Anda di halaman 1dari 38

ASSALAMUALAIKUM

WARAHMATULLAHI
WABARAKATU

HUKUM INTERNASIONAL

MUH. ZULKIFLI MUHDAR


KONTRAK PERKULIAHAN
MATA KULIAH HUKUM INTERNASIONAL
1. Pelaksanaan Perkuliahan
a. Perkuliahan dimulai pada pukul 07.30 s.d 08.40
b. Perkuliahan ini dilaksanakan selama empat
belas (14) kali pertemuan
2. Penilaian
a. Kehadiran : 75 %
b. Tugas : 5 %
c. Mid Tes : 15 %
d. Final Tes : 5 %
• TOTAL 100 %
GAMBARAN UMUM MATA KULIAH HUKUM
INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONAL

1. DEFINISI

2. PENGGOLONGAN
1. PENGERTIAN
INTERNASIONAL
HUKUM

3. SUMBER HUKUM

4. SUBYEK HUKUM
Ma
PENG teri 2
BATA ERTIAN
S &
INTE AN HUKU
RNA
S I ON M
AL
PENGERTIAN / BATASAN DAN RUANG LINGKUP
HUKUM INTERNASIONAL (part.2)
1. Menurut Prof. DR. Mochtar Kusuma Atmadja , hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas
yang mengatur hubungan internasional atau persoalan yang melintasi batas-batas Negara ( hub.
Internasional ) yang bukan bersifat perdata antara :
a. Negara dengan Negara
b. Negara dengan subjek hukum lain bukan Negara
c. Subjek hukum lain bukan Negara dengan subjek hukum lain bukan Negara lainnya.
2. Menurut Charles Cheny Hyde , hukum internasional adalah sekumpulan hukum yang sebahagian besar
terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan yang mengatur tentang perilaku yang harus ditaati dalam
hubungan antara mereka satu dengan lainnya serta yang juga mencakup :
a. Organisasi internasional, hub. Antar organisasi internasional satu dengan lainnya
b. Peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu dan subjek hukum bukan
Negara sepanjang hak-hak dan kewajiban individu dan subjek hukum bukan Negara tersebut bersangkut
paut dengan masalah masyarakat internasional.
Note :
1. Hukum public internasional adalah hukum yang mengatur hubungan Negara menyangkut persolan
hubungan internasional ( berlaku hukum internasional )
2. Hukum perdata internasional adalah hukum yang mengatur hubungan hukum warga Negara satu dengan
warga Negara lainnya dalam hal hubungan internasional ( berlaku hukum nasional salah satu Negara
yang telah disepakati )
HUKUM INTERNASIONAL

PUBLIC LAW PRIVATE LAW

INTERNATIONAL OF LAW INTERNATIONAL PRIVATE OF LAW

STATE TO STATE NATION TO NATION

UNIVERSAL D0MESTIC
RUANG LINGKUP HUKUM INTERNASIONAL
A. Menurut Prof. DR. Mochtar Kusuma Atmadja ruang lingkup hukum internasional antara lain :
1. Negara dengan Negara
2. Negara dengan subjek lain bukan Negara
B. Menurut Charles Cheny Hyde ruang lingkup hukum internasional antara lain :
1. Organisasi internasional
2. Negara dengan subjek hukum bukan Negara
3. Negara dengan Negara

ISTILAH LAIN HUKUM INTERNASIONAL


4. Hukum Bangsa ( Indonesia ) Abad ke-12
a. The Law Of Nation ( Inggris )
b. Droit De Gents ( Prancis )
c. Volker Recht ( Belanda )
d. Ius Gentium ( Romawi )
2. Hukum Antar Bangsa ( Indonesia ) Abad ke-15
a. Ius Intergentes ( Romawi )
b. The Law Among Nation ( Inggris )
3. Hukum Antar Negara ( Indonesia ) Abad ke-17
a. Inter State Law ( Inggris )
b. Zwichenstaat Liches Recht ( Belanda )
4. Hukum Internasional ( Indonesia ) Abad ke- 18 oleh Jeremy Bentham
5. Hukum Trans nasional ( Trans national law ) oleh Philips J. Cessup
TEORI HAKIKAT DAN DASAR BERLAKUNYA HUKUM
INTERNASIONAL
Berdasarkan 6 teori yang terkait dengan hakikat dan dasar berlakunya hukum internasional yaitu :
1. Teori hukum alam
2. Teori positivisme
3. Teori kehendak agama
4. Teori objektivitas
5. Mazhab Wiena
6. Fait social
1. TEORI HUKUM ALAM ini mendasarkan kekuatan mengikatnya pada dasar moral dan etika yang
berharga. Dengan kembali kepada konsep alam yaitu Negara terikat dan tunduk pada hukum
internasional dalam hubungan antara mereka satu sama lain karena hukum internasional tersebut
merupakan bagian dari hukum yang lebih tinggi yaitu hukum alam itu sendiri.
2. TEORI FAIT SOCIAL Teori ini beranggapan bahwa kebutuhan dan naluri social manusia sebagai orang-
seorang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa. Jadi, dasar kekuatan mengikat hukum internasional ini
terdapat dalam kenyataan social bahwa mengikatnya hukum itu mutlak perlu untuk dapat terpenuhinya
kebutuhan manusia (bangsa) untuk hidup bermasyarakat.
3. TEORI MAZHAB WIENA dengan teori mazhab Wiena yang bukan kehendak Negara lagi melainkan
suatu norma hukum yang merupakan dasar terakhirnya kekuatan mengikat hukum internasional. Teori
ini hampir sama dengan teori hukum alam yaitu kekuatan mengikat yang didasarkan suatu kaidah yang
lebih tinggi yang pada gilirannya didasarkan pula pada suatu kaidah yang lebih tinggi lagi dan yang pada
akhirnya sampailah pada puncak piramida kaidah dasar yang tidak dapat lagi dikembalikan pada suatu
kaidah yang lebih tinggi, melainkan harus diterima adanya sebagai suatu hipotesis asal yang tidak dapat
diterangkan secara hukum.
4. TEORI OBJECTIVISME, teori ini hampir sama dengan teori kehendak, namun perbedaannya adalah
dalam persetujuan Negara untuk tunduk pada hukum internasional menghendaki adanya suatu hukum
atau norma sebagai sesuatu yang telah ada terlebih dahulu dan teori ini berlaku lepas dari kehendak
Negara, dengan kata lain, tidak adanya kehendak Negara dalam tunduk pada hukum internasional,
namun lebih kepada kehendak mengikuti hukum atau norma yang telah ada terlebih dahulu.
5. TEORI KEHENDAK adalah mengembalikan kekuatan mengikatnya hukum internasional itu pada
kehendak (persetujuan) Negara untuk diikat oleh hukum internasional ialah bahwa teori-teori ini pada
dasarnya memandang hukum sebagai hukum perjanjian antara Negara-negara.
D. POSITIVISME DAN NATULARISME

