Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan secara arafiah adalah sesuatu yang berhubungan dengan kondisi

fisik seseorang. Orang yang dikatakan sehat apabila terbebas dari serangan

penyakit sebaliknya dikatakan sakit apabila kondisi fisiknya tidak baik akibat

penyakit menular atau penyakit yang tidak menular. Ini dinamakan konsep sehat-

sakit. Pengertian menurut WHO sehat adalah keadaan seseorang ketika diperiksa

oleh ahlinya tidak memiliki atau tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat

tanda-tanda penyakit atau kelainan. Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni

dalam hal mencegah penyakit,memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan

melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat (Suyono, 2012).

Sanitasi lingkungan merupakan suatu usaha untuk mencapai lingkungan

sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik, khususnya hal-hal yang

memiliki dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup

manusia. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang

saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari

segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada

pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut (Utami, 2018).

Pasar termasuk tempat umum yang merupakan sarana dimana orang banyak

berkumpul dan mengadakan interaksi. Salah satu bentuk interaksi tersebut

bertemunya para penjual dan pembeli dan atas dasar itu dapat menghasilkan suatu

kesepakatan yang sama. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

1
Indonesia Nomor: 519/Menkes/SK/VI/2008, pasar tradisional adalah pasar yang

sebagian besar menjual kebutuhan dasar sehari-hari dengan praktek perdagangan

yang masih sederhana dan fasilitas infrastukturnya juga masih sangat sederhana

serta belum mengindahkan kaidah kesehatan. Peranan pasar tradisional sangat

penting dalam pemenuhan kebutuhan, terutama bagi golongan masyarakat

menengah ke bawah (Nurcahya, Moelyaningrum, Ningrum, Kesehatan, &

Keselamatan, 2014)

Pasar yang sehat dan memenuhi syarat sanitasi salah satunya adalah adanya

suatu Pengendalian Vektor Penyakit, beberapa dari macam vektor penyakit yang

perlu diperhatikan yaitu lalat. Penyakit yang ditularkan lalat antara lain disentri,

kolera, typus perut, diare dan lainnya yang berkaitan dengan kondisi sanitasi

lingkungan yang buruk. Sebagai tempat yang disenangi lalat, pasar merupakan

tempat yang ideal untuk berkembang biak, karena pasar banyak menghasilkan

sampah basah, sampah organik, dari hasil kegiatan di los buah, sayuran, ikan,

daging, dan TPS yang merupakan sebagai sumber lalat di pasar. Keadaan seperti

itu juga dapat mempengaruhi keberadaan lalat di tempat penjualan makanan atau

jajanan terbuka yang dijual di pasar.(Prayogo, 2015)

Kepadatan lalat adalah suatu indikator kurang baiknya cara pengelolaan

sampah atau rendahnya kondisi sanitasi, sehingga dapat menimbulkan penurunan

kualitas lingkungan. Ancaman lalat terjadi bersama timbulnya masalah sampah

yang merupakan dampak negatif dari Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat

terhadap hygiene dan sanitasi, menyebabkan lalat memiliki dampak negatif bagi

kesehatan masyarakat secara luas dari segi estetika sampai penularan penyakit.

Lalat adalah salah satu vector yang dapat menyebarkan penyakit, hal ini

2
dikarenakan lalat hinggap untuk berkembang biak dan mencari makan di tempat-

tempat yang kotor seperti pada tumpukan sampah dan saluran pembuangan air

limbah. Pengelolaan limbah dan sampah yang baik harus didasari oleh sanitasi

lingkungan seperti tersedianya tempat pembuangan sampah,tersedianya saluran

pembuangan air limbah dan sanitasi tempat potong daging.(Nuriyah, 2018)

