Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE

PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TJ.PATI TAHUN


2019

OLEH:

BELIA DWIYANA VIDE

NIM. 181012113201002

DOSEN:

RAHMI KURNIA GUSTIN, SKM, M.KES

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKes PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TAHUN 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya sehingga proposal ini
dapat tersusun hingga selesai.
Proposal ini dibuat bukan hanya untuk melengkapi tugas mata pelajaran Dasar Epidemiologi
saja, tapi juga diharapkan bisa sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan. Kami mengharapkan
kritik dan saran dari dosen yaitu ibuk Rahmi Kurnia Gustin, SKM, M.Kes demi kesempurnaan
proposal ini.

Bukittinggi, 01 Juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................


DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................
B. Perumusan Masalah .............................................................
C. Tujuan Penelitian .................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................
E. Ruang Lingkup .....................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka


A. Diare .....................................................................................
1. Pengertian diare ..............................................................
2. Etiologi diare ..................................................................
3. Patofisiologi Diare ……………………………………..
4. Gejala diare ....................................................................
5. Cara Penularan diare ......................................................
6. Pencegahan diare ............................................................
B. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Diare ..................
C. Hipotesis ...............................................................................

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...........................................
B. Subjek Penelitian ..................................................................
1. Kriteria inklusi ...............................................................
2. Kriteria eksklusi .............................................................
C. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................
D. Populasi dan Sampel ............................................................
1. Populasi ..........................................................................
2. Besar sampel ..................................................................
3. Teknik pengambilan sampel ..........................................
E. Variabel Penelitian ...............................................................
F. Definisi Operasional Variabel ..............................................
G. Pengumpulan Data ................................................................
1. Jenis data ........................................................................
2. Sumber data ....................................................................
3. Cara pengumpulan data...................................................
4. Instrumen penelitian .......................................................
H. Pengolahan Data ..................................................................
I. Analisis Data ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah
geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa diserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian
yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika
terdapat peubahan konsistensi tinja lebih berair dari biasanya dan frekuensi buang air besar tiga kali
atau lebih dalam waktu 24 jam. Penyakit diare jika tida segera ditangani dapat menimbulkan kematian,
terutama pada balita.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada anak balita di sunia, nomor 3 pada bayi dan nomor 5 bagi segala
umur. Data WHO memberikan bahwa 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare. Hal ini
sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik. Di beberapa negara berkembang, hanya 39%
penderita mendapatkan penanganan serius.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena selain
menyebabkab tingginya angka kejadian dan menimbulkan banyak kematian juga sering menimbulkan
kejadian luar biasa. Secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita. Kematian
akibat diare pada balita adalah 75,3 per 100.000 balita (hasil survei kesehatan rumah tangga/SKRT
2004). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 bahwa penyakit diare
merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita.
Puskesmas Tj.Pati merupakan puskesmas dengan angka kejadian diare paling cukup tinggi di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Dari laporan tahunan puskesmas Tj.pati pada tahun 2014, jumlah
kunjungan penyakit diare di wilayah kerja puskesmas tj.pati sebanyak 211 kasus sedangkan pada tahun
2015 meningkat menjadi 434 kasus.
Dampak terhadap terjadinya diare yaitu gizi buruk melalui mekanisme kehilangan
cairan(dehidrasi) dan ketidakseimbangan cairan elektrolit tubuh selama diare berlangsung.
Orang tua,terutama ibu mempunyai peran yang sangat strategis untuk menurunkan angka
kejadian dan kematian akibat penyakit diare. Hal ini disebabkan karena dalam keluarga,ibu umumnya
berperan mengurus rumah tangga termasuk dalam kegiatan perawatan anak. Faktor risiko yang
berperan terhadap kejadian diare pada anak balita yaitu faktor penyebaran kuman, faktor penjamu,
faktor lingkungan dan faktor perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan
minuman yang sudah terjamah oleh tangan yang kotor, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
Penelitian Kusumaningrum,dkk (2011) dikelurahan gandus palembang, menyatakan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan kebiasaan
mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak balita.
Berdasarkan permasalahan di atas penelitian tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian penyakit diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati kabupaten
lima puluh kota tahun 2019.

