Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN

MAGANG KESEHATAN MASYARAKAT 2020


“GAMBARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PETUGAS PUSKESMAS
KANDAI SERTA PERAN PUSKESMAS LABIBIA DALAM
PENANGGULANGAN COVID-19, KEC. KENDARI BARAT, KOTA
KENDARI, SULAWESI TENGGARA, 2021

OLEH
FITRA J1A118009
ERFIN SEKARWATI J1A118010
IKA TRIANI SARI J1A118022
MELLY ERDANA J1A118025
NIDYA PRATIWI J1A118073
FITRAH AMALIA J1A118079
SRI ASDINAR NDIKADE J1A118091

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga tim
penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang ini sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan berdasarkan dengan kemampuan dan literatur yang dimiliki. Kegiatan
Magang ini dilaksanakan di Puskesmas Kandai, Kecamatan Kendari Barat, Kota
Kendari, Sulawesi Tenggara yang berlangsung pada tanggal 26 Juli sampai
dengan 21 Agustus 2021.
Laporan Magang ini merupakan salah satu penilaian dalam program Mata
Kuliah Magang. Penulis menyadari bahwa Laporan Magang ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan yang tim penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar pada penulisan
Laporan Magang berikutnya dapat lebih baik dari sebelumnya.
Kami selaku peserta magang kelompok PKM Kandai , mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT dan kepada;
1. Orang Tua kami yang telah membesarkan dan mendidik kami
2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
3. Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
4. Wakil Dekan II Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
5. Wakil Dekan III Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
6. Ketua Jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo
7. Bapak La Ode Muhamad Sety, S.KM., M.Epid selaku Pembimbing
Lapangan kelompok Team PKM Kandai
8. Seluruh dosen, staf serta jajarannya
9. Kepala Puskesmas Kandai Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari
beserta staf dan jajarannya yang telah banyak membantu selama Proses
Magang.
10. Tokoh-tokoh masyarakat kelembagaan kelurahan beserta seluruh
masyarakat Kelurahan Kandai atas kerjasamanya sehingga selama
pelaksanaan kegiatan Magang dapat berjalan dengan lancar.
11. Serta seluruh teman-teman kelompok Team PKM Kandai.

ii
Akhir kata tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman kelompok yang selalu memberikan kritik dan sarannya,
sehingga penulisan Laporan Magang dapat terselesaikan dengan optimal
sesuai dengan kemampuan bersama.

Kendari, agustus 2021

penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2.Tujuan................................................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup...................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1. Pengertian Puskesmas...................................................................................4
2.2. Fungsi Puskesmas.........................................................................................4
2.3. Pengertian Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit.................5
2.4. Fungsi P2M...................................................................................................7
2.5. Pengertian Covid-19.....................................................................................7
2.6. Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19.................................................7
BAB III HASIL KEGIATAN................................................................................11
3.1. Gambaran Umum Instansi Magang................................................................11
3.2. Struktur Organisasi bidang/ unit magang....................................................18
3.2.1. Kesehatan Keluarga.............................................................................18
3.2.2. Pengendalian Penyakit.........................................................................27
3.2.3. Kesehatan Lingkungan........................................................................29
3.3. Kegiatan Magang............................................................................................29
3.4. Program Kerja Puskesmas Dalam Penanggulangan Covid-19.......................32
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................38
5.1 Perencanaan................................................................................................38
5.2 Pengorganiasian..........................................................................................38
5.3 Pelaksanaan.................................................................................................38

iv
5.4 Monitoring dan Evaluasi.............................................................................39
BAB V PENUTUP.................................................................................................40
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................40
5.2 Saran............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Posyandu dan Posbindu PTM diwilayah kerja UPTD
Pusekesmas Kandai Tahun 2020........................................................................13
Tabel 2 Jumlah Tenaga Medis UPTD Puskesmas Kandai Tahun 2020.........14
Tabel 3 Jumlah Tenaga Keperawatan Dan Kebidanan UPTD Puskesmas
Kandai Tahun 2020..............................................................................................14
Tabel 4 Jumlah Tenaga Kesmas, Kesling, dan Gizi di UPTD Puskesmas
Kandai Tahun 2020..............................................................................................15
Tabel 5 Jumlah Tenaga Medik Biomedika, Keterapian Fisik, dan Keteknisan
Medik di UPTD Puskesmas Kandai Tahun 2020..............................................16
Tabel 6 Jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian, Apoteker di UPTD Puskesmas
Kandai Tahun 2020..............................................................................................17
Tabel 7 Jumlah Tenaga penunjang/pendukung kesehatan di UPTD
Puskesmas Kandai Tahun 2020..........................................................................17

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Melakukan Tes Swab Antigen pada Salah Satu Masyarakat yang
Terkonfirmasi Covid-19.........................................................................................30
Gambar 2 Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi Pada Masyarakat yang
Terkonfirmasi Covid-19.........................................................................................30
Gambar 3 Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi Terhadap Pasien yang
Terkonfirmasi covid-19..........................................................................................31
Gambar 4 Pelayanan Pasien TB.............................................................................31
Gambar 5 Kegiatan Vaksinasi yang Dilakukan Oleh Puskesmas Kandai.............31
Gambar 6 Melakukan Swab Antigen pada Salah Satu Masyarakat Yang Telah
Melakukan Isolasi Mandiri....................................................................................36
Gambar 7 KegiatanPenyelidikan Epidemiologi serta pemberian edukasi pada Salah
Satu Masyarakat yang Terkonfirmasi Covid-19....................................................37

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sehat adalah dambaan semua orang, tapi tidak semua orang berperilaku
yang mengindikasikan keingina untuk sehat bahkan sebaliknya. Hal itu pula
lah yang membuat pemerintah peduli dengan mencanangkan Indonesia Sehat
2025. Ada pun visi Indonesia Sehat 2025 sebagaimana yang diundangkan
oleh Departemen Kesehatan RI yaitu, “keadaan masyarakat Indonesia di masa
depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
dirumuskan sebagai: lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan
sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu lingkungan yang bebas dari
kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya air minum dan sarana
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan memelihara
nilai-nilai budaya bangsa (Suminar & Dewi, 2017). Sehat menurut UU nomor
23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif
secara sosial dan ekonomis. Sehat menurut UU nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam
pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan, dan pemberantasan penyakit.
Kesehatan masyarakat mencakup semua kegiatan, baik langsung maupun
tidak langsung, untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan
kesehatan (promotif), terapi (kuratif), maupun pemulihan (rehabilitatif). Pilar
utama ilmu kesehatan masyarakat antara lain epidemiologi, biostatistik,
kesehatan lingkungan, pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, administrasi
kesehatan, gizi masyarakat, serta pelayanan kesehatan.

1
2

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional, diselenggarakan


berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas, Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menjadi garda depan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
khususnya dalam era JKN saat ini. Namun, hanya 24% Puskesmas yang
mampu melaksanakan seluruh komponen diagnosis. Oleh karena itu upaya
peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan
dalam pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
komprehensif kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat
dan swasta. ( K, Suparwati, & Arso , 2016).
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat.Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease (COVID-19)
adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.Beberapa
coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti
menginfeksi manusia (Yuliana, 2020).
Virus Corona adalah virus RNA untai positif yang beruntai tunggal yang
tidak tersegmentasi. Virus-virus corona termasuk dalam ordo Nidovirales,
keluarga Coronaviridae, dan sub-keluarga Orthocoronavirinae, yang dibagi
menjadi kelompok (marga) a, ß, γ, dan d sesuai dengan karakteristik serotipik
dan genomiknya. Virus Corona termasuk dalam genus Coronavirus dari
keluarga Coronaviridae. Ini dinamai sesuai dengan tonjolan berbentuk
karangan bunga di selubung virus.
Pada wilayah kerja puskesmas kandai awal ditemukannya kasus covid-19
yakni pada bulan mei 2020-juli 2021 dengan total jumlah kasus sebanyak 93,
3

