Di Amerika Serikat kode etik ini ditujukan terutama untuk masyarakat dan lembaga
lainnya yang memiliki misi kesehatan masyarakat secara eksplisit. Kode etik yang relevan dan
berguna juga ditemukan oleh lembaga dan individu yang berada diluar kesehatan masyarakat
tradisional tetapi mengakui efek pekerjaan mereka terhadap kesehatan masyrakat.
Berbagai prilaku yang baik menentukan kesehatan masyarakat dalam sebuah etika.
Trasparansi, keadilan, kejujuran serta norma-norma lain yang diterima dengan suara bulat dalam
kode profesional dan etik. Walaupun demikian, masalah kesehatan masyarakat juga sulit untuk
mengatasi dengan standar prilaku sederhana, sehingga yayasan etika juga diperlukan sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan tentang sebuah kode etik. Salah satu usulan yang paling
signifikan adalah kode kesehatan masyarakat American Public Health Asociation Ethic.
Kepercayaan untuk menjamin dan melindungi kesehatan masyarakat adalah salah satu
yang berkaitan dengan moral serta kewajiban untuk memperhatikan keberadaan orang lain. Ini
berarti adanya unsur kekuasaan untuk melaksanakan kepercayaan yang bertujuan untuk
menjamin kesehatan dan sekaligus untuk menghindari potensi penyalahgunaan kekuasaan dari
etika kesehatan masyarakat.
Sampai saat ini, sifat etik dari kesehatan masyarakat diasumsikan secara implisit,
walupun demikian, masyarakat menuntut perhatian eksplisit dengan etika. Tuntutan ini muncul
dengan adanya kemajuan teknologi yang meciptakan kemungkinan-kemungkinan baru,
munculnya dilema etika baru dan tantangan bagi kesehatan serta masyarakat yang semakin
majemuk. Kita tidak bisa lagi mengadopsi nilai-nilai dari budaya tunggal atau agama, tapi kita
harus bekerja ditengah-tengah keragaman yang ada.
Secara histosris, lembaga medis telah lebih eksplisit menjelaskan unsur-unsur etik dari
praktek kedokteran lembaga kesehatan lainnya sehingga sangat jelas kode etiknya.
Kekhawatiran kesehatan masyrakat tidak sepenuhnya sejalan dengan tenaga kedokteran, dengan
demikian kita tidak bisa menerjemahkan prinsip-psrinsip etika medis untuk kesehatan
masyarakat. Dibandingkan dengan ilmu kedokteran, kesehatan masyarakat lebih mengarah
kepada populasi dibandingkan dengan individu dan berpihak kepada pencegahan, promosi
(preventif, promotif) daripada mengobati (kuratif). Sedangkan tenaga medis lebih banyak
berhubungan dengan individu yang dominan dalam pelayanan kuratif sehingga lingkup
kesehatan masyarakat termasuk mereka yang tidak sakit saat ini.
Kesehatan masyarakat harus membahas terutama penyebab dasar penyakit dan persyaratan
untuk kesehatan yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
1. Prinsip memberikan prioritas tidak hanya untuk pencegahan penyakit atau promosi
kesehatan, tetapi juga ditingkat yang paling mendasar serta mengakui bahwa kesehatan
masyarakat juga akan menyibukkan individu dengan beberapa penyebab langsung dan
eberapa peran kuratif, seperti pengobatan TBC dapat disembuhkan untuk pencegahan
penularan kepada orang lain. Istilah kode “kesehatan masyarakat” digunakan disini dan
ditempat lain untuk mewakili seluruh bidang public kesehatan, dan terbatas pada
instansi pemerintah dan sekolah-sekolah kesehatan masyarakat.
2. Prinsip kesehatan masyarakat berawal dalam persamaan, adalah kepentingan utama
kesehatan masyarakat. Namun tetap ada kebutuhan untuk memperhatikan hak-hak
individu dalam melaksanakan kekuasaan kebijakan kesehatan masyarakat.
3. Prinsip masukan dari masyarakat seharusnya tidak berakhir setelah kebijakan atau
program dilaksanakan. Masih ada kebutuhan bagi masyarakat untuk mengevaluasi
apakah lembaga ini melaksanakan progaram seperti yang direncanakan dan apakah itu
memiliki efek yang diinginkan. Kemampuan bagi publik untuk memberikan masukan
ini dan merasa bahw ia sedang mendengar sangat penting dalam pengembangan dan
pemeliharaan kepercayaan publik terhadap institusi ini.
4. Prinsip ini memastikan bahwa semua dalam komunitas memiliki suara, dan menggaris
bawahi bahwa kesehatan masyarakat memiliki minat khusus pada mereka anggota
komunitas yang kurang terlayani atau terpinggirkan.
5. Prinsip ini adalah kepercayaan untuk mencari informasi untuk mensosialisasikan
tindakan serta pentingnya mengevaluasi program tersebut.
6. Prinsip ini juga terkait dengan proses demokrasi. Proses tersebut tergantung pada
komunitas informasi. Informasi yang diperoleh oleh lembaga kesehatan masyarakat
harus dianggap milik umum dan dibuat tersedia untuk umum. Pernyataan ini juga
merupakan konsekuensi tingkat mayarakat dari tingkat individu prinsip etika informed
conset. Terutama ketika sebuah program belum sepatutnya dikembangkan dengan
evaluasi, masyarakat harus diinformasikan mengenai potensi resiko dan manfaat, dan
pelaksanaan program harus berdasarkan pada persetujuan masyarakat (meskipun prinsip
ini tidak menentukan bagaimana persetujuan yang harus diperoleh).
