Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

KASUS MALPRAKTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA DI INDONESIA


( MALPRACTICE CASES FROM THE PERSPECTIVE OF CIVIL LAW IN INDONESIA)
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Kesehatan

Dosen Pengampu :
Dr. Fendik Setyawan, S.H., M.H.,CLA

Disusun Oleh :
drg. Niken Wahyu Puspitarini
(222520102027)

PROGRAM STUDI MAGISTER


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PASCASARJANA UNIVERSITAS JEMBER
2023
KASUS MALPRAKTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA DI INDONESIA
( MALPRACTICE CASES FROM THE PERSPECTIVE OF CIVIL LAW IN INDONESIA)

Oleh : drg. Niken Wahyu Puspitarini


Email : nikenwahyupuspitarini@gmail.com

ABSTRAK
Dalam Hukum Perdata Indonesia atas malpraktek pada hakikatnya ada 2 (dua) bentuk
pertanggungjawaban dokter sebagai bentuk perlindungan terhadap pasien jika terjadi malpraktek.
Korban malpraktek dapat menggugat dokter atas perbuatannya dalam pelaksanaan perjanjian
terapeutik berdasarkan Pasal 1366 KUH Perdata. Pertanggungjawaban seorang dokter yang telah
melakukan malpraktek dalam hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1367 BW yang membawa akibat
bahwa yang bersalah (yaitu yang menimbulkan kerugian pada pihak lain) harus membayar ganti
rugi (schadevergoeding). Perlindungan hukum terhadap korban malpraktek kedokteran sebagai
konsumen dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 19 Ayat (1) UU No 8 Tahun 1999. Berdasarkan
ketentuan Pasal 19 Ayat (1), kerugian yang diderita korban malpraktek sebagai konsumen jasa
akibat tindakan medis yang dilakukan oleh dokter sebagi pelaku usaha jasa dapat dituntut dengan
sejumlah ganti rugi. Bentuk perlindungan hukum terhadap korban malpraktek kedokteran yang
diatur dalam UU No 36 Tahun 2009 yaitu berupa pemberian hak kepada korban malpraktek
untuk menuntut pertanggungjawaban dokter yang melakukan malpraktek kedokteran. Adapun
bentuk perlindungan hukum terhadap korban malpraktek kedokteran yang diatur dalam UU No.
29 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran, yaitu berupa pemberian hak kepada korban
malpraktek untuk melakukan upaya hukum pengaduan kepada Ketua Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang
malpraktek dan melakukan pembahasan dalam perspektif hukum hukum perdata di Indonesia.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang
berfokus pada norma dan penelitian ini memerlukan bahan hukum sebagai data utama.

ABSTRAC
In Indonesian Civil Law regarding malpractice, there are essentially 2 (two) forms of
doctor's responsibility as a form of protection for patients if malpractice occurs. Victims of
malpractice can sue doctors for their actions in implementing therapeutic agreements based on
Article 1366 of the Civil Code. The responsibility of a doctor who has committed malpractice in
this case can be seen in Article 1367 BW which has the consequence that the person at fault (i.e.
the one who causes harm to another party) must pay compensation (schadevergoeding). Legal
protection for victims of medical malpractice as consumers can be seen in the provisions of
Article 19 Paragraph (1) of Law No. 8 of 1999. Based on the provisions of Article 19 Paragraph
(1), losses suffered by victims of malpractice as consumers of services are due to medical
procedures carried out by doctors as perpetrators. Service businesses can be sued for a number
of compensations. The form of legal protection for victims of medical malpractice regulated in
Law No. 36 of 2009 is in the form of giving malpractice victims the right to demand
accountability from doctors who commit medical malpractice. The form of legal protection for
victims of medical malpractice is regulated in Law no. 29 of 2009 concerning Medical Practice,
namely in the form of giving malpractice victims the right to file a legal complaint against the
Chairman of the Indonesian Medical Discipline Honorary Council. This research aims to
describe malpractice and conduct discussions from a legal perspective on civil law in Indonesia.
The type of research used is normative legal research, namely research that focuses on norms
and this research requires legal material as the main data.
Keywords : Doctor's Responsibility, Doctor, Malpractice

