Anda di halaman 1dari 147

HUKUM PIDANA

1
Bahasan :
1 DEFINISI HUKUM PIDANA

2 DELIK

3 PEMIDANAAN
ALASAN PEMBENAR, ALASAN PEMAAF
4
& ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN

5 AZAS-AZAS HUKUM PIDANA

6 KRIMINOLOGI

2
1

DEFINISI
HUKUM PIDANA
3
DEFINISI HUKUM PIDANA
☼ IUS PONEALE ☼

 Menurut MEZGER hukum pidana dapat


didefinisikan sebagai berikut : “aturan
hukum, yang mengikatkan kepada suatu
perbuatan yang memenuhi syarat- syarat
tertentu suatu akibat yang berupa pidana”.
 Jadi definisi itu hukum pidana berpokok
pangkal pada :
1. Perbuatan yang memenuhi syarat tertentu;
2. Pidana.
 Pengertian “hukum pidana” tersebut juga
dikenal dengan “Ius poneale”.

4
Perbuatan yang memenuhi syarat tertentu

• Dengan “perbuatan yang memenuhi syarat- syarat


tertentu” itu dimaksudkan perbuatan yang dilakukan
orang, yang memungkinkan adanya pemberian pidana.
• Perbuatan semacam itu dapat disebut “perbuatan yang
dapat dipidana” atau disingkat “perbuatan jahat”.
• Oleh karena itu dalam perbuatan jahat tersebut harus
ada orang yang melakukannya, maka persoalan tentang
”perbuatan tertentu” itu diperinci menjadi 2 yaitu:
1. perbuatan yang dilarang dan;
2. orang yang melanggar larangan itu.

5
Pidana
• Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada
orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-
syarat perbuatan itu.
• Di dalam hukum pidana modern, pidana ini meliputi ”tindakan
tata tertib” (tuchtmaatregel).
• Di dalam KUHP yang sekarang berlaku jenis-jenis pidana yang
dapat diterapkan seperti yang tercantum pada pasal 10 KUHP,
yaitu dalam hukuman pokok dan hukuman tambahan, sebagai
berikut:
• Yang termasuk hukuman pokok:
1. hukuman mati;
2. hukuman penjara;
3. hukuman kurungan;
4. hukuman denda.
• Yang termasuk hukuman tambahan:
1. pencabutan hak- hak tertentu;
2. perampasan barang- barang tertentu;
3. pengumuman keputusan hakim.
6
Hukum Pidana pokok
 Jenis hukum yang dijatuhkan dengn hukum
pidana pokok meliputi ketentuan
pelanggaran pasal-pasal :
 Pasal 10 : Tentang Pidana Pokok dan
Tambahan
 Pasal 53 : Percobaan Kejahatan
 Pasal 104 : Tentang Penyerangan atau
Makar
 Pasal 131 : Kejahatan Terhadap Martabat
Presiden dan Wapres
 Pasal 140 : Kejahatan Politik
 Pasal 187 : Pembkaran
 Pasal 170 : Pengeroyokan
7
Pasal 241 : Pembunuhan Terhadap Anak
Pasal 242 : Sumpah Palsu Dan
Keterangan Palsu
Pasal 244 : Pemalsuan Mata Uang
Pasal 281 : Kejahatan Kesusilaan
Pasal 285 : Pemerkosaan
Pasal 300 : minuman keras
Pasal 303 : Perjudian
Pasal 310 : Penghinaan
Pasal 311 : Menfitnah
Pasal 328 : Penculikan
Pasal 338 : Pembunuhan Biasa
8
Pasal 340 : Pembunuhan
Berencana
Pasal 352 : Penganiayaan Ringan
Pasal 362 : Pencurian biasa
Pasal 363 : Pencurian dengan
Pemberatan

9
DEFINISI HUKUM PIDANA
☼ IUS PUNIENDI ☼

• Di samping Ius poneale ada Ius puniendi.


