Anda di halaman 1dari 42

FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


IBUH KOTA PAYAKUMBUH
TAHUN 2021

PROPOSAL

WELLY NUGRAHI
NIM: 181012113201033

PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Proposal Skripsi : Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan

Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibuh

Kota Payakumbuh Tahun 2021

Nama : Welly Nugrahi

NIM : 181012113201033

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim

Penguji proposal Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Keperawatan

dan Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

Bukittinggi, Februari 2021

Menyetujui,
Koordinator Skripsi, Pembimbing

(Tika Ramadanti, SKM, MKM) (Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed)

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Kesehatan Masyarakat


Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

(Mellia Fransiska, SKM, M.Kes)


PERNYATAAN PENGESAHAN

Judul Proposal : Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan Kejadian TB

Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibuh Kota Payakumbuh Tahun

2021

Nama : Welly Nugrahi

Nim : 181012113201033

Proposal ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan

diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat pada Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas

Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Prima Nusantara

Bukittinggi.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Yuhendri Putra, S.Si, M. Biomed (.....................)

Penguji I : Mellia Fransiska, SKM, M.Kes (.....................)

Penguji II : Tika Ramadanti, SKM, MKM (.....................)

Ditetapkan : Bukittinggi
Tanggal : Januari 2021
Mengetahui,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat
Institut kesehatan Prima Nusantara

(Ns. Rima Berlian Putri,S Kep,M Kep,Sp.kom)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal ini dengan judul “Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan

Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibuh Kota Payakumbuh

Tahun 2021”

Proposal ini diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan Pendidikan S-1

Kesehatan Masyarakat pada Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat Fakultas

Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Prima Nusantara

Bukittinggi.

Penulis menyadari bahwa pembuatan proposal ini tidak terlepas dari bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ibu Dr.Hj. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed selaku Rektor Institut Kesehatan

Prima Nusantara Bukittinggi.

2. Ibu Ayu Nurdian, S.ST, M.Keb selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik

dan Kemahasiswaan Institut Kesehatan Prima Nusantara BukittinggiI

3. Bapak Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed selaku Wakil Rektor II Bidang

Keuangan dan Administrasi Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi

dan sebagai pembimbing.

4. Ibu Ns. Rima Berlian Putri, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

i
5. Ibu Mellia Fransiska, SKM, M.Kes selaku Ka. Prodi Sarjana Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi dan sebagai

Penguji I.

6. Ibu Tika Ramadanti, SKM, MKM selaku dosen koordinator skripsi program

studi sarjana kesehatan masyarakat Fakultas Keperawatan dan Kesehatan

Masyarakat Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi dan sebagai

Penguji II.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas

Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Prima Nusantara

Bukittinggi yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta

nasehat selama menjalani pendidikan.

8. Teristimewa untuk keluarga tercinta yang telah memberikan semangat dan

dukungan dalam penyusunan proposal ini.

9. Rekan-rekan mahasiswi Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat

Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Prima

Nusantara Bukittinggi yang sama-sama berjuang dalam penyusunan proposal

ini.

Peneliti telah berupaya dalam penulisan proposal ini. Untuk itu peneliti

dengan tangan terbuka menerima semua kritik dan saran yang bersifat membangun

dari semua pihak, demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terima kasih atas segala bantuan dari semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

Mudah-mudahan proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bukittinggi, Februari 2021

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

I. Latar Belakang.................................................................................... 1

II. Rumusan Masalah......................................................................................4

III. Tujuan Penelitian................................................................................ 4

IV. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5

V. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Supek TB Paru.................................................................................... 7

II. Pengertian Tuberculosis..................................................................... 7

III. Pengetahuan........................................................................................ 14

IV. Sikap.................................................................................................... 18

V. Dukungan Keluarga.............................................................................. 19

VI. Capaian Penemuan Pasien TB di Puskesmas...................................... 22

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL........................................................... 28

I. Kerangka Konsep................................................................................... 28

II. Defenisi Operasional............................................................................. 29

III. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 30

BAB IV. METODE PENELITIAN.................................................................... 31

I. Desain Peelitian...................................................................................... 31

II. Waktu dan Tempat................................................................................ 31

III. Populasi dan Sampel............................................................................ 31

ii
IV. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 32

V. Teknik Pengolahan Data....................................................................... 33

VI. Teknik Analisis Data........................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) sampai saat masih menjadi permasalahan utama

kesehatan, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Selain mempengaruhi

produktivitas kerja juga merupakan penyebab utama kematian . Tuberkulosis (TB)

adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium

tuberculosis. Penularan penyakit ini berasal dari bakteri tahan asam (BTA) positif

pasien TB melalui percikan dahak yang dikeluarkan ketika batuk, bersin ataupun

berbicara. TB saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di

Indonesia maupun di dunia internasional, sehingga menjadi salah satu tujuan

pembangunan kesehatan berkelanjutan (SDGs). Indonesia merupakan negara ke-3

tertinggi yang menderita tuberculosis setelah India dan Cina, dan sebagai penyebab

kematian ketiga terbesar setelah kadiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan. Hal

ini mendorong penanggulangan tuberkulosis nasional dilakukan dengan program

intensifikasi, akselerasi, ekstensifikasi dan inovasi (Kementerian Kesehatan RI,

2020).

WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahun terjadi 583.000

kasus untuk jumlah jenis TB dan 262.000 kasus baru dengan BTA . Prevalensi

kasus BTA (+) diperkirakan 715.000 dengan kematian sekitar 300 orang setiap

hari dan lebih dari 100.000 orang meninggal setiap tahun atau diperkirakan

setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 107 penderita TB Paru baru dengan

BTA (+) dan menyerang sebagian besar usia produktif, kelompok ekonomi

lemah dan berpendidikan rendah (Depkes 2015).

4
Pasien TB paru adalah sesorang dengan gejala atau tanda sugestif TB. Gejala

umum TB adalah batuk produktif lebih dari dua minggu yang disertai gejala

pernapasan seperti sesak napas, nyeri dada, batuk darah dan/ gejala tambahan seperti

menurunnya nafsu makan, menurun berat badan, keringat malam dan mudah lelah.

(Kemenkes RI, 2016).

Faktor – faktor yang mempengarugi capaian penemuan Pasien TB paru

adalah: 1) Pengetahuan, dengan pengetahuan yang baik maka sesorang akan

berusaha untuk merubah pola hidupnya menjadi lebih baik. Pengetauan bisa didapat

dari pengalaman dan pengamatan akal budinya untuk mengenali kejadian tertentu.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah a) Pendidikan b) media c)

Informasi 2) Sikap juga penting dalam pencapaian penemuan Pasien TB, dengan

sikap dapat memberikan tanggapan baik terhadap informasi yang diberikan padanya.

Komponen perilaku dari sebuah sikap merujuk pada suatu maksud untuk berperilaku

dalam cara tertentu terhadap suatu kejadian atau sesuatu. Faktor – faktor yang

mempengaruhi sikap dapat dari pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang

dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan

lemaga agama serta pengaruh faktor emosional. 3) Dukungan Keluarga merupakan

suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi tidakan dan penerimaan terhadap

anggota keluarga, dukungan keluarga sangat penting karena keluarga merupakan

unsur penting dalam penemuan Pasien TB paru. dengan dorongan dan motifasi yang

baik dari orang – orang terdekatnya akan mendorong sesorang untuk melakukan hal

yang lebih baik.

Capaian penemuan kasus TB Paru di Puskesmas Ibuh mengalami penurunan

di tahun 2017 ditemukan 50 kasus ke tahun 2018 yaitu 35 kasus, dan mengalami

peningkatan di tahun 2019 menjadi 409 kasus (Dinkes Kota Payakumbuh, 2020).

5
Terjadi kenaikan yang cukup signifikan pada capaian penemuan kasus terduga TB

paru pada Puskesmas Ibuh. Berbagai upaya telah dilakukan dalam penanggulangan

penyakit TB paru ini, diantaranya melalui pelatihan dokter dan paramedis

puskesmas, penyuluhan TB, pelatihan tenaga laboratorium dan bimbingan teknis

dokter ahli paru.

Strategi program penanggulangan TB yang digunakan di Indonesia adalah

strategi DOTS (Detecly Observed Treatment Shortcourse). Penemuan penderita

dalam strategi ini dilakukan secara pasif (Passive Case Finding). Yaitu penjaringan

Pasien TB dilaksanakan hanya pada penderita yang berkunjung ke sarana pelayanan

kesehatan termasuk Puskesmas, sehingga penderita yang tidak datang masih menjadi

sumber penularan.

Alternatif program pemberantasan TB paru adalah dengan Active Case

Finding yaitu menjaring Pasien TB paru dengan melibatkan peran serta masyarakat

dan Kader TB paru.

Berdasarkan profil kesehatan Kota Payakumbuh tahun 2020, angka capaian

penemuan kasus TB paru yang ditemukan pada tahun 2019 sebanyak 265 orang

(17,9%) dari 1.482 kasus yang terduga tuberkulosis, yaitu : 1. Puskesmas Ibuh

sebanyak 53 kasus TB paru dari 409 yang terduga TB, 2. Puskesmas Parit Rantang

29 kasus TB paru dari 107 kasus terduga TB, 3. Puskesmas Payolansek 37 kasus TB

paru dari 126 kasus terduga TB, 4. Puskesmas Tarok 36 kasus TB paru dari 320

kasus terduga TB, 5. Puskesmas Tiakar 31 kasus TB paru dari 116 kasus terduga TB,

6. Puskesmas Lampasi 36 kasus TB paru dari 132 kasus terduga TB, 7. Puskesmas

Air Tabit 28 kasus TB paru dari 37 kasus terduga TB, 8. Puskesmas Padang

Karambia 25 kasus TB paru dari 235 kasus terduga TB.

6
Kepatuhan pasien dalam minum obat merupakan faktor penting dalam

pengobatan seseorang. Pengobatan TB paru yang panjang seringkali membuat pasien

bosan dan tidak patuh dalam minum obat. Kesalahan pasien penyakit TB Paru

dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor obat, faktor kesehatan, faktor

lingkungan, faktor sosial ekonomi, dan faktor pasien. Dukungan keluarga dan

pengetahuan pasien tentang tuberkulosis, obat anti tuberkulosis, dan keyakinan akan

khasiat obat akan mempengaruhi keputusan pasien untuk menyelesaikan terapinya.

