Anda di halaman 1dari 17

UTS

ANALISIS KESADARAN HUKUM TENAGA KESEHATAN


RUMAH SAKIT LOTIM MEDICAL CENTER SEBAGAI
UPAYA PENCEGAHAN KEJADIAN MALPRAKTEK

PROPOSAL PENELITIAN

Mata Kuliah :
Hukum Kesehatan

Dosen : Dr. M. Husni Syam, S.H., LL.M..

Moh Ainul Yaqin


NPM : 20040022113

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
A.. Latar Belakang Penelitian

A.1. Aspek Filosofis

Kesadaran hukum merupakan kesadaran dalam diri sendiri tanpa tekanan,

paksaan, atau perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku.

kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa itu hukum seharusnya itu,

kesadaran hukum merupakan faktor dalam penemuan hukum, Dengan seiringnya

kesadaran hukum di masyarakat maka hukum perlu menjatuhkan sanksi hanya

berlaku bagi masyarakat yang benar-benar melakukan terbukti melanggar hukum.

Hukum berisi tentang perintah dan larangan. Hukum memberikan kepada

kita mana yang bertentangan dengan hukum yang bila dilakukan akan

mendapatkan ancaman berupa sanksi hukum. Terhadap perbuatan yang

bertentangan dengan hukum tentu saja dianggap melanggar hukum sehingga

mendapat sanksi hukum. Krabbe menyatakan bahwa sumber segala hukum adalah

kesadaran hukum. Dengan begitu maka yang disebut hukum hanyalah yang

memenuhi kesadaran hukum kebanyakan orang, maka undang-undang yang tidak

sesuai dengan kesadaran hukum kebanyakan orang akan kehilangan kekuatan

mengikat.1

Sebaik-baik Manusia adalah orang yang paling diharapkan kebaikannya

dan orang lain pun merasa aman dari kejelekannya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam bersabda:

1
Laurensius Arliman S, 2015, Penegakan Hukum Dan Kesadaran Masyarakat, (Yogyakarta:
deepublish), hlm 219.
1
ُ‫َخ ْي ُر ُك ْم َم ْن يُرْ َجى خَ ْي ُرهُ َويُْؤ َمنُ َشرُّ ه‬

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan (orang

lain) merasa aman dari kejelekannya.” (HR. At-Tirmidziy no. 2263). Hadits ini

menunjukkan bahwa orang yang diharapkan adalah kebaikannya, termasuk

kesadarannya tentang hukum yang berlaku sehingga orang lain merasa aman dari

akibat tindakan tercela2.

Kesadaran hukum menurut Soerjono Soekamto adalah kesadaran hukum

sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di dalam diri

manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada.

Sebenarnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan

suatu penilaian hukum terhadap kejadian-kejadian yang kongkrit dalam

masyarakat yang bersangkutan.3

Ada sementara anggapan yang menyatakan, bahwa kesadaran hukum

bukan merupakan suatu penilaian hukum terhadap peristiwa-peristiwa kongkrit.

Kesadaran hukum merupakan suatu penilaian terhadap apa yang dianggap sebagai

hukum yang baik dan atau hukum yang tidak baik. Penilaian terhadap hukum

tersebut meliputi penilaian apakah hukum tersebut adil atau tidak adil. Jadi,

kesadaran hukum tersebut merupakan suatu proses pshikis yang terdapat dalam

diri manusia, yang mungkin timbul dan mungkin pula tidak timbul, akan tetapi

2
HR. Tirmidzi no. 2263, Ahmad no. 8812, dan Ibnu Hibban no. 528. Dinilai shahih oleh Al-
Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2603
3
Soejono Soekamto, 1982, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum, Edisi Pertama, (Jakarta:
Rajawali), hlm. 182
2
tentang azaz kesadaran hukum itu terdapat pada setiap manusia, oleh karena itu

manusia mempunyai rasa keadilan.4

Ada berbagai faktor yang menjadi latar belakang munculnya gugatan-

gugatan malpraktik tersebut dan semuanya berangkat dari kerugian psikis dan

fisik korban. Mulai dari kesalahan diagnosis dan pada gilirannya mengimbas pada

kesalahan terapi hingga pada kelalaian dokter pasca operasi pembedahan pada

pasien (alat bedah tertinggal didalam bagian tubuh), dan faktor- faktor lainnya5

Kasus malpraktik merupakan tindak pidana yang sangat sering terjadi di

Indonesia. Malpraktik pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional yang

bertentangan dengan SOP, kode etik, dan undang-undang yang berlaku, baik

disengaja maupun akibat kelalaian yang mengakibatkan kerugian atau kematian

pada orang lain.