• Ius puniendi dapat diartikan secara luas dan sempit :
Dalam arti luas  Hak dari negara atau alat-alat
perlengkapan negara untuk mengenakan atau
mengancam pidana terhadap perbuatan tertentu.
Dalam arti sempit  Hak untuk menuntut perkara-
perkara pidana, menjatuhkan dan melaksanakan
pidana terhadap orang yang melakukan perbuatan
yang dilarang.
Hak ini dilakukan oleh badan peradilan.
• Jadi hak puniendi adalah hak mengenakan pidana,
dan ius puniendi harus berdasarkan pada ius
poneale.
1
DEFINISI HUKUM PIDANA YANG LAIN
NO TOKOH DEFINISI
1. SIMONS Kesemuanya perintah2 & larangan2 yg diadakan o/ negara & yg diancam
dgn suatu nestapa (pidana) bg barang siapa yg tdk mentaatinya,
kesemuanya aturan-aturan yg menentukan syarat-syarat bg akibat
hukum itu & kesemuanya aturan2 u/ mengadakan (menjatuhi) &
menjalankan pidana tsb.
SIMONS melakukan pembagian hukum pidana sbb :
1. Hk. Pidana subjektif >< Hk. Pidana objektif
 Hk. Pidana subjektif  hak dr negara u/ mengaitkan pelanggaran thd
suatu peraturan dgn hukuman yg disebut ius poeniendi.
 Hk. Pidana objektif  hukum pidana yg berlaku atau hukum pidana
positif yg disebut ius poenale.
2. Hk. Pidana material >< Hk. Pidana formal
 Hk. Pidana material  memuat ketentuan2 serta rumusan dr suatu
tindak pidana, ketentuan2 mengenai pertanggungjawaban pidana,
ketentuan2 mengenai pelaku & ketentuan2 mengenai pidana
 Hk. Pidana formal  mengatur ttg cara2 mewujudkan hak memidana
& menjalankan pidana
3. Hk. Pidana termasuk hukum publik (>< VAN KAN, PAUL
SCHOLTEN, LOGEMAN, LEMAIRE, UTRECHT)
 Dalam meperbandingkan individu2 dgn masyarakat negara,
penerapan hk. Pidana hanya dilakukan apabila kepentingan
masyarakat menuntutnya
 Pertanggungjawaban hk. Pidana tetap & tdk berubah, sekalipun
perbuatan tsb dilakukan a/ permintaan dr yg terkena tindakan
11
Lanjutan …..
DEFINISI HUKUM PIDANA YANG LAIN

NO TOKOH DEFINISI
2. POMPE Semua aturan hukum yg menetukan thd tindakan apa yg
seharusnya dijatuhkan pidana & apa macam pidana-nya yg
bersesuaian.

3. SUTHERLAND The criminal law in turn is defined conventionally as a body of


& CRESSEY specific rules regarding human conduct which have been
promulgated by political authority which apply uniformly to all
members of the classes to which the rules refer, and which are
enforced by punishment administrated by the state.

4. Mr. J.M. VAN HUKUM PIDANA MATERIIL tdr a/ tindak pidana yg disebut
BEMMELEN berturut-turut, peraturan umum yg dpt diterapkan thd perbuatan
itu, & pidana yg dpt diancamkan thd perbuatan itu.
HUKUM PIDANA FORMIL mengatur cara bagaimana acara
pidana seharusnya dilakukan & menentukan tata tertib yg harus
diperhatikan pd kesempatan itu.

1
Lanjutan …..
DEFINISI HUKUM PIDANA YANG LAIN

NO TOKOH DEFINISI
5. WIRJONO HUKUM PIDANA ialah Peraturan hukum mengenai pidana.
PROJODIKORO PIDANA  hal yg dipidanakan, yaitu o/ instansi yg berkuasa
dilimpahkan kpd seorang oknum sbg hal yg tdk enak dirasakannya
& jg hal yg tdk sehari-hari dilimpahkan.
Unsur pokok hukum pidana  Norma (larangan atau aturan) & sanksi a/
pelanggaran norma tsb berupa ancaman hukuman pidana, &
bahwa dasar dr segala hukum ialah rasa keadilan.
Pembidangan hukum pidana :
1. Hukum pidana materiil, yaitu isi drpd hukum pidana sbb :
 penunjukan & gambaran dr perbuatan2 yg diancam dgn hk.
Pidana;
 penunjukan syarat umum yg harus dipenuhi agar perbuatan itu
mrpk perbuatan yg pembuatnya dpt dihukum pidana;
 penunjukan orang atau badan hukum yg pd umumnya dpt dihukum
pidana;
 penunjukan jenis hukuman pidana yg dpt dijatuhkan.
2. Hukum pidana formil, yaitu hukum acara pidana yg berkaitan erat
dgn diadakannya hukum pidana, o/ krn itu, mrpk suatu rangkaian
peraturan yg memuat cara bagaimana badan2 pemerintah yg
berkuasa, yi kepolisian, kejaksaan & pengadilan harus bertindak
guna mencapai tujuan negara dgn mengadakan hukum pidana
1
Lanjutan … DEFINISI HUKUM PIDANA YANG LAIN
NO TOKOH DEFINISI
6. PROF. Hukum pidana adalah bagian dr hukum yg mengadakan dasar & aturan2 u/
MOELJATNO menentukan :
 Perbuatan2 mana yg tdk boleh dilakukan, yg dilarang dgn diserta ancaman
sanksi brp suatu pidana ttt, bg barang siapa yg melanggar larangan tsb;
Kapan & dalam hal apa kpd mereka yg telah melanggar larangan2 itu dpt
dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yg telah diancamkan;
Dgn cara bagaimana pengenaan pidana itu dpt dilaksanakan apabila ada orang
yg disangka telah melanggar larangan tsb.