Berdasarkan gambaran latar belakang kejadian TB paru terbanyak di Kota

Payakumbuh yaitu Puskesmas Ibuh dan rendahnya tingkat kesadaran serta perilaku

masyarakat dalam menjalani pengobatan TB paru, penulis ingin melakukan

penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan

pencapaian Pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Ibuh.

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, informasi dan masalah diatas maka yang menjadi

pusat perhatian dalam penelitian ini melihat faktor-faktor resiko yang berhubungan

dengan Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibuh Kota Payakumbuh

Tahun 2021.

III. Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum

Untuk dapat mengetahui faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan

Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ibuh Kota Payakumbuh Tahun 2021

B. Tujuan Khusus

7
1) Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan Pasien TB Paru di

wilayah kerja Puskesmas Ibuh.

2) Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap Pasien TB Paru di wilayah

kerja Puskesmas Ibuh.

3) Untuk mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga Pasien TB

Paru di wilayah kerja Puskesmas Ibuh.

4) Untuk mengetahui distribusi frekuensi capaian penemuan Pasien TB Paru

di wilayah kerja Puskesmas Ibuh.

5) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Pasien TB Paru dengan

capaian penemuan Pasien TB Paru di Puskemas Ibuh.

6) Untuk mengetahui hubungan sikap Pasien TB Paru dengan capaian

penemuan Pasien TB Paru di Puskesmas Ibuh.

7) Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga Pasien TB Paru dengan

capaian penemuan Pasien TB Paru di Puskesmas Ibuh Kota

Payakumbuh.

IV. Manfaat Penelitian

1) Bagi peneliti

Mengembangkan ilmu pengetahuan, meningkatkan pemahaman tentang

Pasien TB Paru dan Penyakit TB Paru.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan bacaan dan perbandingan,

digunakan dimasa yang akan datang dan dokumentasi bagi pihak Institut

Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

3) Bagi Pasien TB Paru

8
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi Pasien

TB Paru tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit TB

Paru sehingga melahirkan tindakan aktif dalam pengobatan TB Paru.

9
V. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang factor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian TB paru diwilayah kerja Puskesmas Ibuh Kota

Payakumbuh tahun 2021. Jenis penelitian ini yaitu Kuantitatif bersifat survey

analitik dengan pendekatan cross sectional study. Variabel independen antara lain

pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, , variabel dependen adalah capaian

penemuan Pasien TB. Penelitian ini akan dilakukan pada Bulan maret tahun 2021

dengan populasi sebanyak 409 masyarakat di wilayah kerja puskesmas ibuh Kota

Payakumbuh dengan jumlah sampel sebanyak 50 Pasien TB.

Adapun teknik pemilihan sampel pada penelitian ini yaitu Non random

sampling dengan menggunakan teknik accidental sampling (penemuan sampel

secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang ditemui itu cocok sebagai sumber

data). Teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner dan data diolah

menggunakan aplikasi spss/ komputerisasi

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Pasien TB Paru

Pasien TB adalah sesorang dengan gejala atau tanda sugestif TB. Gejala

umum TB adalah batuk produktif lebih dari dua minggu yang disertai gejala

pernapasan seperti sesak napas, nyeri dada, batuk darah dan/ gejala tambahan seperti

menurunnya nafsu makan, menurun berat badan, keringat malam dan mudah lelah.

(Kemenkes RI, 2016).

II. Pengertian Tuberkulosis

A. Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

Mycrobacterium tuberculosis yang paling umum mempengaruhi paru – paru.

(Kemenkes RI, 2016).

TBC bukan penyakit menular penyakit keturunan, dan bukan disebabkan oleh

kutukan dan guna – guna. Kebanyakan TBC menyerang paru – paru, tetapi

dapat juga menyerang bagian tubuh lainnya seperti kelenjer getah bening,

selaput otak, kulit, dan bagian tubuh lainnya. (DKK Payakumbuh, 2004).

B. Etiologi

Kuman penyebab TB adalah Mycobacterium tuberkolosis, kuman ini

berbentu batang dan mempunyai sifat khusus yauitu tahan terhadap asam

pewarnaan dan disebut sebagai basil tahan asam (BTA). Kuman TB cepat

mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa

jam ditempat yang gelap dan lembab. Kuman ini dapat dormant dalam

11
jaringan tubuh yaitu tertidur lama selama beberapa tahun (Kemenkes RI,

2016).

C. Gejala – gejala Tuberkulosis

1) Gejala Umum

Batuk Terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu lebih

2) Gejala tambahan, yang sering dijumpai :

a) Dahak bercampur darah

b) Batuk darah

c) Sesak nafas dan rasa nyeri dada

d) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa

kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa

kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. (Kemenkes RI,

2016).

D. Penularan TB Paru

Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang

mengandung kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin,

pasien menyebarkan kuman keudara dalam bentuk percikan dahak (droplet

nuclei / percikan renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup

udara yang mengandung percikan dahak yang infeksius, sekali batuk dapat

menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman

sebanyak 0-3500 M.Tubercolosis. Sedangkan kalau bersin dapat

mengeluarkan sebanyak 4500-1.000.000 M.Tubercolosis.