ALIRAN NATURALISME, yang pertama dikemukakan oleh samuel pufendorf mengenali hukum
internasional dengan mempelajari teori hukum alam. Aliran kedua adalah positivisme, yang memisahkan
hukum alam dan hukum internasional dan mengangkat masalah – masalah praktek kenegaraan. Pufendorf
menganggap hukum alam adalah sistem moral.
ALIRAN POSITIVISME oleh Richard Zouche. Zouche menghilangkan hukum alam dari teori hukum
internasional dan memfokuskan perhatiannya pada doktrin tradisional. Doktrin itu digambarkan melalui
kejadian – kejadian pasti. Bynkershoek, ahli positivisme selanjutnya, menekankan pada pentingnya praktek–
praktek modern dan tidak menghiraukan hukum alam. Pendekatan positivisme, seperti banyak pemikiran
modern lainnya, diadopsi dari metode empiris renaisans. Positivisme berkembang sebagai sistem kenegaraan
modern terjadi setelah kemerdekaan westphalia tahun 1648 dari perang keagamaan.
BENTUK – BENTUK PERWUJUDAN HUKUM INTERNASIONAL
1. Hukum Internasional Umum atau universal/global adalah Hukum Internasional yang lingkup berlakunya
secara umum,universal/global diseluruh dunia terhadap semua atau bahagian terbesar subjek-subjek
hukum internasional pada umumnya Negara-negara pada khususnya. Contoh hukum internasional umum
: dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan internasional :
a. Kewajiban setiap Negara menghormati kedaulatan, kemerdekaan dan kesamaan derajat sesama Negara
b. Kewajiban setiap Negara untuk menghormati hak asasi manusia,hak menentukan nasib sendiri dari
bangsa-bangsa dan hak kedaulatan setiap Negara atas sumber daya alam yang terdapat di dalam
wilayahnya. Bentuk-bentuk perjanjiannya :
1) Konvensi PBB 1982 , tentang Hukum laut
2) Konvensi Jenewea 1949 , tentang perlindungan korban dan perang. Perjanjian internasional ini tunduk
pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perang.
Perjanjian internasional misalnya prinsip PACTA TERTIIS NEC NOUSENT NEC PROUCENT yang berarti
bahwa suatu Negara terikat pada suatu perjanjian internasional apabila Negara itu sudah menyatakan
persetujuannya untuk terikat ( hak suatu Negara unruk mengajukan persyaratan) dll.
2. Hukum Internasional Khusus
a. Hukum Internasional Regional adalah hukum internasional yang lingkup berlakunya tidak umum
(general) tapi hanya terbatas pada daerah lingkungan berlakunya dan biasanya tumbuh melalui proses
hukum kebiasaan. Seperti, apa yang lazim dinamakan Hukum Internasional Amerika Latin . (se
kawasan)
b. Hukum Internasional MultiLateral adalah hukum yang lingkup berlakunya dalam bentuk kompleks,
kaidah yang khusus bagi Negara tertentu saja seperti misalnya”Konvensi Eropa menganai HAM”.
c. Hukum Internasional Bilateral adalah yang lingkup berlakunya hanya sebatas 2 negara saja seperti
perjanjian 2 negara antara Indonesia dan Malaysia tentang garis batas wilayah kedua Negara di
Kalimantan.
Mate
SEJA ri 3
PERK RAH
EMB &
ANG
H AN
INTE UKUM
RNAS
I ON A
L
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL
(part.3)
A. Hukum Internasional dikenal sajak zaman Romawi Kuno. Pada saat itu, Romawi Kuno mengenal dua
hukum yaitu:
1. LUS CEVILLE. Hukum nasional yg berlaku untuk masyarakat Romawi.
2. LUS GENTIUM. Hukum yang berlaku bagi masyarakat lain ( bukan kebangsaan Romawi )
Hukum yg diberlakukan untuk kebangsaan selain Romawi berkembang menjadi LUS INTERGENTIUM,
dalam bahasa Inggris dikenal nama LAW OF NATIONS. Sejak ditandatanganinya perjanjian perdamaian
Wesphalia ( 1648 ) yg bertujuan untuk mengakhiri perang 30 tahun di Eropa (1618 – 1648 ). Yg hasilnya :
3. Persoalan antar negara yg lepas dr persoalan gereja.
4. Berdasarkan atas kepentingan nasional
5. Tiap negara memiliki persamaan derajat
6. Timbulnya revolusi prancis dan revolusi amerika.
B. Pada abad ke 18 yg termasuk subjek hukum internasional adalah hanya negara. Pada abad ke 19 hukum
internasional mengalami perkembangan karena didukung oleh faktor:
1. Konferensi WINA 1815, mengatakan bahwa orang Eropa berjanji untuk selalu menggunakan prinsip2
hukum internasional dlm hub. Internasional.
2. Banyak perjanjian di bidang perang, netralisasi, peradilan dan arbitrase diantaranya :
a. Konferensi perdamaian (1856)
b. Konferensi Jenewa (1864)
c. Konferensi Den Haaq (1899)
d. Perjanjian Versailles. Hal tersebut mendorong berdirinya Perserikatan Bangsa – Bangsa
C. Pada abad ke 20 hukum internasional mengalami perkembangan karena didukung oleh faktor :
1. Lahirnya negara2 baru yg memicu meningkatx hub. Antar bangsa
2. Munculnya perjanjian yg dibuat baik bersifat bilateral, regional maupun global. Seperti perjanjian Briad
Kellocg Pact (1928). Perjanjian ini melarang penggunaan perang sbg alat untuk mencapai tujuan
nasional.
3. Banyaknya organisasi internasional yg berdiri seperti PBB.

