Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ADMINISTRASI KEBIJAKAN RS

“REKOMENDASI & ADVOKASI KEBIJAKAN”

DOSEN PENGAMPUH:

ERA PRATIWI S.KM.,M.Kes

Oleh:

Kelompok IV

Dhemelsi Lukas (B1B119059)

Rama Irfandi DP Purba (B1B119063)

Nurul Qisti (B1B119052)

Fahyana A. (B1B119048)

Indra Wati Suleman (B1B119047)

Raihan Ummu Afifah (B1B119051)

UNIVERSITAS MEGAREZKY

FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN


INFORMATIKA

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
melimpahkan anugrah dan rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen yang berperan memberikan
masukan serta bimbingan yang bermanfaat dalam proses pengerjaan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah kami kerjakan ini masih terdapat banyak
kesalahan serta kekurangannya sehingga kami mengharapkan saran dan masukan
yang membangun demi tercapainya pencapaian yang kita harapkan bersama-sama
dengan isi karya tulis ini. Kami juga berharap bahwa semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca sebagaimana mestinya.

Makassar, 10 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
A. Rekomendasi Kebijakan............................................................................3
B. Pengertian Advokasi Kesehatan................................................................7
C. Tujuan Advokasi Kesehatan......................................................................8
D. Sasaran Dan Pelaku Advokasi Kesehatan...............................................10
E. Pendekatan Advokasi Kesehatan.............................................................10
F. Unsur Dasar Advokasi Kesehatan...............................................................11
G. Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi Kesehatan.............................13
H. Peran Dinas Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam Advokasi Kesehatan14
I. Indikator Keberhasilan Advokasi Kesehatan..............................................15
J. Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung..........................................................15
BAB III..................................................................................................................19
PENUTUP..............................................................................................................19
A. Kesimpulan..............................................................................................19
B. Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan modal investasi bangsa, serta
merupakan salah satu dari 3 komponen utama yang mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara, ditingkatkan
dan diupayakan oleh setiap orang. Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor, oleh karena itu diperlukan kepedulian semua pihak terhadap
kesehatan. Banyak orang dan banyak pihak yang belum menyadari pentingnya
kesehatan dalam hidupnya. Masalah kesehatan seringkali kalah prioritas
dibandingkan dengan masalah ekonomi dan kebutuha fisik lainnya. Oleh karena
itu perlu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan.
Tingkat kesehatan dan kualitas SDM kita pada umumnya sangat rendah (urutan
ke-109 di dunia) sehingga perlu upaya khusus untuk meningkatkan kesadaran
semua pihak terhadap kesehatan ini. Dengan dicanangkannya Indonesia Sehat
2010, upaya mengenalkan kesehatan kepada berbagai pihak ini perlu dipacu, agar
memperoleh dukungan dalam pelaksanaannya. Untuk itu perlu dilakukannya
pendekatan komunikatif dan inovatif yang memperhatikan setiap segmen sasaran.
Sehubungan dengan itu semua, perlu dilakukan advokasi kesehatan kepada
berbagai pihak, terutama para penentu kebijakan dan berbagai sektor, termasuk
lembaga perwakilan rakyat baik di Pusat maupun daerah.

Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di


sebabkan pembuat keputusan, baik di tingkat nasional maupun lokal (provinsi,
kabupaten, atau kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain
rendahnya alokasi anggaran untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan
prasarana, tidak adanya kebijakan yang menguntungkan bagi kesehatan dan
sebagainya. Untuk memperoleh atau meningkatkan dukungan atau komitmen dari
para pembuat kebijakan, termasuk para pejabat lintas sektoral diperlukan upaya
disebut advokasi. Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau
bantuan terhadap seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi
mula-mula digunakan dibidang hukum atau pengadilan. Sesorang yang sedang
tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar memperoleh keadilan yang
sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum
tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh
kesehatan.

Promosi kesehatan memerlukan adanya advokasi kebijakan untuk


menciptakan dukungan bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat.

1
Advokasi merupakan upaya mempengaruhi kebijakan Pemerintah melalui
pendekatan persuasif. Hal ini merupakan law enforcment yang dapat memaksa
atau memobilisasi masyarakat untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Banyak
orang yang masih belum menyadari pentingnya kesehatan. Kesehatan dipengaruhi
oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor sehingga masalah kesehatan sering
kalah prioritas dibanding masalah ekonomi dan kebutuhan fisik lainnya. Oleh
karena itu, upaya mengenalkan kesehatan perlu dipicu agar memperoleh
dukungan dan kepedulian semua pihak. Perlu dilakukannya pendekatan persuasif,
cara-cara komunikatif dan inovatif yang memeprhatikan setiap segmen sasaran
untuk meningkatkan kesadaran semua pihak, oleh kerena itu diperlukannya
advokasi kesehatan kepada berbagai pihak agar kesehatan dianggap sebagai
sesuatu yang penting oleh pihak lain, terutama para penentu kebijakan dan
berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan rakyat, baik pusat maupun daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Rekomendasi Kebijakan?
2. Apa yang dimaksud dengan Advokasi Kesehatan?
3. Apa tujuan dari Advokasi Kesehatan?
4. Siapa sajakah sasaran dan pelaku dari Advokasi Kesehatan?
5. Bagaimana pendekatan dari Advokasi Kesehtan?
6. Apa saja unsur dasar dari Advokasi Kesehatan?
7. Apa saja langkah-langkah Pokok dalam Advokasi Kesehatan?
8. Apa saja Indikator Keberhasilan Advokasi Kesehatan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:

1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi Kebijakan Rs.