E. Pemeriksaan standar untuk menegakkan Diagnosa penyakit

Tuberculosis paru

12
Untuk menegakkan diagnose penyakit suspek tuberculosis paru

harus dilakukan beberapa langkah yang dibagi dua, yaitu :

1) Diagnosa Tuberculosis pada orang dewasa

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu

dengan pemeriksaan bakteriologis, yaitu pemeriksaan mikroskopis, tes

cepat molecular (TCM) TB dan biakan. TCM digunakan untuk penegakan

diagnosis, sedangkan untuk pemantauan kemajuan pengobatan tetap

dilakukan dengan mikroskopis. Jumlah contoh uji dahak yang diperlukan

sebanyak 2 dengan kualitas yang bagus. Contoh uji dapat berasal dari

dahak sewaktu – waktu atau sewaktu – pagi. BTA (+) adalah jika salah

satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil BTA (+) pasien dapat

segera ditegakkan sebagai TB BTA (+). (Kemenkes RI, 2016)

2) Diagnosis Tuberculosis Pada anak

Diagnosis TB pada anak dapat ditegakkan apabila anak mempunyai satu

atau lebih gejala TB dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Apabila tidak

dilakukan mikroskopis lakukan foto rontgen thorak atau uji tuberculin dan

sistem skoring. (Kemenkes RI,2016).

F. Klasifikasi Tuberkulosis

1) Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi :

a) Tuberculosis Paru

Adalah TB yang berlokasi pada parenkim (jaringan) paru. Milier

paru dianggap sebagai TB Paru karena adanya lesi pada jaringan

paru. Pasien yang menderita TB Paru dan sekaligus menderita TB

ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB Paru.

b) Tuberculosis Ekstra Paru

13
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misal pleura,

kelenjer limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak

dan tulang. Limfadenitis TB di rongga dada atau efusi pleura tanpa

terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru,

dinyatakan sebagai TB ekstra paru.

Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan bersarkan hasil

pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru

harus diupayakan secara bakteriologis dengan ditemukan

Mycrobacterium tuberculosis.

Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan

paru, tidak termasuk pleura (selaput paru).

2) Klasifikasi berdasarkan pengobatan sebelumnya :

A. Pasien baru TB : adalah pasien yang belum pernah mendapatkan

pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun

kurang dari 1 bulan (≤ 28 dosis).

B. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya

pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ 28 dosis). Pasien

ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB

terakhir, yaitu :

[1].Pasien kambuh adalah pasien TB yang prnah dinyatakan

sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB

berdasarkan hasil pemerikasaan atau klinis (baik karna benar –

benar kambuh atau karena terinfeksi).

14
[2].Pasien yang diobati kembali setelah gagal adalah pasien TB

yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan

terakhir.

[3].Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (loss to

follow up) adalah pasien yang pernah diobati dan dinyatakan

loss to follow up. Klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai

pengobatan pasien setelah putus berobat atau default.

[4].Lain – lain adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil

akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

C. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui adalah

pasien TB yang tidak masuk kelompok I atau II.

G. Pengobatan TB

1) Tujuan pengobatan TB adalah :

a) Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktifitas dan kualitas

hidup.

b) Mencegah kematin oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya.

c) Mencegah terjadinya kekambuhan TB.

d) Menurunkan resiko penularan TB.

e) Mencegah terjadinya dan penularan dan TB resistan obat.

2) Prinsip pengobatan TB

Obat anti tuberculosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam

pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling

efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut kuman TB.

Pengobatan yang adekuat harua memenuhi prinsip :

15
a) Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat

mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadi

resistensi.

b) Diberikan dalam dosis yang tepat.

c) Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO

(Pengawas menelan obat) sampai selesai pengoabatan.

d) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam

dua tahap yaitu Tahap awal dan Tahap lanjutan, sebagai pengobatan

yang adekuat untuk mencegah kekambuhan.

3) Tahapan pengobatan TB

Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap

lanjutan dengan maksud :

a) Tahap awal :

Pengobatan diberikan disetiap hari, paduan pengobatan pada tahap ini

adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman

yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari

sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum

pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada pasien

baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan

pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan

sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu pertama.

b) Tahap lanjutan

Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa – sisa kuman

yang masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga

pasien dapat sembuh dan mencegah kekambuhan.

16
4) Panduan OAT yang digunakan di Indonesia

Panduan yang digunakan adalah :

a) Kategori 1 : 2(HRZE) / 4(HR) 3 atau 2(HRZE) / 4(HR).

b) Kategori 2 : 2(HRZE) S / (HRZE)/ 5(HR) 3E3 atau 2(HRZE) S/

(HRZE)/ 5(HR) E.

c) Kategori anak: 2(HRZ)/ 4(HR) atau 2HRZE(S)/ 4-10 HR.

d) Panduan OAT untuk TB resisten obat terdiri dari OAT lini kedua

yaitu kanamisin, kapreomisin, levofloksasin, etionanide, sikloserin,

moksiflosasin, BAS, bedakuilin, cloflazimin, linezolid, delamanid,

dan obat TB paru lainnya serta OAT lini satu yaitu pirazinamid dan

ethambutol.