PENDAHULUAN serba positif terhadap profesi kesehatan


Dokter sebagai anggota profesi yang mulai luntur dikarenakan dalam upaya
mengabdikan ilmunya untuk kepentingan penyembuhan yang dilakukan tenaga
umum, mempunyai kebebasan dan kesehatan tidak semuanya sesuai yang
kemandirian yang berorientasi kepada diinginkan oleh pasien, yaitu kesembuhan.
nilainilai kemanusiaan sesuai dengan kode Dalam praktek kedokteran sering terjadi
etik kedokteran. Kode etik kedokteran ini kesalahan yang dapat menimbulkan suatu
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan tindak pidana, misalnya saja kesalahan
dan keselamatan pasien, menjamin bahwa diagnosis dan kesalahan dalam melakukan
profesi kedokteran harus senantiasa operasi, seperti yang lebih dikenal dengan
dilaksanakan dengan niat yang luhur dan istilah malpraktek.
dengan cara yang benar.1 Dewasa ini sistem Seorang dokter sebelum melakukan
pelayanan medis yang dilakukan oleh tenaga praktek kedokterannya atau pelayanan medis
kesehatan sebagai penyembuh banyak telah melakukan pendidikan dan pelatihan
diperbincangkan masyarakat, dan penilaian yang cukup panjang.

1
S. Soetrisno, 2010, Malpraktek Medik Dan Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa, (Tangerang:
Penerbit PT Telaga Ilmu Indonesia), hlm. V
Sehingga masyarakat khususnya pasien dilakukan tindakan atau dengan kata lain
banyak sekali digantungkan harapan hidup dilakukan penegakan hukum.3
dan/atau kesembuhan dari pasien serta Tanggungjawab administrasi timbul apabila
keluarganya yangsedang menderita sakit. dokter atau tenaga kesehatan lain melakukan
Namun seperti kita ketahui, dokter tersebut pelanggaran terhadap hukum Administrasi
sebagai manusia biasa yang penuh dengan Negara yang berlaku, misalnya menjalankan
kekurangan dalam melaksanakan tugas praktek dokter tanpa lisensi atau
kedokterannya yang penuh dengan resiko. izinnya,menjalankan praktek dengan izin
Seperti pasien yang memiliki kemungkinan yang sudah kadaluarsa dan menjalankan
cacat atau meninggal dunia setelah ditangani praktek tanpa membuat catatan medik.
dokter dapat saja terjadi, walaupun dokter Sedangkan tanggung jawab hukum perdata
telah melakukan tugasnya sesuai standar timbul karena adanya hubungan hukum
profesi atau standar pelayanan medik yang antara dokter dan pasien, hubungan tersebut
baik. Keadaan semacam ini biasa disebut disebut perjanjian atau transaksi terapeutik.
sebagai resiko medik, namun terkadang Bila terjadi sengketa maka yang berselisih
dimaknai lain oleh pihak-pihak diluar adalah antar perorangan atau bersifat
profesi kedokteran sebagai medical pribadi, maka pasien atau keluarganya dapat
malpractice. 2 mengajukan gugatan terhadap dokter yang
Tanggungjawab hukum dapat telah melakukan wanprestasi atau perbuatan
dibedakan dalam tanggungjawab hukum melawan hukum tersebut ke Pengadilan.
administrasi, tanggungjawab hukum perdata Berbeda halnya dengan pertanggungjawaban
dan tanggungjawab hukum pidana. Terhadap hukum pidana, dimana penegakan
pelanggaran-pelanggaran hukum tersebut hukumnya dilakukan oleh aparat penegak
yang dilakukan oleh profesi dokter ini dapat hukum yang berwenang.4