B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati Kabupaten Lima Puluh Kota tahun
2019?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati Kabupaten Lima Puluh
Kota tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada kasus dan kontrol.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi penggunaan air bersih pada kasus dan kontrol.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi penggunaan jamban sehat pada kasus dan kontrol.
d. Diketahuinya hubungan dan kemungkinan risiko terjadinya diare pada anak balita karena faktor
tingkat pengetahuan ibu yang rendah
e. Diketahuinya hubungan dan kemungkinan risiko terjadinya diare pada anak balita karena faktor
tidak menggunakan air bersih
f. Diketahuinya hubungan dan kemungkinan risiko terjadinya diare pada anak balita karena faktor tidak
menggunakan jamban sehat
g. Diketahuinya hubungan dan kemungkinan risiko terjadinya diare pada anak balita karena faktor
tidak biasa mencuci tangan pakai sabun.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau dari aspek,yaitu sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Aspek Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah, khususnya bagi Dinas
Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota dalam penentuan arah kebijakan program penanggulangan
penyakit menular,khususnya penyakit diare.
b. Bagi peneliti, penelitian ini menambah pengalaman belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang telah
didapat selama perkuliahan dan menambah wawasan pengetahuan.
c. Bagi masyarakat, sebagai informasi mengenai faktor risiko yang berperan terhadap kejadian diare
untuk dapat mencegah terjadinya diare pada anak balita.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada anak balita, yaitu pengetahuan ibu tentang diare, penggunaan air bersih, penggunaan jamban
sehat, dan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Tj.pati Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2019 dengan desain case control study.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian Diare
Menurut Hippocrates dalam Suharyono (2008), diare adalah buang air besar dengan frekuensi
yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Menurut WHO
(2009), diare didefinisikan sebagai buang air besar yang lunak atau cair dengan frekuensi tiga kali atau
lebih dalam waktu 24 jam. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI (2010), diare adalah suaru
keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan
volume keenceran,serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari pad anak dan pada bayi lebih dari 4 kali
sehari atau tanpa lendir darah.
2. Etiologi Diare
Menurut Widoyono (2008), etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi bakteri : Escherichia coli (20-30%), shigella sp. (1-2%), vibrio cholerae, dan lain-lain.
b. Infeksi virus : rotavirus (40-60%), adenovirus
c. Infestasi parasit : Entamoeba histolytica (<1%), giardia lamblia, cryptosporidium (4-11%)
d. Keracunan makanan
e. Malabsorbsi : karbohidrat, lemak dan protein
f. Alergi : makanan, susu sapi
g. Imunodefisiensi : AIDS
3. Patofisiologi Diare
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit
di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan sebagai berikut :
a. Diare Osmotik
Diare terjadi karena adanya gangguan absorpsi, bahan-bahan yang tidak dapat diserap oleh usus
sehingga bahan-bahan tersebut akan meningkatkan osmolaritas dalam lumen dan seterusnya akan
menarik air dari plasma.
b. Diare Sekretorik
Diare yang terjadi karena adanya gangguan akibat transport akibat perbedaan osmotik intralumen
dengan mukosa yang begitu besar sehingga terjadi penarikan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus
dalam jumlah besar terjadi penurunan absorpsi. Pada diare bentuk ini khas berupa volume tinja yang
banyak.
c. Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit (diare inflamasi)
Diare disebabkan oleh karena proses inflamasi pada mukosa usus, sehingga terjadi produksi lendir
yang berlebihan, eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen sehingga terjadi gangguan absorpsi air dan
elektrolit.
d. Diare akibat gangguan motilitas
Diare disebabkan karena waktu transit usus menjadi lebih singkat sehingga terjadi malabsorpsi dan
maldigesti.
e. Diare eksudatif
Diare disebabkan oleh infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan
serta mukus
4. Gejala Diare
Menurut Widoyono (2008) gejala dan tanda diare dibedakan menjadi 2,yaitu gejala umum dan gejala
khusus. Gejala umum dari diare yaitu berak cair atau lembek dan sering, hal ini merupakan gejala khas
diare; muntah,biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut; Demam, dapat mendahului atau
tidak mendahului gejala diare; Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis
bahkan gelisah. Selain gejala umum, terdapat pula gejala spesifik diare yaitu Vibrio cholera dengan
diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis serta gejala Disentriform dengan tinja
berlendir dan berdarah.
5. Cara Penularan Diare
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan bakteri. Penularan
penyakit diare melalui orofekal terjadi dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang
menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya,tercemar selama
perjalanan sampai ke rumah-rumah,atau tercemar pada saat disimpan dirumah.
b. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah
besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di
makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang memakannya.
6. Cara Pencegahan Diare
Kegiatan pencegahan penyakit diare dapat dilakukan dengan menggunakan air bersih (tidak
berwarna,tidak berbau dan tidak berasa), memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk
mematikan sebagian besar kuman penyakit, mencuci tangan dengan sabun (sebelum makan,sesudah
makan dan sesudah buang air besar, sesudah membersihkan BAB anak, sebelum menyiapkan makanan
dan sebelum memegang anak), memberikan ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI pada anak,
menggunakan jamban sehat, membuang tinja anak dengan benar serta memberikan imunisasi campak.
7. Faktor Penyebab Diare
Terjadinya penyakit diare disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu sebagai berikut:

a. Penyebaran Kuman
Kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa
perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya
diare, antara lain tidak memberikan air susu ibu (ASI)secara penuh 4/6 bulan pada pertama kehidupan,
menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum
yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
b. Faktor Penjamu
Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa penyakit dan lamanya diare
yaitu tidak diberikan ASI sampai usia dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan secara
proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
c. Faktor Lingkungan dan Perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang
dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman yang sudah
terjamah oleh tangan yang kotor, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
A. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman, serta lingkungan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan
masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang
ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan tersebut.
Menurut L. Green dalam Notoadmodjo (2005) kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu
sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
1. Faktor pembawa (predisposing factor) di dalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan lain sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
B. Perilaku Kesehatan yang berperan terhadap Kejadian Diare pada Anak Balita
Diare sebagai salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan hidup sehat.
WHO memperkirakan 88% kematian akibat diare di seluruh dunia disebabkan karena penggunaan air
yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai dan praktek kebersihan yang rendah, terutama kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun yang rendah.
Air, sanitasi dan program kebersihan merupakan intervensi yang dilakukan untuk mengurangi
jumlah kasus diare, yaitu dengan penggunaan jamban sehat, mencuci tangan dengan sabun,
meningkatkan akses terhadap air bersih, meningkatkan kualitas sumber air dan pengolahan air rumah
tangga dengan penyimpanan air yang aman. Hal ini dapat dibuktikan menurut hasil studi WHO tahun
2007 kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar,
45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% pengelolaan air minum yang aman di
rumah tangga. Sedangkan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare
menurun sebesar 94%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yang berperan dengan kejadian diare adalah
sebagai berikut :
1). Pengetahuan Ibu tentang Diare
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
2). Penggunaan Air Bersih
Air bersih adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya agar
terhindar dari penyakit. Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat, yang
menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Air yang tidak
memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit.
3). Penggunaan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
dilengkapi unit penampungan kotoran (tangki septik) dan air untuk membersihkannya. Semua anggota
keluarga harus menggunakan jamban agar lingkungan tetap terjaga kebersihannya, sehat, tidak
berbau,tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya dan tidak mengundang datangnya lalat atau
serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare.
4). Mencuci Tangan Pakai Sabun
Menurut Depkes (2009) cuci tangan pakai sabun adalah salah satu perilaku sehat dengan
membersihkan tangan (telapak,pergelangan, sela-sela jari dan punggung tangan) menggunakan air
bersih yang mengalir dan memakai sabun, setelah itu keringkan dengan lap bersih. Mencuci tangan
dengan sabun, selain membuat tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman, juga bermanfaat dalam
upaya pecegahan penularan penyakit seperti penyakit diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan flu burung.
C. Hipotesis
1. faktor pengetahuan ibu tentang diare merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
diare pada anak balita
2. faktor penggunaan air bersih merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada
anak balita
3. faktor penggunaan jamban sehat merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare
pada anak balita
4. faktor kebiasaan mencuci tangan dengan sabun merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian diare pada anak balita
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi penelitian analitik dengan desain kasus

kontrol (case control study) yan digunakan untuk mengetahui faktor risiko

yang berperan terhadap kejadian diare pada anak balita. Studi bersifat

retrospektif yaitu menelusuri ke belakang faktor risiko yang dapat

menimbulkan suatu penyakit di masyarakat.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh rumah yang di dalamnya terdapat

balita dan pernah menderita diare di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang

layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria inklusi

pada penelitian ini adalah:

a. Seluruh rumah yang di dalamnya terdapat anak balita dan pernah

menderita diare.