Salah satu perusahaan daerah yang dikelola oleh Kabupaten Badung yakni

Pasar Desa Adat Sembung yang berdiri diatas tanah seluas 2850 m2. Pasar ini

merupakan pasar tradisional yang beroperasi setiap harinya mulai dari jam 4 pagi

hingga jam 12 siang. Pasar ini berlokasi di Jln. Denpasar-Singaraja, Sembung,

Kec. Mengwi, Kabupaten Badung. berdasarkan dari aktivitas jual beli tersebut

menghasilkan sampah organik maupun non organik. Kondisi disekitar pasar

tergolong kotor setelah ditingkalkan oleh pedagang terutama disekitaran pedagang

berjualan. Berdasarkan survey awal yang dilakukan di lingkungan Pasar Desa

Adat Sembung, penulis mengamati masih adanya terlihat sampah di sekitar los, di

depan kios pedagang, serta di pelataran tidak semua pedagang menyediakan

tempat pewadahan sampah, serta kurangnya sarana TPS dan tong sampah dari

pihak pengelola menyebabkan masih ada sampah yang masih berserakan di depan

kios maupun los para pedagang. Selain itu kurangnya partisipasi pedagang dalam

bekerjasama mengatasi masalah pengelolaan sampah di Pasar Desa Adat

Sembung. Karena pedagang merasa telah membayar iuran retribusi, sehingga para

pedagang merasa masalah kebersihan di lingkungan pasar telah menjadi tanggung

jawab dari pengelola pasar.

Selain itu sampah juga berada disekitar pinggiran sungai yang berada

dibelakang pasar, Pasar Desa Adat Sembung ini hanya memiliki satu buah

3
contrainer sehingga sampah cepat menumpuk. Sampah yang menumpuk di

Contrainer diangkut sekitar 4 hari sekali. Sampah tersebut akan menjadi tempat

perkembangbiakan vektor penularan penyakit seperti tikus, kecoa, maupun lalat.

Sampah yang dimaksud yakni sampah sisa dari daging,ikan,sampah sayuran dan

buah yang tidak layak dijual,sampah sisa makanan dan sampah plastik.

Berdasarkan survei awal, ditemukan banyak lalat pada tempat-tempat tertentu

seperti contrainer, tempat penjualan daging, tempat penjualan ikan, tempat

penjualan sayuran, tempat penjualan buah serta tempat penjualan makanan yang

telah masak dan di kantor pengelola pasar, maka dari itu penulis melakukan

pemeriksaan di satu titik yakni didekat contrainer(tempat pembuangan sampah)

diperoleh hasil tingkat kepadatan lalat yaitu rata-rata 15,4(kategori tinggi).

Dengan tingginya kepadatan lalat di pasar ini maka diperlukan adanya

pengawasan dan pengamanan terhadap tempat perkembangbiakan lalat.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai ”Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pedagang Dalam

Membuang Sampah Dengan Kepadatan Lalat di Pasar Desa Adat Sembung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

permasalah sebagai berikut : ” Apakah Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan,

Sikap dan Tindakan Pedagang Dalam Membuang Sampah Dengan Kepadatan

Lalat di Pasar Desa Adat Sembung”.

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Pedagang Dalam Membuang Sampah Dengan Kepadatan Lalat di Pasar Desa

Adat Sembung.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat Pengetahuan Pedagang Dalam Membuang Sampah

dengan Kepadatan Lalat di Pasar Desa Adat Sembung.

b. Untuk mengetahui sikap Pedagang Dalam Membuang Sampah dengan

Kepadatan Lalat di Pasar Desa Adat Sembung.

c. Untuk mengetahui tindakan Pedagang Dalam Membuang Sampah dengan

Kepadatan Lalat di Pasar Desa Adat Sembung.

d. Untuk mengetahui tingkat kepadatan lalat di Pasar Desa Adat Sembung.

e. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan

Pedagang Dalam Membuang Sampah dengan Kepadatan Lalat di Pasar Desa

Adat Sembung.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Dapat memberikan informasi terhadap pihak pengelola Pasar Desa Adat

Sembung dan pedagang tentang tingkat kepadatan lalat dan sanitasi dalam upaya

pengendalian lalat di Pasar Desa Adat Sembung.

5
2. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan

kesehatan lingkungan khususnya dalam bidang yang terkait dengan pengendalian

lalat.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pasar

Pasar termasuk tempat umum yang merupakan sarana dimana orang banyak

berkumpul dan mengadakan interaksi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 519/Menkes/SK/VI/2008, pasar tradisional

merupakan pasar yang sebagian besar dagangannya menjual kebutuhan dasar

sehari-hari dengan praktek perdagangan yang masih sederhana dengan fasilitas

infrastukturnya juga masih sangat sederhana dan belum mengindahkan kaidah

kesehatan. Peranan pasar tradisional sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan,

terutama bagi golongan masyarakat menengah ke bawah.

