Anda di halaman 1dari 13

Keracunan Debu Titanium Dioksida Pada Karyawan Pabrik M&M’s Australia

Toksikologi Industri

Dosen: Ibu Mirta Dwi Ayu

Nama : Siti Amaliah 20170301006

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Esa Unggul

JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan segala karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan
sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Makalah ini disusun dengan tujuan agar dapat memberikan berbagai informasi
penting tentang keracunan debu titanium dioksida pada karyawan pabrik M&Ms di Australia.
Makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan yang masih perlu disempurnakan. Untuk itu,
kritik dan saran sangat saya harapkan untuk lebih menyempurnakan susunan makalah ini dan
akan diterima dengan senang hati.

Untuk selesainya makalah ini saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat.

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Toksiokologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan suatu zat atau
bahan kimia pada organisme hidup atau ilmu tentang racun. Toksikologi industri membahas
tentang berbagai bahan beracun yang digunakan diolah atau dihasilkan oleh industry. Bahan
toksik atau racun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relative sedikit, berbahaya bagi
kesehatan atau jiwa manusia.

Titanium dioksida (TiO2) juga bisa disebut Titania atau Titanium (IV) oksida
merupakan bentuk oksida dari titanium secara kimia dapat dituliskan TiO2. Senyawa ini
dimanfaatkan secara luas dalam bidang anatas sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,
fotokatalis dan elektroda dalam sel surya. Titanium dioksida (TiO2) dapat dihasilkan dari reaksi
antara senyawa titanium tetraklorida (TiCl4) dan O2 yang dilewatkan melalui lorong silika pada
suhu 700 C. Senyawa TiO2 bersifat amfoter, terlarut secara lambat dalam H2SO4(aq) pekat,
membentuk kristal sulfat dan menghasilkan produk titanat dengan alkali cair. Sifat senyawa
TiO2 adalah tidak tembus cahaya, mempunyai warna putih, lembam, tidak beracun, dan
harganya relatif murah. Titanium dioksida dapat dihasilkan dari proses sulfat ataupun klorin.

Titanium dioksida ditemukan sebagai mineral pada batuan magmatic dan vena
hidrotermal, serta pelek pelapis pada perovskite. TiO2 juga membentuk lamella pada mineral
lainnya. garis spectral dari titanium oksida menonjol pada bintang kelas M, yang cukup dingin
untuk memungkinkan molekul bahan kimia ini terbentuk. Dijuluki sebagai superstar material,
karena sangat banyak diteliti dan pengaplikasiannya sangat luas mulai dari cat, sel surya sampai
dengan perangkap nyamuk. Titanium ini merupakan jenis material semikonduktor yang tidak
terdapat dialam secara alami, namun harus diekstrak terlebih dahulu dari leuxocene dan dari
bijih ilmenite.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Studi Kasus Keracunan Debu Titanium Dioksida Pada Karyawan Pabrik
M&M’s Australia
2.1.1 Kronologis Kejadian
Peter Quick, seorang karyawan yang bekerja di pabrik M&M’s,
Ballarat, Australia terkena gangguan pernapasan yang sangat
parah akibat keracunan/terpapar debu titanium dioksida.
Titanium dioksida sendiri digunakan oleh pabrik tersebut untuk
mencerahkan warna makanan yang mereka produksi. Debu dari
titanium dioksida yang ditambahkan ke lapisan akhir M & M’s
ini menyebabkan keluhan pernafasan yang sangat parah pada
korban. Menurut pengacara korban, akibat insiden ini korban
tidak akan pernah dapat bekerja lagi. Seorang juru bicara
perusahaan mengatakan titanium dioksida adalah salah satu dari
beberapa warna yang digunakan dalam produk-produknya dan
sudah disetujui penggunaannya oleh Standar Makanan
Australia-Selandia Baru. Namun perusahaan enggan
berkomentar soal kasus Peter Quick. “The company sent me to
independent respiratory specialists and they all agreed the high
dust levels of titanium dioxide (in the M&M’s finishing section)
caused my lung disease,” begitu pernyataan dari Peter Quick.
2.1.2 Toksikan
Deksripsi
Toksikan dalam peristiwa ini adalah Titanium Dioksida dengan
nama lain Titania. Rumus Kimia dari Titanium Dioksida adalah
TiO2. Titanium dioksida adalah sebuah zat berwarna putih yang
banyak digunakan dalam cat dan plastik, sebagai bahan aditif
dalam makanan untuk mencerahkan tepung, produk sehari-hari
dan dalam bidang konfeksi. Zat ini terdapat banyak di alam
seperti di udara perkotaan, sungai, air minum dan dapat dideteksi
dalam banyak makanan.
2.1.3 Disposisi

