Anda di halaman 1dari 4

NAMA : PUTRI RAHMAWATI YUSUF

NIM : 2320192023
KELAS : A
PRODI DIII ANALIS KESEHATAN
TUGAS : ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

 Berikan 1 contoh kasus yang berhubungan dengan pelanggaran kode etik dalam dunia
kesehatan. Berdasarkan 5W + 1H (what,who,where,when,why,+ how). Referensi 5
tahun terakhir.

Pertanggungjawaban Hukum Pidana Terhadap Pelanggaran Rahasia Medis


Menjaga kerahasiaan kedokteran menjadi kewajiban profesi kedokteran dalam bidang
pelayanan kesehatan sesuai sumpah Hippokrates yang menjadi dasar sumpah dokter
diseluruh dunia. Kewajiban ini bukan saja merupakan kewajiban profesi melainkan juga
kewajiban moril berdasarkan norma kesusilaan yang menjadi pegangan bagi dokter sejak
dahulu kala yang menyatakan “segala sesuatu yang kulihat dan kudengar dalam
melakukan praktikku akan aku simpan sebagai rahasia. Kewajiban ini, sebagai bentuk
penghargaan terhadap kerahasiaan ini, selain dalam sumpah Hippokrates, kewajiban
menyimpan rahasia medis ini juga terdapat pada: Declaration of Geneve suatu sumpah
Hippokrates yang di mordenisasi dan di Introduksikan oleh Medical Association yang
berbunyi: ”I will respect the secrets which are confided in me, even after the patient has
died
Wajib simpan rahasia kedokteran adalah kewajiban seorang dokter di sarana
pelayanan kesehatan pada saat melaksanakan praktik, misalnya praktik mandiri,
puskesmas, balai pengobatan, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain bahkan
setelah melakukan praktik, kewajiban menjaga rahasia ini juga tertera, Pasal 48 Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran mengatakan bahwa setiap
dokter atau dokter gigi wajib menyimpan rahasia kedokteran. Kode etik dalam praktik
kedokteran di Indonesia di adopsi dari International Code of Medical Ethics, sehingga
hingga saat ini Privacy dan Confidentiality ini diatur baik dalam kode Etik Kedokteran
Indonesia.
Setiap orang mempunyai rahasia yang tidak ingin ia ceritakan kepada siapapun,
rahasia ini akan disembunyikan sehingga tidak seorangpun mengetahuinya. Pasien
bersedia menceritakan segala hal-hal yang terkait dengan penyakitnya karena dia percaya
bahwa rahasia itu akan disimpan oleh dokter yang mengobati atau merawatnya.
Dari uraian pasienlah sang dokter akan mengetahui kira-kira penyakit pasiennya.
Sebelumnya dokter tidak mengetahui apa yang dideritanya. Jadi asal mulanya rahasia
medis adalah dari pasien itu sendiri yang menceritakan kepada dokter. Dan
sewajarnyalah bahwa pasien itu sendiri adalah yang dianggap sebagai pemilik rahasia
medis itu atas dirinya, bukanlah dokter yang diberitahukan dan menarik kesimpulan
tentang penyakit yang diderita pasiennya. Jadi apa yang dahulu dinamakan “rahasia
kedokteran” adalah rahasia medis pasien, bukanlah rahasia dokternya.
Pasien sangat percaya apa yang telah ia ceritakan semua penyakit yang di derita
kepada seorang dokter, yang ia anggap sebagia rahasia yang paling intim sekalipun
dokter tidak akan menceritakan lagi kepada pihak lain tanpa seizin pasien tersebut.
Konfidentialitas medis adalah prinsip menghormati otonomi dan prinsip tidak
merugikan, hanya pasien yang boleh menentukan siapa yang mendapat akses kepada
privasinya dan siapa tidak.
Kurang pengetahuan sebagian dokter tentang kepemilikan rahasia kedokteran
menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak pasien di tempat pelayanan kesehatan.
Apabila kewajiban rahasia kedokteran tersebut dilanggar, tentu menjadi pertanggung
jawaban yang berat bagi seorang dokter, baik secara moral maupun hukum. Akibat
hukum dari pelanggaran yang ditimbulkan dapat berupa berbagi sanksi hukum bagi
dokter yang melanggar kewajiban memegang rahasia kedokteran.
Pertanggungjawaban hukum terhadap pelanggaran rahasia medis oleh dokter dan
tenaga kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan dapat diterapkan aturan Umum Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 322, ayat (1), yang berbunyi, “barang
siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan
dan pencahariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu diancam dengan pidana
penjara selama sembilan bulan dan denda enam ratus rupiah (2) jika kejahatan ini
dilakukan terhadap seseorang tertentu, ia hanya dituntut atas orang itu.” Hal ini
dikarenakan rahasia kedokteran atau medis juga merupakan rahasia jabatan, yang diatur
dalam KUHP.
Rekam medis juga merupakan unsur-unsur yang sangat penting untuk dijaga
kerahasiaannya, rekam medis berisikan dokumen tentang identitas pasien dan semua
pelayanan yang telah diberikan baik itu pengobatan, pemeriksaan subjektif dan obyektif
