Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era industrialisasi teknologi semakin maju terutama pada produksi alat

kerja, pada alat penggunaannya tentu perlu keahlian, pengaman dan

penuntun yang tepat guna mengurangi potensi terjadinya kecelakaan kerja

maupun penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja sangatlah

berpengaruh penting bukan hanya bagi pekerja tapi juga untuk produktifitas

perusahaan terhadap produksi dan kemajuan perusahaan.

Keselamatan kerja menurut Fatoni (2013) ialah segala sarana dan upaya

untuk mencegah terjadinya kecelakan kerja, keselamatan yang dimaksud

berkaitan erat dengan mesin, alat kerja dalam proses landasan tempat kerja

dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan

keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja didalam melaksanakan

tugasnya, melindungi keselamatan setiap orang yang berada dilokasi tempat

kerja dan melindungi keamanan peralatan serta sumber produksi agar selalu

dapat digunakan secara efisien (Silalahi, 1995 dalam Sari, 2012).

Menurut Peraturan Kementrian Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan menyatakan bahwa mengingat pentingnya kesehatan dan

keselamatan kerja para tenaga kerja yang diharapakan mencapai

produktivitas yang tinggi maka perlu diupayakan perlindungan dengan

antisipasi bahaya sedini mungkin, yang dimana kita ketahui bahwa

kesehatan adalan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

1
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial

dan ekonomis.

Timbulnya penyakit akibat kerja di tempat kerja dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti radiasi. Radiasi merupakan salah satu cara

perambatan energi dari suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa

membutuhkan medium atau bahan penghantar tertentu. Radiasi ini memiliki

dua sifat yang khas, yaitu tidak dapat dirasakan secara langsung oleh panca

indra manusia dan beberapa jenis radiasi dapat menembus berbagai jenis

bahan. Radiasi bukan hanya radiasi nuklir, tetapi juga radiasi lain seperti

gelombang radio, gelombang televisi, pancaran sinar matahari, dan lain-lain

(Munthe, 2011).

Istilah radiasi sering dianggap menyeramkan, sesuatu yang

membahayakan, mengganggu kesehatan bahkan keselamatan. Padahal di

sekitar kita baik di rumah, di kantor, maupun di tempat-tempat umum,

ternyata banyak sekali radiasi. Radiasi pada dasarnya adalah suatu cara

perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya tanpa

membutuhkan panas. Beberapa contoh adalah perambatan panas, cahaya,

dan gelombang radio. Spektrum gelombang elektromagnetik yang kita

ketahui mencakup rentang frekuensi yang lebar. Gelombang radio, sinyal

televisi, sinar radar, cahaya tak terlihat, sinar-x dan sinar gamma merupakan

contoh-contoh gelombang elektromagnetik. Dalam ruang hampa,

gelombang ini semuanya merambat dengan kecepatan yang sama, 3 x 108

m/s (Swamardika, 2009).

2
Menurut International Labor Organitation (ILO), setiap tahun di

seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja.

Setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja

dan 160 juta pekerja yang terkena penyakit akibat kerja (Tarigan, 2012).

Seperti pada kasus kebocoran baru terjadi di reaktor nuklir Fukushima di

Jepang setelah pekerja mengisi tanki penyimpanan melebihi kapasitasnya.

Ditemukannya bahwa pekerja salah menghitung kapasitas tangki dan

kemungkinan air terkontaminasi mengalir ke laut. Seperti yang dideteksi

pada penilitan kasus ini, bahwa dampak radiasi sebenarnya Beta tidak akan

menembus lapisan plastik 5-10 milimeter atau sepatu kulit dan tentunya

tidak bermasalah namun efek yang ditimbulkan lama-lama melebihi batas

yang di izinkan oleh pihak jepang. Kejadian ini juga dikarenakan adanya

pengaruh kejadian tsunami dua tahun lalu yang melanda jepang. Solusi yang

akan dilakukannya yaitu dengan menanam modal senilai ratusan juta dollar

untuk membangun dinding di sekitar reaktor untuk menghentikan kebocoran

yang kemungkinan dapat terjadi lagi (BBC Indonesia, 2013).

Penelitian besar-besaran lainnya dilakukan oleh World Health

Organization’s International Agency for Research on Cancer

(WHO/IARC), dengan 31 ilmuwan dari 14 negara, menyatakan bahwa

radiasi yang dikeluarkan oleh sinyal handphone memungkinkan terjadinya

kanker dan penyakit lainnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

dinyatakan bahwa handphone tergolong dalam carcinogenic kategori 2B,

mirip seperti bahan kimia pestisida DDT dan gas pembuangan bensin, yang

3
artinya radiasi yang dikeluarkan handphone itu memungkinkan terjadinya

kanker otak pada manusia (Prayogo, 2013).

Tahun 2012, tiga pekerja terpapar tingkatan radiasi 10.000 kali lebih

tinggi dari normal yang bekerja di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Fukushima, Jepang. Hal ini terjadi karena kerusakan pada reaktor yang

menyebabkan kebocoran pipa atau ventilasi. Tiga pekerja tersebut

mengganti sebuah kabel di reaktor dan mengaduk-aduk air yang

mengandung yodium, cesium, dan kobalt 10.000 kali tingkatan normal

(Biddinika, 2012).

Menurut penelitian Sanu (2015) tentang hubungan intensitas

penggunaan smartphone dengan adanya keluhan penglihatan pada siswa

Kelas XI Jurusan UPW di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo menunjukkan

bahwa responden lebih banyak mengalami keluhan penglihatan sebanyak 34

responden (91,9%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami keluhan

penglihatan 3 responden (8,1%). Keluhan penglihatan yang sering dialami

responden antara lain keluhan mata lelah, mata terasa sakit, mata terasa

kering, dan sakit kepala, dan beberapa responden mengalami keluhan, mata

terasa gatal, mata berair dan penglihatan kabur.