Di sisi lain, dalam pelaksanaan tindakan pelayanan kesehatan, tenaga

medis, yaitu dokter maupun perawat tidak menutup kemungkinan terjadi suatu

kesalahan ataupun kelalaian. Kesalahan ataupun kelalaian yang dilakukan dokter

dalam melaksanakan tugas profesinya dapat berakibat fatal baik terhadap badan

maupun jiwa dari pasiennya (dalam istilah medis/hukum kejadian ini disebut

malpraktik) dan hal ini tentu saja sangat merugikan bagi pihak pasien sebagai

korban malpraktik6

4
Soerjono Soekamto, 1989, Suatu Tinjauan Sosiologi Terhadap Masalah-Masalah Sosial,
(Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,), hlm, 197
5
Alexandra Ide, 2012, Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan, Grasia Book Publisher,
Yogyakarta, hlm. 49
6
Wila Chandrawila Supriadi, 2001, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, hlm. 35.
3
A.2. Aspek Yuridis

Lahirnya Hukum Kedokteran yaitu Undang-Undang tentang Praktik

Kedokteran No. 29 Tahun 2004. LN No. 116 Tahun 2004, TLN No. 4431 yang

mana merupakan bagian dari Hukum Kesehatan, ditujukan agar hak-hak pasien

lebih dapat dilindungi oleh Undang-Undang. Hukum Kedokteran tersebut

bertumpu pada dua hak asasi manusia, yaitu hak atas pemeliharaan kesehatan (the

right to healthcare) dan hak untuk menentukan nasib sendiri (the right to self-

determination atau zelf-bechikkingsrecht)7.

Dalam hukum, kewenangan akan selalu berpasangan dengan tanggung

jawab; sebagaimana hak selalu berpasangan dengan kewajiban. Kewenangan

mengandung kekuasaan tetapi tidak semua kekuasaan mengandung kewenangan.

Pengertian tentang kekuasaan dan kewenangan (power dan authority) penting

dipahami supaya tidak terjerumus dalam kondisi “merasa benar padahal salah”.

Kekuasaan atau kekuatan lebih mengindikasikan pada pengertian sebagai

penguasaan secara fisik atau kemampuan untuk bertindak, sedangkan kewenangan

lebih pada manifestasi keinginan untuk bertindak. Dengan demikian esensi

perbedaan antara kekuasaan dengan kewenangan terletak pada boleh dan dapat

(may and can) untuk melakukan sesuatu8

7
Hermien Hadiati Koeswadji, 1992, Beberapa Permasalahan Hukum dan Medik, (PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, hlm. 6.

8
Toto Tohir Suriatmaja, Minimalisasi Sengketa Medik Pasien Dan Tenaga Kesehatan
Dihubungkan Dengan Undang Undang Perlindungan Konsumen, Jurnal Litigasi Vol 16(2), 2015,
Hal 3018
4
Etika kedokteran berfokus terutama dengan masalah yang muncul dalam

praktik pengobatan. Dalam etika kedokteran isu-isu yang mengemuka terutama

menyangkut tujuan pengobatan, refleksi kritis terhadap suatu tindakan dan

mengembangkan otonomi dalam pengambilan keputusan dalam lingkup pasien,

dokter dan pihak lain yang terkait dalam sistem praktik kedokteran

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) melarang dokter atau tenaga

medis melakukan tindakan yang dapat merugikan pasien. Pasal 5 KEKI

menyatakan bahwa "Dalam melaksanakan tugas, dokter berkewajiban

menghormati hak asasi manusia dan martabat manusia."