LUS CEVILLE LUS GENTIUM

NOT ROMAN NATIONALITY

NATION OF
ROMAN LUS INTERGENTIUM

THIRTY YEARS WAR IN EUROPE

1. DE JURE BELLI AC PACIS ( HUGO GROTIUS) CONCEPT NATURAL OF LAW BUT NOT
RELIGION AND ECCLESIASTICAL
2. RELECTICO DE INDIS (FRANCISCO VITTORIA) CONCEPT RELATION TO SPAIN AND
PORTUGUESE WITH INDIAN’S NATION IN AMERICA
3. DE LEGIBUS AE DEO LEGISLATORE ON LAWS AND GOD AS LEGISLATOR ( FRANCISCO
SUAREZ ) CONCEPT LAW OF SUBSTANTION

CONFERENCE
Mat
HUB. eri 4
INTE HU
RNAS KUM
HUKU IO
M NA NAL &
S IO N
AL
HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM DUNIA
(part 4)
1. HUKUM INTERNASIONAL didasarkan atas pikiran adanya suatu masyarakat internasional yang terdiri
atas sejumlah Negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti, masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak
di bawah kekuasaan yang lain. Dengan kata lain Hukum Internasional merupakan suatu tertib hukum
koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang sederajat. Anggota masyarakat internasional tunduk
pada Hukum Internasional sebagai suatu tertib hukum yang mereka terima sebagai perangkat kaidah dan
asas yang mengikat dalam hubungan antara meraka.
2. HUKUM DUNIA berpangkal pada dasar pikiran yang lain. Menurut konsep ini yang rupanya banyak
dipengaruhi analogi dengan HTN (constitutional law), Hukum Dunia merupakan semacam Negara federasi
dunia yang meliputi semua Negara di dunia ini. Negara dunia secara hirarkhi berdiri di atas Negara-negara
nasional, tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum subordinansi.
Note : hukum dunia sama dengan hukum nasional mempunyai lembaga-lembaga.

HUBUNGAN ANTARA HUKUM INTERNASIONAL DAN


HUKUM NASIONAL
3. ALIRAN MONISME. Penganut aliran monism seperti scele,verdess,kelsen,guetzevich.,kunz. Yang
meyatakan bahwa hukum internasional dan hukum nasional merupak 2 aspek dari suatu sistem hukum yang
lebih besar yaitu hukum pada umumnya. Akibat dari pandangan monisme ini ada hubungan hirarkhi yang
melahirkan bebarapa sudut pandang yang berbeda dalam ajaran monsime mengenai masalah hukum
manakah yang utama dalam hubungan antara hukum nasional dan hukum internasional dalam hal terdapat
pertentangan / konflik antara kedua hukum ini. Ada pihak yang menganggap bahwa dalam hubungan antara
hukum nasional dan hukum internasional yang utama adalah hukum nasional paham ini adalah paham monis
dengan primat hukum nasional. Paham lain berpendapat bahwa hubungan antara hukum internasional dan
hukum nasional yang utama adalah hukum internasional paham ini disebut paham monis dengan primat
hukum internasional.
2. ALIRAN DUALISME. Para pendukung aliran dualisme seperti triepel, anziloti. Yang menyatakan
bahwa hukum internasional dan hukum nasional masing-masing merupakan 2 sistem hukum yang
berbeda dan terpisah satu sama lainnya. Perbedaan tersebut terdapat pada :
a. Perbedaan sumber hukum : HUKUM NASIONAL bersumber pada hukum kebiasaan dan hukum tertulis
suatu Negara. HUKUM INTERNASIONAL bersumber pada hukum kebiasaan dan hukum yang
dilakukan atas kehendak bersama Negara-negara dalam masyarakat internasional.
b. Perbedaan mengenai subjek. SUBJEK HUKUM NASIONAL adalah individu-individu dalam suatu
Negara. SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL adalah Negara-negara anggota masyarakat internasional
c. Perbedaan mengenai kekutan hukum. HUKUM NASIONAL mempunyai kekuatan hukum mengikat
secara penuh dan sempurna. HUKUM INTERNASIONAL lebih banyak bersifat mengatur hubungan
Negara-negara secara horizontal.

