Anda di halaman 1dari 17

PERLINDUNGAN HUKUM PROFESI DOKTER DALAM

PENYELESAIAN SENGKETA MEDIS

dr. Setyo Trisnadi


Dekan Fakultas Kedokteran Unissula Semarang
Setyotrisnadi_unissula@yahoo.com

Abstract
This study aims to explore the analysis of the application of legal protection and its
weaknesses in the settlement of medical disputes between physicians and patients today.
Descriptively analytical and empirical juridical approaches, and using constructivism paradigm,
it is hoped that the authors can describe various primary and secondary data to reconstruct
the legal protection of the physician profession in the settlement of medical dispute between
physicians and patients based on the value of justice. In the resolution of medical disputes
between physicians and patients as set forth in Article 50 of Law No. 29 of 2004 on Medical
Practice and Article 57 Law No. 36 Years of Health Personnel has not fully provided protection
for doctors, because in practice the handling of alleged malpractice cases by the police
investigator will certainly use the procedures or procedures in the KUHAP as a reference,
this is because the Law does not regulate how to be in the event of suspicion that doctors
violate articles In UUPK. The Government and House of Representatives are expected to
make improvements to Law No. 29 of 2004 on Medical Practice, by making regulations on
“procedural arrangements” ranging from inquiry, investigation, prosecution if necessary to
verdict.

Abstrak
Studi ini bertujuan untuk menggali analisa dalam penerapan perlindungan hukum dan
kelemahan-kelemahannya dalam penyelesaian sengketa medis antara dokter dan pasien saat
ini. Secara deskriptif analitis dan pendekatan yuridis empiris,serta menggunakan paradigm
konstruktivisme, diharapkan penulis dapat menguraikan berbagai data primer maupun sekunder
guna merekonstruksi perlindungan hukum profesi dokter dalam penyelesaian sengketa medis
antara dokter dan pasien yang berbasis nilai keadilan. Dalam penyelesaian sengketa medis
antara dokter dan pasien sebagaimana tertuang dalam Pasal 50 Undang-Undang No. 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran dan Pasal 57 Undang-Undang No. 36 Tahun tentang Tenaga
Kesehatan belum sepenuhnya memberikan perlindungan bagi dokter, karena dalam praktiknya
penanganan kasus dugaan malpraktik oleh penyidik kepolisian tentunya akan menggunakan
tatacara atau prosedur yang ada di KUHAP sebagai acuannya, ini dikarenakan UUPK tidak
mengatur bagaimana beracaranya apabila ada dugaan dokter melanggar pasal-pasal dalam
UUPK. Pemerintah dan DPR diharapkan dapat melakukan penyempurnaan terhadap Undang-
Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dengan dibuatnya peraturan tentang
“tatacara beracara” mulai dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan jika diperlukan dengan
sampai putusan.

A. Pendahuluan event digeneralisasi adalah malpraktik, 1 hal


Dalam hubungan terapeutik (professional ini dipengaruhi oleh faktor internal maupun
conduct), sengketa medis di Indonesia dipicu
1
Breen, J, K et.al, 2010, Good Medical Practice
oleh adverse event (kejadian tidak diharapkan) Professionalism, Ethics And Law, Cambridge
dan menjadi opini bahwa setiap adverse University Press, New york, h. 49.

Perlindungan Hukum Profesi Dokter Jurnal Pembaharuan Hukum


24 Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Dr. Setyo Trisnadi
eksternal pasien. Kasus dugaan malpraktik specialis yang bisa mengabaikan Pasal 359
yang dilaporkan ke Konsil Kedokteran Indonesia dan Pasal 360 KUHP. Selain itu pasal dalam
kurun waktu tahun 2006-2015 sebanyak 317 UU Praktik Kedokteran yang mengkriminalkan
kasus, 114 diantaranya adalah dokter umum, dokter melakukan praktik perobatan di bawah
disusul dokter bedah 76 kasus, dokter obsgyn standar juga perlu direkonstruksi, kebijakan
(spesialis kandungan) 56 kasus dan dokter dalam pasal tersebut berupa delik formiel (bukan
spesialis anak 27 kasus. 2 Di wilayah IDI Jawa delik materiel) yang dirasa berat bagi dokter.
Tengah selama tahun 2011-2014 sebanyak 6 Perlindungan hukum profesi dokter sudah
kasus, diantaranya adalah dugaan malpraktik diatur dalam undang-undang, yaitu: Pasal 50
di RSU Santa Maria Pemalang. Proposisi UUPK, dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
ini didasarkan pada doktrin hukum kelalaian praktik kedokteran mempunyai hak: memperoleh
(doctrine of negligence) yaitu res ipsa loquitur perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
atau “the thing speaks for itself”.3 Doktrin ini tugas sesuai dengan standar profesi dan standar
hanya berlaku dan tepat penerapannya hanya prosedur operasional. Akan tetapi terdapat juga
untuk lapangan hukum perdata dengan konsep kriminalisasi profesi dokter dalam Pasal 76 dan
tanpa pembuktian atas terjadinya kelalaian atau pasal pidana lainnya UUPK “Setiap dokter atau
kesalahan perihal perbuatan melawan hukum dokter gigi yang dengan sengaja melakukan
(onrechtmatige daad) antara pasien sebagai praktik kedokteran tanpa memiliki surat izin
penggugat atas kesalahan dari dokter sebagai praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
tergugat.4 36 dipidana dengan pidana penjara paling
Persoalannya sekarang ialah, apakah lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak
kelalaian dalam menjalankan praktik perobatan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”. 5 Pasal
dapat dikatagorikan sebagai medico-crime? 359 KUHP berbunyi “Barang siapa karena
Jawabannya terpulangkan kepada kita semua. kealpaannya menyebabkan matinya orang
Tetapi yang jelas di negara-negara common lain, diancam dengan pidana penjara paling
law (negara yang hukumnya selain statute lama lima tahun atau kurungan paling lama
law juga common law) tidak memidanakan satu tahun”. 6
dokter yang melakukan kelalaian dalam Penelitian ini bertujuan untuk Untuk
melaksanakan praktik perobatan. Jika kita menganalisis penerapan per lindungan hukum dan
hendak meniru negara common law maka kelemahan-kelemahan penerapan perlindungan
perlu ada undang-undang yang bersifat lex hukum profesi dokter dalam penyelesaian
2
Untuk beberapa kasus malpraktek dokter di sengketa medis antara dokter dan pasien saat
Indonesia dapat dilihat di http://www.merdeka.com/
ini. Selain itu penelitian ini juga menganalisa
peristiwa/5-kasus-malpraktek-dalam-dunia-kedokteran.
html, diakses 5 Desember 2014 mengenai rekonstruksi perlindungan hukum
3
“Strict liability is absolute legal responsibility for profesi dokter dalam penyelesaian sengketa
an injury that can be imposed on the wrongdoer medis antara dokter dan pasien yang berbasis
without proof of carelessness or fault”, lihat http://
legal-dictionary.thefreedictionary.com/Strict+Liability, nilai keadilan.
diakses 5 Desember 2014. Metodologi deskriptif analitis digunakan
4
Dalam Black Law’s dictionary dikatakan bahwa sebagai pisau analisa guna menjelaskan gambaran
:“Res ipsa loquitur is an appropriate form of
circumstantial evidence enabling the plaintiff in
tentang rekonstruksi hukum pelindungan
particular cases to establish the defendant›s likely profesi dokter dalam penyelesaian sengketa
negligence. Hence the res ipsa loquitur doctrine, medis. Melalui pendekatan yuridis empiris
properly applied, does not entail any covert form of dan menggunakan paradigm konstruktivisme,
strict liability ... The doctrine implies that the court
does not know, and cannot find out, what actually diharapkan penulis dapat menguraikan berbagai
happened in the individual case. Instead, the finding data primer maupun sekunder diolah dan dianalisa
of likely negligence is derived from knowledge of the guna merekonstruksi perlindungan hukum profesi
causes of the type or category of accidents involved.”
Restatement (Third) of Torts § 15 cmt. a (Discussion
dokter dalam penyelesaian sengketa medis
Draft 1999), Black›s Law Dictionary, Bryan A. Garner 5
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Editor in Chief Ninth Edition, 2009, st. Paul. MN : Kedokteran.
West Pubushing. Co, h. 1425. 6
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Jurnal Pembaharuan Hukum Pengaruh Pembangunan di Era Globalisasi Terhadap Pemenuhan


Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat 25
Setyo Utomo
antara dokter dan pasien yang berbasis nilai B. Pembahasan
keadilan. Sehingga pandangan yang semula 1. Kajian Hubungan Terapeutik dan
menggeneralisasi semua tindakan dokter, Aspek Hukum.
dikonstruksi kembali dengan prinsip, standar, Hubungan terapeutik yaitu suatu
aturan sehingga dokter yang berstandar harus hubungan paternalistik/kekeluargaan atas
dilindungi juga pasien terlindungi. dasar kepercayaan, hubungan seperti itu
Studi kepustakaan dan obeservasi terhadap memiliki hubungan komparatif dibanding
berlakunya UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang model hubungan yang didasarkan atas
Praktik Kedokteran, serta wawancara mendalam prinsip-prinsip hukum semata. Hubungan
digunakan penulis untuk mengumpulkan data terapeutik sebagai hubungan kontraktual
pendukung penelitian. Wawancara mendalam yang menghasilkan perikatan antara
dengan sample dengan prinsip snowball, penyedia dan penerima jasa layanan medis,
dengan metode penentuan sampel penelitian penyedia layanan medis wajib memberikan
berdasarkan purposive non random sampling : prestasinya sedangkan penerimanya wajib
Ketua IDI, Direktur Rumah Sakit Umum Santa memberikan kontra-prestasi, secara khusus
Maria Pemalang, Dokter Tergugat, Keluarga maka akan berlaku jenis perikatan yang
pasien/masyarakat, Kepolisian Resor Pemalang, lazim yaitu inspaning verbintenis dimana
Pengadilan Negeri Pemalang. dokter hanya dituntut untuk memberikan
Seluruh data yang telah berhasil peneliti prestasinya berupa “upaya medis” yang
kumpulkan baik data primer maupun sekunder layak berdasar teori kedokteran.
akan dilakukan editing, koding serta penyajian Jika terjadi konflik antara penyedia jasa
data. Editing dilakukan peneliti dengan tujuan layanan medis dan penerimanya sekarang
apakah data yang terkumpul sudah memenuhi ini banyak orang memilih hukum sebagai
harapan dan sesuai dengan yang diharapkan acuan sebab hukum memiliki konsep yang
oleh peneliti. Dari editing kemudian dilakukan jelas, instrumen yang memadai serta memiliki
koding yaitu memisahkan data sesuai dengan kekuatan guna melaksanakan keputusannya.
kategori untuk mempermudah dalam melakukan Hanya saja penyelesaian lewat jalur hukum
klarifikasi.Model klasifikasi yang peneliti sangat birokratik, membutuhkan waktu
gunakan adalah Mattew B.Milles and A. Michael lama dan biaya yang tidak sedikit. Bentuk
Huberman, yakni model yang bergerak dalam penyelesaiannya pun sangat kaku dan
3 siklus kegiatan yaitu reduksi data, penyajian kadang dapat menyakitkan salah satu atau
data dan penarikan simpulan atau verifikasi. bahkan kedua belah pihak. Oleh sebab itu
Setelah data disajikan kemudian dilakukan hendaknya jalur hukum dipikirkan sebagai
rekonstruksi serta menganalisanya secara pilihan terakhir setelah upaya lainnya tidak
kualitatif induktif untuk menjawab permasalahan memuaskan.
yang terjadi pokok bahasan dalam penelitian
ini7. Guna mengetahui kevalidan data dalam 2. Kajian Hubungan Terapeutik Dari
penelitian ini akan ditempuh validasi dengan Aspek Etik.
cara triangulasi data yaitu cek silang antara Etika normatif menciptakan dua teori
data yang satu dengan data yang lain baik yaitu teori teleologi dan teori deontologi.9Teori
yang diperoleh dari hasil studi pustaka dari deontologi adalah teori tentang kewajiban,
literature, observasi dan wawancara 8. merupakan cabang ilmu etika berguna untuk
etika profesional para pekerja medis. Etika ini
diarahkan untuk menjamin hasil maksimum
7
Mattew B. Milles and A. Michael Huberman, 2009, pengobatan. Sedangkan, teleologi adalah
Analisis Data Kwalitatif, Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru, Penerjemah : Tjetjep Rohendi
ilmu tentang hubungan dengan Ilahi (atau
Rohidi, UI Press, Jakarta, h. 43. ideal, atau kekal tak berubah) dengan dunia
8
Tohir M, 2007, Memahami Kebudayaan , Teori, fisik. Kumpulan ajaran mana saja disusun
Metodologi, dan Aplikasi, Fasindo Press, Semarang,
h. 68-71. 9
H.A.M.J. ten Have, Op.cit, h. 29.

Perlindungan Hukum Profesi Dokter Jurnal Pembaharuan Hukum


26 Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Dr. Setyo Trisnadi
secara koheren menyangkut hakekat Allah Adapun hadis yang berbicara tentang
dan hubungan-Nya dengan manusia dan takdir diantaranya adalah :
alam semesta. Usaha sistematis untuk Hadis riwayat Turmuzi No. 2294 :
menyajikan, menafsirkan, dan membenarkan
secara konsisten dan berarti, keyakinan akan ‫ى َح َّدثـَنَــا َعْبـ ُـد اللَّـ ِـه‬ُّ ‫صـ ِر‬
ْ َ‫ـاد بْـ ُـن َْيـ َـى الْب‬ُ ‫ـاب ِزيَـ‬ ِ ‫الَطَّـ‬ ْ ‫َح َّدثـَنَــا أَبـُـو‬
Allah.10 Ketetapan Allah (takdir Allah) atas ‫ـون َعـ ْـن َج ْع َفـ ِر بْـ ِن ُمَ َّمـ ٍـد َعـ ْـن أَبِيـ ِـه َعـ ْـن َجابِـ ِر بْـ ِن َعْبـ ِـد‬ ٍ ‫بــن ميمـ‬
ُ َْ ُ ْ
segala makhluknya yang pasti terjadi dan tidak
ِ
‫ـول اللَّــه صلــى اهلل عليــه وســلم « الَ يـُْؤمـ ُـن‬ ِ ُ ‫ـال َر ُسـ‬ َ ‫اللَّـ ِـه قَـ‬
َ ‫ـال قَـ‬
bisa dihindari oleh manusia jika waktunya
telah tiba, akan tetapi dalam menghadapi
ُ‫َصابَــه‬ َ ‫َن َمــا أ‬ َّ ‫َعْبـ ٌد َحـ َّـى يـُْؤِمـ َـن بِالْ َقـ َـد ِر َخـ ِْـرِه َو َشـِّـرِه َحـ َّـى يـَْعلَـ َـم أ‬
ketetapan tersebut, manusia masih diberikan ِ ‫َن مــا أَخطَـأَه َل ي ُكــن لِي‬ ِ ِ
kebebasan untuk memilih mana yang terbaik
» ُ‫صيبَــه‬ ُ ْ َ ْ ُ ْ َ َّ ‫َلْ يَ ُكـ ْـن ليُ ْخطئَــهُ َوأ‬
bagi diri mereka. Artinya :
Oleh karena itu, permasalahan takdir Dari Jabir bin Abdullah berkata :
tidak bisa dilepaskan dari ketetapan Allah dan Rasulullah SAW bersabda :”Tidaklah
pilihan manusia. Karena dalam melaksanakan beriman seseorang diantara kamu
ketetapannya, Allah selalu memberikan sebab- sebelum ia beriman kepada takdir
sebab yang alamiah yang bisa diterima akal yang baik dan yang buruk. Sehingga
manusia, walaupun terkadang tidak sesuai ia mengetahui bahwa apa saja yang
dengan apa yang ada di dalam pikiran dan ditetapkan akan menimpanya, pasti
harapan manusia. Adapun macam-macam tidak akan meleset darinya. Dan apa
takdir, menurut sebagian besar ulama, terbagi saja yang ditetapkan meleset darinya,
dua macam, yaitu : Takdir Mubram dan Takdir pasti tidak akan menimpanya”.
Mu’allaq. Takdir mubram adalah ketetapan Padahal, segala yang terjadi dalam
Allah atas makhluknya yang mana tidak ada hidup manusia sudah ada jalannya
kemampuan dari makhluk tersebut untuk sendiri-sendiri. Hal ini sudah
menghindarinya. Dalam hal ini, takdir seperti dijelaskan dala Al Qur’an Surah al
ini lebih sering penulis sebut sebagai Qadha Hadid ayat 22 :
Allah. Artinya, takdir jenis ini adalah kehendak
mutlak dari Allah, semua makhluknya ‫ض َوَل ِف أَنـُْف ِس ـ ُك ْم إَِّل ِف‬ِ ‫صيبَـ ٍـة ِف ْال َْر‬ ِ ‫مــا أَصــاب ِمــن م‬
ُ ْ َ َ َ
ِ ِ ِ
suka atau tidak suka harus menerimanya. َّ
ٌ‫ـك َعلَــى اللــه يَســر‬ َ ‫ـاب ِمـ ْـن قـَْبـ ِـل أَ ْن نـَبـَْرأ ََهــا إ َّن َذلـ‬
ِ ٍ ‫كِتَـ‬
Contohnya antara lain: kematian, menderita
sakit. Sedangkan takdir yang kedua adalah Artinya :
takdir mu’allaq, yaitu ketetapan Allah yang “Tiada suatu bencanapun yang terjadi
berlaku pada makhluknya sesuai dengan apa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
yang dilakukannya di dunia sesuai dengan sendiri melainkan telah tertulis dalam
kemampuannya sendiri.  Segala ketetapan Kitab (Lauhul Mahfudz) sebelum kami
Allah yang terjadi pada diri manusia sesuai menciptakannya. Sesungguhnya yang
dengan apa yang mereka pilih dalam hidup demikian itu adalah mudah bagi Allah”.
mereka, segala sesuatu yang terjadi pada Dari uraian di atas dapatlah diambil
diri manusia yang berkaitan dengan masa hikmah bahwasanya takdir tidak
depan mereka adalah takdir mu’allaq ini. Apa hanya sebuah ketetapan yang tidak
yang sering dipasrahkan oleh mereka adalah bisa dirubah. Tetapi takdir adalah
takdir yang seperti ini. Contohnya adalah kesepakatan bersama antara Allah
ilmu pengetahuan kedokteran, kemampuan, dan manusia di dalam mengatur
keahlian (skill) medis, dan sebagainya. 11 kehidupan, kesehatan. Saling
memberi dan saling menghargai serta
10
Ibid, h. 1090. Gambar etika diunduh dari http:// saling mencintai antara satu dengan
wordpress.com/2012/10/21/bisnis-dan-etika/,21
Desember 2014. yang lainnya tentu akan menciptakan
11
Hasyim, 1983, Umar, Mencari Takdir, Penerbit hubungan yang harmonis antara
Ramadhani, Solo, hal. 74

