang diinginkan dikeluarkan
dari organisme donor melalui penggunaan enzim spesifik yang dikenal
sebagai enzim restriksi.
2) Gen yang diinginkan kemudian dipolimer melalaui polimerase chain
reaction (PCR), yaitu metode untuk memperkuat DNA dan menghasilkan
sejumlah gen yang bisa diterapkan.
Setelah diperoleh, ada beberapa cara untuk mentransfer gen donor ke dalam sel
organisme target. Pada beras, digunakan proses yang lebih canggih.

2..Metode Transfer Gen melalui Bakteri


1. Ekstraksi  DNA dari plasmid Agrobacterium tumafaciens
menggunakan teknik PCR (polymerase chain reaction). Pemotongan
9
dan penggabungan/penyisipan  DNA yang dipilih melibatkan enzim
restriksi dan ligase.
2. Pengklonan gen oleh bacteria vektor sehingga dihasilkan  DNA yang
diharapkan kemudian klon gen Agrobacterium tumafaciens
diintroduksi/ditransformasi  ke dalam kultur sel tumbuhan.
3. Multifikasi dan regenerasi bagian-bagian tumbuhan sehingga
terbentuk  tumbuhan dengan sifat yang baru berikut gambar lain yang
bisa mendukung pemahaman tahapan pembentukan tanaman
transgenik. 

2.4 Beberapa Manfaat Dari Pangan Transgenik


Kebutuhan manusia akan ketersediaan bahan pangan akan meningkat dua
kali lipat pada 50 tahun mendatang. Hal ini memerlukan ketersediaan makanan
untk menghadapi tantangan di masa datang dan makanan hasil modifikasi genetik
diharapkan dapat memenuhi permasalahan ini dengan kelebihannya :

a. Tahan hama.
Kerugian tanaman akibat serangan hama serangga merupakan hal
yang mengejutkan, kehancuran dihasilkan dengan kerugian keuangan
bagi petani dan mati kelaparan di negara-negara berkembang. Petani
biasanya menggunakan berton-ton pestisida kimia setiap tahunnya
tetapi konsumen tidak ingin memakan makanan yang telah terkena
pestisida karena membahayakan kesehatan manusia dan sisa di lahan
yang menggunakan pestida dan pupuk dapat mencemari air dan hal
membahayakan bagi lingkungan. Munculnya makanan hasil
modifikasi genetik seperti jagung B.t., dapat membantu mengurangi
penggunaan pestisida kimia dan mengurangi pengeluaran akibat
dijualnya hasil tanaman ke pasar.

10
b. Toleran terhadap herbisida.
Pada beberapa hasil tanaman, hal yang kurang efisien dalam
mencabut rumpur liar, maka para petani selalu menyemprotkan
dengan jumlah banyak herbisida yang berbeda-beda untuk
memusnahkan keberadaan rumput liar, membutuhkan waktu dan
proses-proses yang mahal, bahwa dibutuhkan perlindungan sehingga
herbisida tidak membahayakan hasil tanaman atau lingkungan. Hasil
tanaman modifikasi genetik menjadi resisten pada satu jenis herbisida
yang dapat membantu melindungi lingkungan dari bahaya residu
sejumlah herbisida.

c. Tahan penyakit
Banyak jenis-jenis virus, jamur dan bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit pada tanaman. Para ahli biologi tanaman bekerja
menciptakan tanaman-tanaman dengan rekayasa genetik tahan
terhadap penyakit-penyakit ini.

d. Toleran terhadap dingin


Suhu dingin yang tidak diharapkan akan membunuh bibit yang
sensitif. Suatu gen anti beku dari ikan air dingin telah diintroduksikan
ke dalam tanaman seperti tembakau dan kentang. Dengan gen anti
beku ini, tanaman ini mampu untuk bertahan dalam temperature
dingin yang pada kondisi normal dapat membunuh bibit yang tidak
dimodifikasi.

e. Toleran kekeringan / toleran salinitas


Pertumbuhan populasi dunia dan kelebihan lahan adalah kebutuhan
untuk perumahan disamping produksi makanan, para petani akan
butuh untuk menanam hasil tanaman di lokasi sebelumnya belum
digunakan pengolahan tanaman. Pembuatan tanaman yang dapat
bertahan selama periode panjang terhadap kekeraingan atau kadar