dengan jenis kelamin perempuan terkonfirmasi covid-19 sebanyak 45 kasus,


sedangkan jumlah kasus terkonfirmasi covid-19 dengan jenis kelamin laki-
laki sebanyak 48 kasus, dan pada daerah kelurahan jati mekar terdapat 28
kasus, sedangkan pada daerah kelurahan gunung jati terdapat 15 kasus,
begitupun kelurahan kandai sebanyak 29 kasus, dan kelurahan kampung salo
terdapat 17 kasus terkonfirmasi covid-19.
1.2.Tujuan
a. Tujuan Umum :
Mahasiswa memperoleh pengalaman langsung di lapangan dalam
mengaplikasikan ilmu kesehatan masyarakat di suatu instansi/tempat
kerja maupun di masyarakat.
b. Tujuan Khusus :
1. Mampu mendeskripsikan tugas & fungsi tenaga kesehatan petugas
kesehatan sesuai dengan bidang/bagian-bagian yang ada pada tempat
magang.
2. Mampu mendeskripsikan alur kerja tenaga petugas kesehatan sesuai
dengan bidang/bagian-bagian yang ada pada tempat magang.
3. Mampu menjelaskan dan menganalisis program kerja
penanggulangan Covid-19 di tempat magang.
1.3 Ruang Lingkup
Pada laporan magang ini akan menganalisis program kerja tenaga
kesehatan UPTD Puskesmas Kandai dalam penanggulangan Covid-19 di
wilayah kerja Puskesmas Kandai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes,
2011).
Pengertian puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang
berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu
yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalarn
suatu wilayah tertentu (Azrul Azwar, 1996).
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta
aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah
dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009).
2.2. Fungsi Puskesmas
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya sehingga penggerakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan, serta aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat:

4
5

1) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani


diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.
2) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk pembiayaan
3) Ikut menetapkan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan
4) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya
dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
5) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk
melaksanakan kegiatan kegiatan dalam rangka menolong dirinya
sendiri
6) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang
bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan:
1) Pelayanan kesehatan perorangan
2) Pelayanan kesehatan masyarakat
2.3. Pengertian Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit adalah kegiatan mencegah
penyakit dan menangani penderita agar tidak terjadi perluasan /penularan
/kecacatan/ kematian akibat akibat penyakit melalui upaya kesehatan
promotif, preventif, kuratif, paliatif dan rehabilitasi.
a. Pencegahan
 Pencegahan penyakit merupakan segala bentuk upaya yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
dan/atau masyarakat untuk menghindari atau mengurangi risiko, masalah,
dan dampak buruk akibat penyakit baik penyakit menular maupun tidak
menular.
b. Penanggulangan penyakit Menular
6

Penanggulangan Penyakit Menular adalah upaya kesehatan yang


mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan untuk
menurunkan dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan,
dankematian, membatasi penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak
meluas antar daerah maupun antar Negara serta berpotensi menimbulkan
kejadian luarbiasa/wabah.
1. Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan dilakukan
melalui beberapa kegiatan :
a. Promosi kesehatan;
b. Surveilans kesehatan;
c. Pengendalian factor risiko;
d. Penemuan kasus;
e. Penanganan kasus;
f. Pemberian kekebalan (imunisasi)
g. Pemberian obat pencegahan secara massal;
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; (PHBS);  paling sedikit berupa:
a. Cuci tangan pakai sabun
(CTPS);
b. Pemberantasan jentik
nyamuk;
c. Menggunakan air bersih
untuk keperluan rumah tangga;
d. Mengkonsumsi
makanan Gizi Seimbang;
e. Melakukan Aktivitas
Fisik setiap hari;
f. Menggunakan jamban
sehat;
g. Menjaga dan
memperhatikan kesehatan reproduksi; dan
7

h. Mengupayakan kondisi
lingkungan yang sehat.
3. Mengurangi kontak
Pencegahan penyakit menular dapat diupayakan melalui perilaku
mengurangi kontak; yaitu mengurangi kontak dengan orang yang
sakit dan mengurangi kontak dengan binatang pembawa penyakit.
Perilaku mengurangi kontak anatara lain: mengenakan masker,
menjaga jarak, dan tidak mengunjungi tempat yang sedang terdapat
wabah.

2.4. Fungsi P2M


Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah mengadakan program
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M). Tujuannya adalah
untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit
menular.
2.5. Pengertian Covid-19
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat.Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan
gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease (COVID-19)
adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.Beberapa
coronavirus yang dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti
menginfeksi manusia (Yuliana, 2020).
Virus Corona adalah virus RNA untai positif yang beruntai tunggal yang
tidak tersegmentasi. Virus-virus corona termasuk dalam ordo Nidovirales,
keluarga Coronaviridae, dan sub-keluarga Orthocoronavirinae, yang dibagi
8

menjadi kelompok (marga) a, ß, γ, dan d sesuai dengan karakteristik serotipik


dan genomiknya. Virus Corona termasuk dalam genus Coronavirus dari
keluarga Coronaviridae. Ini dinamai sesuai dengan tonjolan berbentuk
karangan bunga di selubung virus.
2.6. Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19
Tahapan dalam mengelola bencana khsusnya wabah COVID-19 dapat
dikelompokkan kedalam 6 tahapan. Pada setiap tahapnya terdapat pertanyaan-
pertanyaan penting terkait keadaan sosial budaya masyarakat yang harus
dilihat, (Marsella et al., 2007).
a) Tahap prabencana, dibutuhkan pengetahuan mengenai situasi pandemic
yang ada pada suatu wilayah atau negara. Hal tersebut tidak hanya
berhenti pada catatan situasi yang ada, namun bagaimanawabah tersebut
berpengaruh terhadap lingkungan, masyarakat, sekolah dan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya.
b) Tahap peringatan dan ancaman bencana, dalam kejadian bencana
dibutuhkan pengetahuan seberapa cepat dan tingkat penyebaran wabah
ini, dalam proses ini dibutuhkan analisis tentang peluang
mengoptimalkan segenap sumber daya yang ada. Selain itu, tahap ini
dibutuhkan pula pengetahuan mengenai sistem sosial dan ramburambu
yang ada diwilayah. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap sikap dan
tanggapan warga belajar atas peringatan bencana yang akan diberikan.
c) Kejadian bencana dan dampaknya, pengetahuan yang dibutuhkan dalam
hal ini adalah kemampuan untuk mengidentifikasi jenis bencana yang
dihadapi, bagaimana dampak yang diperoleh, seberapa besar sumber
daya manusia, sosial, teknis dan ekonomi yang dimiliki, dan pengetahuan
warga belajar terhadap bencana wabah dan dampaknya
d) Tanggap darurat, perlu untuk melakukan analisis mengenai respons apa
yang pertama kali harus dilakukan, seberapa besar sumber daya sekolah
yang tersedia, apakah respons yang diberikan oleh sekolah cukup untuk
menciptakan respons positif terhadap bencana penyebaran wabah,
ataukah mereka mebutuhkan bantuan pada pihak luar
9

e) Tahap rekonstruksi, dalam proses ini, pertanyaan penting yang harus


dijawab adalah bagaimana mengimplementasikan kebijakan rekonstruksi
harus dijalankan. Seringkali kegagalan dalam penanganan bencana
wabah akibat gagalnya rekonstruksi dan rehabilitasi
f) Tahap pembelajaran bencana, kejadian bencana khususnya COVID-19
akan memberikan pengalaman terhadap warga belajar khsusnya di
Sekolah atau wilayah. Dibutuhkan usaha untuk mengembangkan aktifitas
mitigasi bencana yang beroientasi pada masa depan, dengan melibatkan
peran serta sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah (Agus
Yudiawan, 2020).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2020) terdapat
beberapa prinsip yang perlu diikuti untuk membantu mencegah COVID-19,
yaitu menjaga kebersihan diri/personal dan rumah dengan cara:
a) Mencuci tangan lebih sering dengan sabun dan air setidaknya 20 detik
atau menggunakan pembersih tangan berbasis alcohol (handsanitizer),
serta mandi atau mencuci muka jika memungkinkan, sesampainya rumah
atau ditempat bekerja, setelah membersihkan kotoran hidung, batuk atau
bersin dan ketika makan atau mengantarkan makanan.
b) Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang
belumdicuci
c) Jangan berjabat tangan
d) Hindari interaksi fisik dekat dengan orang yang memiliki gejala sakit
e) Tutupi mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas bagian dalam
ataudengan tisu lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera
cucitangan
f) Segera mengganti baju/mandi sesampainya dirumah setelah berpergian
g) Bersihkan dan berikan desinfektan secara berkala pada benda-benda yang
sering disentuh dan pada permukaan rumah dan perabot (meja, kursi dan
lain-lain), gagang pintu, dan lain-lain.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020)Pembatasan Interaksi
Fisik dan Pembatasan Sosial (Physical Contact/Physical Distancing dan
10