2
Syahrul Machmud, 2008, Penegakan Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga Melakukan
Medikal Malpraktek, ( Bandung: Penerbit Mandar Maju) hal. 1.
3
Ibid, hal. 175
4
Ibid. hal. 109
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan suatu penelitian ilmiah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
jelas harus menggunakan metode sebagai 29 Tahun 2004 Tentang Praktek
ciri khas keilmuan. Metode mengandung Kedokteran; 4)
makna sebagai cara mencari informasi Undang-Undang Republik Indonesia
dengan terencana dan sistimatis. Langkah- Nomor 36 Tahun 2009 yang menggantikan
langkah yang diambil harus jelas serta ada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
batasanbatasan yang tegas guna menghindari 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan; 5)
terjadinya penafsiran yang terlalu luas.5 UndangUndang Republik Indonesia Nomor
Dalam penelitian ini menggunakan 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit; 6)
pendekatan yuridis normatif, yaitu suatu Kode Etik Kedokteran Indonesia; 7) Kode
penelitian yang berdasarkan pada penelitian Etik Rumah Sakit. Bahan hukum sekunder
kepustakaan guna memperoleh data adalah yang memberikan penjelasan
sekunder di bidang hukum. Adapun terhadap bahan hukum primer, meliputi
digunakannya metode penelitian hukum buku, hasil penelitian, pendapat hukum,
normatif, yaitu melalui studi kepustakaan dokumen-dokumen lain yang ada
adalah untuk menggali asas asas, norma, relefansinya dengan masalah yang diteliti.
teori dan pendapat hukum yang relevan Bahan hukum tersier adalah bahan hukum
dengan masalah penelitian melalui penunjang yang memberikan petunjuk dan
inventarisasi dan mempelajari bahan-bahan pengertian terhadap bahan hukum primer
hukum primer, sekunder, dan tertier. Sumber dan sekunder, meliputi kamus-kamus hukum
Data Bahan hukum primer, yaitu bahan atau kamus bahasa lain. Teknik
hukum yang mempunyaikekuatan mengikat, Pengumpulan Data Seluruh bahan hukum
yaitu berupa peraturan perundangundangan dikumpulkan dengan menggunakan studi
seperti:6 1) UndangUndang Dasar Negara literatur dengan alat pengumpulan data/
Republik Indonesia Tahun 1945; 2) Kitab berupa studi dokumen dar berbagai sumber
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP); 3) yang dipandang relevan.