Menurut penelitian Mayemi (2013) tentang dampak radiasi terhadap

kesehata pekerja radiasi di RSUD Arifin Achmad, RS Santa Maria dan RS

Awal Bros Pekanbaru menunjukkan bahwa 39 responden (100%) kadar

leukosit pekerja radiasi pada tiga Rumah Sakit di Kota Pekanbaru periode

tahun 2008 - 2009 sebagian besar normal yaitu pada tahun 2008 sebanyak

4
36 orang (92,3%), tahun 2009 sebanyak 38 orang (97,4%), tahun 2010

sebanyak 38 orang (97,4%) dan tahun 2011 sebanyak 35 orang (89,7%). Hal

tersebut dapat diartikan bahwa perubahan kadar leukosit pekerja radiasi

selama periode 2008 – 2011 sebagian besar normal dan hanya pada tahun

2011 terdapat 4 (1,3%) orang pekerja radiasi yang memiliki kadar leukosit

abnormal, dimana tidak dalam rentang 6.000 – 11.000 mm3. Hal ini

disebabkan kurangnya kepatuhan pekerja radiasi menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD) seperti apron, film badge, dan lain-lain saat

mengoperasikan pesawat radiasi, sehingga pekerja radiasi lebih banyak

terpapar radiasi saat bekerja di bagian radiologi rumah sakit.

Menurut penelitian Susanto (2014) tentang faktor yang berhubungan

dengan keluhan Photokeratokunjungtivitis pada operator las di bengkel las

Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2014 menunjukkan bahwa

terdapat 89,4% operator las mengalami gangguan mata akibat terpapar

radiasi. Keluhan yang paling banyak dirasakan responden ialah mata perih

sebanyak 45 keluhan disusul mata merah sebanyak 44 keluhan sedangkan

keluhan yang paling sedikit dirasakan ialah mata terasa bengkak hanya 12

keluhan.

Berdasarkan data-data tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran data

kuantitatif mengenai tingkat radiasi terhadap berbagai sumber yang

dipancarkannya melalui benda-benda elektronik yang sering digunakan

dalam kehidupan sehari-hari seperti handphone, laptop, televisi, microwave

dan layar monitor sebagai sumber radiasi elektromagnetik. Praktikum

5
dilakukan di Percetakan Al-Hikma Grafika yang merupakan sebuah toko

yang menyediakan kebutuhan masyarakat seperti melayani photo studio,

percetakan, penyewaan dan printing. Toko ini beroperasi mulai pukul 08.00

– 22.00 WITA dengan jumlah pekerja 4 -6 orang perhari.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui cara penggunaan dan mampu mengoperasikan alat ukur

radiasi yaitu Electromagnetik Field Radiation Tester EFM-827.

b. Mengetahui intensitas radiasi pada alat elektronik yaitu komputer pada

pekerja di percetakan Al-Hikma Grafika di Jln. Perintis Kemerdekaan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Radiasi

Menurut Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, radiasi adalah emisi

energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi. Radiasi adalah bahwa energi

memancarkan (bergerak ke luar dalam garis lurus ke segala arah) dari suatu

sumber. Geometri ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran dan

unit fisik yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi.

Radiasi merupakan salah satu cara perambatan energi dari suatu sumber

energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan

penghantar tertentu. Radiasi dalam fisika mendeskripsikan setiap proses di

mana energi bergerak melalui media atau melalui ruang dan akhirnya

diserap oleh benda lain. Radiasi adalah fenomena atau peristiwa penyebaran

energi gelombang elektromagnetik atau partikel subatom melalui vakum

atau media material. Salah satu bentuk energi yang dipancarkan secara

radiasi adalah energi nuklir. Radiasi ini memiliki dua sifat yang khas, yaitu

tidak dapat dirasakan secara langsung oleh panca indra manusia dan

beberapa jenis radiasi dapat menembus berbagai jenis bahan (Arief, 2012).

Radiasi adalah suatu cara perambatan atau pancaran energi dari suatu

sumber melalui medium atau ruang dalam bentuk gelombang

elektromagnetik dan partikel. Radiasi dalam era globalisasi telah menjadi

bahan pembicaraan baik di dalam dunia kesehatan dan dunia elektronik.

7
Radiasi memiliki pengaruh yang baik yang dapat digunakan dalam dunia

kesehatan, tetapi radiasi juga memiliki efek buruk bagi kesehatan manusia.

Radiasi dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber seperti sinar matahari,

sinar gamma, jaringan telepon seluler dan sinar-X (Hidayati, 2012).

Radiasi adalah perambatan energi partikel yang bermuatan sehingga

mampu merambat kelingkungan sekitarnya. Perambatannya dapat berupa

cahaya, panas, dan gelombang radio serta dapat berpindah juga secara

kohesi, konduksi, dan konveksi. Radiasi adalah energi dalam bentuk

gelombang atau partikel subatomic yang bergerak. Radiasi secara umum

dapat dibagi dalam dua jenis yaitu non ionisasi (nampak dan ultraviolet) dan

ionisasi (sinar-X dan gamma). Radiasi partikel terdiri dari radiasi alpha, beta

dan neutron. Radiasi umumnya diartikan sebagai radiasi ionisasi. Radiasi

tidak dapat dirasakan langsung oleh indra manusia sehingga untuk

mengetahui adanya suatu radiasi di suatu tempat maka perlu adanya alat

bantu pendeteksi radiasi yang biasa disebut dengan detektor radiasi. Sifat

radiasi dapat berinteraksi dengan material yang dilalui dengan proses

ionisasi, eksitasi dan interaksi lainnya (Fitriawan, 2014).