7. Mr. HUKUM PIDANA MATERIIL adalah kumpulan aturan hukum yg menentukan


TIRTAAMIDJAJA pelanggaran pidana, menetapkan syarat-syarat bagi pelanggaran pidana u/ dpt
dihukum, menunjukkan orang yg dpt dihukum & menetapkan hukuman a/
pelanggaran pidana.
HUKUM PIDANA FORMIL adalah kumpulan aturan hukum yg mengatur cara
mempertahankan hukum pidana materiil thd pelanggaran yg dilakukan o/ orang2
ttt, atau dgn kata lain, mangatur cara bagaimana hukum pidana materiil
diwujudkan sehingga diperoleh keputusan hakim serta mengatur cara
melaksanakan keputusan hakim.

8. SATAUCHID Sejumlah peraturan2 yg mrpk bahagian dr hukum positif yg mengandung


KARTANEGARA larangan2 & keharusan2 yg ditentukan o/ negara atau kekuasaan lain yg
berwenang u/ menentukan peraturan2 pidana, & apabila hal ini dilanggar
timbullah hak dr negara u/ melakukan tuntutan, menjalankan pidana &
melaksanakan pidana.

1
FUNGSI HUKUM PIDANA
• Dapat dibedakan dua fungsi dari hukum pidana yaitu :
1. Fungsi yang umum;
2. Fungsi yang khusus.
• Ad.1
Oleh karena hukum pidana itu merupakan sebagian dari
keseluruhan lapangan hukum, maka fungsi hukum pidana sama
juga dengan fungsi hukum pada umumnya, ialah mengatur
hidup kemasyarakatan atau menyelenggarakan tata dalam
masyarakat.
• Ad.2
Fungsi yang khusus dari hukum pidana ialah melindungi
kepentingan hukum terhadap perbuatan yang hendak
memperkosannya, dengan sanksi yang berupa pidana yang
sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang
terdapat pada cabang – cabang hukum yang lainnya.
• Dapat dikatakan bahwa hukum pidana itu memberi aturan-
aturan untuk menanggulangi perbuatan jahat.

1
2

DELIK

1
ISTILAH DELIK

• Asal kata : delictum (latin); delict (Jerman);


delit (Perancis); delict (Belanda).
• KBBI (Kamus Bebas Bahasa Indonesia)  Delik
= tindak pidana
• PROF. MOELJATNO  delik = perbuatan
pidana
• UTRECHT  delik = peristiwa pidana
• MR. TIRTAAMIDJAJA  delik = pelanggaran
pidana
• Para pakar hukum pidana yg lain : VAN
HAMEL, SIMONS  delik = strafbaar feit

1
DEFINISI DELIK
NO TOKOH DEFINISI
1. KBBI Delik = tindak pidana  Perbuatan yg dpt dikenakan hukuman
krn mrpk pelanggaran thd UU; tindak pidana

2. PROF. Delik = perbuatan pidana  Perbuatan yg dilarang oleh suatu


MOELJATNO aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sangsi) yg
berupa pidana ttt, bagi barang siapa yg melanggar larangan tsb,
asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kpd
perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yg ditimbulkan o/
kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kpd
orang yg menimbulkan kejadian itu.

3. E. UTRECHT Delik = peristiwa pidana  yg ditinjau adalah adalah peristiwa


(feit) dari sudut hukum pidana.
Peristiwa itu sendiri adalah suatu pengertian yg konkrit yg hanya
menunjuk kpd suatu kejadian yg ttt saja, misalnya : kematian.

1
Lanjutan …... DEFINISI DELIK

NO TOKOH DEFINISI
4. VAN Delik = strafbaar feit  kelakuan orang (menselijke
HAMEL gedraging) yg dirumuskan dalam wet, yg bersifat
melawan hukum, yg patut dipidana (strafwaardig) &
dilakukan dgn kesalahan.