5
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi, 1986, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: CV. Rajawali), hal. 27
6
Bambang Sunggono, Metodologi Peneliti an Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 116
PEMBAHASAN
A. Tanggung jawab Dokter atas dapat dijerat dalam Pasal 90, Pasal 359,
Tindakan Malpraktek Pasal 360 ayat (1) dan (2) serta Pasal 361
Kesehatan merupakan Hak Azasi Kitab UndangUndang Hukum Pidana.7 Salah
Manusia (HAM) dan merupakan salah satu satunya Pasal 360 KUHP menyebutkan :
unsur dari upaya pemerintah untuk a. Barangsiapa karena kekhilafan
mensejahterahkan masyarakatnya yang menyebabkan orang luka berat, dipidana
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu dengan pidana penjara selama-lamanya satu
demi mewujudkan kesejahteraan umum. tahun.
Dengan tubuh yang sehat maka b. Barang siapa karena kekhilafan
kesejahteraan tersebut akan menjadi lebih menyebabkan orang luka sedemikian
baik lagi. Untuk lebih mewujudkan usaha rupasehingga orang itu menjadi sakit
kesejahteraan tersebut, pemerintah membuat sementara atau tidak dapat menjalankan
suatu aturan yang konkret mengenai jabatan atau pekerjaannya sementara,
kesehatan. Hal ini dilakukan agar tidak dipidana dengan pidana penjara
adanya multi tafsir dari berbagai pihak selamalamanya Sembilan bulan atau pidana
dalam memberikan pemahaman mengenai dengan pidana kurungan selamalamanya
kesehatan mengingat kesehatan tersebut enam bulan atau pidana denda
tidak dapat dilihat dari satu sisi saja akan setinggitingginya empat ribu lima ratus
tetapi dari sisi yang lain juga. Pembentukan rupiah.
perundangundangan di bidang pelayanan Jika berdasarkan pasal-pasal tersebut
kesehatan diperlukan, hal ini dilakukan diatas, jika diterapkan pada kasus.
supaya tindak pidana malpraktek dapat Malpraktek yang dilakukan oleh dokter, ada
dijerat dengan ketentuan yang tegas. Motif 3 unsur yang menonjol yaitu :
yang ada pada pembentuk 1) Dokter telah melakukan kesalahan dalam
perundangundangan untuk menyusun melaksanakan profesinya
peraturan-peraturan mengenai bidang- 2) Tindakan dokter tersebut dilakukan
bidang kehidupan tertentu sangat bervariasi karena kealpaan atau kelalaian
Dalam Kitab Undang-Undang 3) Kesalahan tersebut akibat dokter tidak
Hukum Pidana, pertanggungjawaban pidana mempergunakan ilmu penegtahuan dan
tingkat keterampilan yang seharusnya dilakukan berdasarkan standar profesi
4) Adanya suatu akibat yang fatal yaitu (4) Verminking atau cacat sehingga jelek
meninggalnya pasien atau pasien menderita rupanya.
luka berat.8 Pada pasal 360 memiliki (5) Verlamming (lumpuh) artinya tidak bisa
perbedaan dengan pasal 359, yakni pada menggerakkan anggota badannya.
pasal 359 dijelaskan akibat dari perbuatan (6) Pikirannya terganggu melebihi empat
yang menyebabkan “kematian” orang minggu. Menggugurkan atau membunuh
sedangkan dalam pasal 360 adalah : bakal anak kandungan ibu.
a) Luka berat Di dalam pasal 90 KUHP b) Luka yang menyebabkan jatuh sakit
dijelaskan mengenai luka berat atau luka (ziek) atau terhalang pekerjaan seharihari.
parah yakni :9 (1) Penyakit atau luka yang Sedangkan karena salahnya (kurang hati-
tidak boleh diharap akan sembuh lagi hatinya) menyebabkan orang luka ringan
dengan sempurna atau dapat mendatangkan tidak dikenakan pasal ini. Pasal 361
bahaya maut. Jadi luka atau sakit bagaimana menyatakan:“Jika kejahatan yang
besarnya, jika dapat sembuh kembali dengan diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam
sempurna dan tidak mendatangkan bahaya melakukan sesuatu jabatan atau pekerjaan,
maut itu bukan luka berat. maka hukuman dapat ditambah dengan
(2) Terus menerus tidak cakap lagi sepertiganya dan sitersalah dapat dipecat
melakukan jabatan atau pekerjaan. Kalau dari pekerjaannya, dalam waktu mana
hanya buat sementara saja bolehnya tidak kejahatan itu dilakukan dan hakim dapat
cakap melakukan pekerjaannya itu tidak memerintahkan supaya keputusannya itu
masuk luka berat. Penyanyi misalnya jika diumumkan”.Yang dikenakan pasal ini
rusak kerongkongannya, sehingga tidak misalnya dokter, bidan, ahli-obat, sopir,
dapat menyanyi selama-lamanya itu masuk kusir dokar, masinis yang sebagai orang ahli
luka berat. dalam pekerjaan mereka masing-masing
(3) Tidak lagi memakai (kehilangan) salah dianggap harus lebih berhati-hati dalam
satu pancaindera. melakukan pekerjaannya.

