Anda di halaman 1dari 112

HUKUM KESEHATAN

by
Burlian Mughnie,S.H.,M.Kes.,Ph.D
1
• RUANG LINGKUP HUKUM
PELAYANAN KESEHATAN
1. Undang Undang Kesehatan
2. Undang Undang Tenaga Kesehatan
3. Undang Undang Rumah Sakit
4. Undang Undang Karantina Kesehatan
5. Undang Undang Narkotika
6. Undang Undang Psikotropika
7. Undang Undang Kefarmasian
8. Peraturan Presiden
9. Peraturan Menteri Kesehatan


2
• UNDANG-UNDANG YANG TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN
1. Undang Undang Tenaga Kerja
2. Undang Undang Tenaga Nuklir
3. Undang Undang Kependudukan
4. Undang Undang BPJS
5. Undang Undang HAM
6. Undang Undang Perlindungan Konsumen
7. Peraturan Presiden
8. Peraturan Menteri


3
• PENGERTIAN HUKUM KESEHATAN
(HEALTH LAW)
hukum kesehatan (Health Law) menurut:

1. Van Der Mijn:


Hukum Kesehatan diratikan sebagai hukum
yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan kesehatan, meliputi:
penerapan perangkat hukum perdata,
pidana dan tata usaha negara.

4
2. Leenen:
Hukum kesehatan sebagai
keseluruhan aktivitas yuridis
dan peraturan hukum di bidang
kesehatan serta studi
ilmiahnya.

5
Secara ringkas hukum kesehatan adalah:
a.Kumpulan peraturan yang mengatur
tetang hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan
b.Seperangkat kaidah yang mengatur
seluruh aspek yang berkaitan dengan
upaya dan pemeliharaan di bidang
kesehatan.

6
c. rangkaian peraturan perundang-
undangan dalam bidang kesehatan
yang mengatur pelayanan
medik dan sarana medik

7
• Pelayanan medik:
upaya pelayanan kesehatan yang
melembaga, berdasarkan fungsi sosial di
bidang pelayanan kesehatan perorangan
bagi individu dan keluarga.
• Sarana medik: meliputi rumah sakit
(umum/khusus), klinik spesialis,
rumah/klinik bersalin, poliklinik atau balai
pengobatan dan sarana lain yang
ditetapkan oleh menteri kesehatan.
8
• Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.

• Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang


mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
9
• Sarana kesehatan adalah tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.

• Kesehatan matra adalah upaya kesehatan


yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental guna
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
berubah secara bermakna baik lingkungan
darat, udara, angkasa, maupun air.

10
• Perbedaan hukum kesehatan (Health Law) dan
hukum kedokteran (medical law): hanya terletak pada
ruang lingkupnya saja
Ruang lingkup hukum kesehatan meliputi semua
aspek yang berkaitan dengan kesehatan (yaitu
kesehatan badaniah, rohaniah dan sosial secara
keseluruhan)
Ruang lingkup hukum kedokteran hanya pada
masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi
kedokteran. Oleh karena masalah kedokteran juga
termasuk di dalam ruang lingkup kesehatan, maka
sebenarnya hukum kedokteran adalah bagian dari
hukum kesehatan.
Latar Belakang disusunnya peraturan perundang-
undangan pelayanan kesehatan, karena adanya
kebutuhan
• 1. pengaturan pemberian jasa keahlian
2. tingkat kualitas keahlian tenaga kesehatan
3. keterarahan
4. pengendalian biaya
5. kebebasan warga masyarakat untuk
menentukan kepentingannya serta identifikasi
kewajiban pemerintah
6. perlindungan hukum pasien
7. perlindungan hukum tenaga kesehatan
8. perlindungan hukum pihak ketiga
9. perlindungan hukum bagi kepentingan umum
• FUNGSI HUKUM KESEHATAN
1. menjaga ketertiban di dalam masyarakat.
Meskipun hanya mengatur tata kehidupan di
dalam sub sektor yang kecil tetapi
keberadaannya dapat memberi sumbangan
yang besar bagi ketertiban masyarakat
secara keseluruhan

2. menyelesaikan sengketa yang timbul di


dalam masyarakat (khususnya di bidang
kesehatan). Benturan antara kepentingan
individu dengan kepentingan masyarakat
• FUNGSI HUKUM KESEHATAN
3. merekayasa masyarakat (social engineering). Jika
masyarakat menghalang-halangi dokter untuk
melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-
luka karena tembakan, maka tindakan tersebut
sebenarnya keliru dan perlu diluruskan.

Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang


menganggap dokter sebagai dewa yang tidak dapat
berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat
dokter adalah manusia biasa yang dapat melakukan
kesalahan di dalam menjalankan profesinya, sehingga
ia perlu dihukum jika perbuatannya memang pantas
untuk dihukum.
• Keberadaan Hukum Kesehatan di sini
tidak saja perlu untuk meluruskan sikap
dan pandangan masyarakat, tetapi juga
sikap dan pandangan kelompok dokter
yang sering merasa tidak senang jika
berhadapan dengan proses peradilan.
• RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN
• Undang-undang Nomor 36 tahun 1992
tentang kesehatan menyatakan yang
disebut sehat adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
• RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN
Menurut Leenen, masalah kesehatan dikelompokkan dalam 15
kelompok: (Pasal 11 UUK)
1. kesehatan keluarga
2. perbaikan gizi
3. pengemanan makanan dan minuman
4. kesehatan lingkungan
5. kesehatan kerja
6. kesehatan jiwa
7. pemberantasan penyakit

