OLEH:
NIM. 181012113201002
DOSEN:
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya sehingga proposal ini
dapat tersusun hingga selesai.
Proposal ini dibuat bukan hanya untuk melengkapi tugas mata pelajaran Dasar Epidemiologi
saja, tapi juga diharapkan bisa sebagai pedoman untuk menambah pengetahuan. Kami mengharapkan
kritik dan saran dari dosen yaitu ibuk Rahmi Kurnia Gustin, SKM, M.Kes demi kesempurnaan
proposal ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...........................................
B. Subjek Penelitian ..................................................................
1. Kriteria inklusi ...............................................................
2. Kriteria eksklusi .............................................................
C. Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................
D. Populasi dan Sampel ............................................................
1. Populasi ..........................................................................
2. Besar sampel ..................................................................
3. Teknik pengambilan sampel ..........................................
E. Variabel Penelitian ...............................................................
F. Definisi Operasional Variabel ..............................................
G. Pengumpulan Data ................................................................
1. Jenis data ........................................................................
2. Sumber data ....................................................................
3. Cara pengumpulan data...................................................
4. Instrumen penelitian .......................................................
H. Pengolahan Data ..................................................................
I. Analisis Data ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah
geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa diserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian
yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika
terdapat peubahan konsistensi tinja lebih berair dari biasanya dan frekuensi buang air besar tiga kali
atau lebih dalam waktu 24 jam. Penyakit diare jika tida segera ditangani dapat menimbulkan kematian,
terutama pada balita.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada anak balita di sunia, nomor 3 pada bayi dan nomor 5 bagi segala
umur. Data WHO memberikan bahwa 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya karena diare. Hal ini
sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik. Di beberapa negara berkembang, hanya 39%
penderita mendapatkan penanganan serius.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena selain
menyebabkab tingginya angka kejadian dan menimbulkan banyak kematian juga sering menimbulkan
kejadian luar biasa. Secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita. Kematian
akibat diare pada balita adalah 75,3 per 100.000 balita (hasil survei kesehatan rumah tangga/SKRT
2004). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 bahwa penyakit diare
merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita.
Puskesmas Tj.Pati merupakan puskesmas dengan angka kejadian diare paling cukup tinggi di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Dari laporan tahunan puskesmas Tj.pati pada tahun 2014, jumlah
kunjungan penyakit diare di wilayah kerja puskesmas tj.pati sebanyak 211 kasus sedangkan pada tahun
2015 meningkat menjadi 434 kasus.
Dampak terhadap terjadinya diare yaitu gizi buruk melalui mekanisme kehilangan
cairan(dehidrasi) dan ketidakseimbangan cairan elektrolit tubuh selama diare berlangsung.
Orang tua,terutama ibu mempunyai peran yang sangat strategis untuk menurunkan angka
kejadian dan kematian akibat penyakit diare. Hal ini disebabkan karena dalam keluarga,ibu umumnya
berperan mengurus rumah tangga termasuk dalam kegiatan perawatan anak. Faktor risiko yang
berperan terhadap kejadian diare pada anak balita yaitu faktor penyebaran kuman, faktor penjamu,
faktor lingkungan dan faktor perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini
akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar
kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan
minuman yang sudah terjamah oleh tangan yang kotor, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
Penelitian Kusumaningrum,dkk (2011) dikelurahan gandus palembang, menyatakan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan kebiasaan
mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak balita.
Berdasarkan permasalahan di atas penelitian tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian penyakit diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati kabupaten
lima puluh kota tahun 2019.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati Kabupaten Lima Puluh Kota tahun
2019?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati Kabupaten Lima Puluh
Kota tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang diare pada kasus dan kontrol.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi penggunaan air bersih pada kasus dan kontrol.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi penggunaan jamban sehat pada kasus dan kontrol.
d. Diketahuinya hubungan dan kemungkinan risiko terjadinya diare pada anak balita karena faktor
tingkat pengetahuan ibu yang rendah
e. Diketahuinya hubungan dan kemungkinan risiko terjadinya diare pada anak balita karena faktor
tidak menggunakan air bersih
f. Diketahuinya hubungan dan kemungkinan risiko terjadinya diare pada anak balita karena faktor tidak
menggunakan jamban sehat
g. Diketahuinya hubungan dan kemungkinan risiko terjadinya diare pada anak balita karena faktor
tidak biasa mencuci tangan pakai sabun.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau dari aspek,yaitu sebagai berikut:
1. Aspek Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Aspek Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah, khususnya bagi Dinas
Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota dalam penentuan arah kebijakan program penanggulangan
penyakit menular,khususnya penyakit diare.
b. Bagi peneliti, penelitian ini menambah pengalaman belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang telah
didapat selama perkuliahan dan menambah wawasan pengetahuan.
c. Bagi masyarakat, sebagai informasi mengenai faktor risiko yang berperan terhadap kejadian diare
untuk dapat mencegah terjadinya diare pada anak balita.
a. Penyebaran Kuman
Kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa
perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya
diare, antara lain tidak memberikan air susu ibu (ASI)secara penuh 4/6 bulan pada pertama kehidupan,
menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum
yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
b. Faktor Penjamu
Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa penyakit dan lamanya diare
yaitu tidak diberikan ASI sampai usia dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan secara
proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
c. Faktor Lingkungan dan Perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang
dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan
perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman yang sudah
terjamah oleh tangan yang kotor, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
A. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman, serta lingkungan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan
masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang
ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat-sakit” atau kesehatan tersebut.