B. Sumber Radiasi

Menurut Munthe (2011) berdasarkan sumbernya radiasi dapat dibagi

menjadi dua, yaitu:

1. Radiasi Alam

Radiasi alam dapat berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari

kulit bumi, hasil peluruhan radon dan thorium di udara, serta berbagai

8
radionuklida yang terbentuk secara alami. Radionuklida terbagi menjadi

dua, yaitu:

a. Primordial : radionuklida yang telah ada sejak bumi diciptakan.

b. Kosmogenik : terbentuk sebagai interaksi sinar kosmik.

2. Radiasi Buatan

Sumber radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau

berhubungan dengan kegiatan manusia, seperti penyinaran di bidang

medis, jatuhan radioaktif, radiasi yang diperoleh pekerja di fasilitas

nuklir, radiasi yang berasal dari kegiatan di bidang industri radiografi,

logging, pabrik dan lampu.

Sumber radiasi buatan yang erat hubungannya dengan aktivitas

manusia seperti handphone, laptop, televisi, oven dan layar monitor

komputer. Ponsel merupakan alat komunikasi dua arah dengan

menggunakan gelombang radio yang juga dikenal dengan Radio

Frekuensi (RF). Ketika melakukan panggilan, suara akan ditulis dalam

sebuah kode tertentu ke dalam gelombang radio dan selanjutnya

diteruskan melalui antena ponsel menuju ke base station terdekat.

Gelombang radio inilah yang menimbulkan radiasi.

C. Jenis-jenis Radiasi

Menurut Adiwardojo (2010), radiasi terdiri dari beberapa jenis, dan

setiap jenis radiasi tersebut memiliki panjang gelombang masing-masing.

Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi berdasarkan massa

dan radiasi berdasarkan muatan listrik.

9
1. Jenis radiasi berdasarkan massa

Ditinjau dari massanya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi

elektromagnetik dan radiasi partikel. Radiasi elektromagnetik adalah

radiasi yang tidak memiliki massa. Radiasi ini terdiri dari gelombang

radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, sinar-X, sinar

gamma dan sinar kosmik. Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel

yang memiliki massa, misalnya partikel beta, alfa dan neutron.

2. Jenis radiasi berdasarkan muatan listrik

Jika ditinjau dari muatan radiasi dapat dibagi menjadi radiasi

pengion dan radiasi non-pengion.

a. Radiasi Pengion

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan

proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila

berinteraksi dengan materi. Di dunia kerja, pekerja yang beresiko

terpajan radiasi pengion adalah pekerja yang bekerja dengan

menggunakan alat yang memancarkan sinar pengion dintaranya

radiographer di bagian bagian radiologi suatu klinik atau rumah

sakit, pekerja di laboratorium kimia, pengukur tinggi materi silo

yang menggunakan materi radioaktif sebagai indikator, penambang

uranium, operator PLTN, pembuat dan pengguna mikroskop

elektro. Selain itu, pekerja yang lokasi kerjanya berdekatan dengan

alat-alat tersebut juga berpotensi terpajan, bila sistem penyekat atau

sistem pengendaliannya tidak memenuhi persyaratan sehingga

10
mampu memutus pancaran sinar radiasi. Efek buruk dari radiasi

pengion adalah efek genetik, karsinogenik, dan gangguan

perkembangan janin.

Jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar

gamma, sinar-X dan neutron.

1) Partikel Alpha (α)

Partikel Alpha (α) mempunyai ukuran (volume) dan muatan

listrik positif yang besar, tersusun dari dua proton dan dua

neutron, sehingga identik dengan inti atom helium. Daya

ionisasi partikel α sangat besar, kurang lebih 100 kali daya

ionisasi partikel β dan 10.000 kali daya ionisasi sinar γ,

mempunyai muatan listrik yang besar, maka partikel α mudah

dipengaruhi oleh medan listrik yang ada di sekitarnya dan

setelah terlepas dari sumbernya, hanya mampu menjangkau

jarak sejauh 4 – 5 cm di dalam media udara, sedangkan akibat

ukurannya yang besar maka partikel α tidak mampu menembus

pori-pori kulit kita pada lapisan yang paling luar sekalipun.

2) Partikel Beta (β)

Partikel beta (β) mempunyai ukuran dan muatan listrik lebih

kecil dari partikel α. Daya ionisasinya di udara 1/100 kali daya

ionisasi partikel α dengan pengukurannya yang lebih kecil,

partikel β mempunyai daya tembus lebih besar dari partikel α.

11
Karena muatannya yang kecil daya jangkau partikel β di udara

bisa sejauh 9 cm.

3) Sinar γ

Sinar γ tidak mempunyai besaran volume dan muatan listrik

sehingga dikelompokkan ke dalam gelombang

elektromagnetik. Daya ionisasinya di dalam medium sangat

kecil. Karena tidak mempunyai muatan listrik maka sinar γ

tidak terbelokkan oleh medan listrik yang ada di sekitarnya,

sehingga daya tembusnya sangat besar dibandingkan dengan

daya tembus partikel α atau β.