9. penyuluhan kesehatan
10. pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
11. pengamanan zat adiktif
12. kesehatan sekolah
13. kesehatan olah raga
14. pengobatan tradisional
15. kesehatan matra
• RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN
Menurut Leenen, masalah kesehatan
dikelompokkan dalam 15 kelompok: (Pasal 11
UUK)
1. kesehatan keluarga
2. perbaikan gizi
3. pengemanan makanan dan minuman
4. kesehatan lingkungan
5. kesehatan kerja
6. kesehatan jiwa
7. pemberantasan penyakit
• RUANG LINGKUP HUKUM KESEHATAN
8. penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan
9. penyuluhan kesehatan
10. pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan
11. pengamanan zat adiktif
12. kesehatan sekolah
13. kesehatan olah raga
14. pengobatan tradisional
15. kesehatan matra
• hukum kesehatan di Indonesia belum
seluruhnya memenuhi runag lingkup yang
ideal, sehingga yang diperlukan adalah:

1. melakukan inventarisasi dan analisis


terhadap perundang-undangan yang
sudah ada untuk dikaji sudah cukup atau
belum.
2. perlu dilakukan penyuluhan tidak hanya
terbatas kepada tenaga kesehatan saja
tetapi juga kalangan penagak hukum dan
masyarakat
3. perlu dilakukan identifikasi yang tepat
bagi pengaturan masalah-masalah
kesehatan guna pembentukan perundang-
undangan yang benar.
SUMBER HUKUM
KESEHATAN
• Hukum Kesehatan tidak hanya bersumber
pada hukum tertulis saja tetapi juga
yurisprudensi, traktat, Konvensi, doktrin,
konsensus dan pendapat para ahli hukum
maupun kedokteran.
SUMBER HUKUM
KESEHATAN
Hukum tertulis, traktat, Konvensi atau
yurisprudensi, mempunyai kekuatan
mengikat (the binding authority), tetapi
doktrin, konsensus atau pendapat para ahli
tidak mempunyai kekuatan mengikat, tetapi
dapat dijadikan pertimbangan oleh hakim
dalam melaksanakan kewenangannya, yaitu
menemukan hukum baru.
SUMBER-SUMBER HUKUM

• Zevenbergen mengartikan sumber hukum adalah


sumber terjadinya hukum; sumber yang menimbulkan
hukum. Sedangkan Achmad Ali, sumber hukum adalah
tempat di mana kita dapat menemukan hukum.

Sumber hukum dapat dibedakan ke dalam :
a. Sumber hukum materiil, adalah faktor-faktor yang
turut menentukan isi hukum. Misalnya, hubungan
sosial/kemasyarakatan, kondisi atau struktur ekonomi,
hubungan kekuatan politik, pandangan keagamaan,
kesusilaan dsb.
b. Sumber hukum formal, merupakan tempat atau
sumber dari mana suatu peraturan memperoleh
kekuatan hukum; melihat sumber hukum dari segi
bentuknya.
Yang termasuk sumber hukum formal,
adalah :
1. Undang-undang (UU);
2. Kebiasaan;
3. Yurisprudensi;
4. Traktat (Perjanjian antar negara);
5. Perjanjian;
6. Doktrin.
Undang-undang No 39 Tahun 1999
tentang Hak azazi Manusia
UU No 39 Tahun 1999
tentang HAM
• HAM: seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan YME dan merupakan
anugerahNYa yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan
Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.

UU No 39 Tahun 1999
tentang HAM

• Kewajiban Dasar Manusia adalah


seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan, tidak meungkinkan
terlaksananta dan tegaknya hak asasi
manusia.(Bab I Pasal 1)
UU No 39 Tahun 1999
tentang HAM
• Bab III Bagian Pertama, pasal 9Hak
untuk Hidup.
• Bab III Bagian Kelima, pasal 21keluhan
pribadi..tidak boleh jadi obyek penelitian
tanpa persetujuan.
UU No 39 Tahun 1999
tentang HAM
Penjelasan Pasal 41 ayat 1: Kemudahan dan
perlakuan khusus adalah pemberian pelayanan,
jasa, atau penyediaan fasilitas dan sarana
kelancaran, keamanan, kesehatan dan
keselamatan.
Dua asas yang melandasi
hukum kesehatan
• The right to health care (hak atas pelayanan
kesehatan)
merupakan hak dasar sosial
• The right of self determination (hak untuk
menentukan nasib sendiri)
merupakan hak dasar individual

(Wiradharma, D,1996)
Faktor yang mempengaruhi
citra pelayanan kesehatan
• Sarana: RS, Puskesmas, Posyandu dsb
• Geografis: Apa sarana dicapai dengan mudah?
• Keuangan: Biaya atas pelayanan kesehatan, tinggi
atau rendah?
• Kualitas: Kualitas sarana maupun tenaga medisnya.

