Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“KESEHATAN LINGKUNGAN DI PASAR”


Dosen Pengampu
Hijrah, S.KM.,M.Kes

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
Nur Fadillah (P21121001)
Ningsih Wulandari (P21121003)
Ivasilfia Islamiayah (P21121005)
Nur Aulya Putri (P21121007)
Muh. Sadar (P21121009)
Nur Fitria Ramadan (P21121011)
Khaerunnisa (P21121013)
Nayla Sasikirana (P21121015)

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalalah ini.

Palu, 12 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan lingkungan merupakan salah satu cara yang dilakukan


untuk mewujudkan kualitas kesehatan lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia,
biologi dan sosial yang memungkinkan setiapmasyarakat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan sehat mencakup lingkungan
pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta fasilitas umum. Sanitasi dasar
merupakan syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus dipunyai oleh setiap
masyarakat untuk memenuhi keperluan sehari-hari. Ruang lingkup sanitasi dasar
adalah sarana penyediaan air bersih, sarana jamban keluarga, sarana pembuanga
sampah dan sarana pembuangan air limbah (Sudirman dkk., 2018).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2019, jumlah pasar


tradisional di Indonesia sebanyak 14.182 unit. Sulawesi selatan merupakan
provinsi terbanyak ketiga yang memiliki pasar tradisional sebanyak 940 unit yang
tersebar di kabupaten/kota. Kabupaten Wajo memiliki 32 pasar tradisional, 3
diantaranya terletak di wilayah kerja UPTD Puskesmas Solo. Pasar Tradisional di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Solo terletak di KelurahanSolo, Desa Pattangnga
Dan Desa Manurung.

Dewasa ini kita sering kali dihadapkan pada berbagai permasalahan


seputar lingkungan hidup yang secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi dan berimplikasi terhadap pola dan corak kehidupan masyarakat
modern pada saat ini. Salah satu permasalahan lingkungan hidup yang acap kali
menjadi sorotan masyarakat saat ini ialah mengenai kurang optimalnya
pemerintah beserta stakeholder lainya dalam mengimplementasikan setiap
kebijakan dan strategi terkait dengan pengelolaan dan penanganan sampah yang
berwawasan lingkungan di negeri ini. (Damanhuri, 2004).
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kesehatan lingkungan pasar?


2. Apa saja masalah masalah kesehatan di pasar?
3. Bagaimana sanitasi lingkungan di pasar?
4. Upaya apa saja yang dapat meningkatkan kualitas hidup?
5. Apa saja penyakit yang dapat terjadi akibat lingkungan pasar yang
tidak sehat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa sebenarnya kesehatan lingkungan pasar.
2. Untuk mengetahui apa saja masalah kesehatan di pasar.
3. Untuk mengetahui bagaimana sanitasi lingkungan yang di lakukan di
pasar.
4. Untuk mengetahui apa saja yang meningkatkan kualitas hidup.
5. Untuk mengetahui apa saja penyakit yang dapat terjadi akibat
lingkungan pasar yang tidak sehat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan Pasar

Kesehatan lingkungan adalah ilmu multi disipliner yang mempelajari


dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan
berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat serta upaya untuk
penanggulangan dan pencegahannya. Sementara sanitasi lingkungan adalah
bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang meliputi cara dan usaha individu-
individu atau masyarakat untuk mengotrol dan mengendalikan lingkungan hidup
eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam
kelangsungan hidup manusia (Andani Haris, 2011).

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang


optimum, sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status yang
optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
mencakup Perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), Penyediaan air
bersih, Pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah). Berdasarkan
pernyataan tersebut, maka kebersihan pada perumahan masyarakat yang
bermukim di sekitar Pasar merupakan salah satu tempat yang perlu diperhatikan
dari aspek kesehatannya (Soekidjo, 2008).

