Anda di halaman 1dari 36

Faktor Sosial budaya

sebagai Penyebab
Penyakit

ROSNALISA, PSIKOLOG
A. Definisi
Merupakan interaksi
antara penyebab eksternal
dengan individu baik
langsung maupun tidak
langsung yang berdampak
terhadap munculnya
masalah kesehatan pada
individu baik fisik, psikis
maupun sosial
B. Faktor Resiko Sakit
Definisi Sakit

Sakit adalah ketidakseimbangan dari kondisi normal tubuh


manusia diantaranya sistem biologis dan kondisi penyesuaian
(Bauman)
Sakit adalah suatu keadaan gangguan yang tidak
menyenangkan, yang menimpa seseorang sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari, baik aktivitas
jasmani, rohani dan sosial(Perkins)
Pengertian sakit dalam bahasa inggris diartikan menjadi 2,
yaitu:
 Illness (Sakit): Penilaian individu terhadap pengalaman
menderita suatu penyakit.
Disease (Penyakit): Gangguan fungsi fisiologis dari suatu
organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari
lingkungan.
Fase-fase Sakit
1. Fase Laten
Seseorang sudah terinfeksi suatu mikroorganisme, namun karena
kondisi badan seseorang itu baik, maka keluhan belum ada, sehingga
aktivitas sehari-hari dapat dilakukan.
2. Prodroma
Seseorang sudah mendapat peningkatan bahwa dirinya sakit,
seperti tidak enak badan atau kadang-kadang lemas.
3. Akut
Seseorang baru sadar bahwa dirinya sakit, kadang-kadang
emosinya tidak stabil dan lekas marah, dan ia hanya mampu
memikirkan dirinya sendiri dan penyakitnya.
4. Resolusi
Seseorang perlu tindakan yang sifatnya mengembalikan secara
normal.
Tahapan Sakit

Menurut Suchman terbagi menjadi 5 tahap, yaitu:


1. Tahap pengenalan gejala
Memutuskan sakit karena ada tanda tidak enak badan yang dapat membahayakan diri.
2. Tahap asumsi peranan sakit
Mencari pengakuan dari orang-orang di sekitarnya dan meminta pembebasan.
3. Tahap kontak dengan pelayan kesehatan
Mulai menghubungi sarana kesehatan untuk mendapatkan kesembuhan.
4. Tahap ketergantungan si sakit
Pasrah dan menggantungkan diri pada prosedur pengobatan.
5. Tahap penyembuhan dan rehabilitas
Memutuskan untuk melepaskan diri dari peranan sebagai orang sakit.
C. Beberapa faktor sosial dan
budaya sebagai penyebab Penyakit
1. Kontak dengan kuman 7. Faktor sosial lain berasal dari
2. Reaksi obat-obatan dan alkohol individu, seperti umur, jenis
kelamin, pekerjaan, sosek
3. Faktor persepsi dan emosi
secara simbolik 8. Aspek budaya, seperti
tradisi, fatalism (paham),
4. Pengaruh sosial, keluarga dan etnosentrime (paling baik
kelompok dalam bentuk budayanya), norma budaya,
tindakan sosial nilai budaya, perilaku budaya
5. Stress dan ketegangan sosial terhadap kesehatan, inovasi
budaya yang bersifat baik
6. Pengaruh budaya daerah atau buruk
terhadap makanan
Makan
1. Kontak dengan kuman sembarangan
, sih…
Secara sederhana baik langsung maupun
tidak langsung kontak dengan dapat
mudah terjadi, baik pada anak-anak,
remaja maupun individu dewasa, mereka
dihadapkan pada suatu keadaan yang
mengakibatkan bahwa secara tidak
disadari ia terpengaruh kuman tersebut,
misalnya anak sekolah yang jajan
sembarangan diikuti pula dengan kondisi
tangan yang kotor, atau perawat yang
sedang mengobati penyakit pasien punya
resiko besar kontak dengan kuman.
2. Reaksi obat-obatan dan alkohol
Dalam kondisi tertentu, individu yang
mengalami keadaan ketergantungan
samapi memunculkan gangguan interaksi
sosial akan dapat muncul akibat konsumsi
alkohol atau obat tertentu dalam dosis
tertentu, tidak hanya itu seorang individu
yang secara terus menerus
mengkonsumsi obat darah tinggi atau
obat diabetes mellitus menampilkan
masalah tertentu secara sosial bila obat
tidak diminum terutama bila penyakitnya
kambuh.
XTC, ADAM, INEX dll
Sifat Pecandu NARKOBA
Cepat kehabisan Selalu pinjam Pelupa
uang uang
Pintar ngomong Mencuri Berbohong