MASYARAKAT INTERNASIONAL
Adanya masyarakat internasional sebagai landasan sosiologi hukum internasional. Menurut IWAYAN
PATRIANA konsep masyarakat internasional adalah subjek hukum internasional yang saling mengadakan
hubungan satu dengan lainnya. Menurut PROF. KUSUMA ADMADJA masyarakat internasional adalah
suatu kompleks kehidupan bersama yang terdiri aneka ragam masyarakat yang saling menjalin dengan erat.
Untuk dapat dikatakan ada masyarakat internasional, ada sejumlah syarat atau unsur tertentu yang harus
dipenuhi. Syarat-syarat tersebut mencakup baik syarat materiil maupun non-materiil.
SYARAT MATERIIL dari adanya hukum internasional adalah berupa fakta-fakta eksitensi fisik yaitu:
1. Adanya negara-negara yang merdeka dan berdaulat.
2. Adanya hubungan yang tetap dan berkelanjutan antar negara-negara yang merdeka dan berdaulat
tersebut.
3. Adanya hukum yang mengatur hubungan tetap antar negara-negara merdeka dan berdaulat
SYARAT NON - MATERIIL dari masyarakat internasional adalah adanya kesamaan asas-asas hukum yang
dinamakan prinsip-prinsip atau asas-asas hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beradab
(general principles of law recognized by civilized nations).
WORLD PEACE THOUGH WORLD LAW 1964 ( Louis B. Soha )

HUKUM
HUKUM DUNIA
INTERNASIONAL

SUBORDINATIF KOORDINATIF

COUNTRY IN THE STATE SOVEREIGNTY


COUNTRY
M
SUM ateri 5
BER
INTE H
RNAS UKUM
I ON A
L
SUMBER – SUMBER HUKUM INTERNASIONAL (part.5)
Dalam KBBI kata sumber berarti asal,asal-usul,asal mula,kalau direnungkan denagn lebih mendalam, kata
asal,asal-usul,asal mula tersebut mengandung pengertian yang luas dan umum.
1. Dapat berupa sebagai materi/bahan yang menjadikannya sebagai hukum
2. Dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan berupa rangkaian peristiwa/fakta
yang belakangan bersumber/berasal dari/terjadinya sebagai akibat dari peristiwa/fakta yang sebelumnya
3. Sumber dapat pula berarti bentuk/wujud yang nyata
Sumber Hukum internasional terbagi atas sumber hukum materiil dan sumber hukum formil.
4. Sumber hukum materiil. Sesuatu yg aktual yg berguna untuk menetapkan hukum yg berlaku bagi
peristiwa tertentu.
5. Sumber hukum formil. Sumber hukum yg membahas bentuk nyata hukum itu sendiri.
Sumber hukum internasional menurut pasal 38 ayat 1 , STATUTA MAHKAMA INTERNASIONAL dalam
mengadili perkara adalah :
6. Perjanjian internasional baik yang bersifat umum maupun khusus
7. Kebiasaan internasional
8. Prinsip-prinsip umum hukum
9. Keputusan pengadilan dan pendapat para ahli yang telah diakui. (merupakan sumber tambahan)
10. Keputusan Organisasi Internasional (sumber tambahan)
NOTE : SUMBER 1 – 3 TERMASUK SUMBER HUKUM PRIMER. SUMBER 4 DAN TERMASUK
SUMBER HUKUM SUBSIDER

KEBIASAAN INTERNASIONAL. Adapaun unsur2 kebiasaan internasional yg dimaksud adalah:


11. Kebiasaan itu bersifat umum dan kontinyu dilakukan.
12. Kebiasaan itu harus diterima sbg hukum.
PRINSIP HUKUM UMUM. Asas hukum yg mendasari sistem hukum modern. Dengan adanya sumber hukum
ini, Mahkamah Internasional tdk dpt menyatakan non liquet yakni menolak mengadili perkara dikarenakan tdk
ada hukum yg mengatur.
KEPUTUSAN PENGADILAN DAN PENDAPAT SARJANA. Untuk membuktikan adanya kaidah hukum
internasional mengenai suatu persoalan yg didasarkan atas sumber primer yaitu perjanjian internasiona,
kebiasaan dan asas hukum umum. Sifatnya tidak mengikat artinya tdk dpt menimbulkan suatu kaidah hukum.

ASAS – ASAS HUKUM INTERNASIONAL


1. Asas teritorial. Negara menerapkan hukum pd subjek hukum yg ada di wilayahnya.
2. Asas kebangsaan. Asas ini berlaku secara eksekutorial artinya hukum dr negara ttp berlaku bg warga
negaranya, walaupun warga negara itu berada di negara lain
3. Asas kepentingan umum. Asas ini berdasarkan atas wewenang negara untuk mengatur dan melindungi
kepentingan dlm kehidupan bermasyarakat.