Pasar tradisional merupakan pasar yang selalu di kunjungi oleh semua


orang yang akan berbelanja kebutuhan sehari- hari maka karna itu pasar haruslah
bersih dari segala penyakit yang di timbulkan oleh sa mpah dan kotoran yang ada
di sekitar pasar. Pasar sebagai salah satu dari tempat umum dapat menimbulkan
berbagai akibat atau gangguan penyakit apabila kondisi lingkungannya tidak
diperhatikan. Untuk mengatntisipasi hal ini maka upaya pengawasan perlu
dilaksanakan secara berkesinambungan agar pembeli, penjual dan karyawan pasar
serta masyarakat yang bermukim dapat terhindar dari gangguan penyakit menular
(Depkes, 2007).

Pasar termasuk tempat umum yang merupakan sarana dimana orang


banyak berkumpul dan mengadakan interaksi atau hubungan dengan sesamanya.
Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah bertemunya para penjual dan pembeli
dan atas dasar itu dapat menghasilkan kesepakatan yang sama. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 519/Menkes/SK/VI/2008 pasar tradisional
adalah pasar yang sebagian besar dagangannya adalah kebutuhan dasar sehari-hari
dengan dengan praktek perdagangan yang masih sederhana dengan fasilitas
infrastrukturnya juga masih sangat sederhana dan belum mengindahkan kaidah
kesehatan. Peran pasar tradisional sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan
terutama bagi golongan masyarakat menengah ke bawah.

Pasar yang kurang diperhatikan dari aspek kesehatan, dapat menjadi


sumber perkembangbiakan penyakit. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat
menumpuknya sampah dan segala jenis kotoran yang telah membusuk, tidak
adanya selokan/drainase dan kondisi bangunan yang tidak memadai. Kondisi yang
kurang sehat menjadi tempat penularan penyakit dari satu orang ke orang lain baik
melalui kontak langsung maupun tidak langsung (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2019, jumlah pasar


tradisional di Indonesia sebanyak 14.182 unit. Sulawesi selatan merupakan
provinsi terbanyak ketiga yang memiliki pasar tradisional sebanyak 940 unit yang
tersebar di kabupaten/kota. Kabupaten Wajo memiliki 32 pasar tradisional, 3
diantaranya terletak di wilayah kerja UPTD Puskesmas Solo. Pasar Tradisional di
wilayahkerja UPTD Puskesmas Solo terletak di Kelurahan Solo, Desa Pattangnga
Dan Desa Manurung.
2.2 Masalah kesehatan di Pasar

Pasar sebagai salah satu tempat tempat umum bagi orang banyak untuk
melakukan kegiatan jual–beli yang dapat menyebabkan timbulnya/menularnya
penyakit (Khoiruz, 2010). Sebagaimana diketahui pasar merupakan salah satu
fasilitas ekonomi di kota maupun desa yang menjuak seluruh kebutuhan
masyarakat. Muculnya pasar modern atau mall yang berkembang semakin subur
hampir diseluruh kota, pasar tradisional menghadapi tantangan agar tidak
ditinggalkan oleh penjual dan pembeli, sebagai akibat kondisi pasar tradisional
yang kotor, semerawut, dan kumuh (Naingolani, 2012).
Umumnya pasar tradisional Indonesia mempunyai kondisi sanitasi yang
buruk (Zafirah, 2011). Kondisi sanitasi yang buruk dapat ditemui pada penyediaan
air bersih kurang memadai, sistem pengelolaan sampah dan limbah kurang baik,
pembagian zona los dan kios pedagang tidak jelas, serta keberadaan toilet dan WC
umum yang tidak terawat. Pengelolaan pasar dapat dilaksanakan dengan
melakukan pemeliharaan dan pengembangan pasar, pengelolaan data pedagang
pasar dan melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban pasar merupakan
hal-hal yang telah ditetapkan pada rencana strategis oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Sleman.