7. Prinsip kesehatan masyarakat aktif bukan pasif dan peluang kemampuan untuk
bertindak dikondisikan oleh sumber daya yang tersedia, dan dengan kebutuhan
bersaing. Selain itu, kemampuan untuk menanggapi situasi mendesak tergantung pada
memiliki kepercayaan untuk melakukannya melalui proses demokrasi etis.
8. Program kesehatan masyarakat harus mengantisipasi keragaman kebutuhan dan
perspektif memiliki dampak yang signifikan terhadap efektivitas program.
9. Prinsip saling ketergantungan antara orang-orang, dan antara manusia dan lingkungan
fisik mereka. Hal ini seperti prinsip etis dari pengobatan, “tidak membahayakan”, tetapi
“dengan” cara yang positif.
10. Pernyataan ini menimbulkan petanyaan darimana informasi perlu dilindungi dan apa
kriteria informasi yang dapat diterapkan dalam masyarakat. Tujuan dari pernyataan ini
cukup sederhana : untuk menyatakan secara eksplisit tanggung jawab yang melekat
pada “kepemilikan” informasi.
11. Kriteria untuk kompetensi profesional harus ditentukan oleh profesi masing-masing,
seperti epidemiologi dan pendidikan kesehatan. Pernyataan ini menggaris bawahi sifat
kolaboratif kesehatan masyarakat, dan perlu cara yang positif untuk menghindari
konflik kepentingan yang akan merusak kepercayaan dari masyarakatnya atau
efektivitas program.
Pendidikan profesi perlu didukung oleh body of knowledge yaitu garapan ilmu tertentu
(ontology), metodologi ilmu (epistemology) dan pemanfaatan ilmu (aksiology). Pendidikan
profesi diperoleh melalui pendidikan terarah, terencana, terus menerus dan berjenjang.
Disamping itu pekerjaan profesi diatur melalui kode etik profesi, sementara itu dalam kode etik
profesi ada pula pasal-pasal yang ,engatur kehidupan profesi. Untuk mengatur kehidupan
profesi dan hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
profesi maka setiap profesi memiliki wadah profesi.
Ikatan ahli kesehatan masyarakat indonesia (IAKMI) sebagai wadah profesi kesehatan
mayarakat, ahli kesehatan masyarakat merupakan mereka yang berpendidikan sarjana atau
sarjana muda kesehatan masyarakat atau pasca sarjana lainnya yang berpengalaman
ataupenguasaan ilmu dalam bidang kesehatan masyarakat sekurang-kurangnya lima tahun. Kode
etik profesi kesehatan masyarakat diuraikan pada diuraikan dalam bab-bab dan pasal-pasal
sebagai berikut (IAKMI,2013) :
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap profesi Kesehatan masyarakat harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan
etika profesi kesehatan masyarakat.
Pasal 2
Dalam Melaksanakan tugas dan fungsinya profesi kesehatan masyarakat lebih mementingkan
kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Pasal 3
Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tidak boleh membeda – bedakan masyarakat atas
pertimbangan – pertimbangan agama, suku, golongan, sosial politik, dan sebagainya.
Pasal 5
Hak Anggota, Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya hanya melaksanakan profesi dan
keahliannya.
BAB II
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakat sebagai satu
kesatuan yang tidak terlepas dari aspek sosial, ekonomi, politik, psikologis dan budaya.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pembinaan kesehatan yang
menyangkut orang banyak.
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan dan keadilan.
Pasal 9
Pasal 10
Upaya pembinaan kesehatan masyarakat hendaknya didasarkan kepada fakta – fakta ilmiah
yang diperoleh dari kajian – kajian atau penelitian – penelitian.
Pasal 11
Pasal 12
Dalam mennjalankan tugas dan fungsinya harus bertanggung jawab dalam melindungi,
memlihara dan meningkatkan kesehatan penduduk.
Pasal 13
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan antisipasi ke depan, baik dan
menyangkut masalah kesehatan maupun masalah lain yang berhubungan atau mempengaruhi
kesehatan penduduk.
BAB III
BIDANG KESEHATAN
Pasal 14
Dalam melakukan tugas dan fungsinya, harus bekerjasama dalam saling menghormati dengan
anggota profesi lain, tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan keyakinan, agama,
suku, golongan, dan sebagainya.
Pasal 15
Dalam melakukan tugas dan fungsinya bersama – sama dengan profesi lain, hendaknya
berpegang pada prinsip – prinsip : kemitraan, kepemimpinan, pengambilan prakarsa dan
kepeloporan.
BAB IV
Pasal 16
Ahli Kesehatan masyarakat hendaknya bersikap proaktif dan tidak menunggu dalam mengatasi
masalah.
Pasal 17
BAB V
Pasal 19
Profesi Kesehatan masyarakat harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
dan profesinya dengan baik.
Pasal 20
BAB VI
PENUTUP
Pasal 21
Setiap anggota profesi kesehatan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari harus
berusaha dengan sungguh-sungguh memegang teguh kode etik kesehatan masyarakat Indonesia
ini.
Kesimpulan