PERJANJIAN INTERNASIONAL
Perbedaan TREATY CONTRACK AND LAW MAKING TREATY.
4. TREATY CONTRACK. Perjanjian yg bersifat khusus yaitu hanya mengikat negara2 yg menandatangani
perjanjian tsb. Exampel, perjanjian perbatasan, ekstradisi, perjanjian perdagangan bilateral.
5. LAW MAKING TREATY. Perjanjian yg berlaku secara umum yaitu mengikat semua negara walaupun
negara tersebut tidak turut serta menandatanganinya. Exampel. Konvensi Wina 1961 ttg Diplomatik,
Konvensi Jenewa 1949 ttg perlindungan korban perang.
Pembuatan perjanjian internasional
6. Perundingan ( Negotiation ). Termasuk penunjukan para negosiator/kuasa penuh/surat2 kepercayaan. Pada
tahap ini terdapat komite pengarah ( standing committee ) juga terdapat legal darfting committee ( komite
hukum ). Bahkan juga dibentuk prominent delegatio ( delegasi utama ) bertindak sbg pelapor guna
membantu konferensi dalam pertimbangan. Disamping itu juga, dilakukan negosiasi di luar sidang.
2. Penandatanganan dan pertukaan instrumen. Sebelum penandatangan dilakukan,
naskah diumumkan untuk jangka waktu berlakunya. Penandatangan bersifat
formalitas dalam hal perjanjian bilateral, akan tetapi dalam perjanjian multilateral
dilakukan pada waktu sidang penutupan resmi ( scande de clotur ) dimana setiap
delegasi menandatangani atas nama kepala negara atau kepala pemerintahan yg
mengangkatnya.
3. Ratifikasi. Secara teori, ratifikasi adalah persetujuan kepala negara atau kepala
pemerintahan dari negara penandatangan. Secara praktiik, pernyataan resmi suatu
negara ttg persetujuan untuk terikat oleh traktat.
4. Aksesi dan adhesi. Suatu cara menyatakan keterikatan negara pd perjanjian
internasional yg tersedia.
5. Mulai berlakunya perjanjian. Pasal 24 ayat 1 konvensi Wina 1969 berlakunya suatu
perjanjian internasional tergantung pada :
a. Ketentuan perjanjian internasional itu sendiri.
b. Persetujuan negara peserta. Berkaitan dengan adanya ratifikiasi maka pelaksanaan
perjanjian internasional setelah pertukaran atau penyimpanan ratifikasi.
6. Registrasi dan publikasi. Pasal 102 piagam PBB 1945, bahwa semua perjanjian
internasional harus segara dicatatkan pada sekretariat PBB dan kemudian
diumumkan oleh PBB. Akibat hukumnya, perjanjian internasional yg tidak dicatatkan
tdk bisa digunakan sbg landasan hukum di PBB. Pengaturan tersebut dimaksudkan
untuk mencegah dibuatnya perjanjian rahasia antar negara.
7. Aplikasi dan pelaksanaan. Penyatuan hukum internasional kedalam hukum nasional
negara pihak. Kemudian diikuti dgn tindakan aplikasi dan supervisi oleh organ2
M
SUBJ ateri 6
E
INTE K HUKU
RNAS M
I ON A
L
SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL (part.6)
Subjek hukum internasional adalah pemegang segala hak dan kewajiban menurut hukum
internasional. Subjek hukum internasional terdiri dari :
1. Negara. Pasal 1 konvensi Montivideo 1933 mengenai hak2 dan kewajiban negara mengemukakan
karakteristik sebagai berikut: the state a person of international law should prosses the following
qualification ( suatu negara sebagai pribadi hukum internasional hrs mempunyai kualifikasi :
1. A permanent population ( penduduk tetap )
2. A defined territory ( wilayah tertentu )
3. a government ( pemerintah )
4. Capacity to enter into relation with the other states ( kemampuan untuk mengadakan hubungan dgn
negara lain )
PENGELOMPOKKAN NEGARA
5. Menurut kejadiannya
a. Terjadinya negara secara primer. Kejadian negara karena adanya persekutuan masyarakat, kerajaan,
negara nasional dan demokrasi
b. Terjadinya negara secara sekunder. Negara itu ada karena adanya dua peristiwa yaitu adanya pengakuan
dari negara lain ( de jure dan de facto )
c. Terjadinya negara menurut sejarah. Beberapa faktor yg berpengaruh yaitu:
1) Penduduk.
2) Peleburan. Sekelompok negara kecil yg melakukan perjanjian untuk saling bergabung dan bersatu untuk
menjadi negara yg baru.
3) Penyerahan. Penyerahan suatu wilayah negara lain yg berdasarkan perjanjian tertentu.
4) Penaikan. Terjadinya negara akibat dari meluapnya lumpur dari sungai atau laut yg disebut dgn delta,
endapan lumpur ini kemudian dihuni oleh sekelompok orang atau manusia dan membentuk suatu negara
5) Proklamasi. Terjadinya negara karena adanya bangsa yg terjajah dan melakaukan perlawanan
serta mendapatkan kemenangan dan bangsa ini menyatakan kemerdekaannya
6) Separatisme. Negara terbentuk karena adanya suatu wilayah negara yg melakukan perbuatan
makar dan memisahkan diri untuk membuat negara baru.
7) Inovation. Negara terjadi karena adanya negara yg sudah hilang dan terpecah – belah. Bagian
negara yg terpecah tersebut membentuk negara baru.
2. Menurut teori
a. Teori ketuhanan. Negara terbentuk karena adanya kehendak dari tuhan.
b. Teori perjanjian masyarakat. Adanya perjanjian masyarakat yg mengikat untuk mendirikan
suatu organisasi yg dpt menjamin dan melindungi kelangsungan hidup.
c. Teori kekuasaan negara. Negara terjadi karena adanya kekuasaan yg paling kuat
d. Teori hukum alam. Terjadinya negara karena merupakan kehendak alam.
JENIS NEGARA DAN KESATUAN BUKAN NEGARA
1. Negara kesatuan
2. Negera federasi
3. Negara konfederasi
4. Protektorat. Negara yg berada dibawah perlindungan negara lain yg lebih kuat
5. Negara vassal. Negara jajahan
6. Wilayah koloni. Negara yg tundak pada kekuasaan pemerintah negara lain.
7. Condominium. Apabila terdapat suatu wilayah tertentu dilaksanakan suatu penguasaan bersama
oleh dua atau lebih negara luar.