2.3 Sanitasi Lingkungan Padar

Sanitasi pasar adalah usaha pengendalian melalui kegiatan pengawasan


dan pemeriksaan terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh pasar yang erat
hubungannya dengan timbul atau merebaknya suatu penyakit (written, 2009).
Berikut ini persyaratan kesehatan lingkungan pasar yaitu :
A. Lokasi
a) Lokasi sesuai dengan Rencana Umum TataRuang setempat ( RUTR)
b) Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam, seperti : bantaran
sungai, aliran laahr, rawan longsor, dan banjir.
c) Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atu daerah jalur
pendaratan penerbangan.
d) Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuanganakhir sampa atau
bekas lokasi pertambangan.
e) Mempunyai batas wilayah yang jelas antara pasar dan lingkungan.
B. Tempat penjualan bahan pangan basah
a) Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata
dengan kemiringan yang cukup sehingga tidak menyebabkan genangan
air
b) Penyajian karkas daging harus digantung
c) Alas pemotong tidak terbuat dari bahan kay, tidak mengandung bahan
racun, dan mudah dibersihkan.
d) Pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak
berkarat.
e) Tersedia tempat penyimpanan bahan pangan seperti ikan dan daging
f) Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan.
g) Saluran pembuangan limbah tertutu, dengan kemringan sesuai
ketentuan yang berlaku sehingga memudahkan aliran limbah serta
tidak melewati area penjualan.
h) Tersedia tempat sampah kering dan basa, kedap air, tertutup dan
mudah diangkat.
C. Konstruksi
1) Atap
a) Atap harus kuat dan tidak bocor dan tidak menjadi tempat
berkembang biak binatang penura penyakit.
b) Kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak
memungkinkan terjadinya genangan air pada atap dan juga
langit-langit.
c) Ketinggian atap sesuai ketentuan
d) Atap dengan tinggi 10 m atau lebih harus dilengkapi dengan
penangkal petir.
2) Dinding
a) Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab.
b) Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus
terbuat dari bahan yang kuat.
c) Pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dinding
lainnya harus berbentuk lengkungan.
D. Sanitasi
a) Air bersih
1. Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap hari secara
berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang.
2. Kualitas air bersih yang tersedia memenuhi persyaratan.
3. Tersedia tendon air yang menjamin kesinambungan ketersediaan
air dan dilengkapi dengan kran yang tidak bocor.
4. Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m.
5. Kualitas air bersih diperiksa setiap 6 bulan sekali.
b) Kamar mandi dan Toilet
1. Harus tersedia toilet laki laki dan perempuan yang terpisah
dilengkapi dengan tanda/simbol yang jelas dengan proporsi sebagai
berikut : setiap penambahan 40-100 0rang harus ditambah satu
kamar mandi dan satu toilet.
2. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam
dalam jumlah yang cukup besar dan bebas jentik.
3. Di dalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan
bak air.
4. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukup yang
dilengkapi dengan sabun.
5. Air limbah dibuang ke septic taka tau lubang peresapan yang tidak
mencemari air tanah dengan jarak 10 m dari sumber air bersih.
6. Lantai dibuat kedap air, tidak licin dan mudah dibersihkan.
7. Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan
makanan dan bahan pangan.
c) Pengelolahan sampah
1. Setiap kois/los tersedia tempat sampah basah dan kering.
2. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah terbakar, kuat, tettutup
dan mudah dipindahkan.
3. Tersedia alat angkut sampah yang kuat, mudah dibersihkan dan
mudah dipindahan.
4. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air,
kuat, mudah dibersihkan dan dijangkau petugas kebersihan.
5. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vector) penular
penyakit.
6. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal
10 m dari bangunan pasar.
7. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam.
d) Drainase
1. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yang terbuat
dari logam sehingga mudah dibersihkan.
2. Limbah cair yang berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi
pengolahanair limbah (IPAL), sebelum akhirnya dibuang ke
saluran pembuangan umum.
3. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagai maan
diatur dalam keputusan menteri lingkungan hidup nomor 112 tahun
2003 tentang kualitas limbah.
4. Saluran selokan memiliki kemiringan sesuai dengan ketentuan.
5. Dilakukan pengujian kualitas air limbah cair secara berkala setiap 6
bulan sekali.
e) Tempat cuci tangan
1. Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau.
2. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang
mengalir dan limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yang
tertutup.
f) Desinfeksi Pasar
1. Desinfeksi pasar harus dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam
sebulan.
2. Bahan desinfektan yang digunakan tidak mencemari lingkungan.
2.4 Upaya Peningkatan Kualitas Pasar

Revitalisasi adalah program dari pemerintah dalam upaya untuk


memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah
vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami degradasi. Revitalisasi adalah suatu
proses yang harus dilalui oleh pasar tradisional dalam persaingan era globalisasi.
Banyaknya pasar modern dengan fasilitas yang memadai akan mengurangi
peranpasar tradisional.