Jurnal Pembaharuan Hukum Pengaruh Pembangunan di Era Globalisasi Terhadap Pemenuhan


Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat 27
Setyo Utomo
manusia dan Tuhannya, sehingga ini tidak harus dipandang sebagai hal yang
takdir yang tadinya menjadi sesuatu luar biasa sehingga tidak perlu disikapi secara
yang kelihatan jelek, menjadi berlebihan. Dilihat dari sisi positifnya justru
suatu nikmat yang didapatkan dari konflik atau sengketa dapat meningkatkan
mahklukNya 12 . kreatifitas, inovasi, intensitas upaya, kohesi
kelompok serta mengurangi ketegangan.
3. Kajian Disiplin Ilmu Kedokteran. Dunia kedokteran dan perumahsakitan
Yang dimaksud disiplin kedokteran adalah juga harus bersikap jujur karena pada
kepatuhan menerapkan aturan-aturan/ kenyataannya masih banyak kelemahan
ketentuan penerapan keilmuan kedokteran dan kekurangan dalam melaksanakan
dalam pelaksanaan pelayanan kedokteran. tatakelola klinik yang baik (good clinical
Lebih khusus, kepatuhan menerapkan kaidah- governance), disamping belum secara
kaidah penatalaksanaan medis (asuhan sempurna mampu memenuhi prinsip-
medis) mencakup antara lain, menegakkan prinsip dalam merancang sistem pelayanan
diagnosis, melakukan tindakan pengobatan, kesehatan yang lebih aman (safer health
dan menetapkan prognosis. Hal tersebut care system) guna mencegah atau setidak-
dilakukan dengan menggunakan indikator tidaknya mengurangi terjadinya adverse
yang memenuhi standar. Indikator-indikator events (kejadian yang tidak diharapkan).
tersebut meliputi, Standar kompetensi, Dokter adalah bagian dari masyarakat, dan
Standar pelayanan, Standar perilaku etis, sebagai anggota masyarakat mereka dapat
Standar asuhan medis, dan Standar klinis. melakukan tindak pidana biasa (everyday
Kongkritnya dokter dalam melaksanakan crime); seperti mencuri, menipu, menganiaya,
praktik kedokteran, harus dilakukan sesuai memperkosa dan lain sebagainya. Selain itu
dengan standar pelayanan, standar profesi dokter juga sebagai professional (pemangku
dan standar prosedur operasional. Hal amalan perobatan) sehingga mereka dapat
tersebut dilakukan agar dokter dalam pula melakukan tindak pidana sudah dalam
melaksanakan profesinya menerapkan konteks hubungan dokter-pasien dalam
standar-standar yang sudah diatur dalam bidang kedokteran atau seputar pelaksanaan
norma disiplin, sebaliknya apabila dokter tidak tindakan kedokteran (medico crime), yang
melaksanakan standar-standar dalam norma terdiri dari:
disiplin saat melakukan praktik kedokteran a) Medico-patient crime (tindak pidana
dapat dikategorikan sebagai pelanggaran yang dilakukan terhadap pasiennya,
norma disiplin sebagaimana yang tertuang contoh: mengambil handphone ketika
dalam Pasal 55 UUPK. pasiennya sedang tidur) dan
b) Medico-professional crime (tindak
4. Kajian Sengketa Medis/Malpraktik pidana dengan menggunakan ilmu
Medis dan Tindak Pidana Oleh Dokter. dan ketrampilan medisnya, seperti
Konflik atau sengketa diartikan sebagai euthanasia atau melakukan tindakan
ketidaksesuaian paham atas situasi tentang medis yang tidak berdasarkan medical
pokok-pokok pikiran tertentu atau karena indication demi mendapatkan uang
adanya antagonisme-antagonisme emosional. lebih banyak). 13
Konflik juga dapat diartikan sebagai bentuk 5. Kajian Perlindungan Hukum
sublimasi dari logika-logika (mengenai Profesi Dokter.
sesuatu hal atau masalah) yang tidak sejalan, Menurut Mochtar Kusumaatmadja,
berseberangan atau saling bertentangan. Pengertian hukum yang memadai harus
Maka berbagai konflik yang melanda dunia tidak hanya memandang hukum itu sebagai
kedokteran dan perumahsakitan kita sekarang 13
Garwood-Gowers, A, Wheat, K, Tingle, J, 2005.,
12
https://seanochan.wordpress.com/2013/04/19/hadis- Contemporary Issues in Healthcare Law and Ethics,
tentang-takdir/. Diakses 18 Agustus 2016. Reed Elsevier

Perlindungan Hukum Profesi Dokter Jurnal Pembaharuan Hukum


28 Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Dr. Setyo Trisnadi
suatu perangkat kaidah dan asas-asas Pasal 45 Undang-Undang Rumah Sakit
yang mengatur kehidupan manusia dalam ayat (1) menjelaskan bahwa pasien berhak
masyarakat, tapi harus pula mencakup menolak atau menghentikan pengobatan.
lembaga (institusi) dan proses yang Pasien yang menolak pengobatan karena
diperlukan untuk mewujudkan hukum itu alasan finansial harus diberikan penjelasan
dalam kenyataan.14 Pengertian perlindungan bahwa pasien berhak memperoleh jaminan
hukum adalah suatu perlindungan yang dari pemerintah.
diberikan terhadap subyek hukum dalam Atas dasar ketentuan tersebut dapat
bentuk perangkat hukum baik yang bersifat diuraikan bahwa, perlindungan hukum
preventif maupun yang bersifat represif, baik bagi Rumah Sakit (dokter) merupakan
yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan hak bagi Rumah Sakit dalam kedudukan
kata lain perlindungan hukum sebagai suatu hukumnya sebagai subyek hukum (recht
gambaran dari fungsi hukum., yaitu konsep persoon), yang melakukan hubungan hukum
dimana hukum dapat memberikan suatu dengan pihak lain, yaitu pasien. Sebagai
keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan
dan kedamaian.15 yang tugas pokoknya melayani masyarakat
Dalam pandangan Philipus M. Hadjon, dalam lingkungan hukum publik, yang artinya
konteks negara hukum Indonesia yang dijadikan pula membantu pemerintah dalam pelayanan
dasar untuk membangun landasan bernegara publik, maka sudah selayaknya Rumah Sakit/
berdasarkan Pancasila haruslah memberikan dokter mendapatkan perlindungan hukum.
perlindungan hukum terhadap warga negara
masyarakatnya sesuai dengan nilai-nilai 6. Kajian Perlindungan Hukum Berbasis
Pancasila. Perlindungan hukum berdasarkan Nilai Keadilan.
Pancasila merefleksikan pengakuan dan Profesi kedokteran atau profesi dokter
perlindungan hukum terhadap harkat dan merupakan sebuah profesi yang luhur (noble
martabat manusia atas dasar nilai Ketuhanan profession), yang dalam pengabdiannya
Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Persatuan, lebih mengutamakan kepentingan orang lain
Permusyawarakatan dan Keadilan sosial. dan masyarakat (altruistic). Oleh sebab itu
Nilai-nilai Pancasila melahirkan pengakuan menganjurkan agar profesi yang luhur tersebut
dan perlindungan hak asasi manusia dalam dipercayakan hanya kepada orang-orang
wadah negara kesatuan yang menjunjung yang sopan, terhormat, dan memiliki jiwa
tinggi semangat kekeluargaan dalam mencapai paternalistik. Profesi itu sendiri,17 merupakan
kesejahteraan bersama. Oleh sebab itu, hal sebuah pekerjaan yang dicirikan memiliki
penting yang perlu dikemukakan yaitu asas Knowledge, Cleverness, Devotion; dan Purity
kerukunan berdasarkan kekeluargaan.16 Jadi, (physic and mind).
perlindungan hukum berawal dari kepentingan Knowledge merupakan ciri terpenting
atas penghargaan terhadap individu agar dari profesi disebabkan knowledge inilah
supaya tidak dilanggar hak dan kewajibannya. yang akan membimbing profesional di bidang
Dalam konteks ke Indonesiaan, perlindungan kesehatan (seperti: dokter, dokter gigi,
individu adalah pengakuan dan perlindungan perawat, dan bidan) menuju ke suatu tingkat
hak asasi yang berdasarkan pada nilai-nilai kompetensi dan norma tertentu sehingga
Pancasila. mereka mampu melaksanakan tugas dan
pengabdiannya dengan benar. Sudah barang
14
Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2011, tentu knowledge yang dipersyaratkan pada
Pengkajian Hukum Tentang Perlindungan Hukum zaman Charaka Samhita adalah pengetahuan
Bagi Upaya Menjamin Kerukunan Umat Beragama,
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia,
tentang tetumbuhan (herbal) yang berkhasiat
Jakarta, h. 15. 17
Jonsen, A, R, Siegler, M, Winslade, W, J, 2006,
15
Ibid. Clnical Ethics, A Practical Approach to Ethical
16
Hadjon P. M. , 1987, Perlindungan Hukum Bagi Decision in Clinical Medicine, McGraw-Hill Medical
Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya,h. 84. Publishing Division, New York, h. 1-11.

