DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kesehatan Ibu dan Anak”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
C. Rumusan Masalah 2
D. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 7
A. Pengertian kesehatan Ibu dan Anak 3
B. Prinsip dan tujuan program kesehatan ibu dan anak 4
C. Permasalahan Ibu dan Anak 4
D. Ruang lingkup Kesehatan Ibu dan Anak 8
E. Manajemen kegiatan kesehatan Ibu dan Anak 12
F. Sistem kesiagaan dan pencegahan komplikasi maupun
menurunkan angka kematian di bidang KIA 13
G. Target kesehatan Ibu dan anak 15.
H. Peranan dan Tugas Tenaga Kesehatan Masyarakat
Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak 16
I. Hambatan dalam meningkatkan kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) 18
BAB V PENUTUP 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kesehatan masyarakat adalah suatu ilmu seni yang bertujuan untuk
mencegah timbulnya penyakit, memperpanjang umur, meningkatkan kesehatan, melalui
usaha-usaha kesehatan masyarakat.
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan
yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik
secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehatnya.
Kesehatan ibu dan anak merupakan harapan masa depan bagi semua orang. Dari
dahulu hingga sekarang ini masalah kesehatan ibu dan anak masih kurang diperhatikan
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu, situasi, dan kondisinya. Masalah
kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang perlu perhatian lebih karena masalah
itu merupakan masalah yang mempengaruhi generasi muda yang akan terbentuk.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan ibu dan anak
yang selanjutnya disingkat KIA adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi
1
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi,
pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesehatan Ibu dan Anak.
2. Untuk mengetahui prinsip dan tujuan program kesehatan ibu dan anak.
3. Untuk mengetahui permasalahan Ibu dan Anak.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup Kesehatan Ibu dan Anak.
5. Untuk mengetahui manajemen kegiatan kesehatan Ibu dan Anak.
6. Untuk mengetahui sistem kesiagaan dan pencegahan komplikasi maupun menurunkan
angka kematian di bidang KIA
7. Untuk mengetahui target kesehatan Ibu dan Anak.
8. Untuk mengetahui peranan dan tugas tenaga kesehatan masyarakat terhadap kesehatan
Ibu dan Anak.
9. Untuk mengetahui hambatan dalam meningkatkan kesehatan Ibu Dan Anak (KIA).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu program yang meliputi pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan,
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi dan Balita,
remaja, dan Lansia.
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di dunia ini.
Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat anaknya masih bayi hingga
dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas tanggung jawabnya atau menikah
dengan orang lain seorang ibu tetap berperan dalam kehidupan anaknya. (Zulfili
(1986:9)).
3
B. Prinsip dan Tujuan Kesehatan Ibu dan Anak
1. Prinsip
Prinsip pengelolaan Program KIA adalah memantapkan dan peningkatan jangkauan
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.
2. Tujuan umum
Tujuan umum Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya
untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
a. Aborsi
Abortus adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar
kandungan. Abortus merupakan gejala yang sejak zaman dahulu kala dikenal pada
4
seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia. Bila seorang wanita menjadi hamil
tidak diinginkannya maka ia akan melakukan segala macam usaha untuk
menggugurkan kandungannya. Tindakan aborsi dapat menyebabkan seorang wanita
merasa bersalah, depresi, rasa kehilangan, pendarahan, rusaknya rahim, kanker, dan
kematian. (Asmarawati, 2010).
b. Anemia
Ibu hamil aterm cenderung menderita ADB karena pada masa tersebut janin
menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka persediaan segera setelah lahir
(Sinsin, 2008). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen
dan zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta.