Social Distancing) Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu


penduduk dalam suatu wilayah. Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua
orang di wilayah yang diduga terinfeksi penyakit. Pembatasan sosial berskala
besar bertujuan untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit di wilayah
tertentu. Pembatasan sosial berskala besar paling sedikit meliputi: meliburkan
sekolah dan tempat kerja; pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Selain itu, pembatasan
social juga dilakukan dengan memintamasyarakat untuk mengurangi interaksi
sosialnya dengan tetap tinggal di dalam rumah maupun pembatasan
penggunaan transportasi publik.
Pembatasan sosial dalam hal ini adalah jaga jarak fisik (physical
distancing), yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak
minimal 1 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan berciuman.
b. Hindari penggunaan transportasi publik (seperti kereta, bus, dan
angkot) yang tidak perlu, sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika
berpergian.
c. Bekerja dari rumah (Work From Home), jika memungkinkan dan
kantor
memberlakukan ini.
d. Dilarang berkumpul massal di kerumunan dan fasilitas umum.
e. Hindari bepergian ke luar kota/luar negeri termasuk ke tempat-tempat
wisata.
f. Hindari berkumpul teman dan keluarga, termasuk
berkunjung/bersilaturahmi tatap muka dan menunda kegiatan bersama.
Hubungi mereka dengan telepon, internet, dan media sosial.
g. Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau
fasilitas lainnya.
h. Jika anda sakit, Dilarang mengunjungi orang tua/lanjut usia. Jika anda
tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung
dengan mereka.
11

i. Untuk sementara waktu, anak sebaiknya bermain sendiri di rumah.


j. Untuk sementara waktu, dapat melaksanakan ibadah di rumah.
k. Menerapkan Etika Batuk dan Bersin Menerapkan etika batuk dan bersin
meliputi:
1) Jika terpaksa harus bepergian, saat batuk dan bersin gunakan tisu
lalu langsung buang tisu ke tempat sampah dan segera cuci tangan.
2) Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas
bagian dalam
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1. Gambaran Umum Instansi Magang
1. Luas Wilayah
Keadaan wilayah dan sejarah Puskesmas Perawatan kandai meliputi
beberapa letak geografi serta luas wilayah yaitu sebagai berikut :
Sejarah Puskesmas Perawatan Kandai Kota Kendari merupakan
bangunan atau gedung peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang
didirikan pada tahun 1927 dan telah mengalami beberapa kali
perubahan antara lain sebagai berikut :
a. Dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1927
b. Dilakukan Rehabilitasi Oleh Pemeri`ntah Jepang pada tahun 1942 –
1945
c. Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 – 1960
d. Menjadi RSU. Kabupaten kendari pada tahun 1960 – 1989
e. Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001
f. Menjadi RSU Abunawas Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan
Perda. Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
g. Menjadi Puskesmas Kandai tanggal 2 Januari 2012
Dengan luas lahan 3.527 M2 dan luas bangunan
1.800 M2. Adapun batas – batas wilayahnya
adalah :
a) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sanua.
b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kendari Caddi.
c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Dapu-dapura.
d) Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari.
2. Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil pendataan terakhir jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Perawatan Kandai pada tahun 2020 adalah 29.510 jiwa,
yang tersebar dalam 4 (empat) kelurahan.

12
13

3. Rata-rat jiwa atau rumah tangga


Berdasarkan hasil pendataan terakhir jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Perawatan Kandai pada tahun 2020 adalah 29.510 jiwa,
yang tersebar dalam 4 (empat ) kelurahan dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 8.154 KK.
4. Sarana Kesehatan
Sarana Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Suatu lembaga dalam mata rantai
sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan
untuk seluruh masyarakat. Seperti yang kita ketahui bahwa upaya
kesehatan hanya dapat diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan
kesehatan (health services). Pelayanan kesehatan adalah tempat atau
sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Sarana kesehatan yang terdapat di UPTD Puskesmas kandai yaitu
Posyandu dan Posbindu. Posyandu adalah adalah kegiatan kesehatan dasar
yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh
petugas kesehatan. Jadi posnyandu merupakan kegiatan swadaya dari
masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung jawab kepala desa.
Sedangkan Pos Binaan Terpadu (Posbindu) adalah kegiatan monitoring
dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular terintegrasi serta
gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga
yang dikelola oleh masyarrakat melalui pembinaan terpadu.
Jumlah posyandu aktif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kandai
pada tahun 2020 sebanyak 6 Posyandu dan posbindu PTM sebanyak 1
posbindu
14

Tabel 1 Jumlah Posyandu dan Posbindu PTM diwilayah kerja


UPTD Pusekesmas Kandai Tahun 2020
STRATA POSYANDU POSYANDU AKTIF JUMLAH
NO KELURAHAN PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI (PURI)* POSBINDU
JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % PTM**
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 KAMPUNG SALO 0 0,0 0 0,0 1 50,0 1 50,0 2 2 100,0 1

2 KANDAI 0 0,0 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 1 100,0 0

3 JATI MEKAR 0 0,0 2 66,6 1 33,3 0 0,0 3 1 33,3 0

4 GUNUNG JATI 0 0,0 1 33,3 2 66,6 0 0,0 3 2 66,6 0

TOTAL 0 0 3 33,3 5 55,6 1 11 9 6 66,7 1

5. Sumber Daya Manusia Kesehatan


a. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
b. Tenaga Medis
Tenaga medis adalah tenaga ahli kedokteran dengan fungsi
utamanya adalah memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan
mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik
berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat
dipertanggungjawabkan. Tenaga medis adalah tenaga professional
yang berbeda dengan gtenaga vokasi yang sifat pekerjaannya adalah
pendelegasian wewenang dari tenaga medis.
Jumlah tenaga medis di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kandai pada tahun 2020 sebanyak 3 orang tenaga, terdiri atas 2 orang
dokter umum dan 1 orang dokter gigi.
15

Tabel 2 Jumlah Tenaga Medis UPTD Puskesmas Kandai


Tahun 2020

a DOKTER
DR SPESIALIS DOKTER UMUM TOTAL
TOTAL DOKTER GIGI
NO UNIT KERJA GIGI SPESIALIS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 UPTD Puskesmas Kandai 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 1 0 0 0 0 1 1

c. Tenaga Keperawatan dan Kebidanan


Tenaga keperawatan adalah salah satu tenaga kesehatan
yang paling utama dalam membantu dokter untuk melakukan tindakan
medik. Tenaga kebidanan adalah tenaga profesional yang bertanggung
jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan, dan nasehat selama masa hamil, masa
persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan
atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir.
Jumlah tenaga keperawatan di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kandai pada tahun 2020 sebanyak 12 orang terdiri 2 orang
laki-laki dan 10 orang perempuan. Sedangkan jumlah tenaga
kebidanan sebanyak 4 orang.
Tabel 3 Jumlah Tenaga Keperawatan Dan Kebidanan
UPTD Puskesmas Kandai Tahun 2020
a
PERAWAT
NO UNIT KERJA BIDAN
L P L+P
1 2 3 4 5 6