2) Untuk mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan Advokasi
Kesehatan.
3) Untuk mengerti dan memahami apa tujuan dari Advokasi Kesehatan.
4) Untuk mengerti dan memahami siapa sajakah sasaran dan pelaku dari
Advokasi Kesehatan.
5) Untuk mengerti dan memahami bagaimana pendekatan dari Advokasi
Kesehatan.
6) Untuk mengerti dan memahami unsur dasar dari Advokasi Kesehatan.
7) Untuk mengerti dan memahami langkah-langkah Pokok dalam Advokasi
Kesehatan.
8) Untuk mengerti dan memahami Indikator Keberhasilan Advokasi
Kesehatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rekomendasi Kebijakan

a. Pengertian Rekomendasi

Rekomendasi secara bahasa dapat diartikan dalam dua pengertian, yaitu:

1. Hal minta perhatian bahwa orang yang disebut dapat dipercaya, baik (biasa
dinyatakan dengan surat), penyuguhan
2. Saran yang menganjurkan, (membenarkan, menguatkan): pemerintah atau
menyetujui.

Merekomendasikan artinya memberikan rekomendasi, menasihatkan,


menganjurkan. Sedangkan kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang
sengaja dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau
pemerintah yang di dalamnya terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan
diantara berbagai alternatif yang ada guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

Kebijakan publik tidak hadir dalam ruang hampa. Kebijakan publik


merupakan alat (tool) dari suatu komunitas yang melembaga untuk
mencapai social beliefs about goodness. Keberhasilan atau kegagalan kebijakan
publik dalam mencapai goodness secara efektif akan melahirkan kepercayaan
sosial baru. Di satu sisi, keberhasilan kebijakan publik akan memperkuat
(strengthening) kepercayaan sosial yang dipegang, di sisi yang lain
kegagalan kebijakan publik akan melemahkan bahkan dapat meruntuhkan
kepercayaan sosial yang dipegang.

Pembuatan kebijakan publik biasanya terdiri dari berbagai macam komponen


(unsur). Masing-masing komponen tersebut dihubungkan oleh komunikasi serta
mekanisme umpan balik yang memungkinkan untuk berinteraksi dengan cara
yang berlainan. Proses kebijakan publik pada dasarnya adalah suatu proses, yakni

3
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan yang berlangsung dalam satu
struktur. Pembuatan proses kebijakan publik merupakan kegiatan yang dinamis
karena ia dapat berubah sepanjang waktu. Perubahan itu mungkin menyangkut
langkah-langkah atau tahapan-tahapan dari sub-sub prosesnya maupun tahapan-
tahapan yang teradapat didalam sub-sub proses itu sendiri.

Prosedur analisis kebijakan dari rekomendasi memungkinkan analisis


menghasilkan informasi tentang kemungkinan serangkaian aksi di masa
mendatang untuk menghasilkan konsekuensi yang berharga bagi individu,
kelompok, atau masyarakat seluruhnya. Prosedur rekomendasi meliputi
transformasi informasi mengenai kebijakan di masa depan kedalam informasi
mengenai aksi-aksi kebijakan yang akan menghasilkan keluaran yang bernilai.
Untuk merekomendasikan suatu tindakan kebijakan khusus diperlukan adanya
informasi tentang konsekuensi-konsekuensi dimasa depan setelah dilakukannya
berbagai alternatif tindakan. Sementara itu, membuat rekomendasi kebijakan juga
mengharuskan kita menentukan alternatif mana yang paling baik dan mengapa.
Oleh karenanya prosedur analisis kebijakan dari rekomendasi terkait erat dengan
persoalan etika dan moral.

b. Kriteria Untuk Rekomendasi Kebijakan

William N. Dunn mengemukakan beberapa kriteria rekomendasi kebijakan


yang sama dengan kriteria evaluasi kebijakan, kriteria rekomendasi kebijakan
terdiri atas prinsip:

1. Efektifitas (effectiveness), hal ini berkenaan dengan apakah suatu alternatif


mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan. Efektifitas, yang secara dekat berhubungan dengan
rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai
moneternya.
2. Efisiensi (efficiency), hal ini berkenaan dengan jumlah usaha yang
diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang
merupakan sinonin dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan

4
antara efektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos
moneter.
3. Kecukupan (adequacy), berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat
efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan menumbuhkan
adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan
antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.
4. Perataan (equity),  kebijakan yang akibatnya (misalnya, unit pelayanan
atau manfaat moneter) atau usaha (misalnya biaya moneter) secara adil
didistribusikan.
5. Responsivitas (responsiveness), berkenaan dengan seberapa jauh suatu
kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-
kelompok masyarakat tertentu. Kriteria responsivitas adalah penting
karena analis yang dapt memuaskan semua kriteria lainnya, efektifitan,
efisiensi, kecukupan, kesamaan masih gagal jika belum menanggapi
kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya
suatu kebijakan.
6. Ketepatan (appropriateness). Kriteria ketepatan secara dekat berhubungan
dengan rasionalitas, substantif, karena pertanyaan tentang ketepatan
kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau
lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan merujuk pada nilai atau
harga dari tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi
tujuan-tujuan tersebut.

c. Pendekatan-Pendekatan Untuk Rekomendasi

Terdapat dua pendekatan utama untuk rekomendasi dalam analisis


kebijakan publik, yaitu analisis biaya-manfaat dan analisis biaya efektifitas.

1. Analisis biaya-manfaat adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi


kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan
menganjurkan suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dan
total keuntungan dalam bentuk uang. Analisis biaya-manfaat dapat
digunakan untuk merekomendasikan tindakan kebijakan, dalam arti

5
diaplikasikan ke depan, analisis ini dapat juga digunakan untuk
mengevaliasi kinerja kebijakan.
2. Analisis biaya-efektivitas adalah suatu pendekatan untuk rekomendasi
kebijakan yang memungkinkan analisis untuk membandingkan dan
memberikan anjuran kebijakan dengan mengkuantifikasi total biaya dan
akibat. Biaya diukur dalam bentuk uang sementara efektivitas diukur
dalam satuan barang, pelayanan atau beberapa satuan nilai akibat
lainnya. Analisis biaya-efektivitas digunakan untuk merekomendasikan
berbagai alternatif kebijakan dan program-program dalam
pemberantasan kejahatan, pelatihan tenaga kerja, transportasi,
kesehatan, pertahanan, dan berbagai bidang lainnya.

d. Metode Rekomendasi

Terdapat serangkaian metode yang digunakan untuk pembuatan


rekomendasi dengan analisis biaya-manfaat dan biaya efektivitas, antara lain:

1. Pemetaan sasaran adalah teknik yang digunakan untuk menyusun tujuan,


sasaran dan hubungannya dengan alternatif kebijakan. Tujuan, sasaran,
dan alternatif yang telah diidentifikasikan dengan satu atau dua metode
perumusan kebijakan dapat digambarkan dalam pohon sasaran (objective
tree).
2. Klarifikasi nilai adalah prosedur untuk mengidentifikasi dan
mengklarifikasikan premis nilai atas dasar seleksi terhadap sasaran
kebijakan. Keuntungan dari klarifikasi nilai adalah bahwa cara ini
memungkinkan kita untuk keluar dari analisis tujuan jika ternyata tujuan
tersebut tidak lebih dari pencerminan dan keinginan dan selera pribadi.
3. Kritik nilai adalah serangkaian prosedur untuk menguji mana yang lebih
menyakinkan antara argumen-argumen yang salng belawanan dalam suatu
debat mengenai tujuan kebijakan.
4. Perumusan elemen biaya adalah suatu prosedur untuk mengklarifikasikan
dan mendeskripsikan semua biaya yang akan dikeluarkan dengan
ditetapkan dan dilaksanakannya suatu program.
5. Analisis fortiori adalah prosedur yang digunakan untuk membandingkan
dua atau lebih alternatif dengan cara memecahkan ketidakpastian untuk
menyetujui suatu alternatif yang secara intuitif lebih disukai tetapi setelah
analisis pendahuluan diketahui lebih lemah dibandingkan alternatif lain.
6. Analisis plausabilitas adalah prosedur untuk menguji rekomendasi yang
menentang pernyataan yang berlawanan.

6
B. Pengertian Advokasi Kesehatan

Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan


kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya
kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat. Advokasi dimaksudkan
sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan baik oleh perorangan maupun
kelompok masyarakat dengan memasukan masalah dalam agenda kebijakan.
Kegiatan advokasi juga bisa mengontrol para pengambil keputusan untuk
mengupayakan solusi sekaligus membangun basis dukungan bagi penerapan
kebijakan publik.

Kebijakan publik yang akan diubah melalui kegiatan advokasi dilakukan


melalui berbagai macam bentuk komunikasi persuasif. Kebijakan publik
termaksud pernyataan, kebijakan, atau penetapan sebuah gerakan yang ditentukan
oleh pihak yang berwewenang untuk membimbing atau mengendalikan perilaku
lembaga, masyarakat dan individu.