Jurnal Pembaharuan Hukum Pengaruh Pembangunan di Era Globalisasi Terhadap Pemenuhan


Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat 29
Setyo Utomo
sebagai obat. Cleverness merupakan ciri Perlindungan hukum profesi dokter
penting lainnya dari profesi di bidang amalan dalam penyelesaian sengketa medis
perobatan sebab dalam mengatasi berbagai menurut Sila Ke 4 dan Ke 5 Pancasila; dan
macam problem kesehatan diperlukan menurut Pasal 28 G dan Pasal 28 H UUD
kecerdasan, ketrampilan, dan kecekatan. Negara Republik Indonesia 1945 merupakan
Devotion juga merupakan ciri profesi yang penjabaran dari HAM. Hak Asasi Manusia
tidak kalah penting, dan ia diperlukan adalah seperangkat hak yang melekat
sebab dengan jiwa pengabdian yang pada hakikat dan keberadaan manusia
tulus atas dasar kemanusiaan maka para sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
profesional di bidang amalan perobatan akan dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
memperoleh arahan dalam melaksanakan dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
pengabdiannya. Purity (physic and mind) oleh negara, hukum, dan setiap orang demi
merupakan ciri terakhir yang diperlukan kehormatan pemerintah serta perlindungan
dalam profesi di bidang amalan perobatan harkat dan martabat manusia sebagaimana
sebab dengan penampilan fisik yang bersih didapat dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 39
(yang melambangkan kesucian) disertai Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
pikiran yang jernih pula maka pasien dan Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia
masyarakat akan menaruh kepercayaan. (HAM) yang fundamental dan tak ternilai
Profesi mensyaratkan adanya kompetensi demi terlaksananya HAM yang lain menurut
(“the condition of being capable” atau “the Komentar Umum No. 14 Komite Ekonomi
capacity to perform task and role”) agar Sosial Budaya PBB). Dijelaskan juga pada
pemangku profesi dapat melaksanakan Pasal 25 ayat (1) Deklarasi Universal HAM
peran, tugas, dan tanggungjawabnya bahwa setiap manusia mempunyai hak
dengan baik dan benar. Dalam kaitannya atas standar kehidupan yang cukup bagi
dengan profesi di bidang amalan perobatan kesehatan dirinya dan keluarganya, yang
maka kompetensi mutlak dipersyaratkan mencakup makanan, tempat tinggal, pakaian
disebabkan profesi di bidang ini bukan dan pelayanan kesehatan serta pelayanan
merupakan hak alami (natural right) sosial yang penting.
yang boleh diamalkan oleh siapa saja. Perlindungan hukum profesi dokter dalam
Hak melakukan amalan perobatan lebih penyelesaian sengketa medis di dalam sila-
merupakan hak istimewa (privilege) yang sila Pancasila dapat dilihat dalam uraian
diberikan hanya kepada seseorang karena butir-butir Pancasila yang terdiri dari 45 butir
kompetensinya. Guna menjamin agar para sebagaimana ditetapkan dalam Tap MPR
profesional lebih mematuhi nilai dan norma No. I/MPR/2003. Uraian perlindungan hukum
dalam etika maka tradisi yang telah dirintis terdapat dalam uraian butir Pancasila sila
oleh pengikut Pythagoras perlu dilestarikan ke 4 dan ke 5, serta pasal 28G dan 28H
dengan mewajibkan kepada setiap lulusan UUD Negara Republik Indonesia 1945 dapat
dokter untuk mengucapkan sumpah atau dijelaskan sebagai berikut :
janji manakala ingin menjadi profesional a. Sila ke-empat: Kerakyatan yang
(pengemban profesi amalan perobatan). dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
Sumpah profesi (seperti Sumpah Dokter, dalam permusyawaratan/perwakilan.
Sumpah Perawat, atau Sumpah Bidan) Butir-butirnya terdiri dari:
pada hakekatnya merupakan janji kepada 1. Sebagai warga negara dan
masyarakat (social contract) yang diucapkan warga masyarakat, setiap
atas nama Tuhan Yang Maha Esa, sehingga manusia Indonesia mempunyai
konsekuensinya wajib dilaksanakan guna kedudukan, hak, dan kewajiban
menjaga hubungan baik dengan masyarakat yang sama.
(habblum minan naas) dan hubungan dengan 2. Tidak boleh memaksakan
Sang Pencipta (habblum minal Allah). kehendak kepada orang lain.

Perlindungan Hukum Profesi Dokter Jurnal Pembaharuan Hukum


30 Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Dr. Setyo Trisnadi
3. Mengutamakan musyawarah 7. Tidak menggunakan hak milik
dalam mengambil keputusan untuk hal-hal yang bersifat
untuk kepentingan bersama. pemborosan dan gaya hidup
4. Musyawarah untuk mencapai mewah.
mufakat diliputi oleh semangat 8. Tidak menggunakan hak milik
kekeluargaan. untuk bertentangan dengan atau
5. Menghormati dan menjunjung merugikan kepentingan umum.
tinggi setiap keputusan yang 9. Suka bekerja keras.
dicapai sebagai hasil musyawarah. 10. Suka menghargai hasil karya
6. Dengan iktikad baik dan rasa orang lain yang bermanfaat bagi
tanggung jawab menerima dan kemajuan dan kesejahteraan
melaksanakan hasil keputusan bersama.
musyawarah. 11. Suka melakukan kegiatan dalam
7. Didalam musyawarah diutamakan rangka mewujudkan kemajuan
kepentingan bersama di atas yang merata dan berkeadilan
kepentingan pribadi dan golongan. sosial.
8. Musyawarah dilakukan dengan c. Pasal 28G ayat (1) UUD Negara
akal sehat dan sesuai dengan Republik Indonesia Tahun
hati nurani yang luhur. 1945: Setiap orang berhak
9. Keputusan yang diambil harus atas perlindungan diri pribadi,
dapat dipertanggungjawabkan keluarga, kehormatan, martabat,
secara moral kepada Tuhan Yang dan harta benda yang di bawah
Maha Esa, menjunjung tinggi kekuasaannya, serta berhak atas
harkat dan martabat manusia, rasa aman dan perlindungan dari
nilai-nilai kebenaran dan keadilan ancaman ketakutan untuk berbuat
mengutamakan persatuan dan atau tidak berbuat sesuatu yang
kesatuan demi kepentingan merupakan hak asasi.
bersama. d. Pasal 28H ayat (1) UUD Negara
10. Memberikan kepercayaan kepada Republik Indonesia Tahun
wakil-wakil yang dipercayai untuk 1945: Setiap orang berhak
melaksanakan permusyawaratan. hidup sejahtera lahir dan
b. Sila ke-lima: Keadilan sosial bagi batin, bertempat tinggal, dan
seluruh rakyat Indonesia. Butir- mendapatkan lingkungan hidup
butirnya terdiri dari: yang baik dan sehat serta berhak
1. Mengembangkan perbuatan yang memperoleh layanan kesehatan.
luhur, yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan 7. Kelemahan-kelemahan dalam Undang-
kegotongroyongan. Undang Praktik Kedokteran dan Sikap
2. Mengembangkan sikap adil Menghadapi Undang-Undang Praktik
terhadap sesama. Kedokteran.
3. Menjaga keseimbangan antara Tanpa mengurangi sedikitpun rasa
hak dan kewajiban. hormat atas jerih payah semua pihak yang
4. Menghormati hak orang lain. terlibat dalam penyusunan dan pengesahan
5. Suka memberi pertolongan UU Praktik Kedokteran, dengan jujur dari
kepada orang lain agar dapat berbagai kajian baik dari tinjauan pustaka,
berdiri sendiri. perbandingan hukum dan wawancara dari
6. Tidak menggunakan hak milik berbagai sumber dapat katakan bahwa ada
untuk usaha-usaha yang bersifat beberapa kekurangan dan kesalahan yang
pemerasan terhadap orang lain. terdapat dalam UU Praktik Kedokteran. Pada