4) Sinar-X

Sinar-X mempunyai kemiripan dengan sinar γ, yaitu dalam

hal daya jangkau pada suatu media dan pengaruhnya oleh

medan listrik dengan membedakan antara keduanya adalah

proses terjadinya. Sinar γ dihasilkan dari proses peluruhan zat

radioaktif yang terjadi pada inti atom, sedangkan sinar-X

dihasilkan pada waktu elektron berenergi tinggi yang

menumbuk suatu target logam. Sinar γ akan dipancarkan

secara terus menerus oleh sumber radioaktif selama sumber

tersebut bersifat tidak stabil, sedangkan sinar-X dapat setiap

saat dihentikan pancarannya apabila pesawat sinar-X tidak

diberikan suplai daya (tenaga listrik).

12
5) Partikel Neutron

Partikel neutron mempunyai ukuran kecil dan tidak

mempunyai muatan listrik, karena ukurannya yang kecil dan

tidak terpengaruh oleh medan listrik di sekitarnya, maka

partikel neutron memiliki daya tembus yang tinggi.

b. Radiasi Non – Pengion

Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan

menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi.

Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita.

Radiasi non-pengion merupakan bagian dari spektrum

elektromagneik dengan gelombang yang panjang (lebih dari 100

nm) dan berada dalam frekuensi rendah sehingga pancaran

energinya tidak cukup kuat untuk mengionisasi atom dari sel tubuh

yang dilaluinya. Radiasi non-pengion ini dihasilkan dari transmisi

listrik, melalui radio transmisi, kemudian getaran dan rotasi

molekul sehingga menimbulkan panas.

Jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio

(yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi),

gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave dan transmisi

seluler handphone), sinar inframerah (yang memberikan energi

dalam bentuk panas), cahaya tampak (yang bisa kita lihat), sinar

ultraviolet (yang dipancarkan matahari).

13
Pekeja yang beresiko terpajan radiasi non-pengion adalah

pekerja yang bekerja dengan menggunakan atau lokasi kerjanya

berdekatan dengan mesin atau peralatan yang mengeluarkan

gelombang elektromagnetik, misalnya tukang las, operator telepon,

operator VDT. Efek dari radiasi non-pengion adalah dapat

menimbulkan kelainan kulit dan mata.

D. Nilai Ambang Batas (NAB) Radiasi

Nilai Batas Dosis yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala Badan

Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 1 Tahun 1999 tentang Ketentuan

Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi adalah penerimaan dosis yang tidak

boleh dilampaui oleh seseorang pekerja radiasi selama jangka waktu

setahun, tidak bergantung pada laju dosis, baik dari penyinaran eksterna

maupun interna, tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran

medis dan penyinaran alam. NBD pemaparan radiasi berdasarkan, sebagai

berikut:

14
Tabel 1
Nilai Batas Dosis Pemaparan Radiasi

NILAI BATAS DOSIS


DEWASA
Seluruh tubuh 20mSv/tahun atau 2.000 mrem/tahun
150mSv/tahun atau 15.000
Lensa mata
mrem/tahun
Tangan, lengan kaki dan 500mSv/tahun atau 50.000
tungkai mrem/tahun
500mSv/tahun atau 50.000
Kulit
mrem/tahun
500mSv/tahun atau 50.000
Setiap organ atau jaringan
mrem/tahun
BATAS KHUSUS
Wanita hamil 13mSv pada abdomen selama 3
bulan
Magang dan Siswa di atas 18 Sama dengan pekerja radiasi
tahun
Siswa antara 16 – 18 tahun 6mSv/tahun atau 600 mrem/tahun
Masyarakat umum 1 mSv/tahun atau 100 mrem/tahun
Sumber: Badan Pengawas Tenaga Nuklir, 1999

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia

di Tempat Kerja mencantumkan beberapa nilai radiasi dan waktu pajanan

harian yang aman bagi manusia, seperti tertera pada tabel berikut:

15
Tabel 2
NAB Pemaparan Medan Magnet Statis yang Diperkenankan
Berdasarkan Permenaker Nomor 13 Tahun 2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
di Tempat Kerja

Kadar
Tertinggi yang
No Bagian Tubuh
diperkenankan
(Ceiling)
1 Seluruh tubuh (Tempat Kerja Umum) 2T
Seluruh tubuh (pekerja khusus dan
2 8T
lingkungan kerja yang terkendali)
3 Anggota Gerak (Limbs) 20T
4 Pengguna peralatan medis elektronik 0.5mT
Keterangan mT (mili Tesla)

Sumber : Peraturan Menteri Nomor 13, 2011

Tabel 3
Waktu Pemaparan Radiasi Sinar Ultra Ungu yang Diperkenankan
Berdasarkan Permenaker Nomor Per.13/Men/X/2011 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja

Masa pemaparan per hari Iradiasi Efektif (Ieff)


µW/cm2
8 jam 0,0001
4 jam 0,0002
2 jam 0,0004
1 jam 0,0008
30 menit 0.0017
15 menit 0.0033
10 menit 0,005
5 menit 0.01
1 menit 0.05
30 detik 0,1
10 detik 0,3
1 detik 3
0,5 detik 6
0,1 detik 30
Sumber: Peraturan Menteri Nomor 13, 2011

16
Tabel 4
NAB Medan Magnit untuk Frekuensi 1 - 30 kHz Berdasarkan
Permenaker Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja

NAB Rentang
No. Bagian Tubuh
(TWA) Frekuensi
1. Seluruh tubuh 60/f mT 1 – 300 Hz
2. Lengan dan paha 300/f mT 1 – 300 Hz
3. Tangan dan kaki 600/f mT 1 – 300 Hz
Anggota tubuh dan
4. 0,2 mT 300Hz – 30KHz
seluruh tubuh
Keterangan: f adalah frekuensi dalam Hz
Sumber: Peraturan Menteri Nomor 13, 2011

Keterangan : kHz : Kilo Hertz

MHz : Mega Hertz

GHz : Giga Hertz

f : Frekuensi dalam MHz

mW/cm2 : Mili Watt per senti meter persegi

V/m : Volt per Meter

A/m : Amper per Meter

E. Dampak Radiasi Terhadap Kesehatan

Menurut The National Radiological Protection Board (NPRB) UK,

Inggris, efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari

telepon seluler dibagi menjadi dua yaitu:

1. Efek Fisiologis

Efek fisiologis merupakan efek yang ditimbulkan oleh radiasi

gelombang elektromagnetik tersebut yang mengakibatkan gangguan

pada organ-organ tubuh manusia berupa, kanker otak dan pendengaran,

17
tumor, perubahan pada jaringan mata, termasuk retina dan lensa mata,

gangguan pada reproduksi, hilang ingatan dan kepala pening.