Revitalisasi dapat dilaksanakan apabila semua pihak yang terkait saling


mendukung, baik pihak pemerintah, pedagang hingga pembeli. Aspek fisik,
aspek ekonomi serta aspek sosial menjadi perhatian yang utama dalam
melaksanakan revitalisasi. Kenyamanan dalam aktivitas ekonomi merupakan
target yang ingin dicapai, sehingga diharapkan akan memberi keuntungan bagi
semua pihak yang terlibat. Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan adanya
revitalisasi ini adalah tercapainya kesejahteraan untuk seluruh masyarakat.
Masyarakat harus menyadari bahwa berbelanja di pasar tradisional tidak lagi
dianggap ketinggalan zaman. Berbelanja di pasar tradisional merupakan salah
satu bentuk penghargaan terhadap produk diri sendiri serta menguji
kemampuan berkomunikasi.

Program revitalisasi pasar tradisional digagas dengan maksud menjawab


semua permasalahan yang melekat pada pasar tradisonal. Penyebabnya, pasar
tradisional dikelola tanpa inovasi yang berarti yang mengakibatkan pasar
menjadi tidak nyaman dan kurang kompetitif. Dalam menjalankan aktivitas
ekonomi dipasar tradisional, kondisi fisik memegang peranan yang penting.
Rancangan fisik pasar harus mempertimbangkan fungsi pasar sebagai tempat
aktivitas ekonomi sosial komunitas penggunanya. Program revitalisasi pasar
tradisional juga menyentuh tata kelola (kelembagaan) pasar. Mewujudkan
pasar yang professional haruslah dikelola dengan manajemen yang terpadu
dimana seluruh manajemen pasar terintegrasi menjadi satu (Mirah & Ketut,
2017).
Dengan diadakannya program revitalisasi, pasar tradisional siap menyaingi
serbuan pasar modern. Pasar tradisional akan kembali diminati oleh konsumen
jika citra negatif yang melekat selama ini pada pasar tradisional dihapuskan.
Kuncinya adalah pasar tradisional harus ditata sedemikian rupa sehingga
keadaannya menjadi bersih dan nyaman bagi pengunjung termasuk menjaga
kualitas kesehatan produk yang dijual. Pemerintah haruslah proaktif untuk
menghidupkan kembali pasar tradisional begitu juga dengan para pedagang
dan pengelola pasar harus konsisten untuk menjaga aura pasar tradisional
untuk kebersihan pasar pasca revitalisasi tetap terjaga disertai juga dengan tata
kelola pasar yang professional.

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi


melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta
meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Intervensi Fisik
Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual
kawasan khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi
fisik ini perlu dilakukan. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik
revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan
peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem
penghubung, sistem tanda atau reklame dan ruang terbuka kawasan. Isu
lingkungan pun menjadi penting. Sehingga intervensi fisik pun sudah
semestinya memperhatikan konteks lingkungan, perencanaan fisik tetap
harus dilandasi pemikiran jangka panjang.
b. Revitalisasi Manajemen
Pasar harus mampu membangun manajemen pengelolaan pasar
yang mengatur secara jelas aspek-aspek seperti: hak dan kewajiban
pedagang, tata cara penempatan, pembiayaan, fasilitas-fasilitas yang harus
tersedia dipasar dan standar operasional prosedur pelayanan pasar.
c. Rehabilitas Ekonomi
Perhatian fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan
bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal. Sehingga
mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota. Revitalisasi yang
diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses
rehabilitas kegiatan ekonomi. Dalam konteks revitalisasi perlu
dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas
ekonomi dan sosial.
d. Revitalisasi Sosial atau Institusional
Revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan
lingkungan yang menarik. Jadi bukan sekedar membuat tempat yang baik.
Kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan
dinamika dan kehidupan sosial masyarakat atau warga. Kegiatan
perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosia
yang berjati diri dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu
pengembangan institusi yang baik.