Apakah semua mendukung pelaksanaan HAM


The right of self determination :
• Sebagai hak dasar atau hak primer individual,
merupakan sumber dari hak-hak individual sbb:
• - Hak atas Privacy--->hak atas rahasia kedokteran.
• -Hak atas tubuhnya sendiri:--->hak atas informed
consent, hak memilih dokter RS, hak menolak
pengobatan/ perawatan/tindakan medis
tertentu,hak menghentikan pengobatan/
perawatan, hak atas “second opinion” dan hak
memeriksa rekam medis.
Hak Asasi Manusia bidang
Kesehatan
1.The right to health care (hak atas pelayanan
kesehatan)---Konvensi Hak Sipil dan Politik 1966
2. The right of self determination (hak untuk menentukan
nasib sendiri)--- Deklarasi PBB 1948.
3.The right to information---Helsinki 1964.
• Maka: harus ada keseimbangan hubungan antara
PENERIMA dan PEMBERI jasa layanan kesehatan.
Kedua pihak terlindungi secara hukum.
• (Purnomo, B, 2000)
Undang-undang Kesehatan No 36
tahun 2009
Muatan UU Kesehatan No 36
tahun 2009:
Salah satu upaya pembangunan kesehatan:
1.Kurasif--- Penyembuhan
2.Promotif--- Peningkatan derajat kesehatan
3.Preventif ------ Pencegahan
4. Rehabilitasi--- Pemulihan
Untuk mencapai keadaan sejahtera badan, jiwa,
sosial---agar hidup produktif secara sosial dan
ekonomis
Beberapa hal:
Hubungan HAM dan Kesehatan

• Pelanggaran thd HAM dapat


memunculkan masalah kesehatan yg
serius: (Misal: kasus KDRT,
penganiayaan thd istri/anak, belum ada
perlindungan hukum yg baik, tata cata
tradisional yg digolongkan sbg
pelanggaran HAM:perbudakan/pengucilan
dsb)
Beberapa hal:
Hubungan HAM dan Kesehatan

• Kebijakan dan program kesehatan bisa


memunculkan pelanggaran Ham: Misal:
Program Askeskin yg kurang monitor scr
baik shg akses maskin thd kesehatan sulit
dan terdiskriminasi.
Kesehatan dgn Pendekatan
berbasis HAK
• Memperlihatkan kesehatan dgn Ham
• Akuntabilitas
• Pemberdayaan
• Partisipasi
• Tidak diskriminasi, terutama tdh kelompok
rentan (miskin/terlantar, perempuan,
anak, kel kemapuan berbeda)
Indikator-indikator Keberhasilan
Program kesehatan
(dalam pemenuhan Hak atas Kesehatan)

Ketersediaan (fasilitas perawatan maupun


peralatan,rancangan program yg baik
dsb)
• Keterjangkauan (Pelayanan kesehatan
dapat terjangkau semua orang, tak
diskriminasi, informasi yg akurat)
terkini)
Indikator-indikator Keberhasilan
Program kesehatan
(dalam pemenuhan Hak atas Kesehatan)

• Penerimaan (Menghargai etika medis,


perbedaan sosial budaya, kerahasiaan,
meningkatkan status kesehatan dsb)
• Kualitas (kualitas sesuai perkembangan
dunia kedokteran terkini)
Problem Kesehatan
(Pendekatan Hak):
• Kematian Ibu yg masih tinggi, KB yg belm merata
(Program kesehatan reproduksi)
• Gizi buruk, kematian bayi dan balita yg masih
tinggi (Program Kesehatan Anak)
• Diare, ISPA, DBD, Malaria (Program Kesling)
• Pencemaran dan kelangkaan air (Program air
Bersih)
• Problem2 Program Hiv/ AIDs
• Problem2 Khusus program TBC
Beberapa catatan Dalam
Kovenan Ekosob:
• Hak dasar setiap orang bebas kelaparan
dan kehausan....negara akan
memperbaiki cara-cara produksi dan
tekonologi,...penggunaan sumber-sumber
alam, jaminan distribusi yg adil
• Hak atas pangan: memberikan ruang yg
besar cara-cara pengamanan
pangan,perlindungan tanaman dan harga
Cacatan lain
Kesehatan Pendekatan Hak:
• UU Perlindungan Anak: Negara
bertanggungjawab atas kesehatan
anak.......menyediakan fasilitas kes yg
komprehensif...dan menyediakan pengobatan
cuma-cuma kpd keluarga miskin......
• WHO, Komite Ekosob: Hak atas Air: jernih,
mudah didapat, bisa dijangkau. Maskin rawan
karena kemampuan membayar rendah.
ad.1. Undang-undang.
Undang-undang ialah peraturan negara
yang dibentuk oleh alat perlengkapan
negara yang berwenang, dan mengikat
masyarakat. UU di sini identik dengan
hukum tertulis (Ius scripta) sebagai lawan
dari hukum yang tidak tertulis. (Ius non
scripta). Istilah tertulis tidak bisa diaertikan
secara harafiah, tetapi dirumuskan secara
tertulis oleh pembentuk hukum khusus
(speciali rechtsvormende organen).
UU dapat dibedakan dalam arti :
- UU dalam arti formal, yaitu keputusan
penguasa yang dilihat dari bentuk dan
cara terjadinya, sehingga disebut UU. Jadi
merupakan ketetapan penguasa yang
memperoleh sebutan UU karena cara
pembentukannya.
UU dapat dibedakan dalam arti :

Di Indonesia UU dalam arti formal dibentuk oleh


Presiden dengan persetujuan DPR (pasal 5 ayat
1 UUD’45).
- UU dalam arti materiil, yaitu keputusan atau
ketetapan penguasa, yang dilihat dari isinya
dinamai UU dan mengikat semua orang secara
umum.
ad.2. Kebiasaan (custom).
Kebiasaan adalah perbuatan manusia
mengenai hal tertentu yang dilakukan
berulang-ulang. Kebiasaan ini kemudian
mempunyai kekuatan normatif, kekuatan
mengikat. Kebiasaan biasa disebut
dengan istilah adat, yang berasal dari
bahasa Arab yang maksudnya kebiasaan.
ad.2. Kebiasaan (custom).lanjut ……