7
Anny Isfandyarie, Op. cit, hal. 6.
8
Sugandhi, 1981, KUHP dan Penjelasannya, (Surabaya: Usaha Nasional), hal 23
9
R.Soesilo , 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor: POLITEIA), hal. 98
Apabila mereka itu mengabaikan dicantumkan pengertian tentang Malpraktek,
peraturanperaturan atau keharusan- namun didalam Ketentuan Pidana pada Bab
keharusan dalam pekerjaannya, sehingga XX diatur didalam Pasal 190 yang berbunyi:
menyebabkan mati (pasal 359) atau luka (1) Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
berat (pasal 360), maka akan dihukum lebih dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan
berat. Sehubungan dengan aturan tindak praktik atau pekerjaan pada fasilitas
pidana malpraktik maka diperlukan pelayanan kesehatan yang dengan sengaja
pembuktian terhadap tindak pidana tidak memberikan pertolongan pertama
malpraktik tersebut. Pembuktian dalam hal terhadap pasien dalam keadaan gawat
malpraktik merupakan upaya untuk mencari darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
kepastian yang layak melalui pemeriksaan 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana
dan penalaran hukum tentang benar tidaknya dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
peristiwa itu terjadi dan mengapa mengapa tahun dan denda paling banyak
peristiwa itu terjadi. Jadi tujuan pembuktian Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
ini adalah untuk mencari dan menemukan (2) Dalam hal perbuatan sebagaimana
kebenaran materil, bukan mencari kesalahan dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
terdakwa. terjadinya kecacatan atau kematian,
Berdasarkan Pasal 184 KUHAP yang pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana
adalah keterangan saksi, keterangan ahli, dengan pidana penjara paling lama 10
surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Berdasarkan Pasal 183 KUHAP hakim dapat satu miliar rupiah
menjatuhkan pidana dengan syarat ada dua Pada pasal 63 UndangUndang
alat bukti yang sah dan keyakinan hakim Nomor 36 Tahun 2009 jelas diatur mengenai
yang diperoleh dari dua alat bukti tersebut upaya penyembuhan penyakit dan upaya
atau sistem pembuktian menurut teori untuk pemulihan kesehatan sebagai tolak
‘negative wetelijk’, karena menggabungkan ukur perbuatan malpraktek menurut
antara unsur keyakinan hakim & unsur alat- ketentuan pidana yang terdapat pada pasal
alat bukti yang sah menurut UU. Didalam 190 diatas.
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan Kesehatan tidak
B. Perlindungan Hukum Bagi Pasien hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen,
Korban Malpraktek dalam Kajian berarti hukum memberikan perlindungan
Hukum Positif di Indonesia terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu
Perlindungan hukum adalah yang mengakibatkan tidak terpenuhinya
memberikan pengayoman kepada hak asasi hak-hak tersebut. 11 Menurut Setiono,
manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan hukum adalah tindakan atau
perlindungan tersebut diberikan kepada upaya untuk melindungi masyarakat dari
masyarakat agar mereka dapat menikmati perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa
semua hakhak yang diberikan oleh hukum yang tidak sesuai dengan aturan hukum,
atau dengan kata lain perlindungan hukum untuk mewujudkan ketertiban dan
adalah berbagai upaya hukum yang harus ketentraman sehingga memungkinkan
diberikan oleh aparat penegak hukum untuk manusia untuk menikmati martabatnya
memberikan rasa aman, baik secara pikiran sebagai manusia.12 Pengertian perlindungan
maupun fisik dari gangguan dan berbagai menurut ketentuan Pasal 1 butir 6 Undang-
ancaman dari pihak manapun.10 Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan hukum adalah perlindungan Perlindungan Saksi dan Korban menentukan
akan harkat dan martabat, serta pengakuan bahwa perlindungan adalah segala upaya
terhadap hak-hak asasi manusia yang pemenuhan hak dan pemberian bantuan
dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi
ketentuan hukum dari kesewenangan atau dan/atau Korban yang wajib dilaksanakan
sebagai kumpulan peraturan atau kaidah oleh LPSK atau lembaga lainnya sesuai
yang akan dapat melindungi suatu hal dari dengan ketentuan Undang-Undang ini.

