Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERUNDANG - UNDANGAN TENAGA KESEHATAN

OLEH
KELOMPOK : 4
1. HENDRI DJAFAR
2. OSNI ILU
3. NIKEN APRIYANI ABAS
4. SILVANA INAKU
5. SULASTRI ISMAIL
6. ARLIYANTI NUSI
7. YULPANI SUPAYO

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya kuasa dan

rahmat-Nyalah, penyusun dapat menyelesaikan makalah Etika Profesi Dan

Hukum Kesehatan yang berjudul”Perundang-undangan Tenaga

Kesehatan”Dengan ini penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun

dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah

ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna.

Akhir kata, penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila

dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pada umumnya bagi para

pembaca.

Gorontalo, November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan Makalah...................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah................................................................................3
1.4 Manfaat Makalah.................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1 apa definisi dari kesehatan ..................................................................4
2.2 apa itu hukum kesehatan .....................................................................6
2.3 bagaimana Undang-undang tenaga kesehatan.....................................8
2.4 Apa Tantangan pengembangan Tenaga Kesehatan.............................9
2.5 Bagaimana Peran Kerangka Hukum Tenaga Kesehatan...............................10
2.6 Bagaimana Faktor-Faktor Penyebab Tenaga Kesehatan Melakukan
Kesalahan Atau Kelalaian Dalam Memberikan Pelayanan
Kesehatan Terhadap Pasien.................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................13
3.2 Saran....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
1.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah

merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3 dinyatakan bahwa negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah

berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang

sehat untuk tetap sehat. Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan

sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Dengan demikian kesehatan selain sebagai hak asasi manusia,

kesehatan juga merupakan suatu investasi.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) 2005 -

2025, dinyatakan bahwa dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang

berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama dengan pendidikan

dan peningkatan daya beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar utama untuk

meningkatkan kualitas SDM dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.

Dalam RPJP-N, dinyatakan pula pembangunan nasional di bidang kesehatan


diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat

bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan didasarkan

kepada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta

pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus kepada penduduk rentan,

antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut dan keluarga miskin. Dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, juga diperhatikan dinamika

kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan,

kemajuan IPTEK, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan

dan kerjasama lintas sektoral.

Berbagai studi menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci

utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan. Tenaga

kesehatan memberikan kontribusi hingga 80% dalam keberhasilan pembangunan

kesehatan. Dalam laporan WHO tahun 2006, Indonesia termasuk salah satu dari

57 negara yang menghadapi krisis SDM kesehatan, baik jumlahnya yang kurang

maupun distribusinya.

Menghadapi era globalisasi, adanya suatu Rencana Pengembangan Tenaga

Kesehatan yang menyeluruh sangat diperlukan. Di era globalisasi berarti

terbukanya negara-negara di dunia bagi produk-produk baik barang maupun jasa

yang datang dari negara manapun dan mau tidak mau harus dihadapi. Di bidang

kesehatan, Indonesia mengupayakan dalam kepentingan perdagangan

internasional jasa melalui WTO (World Trade Organization), CAFTA (China-

ASEAN Free Trade Agreement), AFAS (ASEAN Framework Agreement on


Services) dan perjanjian bilateral. Salah satu moda dalam pasokan perdagangan

jasa internasional adalah migrasi sumber daya manusia. Dalam hubungan ini,

melalui Sidang Umum Kesehatan Sedunia Tahun 2010, Organisasi Kesehatan

Sedunia (WHO) telah mengadopsi Global Code of Practice on the International

Recruitment of Health Personnel. Walaupun bersifat sukarela, Indonesia sebagai

negara anggota WHO, perlu ikut mendukung dan melaksanakan prinsip-prinsip

dan rekomendasi Global Code dalam migrasi internasional tenaga kesehatan.

Semua ini perlu dapat diakomodasikan dalam Rencana Pengembangan Tenaga

Kesehatan.

1.2 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu untuk mengetahui undang-undang

Kesehatan itu bagaimana dan peran tenaga Kesehatan dalam lingkup kerja

1.3 Rumusan Masalah

berdasarkan uraian latar belakang diatas yang menjadi permasalahan dalam

makalah ini yaitu:

2. apa definisi dari kesehatan ?

3. apa itu hukum kesehatan ?

4. bagaimana Undang-undang tenaga kesehatan ?

5. Apa Tantangan pengembangan Tenaga Kesehatan?

6. Bagaimana Peran Kerangka Hukum Tenaga Kesehatan

7. Bagaimana Faktor-Faktor Penyebab Tenaga Kesehatan Melakukan Kesalahan

Atau Kelalaian Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Terhadap Pasien

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam makalah ini yaitu dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman tentang undang-undang kesehatan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Sedangkan istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk

menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun

seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka

seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat.

Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman.

Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut

hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien

berfungsi secara normal. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9

tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan

(jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari

penyakit, cacat, dan kelemahan.

Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

Tenaga Kesehatanadalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan

di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan


untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Dan Kesehatan adalah sesuatu yang

sangat berguna bagi kita semua, karena kesehatan adalah modal dasar bagi setiap

orang untuk melakukan segala aktivitas dengan baik dan maksimal.

Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat aspek. Perwujudan

dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai

berikut:

1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit

atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit.

Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.

2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional,

dan spiritual:

a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan

sebagainya.

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa

syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam

fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat

dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat

spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua

aturan-aturan agama yang dianutnya.

3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan

orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,
agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta

saling toleran dan menghargai.

4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,

dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat

menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi

mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut

(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi

kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni

mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya

berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau

pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut. Dalam pengertian yang

paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal

(psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan

fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

2.2 Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan (Health Law) menurut:

1. Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diartikan sebagai hukum yang berhubungan

langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi: penerapan perangkat

hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.

2. Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan

hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.


Ruang lingkup hukum kesehatan meliputi semua aspek yang berkaitan

dengan kesehatan (yaitu kesehatan badaniah, rohaniah dan sosial secara

keseluruhan). Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-undnagan di

bidang pelayanan kesehatan adalah karena adanya kebutuhan :

1. pengaturan pemberian jasa keahlian

2. tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan

3. keterarahan

4. pengendalian biaya

5. kebebasan warga masyarakat untuk menentukan kepentingannya serta

identifikasi kewajiban pemerintah

6. perlindungan hukum pasien

7. perlindungan hukum tenaga kesehatan

8. perlindungan hukum pihak ketiga

9. perlindungan hukum bagi kepentingan umum

Fungsi hukum kesehatan adalah:

1. menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata

kehidupan di dalam sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya dapat memberi

sumbangan yang besar bagi ketertiban masyarakat secara keseluruhan

2. menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di

bidang kesehatan). Benturan antara kepentingan individu dengan kepentingan

masyarakat

3. merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-

halangi dokter untuk melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka


karena tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan perlu

diluruskan.

Hukum kesehatan di Indonesia belum seluruhnya memenuhi ruang lingkup

yang ideal, sehingga yang diperlukan yaitu:

1. melakukan inventarisasi dan analisis terhadap perundang-undangan yang sudah

ada untuk dikaji sudah cukup atau belum.

2. perlu dilakukan penyuluhan tidak hanya terbatas kepada tenaga kesehatan saja

tetapi juga kalangan penagak hukum dan masyarakat

3. perlu dilakukan identifikasi yang tepat bagi pengaturan masalah-masalah

kesehatan guna pembentukan perundang-undangan yang benar.

2.3 Undang-undang Tenaga Kesehatan

Undang Undang tentang Tenaga Kesehatan ini didasarkan pada pemikiran

bahwa Pembukaan UUD 1945 mencantumkan cita-cita bangsa Indonesia yang

sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu wujud

memajukan kesejahteraan umum adalah Pembangunan Kesehatan yang ditujukan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai

hak yang sama dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh
masyarakat Indonesia. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

dalam rangka melakukan upaya kesehatan tersebut perlu didukung dengan sumber

daya kesehatan, khususnya Tenaga Kesehatan yang memadai, baik dari segi

kualitas, kuantitas, maupun penyebarannya.

2.4 Tantangan pengembangan Tenaga Kesehatan

Tantangan dan Masalah Kesehatan Berbagai tantangan masalah Kesehatan

sejauh ini membutuhkan respons dan kebijakan yang cepat. Tantangan tersebut di

antaranya:

1. Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan yang

bermutu baik di dalam negeri maupun luar negeri seiring dengan tuntutan era

pasar global dan rencana penerapan MEA 2015.

2. Beban ganda penyakit di mana angka kesakitan penyakit infeksi masih tinggi

tetapi sebaliknya penyakitn tidak menular mengalami peningkatan yang cukup

bermakna.

3. Disparitas status kesehatan antar-wilayah cukup besar, terutama di wilayah

timur, yaitu daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK).

4. Peningkatan kebutuhan distribusi obat yang bermutu dan terjangkau.

5. Jumlah sumber daya manusia Kesehatan (SDMK) yang terbatas dan tidak

terdistribusikan secara merata.