Adat istiadat merupakan kaidah sosial


yang sudah sejak lama ada dan
merupakan tradisi yang mengatur tata
kehidupan masyarakat tertentu. Dari adat
kebiasaan itu dapat menimbulkan adanya
hukum adat.
Prof.Dr. Sunaryati Hartono, SH, tidak
sependapat bahwa hukum kebiasaan itu
disamakan dengan hukum adat, dengan
mengatakan :

“Apakah sudah benar dan tepat


pemahaman sementara sarjana hukum
kita sekarang ini untuk menyamakan saja,
Hukum Kebiasaan dengan hukum Adat ?
Prof.Dr. Sunaryati Hartono, SH,

Karena di negara kita sudah berkembang hukum


kebiasaan dalam arti yang lebih luas, seperti
hukum kebiasaan yang dikembangkan di
kalangan eksekutif (Administrasi Negara), di
Pengadilan, hukum kebiasaan dikalangan
profesi hukum (notaris dan pengacara),
khususnya dalam bidang hukum kontrak, hukum
dagang (hukum bisnis) dan hukum ekonomi
pada umumnya”.
Prof. Ronny Hanitijo Soemitro, SH dan
Prof.Dr.Satjipto Rahardjo, S, H, memberikan 3
unsur agar kebiasaan dapat diterima dalam
masyarakatyaitu :

a. Syarat kelayakan, pantas atau masuk akal.


Kebiasaan yang yang tidak memenuhi syarat
harus ditinggalkan. Ini berarti bahwa otoritas
kebiasaan adalah tidak mutlak tetapi
kondisional, tergantung dari kesesuaiannya
pada ukuran keadilan dan kemanfaatan umum;
b. Pengakuan akan kebenarannya. Ini berarti bahwa kebiasaan
itu hendaknya diikuti secara terbuka dalam masyarakat, tanpa
mendasarkan pada bantuan kekuatan di belakangnya dan
tanpa persetujuan dari dikehendaki oleh mereka yang
kepentingannya dikenal oleh praktek dari kebiasaan tersebut.
Persyaratan ini tercermin dalam bentuk norma yang oleh
pemakainya harus tidak dengan kekuatan, tidak secara diam-
diam, juga tidak karena dikehendaki.

c. Mempunyai latar belakang sejarah yang tidak dapat dikenali


lagi mulainya. Kebiasaan adalah bukan praktek yang baru
tumbuh kemarin dulu atau beberapa tahun yang lalu, tetapi
telah menjadi mapan karena dibentuk oleh waktu yang
panjang.
Ad.3. Yurisprudensi.

Adalah keputusan hakim/ pengadilan terhadap persoalan


tertentu, yang menjadi dasar bagi hakim-hakim yang lain
dalam memutuskan perkara, sehingga keputusan hakim
itu menjadi keputusan hakim yang tetap.

Ad.4. Perjanjian.

Perjanjian merupakan salah satu sumber hukum karena


perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak (para
pihak) mengikat para pihak itu sebagai undang-undang.
Hal ini diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata.
Ada 3 asas yang berlaku dalam perjanjian, yaitu :

1. Asas konsensualisme (kesepakatan), yaitu perjanjian itu telah terjadi (sah


dan mengikat) apabila telah terjadi kesepakatan antara para pihak yang
mengadakan perjanjian.

2. Asas kebebasan berkontrak, artinya seseorang bebas untuk mengadakan


perjanjian, bebas menentukan bentuk perjanjian, bebas menentukan isi
perjanjian dan dengan siapa (subyek hukum) mana ia mengadakan
perjanjian, asal tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan
undang-undang.

3. Asas Pacta Sunt Servanda, adalah perjanjian yang telah dibuat oleh para
pihak (telah disepakati) berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya.
Ad.5. Traktat (Perjanjian Antarnegara)
Dalam pasal 11 UUD 1945, menyatakan
bahwa Presiden dengan persetujuan DPR
menyatakan perang, membuat perdamaian
dan membuat perjanjian dengan negara
lain. Perjanjian antaranegara yang sudah
disahkan berlaku dan mengikat negara
peserta, termasuk warga negaranya
masing-masing.
Untuk itu suatu traktat untuk bias menjadi
sumber hukum (formal) harus disetujui
oleh DPR terlebih dahulu, kemudian baru
di RATIFIKASI oleh Presiden dan setelah
itu baru berlaku mengikat terhadap
negara peserta dan warganegaranya.
Traktat yang memerlukan persetujuan
DPR adalah traktat yang mengandung
materi :
1. Soal-soal Politik atau dapat mempengaruhi
haluan politik luar negeri, seperti perjanjian
tentang perubahan wilayah.

2. Soal-soal perjanjian kerjasama ekonomi


seperti hutang luar negeri.