2. Efek Psikologis

Efek psikologis merupakan efek kejiwaan yang ditimbulkan

olehradiasi tersebut misalnya timbulnya stres dan ketidak nyamanan

karena penyinaran radiasi berulang-ulang.

Menurut Arief (2012) secara biologis efek radiasi dapat

dibedakan atas:

1. Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi

Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik.

Sel genetik adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-

laki, sedangkan sel somatik adalah sel-sel lainnya yang ada dalam

tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :

a. Efek genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah efek yang

dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan

radiasi.

b. Efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang

terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala

efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :

1) Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat

teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu

tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut),

eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah

18
sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai

mingguan pasca iradiasi.

2) Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah

waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi,

seperti katarak dan kanker

2. Berdasarkan dosis radiasi

Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi),

efek radiasi dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministic (non-

stokastik).

a. Efek Stokastik

Efek stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya

merupakan fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal

dosis ambang. Efek ini terjadi sebagai akibat paparan radiasi

dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel.

Radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk

menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat

molekul maupun sel.

b. Efek deterministic

Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat

paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena

radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi

pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila

dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan

19
umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat

keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang

diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung

pada jenis efek. Dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang,

kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah

nol.

F. Upaya Pengendalian Radiasi

Menurut Arief (2012) pada kegiatan pengkajian resiko (risk assesment),

hirarki pengendalian (hierarchy of control) merupakan salah satu hal yang

sangat diperhatikan. Pemilihan hirarki pengendalian memberikan manfaat

secara efektifitas dan efesiensi sehingga resiko menurun dan menjadi resiko

yang bisa diterima (acceptable risk) bagi suatu organisasi. Secara efektifitas,

hirarki kontrol pertama diyakini memberikan efektifitas yang lebih tinggi

dibandingkan hirarki yang kedua. Bahaya di tempat kerja sangatlah banyak,

maka perlu sebuah pengendalian. Adapun Pengendendalian bahaya secara

umum sebagai berikut:

1. Eliminasi

Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan

pada saat desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan

kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya

kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang

paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan perilaku pekerja

dalam menghindari resiko, namun demikian penghapusan benar-benar

20
terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis. Contoh

pengendalian radiasi dengan cara eliminasi yaitu dengan

menghilangkan alat yang dianggap terlalu beradiasi tinggi yang

melebihi nilai ambang batas.

2. Substitusi

Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses,

operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak

berbahaya. Pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal

melalui desain sistem ataupun desain ulang.

Contoh pengendalian radiasi dengan cara subsitusi yaitu

penggunaan sistem otomatis pada alat yang memancarkan radiasi agar

mengurangi keterpaparan pekerja terhadap radiasi. Pengendalian ini

dapat pula dilakukan dengan mengganti alat yang memiliki tingkat

radiasi tinggi dengan alat lain yang memiliki fungsi sama namun

tingkat radiasinya lebih rendah.

3. Pengendalian Secara Teknik

Metode Pengendalian secara teknik adalah mengurangi resiko dari

peralatan dan pekerjaan dengan cara membuat perubahan (rekayasa)

pada peralatan atau pekerjaan sehingga tingkat resiko dapat dikurangi

sampai ketitik resiko yang dapat diterima. Berupa pembatas fisik yang

diterapkan/diintegrasikan dalam teknik proteksi radiasi

elektromagnetik, adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan system interlocks.

21
b. Pemakaian shielding (penyekatan) tetap dalam disain fasilitas dan

peralatan. Partikel alfa dapat disekat dengan bahan tipis, misalnya

kertas. Partikel beta dapat disekat dengan bahan seperti aluminium

dan plastik.

c. Penggunaan remote manipulators.

d. Penggunaan preset timer dalam peralatan radiografi untuk

mengendalikan waktu pajanan.

4. Pengendalian Secara Administratif

Pengendalian ini pada umumnya berfokus pada resiko dengan

melengkapi pekerjaan dengan dokumentasi, perizinan, penandaan

(rambu-rambu) dan lain lain. Suatu metode administrasi untuk

mencegah atau meminimalkan pajanan terhadap hazard radiasi

meliputi:

a. Klasifikasi daerah kerja.

b. Pemasangan tanda-tanda secara jelas.

c. Pelatihan PR untuk pekerja dan manajer.

d. Prosedur kerja yang mengintegrasikan faktor waktu, jarak dan

penahan.

e. Local rules (misalnya pembatasan akses, persyaratan untuk

memakai dosimeter alarm).

f. Inventaris sumber.

g. Sistem audit keselamatan radiasi.

h. Penerapan tingkat investigasi.

22
i. Pembatasan waktu kerja atau pengaturan shift kerja.

5. Alat Pelindung Diri (APD)

Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan hal yang

paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya, dan alat pelindung diri

hanya berfungsi untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya, karena

sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya

menggandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap

pekerjaan.