B. Pengertian Sanitasi Pasar

Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yakni

perilaku yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah

manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan atau sampah.

Sanitasi pasar merupakan pengendalian melalui kegiatan pengawasan dan

pemeriksaan terhadap pengaruh - pengaruh yang ditimbulkan oleh pasar yang erat

hubungannya dengan timbul dan merebaknya suatu penyakit (Anggraeni, 2017).

C. Sumber Sampah

Dalam Undang- Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,

jenis dan sumber sampah yang dimaksud adalah :

1. Sampah Rumah Tangga Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari

sisa kegiatan seharihari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah

7
spesifik dan dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga.

Sampah ini bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.

2. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Yaitu sampah rumah tangga yang

bersala bukan dari rumah tangga dan lingkungan rumah tangga melainkan

berasal dari sumber lain seperti pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah,

rumah sakit, rumah makan, hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota,

dan lainnya.

3. Sampah Spesifik Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah

tangga yang karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan

penanganan khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan

berbahaya dan beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya),

sampah yang mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana,

puing bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah

yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).

D. Pengertian Vector Lalat

Lalat merupakan serangga pengganggu utama yang dapat membawa

patogen pada tubuhnya. Permukaan tubuhnya yang dipenuhi dengan struktur

rambut halus menjadi media pembawa yang baik bagi agen patogen. Perilakunya

yang seringkali hinggap pada kotoran, sampah, bangkai dan makanan menjadi

faktor penting munculnya penyakit tular-makanan (foodborne disease)

dimasyarakat. Kehadiran serangga ini juga dapat dijadikan indikator kebersihan

dan sanitasi suatu komunitas (Andiarsa et al., 2015).

8
E. Siklus Hidup Lalat

Lalat merupakan binatang pengganggu dan beberapa spesies telah terbukti

menjadi penular (vektor) penyakit. Keberadaan lalat di suatu tempat juga

merupakan indikasi kebersihan yang kurang baik.

1. Stadium telur

Stadium ini memerlukan waktu (12-24) jam. Bentuk telur lonjong bulat

berwarna putih, besarnya telur (1-2)mm, dikeluarkan oleh lalat betina sekaligus

sebanyak (150-200) butir. Faktor temperature tempat sarang telur ini (kotoran)

sangat berpengaruh, semakin hangat semakin cepat proses pematangannya.

2. Stadium larva

Larva lalat berbentuk bulat panjang ±8 mm, warna putih kekuning-kuningan

agak keabuan bersegmen 13, dikalangan masyarakat biasa disebut sebagai

belatung. larva dewasa selalu bergerak untuk mencari makanan sekitar sarangnya

berupa bahan organik. Pada tingkat akhir larva akan mencari tempat kering untuk

kemudian tidak bergerak dan berubah menjadi kepompong/pupa, lamanya

stadium ini (2-8) hari tergantung dari pengaruh setempat. Larva mudah terbunuh

pada temperaur 73 0C. Ada tiga tingkatan larva lalat:

a) Setelah keluar dari telur, belum banyak gerakan

b) Setelah larva menjadi dewasa, banyak gerakan

c) Tingkat terakhir tidak banyak gerakan

3. Stadium pupa

Lamanya stadium ini (2-8) hari bergantung pada temperatur setempat.

Bentuk bulat lonjong dengan warna cokelat hitam panjang (8-10)mm. pada

stadium ini jarang-jarang ada pergerakan, mempunyai selaput luar yang keras

9
disebut chitine, dibagian depan terdapat spiracle(lubang nafas) disebut posterior

spiracle.

4. Stadium dewasa

Dari pupa ini akhirnya terwujud lalat dewasa. Dari stadium telur sampai

menjadi dewasa memerlukan waktu selama (7-14) hari (Suyono, 2012).

F. Tempat Perindukan Lalat

Lalat bertelur pada kotoran manusia dan binatang, bahan organik

membusuk, sampah dan sisa makanan dari hasil olahan serta air kotor juga

disenangi oleh lalat. Sehingga organisme penyebab penyakit menempel pada kaki

dan bagian tubuhnya. Lalat menyukai tempat-tempat tersebut karena memiliki bau

yang tidak sedap dan menyengat sehingga mengundang lalat untuk hinggap dan

bertelur di tempat itu. Tujuan lalat hinggap pada makanan manusia untuk mencari

makanan berupa zat gula (Saipin, 2019).