Fungsi plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang
janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang
janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin (Cunningham
et al., 2005).
c. Tertular IMS
Infeksi menular seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut The Centers for
Disease Control and Prevention (CDC) terdapat sekitar 20 juta kasus baru IMS
dilaporkan per-tahun. Pada wanita hamil terjadi perubahan anatomi, penurunan
reaksi imunologis dan perubahan flora serviko-vaginal. Perubahan fisiologis pada
wanita hamil akan berdampak pada perjalanan dan manifestasi klinis IMS. Beberapa
infeksi menular seksual tersering adalah sifilis, gonore, chlamydia trachomatis,
vaginosis bakterial, trikomoniasis, kondiloma, dan kandidiasis. (Agustini, dkk,
2013).
d. Komplikasi Obstetri
Komplikasi persalinan merupakan komplikasi yang terjadi pada saat
persalinan, dapat berupa perdarahan postpartum, retensio plasenta, dan ruptura uteri.
Setiap ibu hamil menghadapi risiko beban fisik, mental, dan bahaya komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas dengan risiko kematian, kecacatan, ketidakpuasan,
dan ketidaknyamanan. Berbagai omplikasi obstetric tersebut terjadi mendadak dan
tidak terduga sebelumnya dan tida dapat dihindari. (Huda, 2007).
5
2. Masalah Pada Bayi
a. Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI (Ikatatan Dokter Anak
Indonesia) adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir. Asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kurangnya O2pada udara respirasi, yang ditandai dengan:
Asidosis (pH <7,0) pada darah arteri umbilikalis
Nilai APGAR setelah menit ke-5 tetep 0-3
Menifestasi neurologis (kejang, hipotoni, koma atau hipoksik iskemia
ensefalopati)
Gangguan multiorgan sistem. (Prambudi, 2013).
b. Hiperbilirubin
Peningkatan kadar bilirubin merupakan salah satu temuan tersering pada bayi
baru lahir, umumnya merupakan transisi fisiologis yang lazim pada 60%-70% bayi
aterm dan hampir semua bayi preterm. Pada kadar bilirubin >5 mg/dL, secara klinis
tampak pewarnaan kuning pada kulit dan membran mukosa yang disebut ikterus.
Pada sebagian besar kasus, kadar bilirubin yang menyebabkan ikterus tidak
berbahaya dan tidak memerlukan pengobatan. Namun pada beberapa kasus
hiperbilirubinemia berhubungan dengan beberapa penyakit, seperti penyakit
hemolitik, kelainan hati, infeksi, kelainan metabolik, dan endokrin. (Rahardjani,
2008).
c. Infeksi Neonatal
Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia
yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis
neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000
kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500gram. Angka kematian 13-50%,
terutama pada bayi premature (5-10 kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan
neonatus dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat
rendah, merupakan penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari
kehidupan. (Pusponegoro, 2000).
6
d. Kesulitan Menyusu
Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga
bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering
diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
(Suradi, 2004).
e. Hipotermi
Hipotermia pada bayi baru lahir disebabkan belum sempurnanya pengaturan
suhu tubuh bayi, maupun pengetahuan yang kurang tentang pengelolaan bayi baru
lahir yang benar. Hipotermia pada bayi baru lahir mempengaruhi metabolisme tubuh
dan dapat mengakibatkan komplikasi hipoglikemia, asidosis metabolik, distres
pernapasan, dan infeksi. Hipotermia terjadi apabila suhu tubuh di bawah36,50C.
Hipotermia terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas. Kesalahan penanganan sesudah lahir dapat menyebabkan bayi baru lahir
kehilangan panas melalui evaporasi, konduksi, radiasi, dan konveksi. (Puspita,
2007).
f. Hipoglikemi
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang
dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L). Timbul bila kadar glukosa serum lebih rendah daripada
kisaran bayi normal sesuai usia pasca lahir. Bayi atterm dengan memiliki BB 2500
gr gula darah <30 mg/dl, 72 jam, selanjutnya 40mg/dl. Sedangkan BBLR memiliki
gula darah <25 mg/dl. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir,
karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan
sampai kematian.
g. Kejang
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten
dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau
otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron
otak. Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 1 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana
merupakan 80% di antara seluruh kejang demam. (ILAE, 1983).
7
h. BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction).
(Pudjiadi, dkk., 2010).