Menurut Budiono (2003) Alat Pelindung Diri (APD) adalah

kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan

resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di

sekelilingnya. Alat pelindung diri atau perlengkapan proteksi yang

biasa digunakan oleh pekerja radiasi adalah:

a. Apron Proteksi Tubuh

Apron proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan

radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar-X hingga

150 kVp harus menyediakan sekurang – kurangnya setara 0,5 mm

lempengan Pb. Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda

secara permanen dan jelas pada apron tersebut.

23
Gambar 1.
Apron Proteksi Tubuh
Sumber: Ahmad dan Abidin, 2013
b. Penahan Radiasi Gonad

Penahan radiasi gonad jenis kontak yang digunakan untuk

radiologi diagnostik rutin harus mempunyai lempengan Pb, tebal

sekurang – kurangnya setara 0,25 mm dan hendaknya mempunyai

tebal setara lempengan Pb 0,5 mm pada 150 Kvp. Proteksi ini

harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah

gonad secara keseluruhan dari paparan berkas utama.

Gambar 2.
Penahan Radiasi Gonad
Sumber: Ahmad dan Abidin, 2013

24
c. Sarung Tangan Proteksi

Sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi

harus memberikan kesetaraan atenuasi sekurang – kurangnya 0,25

mm Pb pada 150 kVp. Proteksi ini harus dapat melindungi secara

keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan tangan.

Gambar 3.
Sarung tangan proteksi
Sumber: Ahmad dan Abidin, 2013
d. Penahan Radiasi

Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau panel

control dan tabung sinar-X atau pasien harus pada posisi dan

rancangan yang tepat sehingga dapat melindungi operator dari

radiasi bocor dan hamburan. Penahan radiasi harus mempunyai

ketebalan minimum yang setara dengan 1,5 mm Pb.

Jendela pengamatan yang terpasang di penahan radiasi

setidaknya mempunyai ketebalan yang setara dengan 1,5 mm Pb.

Ketebalan yang setara dengan Pb tersebut harus tertera pada

penahan radiasi dan jendela pengamat atau kaca intip.

25
e. Masker

Masker melindungi radiografer dari penularan dan infeksi

nasokimia karena radiografer harus berinteraksi dengan pasien

saat melakukan pemeriksaan. Masker berfungsi sebagai penyaring

udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara

buruk (misal berdebu, beracun, virus, dsb).

Gambar 4.
Masker anti radiasi
Sumber: Ahmad dan Abidin, 2013

f. Sarung tangan (gloves)

Sarung tangan adalah untuk melindungi radiografer dari

infeksi nasokimia mengingat radiografer selalu melakukan

pemeriksaan dan kontak langsung dengan pasien yang dapat

menularkan penyakit atau infeksi yang diderita pasien.

Gambar 5.
Sarung tangan (gloves)
Sumber: Ahmad dan Abidin, 2013

26
G. Lokasi Praktikum

Percetakan Al-Hikma Grafika merupakan sebuah toko yang

menyediakan kebutuhan masyarakat seperti melayani photo studio,

percetakan, penyewaan dan printing. Toko ini beroperasi mulai pukul 08.00

– 22.00 WITA dengan jumlah pekerja 4 -6 orang perhari.

Pekerja di Percetakan Al-Hikma Grafika bekerja selama 14 jam dengan

beban kerja yang sedang, dikatakan beban kerja sedang dikarenakan

pekerjaan tidak menetap/konsisten. Pekerja hanya bekerja di depan layar

komputer pada saat ada pelanggan yang ingin membuat info grafis ataupun

layanan-layanan percetakan lainnya. Pekerja di tempat tersebut terbagi atas

designer, kasir dan teknisi.

27
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Lokasi dan Waktu Praktikum

Pengukuran Pemaparan Radiasi alat elektronik dilakukan di percetakan

Al-Hikma Grafika di Jln. Perintis Kemerdekaan No.88 pada tanggal 10 Mei

2017, Pukul 10.00 – 11.00 WITA.

B. Instrumen Praktikum

Instrumen yang digunakan pada praktikum radiasi ini adalah:

1. Alat Praktikum

a. Electromagnetic Field Radiation Tester EFM-827

Gambar 1.
Electromagnetic Field Radiation Tester EFM-827
Sumber: Data Primer, 2017

b. Stopwatch/Timer

Gambar 2.
Stopwatch/Timer
Sumber: Data Sekunder, 2017

28
2. Objek Praktikum

Gambar 3.
Computer
Sumber: Data Primer,2017
C. Prinsip Kerja

Pada prinsip pendeteksian dan pengukuran radiasi dengan

menggunakan alat ukur radiasi memanfaatkan prinsip-prinsip kemampuan

interaksi (saling - tindak) antara radiasi dengan materi. Setiap alat ukur

radiasi selalu dilengkapi dengan detektor yang mampu mengenali adanya

radiasi. Apabila radiasi melewati bahan suatu detektor, maka akan terjadi

interaksi antara radiasi dengan bahan detektor tersebut (terjadi pemindahan

energi dari radiasi yang datang ke bahan detektor). Perpindahan energi ini

menimbulkan berbagai jenis tanggapan yang berbeda-beda dari bahan

detektor tersebut. Jenis tanggapan yang ditunjukan oleh suatu detektor

terhadap radiasi tergantung pada jenis radiasi dan bahan detektor yang

digunakan. Pendeteksian keberadaan dan atau besarnya radiasi dilakukan

dengan mengamati tanggapan yang ditunjukan oleh suatu detektor.