G. Pengukuran Kepadatan Lalat

Pengukuran kepadatan lalat diukur dengan menggunakan alat fly grill. Fly

Grill diletakkan ditempat yang akan diukur kepadatan lalatnya, lalu dihitung

jumlah lalat yang hinggap di Fly-grill dengan menggunakan alat penghitung

selama 30 detik. Sedikitnya pada setiap lokasi dilakukan 10 kali perhitungan (10

kali 30 detik) dan 5 perhitungan lalat yang tertinggi dibuat rata-ratanya dan dicatat

dalam kartu hasil perhitungan. Angka rata-rata itu merupakan petunjuk (indeks)

populasi satu lokasi tertentu, intrepretasi hasil pengukuran pada setiap lokasi atau

blok grill adalah sebagai berikut :

0–2 :tidak menjadi masalah (rendah)

10
3 – 5 :perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berbiaknya lalat

(sedang)

6 –20 :populasi padat dan perlu pengamanan terhadap tempat-tempat berbiaknya

lalat dan bila mungkin di rencanakan upaya pengendaliannya.

(tinggi/padat)

>21 :populasinya sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap

tempat-tempat berbiaknya lalat dan tindakan pengendalian lalat. (sangat

tinggi/sangat padat).

H. Penyakit Yang Di Sebabkan Oleh Lalat

Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh lalat dapat ditularkan langsung

maupun tidak langsung. Penularan langsung misalnya larva migrans dan

trypanosomiasis melalui penetrasi larva dan gigitan lalat dewasa. Penularan tidak

langsung diantaranya melalui pemindahan agen patogen oleh lalat melalui

makanan dan minuman yang kita konsumsi (Andiarsa, 2018).

1. Diare

Diare merupakan suatu gejala buang air besar (BAB) cair dengan frekuensi

tidak normal karena pergerakan usus yang berlebihan. Penderita dapat menderita

dehidrasi dan dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan

pertolongan segera.

2. Kecacingan

Penyakit kecacingan biasanya terjadi pada anak-anak yang memiliki

perilaku higiene yang kurang. Perilaku tidak mencuci tangan sebelum makan

merupakan faktor risiko bagi tertularnya penyakit kecacingan. Lalat juga

11
berpotensi menularkan kecacingan ini dengan membawa telur cacing yang infektif

dan mengkontaminasi makanan atau minuman.

3. Cholera

Kolera adalah penyakit diare yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas

yang signifikan di seluruh dunia. Penyakit tersebut merupakan penyakit infeksi

usus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Lalat juga berpotensi

menularkan kolera melalui makanan, minuman yang terkontaminasi oleh bakteri

Vibrio cholerae. Atau kontak dengan carrier kolera (Guli, 2016).

4. Disentri

Diare disentri yang disebabkan S.sonnei dan S.flexneri pada umumnya

ringan dan sembuh sendiri, sehingga terapi suportif dan simtomatis lebih

diutamakan.

I. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimilikinya. Pengetahuan tiap orang akan berbeda-beda tergantung dari

bagaimana penginderaannya masing-masing terhadap objek atau sesuatu. Secara

garis besar terdapat 6 tingkatan pengetahuan (Masturoh, n.d.) yaitu:

a. Tahu

Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat kembali apa yang

telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan pengetahuan pada tahap ini

merupakan tingkatan yang paling rendah. Kemampuan pengetahuan pada

tingkatan ini adalah seperti menguraikan, menyebutkan, mendefinisikan, dan

menyatakan.

12
b. Memahami

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu dengan benar. Seseorang

yang telah faham tentang pelajaran atau materi yang telah diberikan dapat

menjelaskan, menyimpulkan, dan menginterpretasikan objek atau sesuatu yang

telah dipelajarinya tersebut.

c. Aplikasi

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat mengaplikasikan atau

menerapkan materi yang telah dipelajarinya pada situasi kondisi nyata atau

sebenarnya.

d. Analisis

Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen yang ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis yang dimiliki

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), memisahkan dan

mengelompokkan, membedakan atau membandingkan.

e. Sintesis

Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan

berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi suatu pola baru yang

lebih menyeluruh. Kemampuan sintesis ini seperti menyusun, merencanakan,

mengkategorikan, mendesain dan menciptakan.

f. Evaluasi

Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi

13
dapat digambarkan sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan

informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan.