Menurut Foss & Foss et al (1980); Toulmin (1981) advokasi adalah upaya
persuasif yang mencangkup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan
rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu (Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo,
2005). Advokasi adalah usaha mempengaruhi kebijakan publik melalui
bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif (John Hopkins School for Public
Health). WHO (1989) seperti dikutip UNFPA dan BKKBN (2002)
mengungkapkan bahwa “Advocacy is a cpmbination on individual and social
action design to gain political comitment, policy support, social acceptence and
system support for particular health goal programe”.

Jadi dapat disumpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan


individu dan sosial yang dirancang untuk memperoleh komitmen politis,
dukungan kebijakan, penerimaan sosial dan sistem yang mendukung tujuan atau
program kesehatan tertentu. Kata kunci dalam advokasi adalah “valid
information” (untuk input), “free choice”, atau “persuasive”. Ringkasnya
advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau proses untuk memperoleh komitmen,
yang dilakukan secara persuasif untuk mempengaruhi kebijakan public dengan
menggunakan informasi yang akurat dan tepat.

Advokasi Kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh


komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung
pengembangan lingkungan dan perilaku sehat (Depkes, 2007). Kaitan antara
promosi kesehatan dengan advokasi adalah menurut Anderson dalam Baum
(2002), promosi kesehatan merupakan kombinasi pendidikan kesehatan dan

7
intervensi yang berhubungan dengan bidang organisasi, politik, dan ekonomi yang
direkayasa untuk memfasilitasi adaptasi perilaku dan lingkungan untuk
memperbaiki kesehatan. Jadi promosi kesehatan bukan hanya perubahan perilaku
melainkan juga perubahan lingkungan, karena lingkungan diciptakan oleh
keputusan yang dibuat individu, organisasi atau pemerintah, mereka yang peduli
terhadap kesehatan atau kesejahteraan individu dan masyarakat (promotor
kesehatan), perlu terlibat atau mempengaruhi pembuatan keputusan tersebut.

C. Tujuan Advokasi Kesehatan


Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi kesehatan
adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik


berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keiktusertaan dalam kegiatan,
maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.

2. Tujuan Khusus
a. Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.
b. Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.
c. Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk
membantu dan menerima perubahan.
d. Adanya tindakan/ perbuatan/ kegiatan nyata (yang diperlukan).
e. Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)

Menurut Notoatmodjo, (2007) secara inklusif terkandung tujuan-tujuan


advokasi antara lain yaitu:

1) Komitmen Politik (Political Comitment)

Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di tingkat dan


di sektor manapun sangat diperlukan terhadap permasalahan kesehatan dan upaya
pemecahan permasalahan kesehatan. Pembangunan nasional tidak terlepas dari
pengaruh kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab itu pembangunan di
sector kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi politik pada saat ini.
Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara manapun ditentukan oleh
proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum pada eksekutif dan legislative
terhadap masalah kesehatan masyarakat, ditentukan oleh pemahaman mereka
terhadap masalah-masalah kesehatan.

8
Demikian pula seberapa jauh mereka mengalokasikan anggran
pembangunan nasional begi pembangunan sektor kesehatan, juga tergantung pada
cara pandang dan kepedulian (concern) mereka terhadap kesehatan dalam konteks
pembangunan nasional. Oleh sebab itu untuk meningkatkan komitmen para
eksekutif dan legislative terhadap kesehatan perlu advokasi kepada mereka.
Komitmen politik ini dapat diwujudkan antara lain dengan pernyataanpernyataan,
baik secara lisan maupun tertulis, dapi para pejabat eksekutif maupun legislatif,
mengenai dukungan atau persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.

2) Dukungan Kebijakan (Policy Support)

Dukungan konkret yang diberikan oleh para pimpinan institusi di semuua


tingkat dan di semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan
di sektor kesehatan. Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dikeluarkannya
kebijakan yang konkret dari pembuat keputusan. Oleh sebab itu, setelah adanya
komitmen politik dari para eksekutif maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi
agar dikeluarkannya kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh
komitmen politik tersebut. Dukungan kebijakan ini dapat berupa Undang-undang,
peraturan pemerintah atau peraturan daerah, surat keputusan pimpinan institusi
baik pemerintah maupun swasta, instruksi atau surat edaran dari para pemimpin
lembaga/ institusi, dan sebagainya.

3) Dukungan Masyarakat (Social Acceptance)

Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh masyarakat.


Suatu program kesehatan apa pun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran
utama program tersebut, yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat. Oleh
sebab itu apabila suatu program telah mendapat komitmen dan dukungan
kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah memperoleh dukungan masyarakat.
Untuk sosialisasi program ini, para petugas tingkat operasional atau local,
misalnya petugas dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas, mempunyai peranan
yang sangat penting. Oleh sebab itu para petugas tersebut juga mempunyai
kemampuan advokasi. Untuk petugas kesehatan tingkat distrik, sasaran advokasi
adalak kepala distrik, parleman distrik, pejabat lintas sektoral di tingkat distrik
dan sebagainya. Sedangkan sasaran advokasi petugas puskesmas adalah kepala
wilayah kecamatan, pejabat lintas sektoral tingkat subdistrik, para tokoh
masyarakat setempat, dan sebagainya.