5. SIMONS Delik = strafbaar feit  kelakuan (handeling) yg


diancam dgn pidana, yg bersifat melawan hukum, yg
berhubungan dgn kesalahan & yg dilakukan o/
orang yg mampu bertanggung-jawab

1
SKEMA UNSUR – UNSUR DELIK
Kesengajaan sbg Maksud
(Oogmerk)
Kesengajaan dgn
KESENGAJAAN Keinsafan Pasti
(DOLUS) (Opzet als
Zekerheidsbewustzijn)
Kesengajaan dgn
Keinsafan Akan
Kemungkinan (Dolus
UNSUR Evantualis)
SUBJEKTIF Tak Berhati-hati
KEALPAAN Dapat Menduga
UNSUR (CULPA)
Kelalaian
DELIK
Perbuatan Aktif atau
PERBUATAN
UNSUR Positif (Act)
MANUSIA
OBJEKTIF Perbuatan Pasif atau
AKIBAT Negatif (Omission)
PERBUATAN
SIFAT MELAWAN HUKUM (WEDERRECHTELIJKHEID)
& DAPAT DIHUKUM
KEADAAN-KEADAAN
2
(CIRCUMSTANCES)
MACAM – MACAM DELIK

 Pembedaan antara KEJAHATAN dengan


PELANGGARAN,
Menurut WIRJONO PROJODIKORO, antara
keduanya tdp perbedaan kuantitatif,
dimana kejahatan pd umumnya diancam
dgn pidana yg lebih berat drpd
pelanggaran

2
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :
NO DASAR MACAM DELIK
PEMBEDAAN
1. Cara 1. Delik formal  yg dirumuskan adl tindakan yg dilarang (beserta
Perumusannya hal/kedaan lainnya) dgn tidak mempersoalkan akibat dr tindakan
itu, ex : 160 (penghasutan), 209 (penyuapan), 247 (sumpah palsu),
362 (pencurian)
2. Delik material  selain dilakukannya tindakan yg terlarang tsb,
masih harus ada akibat yg timbul krn tindakan itu, baru dpt
dikatakan telah terjadi tindak pidana tsb sepenuhnya (voltooid), ex :
338 (pembunuhan), 378 (penipuan)

2. Cara Melakukan 1. Delik komisi  tindakan aktif (active handeling) yg dilarang yg u/


Tindak Pidana pelangarannya diancam pidana, ex : dilarang membunuh (338),
dilarang mencuri (362), dilarang berzina (284)
2. Delik omisi  tindakan pasif (passive handeling) yg diharuskan,
yg jika tidak melakukannya diancam dgn pidana, ex : 224
(keharusan jd saksi), 164 (wajib melaporkan kejahatan ttt)
3. Delik campuran  tindakan yg mrpk campuran delik komisi &
delik omisi, ex : 306 (membiarkan seseorang yg wajib
dipeliharanya yg berakibat matinya orang itu); 194 (seorang
penjaga palang pintu KA yg tdk menutup pintu palang KA ketika KA
lewat sehingga mengakibatkan kecelakaan KA & matinya orang)
2
Lanjutan …..
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :

NO DASAR PEMBEDAAN MACAM DELIK


3. Ada/ Tidaknya 1. Delik mandiri (zelfstandige delicten)  jk tindakan yg
Pengulangan/ dilakukan itu hanya 1 kali, u/ mana petindak dipidana, ex :
Kelanjutan mencuri sepeda, menganiaya seseorang;
2. Delik berlanjut (voortgezette delicten)  jk tindakan yg
sama berulang dilakukan & mrpk atau dapat dianggap sbg
kelanjutan tindakan semula, ex : Ayah yg setiap hari
memukuli anaknya, sopir yg setiap malam mengemudikan
mobil tanpa lampu;
Delik ini erat kaitannya dengan Ps.64 KUHP ttg “gabungan
tindak pidana”

4. Berakhir atau 1. Delik berakhir (aflopende delict)  tindakan sudah


Berkesinambungannya sempurna (vooltoid), jk petindak telah melakukan suatu
Suatu Delik tindakan terlarang menurut UU
2. Delik berkesinambungan atau berkesiterusan
(voortdurende delict)  dalam beberapa hal, tindakan yg
terlarang menurut UU tsb dilakukan secara
berkesinambungan atau berjalan terus dengan sendirinya.
Ex :
 Perampasan kemerdekaan seseorang (333), perampasan
kemerdekaan itu sendiri jk tdk diteruskan adalah delik
berakhir. 2
Lanjutan …..
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :

NO DASAR PEMBEDAAN MACAM DELIK


5. Tindakan Terlarang tsb 1. Delik bersahaja (enkel voudige delict)  .
mrpk Kebiasaan dr 2. Delik kebiasaan (samengestelde delict)  ex :
Petindak atau tidak kebiasaan u/ mencari nafkah dgn memudahkan
pencabulan antara orang lain (296), kebiasaan
penadahan (481)

6. Pada Tindak Pidana itu 1. Delik biasa  ex : 362 (pencurian biasa), 338
Ditentukan Keadaan yg (pembunuhan biasa)
Memberatkan atau 2. Delik dikualifisir (diperberat)  ex : 363 terhadap 362
Meringankan Pidana (pencurian), 340 terhadap 338 (pembunuhan)
3. Delik diprivilisir (diperingan)  ex : 341 terhadap 338
(pembunuhan anak), 308 terhadap 305 & 306 (seorang
ibu yg meninggalkan anaknya

Pd delik2 (2) & (3) mempunyai unsur2 yg dipunyai delik (1),


disamping unsur keadaan yg memberatkan pidana u/ (2)
& unsur keadaan yg meringankan pidana u/ (3).

7. Bentuk Kesalahan 1. Delik kesengajaan (Delik Dolus)  diperlukan adanya


Petindak kesengajaan, ex : Ps. 338 (pembunuhan), 354 (sengaja
melukai berat orang lain)
2. Delik kealpaan (Delik Culpa)  orang sudah dpt 2
dipidana bila kesalahannya itu berbentuk kealpaan, ex :
Lanjutan …..
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :

NO DASAR PEMBEDAAN MACAM DELIK


8. Tindakan Terlarang tsb 1. Delik bersahaja (enkel voudige delict)
mrpk Kebiasaan dr
Petindak atau tidak 2. Delik kebiasaan (samengestelde delict)  ex :
kebiasaan u/ mencari nafkah dgn memudahkan
pencabulan antara orang lain (296), kebiasaan
penadahan (481)

9. Apakah Tindak Pidana 1. Delik umum


itu Mengenai Hak Hidup
(het bestaan) Negara, 2. Delik politik
Ketatanegaraan atau Delik politik murni  ex : pemberontakan, penggulingan
Pemerintahan Negara pemerintah)
Delik politik campuran  ex : mencuri dokumen negara
Delik politik koneksitas  ex : menyembunyikan
senjata api

10. Perbedaan Subjek 1. Delik khusus (delict propria)  subjek dr delik khusus
hanya orang2 atau golongan ttt sbg petindak dr dr tindak
pidana khusus ybs.
subjek dr delik khusus  ex : PNS, militer, dll
2. Delik umum (commune delicten)  subjek dr delik
umum dlm KUHP pd umumnya dirumuskan dgn “barang
2
siapa”, yaitu siapa saja (setiap orang) sebagaimana
Lanjutan …..
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :

NO DASAR MACAM DELIK


PEMBEDAAN
11. Cara Penuntutan 1. Delik aduan
Petindak hanya dpt dituntut krn adanya aduan
2. Delik yg penuntutannya krn jabatan
Petindaknya dituntut o/ petugas, krn memang u/ itulah ia
ditugaskan, tdk perlu ada aduan

2
Delik kejahatan yaitu tindak pidana
yang tergolong berat dan merugikan
terhadap orang atau pihak lain.
Contoh : penipuan, penganiayaan,
pencurian, pembunuhan
delik pelanggaran yaitu tindak pidana
yang tergolong ringan dan belum
tentu menimbulkn kerugian pihak
lain.
Contoh : pelanggaran lalu lintas.
27
Menurut doktrin atau ilmu pengetahuan hukum,
delik dapat dibagi menurut beberapa sudut
pandang yakni :
A. Dolus yaitu delik yang dilakukan dengan
sengaja oleh pelakunya dalam arti akibat yang
ditimbulkan oleh delik tersebut memang
dikehendaki oleh si pelaku.
Contoh : perampokaan, pembajakan
B. Culpa yaitu delik yang secara tidak sengaja
telah dilakukan oleh pelakunya (sama sekali
diluar kehendaknya)
contoh : Tabrkan yang terjadi karen mengantuk
(akibat lengah)