10
Satjipto Rahardjo. 1983, Permasalahan Hukum di Indonesia, (Bandung: Alumni), hal. 74.
11
Philipu M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, (Surabaya: Bina Ilmu), hal. 25
12
Setiono, 2004, Rule of Law (Supremasi Hukum). (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret), hal. 3
PENUTUP
A. Kesimpulan harus membayar ganti rugi
1. Perlindungan hukum merupakan (schadevergoeding). Dalam Undang-Undang
pengayoman atas hak asasi seseorang yang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
dirugikan oleh orang lain dan perlindungan Konsumen tidak diatur dengan jelas
tersebut diberikan kepada masyarakat agar mengenai pasien atau korban malpraktek,
mereka dapat menikmati semua hakhak yang tetapi pasien atau korban malpraktek dalam
diberikan oleh hukum. Dalam hukum hal ini juga merupakan seorang konsumen.
perdata Pada hakikatnya ada 2 (dua) bentuk 4. Perlindungan hukum terhadap korban
pertanggungjawaban dokter dalam hukum malpraktek kedokteran sebagai konsumen
perdata sebagai bentuk perlindungan dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 19 Ayat
terhadap pasien jika terjadi malpraktek. (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.
2. Pertanggungjawaban yang dapat digugat Berdasarkan ketentuan Pasal 19 Ayat (1)
oleh pasien korban malpraktek terhadap UU Perlindungan Konsumen, kerugian yang
dokter itu, adalah pertanggungjawaban atas diderita korban malpraktek sebagai
kerugian yang disebabkan karena konsumen jasa akibat tindakan medis yang
wanprestasi (prestasi yang buruk) dalam dilakukan oleh dokter sebagi pelaku usaha
perjanjian terapeutik dan jasa dapat dituntut dengan sejumlah ganti
pertanggungjawaban atas kerugian yang rugi.
disebabkan oleh perbuatan melawan hukum 5. Bentuk perlindungan hukum terhadap
(onrechtmatige daad) oleh dokter, yaitu korban malpraktek kedokteran yang diatur
perbuatan yang bertentangan dengan dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009
kewajiban profesi. Korban malpraktek dapat tentang Kesehatan, yaitu berupa pemberian
menggugat dokter atas perbuatannya dalam hak kepada korban malpraktek untuk
pelaksanaan perjanjian terapeutik menuntut pertanggungjawaban dokter yang
berdasarkan Pasal 1366 KUH Perdata. melakukan malpraktek kedokteran,
3. Pertanggungjawaban seorang dokter yang memberikan ganti rugi atas kerugian yang
telah melakukan malpraktek dapat dilihat timbul karena kesalahan maupun kelalaian
dalam Pasal 1367 BW yang membawa dokter, baik melalui gugatan ganti rugi
akibat bahwa yang bersalah (yaitu yang secara perdata maupun penggabungan
menimbulkan kerugian pada pihak lain) penuntutan
hukum pidana dan gugatan ganti rugi dalam Kedokteran Indonesia (MKDKI) untuk
proses hukum pidana ke pengadilan. bentuk mengeluarkan keputusan menjatuhkan
perlindungan hukum terhadap korban sanksi disiplin kepada dokter yang terbukti
malpraktek kedokteran yang diatur dalam bersalah.
Undang-Undang No. 29 Tahun 2009, yaitu
berupa pemberian hak kepada korban B. Saran
malpraktek untuk melakukan upaya hukum Diharapkan pemerintah selalu memberikan
pengaduan kepada Ketua Majelis perlindungan hukum bagi korban
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, malpraktek yang dilakukan oleh dokter dan
yang dapat juga secara bersamaan melaksanakan semua produk aturan yang
melakukan upaya hukum secara hukum mengatur tentang perlindungan hukum bagi
pidana maupun hukum perdata ke korban, salah satunya mengupayakan gani
pengadilan serta pemberian wewenang rugi kepada korban malpraktek.
kepada Majelis Kehormatan Disiplin