5) Hasil pengobatan TB

a) Sembuh

Pasien TB Paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada

awal pengobatan yang hasil pemerikaan bakterologis pada akhir

pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan

sebelumnya.

b) Pengobatan

Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap

dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhir pengobatan

hasilnya negate namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan

bakeriologis pada akhir pengobatan.

c) Gagal

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya positif atau kembali

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama masa pengobatan

17
atau kapan saja pada masa pengobatan diperoleh hasil laboratorium

yang menunjukkan adanya resistensi OAT.

d) Meninggal

Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai atau

sedang dalam pengoabatan.

e) Putus berobat (Loss to follow up)

Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yang

pengoabatannya terputus terus menerus selama 2 bulan atau lebih.

f) Tidak dievaluasi

Pasien TB yang tdak diketahui hasil akhir pengobatannya.

III. Pengetahuan

A. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan melalui panca indera yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebab diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang

lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai

dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap

hari,sehingga dapat dikatakan bahw pengetahuan meruapakan fakta yang mendukung

tindakan seseorang ( Notoatmodjo, 2012)

B. Tingkat Pengetahuan

1) Tahu (Know)

18
Tahu diartikan sebagai pengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya, oleh

sebab itu tahu adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kerja untuk mengukur seseorang tahu tentang apa yang dipelajarinya adalah

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat diinterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham objek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan, dan

meramalkan dan meramalkan objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan teori yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi riil (yang sebenarnya). Aplikasi ini dapat

diartikan dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisa (Analisis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen

dalam suatu organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata – kata kerja, dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.

5) Sintesis (Synthesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada,

misalnya dari menyusun dapat menyelesaikan terhadap suatu teori atau

rumusan yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

19
Berkaitan dengan kemampuan untuk munjustifikasi atau penilaan terhadap

suatu kriteria yang ditentukan sendiri pengukuran, pengetahuan, dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan materi yang akan

diukur dari subjek penelitian atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat –

tingkat diatas (Notoatmodjo, 2003).

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Makin tinggi pendidikan sesorang makin mungkin orang tersebut menerima

informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya.

2) Mass media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi melahirkan

bermacam – macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat tentang inovasi baru.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui penalaran akan

berdampak pada pengethuannya. Begitu pula dengan status ekonomi, juga

akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

20
tertentu, sehingga status ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut, karena adanya interaksi timbal balik

yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan, dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

dimasa lalu.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin tambah usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

(Notoatmodjo, 2007)

D. Kategori pengetahuan

Menurut arkunto, 2010 pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

1) Baik, bila sunjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh

pertanyaan.

2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh

pertanyaan.

3) Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari seluruh

pertanyaan.

21
E. Pengukuran pengetahuan

Menurut Arikunto, 2010 pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur

dari subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin diukur

dan digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi 2 jenis yaitu:

1) Pertanyaan subjektif

Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan essay digunakan

dengan penelitian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga

hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.

2) Pertanyaan objektif

Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple coise), betul salah

dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pasti oleh peneliti..

IV. Sikap

A. Pengertian

Sikap adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap rangsang

lingkungan yang dapat memulai dan membimbing tingkah laku orang tersebut.

Secara definitive sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan berfikir yang

disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasikan

melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada

praktik atau tindakan. Sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan

(Notoatmodjo, 2012)

Sikap dikatakan sebagai respon yang hanya timbul bila individu dihadapkan

pada suatu stimulus. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan

mendukung atau memihak (Favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau

22
tidak memihak (unfavorable) pada objek tertentu. Sikap merupakan persiapan untuk

bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap

objek (Notoatmodjo, 2012).

B. Sifat Sikap

Menurut wawan dan dewi, 2010 sifat sikap ada dua jenis :

1) Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi

mengharapkan objek tertentu.

2) Sikap negatif, kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

C. Ciri – ciri sikap

Menurut sunaryo, 2013 ciri – ciri sikap yaitu :

1) Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari (learnability) dan

dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan

individu dalam hubungan dengan objek.

2) Sikap dan berubah – ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu

sehingga dapat dipelajari.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, namun selalu berhubungan dengan objek sikap.

4) Sikap dapat tertuju pada satu objek tertuju pada sekumpulan atau banyak

objek.

5) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

6) Sikap mengandung faktor peraaan dan motifasi sehingga berbeda dengan

pengetahuan.

23
V. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga definisikan dukungan sebagai sumber emosional,

informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang – orang disekitar

individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari – hari

dalam kehidupan. Dukungan atau bantuan juga berasal dari orang lain seperti teman,

keluarga, tetangga, teman kerja dan orang – orang lainnya (http//qym.blogspot.com)

Dukungan terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal,

bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan

mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan

mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya,atau

mengharginya (http//qym.blogspot.com).

Dukungan terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal,

bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena kehadiran orang lain dan

mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan

mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau

menghargainya (http//qym.blogspot.com).

Dukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan

dengan memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umumnya

diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan dapat

berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari

hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai

dan dicintai (http//qym.blogspot.com).

Faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan

a. Faktor dari penerima dukungan (recipient)

24
Sesorang tidak akan menerima dukungan dari orang lain jika ia tidak suka

bersosial, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang lain tahu

bahwa ia membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak cukup

asertif untuk memahami bahwa ia sebenarnya membutuhkan bantuan dari

orang lain, atau merasa bahwa ia seharusnya mandiri dan tidak mengganggu

orang lain, atau merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya, atau tidak

tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan.

b. Faktor dari pemberi dukungan ( providers)

Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain

ketika ia sendiri tidak memiliki sumber daya untuk menolong orang lain, atau

tengah menghadapi stress, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang

sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain

membutuhkan dukungan darinya (Sugiyono 2009).

Dukungan keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh keluarga, dapat

berupa keikut sertaan keluarga dalam suatu kegiatan yang dilakukan, seperti

mengingatkan sesorang tentang pemeriksaan kesehatan terutama bagi lansia,

mengantarkan ke pelayanan kesehatan dan memberikan semangat untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Peran keluarga terhadap penderita TB

terutama usia lanjut (Depkes RI, 2003) :

1. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku usia lanjut

2. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian

3. Jangan menganggap sebagai beban

4. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama

5. Membantu mencukupi kebutuhannya

25
6. Berilah dukungan untuk tetap mengadakan kegiatan - kegiatan diluar

rumah termasuk pengembangan hobi

7. Membantu mengatur keuangan

8. Mengupayakan transport untuk kegiatan mereka termasuk untukpergi

berobat

9. Memeriksakan kesehatan secara teratur

10. Memberikan dorongan untuk hidup bersih dan sehat

11. Mencegah terjadinya kecelakaan baik didalam maupun diluar rumah

12. Pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab kita bersama,

indikator dukungan keluarga yaitu :

a) Memberi pengertian terhadap keluarganya

b) Meluangkan waktu terhadap kebutuhan serta perasaannya

c) Memberikan pertolongan jika dibutuhkan

Pengukuran dukungan keluarga dilakukan dengan teknik wawancara dengan

menggunakan kuisioner, dimana pengumpulan data langsung memperoleh informasi

dari sumbernya melalui wawancara terpimpin yang berpedoman pada kuisioner.

Skala yang digunakan adalah Guttman, yaitu skala yang menginginkan jawaban

tegas seperti jawaban benar – salah, ya – tidak, pernah – tidak pernah. Untuk

jawaban positif seperti setuju, benar, pernah dan semacamnya diberi skor 1,

sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, tidak, tidak pernah dan

semacamnya diberi skor 0.

Dalam penelitian ini, jawaban yang diinginkan adalah ya dan tidak. Cara

penilaiannya bila responden menjawab 1 (ya) maka diberi skor 1, dan bila responden

menjawab 2 (tidak) maka diberi skor 0. Kesimpulan dari semua jawaban tersebut

26
dikategorikan menjadi baik dan kurang baik, yang dinilai berdasarkan mean (nilai

rata – rata), total jawaban responden, yaitu :

1. Baik, jika skor ≥ mean

2. Kurang baik, jika total skor < mean

VI. Capaian Penemuan Pasien TB di Puskesmas

Dalam menetapkan masalah prioritas pada kasus TB paru dimulai dengan

melihat adanya kesenjangan antara pencapaian dengan target / tujuan yang

ditetapkan. Untuk itu digunakan indikator utama yaitu angka capaian ( Case

Detection Rate ), angka kesembuhan, angka konversi dan angka kesalahan

pemeriksaan laboratorium (error rate) (Depkes RI, 2014).

Peningkatan capaian adalah peningkatan capaian penemuan dan pengobatan

penderita, dengan kata lain peningkatan proporsi dari penderita baru yang ditemukan

dan diobati oleh suatu unit pelayanan dibandingkan dengan perkiraan jumlah

penderita yang ada di wilayah tersebut.

WHO menetapkan bahwa target cakupan penemuan tersebut adalah 90 %,

dengan cure rate minimal 85 %. Dengan kata lain, peningkatan cakupan penemuan

dan pengobatan di suatu wilayah atau unit pelaksana hanya dilakukan bila kualitas

program sudah memenuhi standar (Depkes RI, 2014).

Peningkatan capaian penemuan dapat dilakukan dengan :

1. Peningkatan KIE, seperti penyuluhan (promosi) dan pendekatan

penemuan berbasis masyarakat

2. Perluasan unit pelaksana

3. Pemeriksaan kontak serumah dengan penderita BTA positif

27
Sebelum peningkatan capaian, baik melalui peningkatan KIA atau dengan

perluasan unit pelaksana (pengembangan wilayah), yang mutlak harus dilakukan

adalah peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas ini mencakup segala aspek mulai

dari penemuan,diagnosis penderita, pengobatan dan case holding penderita,sampai

ada pencatatan pelaporan (Depkes RI, 2014).