1 UPTD Puskesmas Kandai 2 10 12 4

b
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #REF! #REF!
16

d. Tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Lingkungan dan Gizi


Kesehatan Masyarakat adalah bagian dari sumber daya
manusia yang sangat penting perannya guna meningkatkan kesadaran
yang lebih tinggi pada pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif.
Kesehatan lingkungan adalah cabang dari ilmu kesehatan
masyarakat yang mencakup semua asspek alam dan lingkungan
berfokus pada kealami dan penciptaan lingkungan yang memberikan
keuntungan pada manusia.
Tenaga gizi atau ahli gizi adalah tenaga spesialis yang bertugas
memberikan saran dan informasi kepada pasien tentang
penatalaksanaan gizi dan masalah kesehtan, terlibat dalam diagnosis
dan pengobatan masalah kesehatn yang terkait gizi dan nutrisi.
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kandai pada tahun 2020 sebanyak 5 orang. Sedangkan
jumlah tenaga kesehatan lingkungan sebanyak 1 orang dan tenaga gizi
sebanyak 3 orang.
Tabel 4 Jumlah Tenaga Kesmas, Kesling, dan Gizi di UPTD
Puskesmas Kandai Tahun 2020
KESEHATAN MASYARAKATKESEHATAN LINGKUNGAN GIZI
NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 0 0 5 5 0 1 1 1 2 3

a
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #REF! #REF! #REF!

e. Tenaga Medik Biomedika, Keterapian Fisik, dan Keteknisan Medik


Tenaga medik biomedika adalah setiap orang yang telah lulus
pendidikan teknologi laboratorium medik atau analis kesehatan atau
analis medis dan memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap
cairan dan jaringan tubuh manusia untuk menghasilkan informasi
tentang kesehatan perseorangan dan masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
17

Tenaga Keterapian Fisik adalah tenaga kesehatan yang


menangani masalah kesehatan dan rehabilitasi seputar fisik manusia.
Tenaga keteknisian medis terdiri atas perekammedis dan
informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah,
refraksionis optisien / optometris, teknisi gigi, penata anestesi,
terapis gigi dan mulut, dan audiologis.
Pada UPTD Puskesmas Kandai tahun 2020 jumlah Tenaga
Medik Biomedika sebanyak 1 orang, sedangkan untuk tenaga
Keterapian Fisik, dan Keteknisan Medik tidak ada.
Tabel 5 Jumlah Tenaga Medik Biomedika, Keterapian Fisik, dan
Keteknisan Medik di UPTD Puskesmas Kandai Tahun 2020
AHLI LABORATORIUM TENAGA TEKNIK
NO UNIT KERJA KETERAPIAN FISIK KETEKNISIAN MEDIS
MEDIK BIOMEDIKA LAINNYA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

a
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #REF! #REF! #REF! #REF!

f. Tenaga Kefarmasian
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pada UPTD Puskesmas Kandai tahun 2020 jumlah Tenaga
kefarmasian sebanyak 4 orang, terdiri atas tenaga teknis kefarmasian
berjumlah 2 orang dan apoteker berjumlah 2 orang.
18

Tabel 6 Jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian, Apoteker di UPTD


Puskesmas Kandai Tahun 2020
TENAGA KEFARMASIAN
TENAGA TEKNIS
NO UNIT KERJA a APOTEKER TOTAL
KEFARMASIAN
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 0 1 1 2 0 2 2 1 3 4

b
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #REF! #REF! ####

g. Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan


Tenaga penunjang/pendukung kesehatan adalah tenaga selain
tenaga kesehatan yang bekerja di sektor/bidang kesehatan yang
meliputi pejabat struktural, tenaga pendidik, dan tenaga dukungan
manajemen.
Pejabat struktural adalah tenaga yang menempati jabatan
struktural di institusi kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan.
Tenaga pendidik adalah tenaga yang bertugas mengajar di institusi
pendidikan yang terdiri dari dosen, widyaiswara, dan lainnya. Tenaga
dukungan manajemen terdiri dari pengelola program kesehatan, staf
penunjang administrasi, staf penunjang teknologi, staf penunjang
perencanaan, dan tenaga penunjang kesehatan lainnya.
Tenaga penunjang/pendukung kesehatan yang ada pada UPTD
Puskesmas Kandai adalah pejabat struktural yang berjumlah 1 orang.
Tabel 7 Jumlah Tenaga penunjang/pendukung kesehatan di
UPTD Puskesmas Kandai Tahun 2020
TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN
TENAGA TOTAL
PEJABAT
NO UNIT KERJA TENAGA PENDIDIK DUKUNGAN
STRUKTURAL
MANAJEMEN
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1
19

3.2. Struktur Organisasi bidang/ unit magang

3.2.1. Kesehatan Keluarga


1. Kesehatan Ibu
a. Pelayanan Kesehatan pada Ibu Hamil, Ibu Bersalin, dan Ibu Nifas
Cakupan kunjungan ibu : hamil K-1 Ibu hamil yang
pertama kali mendapat pelayanan antenatal sesuai standar (10T)
oleh tenaga kesehatan pada masa kehamilan disatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Cakupan kunjungan ibu : hamil K-4 Ibu
hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar (10T)
paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan
yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada trimester pertama,
satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga
umur kehamilan. Cakupan pertolongan persalinan : oleh tenaga
kesehatan Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan pertolongan
persalinan : di fasilitas kesehatan Ibu bersalin yang mendapatkan
pelayanan persalinan sesuai standar di fasilitas pelayanan
kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan Pelayanan Nifas KF1 : Pelayanan kepada ibu
nifas sesuai standar pada 6 jam setelah persalinan s.d 3 hari di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan Pelayanan Nifas
KF2 : Pelayanan kepada ibu nifas sesuai standar pada hari ke 4 s/d
hari ke 28 setelah persalinan di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Cakupan Pelayanan Nifas KF3 : Pelayanan kepada ibu nifas
sesuai standar pada hari ke 29 s/d hari ke 42 setelah persalinandi
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan ibu nifas mendapat : vitamin A Ibu yang baru melahirkan
atau nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A 200.000 SI
20

sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A melalui ASI di satu


wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah Cakupan pelayanan kesehatan pada ibu hamil pada
UPTD Puskesmas Kandai tahun 2020 sebanyak 442 sedangkan
pada ibu bersalin 442 serta ibu nifas sebanyak 407.
b. Cakupan Imunisasi Td Pada Ibu Hamil
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun
atau kebal terhadap suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan
pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh agar
kebal terhadap penyakit tersebut. Setelah itu, ibu hamil ataupun
bayi akan menjadi rentan terhadap berbagai jenis penyakit.
Imunisasi Td sering kali disebut sebagai imunisasi
tambahan, sebab bekerja untuk meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap ketiga jenis penyakit infeksi di atas – difteri, tetanus, dan
batuk rejan. Selain itu, dosis obat imunisasi Td lebih sedikit
ketimbang imunisasi Dt. vaksin DTP jenis Tdap direkomendasikan
pada usia kehamilan 27–36 minggu atau jika tidak memungkinkan,
vaksin bisa diberikan kapan pun selama kehamilan. Pemberian
vaksin Tdap juga bisa dilakukan tanpa mempertimbangkan kapan
terakhir kali ibu hamil mendapatkan vaksin ini.
c. Cakupan Imunisasi Td Pada Wanita Usia Subur yang Tidak Hamil
Pemberian imunisasi dilakukan sejak wanita berusia 19
tahun hingga masa menoupouse (19-39 tahun). Hal itu karena,
masa tersebut adalah masa usia perempuan melahirkan. Namun
seringkali, perempuan umumnya tidak memiliki catatan imunisasi
yang lengkap sejak kecil.
d. Cakupan Imunisasi Td Pada Wanita Usia Subur (Hamil dan Tidak
Hamil)
Wanita yang belum pernah di vaksin sejak kecil,
hendaknya mendapat vaksin dari awal yaitu dari interval T1
hingga T5. Pemberian imunisasi dilakukan baik itu dalam
21