3. Soal-soal yang menurut system perundang-


undangan Ri harus diatur dengan Undang-
undang, seperti Kewarganegaraan.
Ad.6. Doktrin.
Adalah pendapat para sarjana hukum
terkemuka yang besar pengaruhnya bagi
pengadilan (hakim) dalam mengambil
keputusannya. Doktrin untuk dapat
menjadi salah satu sumber hukum
(formal) harus telah menjelma menjadi
keputusan hakim.
SEJARAH HUKUM
KESEHATAN
SEJARAH HUKUM KESEHATAN
1. pada awalnya masyarakat
menganggap penyakit sebagai misteri,
sehingga tidak ada seorangpun yang
dapat menjelaskan secara benar tentang
mengapa suatu penyakit menyerang
seseorang dan tidak menyerang lainnya.
2. pemahaman yang berkembang selalu
dikaitkan dengan kekuatan yang bersifat
supranatural.
SEJARAH HUKUM KESEHATAN
3. penyakit dianggap sebagai hukuman
Tuhan atas orang-orang yang yang
melanggar hukumNya atau disebabkan oleh
perbuatan roh-roh jahat yang berperang
melawan dewa pelindung manusia.
4. pengobatannya hanya bisa dilakukan
oleh para pendeta atau pemuka agama
melalui do’a atau upacara pengorbanan
SEJARAH HUKUM KESEHATAN

5. pada masa itu profesi kedokteran


menjadi monopoli kaum pendeta, oleh
karena itu mereka merupakan kelompok
yang tertutup, yang mengajarkan ilmu
kesehatan hanya di kalangan mereka
sendiri serta merekrtu muridnya dari
kalangan atas.
6. memiliki kewenangan untuk membuat undang-
undang, karena dipercayai sebagai wakil Tuhan
untuk membuat undang-undang di muka bumi.
7. undang-undang yang mereka buat memberi
ancaman hukuman yang berat, misalnya
hukuman potong tangan bagi seseorang yang
melakukan pekerjaan dokter dengan
menggunakan metode yang menyimpang dari
buku yang ditulis sebelumnya, sehingga orang
enggan memasuki profesi ini.
8. Mesir pada tahun 2000 SM tidak hanya
maju di bidang kedokteran tetapi juga
memiliki hukum kesehatan.

9. konsep pelayanan kesehatan sudah


mulai dikembangkan dimana
penderita/psien tidak ditarik biaya oleh
petugas kesehatan yang dibiayai oleh
masyarakat.
10. peraturan ketat diberlakukan bagi
pengobatan yang bersifat eksperimen

11. tidak ada hukuman bagi dokter atas


kegagalannya selama buku standar
diikuti.
12. profesi kedokteran masih di dominasi
kaum kasta pendeta dan bau mistik tetap saja
mewarnai kedokteran
13. sebenarnya ilmu kedokteran sudah maju
di Babylonia (Raja Hammurabi 2200 SM)
dimana praktek pembedahan sudah mulai
dikembangkan oleh para dokter, dan sudah
diatur tentang sistem imbalan jasa dokter,
status pasien, besar bayarannya. (dari sini lah
Hukum Kesehatan berasal, bukan dari Mesir)
14. dalam Kode Hammurabi diatur
ketentuan tentang kelalaian dokter
beserta daftar hukumannya, mulai dari
hukuman denda sampai hukuman yang
mengerikan. Dan pula ketentuan yang
mengharuskan dokter mengganti budak
yang mati akibat kelalian dokter ketika
menangani budak tersebut.
15 salah satu filosof yunani HIPPOCRATES (bapak
ilmu kedokteran modern) telah berhasil menyusun
landasan bagi sumpah dokter serta etika kedokteran,
yaitu:

a. adanya pemikiran untuk melindungi masyarakat


dari penipuan dan praktek kedokteran yang bersifat
coba-coba
b. adanya keharusan dokter untuk berusaha
semaksimal mungkin bagi kesembuhan pasien serta
adanya larangan untuk melakukan hal-hal yang
dapat merugikannya.
c. Adanya penghormatan terhadap makhluk
insani melalui pelarangan terhadap euthanasia
dan aborsi

d. Menekankan hubungan terapetik sebagai


hubungan di mana dokter dilarang mengambil
keuntungan

e. Adanya keharusan memegang teguh rahasia


kedokteran bagi setiap dokter.
16. abad 20 an telah terjadi perubahan
sosial yang sangat besar, pintu pendidikan
bagi profesi kedokteran telah terbuka lebar
dan dibuka di mana-mana, kemajuan di
bidang kedokteran menjadi sangat pesat,
sehingga perlu dibatasi dan dikendalikan
oleh perangkat hukum untuk mengontrol
profesi kedokteran.
Hukum dan etika berfungsi sebagai alat
untuk menilai perilaku manusia, obyek
hukum lebih menitik beratkan pada
perbuatan lahir, sedang etika batin, tujuan
hukum adalah untuk kedamaian lahiriah,
etika untuk kesempurnaan manusia,
sanksi hukum bersifat memaksa, etika
berupa pengucilan dari masyarakat.
MALPRAKTEK 73
MALPRAKTEK
• MISCONDUCTS – sikap buruk
• misal : Penahanan Pasien, Buka
Rahasia Kedokteran Tanpa Hak, Aborsi
Ilegal, Euthanasia, Penyerangan Seksual,
Keterangan Palsu, Praktek Tanpa Izin

74
MALPRAKTEK

• NEGLIGENCE – kelalaian
• - Malfeasance (melakukan tindakan
tidak layak, lalai membuat
keputusan)
• - Misfeasance (melakukan pilihan
yang tidak tepat, lalai eksekusi)
• - Nonfeasance (tidak melakukan
kewajiban)
75
MALPRAKTEK
• NEGLIGENCE – kelalaian
• - Malfeasance (melakukan tindakan tidak layak,
lalai membuat keputusan)
• - Misfeasance (melakukan pilihan yang tidak
tepat, lalai eksekusi)
• - Nonfeasance (tidak melakukan kewajiban)

• LACK OF SKILL - kekurangan kemampuan


• - Dibawah standar kompetensi
• - Di luar kompetensi (bukan kompetensi /
kewenangan) 76
MALPRAKTEK

• LACK OF SKILL - kekurangan kemampuan


• - Dibawah standar kompetensi
• - Di luar kompetensi (bukan
kompetensi / kewenangan)