4) Dukungan Sistem (System Support)

Agar suatu program berjalan dengan baik, perlu adanya sistem,


mekanisme, atau prosedur kerja yang jelas yang mendukungya. Oleh sebab itu

9
sistem kerja atau organisasi kerja yang melibatkan kesehatan perlu dikembangkan.
Mengingat bahwa masalah kesehatan merupakan dampak dari berbagai sektor,
maka program untuk pemecahannya atau penanggulangannya pun harus bersama-
sama dengan sektor lain. Dengan kata lain, semua sektor pembangunan yang
mempunyai dampak terhadap kesehatan, harus memasukkan atau mempunyai unit
atau sistem yang menangani masalah kesehatan di dalam struktur organisasinya.
Unit ini secara internal menangani masalah kesehatan yang dihadapi oleh
karyawan, dan secara eksternal mengatasi dampak institusi tersebut terhadap
kesehatan masyarakat.

D. Sasaran Dan Pelaku Advokasi Kesehatan


Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang yang diharapkan
dapat memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para
pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan
rakyat, mitra di kalangan pengusaha/ swasta, badan penyandang dana, media
masa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan kelompok potensi lainnya di
masyarakat. Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga
menentang atau berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya industri rokok).

Pelaku advokasi kesehatan: siapa saja yang peduli terhadap upaya


kesehatan, dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut.
Pelaku advokasi dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi,
organisasi profesi, organisasi berbasis masyarakat/ agama, LSM, dan tokoh
berpengaruh. Diharapkan mereka yang memahami masalah kesehatan,
mempunyai kemampuan advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif,
dapat dipercaya dan sedapat mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela
khususnya dihadapan kelompok sasaran.

E. Pendekatan Advokasi Kesehatan

Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan
persuasif, secara dewasa, dan bijak, sesuai keadaan yang memungkinkan tukar
pikiran secara baik (free choice).

Menurut UNFPA dan BKKBN (2002) terdapat 5 (lima) pendekatan utama


dalam advokasi:

10
1. Melibatkan para pemimpin atau Para pembuat Undang-undang, mereka yang
terlibat dalam penyusunan hukum, peraturan maupun pemimpin politik yaitu
mereka yang menetapkan kebijakan publik sangat berpengaruh dalam
menciptakan perubahan yang terkait dengan masalah sosial termasuk
kesehatan.
2. Bekerja dengan media massa, Media massa sangat berperan penting dalam
membentuk opnini publik. Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi
persepsi public atas isu atau masalah tertentu terutama dalam hal kesehatan.
Mengenal, menbangun, dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat
penting dalam proses advokasi.
3. Membangun kemitraan, Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan
upaya jaringan, kemitraan yang berkelanjutan dengan individu, organisasi-
organisasi dan sektor lain yang bergerak dalam sektor yang sama, dalam hal
ini adalah kesehatan. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang
bekerja sama yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama.
4. Memobilisasi massa, merupakan suatu proses mengorganisasikan individu
yang telah termotivasi kedalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan
kelompok yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi
individu dapat diubah menjadi tindakan kolektif.
5. Membangun kapasitas, maksudnya adalah melembagakan kemampuan untuk
mengembangkan dan mengelola program yang komprehensif dan
membangun kritikal massa pendukung yang memiliki keterampilan advokasi.

F. Unsur Dasar Advokasi Kesehatan

Sharma dalam Notoatmodjo (2005), ada delapan unsur dasar advokasi,


yaitu antara lain adalah:

1. Penetapan Tujuan Advokasi

Agar upaya advokasi dapat berhasil tujuan, advokasi perlu dibuat lebih
spesifik berdasarkan pertanyyan berikut: apakah isu atau masalah tersebut dapat
menyatukan atau membuat berbagai kelompok bersatu dalam suatu koalisi yang
kuat? Apakah tujuan advokasi dapat dicapai? Apakah tujuan advokasi memang
menjawab permasalahan?

2. Pemanfaatan Data dan Riset untuk Advokasi

Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan dibuat
berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Oleh karena itu, data dan riset

11
mungkin diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi,
identifikasi solusi pemecahan masalah maupun menentukan tujuan yang realistis.

3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi

Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi
kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang
berpengaruh dalam pembuatan keputusan, misalnya staf, penasihat, orang tua
yang berpengaruh, media massa dan masyarakat.