Setiap rumah sakit di Indonesia wajib memenuhi Standar Pelayanan

Minimal (SPM) yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Salah satu

aspek yang diatur dalam SPM adalah pelayanan prima, yaitu memberikan

pelayanan kesehatan yang baik dan cepat kepada pasien.

Pasien dianggap sebagai konsumen yang memiliki hak perlindungan

hukum berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

A.3. Aspek Sosiologis

WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa perlu perhatian

khusus dalam menangani keselamatan pasien di rumah sakit. Hal ini didukung

oleh Institute of Medicine (IOM) pada tahun 2020 melaporkan bahwa Amerika

Serikat mengalami 98.000 kasus kematian akibat kesalahan medis yang dapat
5
dicegah (4). Beberapa hasil penelitian di rumah sakit terakreditasi Joint

Commision International (JCI) menjelaskan bahwa ditemukan 52 insiden pada 11

rumah sakit di 5 negara. Kasus tertinggi di Hongkong dengan total 31% kasus,

disusul Australia 25% kasus, India 23% kasus, Amerika 12% kasus, dan Kanada

10% kasus.

Insiden keselamatan pasien di Indonesia diketahui bahwa terdapat 7.465

kasus pada tahun 2019, yang terdiri dari 171 kematian, 80 cedera berat, 372

cedera sedang, 1183 cedera ringan, dan 5659 tidak ada cedera. Di Indonesia

terdapat 2.877 rumah sakit yang telah terakreditasi, namun hanya 12% insiden

keselamatan pasien dengan jumlah laporan sebanyak 7.465. jumlah tersebut terdiri

dari 38% kejadian nyaris cedera (KNC), 31% kejadian tidak cedera (KTC), dan

31% kejadian tidak diharapkan (KTD)9. Banyaknya kejadian ini tentu akan

berimplikasi dan berpotensi terjadinya tuntutan dari penerima jasa pelayanan di

rumah sakit, sehingga penting bagi kelompok masyarakat pemberi layananan

untuk mempunyai kesadaran hukum.

Kesadaran hukum dan hukum itu mempunyai kaitan yang erat sekali demi

untuk meningkatkan kesadaran hukum yang positif, baik dari warga masyarakat

secara keseluruhan, maupun dari kalangan penegak hukum. Sebagaimana

diketahui bahwa kesadaran hukum ada dua macam yaitu kesadaran hukum positif,

identik dengan „ketaatan hukum‟, dan kesadaran hukum negatif yang identik

dengan „ketidaktaatan hukum‟10.


9
Eleonora Maryeta Toyo, 2022, Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Dengan
Metode HMN di Rumah Sakit, Artikel penelitian Maj Farmasetika, 8(1)2023, Hal 56
10
Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, :Rajawali Pers, Jakarta, 2012, Hlm.13
6
Jadi, istilah “kesadaran hukum” digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk

mengacu ke cara-cara di mana orang-orang memaknakan hukum dan institusi-

institusi hukum, yaitu, pemahaman-pemahaman yang memberikan makna kepada

pengalaman dan tindakan orang-orang11

Kesadaran hukum tidak terlepas dari indikator kesadaran hukum. Indikator

itu yang nantinya akan berpengaruh besar terhadap kesadaran hukum. Oleh karena

itu, kesadaran hukum adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia,

tentang keserasian antara ketertiban dengan ketentraman yang dikehendaki atau

sepantasnya. Teori dalam faktor yang berpengaruh dikemukakan oleh B.

Kutschincky dalam bukunya Soerjono Soekanto, antara lain: Pengetahuan tentang

peraturan-peraturan hukum; Pengetahuan tentang isi peraturan-peraturan hukum;

Sikap terhadap peraturan-peraturan hukum; Pola-pola perikelakuan hukum12.

C. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah penelitiannya sebagai

berikut:

1. Bagaimana tingkat kesadaran hukum pemberi layanan kesehatan di Rumah

Sakit Lotim Medical Center?

2. Bagaiamana analisis kesadaran hukum tenaga kesehatan RS Lotim

Medical Center ditinjau dari sisi ilmu hukum?


11
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judical Prudence),
Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm 298
12
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, CV. Rajawali, Jakarta,
1982, hlm. 159.