J. Pengertian Sikap

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek dilingkungn tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek. Dalam hal sikap, dapat dibagi berbagai

tingkatan, antara lain:

a. Menerima (receiving) , diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding), yaitu dapat berua memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai (valuating), yaitu dapat berupa mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

(Febriyanto, 2016)

K. Pengertian Tindakan

Tindakan disebabkan oleh faktor predisposisi yaitu sikap keyakinan, nilai,

motivasi, dan pengetahuan. Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam

suatu tindakan untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

diperlukan faktor pedukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,antara lain

fasilitas dan sarana prasarana.

Tindakan memiliki beberapa tindakan seperti persepsi, respon terpimpin,

mekanisme dan adopsi. Pengukuran tindakan dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan

14
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan yang dijalankan oleh responden.

Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan wawancara terhadap

kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan dalam rentang waktu tertentu (Hombing,

2015).

15
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini,dapat digambarkan sebagai

berikut:

Pasar

Aktivitas Pedagang
pasar

Sampah
Pengetahuan Sikap dalam Tindakan
dalam membuang dalam
membuang sampah membuang
sampah sampah

Kepadatan lalat

Gangguan
estetika

Vector penyakit

Keterangan :

:Diteliti
: Tidak Diteliti
Gambar 1
Kerangka Konsep Penelitian

16
Di pasar terdapat aktifitas manusia salah satu aktifitas dipasar yaitu interaksi

antara penjual dan pembeli, serta terdapat sampah yang di hasilkan dari aktifitas

kegiatan dipasar seperti dari perilaku pedagang yang kurang baik dalam

membuang sampah akan memicu lingkungan menjadi kotor, lingkungan pasar

yang kotor dapat memicu adanya peningkatan kepadatan lalat serta dapat

menimbulkan gangguan estetika dan mengundang vector penyebab penyakit.

Pasar Desa Adat Sembung merupakan pasar tradisional,pada pasar tersebut

terdapat pedagang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari.

Pasar Desa Adat Sembung tersebut terdapat memiliki satu contrainer, setiap

pedagang yang menghasilkan sampah akan membuang sampahnya di contrainer

tersebut,namun masih terdapat pedagang yang tidak langsung membuangnya ke

contrainer sehingga sampah tersebut berserakan disekitar tempatnya berjualan,

beberapa pedagang juga membuang sampahnya dipinggiran sungai yang berada

tepat dibelakang pasar tersebut. Sampah yang berserakan dapat mengundang lalat

untuk datang dan berkembangbiak, Lalat dapat membahayakan kesehatan manusia

karena dapat menjadi vektor penyebaran penyakit.

Sasaran pada penelitian ini yaitu semua pedagang di Pasar Desa Adat

Sembung yang berjumlah 48 pedagang. Pada penelitian ini akan lebih

memfokuskan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kepadatan lalat yang

dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan pedagang pada saat membuang

sampah.

17
B. Variabel Penelitian dan Defisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian

tertentu (Notoatmodjo, 2012).

a. Variabel bebas

Variabel bebas (Independent) merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam

penelitian ini variabel bebasnya adalah pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang

membuang sampah.

b. Variabel terikat

Variabel terikat (Dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang

disebut variabel terikat adalah kepadatan lalat.

Variabel Pengganggu
a. Suhu
b. Kelembaban
c. Pendidikan

Keterangan : d. Umur

: Diteliti

: Tidak Diteliti

Gambar 2
Hubungan Antar Variable
2. Definisi operasional

18
Tabel 1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Skala
Pengukuran
1 2 3 4 5

1 Pengetahuan Tingkat pengetahuan Kuisioner Ordinal


Pedagang pedagang yang diukur
Kurang baik :
melalui kemampuan
jumlah skor ≤ 5
menjawab pertanyaan
Baik :
yang berhubungan
dengan sampah dan Jumlah skor > 5
lalat.