4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi

Khalayak sasaran berbeda bereaksi tidak sama atas pesan yang berbeda.
Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui banwa banyak
dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Seorang
Menkes mungkin akan mengambil keputusan ketika kepada yang bersangkutan
disajikan data rinci mengenai besarnya masalah kesehatan tertentu. Jadi penting
diketahui pesan apa yang diperlukan agar khalayak sasaran yang dituju dapat
membuat keputusan yang mewakili kepentingan advokator.

5. Membangun koalisi

Melibatkan orang dalam jumlah yang besar dan mewakili berbagai


kepentingan, sangat nermanfaat bagi upaya advokasi maupun dukungan politis.
Bahkan daam satu organisasi sendiri, koalisis internal yaitu melibatkan berbagai
orang dari berbagai divisi/ departemen dalam mengembangkan program baru,
dapat membantu consensus untuk aksi kegiatan. Pertimbangkan lagi siapa lagi
yang akan diajak bermitra dalam aliansi atau koalisi upaya advokasi yang
dirancang.

6. Membuat persentasi yang persuasif

Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali


terbatas waktunya. Kecermatan dan kehati-hatian dalam menyampaikan argument
yang meyakinkan atau model/ cara presentasi dapat mengubah kesempatan
terbatas ini menjadi upaya advokasi yang berhasil.

7. Penggalangan dana untuk advokasi

Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerlukan dana.


Mempertahankan upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang
memerlukan waktu, energi dalam penggalangan dana atau sumber daya lain untuk
menunjang upaya advokasi.

12
8. Evaluasi upaya advokasi

Untuk menjadi advokator yang tangguh diperlukan umpan balik


berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.

G. Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi Kesehatan

Menurut Sharma (dikutip dari Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005),


terdapat delapan unsur dasar dalam advokasi, yaitu penetapan tujuan, pemanfaatan
data, identifikasi khalayak sasaran, pengembngan dan penyampaian pesan,
membangun koalisi, membuat penyajian atau persentasi yang persuasif,
penggalangan dana dan evaluasi.

Menurut Depkes (2007), terdapat lima langkah kegiatan advokasi antara


lain adalah:

1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan


advokasi

Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau fakta. Data
sangat penting agar keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan
benar. Data berbasis fakta sangat membantu menetapkan masalah,
mengidentifikasi solusi dan menentuka tujuan yang realistis. Adanya data sering
menjadi argumen yang sangat persuasif.

2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran

Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat keputusan


(decision makers) atau penentu kebijakan (policy makers), baik dibidang
kesehatan maupun di luar sektor kesehatan yang berpengaruh terhadap publik.
Tujuannya agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan.
Antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan yang
menguntungkan kesehatan. Dalam mengidentifikasi sasaran perlu ditetapkan siapa
saja yang menjadi sasaran, mengapa perlu diadvokasi, apa kecenderunagnnya, dan
apa harapan kita kepadanya.

3. Siapkan dan kemas bahan informasi

Tokoh politik mungkin akan termotivasi dan akan mengambil keputusan


jika mereka mengetahui secara rinci besarnya masalah kesehatan tertentu. Oleh
sebab itu penting diketahui pesan atau informasi apa yang diperlukan agar sasaran

13
yang dituju dapat membuat keputusan yang mewakili kepentingan advokator.
Kata kunci untuk bahan informasi ini adala informasi yang akurat, tepat dan
menarik.

Beberapa pertimbangan dalam menetapkan bahan informasi ini meliputi:

a. Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang dibahas, latar


belakang masalahnya, alternative mengatasinya, usulan peran atau tindakan
yang diharapkan, dan tindak lanjut penyelesaiannya. Bahan informasi juga
minimal memuat tentang 5 W 1 H (what, why, who, where, when dan how).
b. Dikemas menarik, ringkas, jelas dan mengesankan.
c. Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi jika disertai data pendukung,
ilustrasi contoh, gambar dan bagan.
d. Waktu dan tempat penyampaian baan informasi, apakah sebelum, saat atau
setelah pertemuan.

4. Rencanakan teknik atau cara atau kegiatan operasional

Beberapa teknik atau kegiatan operasional avokasi dapat meliputi


konsultasi, lobi, pendekatan atau pembicaraan formal atau informal terhadap para
pembuat keputusan, negoisasi atau resolusi konflik, pertemua khusus, debat
publik, petisi, pembuatan opini, dan seminar-seminar kesehatan.

5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut

Upaya advokasi selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai rencana


yang telah disusun, memantau dan mengevaluasinya serta melakukan tindak
lanjut. Evaluasi diperlukan untuk menilai ketercapaian tujuan serta
menyempurnakan dan memperbaiki strategi advokasi. Untuk menjadi advokat
yang tangguh, diperlukan umpan balik berkelanjutan dan evaluasi terhadap upaya
advokasi yang telah dilakukan.