keadaan hamil atau tidak. Bahkan sebaiknya menurutnya,


imunisasi dilakukan sejak sebelum menikah.
Saat perempuan akan menikah, umumnya petugas
kesehatan akan melakukan screening dengan menanyakan apakah
status imunisasinya sudah lengkap atau belum. Jika dinyatakan
sudah lengkap, maka ia tidak perlu mendapat imunisasi lagi. Ia
menjelaskan, imunisasi Tetanus penting diberikan untuk
memberikan perlindungan bagi ibu dan anak dari penyakit
tetanus. Ketika ibu disuntik tetanus, anak akan turut terlindungi.
e. Cakupan dan Proporsi Peserta Kb Pasca Persalinan
KB Pasca Persalinan adalah Pelayanan KB yang diberikan
setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari dan dapat dilakukan
sesegera mungkin di fasilitas Kesehatan untuk upaya pencegahan
kehamilan selanjutnya minimal 2 tahun pasca melahirkan dalam
bentuk KB IUD, Implan, MOP maupun MOW.
Berdasarkan data pada UPTD Puskesmas Kandai tahun
2020 tidak terdapat peserta KB pasca persalinan.
f. Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan
penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan
atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus
neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital
maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada
pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah
penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan
kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat
pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau
perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar
maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai
22

standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, Manajemen


Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen BBLR, pedoman pelayanan
neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED,
PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya (Kemenkes,
RI, 2016: 130).
2. Kesehatan Anak
a. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi
sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan
setelah lahir.
Pelayanan kesehatan kepada bayi meliputi asuhan bayi baru
lahir, pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman
Asuhan Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi
layanan asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh
dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir
dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat
gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam
jangkauan ibu selama 24 jam).
b. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization
Universal Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaaan
tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada Semua Bayi. Bayi
adalah anak dibawah umur 1tahun (Kepmenkes No.
1611/MENKES/SK/XI/2005: 9).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak
ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit
tersebut. Universal Child Immunization UCI adalah suatu keadaaan
tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada Semua Bayi.

 
23

c. Imunisasi Hepatitis B0 dan BCG


Imunisasi hepatitis B bertujuan untuk mencegah penyakit
hepatitis B, yaitu infeksi hati yang dapat menimbulkan komplikasi
berbahaya, seperti sirosis dan kanker hati. Jenis vaksin yang
digunakan adalah vaksin hepatitis B. Vaksin tersebut diberikan
pada bayi sebanyak 4 kali. Pemberian pertama dilakukan segera
setelah bayi lahir atau paling lambat 12 jam setelah kelahiran. Lalu,
vaksin kembali diberikan secara berturut-turut pada usia 2, 3, dan 4
bulan. Jika bayi terlahir dari ibu yang terjangkit hepatitis B, maka
pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi wajib diberikan dalam
waktu paling lambat 12 jam setelah lahir. Bayi tersebut juga perlu
mendapatkan suntikan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) untuk
menghasilkan kekebalan tubuh terhadap virus hepatitis B dalam
waktu cepat.
d. Imunisasi DPT-Hb-Hib 3, Polio 4, Campak/MR, dan Imunisassi
Dasar Lengkap pada Bayi
Imunisasi DPT-HB-HiB dapat memberikan perlindungan
dan pencegahan terhadap 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri,
pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan
meningitis (radang otak). Imunisasi wajib ini diberikan sebanyak
4 kali dengan jadwal pemberian berturut-turut pada bayi di usia 2
bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan dosis pemberian terakhir ketika usia
anak 18 bulan.
e. Cakupan Imunisasi Lanjutan DPT-Hb-Hib 4, dan Campak MR2
pada Anak Usia Dibawah Dua Tahun
Menurut Kemenkes, imunisasi dasar lengkap merupakan
penyuntikkan vaksin tertentu yang diberikan kepada bayi sesuai
dengan usianya. Berikut jadwal imunisasi anak yang dapat diikuti
oleh orangtua
f. Pelayanan Kesehatan Balita Menurut Jenis Kelamin
24

Pelayanan Kesehatan Balita didalamnya meliputi


pemantauan pertumbuhan, perkembangan, pemberian imunisasi
dasar dan lanjutan, kapsul vitamin A dan tatalaksana balita sakit
jika diperlukan.
Jumlah pelayanan kesehatan balita pada UPTD Puskesmas
Kandai tahun 2020 sebanyak 1.044 balita terdiri atas 520 balita
laki-laki dan 524 balita perempuan.
g. Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Peserta Didik
Penjaringan kesehatan merupakan salah satu bentuk
dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini
siswa yang memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan
penanganan sedini mungkin. Penjaringan kesehatan dilakukan pada
peserta didik kelas 1 SD sedangkan untus kegiatan UKGS
dilakukan pada anak didik kelas 1 sampai dengan 5 SD. Meliputi
Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku)
pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri,
pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran),
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Setelah selesai pemeriksaan
siswa diberikan penyuluhan tentang UKGS (Usaha Kesehatan Gigi
Anak Sekolah).
Penjaringan kesehatan dilakukan pada peserta didik kelas 1
SD, kelas 7 SMP/MTs dan Kelas 10 SMA/SMK/MA yang meliputi
pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku)
pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri,
pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran),
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan laboratorium
untuk anemia dan kecacingan, dan pengukuran kebugaran jasmani.
Selain itu pada peserta didik di tingkat SMP/MTs dan
SMA/SMK/MA juga dilakukan skrining melalui kuisioner
mengenai keadaan kesehatan umum, kesehatan mental remaja,
25

intelegensia dan reproduksi melalui self assessment serta bahan


edukasi/konseling.
h. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut  adalah 
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terencana, ditujukan
kepada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu
tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan dalam bidang
promotif, preventif, dan kuratif sederhana yang diberikan kepada
individu, kelompok. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit
gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi.
i. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut : Setiap
penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut untuk
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan gigi dan
mulut perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
paripurna, terpadu dan berkualitas. Murid SD/MI Diperiksa
(UKGS) : Murid SD/MI yang diperiksa keadaan giginya Murid
SD/MI memerlukanPerawatan (UKGS) : Murid SD/MI yang perlu
penanganan lebih lanjut dari hasil pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut yang akan dilakukan perawatan di sekolah maupun dirujuk
ke Puskesmas.
Murid SD mendapat Perawatan (UKGS) : Perawatan
kesehatan gigi dan mulut yang diberikan pada murid SD dalam
bentuk preventif (topikal fluoride, surface protection/fissure sealant
atau atraumatic restoration treatmen), dan kuratif sederhana seperti
pegobatan, penambalan gigi, dan pencabutan gigi sulung maupun
tetap yang dilakukan baik di sekolah maupun Puskesmas dalam
rangka menindaklanjuti hasil penjaringan kesehatan dan/atau
26

pemeriksaan berkala kesehatan gigi dan mulut yang membutuhkan


pendekatan kuratif.
3. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif
Setiap Warga Negara usia 15 sampai 59 tahun mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai sesuai standar. Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk
edukasi dan skrining kesehatan sesuai standar kepada warga negara usia
15 – 59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Pelayanan kesehatan usia produktif sesuai standar meliputi edukasi
kesehatan termasuk keluarga berencana, dan skrining faktor risiko
penyakit menular dan penyakit tidak menular. Mekanisme pelayanan
kesehatan usia produktif meliputi:
1) Penetapan sasaran usia produktif (berusia 15 – 59 tahun) di wilayah
kabupaten/kota dalam satu tahun menggunakan data proyeksi BPS
atau data riil yang diyakini benar, dengan mempertimbangkan
estimasi dari hasil survey/riset yang terjamin validitasnya, yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2) Pelayanan edukasi pada usia produktif adalah edukasi yang
dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM.
3) Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia produktif adalah skrining
yang dilakukan minima 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular
dan penyakit tidak menular meliputi pengukuran tinggi badan, berat
badan dan lingkar perut, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
gula darah, anamnesa perilaku berisiko.
4) Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi melakukan rujukan
jika diperlukan dan memberikan penyuluhan kesehatan.
Jumlah cakupan pelayanan kesehatan usia produktif di UPTD
Puskesmas Kandai tahun 2020 sebanyak 11.248 orang terdiri dari 5.667
laki-laki dan 5.581 perempuan.
27

a. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut


Setiap Warga Negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan
pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar. Pemeintah Daerah
Tingkat Kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan kesehatan
dalam bentuk edukasi dan skrining usia lanjut sesuai standar warga
negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun. Pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar meliputi
edukasi perilaku hidup bersih dan sehat, dan skrining faktor risiko
penyakit menular dan penyakit tidak menular. Mekanisme pelayanan
kesehatan usia lanjut meliputi: 1) Penetapan sasaran usia lanjut
(berusia 60 tahun atau lebih) di wilayah kabupaten/kota dalam satu
tahun menggunakan data proyeksi atau data riil yang diyakini benar,
dengan mempertimbangkan estimasi dari hasil survey/riset yang
terjamin validitasnya, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. 2)
Pelayanan eduksi pada usia lanjut adalah Edukasi yang dilaksanakan
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/ atau UKBM dan/atau
kunjungan rumah. 3) Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia
lanjut adalah skrining yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun
untuk penyakit menular dan tidak menular meliputi pengukuran
tinggi badan, berat badan, lingkar perut, dan gula darah, pemeriksaan
gula darah, gangguan mental, gangguan kognitif, tingkat
kemandirian usia lanjut, serta anamnesa perilaku berisiko. 4) Tindak
lanjut hasil skrining kesehatan meliputi melakukan rujukan jika
diperlukan dan memberikan penyuluhan kesehatan.
Jumlah cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut di UPTD
Puskesmas Kandai tahun 2020 sebanyak 531 orang yang terdiri laki-
laki sebanyak 270 orang sedangkan perempuan sebanyak 274 orang.
b. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Keluarga
Salvacion G. Bailon dan Araceles Maglaja (1978)
mendefinisikan keperawatan kesehatan keluarga sebagai tingkat
perawatan kesehatan masyarakat yang dipusatkan kepada “keluarga”
28

sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan “sehat” sebagai


tujuannya dan perawatan sebagai sasarannya. Pendekatan keluarga
yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan
pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan
dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang
meliputi kegiatan berikut.1. Kunjungan keluarga untuk
pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan Keluarga dan
peremajaan (updating) pangkalan datanya.2. Kunjungan keluarga
dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan
preventif.3. Kunjungan keluarga untuk menidaklanjuti pelayanan
kesehatan dalam gedung.4. Pemanfaatan data dan informasi dari
Profil Kesehatan Keluarga untuk pengorganisasian/ pemberdayaan
masyarakat dan manajemen Puskesmas.

3.2.2. Pengendalian Penyakit


1. Pengendalian Penyakit Menular Langsung
a. Tuberculosis (TBC), Case Notification Rate, dab Case Detection
Rate
TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia.
Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui saluran udara.
TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke
tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ
lainnya.
Pada UPTD Puskesmas Kandai tahun 2020, jumlah terduga
TBC yang mendapatkan pelayanan sebanyak 360 orang. Untuk
jumlah semua kasus tuberkolosis adalah sebanyak 30 orang terdiri
atas 14 laki-laki dan 16 perempuan.
b. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan
29

kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode


penanganan HIV belum ditemukan. Dengan menjalani pengobatan
tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit
ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di
mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah
mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk
melawan infeksi yang ditimbulkan.
c. Diare
Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi
sering buang air besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada
umumnya, diare terjadi akibat makanan dan minuman yang terpapar
virus, bakteri, atau parasit. Biasanya diare hanya berlangsung
beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus dapat
memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada umumnya,
diare tidak berbahaya jika tidak terjadi dehidrasi. Namun, jika
disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan
penderitanya perlu segera mendapat pertolongan medis.
d. Kusta
Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang
menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta
atau lepra dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus
Hansen. Kusta atau lepra dapat ditandai dengan rasa lemah
atau mati rasa di tungkai dan kaki, kemudian diikuti timbulnya lesi
pada kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri yang
dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar saat
batuk atau bersin. Kusta atau lepra disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu
orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran
pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat
batuk atau bersin. Kusta dapat menular jika seseorang terkena
30

percikan droplet dari penderita kusta secara terus-menerus dalam


waktu yang lama. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyebab
lepra tidak dapat menular ke orang lain dengan mudah. Selain itu,
bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak
di dalam tubuh penderita.
Multibacillary atau lebih dikenal dengan kusta basah.
2. Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Vaksin merupakan langkah yang baik dalam memberikan
perlindungan tubuh terhadap penyakit tertentu. Vaksin juga menjadi
senjata ampuh guna mencegah atau menghadapi penyakit tertentu.
Berikut 10 penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin:

3.2.3. Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan merupakan suatu disiplin ilmu dan seni
untuk memperoleh keseimbangan antara lingkungan dengan manusia dan
juga merupakan ilmu dan seni mengelolas lingkungan agar bisa
menciptakan kondisi lingkungan yang bersih, sehat, nyaman dan aman
serta terhindar dari berbagai macam penyakit.
3.3. Kegiatan Magang
Kegiatan yang kami lakukan selama magang di Puskesmas Kandai cukup
banyak. Misalnya megikuti kegiatan penyelidikan epidemiologi atau
melakukan survei epedemiologi pada masyarakat yang terkonfirmasi Covid-
19 maupun kepada masyarakat yang melakukan kontak erat dengan pasien
Covid-19 dimana penyelidikan ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan dan
penanggulangan Covid-29. Karena saat dialakukan penyelidikan
epidemiologi dapat memutus rantai penularannya. Msyarakat yang telah
terkonfirmasi Covid-19 biasanya diarahkan untuk melakukan isolasi mandiri
baik itu dirumah ataupun pihak Puskesmas juga menawarkan untuk dirujuk
ke fasilitas kesehatan seeprti Rumah sakit. Penyelidikan epidemiologi ini
dilakukan bersama dengan tim surveilans dimana tim surveilans ini terdiri
dari Kepala Puskesmas, Tenaga P2M, Tenaga Promkes dan kami sebagai
31

mahasiswa magang. Kegiatan penyelidikan ini dilakukan sesuai dengan


protokol kesehatan yaitu memakai alat pelinung diri seperti Handscoon,
masker dan baju hazmat bila dibutuhkan.
Selain melakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi terhadap
masyarakat terkonfirmasi Covid-19 kami juga diajarkan untuk melayani
pasien yang datang berobat keruangan P2M. Dimana ruangan P2M ini
menerima pasien seperti TB, Cacingan ataupun penyakit menular lainnya.
Salah satu penyakit yang paling banyak dirujuk keruangan P2M ini adalah
penyakit TB.
Kami juga mengikuti kegiatan pemvaksinan yang dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Kandai yaitu di Kelurahan Gunung Jati, Kelurahan
Kampung Sallo, Kelurahan Kandai, Serta kelurahan Jati Mekar.
Gambar 1 Melakukan Tes Swab Antigen pada Salah Satu Masyarakat yang
Terkonfirmasi Covid-19

Gambar 2 Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi Pada Masyarakat yang


Terkonfirmasi Covid-19
32

Gambar 3 Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi Terhadap Pasien yang