2 Sikap Keterlibatan atau keikut Kuisioner Ordinal


Pedagang sertaan pedagang dalam
Kurang Baik :
membuang sampah
jumlah skor ≤ 5
untuk mengatasi
Baik :
sampah berserakan di
sekitar tempatnya Jumlah skor > 5
berjualan yang dapat
mengundang datangnya
lalat

3 Tindakan Suatu perbuatan atau Observasi Ordinal


Pedagang tindakan nyata dari
Kurang Baik :
pedagang dalam
jumlah skor ≤ 5
membuang sampah
Baik :
untuk mengatasi
kepadatan lalat Jumlah skor > 5

4 Kepadatan Suatu pengukuran Pengukuran Nominal


Lalat terhadap lalat untuk menggunakan ≤ 5 : katagori rendah
mendapatkan hasil fly grill
> 5 : katagori tinggi
kepadatan.

C. Hipotesis

19
Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah

dirumuskan dalam perencanaan penelitian. Hipotesis dalam sebuah penelitian

berarti jawaban sementara penelitian, patokan, duga, atau dalil sementara yang

kebenarannya akan dibuktikkan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Ada hubungan

pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang dalam membuang sampah dengan

kepadatan lalat di Pasar Desa Adat Sembung

BAB IV
METODE PENELITIAN

20
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian analitik observasional, penelitian

observasional yang umum dilaksanakan adalah penelitian metode cross sectional.

Metode penelitian mempelajari antara variabel bebas (pengetahuan, sikap, dan

tindakan) dengan variabel terikat (kepadatan lalat) dilakukan pada saat bersamaan

dan hanya satu kali. Sedangkan dilihat dari segi analisis data, maka penelitian ini

merupakan penelitian analitik, karena data yang disajikan dalam tabulasi silang

kemudian dianalisis dengan uji statistik untuk mengetahui adanya hubungan dari

masing-masing variabel.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Pasar Desa Adat Sembung Kabupaten

Badung, Waktu penelitian ini berlangsung dari Bulan Maret hingga April tahun

2020.

C. Unit Analisis dan Responden Peneliti

Unit analisis adalah suatu tertentu yang diperhitungkan sebagai subyek

penelitian, sedangkan responden adalah orang yang dijadikan sumber data

penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kepadatan lalat sebagai obyek,

tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang membuang sampah sebagai

subyek. Responden dalam penelitian ini adalah semua pedagang di Pasar Desa

Adat Sembung Kabupaten Badung.

1. Jumlah dan besar sampel

21
Populasi pada penelitian ini pedagang yang berada di Pasar Desa Adat

Sembung Kabupaten Badung. Berdasarkan survei pendahuluan melalui observasi

dan wawancara dengan Pengelola Pasar Desa Adat Sembung Kabupaten Badung.

Penulis mendapatkan data jumlah total pedagang yang berjualan di Pasar Desa

Adat Sebung yaitu 48 orang pedagang. Jumlah dan besar sampel yang menjadi

subyek dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang di Pasar Desa Adat

Sembung.

2. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini agar mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan

pedagang dalam membuang sampah dengan kepadatan lalat Di Pasar Desa Adat

Sembung yang digunakan merupakan penelitian total populasi karena mengambil

semua populasi penelitian untuk dijadikan sampel.

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Adapun data yang dimaksud dalam pengumpulan data tersebut

yaitu :

a. Data primer

Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis secara

langsung pada objek penelitian. Data primer diperoleh melalui wawancara. Data

ini dikumpulkan menggunakan kuisioner dan observasi untuk mendapatkan hasil

penilaian pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang membuang sampah serta

pengukuran kepadatan lalat di wilayah Pasar Desa Adat Sembung dikumpulkan

dengan menggunakan alat fly grill.

22
b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain selain objek

penelitian yang mendukung data primer. Data sekunder diperoleh dari Pengelola

Pasar desa adat sembung dengan mengutip data yang telah ada seperti dokumen

yang meliputi jumlah pedagang di Pasar Desa Adat Sembung, luas daerah,

maupun denah pasar.

2. Teknik pengumpulan data

Cara pengumpulan data menggunakan observasi dan kuisioner, dalam hal

ini penulis memberikan pertanyaan secara tertulis untuk di jawab oleh responden

yaitu para pedagang di pasar desa adat sembung. Pengumpulan data kepadatan

lalat dilakukan menggunakan fly grill dengan menghitung lalat yang hinggap pada

fly grill menggunakan stopwatch dan conter.

a. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

1) Fly grill adalah alat yang digunakan untuk mengukur kepadatan lalat.

