OLEH :
IRMAWATI
J1A118011
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu.
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah “Biomonitoring Pencemar Udara Dengan Tanaman Hias” sesuai dengan
yang di harapkan.
Dalam penyusunan makalah ini kami melibatkan berbagai pihak agar dapat
membantu memperlancar penyelesaian penulisan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, oleh sebab itu kami menerima
saran dan kritik dari pembaca agar dapat merampungkan penulisan makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan
inspirasi bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Pencemaran udara atau sering kita dengar dengan istilah polusi udara
menurut Akhmad (2000) diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat
asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan atau komposisi
udara dari keadaan normalnya. Pencemaran udara disebabkan oleh berbagai
macam zat kimia, baik berdampak langsung maupun tidak langsung yang
semakin lama akan semakin mengganggu kehidupan manusia, hewan dan
tumbuhan. (Santoso, 2018)
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui biomonitoring pencemar udara
2. Untuk mengetahui biomonitoring pencemar udara dengan menggunakan
tanaman hias
3. Untuk mengetahui parameter yang digunakan dalam biomonitoring
pencemar udara
4. Untuk mengetahui penelitian terkait biomonitoring pencemar udara
menggunakan tanaman hias
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu, tanaman memberikan fungsi atraktif, yaitu: (a) tanaman dapat
memberikan fungsi atraktif karena kehadiran burung yang hinggap untuk
bertelur, bercengkerama, berlindung dan memakan buahnya; dan (b) tanaman
memberi daya tarik bagi manusia karena mempunyai bentuk, warna,
keindahan, karakter, tekstur yang berbeda satu dengan lainnya. Tanaman juga
berfungsi memberikan aksen (fungsi aksentuasi), yaitu: tanaman dapat
berfungsi memberikan penekanan, aksentuasi serta tanda-tanda untuk
menunjukkan suatu lokasi. Misalnya penempatan deretan pohon kelapa di tepi
sebuah jalan, akan memberikan kemudahan ingatan terhadap lokasi jalan
tersebut. (Najoan, 2011)
Selain itu jenis tanaman hias lain yang baik untuk mengurangi polusi udara
diantaranya adalah puring (Codiaeum variegiatum), dracaena (Dracaena
fragrans), hanjuang (Cordyline terminalis), soka (Ixora javanica), dan kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), serta lily paris (Chlorophytum comosum) dan
masih banyak lagi. Rahman (2008) menyatakan bahwa tanaman puring
(Codiaeum variegatum) adalah tanaman yang memiliki daun paling baik dalam
menyerap unsur plumbum yang bertebaran di udara terbuka yaitu 2,05 mg/liter.
Plumblum (Pb/timah hitam/timbal) merupakan salah satu jenis unsur yang
berbahaya bagi kesehatan manusia. (Sulistiana, 2014) (Nurjannah, Muryani, &
Suyanto, 2018)
Penelitian oleh Tati Nasriyati, dkk di Lalu Lintas Kota Semarang dengan
sampel berupa talus lichen D. picta menunjukkan warna talus di lokasi padat
kendaraan cenderung berwarna lebih gelap dibandingkan dengan warna talus
yang berada di daerah dengan tingkat kepadatan kendaraan yang rendah.
Bentuk talus cenderung membulat, lonjong, dan tidak beraturan mengikuti pola
substrat. Luas penutupan terendah terdapat di lokasi yang memiliki kepadatan
lalu lintas tertinggi. (Tati Nasriyati, 2018)
3.1 Kesimpulan
Biomonitoring Pencemar Udara merupakan suatu upaya penggunaan
respons organisme secara sistematis untuk mengevaluasi perubahan-perubahan
kualitas udara. Perubahan ambien atmosfer oleh adanya bahan pencemar udara
akan dapat mempengaruhi kehidupan tanaman. Biomonitoring pencemar udara
sering kali menggunakan tanaman sebagai bioindikatornya, terkhusus tanaman
hias karena selain sebagai bioindikator pencemaran udara juga digunakan untuk
menambah nilai estetik.
3.2 Saran
Penanaman berbagai macam tanaman hias di area-area tinggi polusi dapat
menurunkan tingkat pencemaran udara. Maka diperlukan partisipasi dari
berbagai pihak untuk melakukannya. Penulis sadar masih banyak kekurangan
dari karya tulis ini maka dari itu, penulis menerima jika ada kritik dan saran
dari pembaca yang dapat membuat karya ilmiah ini dapat menjadi lebih baik
dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, M. (2019). Analisis Manfaat Tanaman Terhadap Kondisi Lingkungan di
Jalan Utama. Media Ilmiah Teknik Lingkungan, Volume 4, Nomor 1, 10-15.
Fascavitri, A., Rachmadiarti, F., & Bashri, A. (2018). Potensi Tanaman Lili Paris
(Chlorophytum comosum), Melati Jepang (Pseuderanthemum reticulatum),
dan Paku Tanduk Rusa (Platycerium bifurcatum) sebagai Absorben Timbal
(Pb) di Udara. LenteraBio, Vol. 7 No. 3, 188–195.
Hastuti, E., & Utami, T. (2008). POTENSI RUANG TERBUKA HIJAU DALAM
PENYERAPAN CO2 DI PERMUKIMAN. Jurnal Permukiman, Vol. 3 No.
2 , 106-114.
Hidayat, F., Puteri, G., Purnama, H. Y., & Sari, M. Y. (2018). Karakteristik Stomata
Pada Daun Tumbuhan Filicium decipiens L. di Sekitar PT Semen Padang
sebagai Tumbuhan Indikator Pencemaran Udara. 1-7.
Nurjannah, S., Muryani, S., & Suyanto, A. (2018). Pengaruh Tanaman Lidah
Mertua (Sansevieria trifasciata) terhadap Penurunan Kadar Pb (Plumbum)
di Udara. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 10, No.2, 84-89.
Sari, F. R., Purnomo, T., & Rachmadiarti, F. (2016). Kemampuan Tanaman Sirih
Gading (Epipremnum aureum) Sebagai Absorben Logam Berat Timbal (Pb)
Di Udara. LenteraBio, Vol. 5 No. 3, 117–124.
Sari, Y. W., Darnas, Y., & Hamdan, A. M. (2020). Karakterisasi Sifat Magnetik
Daun Untuk Analisa Polusi Udara: Sebuah Tinjauan Ulang. Serambi
Engineering, Volume V, No. 4, 1367 - 1377.
Tati Nasriyati, M. S. (2018). Morfologi Talus Lichen Dirinaria Picta (Sw.) Schaer.
Ex Clem pada Tingkat Kepadatan Lalu Lintas yang Berbeda di Kota
Semarang. Jurnal Akademika Biologi, Volume 7 No 4, Hal. 20-27.