Suka menjual Berlama-lama di Suka menyendiri


barang kamar mandi

Tidak pernah Tidak Tidak dapat


tepati janji menghargai mengontrol diri
orang lain
3. Faktor Persepsi dan Emosi
Persepsi sosial adalah salah satu bentuk
tanggapan dalam kesadarn yang
memperkuat apakah penyebab penyakit
dalam bentuk perilaku tetap dianggap
baik atau tidak oleh individu atau
masyarakat umum, keadaan ini memicu
sejauhmana kestabilan dan kematangan
emosi masyarakat menanggapi hal ini.
4. Pengaruh keluarga, sosial, kelompok
Pengaruh keluarga, sosial maupun
kelompok memicu sejumlah
kebiasaan yang dipertahankan, hal ini
didukung pula oleh sejauh mana
pengetahuan tentang kesehatan
diserap dengan baik oleh individu,
munculnya berbagai tindakan sosial
tersebut yang diinternalisasi oleh
individu secara baik, maka pengaruh
tersebut dampaknya tidak terlalu
tinggi bila tidak sebaliknya, beberapa
tindakan sosial
5. Stress dan Ketegangan sosial
Stress atau ketegangan sosial yang
ditimbulkan oleh penindasan atau karena
putusnya hubungan sosial tidak ada
hubungannya dengan penelitian sosiologi
tentang penyakit, kecuali bila dikaitkan
dengan akibatnya terhadap keadaan tubuh
seseorang sehingga menimbulkan penyakit.
Dalam hal ini jelas bahwa perhatian kita tidak
hanya ditujukan pada pengaruh masyarakat
terhadap emosi individu seperti rasa
gembira, cinta, daya tarik, kesenangan,
tekanan, ketakutan, ketidakpuasan,
kebosanan dan sebagainya, akan tetapi juga
pada hal-hal yang lebih rumit dari itu, seperti
rasa keterasingan, tekanan kehidupan dsb
Pengaruh Budaya
NILAI YANG
DIANUT SETIAP
SAMA, BERBEDA,
KELOMPOK BERTENTANGAN
MASYARAKAT

BERPENGETAHUAN
SEMUA KEBUTUHAN
HIDUP TERMASUK
KURANG MAKANAN
BERPENGETAHUAN

SULIT/TIDAKNYA TERIMA PERUBAHAN


NEGARA MAJU &
BERKEMBANG ?
PANDANGAN & POLA PIKIR
Pengaruh Budaya
Terhadap
Makanan

pengaruh budaya
Pola Budaya terhadap
Terhadap Makanan pangan/makanan

Sistem Budaya
Terhadap Makanan
Alternatif
Masalah Budaya
Mengatasi
dan Makanan
Masalah Budaya
Terhadap Gizi
dan Makanan
1. Perilaku dan
Sikap Seorang Ahli
Gizi A. Pola Budaya Terhadap
Makanan

2. Pengaruh Makanan atau kebiasaan makan merupakan


Budaya Terhadap suatu produk budaya yang berhubungan
Makanan dengan sistem tingkah laku dan tindakan
yang terpola (sistem sosial) dari suatu
komunitas masyarakat tertentu. Pengaruh
budaya terhadap pangan atau makanan
3. Pengaruh sangat tergantung kepada sistem sosial
Budaya Terhadap kemasyarakatan dan merupakan hak asasi
Perilaku yang paling dasar, maka pangan/makanan
harus berada di dalam kendali kebudayaan
4. Pengaruh itu sendiri.
Budaya Terhadap
Status Gizi
Masyarakat
1. Perilaku dan
Sikap Seorang Ahli B. Beberapa pengaruh budaya
Gizi terhadap pangan/makanan

• Adanya bermacam jenis menu makanan dari setiap


2. Pengaruh komunitas – etnis masyarakat dalam mengolah
Budaya Terhadap suatu jenis hidangan makanan karena perbedaan
Makanan bahan dasar/adonan dalam proses pembuatan.