b. Merupakan rumah yang berdomisili (tinggal menetap) dan memiliki

rumah di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati

c. Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.


2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Seluruh rumah yang di dalamnya tidak terdapat balita dan atau terdapat

balita tetapi tidak pernah menderita diare.

b. Satu rumah yang didalamnya terdapat lebih dari satu keluarga yang

memiliki balita dan tidak memiliki kandang ternak yang menderita

diare.

c. Bukan merupakan rumah yang berdomisili (tinggal menetap) dan

memiliki rumah di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati

d. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada sebagian rumah yang mempunyai

balita dan pernah menderita diare di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati pada

bulan Januari 2019.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang

mempunyai balita dan pernah menderita diare yang bertempat tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Tj.pati yaitu sebanyak 328 balita.


2. Besar sampel

Besar sampel dapat dihitung dengan rumus Khotari dalam Murti

(2006) sebagai berikut :

N  Z21   2  p  q
n=
d 2 N  1  Z21   2  p  q

Keterangan:

n : Besar sampel

N : Besar populasi

p : Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi

(95%)

q :1–p

Z1 -  2 : statistik Z (Z = 1,96 untuk  = 0,05)

d : Data presisi absolut atau largin of error yang diinginkan diketahui

sisi proporsi (5%)

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel pada penelitian

ini adalah:

328 (1,96)2 .0,95.0,05


=
0,052 (328 1) 1,962.0,95.0,05
1260,0448.0,0475
=
0,8175  0,182476

59,852128
=  59,85
0,999976

= 60

Jadi sampel yang diambil sebanyak 60 balita.


3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah menggunakan Simple Random Sampling, yaitu metode

pengambilan sampel secara acak di mana masing-masing populasi

mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih sebagai sampel

(Murti, 2006).

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan yang

meliputi sumber air minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikan

jamban dan jenis lantai rumah.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita

di wilayah kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas

Sanitasi Lingkungan adalah usaha untuk membina dan

menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan terutama

kesehatan masyarakat.

a. Sumber air minum adalah asal atau jenis air yang digunakan untuk

minum bagi keperluan hidup sehari-hari terdiri dari :

1) Skala pengukuran : Nominal


2) Kategori :

a) Air terlindung

(1) PDAM

(2) Air mineral

b) Air tidak terlindung

(1) Sungai

(2) Sumur

(3) Penampungan Air Hujan (PAH)

b. Kualitas fisik air bersih adalah kondisi fisik air minum yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

1) Skala pengukuran : Nominal

2) Kategori :

a) Memenuhi syarat, jika tidak keruh, tidak berwarna, tidak

berbau, dan tidak berasa.

b) Tidak memenuhi syarat, jika keruh, berwarna, berbau dan

berasa.

c. Kepemilikan jamban adalah sarana yang digunakan untuk buang air

besar yang dimiliki oleh responden.

1) Skala pengukuran : Nominal

2) Kategori :

a) Memiliki jamban, jika ada lubang leher angsa/tangki septik,

bersih dan tertutup.

b) Tidak memiliki jamban, jika tidak ada lubang leher

angsa/tangki septik, kotor dan tidak tertutup.


d. Jenis lantai adalah keadaan lantai responden berdasarkan bahannya.

1) Skala ukur : Nominal

2) Kategori :

a) Kedap air

(1) Semen

(2) Ubin

(3) Keramik

b) Tidak kedap air

(1) Tanah

(2) Kayu/ bambu

2. Variabel terikat

Kejadian diare adalah balita yang menderita diare dengan

buang air besar lembek, cair dan bahkan dapat berupa air saja lebih dari

tiga kali sehari dalam 6 bulan terakhir.

a. Skala ukur : Nominal

b. Kategori :

1) Diare, jika mengalami diare dalam 6 bulan terakhir.