8. Negara trust. Negara yg pemerintahannya diawasi oleh dewan perwalian PBB.
9. Uni. Gabungan beberapa negara yg dikepalai oleh seoramng kepala negara.
10. Mandat. Negara yg kalah dalam perang dunia I kemudian diatur oleh pemerintah perwalian
HAK DAN KEWAJIBAN DASAR NEGARA
Secara umum hak dan kewajiban negara tercantum dalam konferensi american institute of
internasional law 1916, konvensi Montevideo 1933 mengenai hak dan kewajiban negara dan
draft declaration on the right and duties of state yg disusun oleh komisi hukum internasional
PBB tahun 1949.
1. Hak dasar yaitu :
a. Hak kemerdekaan
b. Hak persamaan negara atau persamaan derajat
c. Hak yurisdiksi territorial
d. Hak membela diri atau hak mempertahankan diri
2. Kewajiban dasar yaitu :
a. Kewajiban untuk tidak mengambil jalan kekerasan atau perang
b. Kewajiban melaksanakan traktak dgn itikad baik
c. Tidak mencampuri urusan negara lain
INTERVENSI OLEH NEGARA YG DIATUR DALAM HUKUM
INTERNASIONAL
Menurut Mahkamah Internasional, suatu intervensi dilarang hukum internasional apabila :
1. Campur tangan yg berkaitan dengan masalah dimana setiap negara dibolehkan untuk
mengambil keputusan secara bebas misalnya sistem politik atau ekonomi atau penganutan
politik luar negerinya sendiri.
2. Campur tangan meliputi gangguan terhadap kemerdekaan negara lain dgn cara paksa,
khususnya kekerasan. Misalnya memberikan dukungan secara tidak langsung terhadap
aktifitas subversif terhadap negara yg menjadi tujuan intervensi tsb.
2. Tahta suci vatikan. Traktat lateran tgl 11 februari 1929 antara
tahta suci vatikan dgn pemerintah italia menyerahkan tanah di
roma. Tahta suci merupakan sumber hukum internasional yg
kedudukannya sama dgn negara.
3. Palang merah internasional. PMI mulai berdiri di swiss, didirikan
oleh lima orang penduduk swiss yg dipimpin oleh Henry Dunant.
Organisasi ini bergerak dalam hal kemanusiaan. Kegiatan
tersebut mendapat simpati dari negara lain, hal ini mendorong
negara lain mendirikan organisasi ini yg bersifat nasional.
4. Organisasi Internasional. Menurut Theodore A. Couloumbis dan
James H, klasifikasi organisasi internasional yaitu :
a. Organisasi internasional yg bersifat umum dan diikuti oleh semua
negara. Exampel, PBB
b. Organisasi yg bersifat spesifik dan diikuti oleh semua negara.
Exampel, UNESCO, World Bank
c. Organisasi internasional yg mempunyai tujuan umum dan
beranggotakan secara regional. Exampel, Assosiatoin of south east
asian nation ( ASEAN )
5. Individu. Pengaturan individu sebagai subjek hukum internasional terdapat pada :
a. Perjanjian Versailles tahun 1919. mengakhiri perang dunia I antara jerman dgn
inggris dan perancis. Terdapat pasal2 yg memungkinkan individu mengajukan perkara
ke Mahkamah Arbitrase Internasional.
b. Keputusan Mahkamah Internasional permanen dlm perkara menyangkut pegawai
kereta api danzig
c. Keputusan organisasi regional dan transnasional seperti PBB, ILO, Masyarakat
Eropa.
d. Peradilan nurenberg dan tokyo (1946), individu dapat dianggap langsung bertanggung
jawab sbg individu terhadap kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan.
e. Deklarasi universal ttg HAM ( universal declaration of human rights ) 10 desember
1948.
6. Kaum pemberontak. Penyelesaian masalah pemberontakan merupakan tanggung
jawab negara bersangkutan. Jika pemberontakan itu menggunakan senjata dan terus
berkembang, misalnya terjadi perang persaudaraan dan dpt merambat ke negara lain
maka pemberontakan akan mendapat status sbg pribadi yg berdiri sendiri dan
7. menjadi subjek
Perusahaan dari hukum internasional.
Multinasional. Hal ini disebabkan karena perusahaan multinasional
berhubungan dgn negara dan organisasi inetrnasional. Hub. Tersebut melahirkan hak
dan kewajiban internasional, dimana hak dan kewajiban itu dipenmgaruhi oleh
hukum internasional yg berlaku.2
Mat
PENG eri 7
AKUA
N
PENGAKUAN DALAM HUKUM INTERNASIONAL (part.7)
Pengakuan adalah pernyataan resmi suatu negara atau pemerintah yg mengakui
eksistensi suatu kesatuan yg lahir ( entity ). Jenis2 pengakuan.
1. Berdasarkan bentuknya.
a. Pengakuan de jure. Pengakuan yg diberikan negara lain dimana diakui secara
formal memenuhi persyaratan untuk ikut serta secara efektif dalam masyarakat
internasional.
b. Pengakuan de facto. Pengakuan yg diberikan negara lain dimana diakui bahwa
memenuhi persyaratan sebagai pemerintah atau negara.
c. Pengakuan kolektif. Pengakuan yg dilakukan oleh sejumlah negara dalam bentuk
keputusan internasional.
d. Pengakuan bersyarat. Pengakuan yg diberikan dgn syarat tertentu yg hrs dipenuhi
oleh negara yg mengakui.
e. Pengakuan sementara. Terjadi ketika dalam suatu negara terdapat negara baru,
negara baru tersebut mendapatkan pengakuan secara sementara terhadap
penguasaan administratif.
f. Pengakuan ad-Hoc. Negara yg baru, yg belum mendapatkan pengakuan de jure dan
de facto
g. Pengakuan prematur. Negara yg baru akan tetapi belum terpenuhinya persyaratan
yg ditentukan oleh hukum internasional.
h. Pengakuan kuasi.
i. Pengakuan negara.
TEORI HAKIKAT DAN FUNGSI PENGAKUAN
Menurut J.G. Starke terdapat dua teori yaitu :
1. Teori konstitutif. Hanya tindakan pengakuanlah yg menciptakan status kenegaraan atau
melengkapi pemerintah baru dgn otoritasnya di lingkungan internasional
2. Teori deklaratif. Status kenegaraan tdk tergantung pada pengakuan semata, pengakuan hanya
pengumuman resmi semata terhadap fakta yg ada.