7
3. Bagaimana upaya peningkatan kesadaran hukum di RS Lotim Medical

Center?

E. Kerangka Teori

Rumah sakit merupakan salah satu tempat pelayanan jasa kesehatan yang

dapat dimanfaatkan oleh semua orang untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya, akan tetapi pihak rumah sakit melalui dokter dapat melakukan

malpraktik dan pihak rumah sakit tidak memenuhi tanggung jawabnya yang

menyebabkan pasien mengalami kerugian13

Pasien merupakan kata yang paling lekat dengan kesehatan; dalam

pemahaman awam, pasien adalah seseorang yang sakit ketika berhadapan dengan

tenaga kesehatan. Dengan demikian, ketika si sakit tidak berhadapan atau berada

dalam perawatan tenaga kesehatan atau tidak berada pada lingkungan pelayanan

kesehatan maka ia bukan lagi pasien, tetapi ia orang sakit. Sementara itu menurut

norma hukum, pasien adalah, setiap orang yang melakukan konsultasi masalah

kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik

secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi (Pasal 1

angka 10 UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran). 14

Sebuah fenomena terjadi saat ini dimana kesadaran terhadap hukum

menjadi lebih kuat seiring dengan kuatnya arus informasi di kalangan masyarakat.

Dan fenomena ini tentunya harus diikuti dengan kesadaran yang sama juga bagi

13
Ni Luh Putu Dilvia Mas Manika, Tanggung Jawab Rumah Sakit Akibat Kelalaian Tenaga Medis
Dalam Pelayanan Kesehatan, 2022, Hal 2
14
Toto Tohir Suriatmaja, op.cit Hal 3013
8
sebagian masyarakat pemberi jasa layanan kesehatan, hal ini penting untuk

memberikan keseimbangan pemahaman dan mencegah ketimpangan informasi.

Kesadaran hukum adalah kemampuan individu dalam menanggapi isu isu

hukum, kesadaran hukum dapat menjadikan suatu kelompok masyarakat menjadi

mempunyai budaya hukum dan mempunyai partisipasi dalam penegakan hukum15.

Budaya hukum merupakan lapisan khusus dari budaya yang bisa diasosiasikan

dengan masyarakat secara umum, dan hal ini sangat berkaitan erat dengan

kesadaran hukum dari komponen masyarakat, karena budaya hukum itu tidak

hanya tentang elemen ideologi dan psikologi masyarakat tapi juga tentang

perilaku hukum dari penduduk atau warga negara16.

Dalam layanan kesehatan, dengan begitu tinggi angka kejadian tidak

diharapkan sebagaimana di rilis oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

maka potensi ketidakpuasan terhadap layanan kesehatan yang diikuti dengan

tuntutan hukum akan semakin tumbuh sebagai bagian dari pengalaman

masyarakat17.

Menurut Soerjono Soekanto, kesadaran hukum merupakan kepatuhan

terhadap hukum dari persoalan yang secara luas, diantaranya masalah

pengetahuan, pengakuan, serta penghargaan terhadap hukum. Kesadaran hukum

berpusat pada adanya pengetahuan hukum, dari adanya pengetahuan hukum

tersebut akan tumbuh suatu pengakuan dan penghargaan terhadap aturan-aturan

hukum, selanjutnya akan timbul suatu kepatuhan hukum.


15
Ewick;Silbey,Patricia;Susan(1998).TheCommonPlace of Law: Stories from Everyday Life.
Chicago: University of Chicago Press. p. 22.
16
Madina Kozhukhova, Conceptualizing Legal Culture And Legal Awareness : Meaning And
Structural Components, Karaganda Kazakhstan, Karaganda State Technical University 2018 P.1
17
Eleonora, Loc Cit.
9
Adapun menurut Soerjono Soekanto terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi kesadaran hukum antara lain18 :

1. Pengetahuan tentang ketentuan hukum, sering kali terjadi dalam suatu

golongan masyarakat akan kurangnya dalam memahami tentang

ketentuan-ketentuan hukum yang dikhususkan bagi mereka. Sementara,

ketentuan-ketentuan yang telah sah akan dengan sendirinya tersebar secara

luas dan diketahui umum. 19

2. Pengakuan terhadap ketentuan hukum, pengakuan masyarakat terhadap

ketentuan-ketentuan hukum berarti bahwa masyarakat telah mengetahui isi

dan tujuan dari norma-norman hukum tertentu yang berlaku 20. Namun

belum menjadi jaminan bahwa masyarakat yang mengakui ketentuan-

ketentuan hukum akan dengan sendirinya mematuhinya, meskipun ada

kalanya masyarakat yang mengakui ketentuan hukum cenderung

mematuhinya21.

