Anda di halaman 1dari 6

HUKUM KESEHATAN

A. Definisi Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan (health law) merupakan suatu spesialisasi dari ilmu hukum yang ruang
lingkupnya meliputi segala peraturan perundang-undangan di sektor pemeliharaan kesehatan.
Banyak istilah yang digunakan oleh para pakar, ada yang menyebutnya hukum kedokteran dan
ada yang menyebutnya hukum medik sebagai terjemahan dari medical law dan droit medical.
Para ahli hukum dan dokter yang berasal dari Inggris, Amerika, dan Australia menggunakan
istilah droit law. Dengan demikian health law diterjemahkan sebagai hukum kesehatan,
sedangkan istilah hukum kedokteran tetap digunakan sebagai bagian dari hukum kesehatan yang
semula disebut hukum medik.

Hukum kesehatan menurut para ahli :

 Menurut Prof. Dr. Rang :


“Hukum Kesehatan adalah seluruh aturan-aturan hukum dan hubungan-hubungan
kedudukan hukum yang langsung berkembang dengan atau yang menentukan situasi
kesehatan di dalam mana manusia berada”.
 C.S.T. Kansil, SH. :
“Hukum Kesehatan ialah rangkaian peraturan perundangundangan dalam bidang kesehatan
yang mengatur pelayanan medik dan sarana medik. Kesehatan yang dimaksud adalah
keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial, dan bukan hanya
keadaan yang bebas dari cacat, penyakit dan kelemahan”.
 Prof. H.J.J. Leenen :
“Hukum Kesehatan meliputi semua ketentuan hukum yang langsung berhubungan dengan
pemeliharaan kesehatan dan penerapan dari hukum perdata, hukum pidana, dan hukum
adminstrasi dalam hubungan tersebut. Dan juga pedoman internasional, hukum kebiasaan
dan yurisprudensi yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, hukum otonom, ilmu-
ilmu dan literatur yang menjadi sumber hukum kesehatan”.

Berdasarkan rumusan di atas, terkandung beberapa pengertian dalam pengertian Hukum


Kesehatan, yaitu :
1. Semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan bidang pemeliharaan
kesehatan (Health Care) mengandung arti bahwa :
a. Istilah ‘ketentuan’ lebih luas artinya daripada istilah peraturan hukum, karena istilah
‘peraturan hukum’ umumnya tertulis.
b. Pengertian ‘ketentuan hukum’ termasuk pula ‘hukum tidak tertulis’. Misalnya :
Imunisasi, dan Pemberantasan dan Tata Cara Mengatasi Penyakit Menular.
2. Ketentuan yang tidak berhubungan dengan bidang pemeliharaan kesehatan tetapi
merupakan penerapan dari bidang hukum, antara lain :
a. Hukum Perdata, misalnya hubungan antara dokter dan pasien yang merupakan :
- Hubungan medis
- Hubungan hukum karena adanya kontrak dengan tujuan penyembuhan (kontrak
Terapeutik), misalnya berdasarkan Pasal 1320 BW menyatakan bahwa syarat
sahnya suatu persetujuan adalah : adanya kesepakatan antara para pihak.
b. Hukum pidana, seperti :
- Kelalaian yang mengakibatkan matinya seseorang (Pasal 359 KUHP)
- Kelalaian yang mengakibatkan luka berat atau cacat (Pasal 360 KUHP)
c. Hukum Administrasi, misalnya Izin Praktek yang dikeluarkan oleh Depkes yang harus
dimiliki oleh setiap dokter praktek, Rumah Sakit, apotik, dll.
3. Pedoman Internasional, Hukum Kebiasaan, Jurisprudensi yang berkaitan dengan
Pemeliharaan Kesehatan (Health Care).

Menurut Pasal 1 Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (Perhuki), hukum
kesehatan adalah semua ketentuan huku yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik dari
perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun
dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana
pedoman-pedoman medis nasional/ internasional hukum di bidang kesehatan, jurisprudensi
serta ilmu pengetahuan bidang kedokteran/ kesehatan. Sedangkan menurut rumusan Tim
Pengkaji Hukum Kedokteran Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) hukum kesehatan
adalah ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan
dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima
upaya kesehatan tersebut dalam segala aspeknya, yaitu aspek promotif preventif, kuratif,
rehabilitative selain aspek organisasi dan sarana yang harus diperhatikan: Pedoman medis,
internasional, hukum kebiasaan dan hukum otonom di bidang kesehatan, ilmu pengetahuan
dan literature medis juga merupakan sumber hukum kesehatan.

B. Sumber Hukum Kesehatan

Dari berbagai definisi hukum kesehatan sebagaimana yang dikemukakan di atas, sumber hukum
kesehatan adalah:

1. Pedoman Internasional. Konferensi Helsinki (1964) merupakan kesepakatan para


dokter sedunia mengenal penelitian kedokteran. khususnya eksprerimen pada manusia,
yakni ditekankan pentingnya persetujuan tindakan medik (informed consent).
2. Hukum Kebiasaan. Biasanya tidak tertulis dan tidak dijumpai dalam peraturan
perundang-undangan. Kebiasaan tertentu telah dilakukan dan pada setiap operasi yang
akan dilakukan di Rumah Sakit harus menandatangani izin operasi, kebiasaan ini
kemudian dituangkan ke dalam peraturan tertulis dalam bentuk informed consent.
3. Jurisprudensi. Keputusan hakim yang diikuti oleh para hakim dalam menghadapi kasus
yang sama.
4. Hukum Otonom. Suatu ketentuan yang berlaku untuk suatu daerah tertentu. Ketentuan
yang dimaksud berlaku hanya bagi anggota profesi kesehatan, misalnya kode etik
kedokteran, kode etik keperawatan, kode etik bidan, dan kode etik fisioterapi.
C. Fungsi Hukum Kesehatan