CARA PEMBERIAN PENGAKUAN


3. Pengakuan secara tegas. Adanya nota diplomatik
4. Pengakuan secara diam-diam. Didasarkan pada tindakan:
a. Menerima kunjungan kepala negara
b. Mengibarkan bendera yang bersangkutan
c. Menyampaikan pernyataan selamat
3. Pengakuan secara bersyarat. Adanya kewajiban yang harus dipenuhi suatu negara
4. Pengakuan secara kolektif. Adanya pnegakuan dari beberapa negara kepada satu negara

AKIBAT HUKUM PENGAKUAN


Status negara yang diakui secara de jure mempunyai hak penuh dalam keanggotaan di masyarakat
internasional sehingga negara tersebut dapat menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.
Konsekuensi lainnya yaitu menimbulkan kewajiban yang timbal balik antara negara tersebut. Oleh
karena itu, sejak pengakuan diberikan, kedua belah pihak memiliki hak dan kewajiban hukum
internasional.
AKIBAT HUKUM PENGAKUAN

1. Negara tidak dapat berperkara di pengadilan sebelum adanya


pengakuan
2. Tindakan dari suatu negara yang belum diakui tidak akan
berakibat hukum di pengadilan negara yang belum
mengakuinya
3. Perwakilannya tidak dapat menuntut imunitas dari proses
peradilan
4. Harta kekayaan negara yang tidak diakui sesungguhnya
dapat dimiliki oleh wakil dari rezim yang telah digulingkan
Ma
KEDA teri 8
DALA ULATAN
INTE M HUKUM
RNA
S I ON
AL
HAKIKAT KEDAULATAN DAN FUNGSINYA DALAM PERKEMBANGAN
HUKUM INTERNASIONAL (part. 8)
kedaulatan (souvereignty) berarti kekuasaan tertinggi (dari istilah Latin “superanus” yang berarti
“yang tertinggi” atau “yang teratas”). Bagaimana mungkin sesuatu yang menganggap dirinya
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi akan tunduk pada kekuasaan lain? Dengan kata lain,
tidak mungkin hukum internasional itu mengikat negara-negara jika negara-negara itu
merupakan kekuasaan tertinggi yang tidak mengakui adanya kekuasaan lain yang lebih tinggi
(yaitu, dalam hal ini, hukum internasional). Pandangan demikian lahir karena didasari oleh
pemahaman yang keliru mengenai dua hal. Pertama, pandangan demikian keliru dalam
memahami masyarakat internasional (dan sifat hakikat hukum internasional). Kedua, pandangan
demikian juga keliru dalam memahami hakikat kedaulatan.
STRUKTUR MASYARAKAT INTERNASIONAL bukanlah struktur masyarakat atau negara
dunia melainkan suatu masyarakat yang terdiri atas negara-negara yang masing-masing merdeka
yang tidak memiliki suatu pemerintahan dunia (world government). Sementara itu tertib hukum
yang mengaturnya, yaitu hukum internasional, bukanlah tertib hukum yang bersifat subordinatif
melainkan tertib hukum koordinatif.
KEDAULATAN, sebagai kekuasaan tertinggi, ada batas-batasnya. Negara berdaulat sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi pun ada batas-batasnya. PEMBATASAN PERTAMA dari
kedaulatan suatu negara adalah kedaulatan yang dimiliki oleh negara lain. Di sini terkandung
dua pengertian, yaitu: PERTAMA, kedaulatan atau kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu
negara hanya berlaku dalam batas-batas wilayah negara yang bersangkutan; KEDUA,
kedaulatan atau kekuasaan tertinggi suatu negara itu berakhir di mana kedaulatan negara lain
dimulai.
CARA MEMPEROLEH KEDAULATAN
1. Pendudukan (okupasi)
2. Penaklukan (aneksasi)
3. Akresi (perubahan karena faktor alam)
4. Preskripsi (pengalihan hak atau kadaluarsa)
5. Sesi (penyerahan)
6. Integrasi atau disintegrasi
7. Revolusi
8. Dekolonisasi
9. Keputusan konferensi internasional