11
garam yang tinggi yang terkandung dalam tanah dan air tanah akan
membantu orang untuk menanam hasil tanaman di lahan yang kurang
bersahabat.

f. Nutrisi
Kekurangan nutrisi umumnya terjadi di negara-negara dunia ketiga
dimana perbaikan pada hasil tanaman seperti beras adalah bahan
makanan utama bagi kehidupan mereka. Walaupun demikian, beras
tidak mengandung sejumlah besar nutrisi yang dibutuhkan untuk
mencegak malnutrisi. Jika beras dapat direkayasa genetik untuk
mengandung vitamin dan mineral tambahan maka kekurangan nutsisi
dapat dihindari.

g. Farmasi
Obat-obatan dan vaksin sering menimbulkan pengeluaran dan kadang
kala dibutuhkan konsisi penyimpanan khusus yang tidak tersedia di
negara-negara dunia ketiga. Para peneliti bekerja untuk
mengembangkan vaksin yang dapat dimakan pada tomat dan kentang.
Vaksin ini akan lebih mudah untuk dikirim, disimpan dan dikelola
daripada vaksin suntik yang konvensional.

h. Pengobatan tanaman
Tidak semua tanaman modifikasi genetik tumbuh sebagai hasil
tanaman atau buah. Berlanjutnya polusi tanah dan air tanah menjadi
masalah di seluruh bagian di dunia. Tanaman seperti pohon poplar
yang telah di rekayasa genetik untuk dapat membersihkan polusi
logam berat dari tanah yang telah terkontaminasi.