Hukum mempunyai fungsi penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh hukum itu
sendiri, yaitu melindungi, menjaga ketertiban dan ketentraman masyarakat. Sejalan dengan asas
hukum, maka fungsi hukum pun ada tiga, yaitu :

1. Fungsi manfaat
2. Fungsi keadilan
3. Fungi kepastian hokum

Ketiga fungsi hukum ini pada prinsipnya adalah ingin memberikan ‘perlindungan’ dari aspek
‘hukumnya’ kepada setiap orang atau pihak, dalam berbagai bidang kehidupannya. Dengan kata
lain, yang ingin diberikan adalah ‘perlindungan hukum’ jika timbul persoalan-persoalan hukum
dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Dalam pengertian melindungi, menjaga ketertiban dan ketentraman itulah tersimpul fungsi
hukum. Dalam fungsinya sebagai alat ‘social engineering’ (pengontrol apakah hukum sudah
ditepati sesuai dengan tujuannya), maka hukum dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah-
masalah di bidang kedokteran/ kesehatan, diperlukan. Karena fungsi hukum tersebut berlaku
secara umum maka hal tersebut berlaku pula dalam bidang Hukum Kesehatan dan Hukum
Kedokteran.

Di dalam dunia Pelayanan Kesehatan (Health Care), pada dasarnya terdapat dua kelompok orang
yang selalu menginginkan ‘adanya kepastian hukum’. Sebab dengan adanya kepastian tersebut,
maka orang-orang tersebut akan merasa ‘terlindungi’ secara hukum. Kedua kelompok tersebut
ialah :

1. Kelompok Penerima Layanan Kesehatan (Health Receiver), antara lain adalah : pasien
(orang sakit) dan orang-orang yang ingin memelihara atau meningkatkan kesehatannya.
- Kepastian Hukumnya : antara lain, adanya ijazah dan Surat Izin Praktek Dokter.
- Perlindungan Hukumnya : adanya ketentuan hukum (Perdata) yang memberi
jaminan ganti rugi jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
2. Kelompok Pemberi Layanan Kesehatan (Health Providers) antara lain adalah para
medical providers yaitu dokter dan dokter gigi, serta paramedis atau tenaga kesehatan
yaitu perawat, bidan, apoteker, asisten apoteker, analis atau laboran, ahli gizi, dan lain-
lain.
D. Hukum Kesehatan Masyarakat

Gostin & Wiley (2016) mendefinisikan hukum kesehatan masyarakat dalam bukunya berjudul
"Public Health Law: Power, Duty, Restraint" sebagai berikut:

"Public health law is the study of the legal powers and duties of the state to assure the conditions
for people to be healthy (to identify, prevent, and ameliorate risks to health in the population)
and the limitations on the power of the state to constrain the autonomy, privacy, liberty,
proprietary, or other legally protected interests of individuals for the common good. The prime
objective of public health law is to pursue the highest possible level of physical and mental
health in the population, consistent with the values of social justice".
Definisi diatas dapat diterjemahkan sebagai berikut: Hukum Kesehatan Masyarakat adalah ilmu
yang mempelajari tentang:

1. Kekuasaan dan fungsi-fungsi legal negara untuk memastikan kondisi yang sehat bagi
penduduk, melalui identifikasi, pencegahan, dan memperbaiki risiko kesehatan di
masyarakat.
2. Keterbatasan kekuasaan negara dalam mencegah otonomi, privasi kebebasan, hak milik,
atau upaya legal lainnya dalam melindungi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
publik.

Tujuan utama hukum kesehatan masyarakat adalah mendapatkan tingkat kesehatan fisik dan
mental yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, dengan mempertimbangkan nilai-nilai keadilan
sosial. Dalam hukum kesehatan masyarakat terdapat enam nilai-nilai penting yang dapat
dikembangkan (Gostin & Wiley, 2016 dan Goodman, 2007), yaitu :

1. Kekuasaan dan fungsi pemerintah untuk melindungi kesehatan dan keselamatan


masyarakat. Kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab utama (tetapi tidak
eksklusif) dari pemerintah. Pemerintah menciptakan kebijakan, serta memberlakukan
hukum dan kebijakan dalam merancang perlindungan terhadap kesehatan komunitas.
2. Kebijakan tentang kekuasaan dan keterbatasan negara yang berisi paksaan yang
dilakukan untuk melindungi keseimbangan dalam kesehatan masyarakat dengan
memperhatikan hak asasi individu Paksaan tersebut diberlakukan terhadap individu dan
masyarakat, bukan hanya anjuran untuk menjalankan upaya kesehatan secara. sukarela.
3. Fokus pada populasi dengan memecah-mecah risiko kesehatan, serta menerapkan
intervensi skala besar untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan komunitas, dengan
memperhatikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan.
4. Mengutamakan jaringan sosial yang sehat, dukungan saling menguntungkan, dan
keterlibatan masyarakat sipil Pemberdayaan komunitas dapat menghasilkan kegiatan
promosi kesehatan yang efektif.
5. Orientasi pada pencegahan yaitu melakukan intervensi untuk mengurangi risiko atau
menghindarkan masalah kesehatan akibat cedera dan penyakit.
6. Komitmen terhadap keadilan sosial, yaitu memberikan pengobatan kepada kelompok dan
individu secara adil dan setara dengan memperhatikan ketidak beruntungan pada
masyarakat tertentu.

Dapus

Agustina, Reni. 2021. Etika dan Hukum Kesehatan. Medan: Merdeka Kreasi.

Takdir. 2018. Pengantar Hukum Kesehatan. Palopo: Kampus IAIN.

Anda mungkin juga menyukai