2) Tidak diare, jika tidak mengalami diare dalam 6 bulan terakhir.

G. Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yang

diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi secara

langsung mengenai sumber air minum, kualitas fisik air bersih,

kepemilikkan jamban dan jenis lantai rumah.


2. Sumber data

a. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara

menggunakan kuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung

kepada responden mengenai sumber air minum, kualitas fisik air

bersih, kepemilikkan jamban dan jenis lantai rumah.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Lima Puluh Kota, Puskesmas Tj.pati dan instansi terkait. Selain itu

data juga diperoleh melalui studi pustaka dan data berbasis elektronik.

3. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan

kuesioner dan observasi oleh peneliti secara langsung kepada responden

pada sumber air minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikan jamban dan

jenis lantai rumah.

4. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner

b. Checklist

c. Alat tulis

d. Kamera digital

Kuesioner diuji dengan uji validitas dan reliabilitas. Sifat valid

memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu

memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai yang diinginkan. Uji


validitas instrumen menggunakan uji korelasi product moment person. Uji

realiabilitas dengan rumus Alfa Cronbach. Rumus korelasi product

moment person adalah sebagai berikut:

NXY  (X).(Y)

NX NY 
rxy= 2
 (X)2 2
 (Y)2

Keterangan :

rxy : Korelasi antara variabel x dan y

N : Banyaknya subjek

X : Skor ganjil

Y : Skor genap

X dan Y : Skor masing-masing skala

Tabel 1. Tingkat Keeratan Hubungan

Variabel X dan Variabel Y

Besar rxy Keterangan


0,00 - < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap
tidak ada)
> 0,20 - < 0,40 Hubungan rendah
> 0,40 - < 0,70 Hubungan sedang atau
cukup
> 0,70 - < 0,90 Hubungan kuat atau tinggi
> 0,90 - < 1,00 Hubungan sangat kuat atau tinggi

Rumus alfa cronbach:

r11=  k  . 1 i  2 


 
 k  1  t2 

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya bulir soal


 2 : jumlah varians bulir
i

2
t : varians total

Standar reliabilitasnya adalah jika nilai hitung r lebih besar (>) dari

nilai tabel r (0,444), maka instrumen dinyatakan reliabel (Sambas dan

Maman, 2007).

H. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah (editing, coding,

entry, dan tabulating data).

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, kejelasan makna jawaban,

konsistensi maupun kesalahan antar jawaban pada kuesioner.

2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses

pengolahan data dengan memberikan angka nol atau satu.

3. Entry, yaitu memasukkan data untuk diolah menggunakan komputer.

4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti

guna memudahkan analisis data.

I. Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis univariat

Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk

menggambarkan atau mendiskripsikan dari masing-masing variabel, baik

variabel bebas dan variabel terikat dan karakteristik responden.


2. Analisis bivariat

Dilakukan untuk menguji hubungan variabel

bebas dan variabel terikat dengan uji statistik chi

square (2) untuk mengetahi hubungan yang

signifikan antara masing-masing variabel bebas

dengan variabel terikat. Uji chi square dilakukan

dengan mengunakan bantuan perangkat lunak

berbentuk komputer dengan tingkat signifikan p>0,05

(taraf kepercayaan 95%). Dasar pengambilan

keputusan dengan tingkat kepercayaan 95% :

a. Jika nilai sig p0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

b. Jika nilai sig p  0,05 maka hipotesis penelitian

diterima (Budiarto, 2001).


DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2007. Profil Kesehatan

Jawa Tengah. Boyolali. Dinas Kesehatan Kabupaten.

2007. Profil Kesehatan Kabupaten. Boyolali.

Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: Citra Aditya Bakti. Ihsan F. 2003. Dasar-

Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Irianto J. 1994. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Kejadian Diare Pada Anak Balita. Buletin Penelitian
Kesehatan. Vol. 24 No. 2 & 3. 1996: 77-96.

Anda mungkin juga menyukai