77
MISCONDUCT
• FRAUD / MISREPRESENTASI
• PELANGGARAN STANDAR SECARA
SENGAJA (DELIBERATE VIOLATION)
• PIDANA UMUM:
– KETERANGAN PALSU
– PENAHANAN PASIEN
– BUKA RAHASIA KEDOKTERAN TANPA HAK
– ABORSI ILEGAL
– EUTHANASIA
– PENYERANGAN SEKSUAL
78
MISCONDUCT
• FRAUD / MISREPRESENTASI
• PELANGGARAN STANDAR SECARA
SENGAJA (DELIBERATE VIOLATION)
• PIDANA UMUM:
– KETERANGAN PALSU
– PENAHANAN PASIEN
– BUKA RAHASIA KEDOKTERAN TANPA HAK
– ABORSI ILEGAL
– EUTHANASIA
– PENYERANGAN SEKSUAL
79
KELALAIAN MEDIK
• JENIS MALPRAKTIK TERSERING
• BUKAN KESENGAJAAN
• TIDAK MELAKUKAN YG SEHARUSNYA
DILAKUKAN, MELAKUKAN YG
SEHARUSNYA TIDAK DILAKUKAN
OLEH ORANG2 YG SEKUALIFIKASI
PADA SITUASI DAN KONDISI YG
IDENTIK

80
BENTUK KELALAIAN
• MALFEASANCE
– MELAKUKAN TINDAKAN YG MELANGGAR (UNLAWFUL /
IMPROPER)
– SEJAJAR DENGAN ERROR OF PLANNING
– MIS. TINDAKAN MEDIS TANPA INDIKASI
• MISFEASANCE
– IMPROPER PERFORMANCE YG AKIBATKAN CEDERA
– SEJAJAR DENGAN ERROR OF EXECUTION
– MIS. TINDAKAN MEDIS TAK SESUAI PROSEDUR
• NONFEASANCE
– GAGAL MELAKUKAN TINDAKAN YG MERUPAKAN
KEWAJIBAN
81
LACK OF SKILL
• KOMPETENSI KURANG ATAU DI
LUAR KOMPETENSI / KEWENANGAN
– SERING MENJADI PENYEBAB ERROR
ATAU KELALAIAN
– SERING DIKAITKAN DENGAN
KOMPETENSI INSTITUSI (LOCALITY
RULE, LIMITED RESOURCES)
– KADANG DAPAT DIBENARKAN PADA
SITUASI-KONDISI LOKAL TERTENTU
82
UNSUR KELALAIAN
• ADA KEWAJIBAN TAPI TIDAK
DILAKSANAKAN
• - KEWAJIBAN PROFESI
• - KEWAJIBAN DENGAN PASIEN
• PENYIMPANGAN KEWAJIBAN
• - PELANGGARAN KEWAJIBAN
TERSEBUT
83
UNSUR KELALAIAN
• DAMAGES (KERUGIAN)
• - CEDERA, MATI ATAU KERUGIAN
• DIRECT CAUSIALSHIP
• - HUBUNGAN SEBAB-AKIBAT /
CAUSALITAS

84
GEJALA GUGATAN MALPRAKTEK

1. ADANYA KEGAGALAN
PENANGANAN PASIEN
2. CETUSAN RASA TIDAK PUAS THD
PELAYANAN
3. ADANYA HUBUNGAN BURUK
DOKTER-PASIEN/KELUARGA
(RASA TIDAK PERCAYA KE
DOKTER)
85
GEJALA GUGATAN MALPRAKTEK
1. PENYAMPAIAN KELUHAN KE RS SECARA
TERTULIS
2. KEINGINAN PASIEN/KEL.MENDAPATKAN
BERKAS RM
3. PASIEN / KUASA HUKUM MEMBEBERKAN KE
MEDIA MASA SEOLAH-OLAH :
• - SEMUA TINDAKAN DOKTER SALAH DAN
DIANGGAP LALAI
• - TIDAK ADA INFORMASI
• - PELAYANAN RS SEDEMIKIAN BURUK
• - PASIEN YANG PALING BENAR
86
DASAR GUGATAN MALPRAKTEK
• HASIL PENGOBATAN TIDAK SESUAI DGN YANG DIHARAPKAN
• CEDERA/PENYAKIT/KOMPLIKASI YANG DIKAITKAN DENGAN
KELALAIAN
• KURANG MENDAPAT INFORMASI ADEKUAT (KESENJANGAN
INFORMASI)

• - Dokter tidak pernah memberikan informasi


• - Informasi yg berbeda/bertentangan antar dokter
• - Tiap spesialis menyatakan tidak ada masalah, tapi pasien
makin jelek
• - Keterangan dokter lain yg menjelekkan sejawatnya dpt
memicu tuntutan

87
DASAR GUGATAN MALPRAKTEK

• PENANGANAN OLEH TENAGA KESEHATAN YANG TIDAK


KOMPETEN
• SALAH DIAGNOSA, TERLAMBAT DIAGNOSA, SALAH TERAPI,
KURANG PROFESIONAL
• TELAH TERJADI KELALAIAN, PERBUATAN MELAWAN HUKUM
• MELAKSANAKAN TINDAKAN TANPA IZIN
• TUNTUTAN : - GANTI RUGI
• - REHABILITASI
• - PIDANA
• Hati-hati : Percakapan perawat/dokter dpt dijadikan bahan
gugatan, Teguran dokter ke perawat apalagi mempersalahkan
perawat akan dicatat dan menjadi bahan gugatan