Proporsi Pasien TB yang diperiksa adalah persentase suspek diantara perkiraan

jumlah suspek yang seharusnya ada. Angka ini digunakan untuk mengetahui

jangkauan pelayanan, dengan rumus :

Jumlah suspek yang diperiksa x 100 %

Perkiraan jumlah suspek yang ada

VII. KERANGKA TEORI

Gambar 2.1
Kerangka Teori Kejadian TB Paru

Ventilasi
Kepadatan penghuni
pengetahuan

Pencahayaan
kelembaban ruangan

Pekerjaan
Jumlah kuman yang
Masa Hidup kuman
masuk ke paru
memanjang
Penghasilan keluarga

Ekonomi
keluarga

Status gizi
keluarga
28

Daya tahan
Status imunisasi TB PARU
tubuh
Kontak Serumah
Lama kontak

sumber : rindu,2018 (faktor risiko kejadian tb paru di wilayah puskesmas lainea kabupaten
konawe selatan

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

I. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu pengetahuan,

sikap dan dukungan keluarga,sedangkan variabel dependen adalah Capaian

Penemuan Pasien TB paru. Adapun kerangka konsep pada penelitian ini tergambar

pada skema berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan

Capaian penemuan
Sikap
Pasien TB Paru

Dukungan
Keluarga

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

29
30
II. Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

No. Variabel Defenisi Alat ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Dependen
1 Capaian Penemuan sesorang Kuisioner Wawancara 1 Negatif Ordinal
penemuan dengan gejala atau
Pasien TB tanda sugestif TB 0 Positif
Paru

2 Pengetahuan Membentuk Kuesioner Wawancara Baik≥ mean Ordinal


kepercayaan yang
kemudian akan Buruk ≤
menjadi dasar bagi mean
seseorang dalam
mengambil
keputusan tentang
TB paru

3 Sikap Respon yang Kuesioner Pengisian Positif jika Ordinal


menggerakkan media skore ≥
seseorang kuesioner mean
bertingkah laku oleh
terkait TB paru responden Negatif jika
skore <
mean

4 Dukungan sikap, tindakan Kuesioner Pengisian Baik jika Ordinal


Keluarga penerimaan keluarga  media skore ≥
terhadap anggota kuesioner mean
keluarganya,berupa  oleh
dukungan informasio responden Kurang
nal, dukungan penilai
Baik jika
an, dukungan instru
mentaldan dukungan  skore <
emosional. mean

31
III. Hipotesis

a. Ada hubungan pengetahuan dengan penemuan kasus TB paru diwilayah

kerja puskesmas Ibuh Kota Payakumbuh tahun 2021

b. Ada hubungan sikap dengan dengan penemuan kasus TB paru diwilayah

kerja puskesmas Ibuh Kota Payakumbuh tahun 2021

c. Ada hubungan dukungan keluarga dengan penemuan kasus TB paru

diwilayah kerja puskesmas Ibuh Kota Payakumbuh tahun 2021

32
BAB IV
METODE PENELITIAN

I. Desain Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian

deskriptif analitik, adapun penelitian dari metode deskriptif analitik menurut

(Sugiono,2009) adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah

terkumpul sebagaimana adanya. Dengan pendekatan cross sectional yang merupakan

jenis metode penelitian dengan dataset yang ekstensif untuk melihat banyak kasus

dan hubungan antar variabel. Penelitian dilakukan terhadap variabel yang diduga

berhubungan, yaitu pengetahuan Pasien TB paru, sikap Pasien TB dan dukungan

keluarga dengan pencapaian penemuan Pasien TB paru, dimana pengumpulan data

dilakukan sekaligus pada waktu yang sama.

II. Waktu dan Tempat

A. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Ibuh Kota

Payakumbuh Tahun 2021.

B. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2021

III. Populasi dan Sampel

A. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah subyek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo,

33
2010). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Pasien TB

paru yang ada diwilayah kerja Puskesmas Ibuh kota Payakumbuh, yaitu

21.453.

B. Sampel

Sesuai dengan rancangan penelitian yaitu penelitian case control

menggunakan Odds Ratio (OR), maka besar sampel dihitung dengan

menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian case control. Berikut

rumus perkiraan besar sampel menurut Lemeshow, S, et al, 1997 dalam

Astuti 2013 :
2
{Z 1−a /2 √ 2 P(1−P)+ Z 1−β √ P 1(1−P1)+ P2( 1−P 2)❑
n 1=n2❑ =
( p 1− p 2 ) 2

Keterangan :

n1 = n2 = Besar sampel minimum

𝑍1−𝑎/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

𝑍1−𝛽 = Nilai distribusi normal baku

P1 = Proporsi pada kelompok kasus

P2 = Proporsi pada kelompok kontrol

x (¿) P 2
P1 = e = (
¿ ) p 2=(1− p 2)

p 1+ p 2
P=
2

Diketahui :

OR = 1,2 (Kusumayati 2016)