29
Untuk mengukur besarnya tanggapan yang diberikan oleh bahan

detektor maka detektor tersebut dihubungkan dengan peralatan khusus yang

mampu mengubah tanggapan-tanggapan tersebut menjadi sinyal-sinyal

elektronik. Selanjutnya, sinyal-sinyal elektronik tersebut

diubah/dikonversikan kedalam besaran tertentu. Dengan menggunakan faktor

konversi tertentu, besaran-besaran tersebut dapat ditampilkan secara

digital/analog sebagai hasil akhir berupa angka-angka yang menunjukan

besarnya radiasi yang diterima oleh bahan detektor.

D. Prosedur Kerja

1. Prosedur Kerja Pengukuran Radiasi Dengan Perlakuan I (Perlakuan

Salah)

a. Alat pengukuran radiasi (Electromagnetic Field Radiation Tester EFM-

827) disiapkan.

b. Objek praktikum yang akan diukur radiasinya (Computer) disiapkan.

c. Pastikan objek praktikum dalam keadaan menyala.

d. Pastikan alat pengukur radiasi menyala dengan menekan tombol ON.

e. Pada alat praktikum tombol diarahkan diarahkan ke nilai 200 µT.

Namun, apabila pada layar masih tertera angka 00,00 maka tombol

dipindahkan ke kisaran nilai 20 µT.

f. Jarak untuk mengukur radiasi dicari dengan rumus ½ x diagonal layar

computer x 5, didapatkan diagonal layar 50 cm sehinnga ½ x 50 x 5 =

125 cm sehingga jarak untuk mengukur radiasi adalah 125 cm

g. Sensor di arahkan ke computer dengan jarak 125 cm

30
h. Catat angka yang paling sering muncul pada display monitor alat

selama 1 menit pengukuran.

2. Prosedur Kerja Pengukuran Radiasi Dengan Perlakuan II (Perlakuan

Benar)

a. Alat pengukuran radiasi (Electromagnetic Field Radiation Tester EFM-

827) disiapkan

b. Objek praktikum yang akan diukur radiasinya (Computer) disiapkan.

c. Pastikan objek praktikum dalam keadaan menyala

d. Pastikan alat pengukur radiasi menyala dengan menekan tombol ON.

e. Pada alat praktikum tombol diarahkan diarahkan ke nilai 200 µT.

Namun, apabila pada layar masih tertera angka 00,00 maka tombol

dipindahkan ke kisaran nilai 20 µT.

f. Jarak untuk mengukur radiasi dicari dengan rumus ½ x diagonal layar

computer x5:2, didapatkan diagonal layar 50 cm sehinnga ½ x 50x5:2 =

62,5cm

g. Sensor di arahkan ke computer dengan jarak 62,5 cm

h. Catat angka yang paling sering muncul pada display monitor alat

selama 1 menit pengukuran

31
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil

Hasil pengukuran paparan radiasi terhadap objek praktikum yaitu

komputer adalah sebagai berikut:

Tabel 4
Hasil Pengukuran Electromagnetic Field Radiation Tester EFM-827
Di Tempat Percetakan Al-Hikma Grafika
di Jln. Perintis Kemerdekaan No.88

Paparan Radiasi (µT)


No. Objek Praktikum
Perlakuan I (Salah) Perlakuan II (Benar)
1 Computer 0,09 µT 0,1 µT
Sumber : Data primer, 2017

Berdasarkan hasil pengukuran praktikum diperoleh hasil pada layar

Electromagnetic Field Radiation Tester EFM-827 bahwa intensitas radiasi

tertinggi yaitu terdapat pada perlakuan II (Benar) yaitu dengan meletakkan

sensor sejauh 62,5 cm dari computer dan hasil yang didapatkan adalah 0,1

µT. Adapun hasil yang didapatkan dari perlakuan I (Salah) yaitu 0,09 µT,

dengan meletakkan sensor sejauh 125 cm dari komputer.

B. Pembahasan

Monitor atau dengan istilah lain disebut VDU (Video Display Unit),

merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu unit komputer. Bagian

monitor inilah yang paling sering kita pandang bila kita memakai komputer.

Fungsi monitor adalah memperagakan data atu proses yang terjadi dalam

CPU secara visual. Proses yang terjadi dalam CPU (Central Processing Unit)

dikonversikan oleh suatu “Adapter Vide / Video board” dari data yang digital

32
menjadi sinyal yang akan disalurkan melalui kabel penghubung ke

monitor.Gelombang-gelombang dan radiasi lainnya yang mungkin dihasilkan

oleh monitor yakni: sinar X, sinar ultraviolet, gelombang mikro (microwave),

radiasi elektromagnetik frekuensi sangat rendah (Very Low Frequency/VLF),

radiasi elektromagnetik frekuensi amat sangat rendah (Extremely Low

Freqiency / ELF ).

Penyebab timbulnya sinar X adalah hasil dari proses terbenturnya aliran

elektron dengan fosfor yang ada pada layar VDU bagian dalam. Radiasi sinar

X yang dihasilkan akan diserap oleh kaca dari CRT, sehingga tidak sempat

menyebar sampai ke operator. Radiasi elektromagnetik VLF dan ELF

dihasilkan oleh defleksi horizontal dan sirkuit tegangan tinggi yang terdapat

pada VDU.

Pada pengukuran radiasi yang dilakukan pada komputer, diperoleh hasil

pengukuran sebesar 0,1 µT pada perlakukan I yaitu pengukuran yang diukur

pada jarak 125 cm dan 0,1 µT untuk perlakuan II yaitu pengukuran yang

diukur pada jarak 62,5 cm. Berdasarkan NAB dan teori, hasil pengukuran

tersebut menandakan bahwa intensitas radiasi yang dihasilkan oleh komputer

terhadap pekerja komputer masih berada pada batas aman.