28
Berdasarkan wujudnya, delik dibedakan
atas :
a. Delik commissie, yaitu delik yang berwujud
suatu perbuatan yang merugikan orang lain
(baik disengaja maupun tidak sengaja)
contoh : pencurian, penganiayaan,
pembunuhan.
b. Delik omissie, yaitu delik yang berwujud
sebagai suatu kelalaian atau pengabaian akan
suatu yang seharusnya dilakukan sehingga
kelalaian atau pengabaian ini menimbulkan
kerugian pihak lain.
Contoh : penjaga palang pintu lintasan kereta
api. 29
Berdasarkan unsur delik yang dilarang oleh
Undang – undang, delik itu dapat dibedakan
atas :
A. Delik formil yaitu delik yang perbuatannya
dilarang oleh undang – undang.
Contoh : pencurian, pemerkosaan, penipuan, dll.
B. Delik materiil yaitu delik yang akibatnya
dilarang oleh undang – undang.
Contoh : pengrusakan barang – barang berharga
(akibat yang dilarang ialah kerugian yang
sampai terjadi), pembunuhan (akibat yang
dilarang adalah matinya orang yang di bunuh)
30
CATATAN : PENGERUSAKAN DAN
PEMBUNUHAN BUKANLAH PERBUATAN
YANG DILARANG UNDANG – Undang kalo
misal : pengrusakan itu dilakukan
terhadap barang yang sudah tidak terpakai
lagi sehingga tidak menimbulkan
kerugian, pembunuhan itu dilakukan
terhadap serangga.
Lain halnya dengan :
pencurian, mencuri apa saja dilarang oleh
undang – undang.
Penipuan, menipu siapa saja dilarang
undang – undang.
31
Menurut segi pandangan dari sudut lain :
a. Berdasarkan pelakunya, maka delik itu dapat
dibedakan atas :
1. Delik umum, yaitu delik yang merupakan
tindak pidana apa saja yang dilakukan siapa
saja.
2. Delik khusus, yaitu delik yang berupa tindak –
tindak pidana tertentu (khusus) dan pelakunya
pun orang – orang tertentu saja. (Tidak
sembarang orang)
contoh : delik militer seperti desersi, yakni
melarikan diri dari tugas kewajiban kemiliteran.
32
Berdasarkan faktor waktu atau lamanya delik
itu dilakukan maka delik dapat dibedakan atas :
a. Delik yang dilakukan seketika saja atau sekali
saja.
Misalnya : pencopetan, permpokan, pencurian,
pembunuhan, dll
b. Delik yang dilakukan secara berulang,
misalnya : pemerasan yang dilindungi dengan
ancaman, pemerkosaan yang dilindungi dengan
ancaman, perzinahan yang dilindungi sebagai
rahasia bersama bagi para pelakuknya.

33
Berdasarkan faktor syarat untuk dapat dituntut,
delik itu dapat dibedakan atas :
a. Delik aduan, yaitu delik yang memerlukan
dilakukannya pengaduan sebagai syarat mutlak
agar delik tersebut dapat dituntut di muka
hakim. Tanpa lampiran pengaduannya maka
tuntutan perkara tersebut mmenjadi batal.
Contoh : delik penghinan agar dapat diajukan
untuk dituntut harus diadukan dahulu oleh
pihak yang dihina.

34
B. Delik biasa, yaitu delik yang
setiap saat dapat dituntut
pelakunya oleh yang berwajib
tanpa perlu adanya
pengaduan terlebih dahulu
dari pihak korbannya.

35
Berdasarkan faktor sasaran kepentingan yang
diganggu, delik itu dapat dibedakan :
a. Delik umum atau sosial, sama dengan delik
biasa, yaitu delik pada umumnya.
B. Delik politik, yaitu delik yang ditujukan untuk
mengganggu keamanan/ketertiban negara, atau
untuk mengancam keselamatan negara.
Contoh : makar terhadap negara.
C. Delik ekonomi, yaitu delik yang ditujukan
untuk mengganggu kelancaran perekonomian
negara baik secara langsung atau tidak
langsung.
Contoh : penimbunan barang kebutuhan pokok,
pemalsuan uang, barang, merk, penyelundupan.
36
3