3. Penghargaan terhadap ketentuan hukum, penghargaan terhadap ketentuan

hukum merupakan reaksi yang ditampakkan oleh masyarakat mengenai

sejauh manakah mereka dalam menerima suatu ketentuan hukum

18
Soerjono Soekanto, Op Cit. Hal 114
19
Gilang, 2019, 5 Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum Yang Wajib Di Ketahui,
https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2019/04/30/5-faktor-yang-mempengaruhi-kesadaran-hukum-
yang-wajib-diketahui/
20
Iwan Zainul Fuad, “Kesadaran Hukum Pengusaha Kecil Di Bidang Pangan Dalam Kemasan Di
Kota Semarang Terhadap Regulasi Sertifikasi Produk Halal” (Tesis, Universitas Diponegoro,
Semarang 2010), 47
21
Muhammad Arfianto 2022, Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Pelaksanaan Protokol
Kesehatan Covid 19, Magistra Law Review Vol 3 No 2 2022 Hal 1
10
tertentu.22 Menentang atau mungkin mematuhi hukum, karena kepentingan

mereka terjamin pemenuhannya.

4. Kepatuhan terhadap ketentuan hukum, terkait tentang ketaatan masyarakat

terhadap ketentuan hukum, tergantung apakah kepentingan-kepentingan

masyarakat terkait anggapan tentang apa yang baik dan yang harus

dihindari dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan hukum23. Selain itu,

ada juga anggapan bahwa kepatuhan hukum tersebut disebabkan adanya

rasa takut pada sanksi apabila dilanggar, 24 untuk menjaga hubungan baik

dengan penguasa, untuk menjaga hubungan baik dengan rekan- rekannya,

karena kepentingannya sendiri, dan karena hukum tersebut sesuai dengan

nilai-nilai yang dianut25.

Dalam kaitannya syarat dan prosedur kesadaran hukum untuk

mengupayakan masyarakat paham adanya hukum yang mengatur tentang berbagai

macam peraturan hukum maka perlu adanya kehendak agar kesadaran hukum bisa

berjalan sesuai dengan teori26, maka terdapat syarat-syarat prosedur sebagai

berikut :

1. Kesadaran hukum harus didasari pengetahuan apa itu hukum, jika seseorang

tidak mengetahui apa itu hukum tentu tidak bisa menjalankan hukum
22
Adi Syahputra Sirait, 2020, Efektifitas Razia Kendaraan Dalam Membentuk Kesadaran Hukum
Masyarakat, Jurnal Al Maqosid, Fakultas Syariah dan Hukum IAIN Padangsidempuan , Hal 1
23
Muhammad Arifianto, op cit, Hal 1
24
Sudjana, Penyuluhan Hukum Dalam Upaya Peningkatan Kesadaran Hukum Berlalu Lintas
Melalui Pemahaman Terhadap Isi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
Dan Jalan Raya, JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Vol 25 No 2 @016, Hal 1
25
Tje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Alumni, Bandung , 1993,
hlm 40-42
26
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Di Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), 34-46
11
sebagaimana mestinya, masyarakat tahu bahwa hukum adalah hal yang penti

ng untuk masyarakat karena hal itu melindungi masyarakat dari berbagai

macam hal yang menyalahi hukum.27

2. Pemahaman akan hukum menjadi penting ketika seseorang hanya tahu saja dan

tidak paham sepenuhnya, maka akan terjadi salah paham yang mengakibatkan

hukum tidak berjdilaalan sebagaimana mestinya, pemahaman hukum itu

menjadi satu hal yang harus dimiliki oleh setiap individu yang menjalankan

hukum. 28

3. Kesadaran tentang kewajiban kita terhadap orang lain., ketika seseorang tahu

apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan kepada orang lain, dan sadar bahwa