Jurnal Pembaharuan Hukum Pengaruh Pembangunan di Era Globalisasi Terhadap Pemenuhan


Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat 31
Setyo Utomo
UU praktik kedokteran materi didalamnya yang jauh berbeda dengan definisi yuridis
terlalu teknis, dari kebanyakan negara-negara lain.
Memang tidak bisa disalahkan jika maunya Di Florida contohnya, praktik kedokteran
lembaga legislatif membuat undang-undang (medical practice) didefinisikan sebagai
seperti itu, akan tetapi harus disadari bahwa berikut:
undang-undang yang terlalu teknis akan ” Any person .… shall be deemed to be
menyebabkan undang-undang itu menjadi practicing medicine …. who holds himself
rigid dan rentan terhadap perubahan tidak out as being able to diagnose, treat, operate
prinsipiel sehingga akibatnya tidak akan or prescribe for any human disease, pain,
tahan lama. injury, deformity or physical condition, or
Satu hal lagi yang perlu difahamkan who shall offer or undertake by any means
kepada semua pihak adalah, dengan or methods, to diagnose, treat, operate or
diundangkannya UU Praktik Kedokteran maka prescribe for any human disease, pain,
hal ini sebenarnya merupakan preseden injury, deformity or physical condition.
buruk mengingat ide ketika UU Kesehatan (The exclusions usually refer to type of
dirancang adalah untuk menyatukan berbagai activities, such as the administration of home
aturan di bidang kesehatan yang tersebar remedies, treatment by prayer or spiritual
(diversifikasi) di berbagai produk perundang- means).
undangan (antara lain UU Tentang Pokok- Dengan definisi seperti tersebut
Pokok Kesehatan, UU Tenaga Kesehatan, UU diatas maka siapapun (any person) yang
Kesehatan Jiwa, UU Farmasi, UU Kesehatan melakukan pekerjaan yang mengandung
Kerja, UU Higiene dan Sanitasi, UU Wabah essensi mengobati orang sakit maka ia,
dan masih banyak lagi). Mestinya tentang di Negara bagian Amerika tersebut, dapat
praktik kedokteran (juga tentang Sarana dikatagorikan melakukan praktik kedokteran
Kesehatan termasuk rumah sakit) diatur saja (medical practice) walaupun mereka bukan
dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana seorang dokter ataupun dokter gigi. Tentunya
diamanatkan oleh UU Kesehatan. Dengan hal semacam ini tidak berlaku disini karena
diundangkannya UU Praktik Kedokteran (dan definisi yuridis praktik kedokteran di negara
juga UU Rumah Sakit) maka apa yang sudah kita sudah dibatasi hanya apabila yang
berhasil disatukan kedalam UU Kesehatan, melakukan rangkaian kegiatan pengobatan
dipecah-pecah kembali seperti sediakala. adalah dokter atau dokter gigi.
Rumusan definisi praktik kedokteran tidak Sebagaimana diketahui bahwa dari
menggambarkan “pekerjaan perobatan” dalam Pasal 56 dan Pasal 59 UU Kesehatan dapat
perspektif luas sebagaimana dimaksud dalam disimpulkan bahwa SIP (Surat Izin Praktik)
UU Kesehatan (yaitu boleh menggunakan merupakan ijin sarana kesehatanswastatak
ilmu kedokteran atau menggunakan cara berbadan hukum yang diselenggarakan oleh
lain yang bertanggungjawab), berdasarkan dokter atau dokter gigi, tetapi kenapa UU
Pasal 1 ayat (1) UU Praktik Kedokteran Praktik Kedokteran masih mensyaratkan
“Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan SIP (disamping Surat Tanda Registrasi) bagi
yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi dokter yang kerja di rumah sakit, sehingga
terhadap pasien dalam melaksanakan seolah-olah SIP merupakan lisensi.
upaya kesehatan”. Walaupun penulis sadar Perlu diluruskan kembali pemahaman
benar bahwa suatu definisi yuridis memang kita, bahwa Lisensi merupakan personal
dapat dirumuskan dalam berbagai versi privilege yang memberikan kewenangan
sesuai perspektif pembuat definisi dalam melakukan suatu jenis amalan (yang biasanya
hal ini adalah lembaga legislatif. Hanya dapat membahayakan apabila dilakukan
saja definisi yuridis Praktik Kedokteran oleh seseorang yang tidak mempunyai
sebagaimana dirumuskan dalam UU Praktik kompetensi). Kebijakan bahwa dokter harus
Kedokteran memiliki konsekuensi hukum memiliki lisensi merupakan kebijakan untuk

Perlindungan Hukum Profesi Dokter Jurnal Pembaharuan Hukum


32 Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Dr. Setyo Trisnadi
melindungi kepentingan masyarakat, sehingga bentuk SIP mengingat masalah hubungan
oleh karenanya merupakan ranah (subject antara dokter dan rumah sakit merupakan
matter) dari hukum publik. Adapun hakekat subject matter dari hukum privat. Apalagi
dari lisensi adalah merupakan dokumen menurut UU Kesehatan, SIP merupakan
yang merubah status hukum orang biasa “ijin sarana kesehatan tak berbadan hukum
yang tidak memiliki privilige (hak istimewa) yang diselenggarakan swasta” (dalam hal
menjadi seseorang yang memiliki privilege. ini oleh dokter di rumahnya).
Berdasarkan Pasal 29 ayat (3) dan Pasal Bahwa setiap sarana kesehatan (Rumah
35 UU Praktik Kedokteran, lisensi dokter Sakit, Puskesmas atau Praktik Dokter di
adalah Surat Tanda Registrasi (STR). rumahnya) harus memiliki ijin maka hal itu
Sementara SIP Dokter atau SIP Dokter juga merupakan ranah hukum publik karena
Gigi merupakan surat ijin sarana kesehatan untuk melindungi masyarakat dari sarana
(lihat Pasal 56 dan Pasal 59 UU Kesehatan), kesehatan yang tak memenuhi syarat. Lalu
sehingga hakekatnya, SIP merupakan apa pertimbanganya sehingga untuk bekerja
dokumen yang merubah status hukum di rumah sakit yang sudah berijin harus
rumah biasa menjadi “sarana kesehatan”. membawa-bawa surat ijin sarana kesehatan
Kebijakan bahwa sarana kesehatan tak pribadi? Jika tujuan dan konteksnya untuk
berbadan hukum yang diselenggarakan oleh mengontrol agar dokter tidak menggunakan
dokter atau dokter gigi harus memiliki ijin lisensinya (baca: STR) untuk bekerja rangkap
merupakan subject matter dari hukum publik melebihi batas jumlah sarana kesehatan
guna melindungi kepentingan masyarakat yang dibolehkan maka hal itu sebetulnya
dari sarana kesehatan yang tak memenuhi dapat ditindaklanjuti dengan menerapkan
syarat. sistem pelaporan; yaitu mewajibkan dokter
Pemberian kewenangan regeling bekerja di sarana kesehatan maupun sarana
(membuat aturan) kepada lembaga kesehatan yang ketempatan dokter untuk
independen seperti Konsil Kedokteran melapor kepada otoritas kesehatan daerah.
Indonesia, dapat menimbulkan keadaan Sekarang semuanya terpulangkan kepada
dimana produk regeling tidak dapat lagi Menteri Kesehatan yang oleh UU Praktik
dikontrol oleh undang-undang. Mestinya Kedokteran diberi kewenangan membuat
untuk Konsil Kedokteran Indonesia dibuatkan peraturan mendapatkan SIP dan Konsil
peraturan tersendiri oleh institusi yang Kedokteran Indonesia yang oleh UU Praktik
sepantasnya diserahi kewenangan mengatur, Kedokteran diberi kewenangan regeling
sementara konsil hanyalah melaksanakan tentang lisensi. Bahwa pada abad 18
misinya sesuai peraturan tersebut. George Barkeley sudah mengatakan dan
Jika UU Praktik Kedokteran (juga UU menyadarkan kepada kita tentang pentingnya
Kesehatan) menyatakan bahwa orang yang memahami makna: “Jangan mengaburkan
hendak melakukan praktik pengobatan kata dan bahasa karena hal itu akan sama
berlandaskan ilmu kedokteran harus artinya dengan meniup debu di depan mata
memiliki kewenangan (baca: Lisensi atau sehingga di kemudian hari tidak akan dapat
STR) maka sebenarnya hal itu merupakan melihat sesuatu dengan jelas”. Apa yang
subject matter dari hukum publik karena ada terjadi sekarang ini adalah persis seperti
kepentingan publik yang perlu dilindungi apa yang dikatakan oleh filosof tersebut.
dari pengobat yang tak berkompeten. Tetapi Kini kita tidak bisa lagi melihat dengan
jika dokter sudah memiliki kewenangan jelas apa bedanya lisensi dengan surat ijin
(baca: Lisensi atau STR) dan bermaksud praktik. Dan hal itu dimulai sejak sebutan
bekerja sebagai professional (fungsional) lisenai dokter dirubah dari SID (Surat Ijin
di salah satu rumah sakit maka mestinya Dokter) menjadi SP (Surat Penugasan).
tidak perlu lagi meminta ijin kepada otoritas Maka dalam rangka menyusun peraturan
kesehatan daerah (public bureaucrat) dalam tentang SIP oleh Menteri Kesehatan dan