DAFTAR PUSTAKA
Anny Isfandyarie, 2005, Malpraktek dan Dokter Dalam Malpraktek,
Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Surakarta: FHUI Universitas
Pidana, (Jakarta: Prestasi Pustaka) Sebelas Maret)
Adami Chazawi, 2007, Malpraktik Agus Gufron (ed), 2006, Tanggungjawab
Kedokteran, (Malang: Bayumedia), Hukum dan Sanksi bagi Dokter, Jilid
Amir Illyas, 2010, Hukum Korporasi Rumah II, (Jakarta : Prestasi Pustaka), Cet.
Sakit, (Makassar: Rangkang ke-1,
education) Ahmadi Sofyan (ed), 2005, Malpraktek Dan
Amri Amir, 1997, Bunga Rampai Hukum Resiko Medik Dalam Kajian Hukum
Kesehatan, (Jakarta: Widya Medika), Pidana, (Jakarta : Prestasi Pustaka)
Cet. ke-1 Barda Nawawi Arief, 2001, Masalah
Agus Irianto, 2006, Analisis Yuridis Penegakan Hukum dan Kebijakan
Kebijakan Pertanggungjawaban
Penanggulangan Kejahatan, Oemar Seno Adji, 1991, Etika Profesional
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti) dan Hukum Pertanggungjawaban
C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, Pidana Dokter : Profesi Dokter,
2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana, (Jakarta : Erlangga),
(Jakarta: PT Pradnya Paramitha) R. Abdoel Djamali, 2006, Pengantar Hukum
Danny Wiradharma, 1996, Hukum Indonesia, (Jakarta, PT Raja
Kedokteran, (Jakarta: Binarupa Grafindo Persada)
Aksara Safitri Hariayani, 2005, Sengketa Medik
Dewi Setyowati (ed), 2007, Batas Alternatif Penyelesaian Perselisihan
Pertanggungjawaban Hukum Antara Dokter Dengan Pasien.
Malpraktik Dokter Dalam Transaksi (Jakarta : Diadit Media).
Terapeutik, (Surabaya : Srikandi, Soeparto, Pitono,dkk, 2008, Etik Dan
Cet. ke1), Hukum Dibidang Kesehatan,
Huriawati Hartanto (ed), 2007, Dinamika (Surabaya: Airlangga University)
Etika Dan Hukum Kedokteran S. Soetrisno, 2010, Malpraktek Medik Dan
Dalam Tantangan Zaman, (Jakarta : EGC), Mediasi Sebagai Alternatif
Cet. ke-1 Penyelesaian Sengketa, (Tangerang:
Hermien Hadiati, 1983, Hukum dan Masalah Penerbit PT Telaga Ilmu Indonesia)
Medik, (Surabaya: Airlangga Sugandhi, 1981, KUHP dan Penjelasannya,
University Press) (Surabaya: Usaha Nasional)
M.Yusuf Hanafiah dan Amri Amir, 1999, Syahrul Machmud, 2008, Penegakan Hukum
Etika Kedokteran Dan Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi
Kesehatan, (Jakarta: Kedokteran Dokter Yang Diduga Melakukan
EGC) Medikal Malpraktek, ( Bandung:
Moeljatno, 2007, Kitab UndangUndang Penerbit Mandar Maju)
Hukum Pidana, (Jakarta: Bumi Philipu M. Hadjon, 1987, Perlindungan
Aksara) Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia,
Nonny Yogha Puspita (ed), 2006, (Surabaya: Bina Ilmu),
Tanggugjawab Hukum Dan Sanksi Wila Chandrawila Supriadi, 2001, Hukum
Bagi Dokter, Jilid I, (Jakarta : Kedokteran, (Bandung: Mandar
Prestasi Pustaka), Maju)

Anda mungkin juga menyukai