P2 = Proporsi Tidak Tb

P2 = 27,7

{1,96 ( 2 X 0,25 )+ 1,64 √ 0,93 ( 1−0,93 ) +0,57 ( 1−0,27 ) 2


P1= ¿
( 0,93−0,27 ) 2

34
2, 8416
= = 23,68= 24
0,12

Besar sampel dalam penelitian dengan tingkat derajat kemaknaan 5% dan

kekuatan uji 95% berdasarkan rumus diperoleh hasil sampel untuk masing-

masing kelompok adalah 24 terduga TB. Pada penelitian ini dipilih kelompok

case yaitu pasien TB dan control yaitu pasien tidak TB dengan perbandingan

1:1, sehingga besar sampel untuk setiap kelompok 24 orang, maka jumlah

besar sampel sebanyak 48 sampel

IV. Teknik Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah daftar pertanyaan

dalam bentuk kuisioner. Kuisioner adalah instrument penelitian yang sudah baku dan

diuji coba. Kuisioner merupakan lembaran pertanyaan terhadap responden dan

memberikan jawaban sesuai petunjuk yang ada. Kuisioner dalam penelitian ini

merupakan kuisioner yang diadopsi dari penelitian sebelumnya terdiri dari :

1. Kuisioner mengenai pengetahuan Pasien TB paru dengan jumlah 15

pertanyaan yang terdiri dari 2 pilihan jawaban dengan kriteria pemberian nilai

1 untuk jawaban benar dan nilai nol (0) untuk jawaban salah.

2. Kuisioner mengenai sikap Pasien TB paru terdiri dari 15 pertanyaan dengan

menggunakan skala likert yang terdiri dari (4) pilihan jawaban yaitu :

Jika pertanyaan positif Jika pertanyaan negatif

SS : Sangat Setuju (4) SS : Sangat Setuju (1)

S : Setuju (3) S : Setuju (2)

TS : Tidak Setuju (2) TS : Tidak Setuju (3)

STS : Sangat Tidak Setuju (1) STS : Sangat Tidak Setuju (4)

35
3. Kuisioner mengenai dukungan keluarga terdiri dari 15 pertanyaan yang terdiri

dari 2 pilihan jawaban dengan kriteria pemberian nilai (1) untuk jawaban ya

dan nol (0) untuk jawaban tidak.

4. Kuisioner mengenai capaian penemuan Pasien TB paru yang terdiri dari

lembar ceklis tidak tercapai jika pot yang diberikan tidak dikembalikan dan

tercapai jika pot yang diberikan dikembalikan dengan sampel sputum yang

akan diperiksa.

V. Teknik Pengolahan Data

Data diolah secara komputesisasi, setelah data terkumpul diolah dengan

langkah – langkah sebagai berikut :

1. Editing

Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diisi. Tujuan dari

editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada dalam

daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan.

2. Coding

Coding adalah mengklarifikasi jawaban – jawaban responden kedalam

kategori – kategori yang dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode

berbentuk angka pada masing – masing jawaban.

3. Processing

Data, yakni jawaban dari masing – masing responden yang dalam bentuk

kode dimasukkan kedalam program Komputer.

36
4. Cleaning

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan ke computer untuk melihat

kemungkinan – kemungkinan adanya kesalahan, ketidak lengkapan data dsb.

(Notoatmodjo, 2010)

VI. Teknik Analisis Data

A. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi dan persentase (Notoatmodjo, 2010).

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkolerasi. Analisis hasil uji statistik dengan menggunakan Case

Control, untuk menyimpulkan adanya hubungan 2 variabel. Analisa data

menggunakan derajat kemaknaan signifikan 0,05. Hasil analisa chi-square

dibandingkan dengan nilai p, dimana bila p ≤ 0,05 artinya secara statistik

bermakna dan apabila nilai p > 0,05 artinya secara statistik tidak bermakna.

37
DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Payakumbuh, 2019. Kecamatan Payakumbuh dalam Angka 2019.

Cholid Narbuko, 2017. Metodologi Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara.

Depkes RI, 2016. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, 2020. Profil Kesehatan Kota Payakumbuh


Tahun 2019.

Dinkes Kesehatan Kota Payakumbuh, 2014. Panduan bagi kader dalam


penanggulangan TB, Payakumbuh

----------, 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, Jakarta : Depkes RI

----------, 2010. “ 3 B “ Bukan Batuk Biasa Bisa Jadi TB ‘ pegangan untuk Kader
dan Petugas Kesehatan, Jakarta : Pusat Promkes Depkes RI

Hopewell, Philip C, 2006. Standar Internasional untuk Pengobatan Tuberculosis,


The Global Found, Jakarta.

Hutapea, 2006. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat


Anti Tuberculosis di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, Dari
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Dukungan%20Keluarga.pdf.

Ida Diana Sari, 2017. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Kepatuhan
Berobat pada Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di Jakarta. Dari
http://ejournal.litbang.depkes.go.id.pdf

Kementerian Kesehatan RI, 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata


Laksana Tuberculosis, Jakarta : Kemenkes RI

Kementerian Kesehatan RI, 2015. Tatalaksana TB di Fasilitas Kesehatan, Jakarta :


Kemenkes RI

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Sujarweni,Wiratna, 2015. Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Baru

World Health Organization. 2018. Weekly Epidemiological Record, August 2018.

World Health Organization, 2019. Global Tuberculosis Report 2019. Switzerland:


World Health Organization Centre for Health Development

38

Anda mungkin juga menyukai