2
Sekitar 3 persen dari dosis oral Titanium yang diserap.
Kebanyakan yang diserap akan di-eksresikan kedalam urine.
Konsentrasi dalam urin yang normal adalah 10 mikro gram/liter.
Perkiraan beban tubuh terhadap titanium adalah 15 mg. Zat ini
kebanyakan tinggal di paru-paru, sebagai akibat dari pajanan
inhalasi. Titanium yang dihirup cenderung untuk tinggal dalam
paru-paru dalam waktu yang lama.
2.1.4 Toksikologi
Pekerja yang terkena pajan Titanium dioksida kemungkinan
besar bekerja di bidang pack Bing, penggilingan, site cleaning
dan maintenance. Pajanan pekerja terhadap Titanium dapat saja
sangat berat, dan konsentrasi di dalam udara hingga 50 mg/m3
pernah dilaporkan. Titanium dioksida telah digolongkan sebagai
partikulat yang menganggu dengan TLV sebesar 10 mg/m3 dan
exposure limit pada NIOSH sebesar 15 mg/m3. Meskipun
ambang batasnya besar, namun pernah dilaporkan kejadian
fibrosis ringan dari jaringan paru-paru sebagai akibat pajanan
inhalasi terhadap pigmen Titanium Dioksida. Selain di paru-
paru, titanium diokside juga telah diketahui masuk melalui
semua rute ( pernapasan, makanan, dermal dan lapisan sub
kutan).

2.2 Sifat fisik dan kimia


2.2.1 Rupa
- Jenis benda (padat,cair atau gas) : Zat padat
- Bentuk : Bubuk
- Warna : Putih
- Bau : Tidak berbau
- Ph : 5- 8.5
- Titik meleleh atau membeku : 1830 – 1850 C (3326 –
3362 F)
- Titik didih, titik didih awal, dan : 2500 – 3000 C (4532 –
5432 F) Jangkauan titik didih
- Sifat mudah menyala (padatan,gas) : Tidak tersedia

3
- Berat jenis relative : 4.1 sekitar (20 C)
- Kelarutan : Tidak dapat larut
- Densitas curah : 600 kg/m3 sekitar (20
C)

2.3 Sifat toksisitas, batas paparan (termasuk NAB)


2.3.1 Sifat Titanum Dioksida
TiO2 merupakan padatan berwarna putih, mempunyai berat
molekul 79,90; densitas 4,26 gcm-3 ; tidak larut dalam HCl,
HNO3 dan aquaregia, tetapi larut dalam asam sulfat pekat
membentuk titanium sulfat (TiSO4 ) (Cotton dkk., 1988).
TiO2 tidak menyerap cahaya tampak tetapi mampu menyerap
radiasi UV sehingga dapat menyebabkan terjadinya radikal
hidroksil pada pigmen sebagai fotokatalis. Reaktivitas
TiO2 terhadap asam tergantung temperatur saat dipanaskan.
TiO2 yang baru mengendap larut dalam asam klorida pekat,
namun bila TiO2 dipanaskan pada 900 C hampir semua tidak
larut dalam asam kecuali larutan sulfur panas, yang kelarutannya
meningkat dengan penambahan ammonium sulfat untuk
menaikkan titik didih asam dan HF. Secara kimiawi TiO2 murni
dibuat dari TiCl4 yang telah dimurnikan secara destilasi
bertingkat. Tetraklorida ini dihidrolisis dalam larutan encer
hingga diperoleh endapan berupa titanium dioksida terhidrat
yang selanjutnya dikalsinasi pada 800 C (Kirk, 1993). Partikel
TiO2 telah cukup lama digunakan sebagai fotokatalis
mendegradasi berbagai senyawa organik. TiO2 merupakan
semikonduktor yang memiliki fotoaktivitas dan stabilitas kimia
tinggi serta tahan terhadap fotokorosi dalam semua kondisi
larutan kecuali pada larutan yang sangat asam atau
mengandung fluoride. TiO2 juga bersifat nontoksik, memiliki
sifat redoks, yaitu mampu mengoksidasi polutan organik dan
mereduksi sejumlah ion logam dalam larutan (Brown, 1992).
2.3.2 Batas paparan Titanum Dioksida