2) Conter berfungsi untuk menghitung jumlah lalat yang hingap pada fly grill.

3) Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu.

4) Kalkulator berfungsi untuk menghitung perhitungan rata-rata kepadatan lalat.

5) Alat tulis digunakan untuk mencacat hasil yang diperoleh dari hasil

pengukuran tingkat kepadatan lalat.

b. Prosedur kerja

1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan untuk pengukuran

tingkat kepadatan lalat di pasar desa adat sembung.

2) Meletakkan fly grill pada jarak satu meter dari los atau ruko penjualan secara

horizontal di atas permukaan tanah maupun di atas permukaan yang datar.

23
3) Menghitung jumlah lalat yang hinggap pada fly grill dengan menggunakan

conter selama 30 detik dengan mengulangan 10 kali pengkuran (30 detik x

10) pada setiap sampel.

4) Mencatat jumlah lalat yang hinggap pada fly grill.

5) Menghitung rata-rata dengan mengambil lima angka tertinggi kemudian

dibagi lima dari masing-masing titik.

6) Rata-rata hasil perhitungan yang ada merupakan indeks atau kepadatan lalat.

3. Instrumen pengumpulan data

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Adapun instrumen pengumpulan data atau alat ukur yang

digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah observasi dan

kuisioner yang telah disusun oleh peneliti. Peneliti telah menyiapkan instrumen

penelitian yang terdiri dari pertanyaan tentang pengetahuan, sikap dan tindakan

yang akan ditanyakan kepada pedagang.

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Data yang diperoleh melalui penelitian masih merupakan data mentah, maka

dari itu data tersebut perlu diolah dengan cara :

a. Editing

Editing dilakukan untuk melihat atau memeriksa kelengkapan,

kesempurnaan, kejelasan dan benar tidaknya pengisian dari data yang terkumpul

melalui editing ini akan dapat dipastikan apakah data dapat digunakan atau tidak.

b. Coding

24
Coding adalah pemberian kode pada tiap data yang diperoleh. Pemberian

kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (entry data).

c. Entering

Entering adalah proses memasukkan data untuk diolah menggunakan

komputer.

d. Tabulating

Tabulating adalah pengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti

guna memudahkan analisis data.

2. Analisis data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini pengukuran menggunakan

alat ukur kuisioner dan observasi. Dari semua data yang terkumpul dianalisis

menggunakan analisis univariate dan bivariat. Adapun analisis data yang

digunakan sebagai berikut :

a. Analisis satu variabel (Univariate)

Analisis univariate yang dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari

tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).Analisis univariate ini dilakukan untuk

mendapatkan tingkat pengetahuan, sikap, tindakan pedaganag dalam membuang

sampah dengan kepadatan lalat. Untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap,

tindakan dalam membuang sampah serta kepadatan lalat di tentukan oleh jawaban

yang diberikan oleh pedagang pada setiap nomor pertanyaan dengan ketentuan

sebagai berikut. Dalam pemberian nilai peneliti membuat interval kelas dengan

berpedoman pada rumus :

25
1) Pertanyaan tingkat pengetahuan yang terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap

pertanyaan dengan jawaban “Ya” memiliki skor 1 dan jawaban “Tidak”

skornya 0, sehingga bila semua pertanyaan terjawab dengan benar nilainya

dalah 10 dan terendah adalah 0 (nol) dengan ketentuan :

Interval kelas =

=5

Katagori :

Baik = bila total skor jawaban > 5

Kurang Baik = bila total skor jawaban ≤ 5

2) Pertanyaan sikap yang terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan dengan

jawaban “Ya” memiliki skor 1 dan jawaban “Tidak” skornya 0, sehingga bila

semua pertanyaan terjawab dengan benar nilainya dalah 10 dan terendah adalah

0 (nol) dengan ketentuan :

Interval kelas =

=5

Katagori :

Baik = bila total skor jawaban > 5

Kurang Baik = bila total skor jawaban ≤ 5

26
3) Pertanyaan tindakan yang terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan dengan

jawaban “Ya” memiliki skor 1 dan jawaban “Tidak” skornya 0, sehingga bila

semua pertanyaan terjawab dengan benar nilainya dalah 10 dan terendah adalah

0 (nol) dengan ketentuan :

Interval kelas =

=5

Katagori :

Baik = bila total skor jawaban > 5

Kurang Baik = bila total skor jawaban ≤ 5

b. Analisis dua variabel (bivariate)

Analisis bivariate merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua

variabel yaitu variabel bebas pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang dalam

membuang sampah dengan variabel terikat kepadatan lalat (Notoatmodjo, 2012).