PEMIDANAAN

3
JENIS PIDANA DALAM KUHP

1. Pidana Pokok
a. Pidana mati
b. Pidana penjara
c. Pidana kurungan
d. Pidana bersyarat
e. Pidana denda
2. Pidana Tambahan
a. pencabutan hak2 tertentu
b. perampasan barang
tertentu
c. pengumuman putusan
hakim
3
SANKSI PIDANA
• Beberapa pengertian atau makna tentang
sanksi pidana sebagai berikut :
1. Sanksi hukum pidana mempunyai pengaruh
preventif( pencegahan) terhadap terjadinya pelanggaraan-
pelanggaran norma hukum.
Pengaruh ini tidak hanya ada bila sanksi pidana itu benar-
benar diterapkan terhadap pelanggaran yang konkrit tetapi
sudah ada, karena sudah tercantum dalam peraturan hukum.
Perlu diingat bahwa sebagai alat kontrol, fungsi hukum pidana
adalah subsider artinya hukum pidana hendaknya baru
diadakan apabila usaha-usaha lain kurang memadai.
2. Sanksi yang tajam dalam hukum pidana membedakannya dari
lapangan hukum yang lainnya.
Hukum pidana sengaja mengenakan penderitaan dalam
mempertahankan norma-norma yang diakui dalam hukum.
Oleh karena itu mengapa hukum pidana harus dianggap
sebagai ultimum remidium yaitu obat terakhir apabila sanksi
atau upaya-upaya pada cabang hukum lain tidak mempan.

3
3. Dalam sanksi hukum pidana terdapat suatu yg
tragis (sesuatu yang menyedihkan) sehingga hukum
pidana dikatakan sebagai mengiris dagingnya
sendiri atau sebagai pedang bermata dua.
Maksud dari ucapan itu adalah bahwa hukum
pidana yang melindungi benda hukum (nyawa,
harta, benda, kehormatan) dalam pelaksanaannya
ialah apabila terdapat pelanggaran terhadap
larangan dan perintahnya justru mengadaan
perlukaan terhadap benda hukum si pelanggar
sendiri.
4. Hukum pidana itu merupakan hukum sanksi belaka.
Hukum pidana tidak memuat norma-norma baru,
Norma-normayang ada dalm cabang hukum lainnya
dipertahankan dengan ancaman pidana.
Oleh karena itu hukum pidana disebut sebagai
accesoir terhadap hukum lainnya.

4
4
ALASAN PEMBENAR, ALASAN PEMAAF
& ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN

4
 Dalam KUHP tidak ada disebutkan istilah2
alasan pembenar & alasan pemaaf. Titel ke-3
dr Buku Pertama KUHP hanya menyebutkan :
alasan2 yg menghapuskan pidana.

 Dalam teori hukum pidana alasan2 yg


menghapuskan pidana dibedakan mjd :
alasan pembenar, alasan pemaaf dan alasan
penghapus tuntutan.

4
ALASAN PEMBENAR
 Yaitu alasan yg menghapuskan sifat melawan
hukumnya perbuatan, sehingga apa yg
dilakukan o/ terdakwa lalu mjd perbuatan yg
patut & benar.

 Biasanya dalam titel 3 Buku Pertama yg


dipandang orang sbg alasan pembenar
adalah pasal2 sbb :
 49 (1), mengenai pembelaan terpaksa
(noodweer);
 50, mengenai melaksanakan ketentuan UU;
 51 (1), melaksanakan perintah atasan;
 48, mengenai daya paksa (overmacht).
4
ALASAN PEMAAF
 Yaitu alasan yg menghapuskan kesalahan
terdakwa. Perbuatan yg dilakukan o/ terdakwa
tetap bersifat melawan hukum jadi tetap
merupakan perbuatan pidana, tetapi dia tidak
dipidana, karena tidak ada kesalahan.

 Biasanya dalam titel 3 Buku Pertama yg


dipandang orang sbg alasan pemaaf adalah
pasal2 sbb :
 49 (2), mengenai pembelaan yg melampaui
batas;
 51 (2), penuntutan pidana tentang perintah
jabatan yg tanpa wenang
 48, mengenai daya paksa (overmacht).
4
ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN

 Dikarenakan pemerintah menganggap bahwa


a/ dasar utilitas atau kemanfaatannya kpd
masyarakat, sebaiknya tdk diadakan
penuntutan. Kalau perkaranya tdk dituntut,
tentunya yg melakukan perbuatan tak dapat
dijatuhi pidana.

 Alasan penghapus pidana dibagi mjd :


1. alasan penghapus pidana yg umum
 titel 3 Buku Pertama;
2. alasan penghapus pidana yg khusus
 ex : Ps. 310 (3).

