Hukum kesehatan (health law) merupakan suatu spesialisasi dari ilmu hukum yang ruang
lingkupnya meliputi segala peraturan perundang-undangan di sektor pemeliharaan kesehatan.
Banyak istilah yang digunakan oleh para pakar, ada yang menyebutnya hukum kedokteran dan
ada yang menyebutnya hukum medik sebagai terjemahan dari medical law dan droit medical.
Para ahli hukum dan dokter yang berasal dari Inggris, Amerika, dan Australia menggunakan
istilah droit law. Dengan demikian health law diterjemahkan sebagai hukum kesehatan,
sedangkan istilah hukum kedokteran tetap digunakan sebagai bagian dari hukum kesehatan yang
semula disebut hukum medik.
Menurut Pasal 1 Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (Perhuki), hukum
kesehatan adalah semua ketentuan huku yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik dari
perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun
dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana
pedoman-pedoman medis nasional/ internasional hukum di bidang kesehatan, jurisprudensi
serta ilmu pengetahuan bidang kedokteran/ kesehatan. Sedangkan menurut rumusan Tim
Pengkaji Hukum Kedokteran Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) hukum kesehatan
adalah ketentuan hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban, baik dari tenaga kesehatan
dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima
upaya kesehatan tersebut dalam segala aspeknya, yaitu aspek promotif preventif, kuratif,
rehabilitative selain aspek organisasi dan sarana yang harus diperhatikan: Pedoman medis,
internasional, hukum kebiasaan dan hukum otonom di bidang kesehatan, ilmu pengetahuan
dan literature medis juga merupakan sumber hukum kesehatan.
Dari berbagai definisi hukum kesehatan sebagaimana yang dikemukakan di atas, sumber hukum
kesehatan adalah:
Hukum mempunyai fungsi penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh hukum itu
sendiri, yaitu melindungi, menjaga ketertiban dan ketentraman masyarakat. Sejalan dengan asas
hukum, maka fungsi hukum pun ada tiga, yaitu :
1. Fungsi manfaat
2. Fungsi keadilan
3. Fungi kepastian hokum
Ketiga fungsi hukum ini pada prinsipnya adalah ingin memberikan ‘perlindungan’ dari aspek
‘hukumnya’ kepada setiap orang atau pihak, dalam berbagai bidang kehidupannya. Dengan kata
lain, yang ingin diberikan adalah ‘perlindungan hukum’ jika timbul persoalan-persoalan hukum
dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Dalam pengertian melindungi, menjaga ketertiban dan ketentraman itulah tersimpul fungsi
hukum. Dalam fungsinya sebagai alat ‘social engineering’ (pengontrol apakah hukum sudah
ditepati sesuai dengan tujuannya), maka hukum dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah-
masalah di bidang kedokteran/ kesehatan, diperlukan. Karena fungsi hukum tersebut berlaku
secara umum maka hal tersebut berlaku pula dalam bidang Hukum Kesehatan dan Hukum
Kedokteran.
Di dalam dunia Pelayanan Kesehatan (Health Care), pada dasarnya terdapat dua kelompok orang
yang selalu menginginkan ‘adanya kepastian hukum’. Sebab dengan adanya kepastian tersebut,
maka orang-orang tersebut akan merasa ‘terlindungi’ secara hukum. Kedua kelompok tersebut
ialah :
1. Kelompok Penerima Layanan Kesehatan (Health Receiver), antara lain adalah : pasien
(orang sakit) dan orang-orang yang ingin memelihara atau meningkatkan kesehatannya.
- Kepastian Hukumnya : antara lain, adanya ijazah dan Surat Izin Praktek Dokter.
- Perlindungan Hukumnya : adanya ketentuan hukum (Perdata) yang memberi
jaminan ganti rugi jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
2. Kelompok Pemberi Layanan Kesehatan (Health Providers) antara lain adalah para
medical providers yaitu dokter dan dokter gigi, serta paramedis atau tenaga kesehatan
yaitu perawat, bidan, apoteker, asisten apoteker, analis atau laboran, ahli gizi, dan lain-
lain.
D. Hukum Kesehatan Masyarakat
Gostin & Wiley (2016) mendefinisikan hukum kesehatan masyarakat dalam bukunya berjudul
"Public Health Law: Power, Duty, Restraint" sebagai berikut:
"Public health law is the study of the legal powers and duties of the state to assure the conditions
for people to be healthy (to identify, prevent, and ameliorate risks to health in the population)
and the limitations on the power of the state to constrain the autonomy, privacy, liberty,
proprietary, or other legally protected interests of individuals for the common good. The prime
objective of public health law is to pursue the highest possible level of physical and mental
health in the population, consistent with the values of social justice".
Definisi diatas dapat diterjemahkan sebagai berikut: Hukum Kesehatan Masyarakat adalah ilmu
yang mempelajari tentang:
1. Kekuasaan dan fungsi-fungsi legal negara untuk memastikan kondisi yang sehat bagi
penduduk, melalui identifikasi, pencegahan, dan memperbaiki risiko kesehatan di
masyarakat.
2. Keterbatasan kekuasaan negara dalam mencegah otonomi, privasi kebebasan, hak milik,
atau upaya legal lainnya dalam melindungi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
publik.
Tujuan utama hukum kesehatan masyarakat adalah mendapatkan tingkat kesehatan fisik dan
mental yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, dengan mempertimbangkan nilai-nilai keadilan
sosial. Dalam hukum kesehatan masyarakat terdapat enam nilai-nilai penting yang dapat
dikembangkan (Gostin & Wiley, 2016 dan Goodman, 2007), yaitu :
Dapus
Agustina, Reni. 2021. Etika dan Hukum Kesehatan. Medan: Merdeka Kreasi.