2.5 Penyakit penyekit akibat Lingkunga Pasar yang tidak sehat


Revitalisasi adalah program dari pemerintah dalam upaya untuk
memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah
vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami degradasi. Revitalisasi adalah
suatu proses yang harus dilalui oleh pasar tradisional dalam persaingan era
globalisasi. Banyaknya pasar modern dengan fasilitas yang memadai akan
mengurangi peranpasar tradisional.
1. Flu burung
Kotor dan tidak teraturnya kondisi pasar tradisional di Indonesia
berkontribusi dalam penyebaran flu burung, karena masih banyak unggas
yang dipotong di pasar tanpa diketahui apakah unggas tersebut berasal dari
daerah endemik flu burung atau bukan.)

2. Diare
karena kondisi kebersihan yang buruk (Buruknya sanitasi
lingkungan membuat tempat berkembang biaknya berbagai macam
penyakit dan sebagai penyebab utama penyakit yang timbul dari buruknya
kesehatan lingkungan. Diare merupakan penyakit dengan ciri konsistensi
feses cair, frekuensi buang air besar meningkat. Diare terjadi pada musim
hujan pada umumnya disebabkan karena penurunan kualitas hidup bersih,
sehingga meningkatkan perkembangan virus, bakteri dan parasit.
Mikroorganisme pathogen biasanya muncul dari saluran drainase yang
kotor kemudian mencemari air bersih yang dikonsumsi.
1. ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Atas dan TB (tuberkulosis) karena
lingkungan pasar yang pengap, sesak dan sumpek (Penyakit ISPA
diketahui merupakan penyebab utama peningkatan angka kesakitan dan
kematian penyakit menular di dunia. Penyakit ISPA juga adalah salah satu
penyebab utama konsultasi dalam fasilitas pelayanan kesehatan . penyakit
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi akibat dari faktor
lingkungan. Kurangnya menjaga kesehatan lingkungan akan
mengakibatkan peningkatan penyakit ISPA yang akan merujuk terjadinya
penyakit Pencemaran lingkungan menjadi salah satu faktor tertinggi
dalam peningkatan penyakit infeksi (ISPA). Lingkungan adalah suatu
tempat dimana masyarakat selalu melakakan aktifitas, dengan kondisi
lingkungan yang tidak memadai akan menjadi sumber utama dalam
penularan penyakit
4. Tifus karena banyaknya lalat, deman berdarah karena air yang
tergenang dan juga cacungan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang


optimum, sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status yang
optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
mencakup Perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), Penyediaan
air bersih, Pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah).

2. Pasar termasuk tempat umum yang merupakan sarana dimana orang


banyak berkumpul dan mengadakan interaksi atau hubungan dengan
sesamanya. Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah bertemunya para
penjual dan pembeli dan atas dasar itu dapat menghasilkan kesepakatan
yang sama.

3. Umumnya pasar tradisional Indonesia mempunyai kondisi sanitasi yang


buruk Kondisi sanitasi yang buruk dapat ditemui pada penyediaan air
bersih kurang memadai, sistem pengelolaan sampah dan limbah kurang
baik, pembagian zona los dan kios pedagang tidak jelas, serta keberadaan
toilet dan WC umum yang tidak terawat.

4. Sanitasi pasar adalah usaha pengendalian melalui kegiatan pengawasan


dan pemeriksaan terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh pasar yang erat
hubungannya dengan timbul atau merebaknya suatu penyakit. Adapun
Revitalisasi adalah program dari pemerintah dalam upaya untuk
memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya
pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami degradasi.
Revitalisasi adalah suatu proses yang harus dilalui oleh pasar tradisional
dalam persaingan era globalisasi. Banyaknya pasar modern dengan
fasilitas yang memadai akan mengurangi peranpasar tradisional.
3.2 Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari penyususan makalah ini,


oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik yang membangun dari
setiap pembaca.

Anda mungkin juga menyukai