Pada analisis bivariate ini menggunakan metode analisis Chi Square (X2).

Pengujian dilakukan menggunakan perangkat komputer. Uji analisis ini dilakukan

untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Kemaknaan perhitungan stastitik digunakan batas α = 0,05 terhadap hipotesis,

berarti jika p value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jika p value > 0,05 maka Ho

27
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat yang diuji.

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya hubungan antar kedua variabel

tersebut dilakukan perhitungan Coefficient Contingency (CC) dengan kriteria :

1) 0,00 – 0,20 : hubungan sangat lemah

2) 0,21 – 0,40 : hubungan lemah

3) 0,41 – 0,60 : hubungan sedang

4) 0,61 – 0,80 : hubungan kuat

5) 0,81 – 1,00 : hubungan sangat kuat

28
DAFTAR PUSTAKA

Andiarsa, D. (2018). Lalat : Vektor yang Terabaikan Program ? Lalat : Vektor


yang Terabaikan Program ? Flies : Vector Abandoned by Program ?, 14(2),
201–2013. https://doi.org/10.22435/blb.v14i2.67

Andiarsa, D., Setianingsih, I., Fadilly, A., Hidayat, S., Setyaningtyas, D. E., &
Hairani, B. (2015). Gambaran Bakteriologis Lalat dan Culicidae ( Ordo :
Diptera ) di Lingkungan Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu Bacteriological
Overview of Flies and Culicidae ( Ordo : Diptera ) in The Field of Zoonoses
Research Office of Tanah Bumbu. Jurnal Vektor Penyakit, 9(2), 37–44.
Anggraeni, M. D. (2017). Gambaran sanitasi lingkungan di pasar blambangan,
banyuwangi tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
3(4).
Febriyanto, M. A. B. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan
Perilaku Konsumsi Jajanan Sehat Di MI Sulaimaniyah Mojoagung Jombang.
Guli, M. M. (2016). Patogenesis Penyakit Kolera Pada Manusia, 10(2), 17–24.
Hombing, windy oktavia boru. (2015). Peningkatan Pengetahuan,Sikap,Dan
Tindakan Remaja Laki-Laki Di SMK Negeri 4 Kecamatan Umbulharjo Kota
Yogyakarta Tentang Antibiotika Dengan Metode CBIA (Cara Belajar Insan
Aktif).
Masturoh, I. (n.d.). Metodologi kesehatan ligkungan.
Notoatmodjo, S. (2012). metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Pt Rineka
Cipta.
Nurcahya, K., Moelyaningrum, A. D., Ningrum, P. T., Kesehatan, B., &
Keselamatan, K. (2014). Identifikasi Sanitasi Pasar di Kabupaten Jember
( Studi di Pasar Tanjung Jember ) ( Identification of Market Sanitation In
Jember ( Studies in Tanjung Market Jember ) ). E-Jurnal Pustaka Kesehatan,
2(2), 285–292.
Nuriyah, S. (2018). Hubungan sanitasi lingkungan pengelolaan limbah dengan
indikator angka kepadatan lalat dirumah potong unggas kota depok tahun
2018.
Prayogo, S. (2015). Deskripsi Kepadatan Lalat Di Pasar Kota Banjarnegara Tahun
2015. Jurusan Kesehatan Lingkungan, 34, 124–223.
Saipin, S. (2019). Efektivitas Variasi Umpan Terhadap Penggunaan Perangkap
Lalat (Fly Trap) Di Pasar Basah Anduonohu Kota Kendari. Miracle Journal
of Public Health, 2(1), 112–120.
Suyono, M. S. (2012). Ilmu kesehatan masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

29
Utami, R. A. (2018). Dampak Sanitasi Lingkungan Terhadap Kesehatan
Masyarakat di Wilayah Pesisir Kecamatan Kota Agung.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 519/SK/2008 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat
Undang-Undang Nomor.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

30

Anda mungkin juga menyukai