Jurnal Pembaharuan Hukum Pengaruh Pembangunan di Era Globalisasi Terhadap Pemenuhan


Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat 33
Setyo Utomo
peraturan tentang STR oleh Konsil sebagai akan undang-undang yang berkaitan dengan
tindak lanjut dari UU Praktik Kedokteran, upaya di bidang kesehatan. Mengingat
kedua institusi tersebut perlu meluruskan masyarakat itu sendiri terdiri dari berbagai
lebih dahulu konsep yang selama ini kabur macam golongan dan subsistem dengan
dengan menafsirkan UUPK secara cerdas hak dan kepentingannya masing-masing
dan cermat tanpa menafikan UU Kesehatan yang sering kali tidak searah atau bahkan
agar para dokter terhindar dari kebingungan saling bertentangan satu sama lain maka
dan birokrasi yang berlebihan. undang-undang (yang merupakan produk
Berkenaan dengan penggunaan lisensi legislatif) harus berupaya mengadopsi
(STR) untuk bekerja di banyak sarana kompromi-kompromi. Adanya maksim dalam
kesehatan (RS) maka sudah sepantasnya sosiologi hukum yang menyatakan bahwa
dibatasi jumlahnya demi mutu dan safety. “tidak ada satupun undang-undang yang tidak
Pengawasannya dapat dilakukan oleh cacat sejak dilahirkan” merupakan maksim
otoritas kesehatan daerah, tetapi bentuk yang cukup rasional. Oleh sebab itu jika
pengawasannya cukup dengan menetapkan kita mengharapkan setiap undang-undang
kewajiban kepada dokter maupun sarana harus sempurna tanpa cacat, barangkali kita
kesehatan yang ketempatan untuk melapor. tidak akan pernah memiliki undang-undang
Sebagaimana diketahui bahwa untuk di bidang apapun.
tindak pidana diluar KUHPidana berlaku Menurut Satjipto Rahardjo,
pula ketentuan umum yang terdapat dalam guru besar sosiologi hukum Undip, bahwa
KUHPidana. Mengingat konsekuensi yuridis kita tidak bisa menyerahkan begitu saja
materiel (antara lain percobaan, penyertaan perjalanan selanjutnya suatu undang-
atau bentuk pidananya) dan konsekuensi undang (termasuk UU Praktik Kedokteran)
yuridis formil (antara lain soal penahanan hanya kepada hukum, apalagi hukum yang
atau habisnya tenggang waktu penuntutan dijalankan secara normatif-dogmatis. Sebagai
dan pelaksanaan eksekusi) berbeda stakeholder yang berkepentingan, publik
antara “kejahatan” (fundamentally wrong) dan masyarakat bisa turut menjaga agar
dan “pelanggaran” (legally wrong) maka hukum yang cacat itu masih bisa diupayakan
seharusnya setiap tindak pidana dalam UU untuk berprestasi positif. Sejalan dengan
Praktik Kedokteran dikualifikasi sebagaimana apa yang dikatakan Holme (the life of the
halnya tindak pidana yang dapat kita lihat law has not been logic, but experience)
dalam UU Kesehatan. Karena tidak dikualifikasi dan apa yang dikatakan Karl Renner (the
maka hakim harus bekerja keras membuat development of the law works out what is
interpretasi sendiri mengenai kualifikasinya socially reasonable) maka debat tentang
dan tentunya hal ini akan membuka peluang UU Praktik Kedokteran harus ditindaklanjuti
terjadinya interpretasi yang berbeda-beda dengan upaya agar UU Praktik Kedokteran
untuk kasus yang sama. Penyidik perkara juga bisa lebih memberikan rasa keadilan kepada
bisa salah dalam menerapkan hukum formil masyarakat luas.
(KUHAP) akibat ketidakjelasan mengenai Memang tidak ada salahnya samasekali
jenis perkara yang sedang ditanganinya. jika timbul pemikiran untuk mengajukan UU
Selain tidak disebut kualifikasinya, Praktik Kedokteran ke Mahkmah Konstitusi
sanksinyapun menurut pendapat penulis amat guna diuji materinya (judicial review). Hanya
memberatkan para dokter dan dokter gigi. Dan saja yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa
beratnya hukuman tersebut mengingatkan sampai sekarang ini tidak kurang dari 50 buah
kepada kedokteran di era Priestly Medicine undang-undang sudah didaftarkan untuk diuji
(Mesir kuno dan Babilonia), yaitu hukuman materi. Selain itu, Mahkamah Konstitusi tidak
potong tangan. berwenang memperbaiki undang-undang.
Undang-Undang Praktik Kedokteran Andaikata mahkamah memutuskan bahwa
dibuat karena ada kebutuhan masyarakat UU Praktik Kedokteran atau beberapa

Perlindungan Hukum Profesi Dokter Jurnal Pembaharuan Hukum


34 Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Dr. Setyo Trisnadi
pasal dari UU Praktik Kedokteran tidak lagi bahwa kajian perundang-undangan yang
mempunyai kekuatan mengikat sebagai UU, berlaku dalam praktik kedokteran yaitu
maka perbaikan selanjutnya tetap menjadi norma etik, norma disiplin ilmu kedokteran
kewenangan lembaga legislatif. Oleh sebab dan norma hukum. Perbandingan kasus dan
itu jalan terbaik yang harus ditempuh dalam penyelesaian secara hukum di negara lain:
rangka mensikapi UU Praktik Kedokteran Malaysia dan Singapura serta studi kasus-
adalah mengikuti lebih dahulu saran Satjipto kasus malpraktik di Amerika Serikat dan Israel.
Rahardjo, baru kemudian melobi lembaga Dalam hukum tersebut, pidana terhadap
legislatif agar dalam waktu yang tidak dokter hanya diberlakukan untuk perbuatan
terlalu lama bersedia merevisi UU Praktik yang bersifat kesengajaan (intentional tort)
Kedokteran. disebabkan adanya hubungan profesional
(professional relationship) antara dokter dan
8. Rekonstruksi Perlindungan Hukum pasien. Meski demikian, pasien tetap dapat
Profesi Dokter. menggugat dokter membayar ganti rugi dalam
Dari uraian dan analisis di atas penulis rangka pemulihan hak atas kelalaian yang
menyusun suatu rekonstruksi perlindungan telah dilakukan dokter.
hukum profesi dokter dalam penyelesaian Melalui Teori-teori dalam grand theory,
sengketa medis antara dokter dan pasien middle theory dan applied theory, Dapat
yang berbasis nilai keadilan, berdasarkan dilakukan 2 rekonstruksi, yaitu:
hasil dari wawancara mendalam dari berbagai a) Rekontruksi Nilai:
narasumber, observasi di lapangan tentang Menurut Teori Stufenbau adalah teori
kasus dugaan malpraktik dan penerapan mengenai sistem hukum oleh Hans
perundang-undangan yang berlaku18 didapati Kelsen yang menyatakan bahwa