KEDAULATAN ATAS WILAYAH UDARA


Sebelum perang dunia I (1914-1918) negara membuat suatu konvensi five freedom of the air yaitu:
10. Terbang melewati wilayah asing tanpa mendarat
11. Mendarat untuk tujuan nonperdagangan
12. Menurunkan penumpang dari pesawat pada lalu lintas negara asing yang berasal dari negara asal
pesawat udara
13. Mengambil penumpang pada lalu lintas negara asing yang bertujuan ke negara asal pesawat
terbang
14. Membawa angkutan antara dua negara asing
Mate
YURI ri 9
SDIK
SI
YURISDIKSI NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL
(part.10)
yurisdiksi adalah suatu kekuasaan negara untuk mengadili. Menurut penelitian yg dikemukakan oleh harvard
university ada 5 prinsip dalam yurisdiksi, yaitu :
1. Prinsip nasionalitas. Negara mempunyai yurisdiksi terhadap warga negaranya, bahkan jika warga negara
tersebut berada di luar negeri, hal ini didasarkan bahwa warga negara mempunyai loyalitas terhadap
negaranya walaupun berada di negara lain. Ketentuan kewarganegaraan adalah:
a. Manusia. Kewarganegaraan dapat diperoleh melalui kelahiran dan naturalisasi.
b. Perusahaan, mempunyai kewarganegaraan dr negara yg mendirikan atau dimana perusahaan itu didirikan.
c. Kapal. Mempunyai kewarganegaraan berdasarkan pada bendera kapal.
d. Pesawat udara. Konvensi chicago 1944, pesawat udara kewarganegaraannya ditentukan berdasarkan
dimana pesawat udara tersebut terdaftar.
2. Prinsip teritorial. Negara mempunyai yurisdiksi terhadap perbuatan yg terjadi di dalam wilayahnya
sendiri. Teritorial meliputi :
a. Wilayah darat
b. Pesawat udara dan kapal yg berkebangsaan
c. Laut teritorial. KHL 1982 12 mil laut, ZEE mencapai 200 mil laut dari garis pangkal
d. Ruang udara.
3. Prinsip perlindungan. Perbuatan yg dilakukan di luar wilayahnya yg mengancam keamanannya.
4. Prinsip universalitas. Negara mempunyai yurisdiksi terhadap kejahatan yg membahayakan negara dan
warga negara secara universal.
5. Prinsip personalitas pasif. Negara mempunyai yurisdiksi terhadap perbuatan yg dilakukan diluar negeri
semata-mata krn perbuatan itu merugikan warga negaranya.
M
TANG ateri 10
GUN
G
NEGA JAWAB
RA
TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM HUKUM
INTERNASIONAL (part.10)
Tahun 1973 komisi hukum internasional PBB menentukan bahwa pertanggungjawaban negara tdk memerlukan
adanya kerugian yg benar2 diderita.
1. Penggantian rugi. Apabila tindakan termasuk kategori dpt dilimpahkan sbg tindakan negara, maka negara
bertanggungjawab memberikan ganti rugi. Adapun wujud ganti rugi adalah restitusi, kompensasi atau
pemuasan.
a. Restitusi adalah mengembalikan keadaan seperti semula sehingga seolah-olhe tdk terjadi sesuatu.
b. Kompensasi adalah pembayaran utang sejumlah kerugian yg ditimbulkan termasuk kerugian tdk langsung.
c. Pemuasan adalah pelunasan kerugian yg tdk bisa dibayar dgn uang. Dilakukan dgn permintaan maaf resmi,
pengakuan bersalah secara resmi, janji tdk mengulangi dan menghukum pejabat negara yg melanggar.
2. Pengambil alihan adalah tindakan negara mencabut seluruh pengambilan keuntungan harta kekayaan asing
atau memindahkan alas hak secara paksa harta kekayaan asing. Nasionalisasi merupakan perwujudan dari
pengambilalihan bisnis asing. Syarat pengambilalihan yaitu:
a. Untuk tujuan atau kepentingan negara/ kepentingan umum
b. Dilakukan oleh organ yg berwenang, dgn itikad baik tanpa diskriminasi
c. Dgn pembayaran kompensasi
Alasan NASIONALISASI adalah:
1. Nasionalisasi diperlukan untuk memenuhi dana negara guna melangsungkan aktifitas kesejahteraan sosial
krn sumber penghasilan negara yg lain tdk ada.
2. Kebijaksanaan negara yg sdh diumumkan menghendaki dilakukan nasionalisasi.
3. Perusahaan asing dianggap hanya pengakiran dana ke negara asing
4. Kecurangan terhadap aktifitas bisnis
5. Nasionalisasi sbg upaya untuk menghilangkan pintu terakhir pemerintah kolonial, sebab perusahaan asing
merupakan benteng terakhir kolonialisme.

Anda mungkin juga menyukai