1. Kesehatan Maternal
Maternal adalah wanita dalam masa kehamilan, persalinan maupun
nifas.adapun masalah yang terjadi pada masa maternal sangat banyak dan sangat
mendominasi, sehingga dapat menyebabkan AKI , kematian maternal merupakan
kematian yang terjadi pada masa maternal dan akibat komplikasi yanmg terjadi pada
masa maternal adapun kesakitan maternal yaitu penyakit/kondisi yang terjadi pada
masa dan akibat dari komplikasi maternal. Untuk mencegah terjadinya AKI maka
harus diseimbangkan antara tenaga kesehatan yang terlatih dan dukungan sistem
sarana maupun prasarana dalam pelayanan. Beberapa pelayanan yang diberikan pada
kesehatan maternal yaitu :
8
TT2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa
perlindungan 3 tahun.
TT3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa
perlindungan 5 tahun.
TT4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa
perlindungan 10 tahun.
TT5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa
perlindungan 25 tahun.
7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk
membentuk sel darah merah (hemoglobin). Selain digunakan untuk
pembentukan sel darah merah, zat besi juga berperan sebagai salah satu
komponen dalam membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen
ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan
jaringan penyambung), serta enzim.
Zat besi memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama
hamil, asupan zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan,
volume darah pada tubuh ibu meningkat. Sehingga, untuk dapat tetap
memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada
janin melalui plasenta, dibutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak.
Asupan zat besi yang diberikan oleh ibu hamil kepada janinnya
melalui plasenta akan digunakan janin untuk kebutuhan tumbuh
kembangnya, termasuk untuk perkembangan otaknya, sekaligus
menyimpannya
8) Test laboratorium sederhana (rutin dan khusus).
Minimal untuk tes labolatorium yaitu tes hemoglobin (Hb), pemeriksaan
protein urine dan golongan darah
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. (Depkes, 2009).
9
b. Pada saat persalinan (Intranatal)
1) mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih yaitu
dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG),
dokter umum,
dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
2) Keberhasilan program ini diukur melalui indikator persentase
persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan PN) dan
persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (cakupan PF).
3) Perawatan selama proses persalinan
Metode pencegahan infeksi
Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan
yang lebih tinggi.
Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
10
pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan
ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana;
Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan
d. Pelayanan Kontrasepsi
Program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas. KB merupakan salah satu strategi
untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T :
1) terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun),
2) terlalu sering melahirkan,
3) terlalu dekat jarak melahirkan, dan
4) terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun).
11
3. Kesehatan Bayi dan Anak
AKB angka kematian bayi merupakan masalah kedua setelah AKI, selain
angka kematian angka kesakitan masih banyak pada bayi dan anak, hal ini disebabkan
karena beberapa faktor seperti infeksi, atau tatanan hidup kurang sehat dan
lainnya.untuk mencegah terjadinya kematian bayi dan anak yaitu :
a. Memberikan Asi Ekslusif 6 bulan pertama untuk mengurangi resiko sakit
(infeksi).
b. Imunisasi, untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit dari kekebalan tubuh
secara buatan.
c. Mengklasifikasi masalah kesehatan pada bayi dan balita di (MTBS) manajemen
terpadu balita sakit.
d. Upaya dalam perbaikan gizi.
12
B. Indikator Pemamtauan Non teknis
Indikator ini dimasksudnya untuk motivasi dan komunikasi kemajuan maupun
masalah operasional kegiatan KIA kepada para penguasa di wilayah, sehingga di
mengerti dan mendapatkan bantuan sesuai keperluan. Indikator-indikator ini
dipergunakan dalam berbagai tingkat administradi, yaitu :
a. Indikator pemerataan pelayanan KIA
Untuk ini dipilih AKSES (jangkauan) dalam pemamtauan secara teknis
memodifikasinya menjadi indicator pemerataan pelayanan yang lebih
dimengerti oleh para penguasa wilayah.
b. Indikator efektivitas pelayanan KIA
Untuk ini dipilih cakupan (coverage) dalam pemamtauan secara teknnis dengan
memodifikasinya menjadi indicator efektivitas program yang lebih dimengerti
oleh para penguasa wilayah.