• Adanya perbedaan pola makan/konsumsi/makanan


pokok dari setiap suku-etnis.
3. Pengaruh
• Adanya perbedaan cita - rasa, aroma, warna dan
Budaya Terhadap bentuk fisik makanan dari setiap suku-etnis.
Perilaku
• Adanya bermacam jenis nama dari makanan
tersebut atau makanan khas berbeda untuk setiap
4. Pengaruh daerah.
Budaya Terhadap
Status Gizi Bag 3
1. Perilaku dan
Sikap Seorang Ahli
C. SISTEM BUDAYA
Gizi
TERHADAP MAKANAN

2. Pengaruh Berbagai sistem budaya memberikan


Budaya Terhadap peranan dan nilai yang berbeda-beda
Makanan
terhadap makanan, misalnya bahan-
bahan makanan tertentu oleh suatu
budaya masyarakat dapat dianggap
3. Pengaruh
Budaya Terhadap
tabu atau bersifat pantangan untuk
Perilaku dikonsumsi karena alasan sakral atau
sistem budaya yang terkait di
dalamnya.
4. Pengaruh
Budaya Terhadap
Status Gizi
1. Perilaku dan
Sikap Seorang Ahli
Gizi D. MASALAH BUDAYA DAN
MAKANAN TERHADAP GIZI
Mencermati akan adanya budaya, kebiasaan dan
2. Pengaruh sistem sosial masyarakat terhadap makanan seperti
Budaya Terhadap pola makan, tabu atau pantangan, gaya hidup,
Makanan gengsi dalam mengkonsumsi jenis bahan makanan
tertentu, ataupun prestise dari bahan makanan
tersebut yang sering terjadi di kalangan masyarakat.
Apabila keadaan tersebut berlangsung lama dan
3. Pengaruh mereka juga belum memahami secara baik tentang
Budaya Terhadap pentingnya faktor gizi dalam mengkonsumsi
makanan maka tidak mungkin dapat berakibat
Perilaku timbulnya masalah gizi atau gizi salah
(Malnutrition).