Penggunaan komputer secara berlebihan akan meningkatkan risiko

gangguan kesehatan kerja. Salah satunya adalah gangguan kesehatan mata,

mengalami kelelahan. Gangguan kesehatan akibat penggunan komputer yaitu

stres, gangguan muskuloskeletal dan gangguan pada mata dan penglihatan

(Suryadi, 2016). Penurunan kemampuan akomodasi dipengaruhi oleh

33
kelelahan pada mata dan radiasi yang diserap oleh mata. Penelitian mengenai

pengaruh gelombang mikro terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa

untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2 masih termasuk dalam nilai ambang

batas aman (Wardhana, 2000). Penelitian Tri Sejati (1989) terhadap 40 orang

operator komputer ternyata 34 orang yang mengalami kelelahan mata. Dari

jumlah tersebut ternyata 20% bekerja secara efektif antara 2-4 jam, sedang

65% bekerja secara efektif antara 5-8 jam. Penelitian Muhdahani (1994) pada

57 operator komputer yang mengoperasikan komputer minimal 4 jam sehari

ternyata 88,5% mengalami astenopia akomodatif atau kelelahan. Penurunan

kemampuan akomodasi serta gejala-gejala yang menyertainya merupakan

obyek yang akan diteliti. Selain itu juga akan diteliti hubungan lama terpapar

dengan kemampuan akomodasi. Hasil penelitian ini sangat penting bagi

masyarakat dan produsen komputer agar lebih berupaya protektif terhadap

radiasi layar komputer.

Penurunan kemampuan akomodasi pada mata dapat memperlemah mata

memfokuskan bayangan pada retina . Dalam kaitan ini dampak yang bisa

dirasakan kepada mahasiswa dilingkungan Universitas Muhamadiyah

Surakarta khususnya di fakultas teknik yang mau tidak mau akan selalalu

menggunakan komputer dalam menunjang kegiatan perkuliahannya

berupa menurunnya prestasi kerja berupa menurunnya prestasi belajar.

Berarti, radiasi layar komputer dapat menurunkan produktivitas dan kualitas

mahasiswa.

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengoperasian alat Electromagnetic Field Radiation Tester EFM-827

dimulai dengan mengarahkan ke nilai 20 µT. Kemudian sensor dihadapkan

ke sumber atau sampel yang diukur dengan hitungan jarak pada perlakuan I

yaitu 125 cm dan jarak pada perlakuan II yaitu 62,5 cm. Pengukuran

dilakukan selama satu menit dengan range 20 T. Pengukuran ini dilakukan

pada komputer disalah satu tempat usaha percetakan.

2. Dari alat elektronik yang diukur dengan menggunakan alat Electromagnetic

Field Radiation Tester diperoleh hasil pengukuran tingkat radiasi untuk

perlakuan I adalah 0,09 µT sedangkan pada perlakuan II 0,1 µT. Dimana

hasil pengukuran tersebut masih dalam batas aman.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Lokasi Praktikum (Percetakan Al-Hikma Grafika)

a. Percetakan Al-Hikma Grafika seharusnya tidak mempekerjakan

pekerjanya selama lebih dari 8 jam/hari.

b. Percetakan Al-Hikma Grafika seharusnya memberikan Alat Pelindung

Diri (APD) kepada pekerjanya agar dapat meminimalisir efek dari

radiasi.

35
2. Pihak Fakultas

Saran yang dapat diberikan kepada pihak fakultas adalah agar dosen

penanggung jawab mata kuliah praktikum juga tetap mengontrol pada saat

praktikan melakukan praktikum dan tidak menyerahkan sepenuhnya

kepada asisten laboratorium untuk mengontrol semua aktivitas praktikum.

3. Laboratorium
Saran untuk laboratorium adalah agar bisa lebih menyediakan alat

laboratium yang lebih lengkap bagi praktikan sehingga proses praktikum

bisa berjalan dengan lancar dan efisien.

4. Asisten Laboratorium

Saran bagi asisten laboratorium yang dapat kami sampaikan adalah

agar lebih mendampingi praktikan saat melakukan praktikum agar tidak

terjadi kesalahan pengukuran.

C. Rekomendasi

Radiasi dibutuhkan bagi kehidupan manusia dalam jumlah yang tidak

berlebih sebagaimana yang telah diatur dalam Standar Pemerintah dalam

bentuk NAB bagi para pekerja dalam jengka waktu tertentu pula. Bahaya

radiasi berada di mana-mana, karena sumber radiasi tersebar di mana saja di

alam semesta, baik yang terjadi secara maupun yang terjadi karena aktivitas

manusia. Radiasi yang berlebihan bisa berpotensi menimbulkan dampak buruk

bagi kesehatan terhadap para pekerja komputer, seperti menyebabkan

gangguan mata, menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan kelelahan

saat bekerja.

36
Adapun rekomendasi yang dapat kami berikan kepada pemilik

percetakan Al-Hikma Grafika di jalan Perintis Kemerdekaan No.88 adalah agar

mengatur secara teratur jam kerja para pekerjanya saat bekerja sehingga bisa

berinteraksi dengan sumber bahaya yang menghasilkan radiasi dimana dalam

hal ini berbagai peralatan elektronik seperti komputer yang tidak melebihi

NAB dan waktu yang telah ditentukan. Selain itu, perlu bagi pemilik usaha

percetakan ini untuk mengatur jarak antara komputer sebagai alat kerja dengan

para pekerjanya agar tingkat radiasi yang diterima oleh para pekerja bisa

diminimalisir dan tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

37

Anda mungkin juga menyukai