Kedua indicator tersebut harus secara rutin dijabarkan per bulan, perdesa serta
dipergunakan dalam pertemuan-pertemuan lintas sektoral untuk menunjukkan desa-
desamana yang masih ketinggalan.
Pemantauan secara lintas sektoral ini harus diikuti dengan suatu tindak lanjut yang
jelas dari para penguasa wilayah perihal : peningkatan penggerakan masyarakat serta
penggalian sumber daya setempat yang diperlukan.
1. Kesiagaan
a. Sistem pencatatan-pemantauan
b. Sistem transportasi-komunikasi
c. Sistem pendanaan
d. Sistem pendonor darah
e. Sistem Informasi KB.
13
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses
memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi juga
merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan perilaku, yaitu:
a. Upaya mobilisasi sosial untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat
darurat, khususnya untuk membantu ibu hamil saat bersalin.
b. Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan angka
kematian maternal.
c. Upaya untuk menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat dalam
menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
d. Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu oleh
tenaga kesehatan profesional.
e. Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu
mengatasi masalah mereka sendiri.
f. Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi masalah kesehatan maternal.
g. Upaya untuk melibatkan semua pemanggku kepentingan (stakeholders) dalam
mengatasi masalah kesehatan
2. Pencegahan Komplikasi
Komplikasi dapat dicegah dan ditangani apabila :
14
pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah
perdarahan pasca-salin;
c. tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi;
d. apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan
pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan
rujukan;
e. proses rujukan efektif;
f. pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.
1. Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (K1) sebesar 100%.
2. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 90%.
3. Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.
4. Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar
90% dan KN Lengkap (KN1, KN2, dan KN3) sebesar 88%.
5. Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%. Balita ditimbang berat badannya
(jumlah balita ditimbang/balita seluruhnya (D/S) sebesar 85%).
6. ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%.
7. Ibu hamil mendapat pelayanan Ante Natal Care (K1) sebesar 100%.
8. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 90%.
9. Cakupan peserta KB aktif sebesar 65%.
10. Pelayanan kesehatan bayi sehingga kunjungan neonatal pertama (KN1) sebesar
90% dan KN Lengkap (KN1, KN2, dan KN3) sebesar 88%.
15
11. Pelayanan kesehatan anak Balita sebesar 85%. Balita ditimbang berat badannya
(jumlah balita ditimbang/balita seluruhnya (D/S) sebesar 85%).
12. ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%.
H. Peranan dan Tugas Tenaga Kesehatan Masyarakat Terhadap Kesehatan Ibu dan
Anak
1. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25
tahun mendatang
2. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada
3. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-
protektif dengan pendekatan pro-aktif
4. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit
5. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya
secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih
tahan terhadap penyakit.
6. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
7. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan
perilaku)
8. Penggerakan peran serta masyarakat.
16
9. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja
secara sehat.
10. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
11. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan
kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
12. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
17
10. Melaksanakan ketatausahaan dan urusan rumah tangga UPT.
11. Melaksanakan analisis dan pengembangan kinerja UPTD.
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
13. Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-
preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan
merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk
yang berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan
bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan di masa datang
harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif
sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk
memiliki status kesehatan yang cukup. Melalui kesadaran yang leih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah kesehatan ibu dan anak dapat menjadi acuan
dalam melakukan peningkatan kesehatan pada ibu dan anak, dan semoga tenaga
kesehatan atau pembaca makalah ini dapat mengupayakan tindakan promotif dan
preventif dibandingkan dengan kuratif. Sehingga permasalahan dalam kesehatan
kebidanan bisa tertangani.
20
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, W.I., 2011. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta : salemba medika.
Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Milenium
Development Goals (MDGs).Yogyakarta : Nuha Medika.
Sinsin, I. 2008. Seri Kesehatan Ibu dan Anak, Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta:
PT.Gramedia.
Puji Wahyuningsih, Heni.dkk. Hen. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam
Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan. Yogjakarta : Fitramaya.
Prawiroharjo. 2002. Acuan Nasional Pelayann Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
21