88
SIAPA YANG DIGUGAT

• DOKTER YANG MERAWAT


• ATASAN DOKTER YANG MERAWAT (RS-DIREKTUR)
• (Berlaku tanggung jawab manajemen)
• DOKTER LAIN YANG IKUT MERAWAT
• (Rawat bersama, Pernah dikonsulkan, Anestesist dll)
• DIREKTUR RS / PIMPINAN SARANA KESEHATAN
• OTORITAS KESEHATAN
• - Dinkes Kab / Kota
• - Dinkes Provinsi
• - Dirjen
• - Menteri

89
BILA ADA KASUS
Dilaporkan ke :
- Menkes
- Dirjen
- Kepolisian
- DPR
- MKEK
- MKDKI
- PB IDI
90
DAMPAK
GUGATAN
- CITRA RS MENURUN
- REPUTASI DOKTER TERCEMAR
- TEKANAN PSIKOLOGIS (KURANG PERCAYA
DIRI)
- BEBAN PIKIRAN, WAKTU, BIAYA
- SANKSI (ETIK & HUKUM)
- TIMBUL TUNTUTAN HUKUM
- Perdata
- Pidana
- TUN

91
DASAR HUKUM GUGATAN SECARA
PERDATA
Gugatan dugaan malpraktek umumnya Perbuatan
Melawan Hukum

• Ps. 55 UU 23 1992 tentang Kesehatan (Tiap orang


berhak ganti rugi atas kelalaian
tenaga kesehatan)

• Ps. 1365 KUH Perdata (PMH dpt diminta ganti rugi


atas kelalaian)

• Ps. 1366 KUH Perdata (Ganti rugi akibat kelalaian /


kurang hati-hati) 92
DASAR HUKUM GUGATAN SECARA
PERDATA
• Ps. 1367 KUH Perdata (Atasan bertanggung jawab
atas tindakan bawahan)

Tuntutan Ganti Rugi :


- Materil : (Biaya RS, Honor Dokter, Biaya
akomodasi, Biaya Obat dll)
- Imateril : (Pengganti rasa sakit, rasa malu, sedih,
penderitaan batin dll)

93
DASAR GUGATAN MALPRAKTEK
SEBAGAI KASUS PIDANA
• Mulai digeser ke kasus pidana
• Keluarga melapor ke Polisi  Kejaksaan,
Pengadilan
• Dasar KUHP :
- 359, kelalaian menyebabkan meninggal
- 360, kelalaian menyebabkan luka berat
- 304, membiarkan orang yang perlu pertolongan
- 349, aborsi
- 344, euthanasia
- 284, penyerangan seksual
- 267-268, keterangan palsu
- 322 jo PP 10/66, membocorkan rahasia kedokteran
94
ETIK, DISIPLIN DAN HUKUM
ETIK DISIPLIN HUKUM
1. Dibuat dan disepakati oleh 1. Organisasi Profesi 1. Dibuat oleh Pemerintah dan
organisasi profesi (IDI) Dewan Perwakilan Rakyat
2. Kode Etik 2. UU, PP, Keppres, dsb
3. Diatur, norma prilaku 2. Standar Profesi 3. Diatur, norma prilaku manusia
pelaksanaan profesi 3. Diatur, Norma Prilaku pada umumnya
4. Sanksi, yaitu moral psikologis pelaksana profesi 4. Untuk pidana: mati/
5. Yang mengadili: 4. Sanksi moral psikologis dan kunjungan, penjara, denda
Ikatan/organisasi profesi terkait; teguran/pencabutan Untuk Perdata: ganti rugi
Majelis Kehormatan Etik 5. Yang mengadili : Badan yang Adm : teguran/ pencabutan
Kedokteran (MKEK), Panitia dibentuk : Majelis Kehormatan 5. Pengadilan :
Pertimbangan dan Pembinaan Disiplin Kedokteran Indonesia Perdata: gugatan ke
Etik Kedokteran (P3FK) dan Majelis Kehormatan pengadilan
Disiplin Kedokteran Indonesia Pidana : laporan/ tuntutan
Tingkat Provinsi Adm : gugatan ke pengadilan

95
PELANGGARAN DLM BIDANG KESEHATAN PROFESI KEDOKTERAN

PELANGGARAN PROFESI DOKTER UU No 23 Thn 1992 dan UU No 29 Thn 2004

ETIK Disiplin Hukum

Organisasi Profesi Disiplin Kedokteran Perdata Pidana Administrasi

Pengaduan Pengaduan Gugat Laporan Polisi Laporan


/jaksa
MKEK-P3EK MKDKI Pusat
Tuntutan Gugatan
MKDKI Provinsi
Tindakan Disiplin Pengadilan
Tindakan Disiplin

Keputusan Keputusan
Keputusan

Pecabutan izin Praktik


Ganti rugi Mati/kurungan/ Teguran/
penjara/denda Pencabutan
Sementara Tetap Rekomendasi
Selamanya Pencabutan Tanda
Peringatan Registrasi & Surat Kewajiban mengikuti 96
Tertulis Izin Praktik Pelatihan/Latihan
TENTANG GUGAT PERDATA
TANGGUNG GUGAT