serta tindakan-tindakan yang telah diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan lain,
dokumen ini dijaga agar tidak tercecer dan dijangkau bagi yang tidak berhak dan tidak
berkepentingan, pelanggaran kerahasiaan ini mempunyai konsekuensi dibidang hukum,
karena kewajiban ini ditetapkan juga dalam hukum,
kewajiban menyimpan rahasia kedokteran tidak bersifat absolut dapat dibuka untuk
kepentingan pasien sendiri dan kepentingan masyarakat. Walaupun rahasia kedokteran
tidak bersifat absolut, untuk membuka rahasia ini harus melalui mekanisme-mekanisme
yang ada. Ada beberapa alasan pengecualian yang membolehkan dibukanya rahasia atas
rekam medis pasien, yaitu: Izin pasien, pembukaan rahasia medis dari sumber rekam
medik harus mendapat izin dari pasien terlebih dahulu sebagai pemilik rekam medik,
karena sipemilik rekam medik lah yang berhak kepada siapa ia mengungkapkannya.25
Apabila pasien telah memberi izin dokter dibebaskan untuk berdiam, izin ini dapat
dinyatakan secara jelas, baik lisan, tertulis maupun tersirat. Adapun kepentingan umum
yang lebih tinggi adakalanya seorang dokter (tenaga kesehatan) terbentur kepentingan-
kepentingan yang berlawanan, dalam hal ini dokter diperbolehkan untuk mengungkapkan
rahasia penyakit pasien selama alasan pengungkapannya diatur dalam undang-undang.
Kewajiban menjaga rahasia kedokteran ini harus di junjung tinggi oleh dokter dan
tenaga kesehatan lain, karena kerahasiaan ini merupakan hak atas privacy oleh sipasien
dan haknya kepada siapa iya akan mengungkapkannya, Masalah kerahasiaan kedokteran
ini mempunyai dasar perbuatan melawan hukum, antara lain karena adanya kewajiban
kepedulian (duty of care) dari dokter terhadap pasiennya. Kewajiban tersebut merupakan
salah satu unsur utama dari setiap perbuatan melawan hukum, sehingga apabila dokter
tanpa alasan yang sah membuka rahasia pasiennya, maka tindakan dokter tersebut secara
hukum dapat digolongkan kedalam suatu perbuatan melawan hukum.
Dokter dan tenaga kesehatan juga merupakan makhluk sosial, berinteraksi dengan
anggota masyarakat lain, dalam menjalankan tugasnya bentukan hukum dokter dan
tenaga kesehatan juga berkedudukan sebagai subyek hukum, dengan adanya sumber-
sumber hukum yang mengatur masalah hukum kedokteran, maka dokter melanggar harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban dokter disini merupakan
suatu masalah dari banyak segi.31 Karena hukum kesehatan sendiri mempunyai tiga
aspek hukum, kedudukan dokter didalam masyarakat mempunyai fungsi ganda
disamping itu sebagai anggota masyarakat dan pelayan kesehatan masyarakat itu sendiri.
Sebagai anggota masyarakat, maka keseluruhan hukum (pidana, administrasi, dan
perdata) berlaku bagi dokter.32 Selain sanksi dan penerapan hukum atas pelanggaran
kerahasiaan kedokteran, dokter dan tenaga kesehatan lainnya juga melakukan
pelanggaran etik yang sanksi akan diberikan oleh profesi masing-masing.
Pelanggaran terhadap kerahasiaan kedokteran selain pelanggaran hukum pidana juga
pelanggaran hukum administrasi dan pelanggaran etik, pelanggaran admisnitrasi dan etik
dapat diberikan oleh masing-masing organisasi profesi baik profesi dokter ataupun organisasi
profesi lain, misalnya perawat, bidan dan seabagainya. Dalam pasal 64 Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 dijelaskan bahwa tugas dari Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia antara lain: menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran
disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan, dan menyusun pedoman dan tata cara
penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi. Hal ini berarti bahwa
keberadaan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia hanya sebatas memeriksa
dan memutus kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi dan tidak diberikan tugas
atau kewenangan memeriksa dan memutus perkara pidana.
Penerapan hukum dalam proses penegakan hukum dipengaruhi pertimbangan-
pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya tetapi esensi hukum dan hakekat hukum perlu
menjadi suatu acuan. Peradilan adalah fungsi mengadili atau proses yang ditempuh dalam
mencari dan menemukan keadilan. 45 “mata penegak hukum timur” seyogianya tidak tertutup
untuk mampu menyaksikan dan menyerap “rasa keadilan masyarakat”.

Sumber : Ridwan,2019. Jurnal Pertanggungjawaban Hukum Pidana Terhadap


Pelanggaran Rahasia Medis.
Jurnal Hukum & Pembangunan 49 No. 2 (2019): 338-348 ISSN: 0125-9687 (Cetak) E-ISSN: 2503-1465
(Online)
(Diterbitkan: 13 Januari 2019)

Anda mungkin juga menyukai