4. Pengaruh
Budaya Terhadap
Status Gizi
1. Perilaku dan
Sikap Seorang Ahli
Gizi Gizi salah (Malnutrition) dapat
didefenisikan sebagai keadaan sakit atau
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
2. Pengaruh relative atau mutlak dan kelebihan satu atau
Budaya Terhadap lebih zat-zat makanan esensial yang
Makanan berguna dalam tubuh manusia.
Menurut bentuknya, gizi salah
diklasifikasikan oleh (Barba dkk, 1991)
3. Pengaruh sebagai berikut :
Budaya Terhadap
Perilaku 1. Gizi kurang (undernutrition), kondisi ini
sebagai akibat dari konsumsi makanan
yang tidak memadai jumlahnya pada kurun
4. Pengaruh waktu cukup lama.
Budaya Terhadap
Status Gizi
1. Perilaku dan
Sikap Seorang Ahli
Gizi 2 Gizi lebih (Overnutrition), keadaan ini
diakibatkan oleh konsumsi makanan yang
berlebihan untuk jangka waktu yang cukup
2. Pengaruh lama.
Budaya Terhadap
Makanan 3. Kurang Gizi spesifik (Specific
Deficiency): keadaan ini disebabkan oleh
kekurangan relative atau mutlak pada zat-zat
3. Pengaruh makanan tertentu.
Budaya Terhadap
Perilaku 4. Gizi tak seimbang (inbalance): Kondisi
yang merupakan akibat dari tidak
seimbangnya jumlah antara zat-zat makanan
4. Pengaruh esensial, dengan atau tanpa kekurangan zat
Budaya Terhadap makanan tertentu.
Status Gizi
1. Perilaku dan
Sikap Seorang Ahli E. ALTERNATIF MENGATASI
Gizi MASALAH BUDAYA DAN
MAKANAN
1. Perbaikan gizi keluarga dengan melakukan lomba
menyiapkan hidangan makanan non beras (kasus
2. Pengaruh budaya Timor).
Budaya Terhadap 2. Perbaikan budaya masyarakat dengan pengaruh
Makanan keutamaan gender (PUG) terutama di tingkat
keluarga.
3. Memperluas areal pertanian dengan menanam
berbagai komoditi yang mempunyai nilai gizi tinggi
3. Pengaruh sebagai bahan pangan/makanan seperti kedelai
Budaya Terhadap (kasus budaya Jawa).
4. Pemberian makanan tambahan yang bernilai gizi
Perilaku bagi anak-anak balita dan orang lanjut usia.
5. Penyuluhan gizi terpadu dan konsultasi gizi bagi
masyarakat.
4. Pengaruh 6. Melakukan pengkajian/penelitian dan riset untuk
Budaya Terhadap melihat pengaruh budaya terhadap makanan itu
Status Gizi sendiri dengan berbagai implikasi yang terkait di
dalamnya.
1. Perilaku dan
Sikap Seorang Ahli
Gizi
Budaya timbul dari perbuatan yang
2. Pengaruh dilakukan oleh masyarakat secara berulang
Budaya Terhadap – ulang sehingga membentuk suatu
Makanan kebiasaan yang pada akhirnya menjadi
sebuah budaya dari masyarakat itu sendiri.
Budaya yang telah terbentuk itu akan masuk
dan mengakar didalam kehidupan manusia,
3. Pengaruh
sehingga tanpa kita sadari budaya ini telah
Budaya Terhadap
mempengaruhi kehidupan manusia.
Perilaku

4. Pengaruh
Budaya Terhadap
Status Gizi
Perilaku manusia
yang dipengaruhi
oleh budaya
1. Budaya
mempengaruhi
3. Pengaruh perilaku manusia
Budaya Terhadap dalam berinteraksi
Perilaku dengan manusia
lainnya

2. Budaya
mempengaruhi
3. Budaya manusia mengambil
mempengaruhi keputusan dalam
tatanan kehidupan perilaku konsumsi
bermasyarakat
Upaya untuk membentuk kebiasaan
makan yang baik hendaknya dilakukan
sejak dini. Lingkungan yang sangat
besar peranannya dalam membentuk
kebiasaan makan adalah
lingkungan keluarga
1. Memberi makanan sesuai
dengan usia anak
2. Mengenalkan anak pada
berbagai variasi makanan
3. Memberi pengetahuan gizi
4. Melibatkan anak dalam
menyusun menu
5. Menciptakan suasana yang
menggembirakan ketika
makan
6. Menanamkan norma yang
berkaitan dengan
makanan
7. Menanamkan adab sopan
santun ketika makan
Makanan dalam Konteks Budaya
(Foster & Anderson)
1. Kebudayaan menentukan makanan
2. Nafsu makan dan lapar
3. Pengklasifikasian makanan oleh masyarakat
4. Peran Simbolik makanan
◦ Makanan Sebagai ungkapan ikatan sosial
◦ Makanan sbg ungkapan dari kesetiakawanan klp
◦ Makanan dan stress
◦ Simbolisme makanan dalam bahasa
1.Kebudayaan menentukan makanan

Ilmu gizi : makanan (nutriment = konsep biokimia) adalah suatu produk


organik dengan kualitas2 biokimia yg dapat dipakai oleh organisma yg
hidup termasuk manusia untuk memepertahankan hidup.