Menurut L. Green dalam Notoadmodjo (2005) kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu
sendiri dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:
1. Faktor pembawa (predisposing factor) di dalamnya termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan lain sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan
3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
maupun petugas lain, teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
B. Perilaku Kesehatan yang berperan terhadap Kejadian Diare pada Anak Balita
Diare sebagai salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan hidup sehat.
WHO memperkirakan 88% kematian akibat diare di seluruh dunia disebabkan karena penggunaan air
yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai dan praktek kebersihan yang rendah, terutama kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun yang rendah.
Air, sanitasi dan program kebersihan merupakan intervensi yang dilakukan untuk mengurangi
jumlah kasus diare, yaitu dengan penggunaan jamban sehat, mencuci tangan dengan sabun,
meningkatkan akses terhadap air bersih, meningkatkan kualitas sumber air dan pengolahan air rumah
tangga dengan penyimpanan air yang aman. Hal ini dapat dibuktikan menurut hasil studi WHO tahun
2007 kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar,
45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% pengelolaan air minum yang aman di
rumah tangga. Sedangkan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare
menurun sebesar 94%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yang berperan dengan kejadian diare adalah
sebagai berikut :
1). Pengetahuan Ibu tentang Diare
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni
indera penglihatan,pendengaran,penciuman,rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
2). Penggunaan Air Bersih
Air bersih adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya agar
terhindar dari penyakit. Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat, yang
menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Air yang tidak
memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit.
3). Penggunaan Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang
dilengkapi unit penampungan kotoran (tangki septik) dan air untuk membersihkannya. Semua anggota
keluarga harus menggunakan jamban agar lingkungan tetap terjaga kebersihannya, sehat, tidak
berbau,tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya dan tidak mengundang datangnya lalat atau
serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare.
4). Mencuci Tangan Pakai Sabun
Menurut Depkes (2009) cuci tangan pakai sabun adalah salah satu perilaku sehat dengan
membersihkan tangan (telapak,pergelangan, sela-sela jari dan punggung tangan) menggunakan air
bersih yang mengalir dan memakai sabun, setelah itu keringkan dengan lap bersih. Mencuci tangan
dengan sabun, selain membuat tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman, juga bermanfaat dalam
upaya pecegahan penularan penyakit seperti penyakit diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan flu burung.
C. Hipotesis
1. faktor pengetahuan ibu tentang diare merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
diare pada anak balita
2. faktor penggunaan air bersih merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare pada
anak balita
3. faktor penggunaan jamban sehat merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare
pada anak balita
4. faktor kebiasaan mencuci tangan dengan sabun merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian diare pada anak balita
BAB III
METODE PENELITIAN
kontrol (case control study) yan digunakan untuk mengetahui faktor risiko
yang berperan terhadap kejadian diare pada anak balita. Studi bersifat
B. Subjek Penelitian
1. Kriteria inklusi
menderita diare.
a. Seluruh rumah yang di dalamnya tidak terdapat balita dan atau terdapat
b. Satu rumah yang didalamnya terdapat lebih dari satu keluarga yang
diare.
balita dan pernah menderita diare di wilayah kerja Puskesmas Tj.pati pada
1. Populasi
N Z21 2 p q
n=
d 2 N 1 Z21 2 p q
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi
(95%)
q :1–p
ini adalah:
59,852128
= 59,85
0,999976
= 60
(Murti, 2006).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita
1. Variabel bebas
kesehatan masyarakat.
a. Sumber air minum adalah asal atau jenis air yang digunakan untuk
a) Air terlindung
(1) PDAM
(1) Sungai
(2) Sumur
b. Kualitas fisik air bersih adalah kondisi fisik air minum yang digunakan
2) Kategori :
berasa.
2) Kategori :
2) Kategori :
a) Kedap air
(1) Semen
(2) Ubin
(3) Keramik
(1) Tanah
2. Variabel terikat
buang air besar lembek, cair dan bahkan dapat berupa air saja lebih dari
b. Kategori :
G. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
b. Data sekunder
Lima Puluh Kota, Puskesmas Tj.pati dan instansi terkait. Selain itu
data juga diperoleh melalui studi pustaka dan data berbasis elektronik.
pada sumber air minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikan jamban dan
4. Instrumen penelitian
a. Kuesioner
b. Checklist
c. Alat tulis
d. Kamera digital
NXY (X).(Y)
NX NY
rxy= 2
(X)2 2
(Y)2
Keterangan :
N : Banyaknya subjek
X : Skor ganjil
Y : Skor genap
Keterangan :
2
t : varians total
Standar reliabilitasnya adalah jika nilai hitung r lebih besar (>) dari
Maman, 2007).
H. Pengolahan Data
I. Analisis Data
1. Analisis univariat