Terkonfirmasi covid-19

Gambar 4 Pelayanan Pasien TB

Gambar 5 Kegiatan Vaksinasi yang Dilakukan Oleh Puskesmas Kandai


33

3.4. Program Kerja Puskesmas Dalam Penanggulangan Covid-19


1. Perencanaan
Penyakit COVID-19 dengan tingkat penyebaran yang cepat dan dapat
mengakibatkan kematian menjadi salah satu alasan penanggulangannya
menjadi prioritas saat ini. Dalam penanggulangan suatu penyakit diharapkan
seorang pengambil keputusan program dapat berpikir sistem. Seperti
penanggulangan COVID-19, meskipun masuk ranah bidang kesehatan,
namun dalam penanganannya harus merangkul berbagai lintas sektor untuk
berkoordinasi.Memerlukan effort cukup besar bagi seorang pemimpin untuk
menyatukan pemangku kebijakan dalam lintas sektor serta perpanjangan
tangan informasi ke bawah untuk menjadi satu tujuan dan komitmen dalam
penanggulangan COVID-19.
Koordinasi lintas sektor dilaksanakan sejak proses perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pemantauan, pengendalian, dan evaluasi
program. Dalam proses perencanaan program perlu alur pikir siklus
pemecahan masalah, dengan langkah-langkah:
a. Analisa Situasi
Analisa situasi adalah langkah awal dalam perencanaan yang harus
dijalankan dengan baik karena akan berpengaruh pada tahap-tahap
selanjutnya.Caranya, dengan melihat data penyebaran kasus, melakukan
pemetaan kasus, serta memperhatikan potensi yang ada di setiap daerah
untuk dapat membantu penanggulangan Covid-19. Misalnya budaya
saling membantu di suatu daerah. Maka dalam hal ini sangat diperlukan
koordinasi dengan para stakeholder yang dekat dengan masyarakat
setempat.
b. Identifikasi masalah
Dalam proses identifikasi masalah dalam penanggulangan Covid-
19, yaitu masalah-masalah yang ditimbulkan karena pandemi Covid-
19 misalnya stigma pada tenaga kesehatan, penurunan kualitas hidup dan
masalah yang timbul dalam pelaksanaan penanggulangan Covid-
19 seperti masalah ketidakpatuhan masyarakat dalam protokol kesehatan.
34

Sehingga dapat diperoleh gambaran tentang masalah kesehatan maupun


non-kesehatan yang ada serta faktor-faktor yang memengaruhi masalah
tersebut, yang merupakan tujuan dari analisis ini.
c. Menetapkan prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah harus dilaksanakan dengan
baik dan melibatkan seluruh unsur terkait, termasuk masyarakat.
Sehingga masalah yang ditetapkan untuk diatasi benar-benar masalah
dari masyarakat. Sehingga dalam pelakasanaan penanggulangan Covid-
19, masyarakat dapat berperan aktif di dalamnya dan dapat menyusun
tujuan dengan baik sesuai kebutuhan.
d. Menetapkan tujuan dan melakukan analisis untuk memilih alternatif
kegiatan terbaik
Dalam menyusun alternatif pemecahan masalah dalam
penanggulangan Covid-19 dengan berpikir kreatif dan menyelesaikan
berbagai masalah yang ada dengan menemukan akar masalah. Misalnya
terjadi stigma pada tenaga kesehatan dan penderita Covid-19 harus
dilakukan penelusuran mengapa terjadi stigma di suatu masyarakat.
Misalkan dikarenakan ketakutan masyarakat dan berita hoax di tengah
masyarakat.
Untuk mengatasi hal ini, perlu pendekatan pada tokoh masyarakat
yang dipercaya untuk membantu mengedukasi dan mengarahkan
masyarakat. Contoh lain masalah ketidakpatuhan masyarakat dalam
menggunakan masker. Di setiap daerah mungkin akan sama masalahnya
namun berbeda penyebab masalahnya. Di suatu daerah, ketidakpatuhan
dikarenakan memang masyarakat tersebut tidak memiliki masker dan
tidak mampu membeli masker. Di tempat lain penyebab bisa berbeda,
mungkin masyarakat mampu membeli masker namun merasa tidak
nyaman menggunakan masker. Atau merasa tidak percaya dengan Covid-
19.
Perbedaan penyebab masalah akan berbeda pula  treatment yang
diberikan oleh tim penanggulangan Covid-19. Hal ini terkesan rumit.
35

Tetapi dengan berpikir sistematis dan tepat sasaran akan mempermudah


pencapaian tujuan dalam penanggulangan Covid-19.
e. Menyusun rencana sumber daya menjadi rencana operasional
Dalam tahap terakhir, proses perencanaan yaitu menyusun rencana
sumber daya menjadi rencana operasional, yaitu dalam bentuk:
1) Kebijakan. Merupakan suatu pedoman umum dalam pengambilan
keputusan
2) Prosedur standar. Implementasi kebijakan yang dilakukan melalui
garis pedoman lebih detail
3) Peraturan. Pernyataan bahwa suatu tindakan harus dilakukan atau
tidak boleh dilakukan dalam situasi tertentu
Rencana kegiatan atau rencana operasional pada umumnya
mencakup tiga tahap pokok, yakni:
1) Rencana kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan
yang dilakukan sebelum kegiatan pokok dilaksanakan. Misalnya
rapat-rapat koordinasi, perizinan, dan sebagainya
2) Rencana kegiatan pada tahap pelaksanaan, yakni kegiatan pokok
program yang bersangkutan
3) Rencana kegiatan pada tahap penilaian, yakni kegiatan untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian program
tersebut
Seluruh langkah di atas harus dilakukan sistematis.. Pada akhirnya akan
diperoleh hasil dari analisis ini yang merupakan titik tolak perencanaan
penanggulangan Covid-19  terpadu.
2. Pengorganisasian
Pada tahap kedua yaitu pengorganisasian penanggulangan Covid-19.
Selain ada Satgas COVID-19, perlu ditambahkan tim pendukung di lapangan,
yang dekat dengan masyarakat. Misalnya kepala desa/kelurahan dan dibantu
timnya (Ketua RT/RW). Keikutsertaan mereka akan membantu proses
penemuan kasus baru, mengatasi masalah stigma, dan dampak yang
ditimbulkan oleh Covid-19.
36

Ketakutan masyarakat untuk di-tracing karena takut dampak sosial serta


ekonomi yang timbul jika masuk kelompok yang perlu diisolasi, perlu segera
diatasi. Caranya, dengan komunikasi yang baik dan efektif antara pelaksana
program dengan masyarakat.
Oleh sebab itu, Satgas Covid-19 sangat perlu tim yang bergerak langsung
pada masyarakat yang menjadi perpanjangan tangan antara Satgas Covid-
19 dan masyarakat. Mereka harus mampu mejelaskan, mengarahkan, dan
menampung aspirasi masyarakat, termasuk apa yang dibutuhkan masyarakat
selama pandemi Covid-19.
3. Pelaksanaan
Pada tahap penggerakan harus bersifat fleksibel. Perubahan sosial dalam
masyarakat sangatlah cepat di era 4.0 saat ini. Semakin tinggi literasi data
masyarakat, masalah yang masuk perencanaan mungkin akan ganti dengan
masalah lain.
Oleh karena itu, tahap penggerakan dalam pelaksanaan
penanggulangan Covid-19 harus terus mengikuti perubahan di dalam
masyarakat. Masalah-masalah baru yang timbul harus segera diselesaikan.
Misalkan terjadi perubahan kondisi saat lonjakan mobilisasi masyarakat
dikarenakan tingkat kejenuhan masyarakat untuk tetap di rumah. Seperti
menyebabkan banyak masyarakat berwisata sehingga diperlukan kebijakan
baru untuk menanggulangi masalah ini dengan koordinasi melalui dinas
terkait.
Misalkan pembatasan masuk wilayah daerah wisata dengan mewajibkan
test antigen swab, koordinasi dengan satgas Covid-19 untuk monitoring
kepatuhan protokol kesehatan, dan lainnya.
Adapun keresahan masyarakat terhadap perubahan kebijakan harus
ditangani dengan penjelasan dan pengarahan langsung melalui tim yang telah
ditunjuk untuk langsung menjelaskan pada masyarakat. Koordinasi tidak
harus secara langsung, tapi juga melalui media sosial, seperti
grup WhatsApp, Telegram, pertemuan rutin melalui media zoom meeting, dan
37

lainnya. Komunikasi tidak bisa dilakukan hanya sekali, namun juga rutin
sekaligus untuk memonitoring perkembangan di masyarakat.
4. Monitoring dan Evaluasi
Pada tahap pemantauan dan pengendalian bertujuan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dari program penanggulangan Covid-19. Pemantauan
dilakukan berdasarkan target dan kegiatan yang telah direncanakan selama
proses program berlangsung. Dalam penanggulangan Covid-19, tujuan utama
adalah penekanan penyebaran Covid-19 dan peningkatkan tingkat
kesembuhan pasien Covid-19.
Pada tahap evaluasi, hasil pengukuran capaian kinerja selama waktu
berjalan, yang berkontribusi terhadap outcome yang ditetapkan dalam rencana
strategis dan rencana operasional. Evaluasi capaian kinerja dilakukan, antara
lain dengan analisis membandingkan antara apa yang direncanakan dengan
apa yang dihasilkan. Disertai dengan tingkat capaian dalam ukuran kuantitatif
yang tertera dalam penetapan indikator yang terdiri atas indikator input dan
indikator output . Dalam evaluasi, kita dapat menilai efisiensi, efektivitas, dan
dampak dari program penanggulangan Covid-19.
Gambar 6 Melakukan Swab Antigen pada Salah Satu Masyarakat Yang Telah
Melakukan Isolasi Mandiri
38