18
Wawancara dengan Kompol Suwarto, sistem hukum merupakan sistem anak
permasalahnnya dokter anastesinya kurang atau tangga dengan kaidah berjenjang
tidak ada, jadi dokter anastesinya itu mengambil dari
rumah sakit lain, hanya datang sebentar kemudian dimana norma hukum yang paling
memberikan resep untuk dilakukan tapi ditinggal lagi rendah harus berpegangan pada
karena praktik di tempat lain lagi padahal ini belum norma hukum yang lebih tinggi, dan
selesai, harusnya ditunggu sampai pasien benar-
benar dinyatakan sadar kembali. Waktu itu saya
kaidah hukum yang tertinggi (seperti
benar-benar tanya tentang dokter anastesinya, kalau konstitusi) harus berpegangan pada
tidak salah waktu itu dokter anestesinya dari Tegal. norma hukum yang paling mendasar
Sanksi pidana atau perdata yang muncul Penyidik (grundnorm). Menurut Kelsen norma
itu tidak punya kewenangan untuk menilai undang-
undang, artinya sanksinya itu berat atau tidak berat hukum yang paling dasar (grundnorm)
Penyidik itu tidak punya kewenangan untuk menilai bentuknya tidak kongkrit (abstrak).
karena yang membuat undang-undang adalah Contoh norma hukum paling dasar
lembaga yudikatif, pemerintah, dan DPR. Penyidik
atau polisi hanya menjalankan undang-undang, abstrak adalah Pancasila.
undang-undangnya seperti itu dijalankan nanti jaksa Teori Hans Kelsen yang mendapat
menuntut, hakim memvonis, jadi kita tidak punya banyak perhatian adalah hierarki
kewenangan untuk itu. Banyak undang-undang di
tempat kita yang aturan hukumnya kadang-kadang selalu mengingatkan. Di lapangan aplikasi ke 3
tidak sesuai mungkin mencuri ayam ancaman norma antar dokterpun berbeda (senior-yunior).
hukumannya sama seperti mencuri motor atau Rumah sakit yang sudah terakredisi ada ketentuan
mencuri mobil, itu karena bunyinya seperti itu. Sama yang ada di borang untuk melaksanakan standar-
ancaman hukumannya yang di undang-undang standar, dokter dibatasi kewenangan kliniknya
praktik kedokteran itu kan terlalu berat atau terlalu berdasarkan kredensial dari komite medis, ini salah
ringan, termasuk berat itu ancaman hukumannya satu perlindungan dokter dan pasien. Di dalam
tapi kita tidak punya kewenangan untuk menilai itu. Undang-Undang jelas ada keseimbangan/keadilan
Wawancara dengan dr. Widodo Yulianto, Mkes, setiap perlindungan dokter juga perlindungan
peraturan perundangan sudah baik, namun di pasien. Karena ada perbedaan, proses hukum
lapangan norma etik, norma disiplin dan norma sengat panjang, melelahkan dan tidak produktif
hukum dilaksanakan bersamaan, tidak bisa hanya walaupun kami (dokter) memenangkan proses
satu norma saja. Ini menyebabkan pemahaman hukum, ke depan sebaiknya diselesaikan oleh
masing-masing dokter berbeda. Menejemen harus peradilan cepat dan efisien.

Jurnal Pembaharuan Hukum Pengaruh Pembangunan di Era Globalisasi Terhadap Pemenuhan


Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat 35
Setyo Utomo
norma hukum dan rantai validitas prinsip filsafati, disiplin keilmuan,
yang membentuk piramida hukum dan aturan etis profesi. Dengan
(stufen theorie). Salah seorang tokoh demikian pelanggaran dokter dalam
yang mengembangkan teori tersebut melakukan praktik kedokteran
adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans dapat dikategorikan sebagai “Teori
Nawiasky. Teori Nawiasky disebut harmonisasi antara norma etik,
dengan theorie von stufenufbau der norma disiplin ilmu kedokteran dan
rechtsordnung. Susunan norma norma hukum”, maksudnya dalam
menurut teori tersebut antara lain, praktik kedokteran ke tiga norma
Norma fundamental negara (Staats tersebut merupakan satu kesatuan
fundamental norm), Aturan dasar yang utuh yang harus dilaksanakan
negara (staats grundgesetz), Undang- oleh pemberi layanan kedokteran,
undang formal (formell gesetz), apabila terjadi pelanggaran maka
Peraturan pelaksanaan dan peraturan dapat digambarkan sebagai piramida
otonom (verordnung en autonome seperti pada Gambar 1. Apabila
satzung). Staats fundamental pelanggaran terjadi dikarenakan
norm adalah norma yang merupakan melanggar
principles atau Hak Asasi fundamental
Manusia yaitu ethical
perilaku spesifik
dasar bagi pembentukan konstitusi principles atau Hak Asasi Manusia
atau Undang-Undang Dasar (staats profesional yang hampir
yaitudipastikan
perilaku mendekati benar atau yang
spesifik profesional
verfassung) dari suatu negara. Posisi
mendekati salah dalamhampirpraktik
dipastikan mendekati
kedokteran. Penulisbenar
hukum dari suatu Staats fundamental atau mendekati salah dalam praktik
norm adalah sebagai syarat bagi Ethico-Medico-Legal
kategorikan sebagaikedokteran. seperti
Penulis pada
kategorikan
berlakunya suatu konstitusi. StaatsGambar 2. sebagai Ethico-Medico-Legal seperti
fundamental norm ada terlebih dahulu pada Gambar 2.
dari konstitusi suatu negara.
Menurut Nawiasky, norma tertinggi ATURAN
yang oleh Kelsen disebut sebagai PENERAPAN
HUKUM
norma dasar (basic norm) dalam suatu KEDOKTERAN
negara sebaiknya tidak disebut sebagai
staats grundnorm melainkan Staats
fundamental norm, atau norma HUKU
fundamental negara.  Grundnorm pada M
ATURAN
PENERAPAN ATURAN
dasarnya tidak berubah-ubah, ETIKA PENERAPAN
sedangkan norma tertinggi berubah KEDOKTERAN
ETIK DISIP
KEILMUAN
(KODEKI) KEDOKTERAN
misalnya dengan cara kudeta atau A LIN
revolusi. Teori tangga menggambarkan
dasar berlakunya suatu kaidah terletak
pada kaidah yang diatasnya. Menurut GambarGambar
1. 1.
Kelsen: Legalitas Peraturan terletak Teori Harmonisasi Ethico-Medico-Legal
pada UU, dan legalitas UU terletak Teori Harmonisasi Ethico-Medico-Legal
pada UUD.19
Dengan landasan teori Hans
Kelsen dan penguatan pemahaman
humanistic quality perilaku etis
profesional, sesuai dengan

19
Hans Kelsen, 2010, “Teori hukum murni-dasasr-
dasar ilmu hukum normative” terjemahan The
fure of teory : Barkely University of California
press :1978 : Nusa Media, Bandung.

Perlindungan Hukum Profesi Dokter Jurnal Pembaharuan Hukum


36 Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Dr. Setyo Trisnadi
1. Pelanggran Hukum :
a. Melanggar norma etika,
norma disiplin dan
norma hukum (etiko-
mediko-legal);
b. Dari sisi moral salah
(morally wrong atau
recht delecten);
c. Dikenai sanksi etika,
disiplin dan sanksi
hukum
2. Pelanggaran Disiplin
Kedokteran :
a. Dari sisi moral tidak
salah;
b. Dari sisi UU melawan
hukum (wet delecten
atau legally wrong);
c. Dikenai sanksi
administratif.
3.Pelanggaran Etik :
a. Hanya melanggar
norma etika, dan tidak
melanggar norma
disiplin dan hukum;
b. Dikenai sanksi etika.

Gambar 2.
Algoritma Pelanggaran Ethico-Medico-Legal
Gambar 2.

b) Rekonstruksi Hukum.Pelanggaran Ethico-Medico-Legal


Algoritma Dari uraian diatas kesimpulan
Rekonstruksi beberapa Pasal rekonstruksi perlindungan hukum
Undang-Undang Nomor 29 Tahun profesi dokter dalam sengketa
2004 tentang Praktik Kedokteran : medis antara dokter dan pasien
Pasal 1 ayat (1), Pasal 50 huruf a yang berbasis nilai keadilan adalah
dan b, Pasal 75, Pasal 76, Pasal seperti pada Tabel 1.
b) Rekonstruksi Hukum.
77, Pasal 79.
Rekonstruksi beberapa PasalTabel 1
Undang-Undang Nomor 29
Rekonstruksi hukum Pasal 1 ayat (1), Pasal 50 huruf a dan b, Pasal 75 ayat (1), Pasal
Tahun 2004 tentang76,Praktik
PasalKedokteran
79 UUPK : Pasal 1 ayat
No Sebelum Rekonstruksi Kelemahan-kelemahan Hasil Rekonstruksi
1 Pasal 1 ayat (1) Definisinya terlalu Pasal 1 ayat (1)
Praktik kedokteran adalah rangkaian umum, tidak ada Praktik kedokteran adalah
kegiatan yang dilakukan oleh kewenangan kliniknya. rangkaian kegiatan yang
dokter dan dokter gigi terhadap meliputi:
pasien dalam melaksanakan upaya a. upaya kesehatan
kesehatan. perorangan: diagnosis, terapi,
tindakan medis, memberi
obat pada setiap orang
yang menderita sakit, nyeri,
gangguan psikis atau setiap
orang yang mengupayakan
diagnosis, terapi, memberi
obat setiap orang sakit, nyeri,
gangguan psikis.
b. upaya kesehatan
masyarakat: promotif,
preventif, kuratif,
rehabilitative.