4
OELs Indonesia Nilai Ambang Batas kontaminan terbawa udara
di tempat kerja
Komponen Jenis Nilai

Titanium BRSW 10 mg/l


Dioksida
Nilai Ambang Batas ACGIH US
Komponen Jenis Nilai

Titanium BRSW 10 mg/l


Dioksida
2.4 Route Of Entry (ADME)
2.5 Organ Sasaran
- Paru-Paru
2.6 Data Karsinogenik
- IARC
Bukti pada manusia tidak memadai, bukti pada hewan
terbatas
- ACGIH
Tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen pada manusia.
Peningkatan terjadinya adenoma paru pada tikus jantan dan
betina dan adanya lesi keratin yang didiagnosa sebagai
karsinoma sel skuamosa pada tikus betina yang menghirup
titanium dioksida dosis tinggi. Paparan titanium dioksida
yang dikombinasi dengan benzo piren secara intrtrakeal
dapat menimbulkan tumor jinak dan ganas pada laring,
trakea dan paru-paru dengan menggunakan kontrol
benzapirene.

2.7 Tanda dan Gejala


Debu dapat menimbulkan iritasi pada saluran napas, kulit
dan batuk. Penghirupan debu berulang-ulang dan waktu
berkepanjangan menambahkan resiko pengembangan
penyakit paru-paru.

5
2.8 Penanganan P3K
Tindakan pertolongan pertama untuk rute-rute eksposure berbeda
- Inhalasi
Pindahkan ke udara segar. Bila perlu gunakan kantong
masker berkatup atau peralatan sejenis untuk pemberian
pernapasan buatan. Panggil dokter jika rasa tidak nyaman
berlanjut
- Bersentuhan dengan kulit
Segera tinggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan
basahi menggunakan air yang banyak selama 15-20 menit.
Dapatkan bantuan medis bila iritasi berkembang atau
berlanjut.
- Bersentuhan dengan mata
Segera bilas mata dengan air. Lepaskan lensa kotak, dan
teruskan membilas dengan air mengalir selama setidaknya
15 menit. Tahan kelopak mata untuk memastikan seluruh
bagian mata dan kelopak mata terbilas dengan air. Segera
meminta bantuan medis.
- Tertelan
Bilas mulut secara merata. Jangan dimuntahkan tanpa
petunjuk pusat pengendalian racun. Jangan sekali-kali
memberikan apapun lewat mulut kepada orang yang tidak
sadar. Bila bahan tertelan dalam jumlah besar, segera
hubungi pusat pengendalian racun.
2.9 Pemantauan Biologis

2.10 Pemantauan dan pengukuran di tempat kerja

2.11 Rekomendasi pengendalian


- Melakukan pengendalian rekayasa engineering, dengan
membuat ventilasi atau exhaust di area kerja agar Titanium
dioksida yang ada di udara dapat tersirkulasi dengan baik.

6
- Kebersihan dan perawatan lingkungan kerja atau tempat
kerja.
- Perusahaan menetapkan prosedur, instruksi kerja dan cara
kerja yang aman bagi pekerja.
- Perusahaan seharusnya melakukan pemantauan perilaku dan
pengawasan aktivitas pekerjaan di tempat kerja, sehingga di
terapkannya evaluasi dan penilaian system kerja secara
berkala.
- Memberikan training singkat mengenai penggunaan APD
untuk mencegah bahaya Titanium dioksida terutama APD
berupa masker, karena kebanyakan pajanan pada zat ini
melalui inhalasi.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

8
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/document/367062595/Studi-Kasus-Keracunan-Debu-Titanium-Dioksida-Pada-
Karyawan-Pabrik-m

http://lms.unhas.ac.id/cl1/claroline/work/user_work.php?cmd=exDownload&authId=24889&
assigId=1&workId=5&cidReset=true&cidReq=241K5122

http://ik.pom.go.id/v2016/katalog/Titanium%20Dioksida.pdf

https://www.academia.edu/9435958/LEMBAR_DATA_KESELAMATAN_BAHAN

Anda mungkin juga menyukai