aka nada ganjaran dari setiap hal yang ia lakukan, baik atupun tidak baik,

mereka akan secara otomatis memiliki kesadaran hukum. 29

4. Menerima hukum , meskipun orang-orang tahu dan paham akan hukum

mengerti kewajiban hukum mereka terhadap orang lain30, apabila mereka tidak

mau menerima hukum tersebut, maka kesdaran hukum tidak akan terwujud dan

hukum tidak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya.31

27
Rita Anggraini, Meningkatkan Kesadaran Hukum Melalui Pembelajaran Ilmu Hukum Di
Perguruan Tinggi, Journal Of Civic Education Vol 1 No 3, 2018, Hal 297.
28
Sri Hartati, Keadilan Hukum Bagi Orang Miskin, Mahkamah Agung RI Direktorat Jenderal
Badan Peradilan Agama, 2022
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/keadilan-hukum-bagi-orang-miskin
29
Resti Amalia Rijal, 2020, Mewujudkan Masyarakat Sadar Hukum DI Era Milenial, Rakyat Pos,
https://rakyatpostonline.com/2020/03/18/mewujudkan-masyarakat-sadar-hukum-di-era-milenial/
30
Mia Amiati, 2023, Peran Kejaksaan Dalam Penegakan Hukum, https://fh.unair.ac.id/kuliah-
tamu-kajati-jawa-timur-tekankan-pentingnya-kesadaran-hukum-dan-sikap-anti-korupsi-bagi-
generasi-muda/
31
Setjen Komisi Yudisial RI, 2019, Bunga Rampai Memperkuat Peradaban Hukum Dan
Ketatanegaraan Indonesia, Setjen Komisi Yudisial RI Hal 125
12
Dari dasar pemikiran teori diatas, perlu dibuat sebuah instrumen yang bisa

mengukur tingkat kesadaran hukum pemberi layanan kesehatan di RS Lotim

Medical Center yang hasil pengukuran tersebut kemudian bisa digunakan sebagai

tindak lanjut manajemen RS Lotim Medical Center dalam hal pembinaan

kesadaran hukum di lingkungan rumah sakit.

Dari hasil pengukuran kesadaran hukum petugas pemberi asuhan di RS

Lotim Medical Center bisa dilakukan analisis yang akhirnya bisa memberikan

saran sarran untuk upaya pencegahan kejadian tidak diharapkan dan tuntutan dari

pasien dan keluarganya.

Analisis dari tingkat kesadaran hukum nantinya juga akan menentukan

sasaran dari pendidikan hukum bagi pemberi asuhan pasien dan memberikan

akses serta penguatan pengetahuan hukum sebagai salah satu upaya dari

pendidikan hukum32.

Selain itu, instrumen pengukuran tingkat kesadaran hukum, bisa

digunakan di institusi kesehatan lain secara luas sebagai prgram sadar hukum

tenaga kesehatan di seluruh Indonesia.

32
Susan Elisabeth Mc Donald, Public Legal Education in Ontario Legal Clinics, National Library
Of Canada, 1998 Hal. 88
13
14

F. DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judical
Prudence), Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hlm 298

Adi Syahputra Sirait, 2020, Efektifitas Razia Kendaraan Dalam Membentuk


Kesadaran Hukum Masyarakat, Jurnal Al Maqosid, Fakultas Syariah dan Hukum
IAIN Padangsidempuan , Hal 1

Alexandra Ide, 2012, Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan, Grasia
Book Publisher, Yogyakarta, hlm. 49

C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Di Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1989), 34-46

Eleonora Maryeta Toyo, 2022, Evaluasi Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan


Pasien Dengan Metode HMN di Rumah Sakit, Artikel penelitian Maj
Farmasetika, 8(1)2023, Hal 56

Ewick;Silbey,Patricia;Susan(1998).TheCommonPlace of Law: Stories from


Everyday Life. Chicago: University of Chicago Press. p. 22.