Antropolog: makanan (food=konsep budaya) dibentuk secara budaya,


makanan perlu legitimasi budaya.
Walaupun terdapat terdapat makanan yg penuh gizi namun dalam
suatu masyarakat dianggap “bukan makanan” tdk akan dimakan
meskipun sedang kelaparan.
2.Nafsu makan dan lapar
Selain makanan (food), makanan (meal) jg dibatasi oleh budaya (kapan
dimakan, terdiri dari apa dan bagaimana etika makan).
Nafsu makan (konsep budaya) : makanan apa yg diperlukan untuk
memuaskannya yg berbeda dgn berbagai kebudayaan.
Lapar (konsep fisiologis): suatu kekurangan gizi yang dasar .
Contoh:
Orang Amerika, pagi hari makan lebih banyak dari orang eropa.
Orang amerika lapar pada tengah hari, orang meksiko perut keadaan
pasif hingga jam 4 sore.
Orang meksiko jam 9 malam makan malam.
Di kolombia makanan padat sangat dibutuhkan (karena terletak pd
daerah ketinggian).
3. Pengklasifikasian makanan oleh
masyarakat
Klasifikasi menurut apa yg layak bagi waktu makan yg resmi.
Makanan ringan di antara waktu makan
Menurut status dan prestise
Menurut pertemuan sosial, usia, keadaan sakit dan sehat
Menurut nilai2 simbolik serta ritual.
Contoh
Amerika : telur goreng / omelet untuk sarapan, telur dadar disantap
semua waktu makan.
Kaum miskin kulit putih dan hitam amerika : makanan yang berperstise
adalah makanan yg warnanya terang.
Makanan yg bermutu adalah makanan yang dibungkus dan diiklankan
secara luas.
Tingkatan2 siklus kehidupan (makanan sebelum & sesudah melahirkan),
makanan berat & ringan, Kuat & tdk kuat, panas & dingin.
4. Peran Simbolik makanan
Makanan Sebagai ungkapan ikatan sosial
◦ Menawarkan makanan = menawarkan kasihsayang & persahabatan
◦ Menolak makanan

Makanan sbg ungkapan dari kesetiakawanan klp


◦ Makan bersama = keakraban keluarga
◦ Thanksgiving, soul food (afro amerika)

Makanan dan stress


◦ Org barat suka makanan yg dibekukan, makanan kaleng, makanan dlm kotak,
ngemil dll.

Simbolisme makanan dalam bahasa


◦ Kualitas2 makanan = kualitas manusia. Panas,dingin, manis, pedas, enak dipandang,
semangat tempe
Pembatasan budaya terhadap
makanan
Kegagalan melihat hubungan antara makanan dengan kesehatan
◦ Tidak ada konsep tentang perbedaan nilai gizi dari bahan2 makanan
◦ Masyarakat percaya bahwa kuantitas makanan yg cukup adalah penting
◦ Makanan pokok yang mengenyangkan tapi mengakibatkan gizi buruk bagi yg
memakannya.
◦ Pada waktu seseorang sakit, makanan2 yg sangat dibutuhkan oleh si pasien
tdk diberikan
◦ Memperbolehkan seseorang makan berbagai jenis makan pd
saat sehat dan membatasi makanan pd saat sakit.
◦ Makanan juga dibatasi pada saat kehamilan dan setelah
melahirkan
◦ Usia atau kondisi seseorang dapat dipakai sebagai alasan
melarang makanan2 tertentu.

Kegagalan untuk mengenali kebutuhan gizi pd anak


Memberi makanan pd anak2 bukan untuk membuat
sehat melainkan karena mereka sehat.
Ketika sehat diberi daging,susu & kacang2an namu pd
saat sakit diare hanya diberi bubur (karbohidrat).
Referensi
Foster, Gerge M., Barbara G. Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta:
UI Press
Helman, Cecil. 1984. Culture, Health and Illness. Bristol: John Wright & Son
McElroy, Ann & Patricia K. Towsend. 1985. Medical Anthropology In Ecological
Perspective. Colorado: Westview Press
Messer, Ellen. 1984. Anthropological Perspectives on Diet. Ann. Rev.
Anthropol, 13:205-49.

Anda mungkin juga menyukai