2.5 Dampak negatif yang ditimbulkan dari proses bioteknologi pangan


Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan produksi pertanian
menimbulkan kecemasan bagi sementara pihak tentang kesehatan, yang
menyangkut keselamatan umum, perlindungan lingkunga sampai resiko terhadap
12
kesehatan perorangan. Bioteknologi pertanian memberikan harapan terciptanya
suatu isitem pertanian yang berkelanjutan. Tetapi ada yang berpendapat bahwa
bioteknologi dapat mengakibatkan terciptanya gulma baru maupun hama dan
penyakit baru, memasukkan racun dalam makanan, merusak pendapatan petani,
mengganggu sistem pangan dunia, dan merusak keanekaragaman hayati.
Pentingnya lingkungan dalam sistem pertanian sering dikaitkan dengan
konservasi sumber daya alam dan sumber daya hayati. Kekhawatiran dari
penerapan bioteknologi pertanian adalah potensi timbulnya organisme baru yang
dapat berkembang biak dengan tidak terkendali sehingga merusak keseimbangan
alam. Tanaman transgenik yang memiliki keunggulan sifat-sifat tertentu
dikhawatirkan menjadi “gulma super” yang berperilaku seperti gulma dan tidak
dapat dikendalikan. Selain menimbulkan dampak agroekosistem, produk pangan
transgenik dikhawatirkan membahayakan bagi kesehatan manusia. Salah satu
tanaman transgenik dapat menimbulkan alergi pada uji laboratorium, yaitu kedelai
transgenik yang mengandung methionine-rich protein dari Brazil.
Ada empat jenis resiko yang mungkin ditimbulkan oleh produk transgenik
yaitu : (1) Efek akibat gen asing yang diintroduksi ke dalam organisme
transgenik, (2) Efek yang tidak diharapkan dan tidak ditargetkan akibat
penyisipan gen secara random dan interaksi antara gen asing dan gen inang di
dalam organisme transgenik, (3) Efek yang dikaitkan dengan sifat konstruksi gen
artifisial yang disisipkan ke dalam organisme transgenik, dan (4) Efek dari aliran
gen, terutama penyebaran secara horizontal dan sekunder dari gen dan konstruksi
gen dari organisme transgenik ke spesies yang tidak berkerabat.
Resiko di atas menimbulkan potensi bahaya bagi lingkungan dan manusia
sebagai berikut: (1) Pemindahan DNA transgenik secara horisontal ke
mikroorganisme tanah, yang dapat mempengaruhi ekologi tanah, (2) Kerusakan
organisme tanah akibat toksin dari transgenik yang bersifat pestisida, (3)
Gangguan ekologis akibat transfer transgen kepada kerabat liar tanaman, (4)
Kerusakan pada serangga yang menguntungkan akibat transgenik bersifat
pestisida, (5) Timbulnya virus baru, (6) Meningkatnya resistensi terhadap
13
antibiotik, termasuk dan terutama pada manusia yang memakan produk
transgenik, dan (7) Meningkatnya kecenderungan allergen, sifat toksik atau
menurunnya nilai gizi pada pangan transgenik.
Keamanan pangan merupakan jaminan bahwa suatu pangan tidak akan
menyebabkan bahaya bagi konsumen, apaila pangan tersebut disiapkan/dimasak
dan atau dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dan penggunaan makanan tersebut.
Untuk produksi bahan pangan, jasad hidup yang digunakan haruslah jasad hidup
kelompok GRAS (Generally Recognizes as Safe), yaitu kelompok jasad hidup
yang dianggap aman digunakan sebagai sumber bahan pangan.
Dalam rangka pengendalian pangan, parameter obyektif sangat diperlukan
dalam pembuatan keputusan. Hal itu adalah kebutuhan terhadap kualitas pangan
dan standard keamanan, pedoman dan rekomendasi. Perdagangan pada pangan
organik dan hasil pertumbuhan pada sektor ini dibatasi oleh ketidakadaan
peraturan yang harmonis diantara partner-partner dagang yang potensial. Pada
tahun 1991, masyarakat Eropa mengadopsi peraturan tentang produksi organik
hasil pertanian. Pada tahun 1999, CODEX Alimentarius Commission (CAC)
membuat pedoman untuk produksi, pemrosesan, pelabelan dan pemasaran
makanan-makanan yang diproduksi secara organik. Peraturan-peraturan ini
mengatur prinsip-prinsip produksi organik di lahan, pada tahap persiapan,
penyimpanan, transportasi, pelabelan dan pemasaran. Hal ini tidak secara
langsung mencakup hewan ternak tetapi pada proses pengembangan peraturan
untuk produksi hewan ternak secara organik. Adopsi dari pedoman internasional
merupakan langkah yang penting dalam penyediaan pendekatan yang terpadu
untuk mengatur subsektor makanan organik dan fasilitas bagi perdagangan
makanan organik. Pemahanam umum tentang pengertian dari organik seperti
halnya yang ada pada pedoman internasional yang diketahui memberikan ukuran
yang penting terhadap gerakan pemberdayaan perlindungan konsumen melawan
praktek-praktek kecurangan.