Gilang, 2019, 5 Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum Yang Wajib Di


Ketahui, https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2019/04/30/5-faktor-yang-
mempengaruhi-kesadaran-hukum-yang-wajib-diketahui/

Hermien Hadiati Koeswadji, 1992, Beberapa Permasalahan Hukum dan Medik,


PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 6.

HR. Tirmidzi no. 2263, Ahmad no. 8812, dan Ibnu Hibban no. 528. Dinilai
shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2603

Iwan Zainul Fuad, “Kesadaran Hukum Pengusaha Kecil Di Bidang Pangan


Dalam Kemasan Di Kota Semarang Terhadap Regulasi Sertifikasi Produk Halal”
(Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang 2010), 47

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02.02/MENKES/52/2015.

Laurensius Arliman S, 2015, Penegakan Hukum Dan Kesadaran Masyarakat,


(Yogyakarta: deepublish), hlm 219.

Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Monograf: Filsafat Ilmu, Metode
Penelitian Hukum Dan Menggunakan Teori/Konsep Di Bidang Ilmu Hukum,
dicetak secara terbatas, Bandung, 2013, hlm. 17.
15

Madina Kozhukhova, Conceptualizing Legal Culture And Legal Awareness :


Meaning And Structural Components, Karaganda Kazakhstan, Karaganda State
Technical University 2018 P.1

Mia Amiati, 2023, Peran Kejaksaan Dalam Penegakan Hukum,


https://fh.unair.ac.id/kuliah-tamu-kajati-jawa-timur-tekankan-pentingnya-
kesadaran-hukum-dan-sikap-anti-korupsi-bagi-generasi-muda/

Muhammad Arfianto 2022, Kesadaran Hukum Masyarakat Dalam Pelaksanaan


Protokol Kesehatan Covid 19, Magistra Law Review Vol 3 No 2 2022 Hal 1

Ni Luh Putu Dilvia Mas Manika, Tanggung Jawab Rumah Sakit Akibat
Kelalaian Tenaga Medis Dalam Pelayanan Kesehatan, 2022, Hal 2

Resti Amalia Rijal, 2020, Mewujudkan Masyarakat Sadar Hukum DI Era


Milenial, Rakyat Pos, https://rakyatpostonline.com/2020/03/18/mewujudkan-
masyarakat-sadar-hukum-di-era-milenial/

Rita Anggraini, Meningkatkan Kesadaran Hukum Melalui Pembelajaran Ilmu


Hukum Di Perguruan Tinggi, Journal Of Civic Education Vol 1 No 3, 2018, Hal
297.

Setjen Komisi Yudisial RI, 2019, Bunga Rampai Memperkuat Peradaban


Hukum Dan Ketatanegaraan Indonesia, Setjen Komisi Yudisial RI Hal 125

Soejono Soekamto, 1982, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum, Edisi


Pertama, (Jakarta: Rajawali), hlm. 182

Soerjono Soekamto, 1989, Suatu Tinjauan Sosiologi Terhadap Masalah-


Masalah Sosial, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,), hlm, 197

Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, :Rajawali Pers, Jakarta,


2012, Hlm.13

Sri Hartati, Keadilan Hukum Bagi Orang Miskin, Mahkamah Agung RI


Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, 2022
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/keadilan-hukum-
bagi-orang-miskin

Sudjana, Penyuluhan Hukum Dalam Upaya Peningkatan Kesadaran Hukum


Berlalu Lintas Melalui Pemahaman Terhadap Isi Undang Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Jalan Raya, JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial Vol 25 No 2 @016, Hal 1

Susan Elisabeth Mc Donald, Public Legal Education in Ontario Legal Clinics,


National Library Of Canada, 1998 Hal. 88
16

Tje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Alumni,


Bandung , 1993, hlm 40-42

Toto Tohir Suriatmaja, Minimalisasi Sengketa Medik Pasien Dan Tenaga


Kesehatan Dihubungkan Dengan Undang Undang Perlindungan Konsumen,
Jurnal Litigasi Vol 16(2), 2015, Hal 3018

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Hukum


Pidana.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang


Perlindungan Saksi Dan Korban.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Wila Chandrawila Supriadi, 2001, Hukum Kedokteran, Mandar Maju,


Bandung, hlm. 35.

Anda mungkin juga menyukai