Ganti Rugi Ganti Rugi

PERBUATAN WANPRESTASI
MELANGGAR HUKUM INGKAR JANJI

97
TANGGUNG JAWAB PIDANA
PENYELIDIKAN

PENYIDIKAN

TUNTUTAN

PERSIDANGAN

KEPUTUSAN

98
TINDAKAN ADMINISTRASI
MASYARAKAT/
ORANG PROFESI/
TENAGA KESEHATAN

GUGATAN

PENGADILAN

KEPUTUSAN
TINDAKAN
ADMINISTRASI 99
MKDKI
• UNTUK MENEGAKKAN DISIPLIN DR/DRG
DALAM PENYELENGGARAAN PRAKTIK
• OTONOM DI LINGKUNGAN KKI
• INDEPENDEN
• BERTANGGUNGJAWAB (adm) KEPADA KKI
• DI IBUKOTA DAN PROPINSI
• ANGGOTA DITETAPKAN MENTERI ATAS
USUL ORG PROFESI, MASA 5 TAHUN
• JURISDIKSI: DISIPLIN PROFESI
100
PASAL 55 – 60 UU PRADOK
MKDKI
• TUGAS :
– Menerima pengaduan, memeriksa, dan
memutuskan kasus pelanggaran disiplin
dokter dan dokter gigi yang diajukan
– Menyusun pedoman dan tata cara
penanganan kasus pelanggaran disiplin
dokter atau dokter gigi

Pasal 64 UU Pradok 101


MKDKI
• TATA KERJA
– Menerima pengaduan tertulis dari setiap orang
yang mengetahui atau dirugikan kepentingannya
– Isi pengaduan: Identitas pengadu, nama dan
alamat dokter teradu, alasan pengaduan
– MKDKI memeriksa dan memutuskan
– Putusan: tidak bersalah atau pemberian sanksi
– Merujuk ke Organisasi Profesi (MKEK) bila kasus
etik
– Ketentuan lanjut: Peraturan Konsil

102
Pasal 66 – 70 UU Pradok
KIAT PENANGANAN KASUS DI RS

• I. INTERNAL (Direksi, KM, Ybs, Humas)


• a. Responsif thd keluhan masyarakat
• b. Prihatin, ikut merasakan, berikan bantuan
• c. Niat untuk menyelesaikan
• d. Cari sebab musabab
• e. Periksa  Bukti
• f. Analisis secara mendalam (kriteria, standar)
• g. Tanggung jawab
• h. Tegakkan aturan (Punishment) MDTK,
MKEK,MKDKI

103
Pasal 66 – 70 UU Pradok
KIAT PENANGANAN KASUS DI RS
• II. EXTERNAL (MKEK, Bidang
Hukum)
• a. Merujuk prinsip dasar etika
kedokteran dan azas-azas hukum
• b. Melakukan klarifikasi antara
pengadu dengan teradu untuk
mencari kebenaran
• c. Lakukan mediasi
KIAT PENANGANAN KASUS DI RS
• d. Mengundang saksi ahli (second opinion)
• e. Memutuskan dan memilah sengketa
• - masalah etis
• - masalah hukum
• - gabungan Etis dan Hukum
• f. Siapkan bukti (MR, TC, dll)
• g. Siapkan bantuan hukum
• h. Penerapan sanksi
• I. Rehabilitasi bila tidak salah
PENANGANAN KASUS MALPRAKTEK
(1)
 SOMASI DARI PASIEN / KEL / LSM
- Terjadi kelalaian, perbuatan melawan hukum
 MENELITI KEBENARAN SOMASI
- Periksa Rekam Medis
- Informasi yg diberikan dokter, perawat
- Informasi ttg penanganan pasien (perawatan)
 MENJAWAB SOMASI
- Sesuai informasi medik dalam RM, keterangan
dokter, perawat
- Upaya membuktikan kebenaran
 MELAKUKAN MEDIASI
- Upaya dan saling pengertian
- Buktikan kebenaran informasi medis (RM,
Ket.dokter, perawat)
 HASIL MEDIASI
- Terjadi perdamaian
- Tidak terjadi perdamaian  tuntutan,
gugatan
ke  Kepolisian (Pidana)
ke  Pengadilan Negeri (Perdata)
PENANGANAN KASUS MALPRAKTEK
(2)
 TIMBUL SURAT PENGADUAN (SP) KE POLISI
- Terjadi tindakan melawan hukum, kelalaian
 PROSES PEMERIKSAAN DI KEPOLISIAN
- Panggilan Polisi ke dokter atau pihak terkait
- Antisipasi panggilan dengan persiapan bukti
- Penuhi panggilan dengan didampingi Kuasa Hukum
(sering diminta RM tapi diberikan Resume
Medis)
- Jelaskan dan buktikan kebenaran informasi medis
(dlm RM, keterangan dokter, perawat)
PENANGANAN KASUS MALPRAKTEK
(3)
 KEJAKSAAN
- Pemeriksaan Tersangka, Saksi
- Mencari bukti  RM, keterangan dokter,
perawat
- Dapat terjadi penahanan  tahanan di LP
tahanan Kota dll
- Tersangka tetap didampingi Penasehat
Hukum
- Bila cukup bukti ke PN
PENANGANAN KASUS MALPRAKTEK (4)

 PENGADILAN
- Berkas Perkara dilimpahkan Kejaksaan ke
Pengadilan (pidana)
- Gugatan dari Pasien / Kel. / Kuasa pasien
- Pengadilan bentuk Majelis Hakim
- Pemeriksaan dalam persidangan
- Pembuktian melalui RM dan keterangan dokter,
perawat, second opinion dll
-
PENANGANAN KASUS MALPRAKTEK (4)

 - Tuntutan Jaksa
- Eksepsi Penasehat Hukum
- Replik JPU
- Duplik  Penasehat Hukum
112

Anda mungkin juga menyukai