Jurnal Pembaharuan Hukum Pengaruh Pembangunan di Era Globalisasi Terhadap Pemenuhan


Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat 37
Setyo Utomo
No Sebelum Rekonstruksi Kelemahan-kelemahan Hasil Rekonstruksi
2 Pasal 50 2.1. Pasal 50 huruf a, Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam tidak sinkron dengan Dokter atau dokter gigi
melaksanakan praktik kedokteran Pasal 45 UU No. 44 dalam melaksanakan praktik
mempunyai hak : Tahun 2009 tentang kedokteran mempunyai hak :
a.memperoleh perlindungan hukum Rumah Sakit. a.memperoleh perlindungan
sepanjang melaksanakan tugas Pasal 45 Undang- hukum tidak dapat dituntut
sesuai dengan standar profesi dan undang Rumah Sakit sepanjang melaksanakan
standar prosedur operasional; diatur bahwa: tugas sesuai dengan standar
b.memberikan pelayanan medis (1). “Rumah Sakit tidak profesi dan standar prosedur
menurut standar profesi dan standar bertanggung jawab operasional;
prosedur operasional; secara hukum apabila b.dihilangkan
pasien dan/atau
keluarganya menolak
atau menghentikan
pengobatan yang dapat
berakibat kematian
pasien setelah adanya
penjelasan medis yang
komprehensif.
(2). Rumah Sakit
tidak dapat dituntut
dalam melaksanakan
tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa
manusia.”
2.2.Pasal 50 huruf
b, Hak dokter juga
Kewajiban dokter
3 Pasal 75 ayat (1): a.Merupakan standar Pasal 75 ayat (1):
Setiap dokter atau dokter gigi kewenangan untuk Setiap dokter atau
yang dengan sengaja melakukan praktik dokter, setelah dokter gigi yang dengan
praktik kedokteran tanpa memiliki lulus uji kompetensi sengaja melakukan praktik
surat tanda registrasi sebagaimana atau perpanjangan kedokteran tanpa memiliki
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) surat tanda regristrasi. surat tanda registrasi
dipidana dengan pidana penjara b. Supaya tidak coba- sebagaimana dimaksud
paling lama 3 (tiga) tahun atau denda coba. dalam Pasal 29 ayat (1)
paling banyak Rp 100.000.000,00 dipidana dengan pidana
(seratus juta rupiah) penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling
banyak Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah).
4 Pasal 76, Setiap dokter atau dokter Merupakan ijin sarana Pasal 76, Setiap dokter
gigi yang dengan sengaja melakukan praktik dokter. atau dokter gigi yang
praktik kedokteran tanpa memiliki dengan sengaja melakukan
surat izin praktik sebagaimana praktik kedokteran tanpa
dimaksud dalam Pasal 36 dipidana memiliki surat izin praktik
dengan pidana penjara paling lama 3 sebagaimana dimaksud
(tiga) tahun atau denda paling banyak dalam Pasal 36 dipidana
Rp100.000.000,00 (seratus juta dengan pidana penjara
rupiah). paling lama 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah)

Perlindungan Hukum Profesi Dokter Jurnal Pembaharuan Hukum


38 Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Dr. Setyo Trisnadi
No Sebelum Rekonstruksi Kelemahan-kelemahan Hasil Rekonstruksi
5 Pasal 79, Dipidana dengan pidana a.Pelanggaran Pasal 79, Dipidana dengan
kurungan paling lama 1 (satu) administrasi dikenai denda paling banyak
tahun atau denda paling banyak sanksi penjara. Rp50.000.000,00 (lima puluh
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta Dokter harus juta rupiah), setiap dokter
rupiah), setiap dokter atau dokter gigi selalu menjaga atau dokter gigi yang :
yang : kompetensinya a.dengan sengaja tidak
a. dengan sengaja tidak memasang dengan terus menerus memasang papan nama
papan nama sebagaimana dimaksud mengikuti pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (1); berkelanjutan (Untuk dalam Pasal 41 ayat (1);
b.dengan sengaja tidak membuat masalah ini mestinya b.dengan sengaja tidak
rekam medis sebagaimana dimaksud tidak perlu ada sanksi membuat rekam medis
dalam Pasal 46 ayat (1); atau pidana). sebagaimana dimaksud
c.dengan sengaja tidak memenuhi b.Sesuai keputusan MK dalam Pasal 46 ayat (1);
kewajiban sebagaimana dimaksud No. 40/PUU-X/2012 atau
dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf MK c.dengan sengaja tidak
c, huruf d, atau huruf e tidak memenuhi kewajiban
Pasal 79, Dipidana dengan pidana sebagaimana dimaksud
kurungan paling lama 1 (satu) dalam Pasal 51 huruf a,
tahun atau denda paling banyak huruf b, huruf c, huruf d, atau
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta huruf e.
rupiah), setiap dokter atau dokter gigi
yang :
a. dengan sengaja tidak memasang
papan nama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (1);
b.dengan sengaja tidak membuat
rekam medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 ayat (1); atau
c.dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf
c, huruf d, atau huruf e
Pasal 79, Dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah), setiap dokter atau dokter gigi
yang :
a. dengan sengaja tidak memasang
papan nama sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (1);
b.dengan sengaja tidak membuat
rekam medis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 ayat (1); atau
c.dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 huruf a, huruf b, huruf
c, huruf d, atau huruf e

C. Kesimpulan dan Saran Undang-Undang No. 36 Tahun tentang Tenaga


Dalam penyelesaian sengketa medis antara Kesehatan belum sepenuhnya memberikan
dokter dan pasien sebagaimana tertuang dalam perlindungan bagi dokter, karena dalam praktiknya
Pasal 50 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 penanganan kasus dugaan malpraktik oleh
tentang Praktik Kedokteran dan Pasal 57 penyidik kepolisian tentunya akan menggunakan

Jurnal Pembaharuan Hukum Pengaruh Pembangunan di Era Globalisasi Terhadap Pemenuhan


Volume IV No. 1 Januari - April 2017 Hak Asasi Manusia Atas Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat 39
Setyo Utomo
tatacara atau prosedur yang ada di KUHAP norma hukum. Sehingga dirasakan semua
sebagai acuannya, ini dikarenakan UUPK tidak tindakan dokter dapat dipertanggungjawabkan
mengatur bagaimana beracaranya apabila ada baik dari aspek prinsip, standar dan aturan
dugaan dokter melanggar pasal-pasal dalam profesi dokter. Setiap kasus klinik yang dihadapi
UUPK. Kondisi ini memungkinkan manakala seorang dokter terdapat aspek etik, aspek medis
dokter sudah melaksanakan semua prosedur dan aspek yuridis yang tidak dapat dipisahkan
dan bekerja sesuai standar tetapi hasilnya sehingga diperlukan cara yang bijaksana untuk
pasien menderita cacat atau bahkan meninggal mengambil keputusan klinis. Pemerintah dan DPR
dunia karena prinsip res ipsa loquitur tetap diharapkan dapat melakukan penyempurnaan
akan diproses secara hukum jika ada laporan terhadap Undang-Undang No. 29 Tahun 2004
pasien atau keluarga pasien ke penyidik, ada tentang Praktik Kedokteran, dengan dibuatnya
generalisasi setiap adverse event (kejadian tidak peraturan tentang “tatacara ber-acara” mulai
diharapkan) adalah malpraktik. dari penyelidikan, penyidikan, penuntutan jika
Studi ini mempunyai implikasi yang bersifat diperlukan dengan sampai putusan. Proses
teoritis yang terkait dengan dokter sebagai hukum yang sekarang dilaksanakan sangat
profesional wajib melaksanakan norma etika melelahkan, memerlukan waktu yang cukup
yang berlaku dalam organisasi profesi dokter lama, biaya yang tidak sedikit.
(Ikatan Dokter Indonesia), norma disiplin dan

Daftar Pustaka

Baru, Penerjemah : Tjetjep Rohendi Rohidi, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Pengkajian
Hukum Tentang Perlindungan Hukum Bagi Upaya Menjamin Kerukunan Umat
Beragama, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, 2011UI Press,
Jakarta, 2009
Black’s Law Dictionary, Bryan A. Garner Editor in Chief Ninth Edition, st. Paul. MN : West
Pubushing. Co, 2009
Breen, J, K et.al, Good Medical Practice Professionalism, Ethics And Law, Cambridge
University Press, New york, 2010
Hadjon P. M., Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya, 1987
Hans Kelsen “Teori hukum murni-dasasr-dasar ilmu hukum normative” terjemahan The fure of
teory : Barkely University of California press :1978 : Nusa Media, Bandung, 2010
Hasyim, Umar, Mencari Takdir, Penerbit Ramadhani, Solo, 1983
http://wordpress.com/2012/10/21/bisnis-dan-etika/, 21 Desember 2014.
https://seanochan.wordpress.com/2013/04/19/hadis-tentang-takdir/. Diakses 18 Agustus 2016.
http://www.merdeka.com/peristiwa/5-kasus-malpraktek-dalam-dunia-kedokteran.html,
diakses 5 Desember 2014
http://legal-dictionary.thefreedictionary.com/Strict+Liability, diakses 5 Desember 2014
Jonsen, A, R, Siegler, M, Winslade, W, J, Clnical Ethics, A Practical Approach to Ethical Decision
in Clinical Medicine, McGraw-Hill Medical Publishing Division, New York, 2006
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Perlindungan Hukum Profesi Dokter Jurnal Pembaharuan Hukum


40 Dalam Penyelesaian Sengketa Medis Volume IV No. 1 Januari - April 2017
Dr. Setyo Trisnadi

Anda mungkin juga menyukai