H. Peran Dinas Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam Advokasi Kesehatan


Menurut Depkes (2007), Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota
memiliki peran sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah/ isu, berhubungan dengan hal-hal yang perlu dilakukan


untuk advokasi.
2. Menetapkan arah atau kebijakan atau strategi dengan menetapkan tujuan,
sasaran pencapaian, dan strategi pelaksanaan advokasi.
3. Menentukan sasaran, siapa yang perlu diberikan advokasi.
4. Memilih pelaku, siapa yang akan melakukan advokasi

14
5. Menyusun bahan advokasi, menugasi tim penyusun bahan advokasi dan
menetapkannya.
6. Mengembangkan kemitraan dengan cara membangun dan mengembangkan
kemitraan untuk advokasi.
7. Mengelola kegiatan advokasi dengan merencanakan, menggerakkan
pelaksanaan, memantau, mengawai, dan menilai kegiatan advokasi

I. Indikator Keberhasilan Advokasi Kesehatan

1. Indikator Output

Adanya kepedulian, keterlibatan dan dukungan, serta kesinambungan upaya


kesehatan, baik berupa kebikajan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, atau
keterlibatan dalam kegiatan/ gerakan. Output kegiatan advokasi adalah undang-
undang, perda, instruksi yang mengikat masyarakat atau instansi berkenaan
dengan masalah kesehatan.

2. Indikator Proses

Adanya rencana kegiatan dan pelaksanaan kegiatan advokasi berupa forum,


jaringan, dan kerja sama.

3. Indikator Input

Adanya sasaran yang jelas, bahan informasi/ advokasi, dan kesiapan pelaku
advokasi.

J. Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Di


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung
(Penelitian yang dilakukan oleh Etmon Taalongonan, F.D.J. Lengkong dan Alden
Laloma di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung terkait dengan Implementasi
Kebijakan Pelayanan Kesehatan kepada Masyarakat Miskin)

Model yang digunakan sebagai dasar tema penelitian ini ialah turunan
model implementasi top-down yang disebut directandindirectimpact on
implementation yaitu model teori yang dikembangkan oleh George C. Edwards III
(1990).

15
Menurut pandangan Edwards III (dalam Subarsono, 2011, h.90),
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan
satu sama lain, diantaranya:

1. Komunikasi

Menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat di laksanakan dengan baik


jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program (kebijakan) dengan para
kelompok sasaran (target group). Tujuan dan sasaran dari program/kebijakan
dapat di sosialisasikan secara baik sehingga dapat menghindar adanya distorsi atas
kebijakan dan program.

2. Sumber Daya

Menunjukan setiap kebijakan harus di dukung oleh sumber daya yang


memadai, baik sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Sumber daya
manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementor yang
dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya finansial adalah
kecukupan modal investasi atas sebuah program/kebijakan. Keduanya harus
diperhatikan dalam implementasi program/ kebijakan pemerintah. Sebab tanpa
kehandalam implementor, kebijakan menjadi kurang kurang enerjik dan berjalan
lambat dan seadanya.sedangkan sumber daya finansial menjamin
keberlangsungan program/kebijakan. Tanpa ada dukungan finansial yang
memadai, program tak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan dan
sasaran.

3. Disposisi

Menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada implementor


kebijakan/program. Karakter yang penting dimiliki oleh implementor adalah
kejujuran, komitmen dan demokratis. Implementor yang memiliki komitmen
tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara hambatan yang di temui dalam
program/kebjakan. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada
dalam baras program yang telah digariskan dalam guideline program. Komitmen
dan kejujurannya membawa semakin antusias dalam melaksanakan tahap-tahap
program secara konsisten. Sikap yang demokratis akan meningkatkan kesan baik
implementor dan kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran. Sikap ini akan
menurunkan resistensi dari masyarakat dan menumbuhkan rasa percaya dan
kepedulian kelompok sasaran terhadap implementor dan program/kebijakan.

4. Struktur birokrasi

16
Menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi
kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencangkup dua hal penting pertama
adalah mekanisme, dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme
implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standar operating
procedur (SPO) yang dicantumkan dalam guideline program/kebijakan. SOP yang
baik mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan
mudah di pahami oleh siapapun karena akan menjadi acuan dalam bekerjanya
implementor. Sedangkan struktur organisasi pelaksana pun sejauh mungkin
menghindari hal yang berbelit, panjang dan kompleks. Struktur organisasi
pelaksana harus dapat menjamin adanya pengambilan keputusan atas kejadian luar
biasa dalam program secara cepat. Dan hal ini hanya dapat lahir jika struktur
didesain secara ringkas dan fleksibel menghindari “ virus weberian” yang kaku,
terlalu hirarkhis dan birokratis.

Keempat variabel diatas dalam model yang di bangun oleh Edward


memiliki keterkaitan satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan dan sasaran
program/kebijakan. Semuanya saling bersinergi dalam mencapai tujuan dan satu
variabel akan sangat mempengaruhi variabel yang lain. Misalnya saja,
impementor yang tidak jujur akan mudah sekali melakukan mark up dan korupsi
atas dana program/kebijakan dan program tidak dapat optimal dalam mencapai
tujuan. Begitupun ketika watak dari implementor kurang demokratis akan sangat
mempengaruhi proses komunikasi dengan kelompok sasaran.

 Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian kepada 13 orang informan tentang


Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di RSUD Kota
Bitung, ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Secara umum, hampir semua indicator dari implementasi kebijakan


pelayanan Jamkesmas yang diselenggarakan di RSUD Kota Bitung sudah
cukup baik, indicator dari system fasilitas/peralatan medis sudah cukup
lengkap sementara itu, sikap pelaksana kebijakan pun sudah cukup baik
dan ramah dalam melayani masyarakat yang datang berobat, namun
menjadi indikator yang perlu di perbaiki adalah lambatnya penyaluran
kartu JAMKESMAS dari kelurahan kepada masyarakat penerima kartu
JAMKESMAS.
2) Ada beberapa factor penghambat pencapaian keberhasilan Implementasi
Kebijakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di RSUD Kota Bitung
yaitu dari factor eksternal, seperti kurangnya pemahaman masyarakat
tentang kepemilikan kartu JAMKESMAS.

17
 Rekomendasi Kebijakan
Mengacu pada hasil temuan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, maka ada beberapa rekomendasi/saran terkait dalam
Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung , yaitu sebagai berikut :
1) Implementor perlu lebih mengoptimilkan sumber daya dari unsur
peralatan medis agar proses Implementasi Kebijakan Pelayanan
Jamkesmas berjalan dengan lebih baik sehingga kinerja pelayanan
dapat dicapai secara optimal, efisien dan efektif.
2) Untuk mengatasi faktor penghambat seperti kurangnya pemahaman
masyarakat dan lamanya penyaluran kartu JAMKESMAS kepada
pengguna kartu JAMKESMAS maka disarankan kepada
Pemerintah kota Bitung agar melakukan koordinasi dan pembinaan
kepada instansi/dinas terkait serta mengoptimilkan sosialisasi
kepada masyarakat.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat juga
dipengaruhi oleh kebijakan maupun perubahan orgnisasi, dan politik bahkan
faktor ekonomi, maka lingkungan yang mendukung perubahan perilaku sangatlah
penting. Oleh karena itu, rekomendasi dan advokasi kebijakan sebagai salah satu
strategi promosi kesehatan untuk mendukung perubahan perilaku individu
maupun masyarakat menjadi penting. Advokasi hakekatnya adalah bekerja dengan
individu dan organisasi untuk membuat suatu perubahan, suatu proses dimana
orang terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi kehidupan
mereka. tujuan dari advokasi kesehatan adalah diperolehnya komitmen dan
dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana,
kemudahan, keiktusertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai
keadaan dan usaha.

Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang yang diharapkan


dapat memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para
pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan. Pelaku advokasi
kesehatan: siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang
perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pendekatan advokasi
kesehatan antara lain: melibatkan para pemimpin, bekerja dengan media massa,
membangun kemitraan, memobilisasi massa dan membangun kapasitas. Unsur
dasar advokasi antara lain: penetapan tujuan advoakasi, pemanfaatan data dan
riset untuk advokasi, identivikasi khalayak sasaran advokasi, pengembangan dan
penyampaian pesan advokasi, membangun koalisi, membuat persentasi yang
persuasive, penggalangan dana untuk advokasi, evaluasi upaya advokasi.

Langkah-langkah advokasi kesehatan antara lain: identifikasi dan analisis


masalah atau isu yang memerlukan advokasi, identifikasi dan analisis kelompok
sasaran, siapkan dan kemas bahan informasi, rencanakan teknik atau cara atau
kegiatan operasional, laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan
tindak lanjut.

B. Saran
Dalam memberikan promosi kesehatan mencakup advokasi diharapkan
dapat bekerja sama antara individu dan organisasi dalam membuat suatu
perubahan.

19
Besar harap kami, dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan apabila masih banyak kekurangan dari isi makalah yang telah disusun
ini mohon saran dan kritik yang membangun, agar kami bisa memperbaiki
makalah ini dengan makalah yang lebih baik lagi terima kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Maulana D. J. Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Rombangi, Syeh, Abd Qohin. 2015. Rekomendasi Kebijakan BOS. Purwokerto:


Blogger.

Arief. 2012. Rekomendasi Aksi-aksi Kebijakan. Dikutip


Ariefdotcom.blogspot.com dari
http://ariefdotcom.blogspot.com/2012/16/rekomendasi-aksi-aksi-kebijakan.html
(Diakses 7 Juni 2012).

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka


Cipta.

. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Taalongonan, Etmon. F.D.J. Lengkong dan Alden Laloma. Implementasi


Kebijakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Bitung. Bitung: Jurnal Kesehatan.

21

Anda mungkin juga menyukai