6. Adanya potensi masalah kesehatan akibat bencana dan perubahan iklim.


7. Belum terintegrasinya pembangunan infrastruktur kesehatan yang melibatkan

lintas sektor di lingkungan pemerintah, Pusat-Daerah, dan Swasta.

Keterbatasan SDMK terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan sesuai

kompetensi atau tidak terdistribusi secara merata melahirkan tenaga kesehatan

yang memberikan pelayanan tidak sesuai kompetensinya. Hal ini

mengakibatkan banyaknya masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan di

bawah standar bahkan tidak menerima pelayanan Kesehatan (Lestari, 2014).

2.5 Peran Kerangka Hukum Tenaga Kesehatan

Pengaturan tentang tenaga Kesehatan dalam suatu undang-undang tersendiri

menjadi penting, mengingat permasalahan yang dihadapi sangat kompleks,

tuntutan era pasar global yang tidak dapat dicegah, dan melibatkan lintas

bidang/instasi di luar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) (Lestari, 2014).

UU Nakes diharapkan dapat berperan berperan dalam memberikan

pemahaman akan pentingnya tenaga kesehatan dalam memajukan kesejahteraan

umum. Salah satu wujud kemajuan kesejahteraan umum adalah pembangunan

kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat Kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber

daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Selain itu, UU Nakes

dimaksudkan sebagai payung hukum bagi tenaga Kesehatan agar dapat

menjalankan profesinya dengan mengedepankan pelayanan masyarakat secara

optimal (Lestari, 2014).


2.6 Faktor-Faktor Penyebab Tenaga Kesehatan Melakukan Kesalahan Atau

Kelalaian Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Terhadap Pasien

Pada umunya yang dapat menjadi penyebab terjadinya kegagalan atau

ketidaksesuaian dalam memberikan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

adalah ketidakmampuan dalam melakukan pelayanan tersebut ataupun tidak

memiliki keterampilan serta tidak pernah menempuh pendidikan ataupun

pelatihan yang berkaitan dengan profesi kesehatan.

Tidak hanya tenaga kesehatan yang tidak memiliki kemampuan ataupun

keterampilan, tenaga kesehatan yang sudah menempuh pendidikan dan pelatihan

seperti dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dll tidak luput dari kegagalan maupun

ketidaksesuaian dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, hal ini dapat

disebabkan karena kesalahan atau kelalaian yang dilakukan karena tak sesuai

prosedur medis yang berlaku.

Tenaga kesehatan yang dapat dikatakan melakukan kelalaian apabila tidak

memperhatikan keadaan pasien dengan bersikap acuh, tak perduli, maupun tidak

memperhatikan pergaulan-pergaulan hidup dalam masyrakat khususnya

pergaulan-pergaulan si pasien sendiri. Kelalaian yang ditimbulkan tenaga

kesehatan karena disebabkan hal-hal sepele tidak dikatagorikan sebagai akibat

hukum dan jika sebaliknya mengancam keselamatan pasien sifat kelalaian tersebut

akan menjadi delik.

Sedangkan untuk tenaga kesehatan yang dapat dikatakan melakukan

kesalahan pada umunya disebabkan karena kurangnya pengetahuan, pengalaman,

maupun pengertian dalam melakukan atau memberikan pelayanan kesehatan.


Kesalahan dapat dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja. Dengan sengaja

dilakukan dengan melakukan perbuatan yang dilarang peraturan perundang-

undangan, sedangkan dengan tidak sengaja karena kelalaian seperti menelantarkan

pengobatan pasien karena lupa.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Kesehatan adalah

keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial,

serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Hukum

kesehatan (Health Law) menurut Van Der Mijn diartikan sebagai hukum yang

berhubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi: penerapan

perangkat hukum perdata, pidana dan tata usaha negara. Sedangkan menurut

Leenen, Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan

hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.

Tenaga Kesehatan dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

yang dimaksud tenagakesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui

pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam

menjalankan pelayanan kesehatan

3.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan dalam makalah kepada para pembaca dan

umumnya kepada khalayak umum untuk dapat mendalami materi yang disajikan

serta dilakukan diskusi bersama sehingga sajian materi yang ada dapat dimengerti

dengan mudah
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan. Diakses


pada 14 November 2018.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran.. Diakses pada 14 November 2018.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Diakses pada 14 November 2018.

Tri Rini Puji Lestari, 2014. “Peran Uu Nakes Dan Tantangan Masalah Kesehatan
Indonesia”. Jurnal Info Singkatan Kesejahteraan social Vol. VI, No.
18/II/P3DI/September/2014. Diakses pada 14 November 2018.

Anda mungkin juga menyukai