14
2.6 Solusi untuk mengurangi dampak negatif dari proses bioteknologi
pangan
Pengertian pertanian organik awalnya berkembang dari konsep pertanian
akrap lingkungan yang di perkenalkan oleh Mokichi Okada pada tahun 1935,
yang kemudian dikanal dengan konsep Kyusei Nature Farming (KNF). Konsep ini
memiliki lima prinsip, yaitu : (1) Menghasilkan makanan yang aman dan bergizi;
(2) Menguntungkan baik secara ekonomi maupun spiritual; (3) Mudah
dipraktekkan dan mampu langgeng; (4) Menghormati alam dan menjaga
kelestarian lingkungan; dan (5) Menghasilkan makanan yang cukup untuk
manusia dengan populasi yang semakin meningkat.
Pertanian organik merupakan metode pertanian yang tidak menggunakan
pupuk sintetis dan pestisida. Gambaran ini tidak menyebutkan esensi dari bentuk
pertanian, tetapi pengelolaan pertanian seperti pemupukan tanah dan pengendalian
masalah hama penyakit. Meskipun banyak teknik tunggal yang digunakan pada
pertanian organik digunakan dalam kisaran luas sistem pengelolaan pertanian,
yang membedakan pertanian organik adalah titik tekan dari pengelolaannya. Pada
sistem organik titik tekannya adalah pemeliharaan dan pengembangan secara
menyeluruh pada kesehatan tanah-mikroba-tanaman-hewan (holistic approach)
pada pertanian individual, yang berpengaruh terhadap hasil saat ini dan di masa
mendatang. Penekanan pada pertanian organik adalah pada penggunaan input
(termasuk pengetahuan) dengan cara yang mendorong proses biologis dalam
penyediaan unsur hara tersedia dan ketahanan terhadap serangan organisme
pengganggu tanaman. Pengeloaan secara langsung diarahkan pada pencegahan
masalah, dengan menstimulasi proses-proses yang mendukung dalam penyediaan
hara dan pengendalian hama penyakit.
Departmen Pertanian Amerika Serikat (1980), menegaskan konsep
pertanian organik adalah sebagai berikut: sistem produksi yang menghindari
penggunaan pupuk sintetis, pertisida, hormon pertumbuhan, dan bahan aditif
sintetik makanan ternak. Untuk hasil yang maksimum, sistem pertanian organik
mengandalkan rotasi tanaman, sisa-sisa tanaman, pupuk kandang, legume, pupuk
15
hijau, sampah-sampah organik, budidaya mekanis, batuan mineral, dan aspek-
aspek pengendalian hama penyakit biologis untuk memelihara produktivitas tanah
untuk menyediakan hara tanaman dan untuk mengendalikan serangga, gulma dan
organisme pengganggu tanaman lainnya.
Menurut CAC (1999), pertanian organik adalah keseluruhan sistem
pengelolaan produksi yang mendorong dan mengembangkan kesehatan
agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologis dan aktivitas biologis
tanah. Hal itu menekankan penggunaan praktek-praktek pengelolaan yang
mengutamakan penggunaan input off-farm yang memperhitungkan kondisi
regional sistem yang disesuaikan secara lokal. Hal ini merupakan penyempurnaan
dengan menggunakan jika memungkinkan agronomik, biologis, dan metode
mekanis yang bertentangan dengan penggunaan bahan-bahan sintetik untuk
memenuhi fungsi-fungsi spesifik dalam sistem.
Sistem pertanian organik berpijak pada kesuburan tanah sebagai kunci
keberhasilan produksi dengan memperhatikan kemampuan alami dari tanah,
tanaman, dan hewan untuk menghasilkan kualitas yang baik bagi hasil pertanian
maupun lingkungan. Ada tiga kunci yang harus ada pada sistem pertanian
organik, yaitu : (1) merupakan suatu sistem pertanian menyeluruh; (2) membatasi
bahan aatau input noorganik; dan (3) menjaga kelestariaan dan kelangsungan
agroekosistem. Prinsip pertanian organik adalah bersahabat dan selaras dengan
lingkungan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan pada bagian pembahasan, dapat
saya simpulkan bahwa penerapan bioteknologi pangan yang bertujan demi
ketahanan pangan adalah sesuatu yang baik dan berguna untuk kelangsungan
kehidupan manusia dan juga makhluk bumi. Jika ternyata hasil dari proses

16
bioteknologi pangan tersebut menimbulkan dampak balikan yang justru
membahayakan bagi kesehatan manusia itu sendiri, kita merasa itu adalah salah
satu bagian dari cuplikan adegan proses panjang ke arah penemuan cara untuk
menghasilkan ketahanan pangan bagi masyarakat dunia. Karena kita harus
percaya bahwa kesempurnaan adalah milik Tuhan yang maha segala-galanya dan
kita sebagai makhluk ciptaannya harus berusaha minimal untuk mencapai satu
bagian (walaupun kecil) dari kesempurnaan tersebut. Haram hukumnya bagi kita
untuk menghentikan sebuah proses discovery (penemuan) hanya dengan alasan-
alasan yang bahkan jauh lebih tidak ilmiah dari apa yang kita temukan. Dalam
masalah bioteknologi pangan yang justru menimbulkan bahaya bagi kesehatan,
salah satu solusinya adalah pertanian organik. Karena pertanian organik ini lebih
mengutamakan kesuburan tanah sebagai faktor penting pertumbuhan tanaman.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11313905/MAKALAH_TRANSGENIK
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5aafff9fdba954d00eb5338
ba1b06a14.pdf
http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/351/pdf/Mengenal_tanaman_

18

Anda mungkin juga menyukai