Gambar 7 KegiatanPenyelidikan Epidemiologi serta pemberian edukasi pada


Salah Satu Masyarakat yang Terkonfirmasi Covid-19
BAB IV
PEMBAHASAN
1 Perencanaan
Dalam penanggulangan Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Kandai
sudah sangat baik. Para kader tenaga keseahatan yang ada di Puskesmas telah
melaksanakan tahapan perencanaan dengan baik. Dimana sebelum pihak
Puskesmas melakukan survei epidemiologi kepada pasien terkonfirmasi
terlebih dahulu tim surveilans melakukan analisis data artinya mereka telah
melihat situasi dan kondis tempat pasien terkonfirmasi covid-19. setelah
mengetahui siapa pasien terkonfirmasi Covid-19, kapan dia terinfeksi Covid-
19, serta dimana kediamanya maka tim surveilans siap untuk melakukan
penyelidikan epidemiologi sebagai salah satu tindakan pecegahan dan
penanggulangan Covid-19. Sebelum tim surveilens melakukan penyelidikan
epidemiologi mereka juga telah menyediakan sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan penyelidikan seperti penyediann transportasi dan alat
pelindung diri bagi tenaga kesehatan yang akan melakukan kontak fisik
dengan pasien terkonfirmasi Covid-19.
2 Pengorganiasian
Dalam pengorganisasian penaggulangan Covid-19 Puskesmas Kandai
sudah sangat baik. Pada saat penyelidikan epidemiologi bukan hanya dari
pihak P2M yang tergabung dalam tim surveIlans Puskesmas Kandai yang
melakukan penyelidikan tetapi ada bantuan dari beberapa pihak seperti tokoh
masyarakat yaitu kepala kelurahan, Kepala RT, serta masyarakat sekitar yang
turut membantu dalam proses penyelidikan epidemiologi sebagai bentuk
penanggulangan Covid-19.
3 Pelaksanaan
Pelaksanaan penanggulangan Covid-19 di Puskesmas Kandai sangat baik.
Di Puskesmas Kandai mempunyai tim penyelidik Covid-19 yang tergabung
dalam tim surveilans dimana pada tim ini terdiri dari Kepala
Puskesmas,Tenaga P2M, serta Tenaga PROMKES Puskesmas Kandai.

39
40

Penyelidikan epidemiologi ini dilakukan apabila terdapat kasus pasien yang


terkonfirmasi Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Kandai.
Pelaksanaan kegiatan penanggulangan Covid-19 dilakukan tidak hanya
secara langsung tetapi bisa juga dilakukan melalui daring yaitu pemantauan
kondisi pasien yang terkonfirmasi Covid-19 melalui aplikasi Whatsapp atau
ditelepon melalaui handphone.
Puskesmas Kandai juga memberikan arahan kepada masyarakat apabila
mengalami gejala seperti demam atau batuk untuk melakukan isolasi mandiri
sebagai bentuk pencegahan Covid-19. Serta masyarakat juga dianjurkan
untuk memakai masker saat keluar rumah dan tetap menjaga jarak apabila
melakukan kegiatan diluar rumah
4 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pada program penanggulangan Covid-19 di
Puskesmas Kandai dilakukan dengan melihat data apakah terjadi penurunan
angka kejadian kasus Covid-19 atau masih mengalami peningkatan. Apabila
mengalami penururnan angka kejadian kasus pihak Puskesmas tetap lebih
meningkatkan program edukasi kepada masyarakat agar tetap memperhatikan
protokol kesehatan. Dan apabil tetap mengalami peningkatan kejadian kasus
maka pihak pihak Puskesmas tetap lebih giat untuk melakukan penyebaran
informasi kepada masyarakat agar lebih memperhatikan protokol kesehatan.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Puskesmas sebagai layanan pertama fasilitas kesehatan juga memiliki
peran yang cukup penting dalam penanganan Covid-19. Peran
puskesmas dalam penanganan Covid-19 ini sangat diperlukan, terutama
pada pasien yang memiliki gejala ringan.
Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga
maupun fasilitasnya karena kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat
berbeda-beda. Namun kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan
seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1) Upaya Kesehatan
ibu dan anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB) Upaya Perbaikan
Gizi Masyarakat; 2) Kesehatan Lingkungan; 3) Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M); 4) Promosi Kesehatan; 5) Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas). Program Lain : 1) Usaha Kesehatan Gigi dan
Mulut; 2) Usaha Kesehatan Jiwa; 3) Kesehatan Mata; 4) Kesehatan
Usia Lanjut; 5) Kesehatan Kerja; 6) Kesehatan Olah Raga.
Fungsi Puskesmas yaitu sebagai Pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, Pusat Pemberdayaan Masyarakat, dan Pusat
Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.
2. Program Kerja Puskesmas Terkait Covid-19:
Puskesmas menyampaikan informasi terkait pembatasan atau
penundaan pelayanan UKP untuk mengurangi risiko penularan COVID-
19. Informasi tersebut dapat disampaikan secara tertulis menggunakan
media cetak atau media komunikasi lainnya. Puskesmas juga dapat
memanfaatkan teknologi informasi seperti pendaftaran daring sebagai
bentuk pembatasan pelayanan.

41
42

5 Saran
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi, Pelaksanaan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas bertujuan untuk untuk memutus
siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berdasarkan transmisi. Agar pelaksanaan PPI dapat terlaksana
dengan baik, maka petugas Puskesmas perlu memahami enam komponen
rantai penularan yaitu: Agen infeksi (infectious agent), Reservoir atau
wadah tempat/sumber agen infeksi, lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir¸ Cara penularan (Metode
Transmisi), lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan, Pejamu
rentan.
Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan bukti-bukti baru
terkait pandemic COVID-19 maka kebijakan atau pedoman yang telah ada
akan disesuaikan dengan hal tersebut, maka Puskesmas harus aktif
mengikuti perkembangan perubahan ini.
Semoga niat baik dan perjuangan kita bersama, dapat mempercepat
negara kita keluar dari situasi pandemi COVID-19.Untuk meningkatkan
cakupan Program, maka penyuluhan kepada masyarakat perlu lebih
diintensifkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Azania, D., & Naan. (2021). PERAN SPIRITUAL BAGI KESEHATAN


MENTAL MAHASISWA DI TENGAH PANDEMI COVID-19.
Humanistika: Jurnal Keislaman , 7 (1), 26-44.

https://pasca.uns.ac.id/s3ikm/2021/01/13/berpikir-sistem-dalam-penanggulangan-
covid-19-opini-mahasiswa-prodi-s3-ikm-dalam-harian-nasional/. Diakses
pada tanggal 22 Agustus 2021

K, N. F., Suparwati, A., & Arso , S. P. (2016). Analisis Kesiapan Akreditasi Dasar
Puskesmas Mangkang Di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Vol 4(4).

Masyah, B. (2020). PANDEMI COVID 19 TERHADAP KESEHATAN


MENTAL DAN PSIKOSOSIAL. Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya, Mahakam Nursing Journal , 2 (8), 353-362.

Suminar, J. R., & Dewi, R. (2017). Menjadi Tua Dan Sehat (Studi Fenomenologi
Literasi Hidup Sehat Lansia Di Club Renang Oasis Bandung). Jurnal Ilmu
Politik dan Komunikasi, Vol VII(2).

43

Anda mungkin juga menyukai