4
5

AZAS-AZAS
HUKUM PIDANA

4
BERLAKUNYA HUKUM PIDANA
MENURUT WAKTU

 Pasal 1 KUHP :
1) Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan
kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada
sebelumnya
2) Jika ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan
dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yg paling
menguntungkannya
 Asas – asas yang terkandung dalam Ps. 1
KUHP :
◦ Azas Legalitas : nullum delictum nulla poena sine preavia lege
poenali (Hakim dilarang mencipta hukum apapila ketentuan
pidana dalam UU tidak mengaturnya)  Pasal 1 ayat 1 KUHP
◦ Azas Tidak Berlaku Surut : Hukum pidana tidak berlaku
surut/mundur  Pasal 1 ayat 1 KUHP
Tetapi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat 2 KUHP, asas
tsb tidak secara mutlak dianut
◦ Azas Larangan Penggunaan Analogi : Hukum pidana tidak dapat
ditafsir secara analogi  Pasal 1 ayat 1 KUHP

4
BERLAKUNYA HUKUM PIDANA
DIHUBUNGKAN DENGAN TEMPAT DAN ORANG

 Menurut asas teritorial berlakunya Undang –


undang pidana suatu negra semata – mata
digantungkan pada tembat dimana tindak
pidana atau perbuatan pidana dilakukan,
dan tempat harus terletak di dalam teritori
atau wilayah negara yang bersangkutan.
 Simons mengatakan bahwa berlakunya asas

teritorial ini berdasarkan atas kedaulatan


negara sehingga setiap orang wajib dan taat
kepada perundang – undangan negara
tersebut.
4
Pasal 2 kuhp
 Pasal 2 KUHP merumuskan : aturan pidana dalam
perundang – undangan Indonesia berlaku bagi
setiap orang yang melakukan tindak pidana di
Indonesia.
 Perkataan setiap orang mengandung arti baik

WNI maupun WNA yang berada di Indonesia.


 Dalam hal melakukan perbuatan, terdapat

kemungkinan bahwa perbuatannya sendiri tidak


di Indonesia , tetapi akibatnya terjadi di
Indonesia, misalnya :
 Seseorang yang dari luar negeri mengirimkan

paket berisi bom dan meledak serta membunuh


orang di Indonesia.
49
Teritor indonesia ini diperluas dengan pasal 3
kuhp yang semula mengatakan bahwa ketentuan
pidana itu berlaku juga bagi setiap orang yang
di luar indonesia melakukan tindak pidana di
dalam perahu indonesia. Berhubung dengan
perkembangan zaman, melalui uu no.4 tahun
1976, maka pasal 3 tersebut diubah dan
berbunyi :
“ketentuan pidana dalam perundang – undangan
indonesia berlaku bagi setiap orang yang diluar
wilayah indonesia melakukan tindak pidana di
dalam kendaraan air atau pesawatbudara
indonesia”
50
Asas perlindungan ( asas nasional pasif.
Menurut asas ini peraturan hukum pidana indonesia
berfungsi untuk melindungi keamanan kepentingan
hukum terhadap gangguan dari setiap orang diluar
indonesia terhadap kepentingan hukum indonesia itu.
Diatur dalam pasal 3 KUHP.
Tidak semua kepentingan hukum dilindungi,
melainkan hanya kepentingan yang vital dn
berhubungan dengan kepentingan umum yaitu
berwujud :
1. Terjaminnya keamanan negara dan terjaminnya
martabat kepala negara dan wakilnya;
pasal 4 ke 1, 2, 3, 4 KUHP
51
Asas personal ( Nasional Aktif )
menurut asas ini ketentuan hukum pidana
berlaku bagi setiap warga negara indonesia
yang melakukan tindak pidana di luar
indonesia. Untuk mereka yang melakukan di
dalam wilayah indonesia telah diliputi oleh asas
teritorial pada pasal 2 KUHP.
Pasal 5 kuhp berisi tersebut tetapi ada
pembatasan tertentu, yaitu jika yang dilakukan
adalah perbuatan yang diatur di dalam bab I
dan II buku kedua kuhp pasal 104 – 139
pasal 160, 161, 279.
Perbuatan yang menurut perundang – undangan
di indonesia termasuk kejahatan dan menurut
ketentuan di negara itu dapat dipidana.
52
Asas universal
suatu asa yang menegaskan bahwa
hukum pidana suatu negara dapat
berlaku terhadap siapa saja, dimana
saja dan terhadap tindak pidana apa
saja yang dapat mengganggu
ketertiban dan kepentingan hukum
dunia internasional.

53
A orang portugis memalsukan
mata uang dollar amerika di
prancis, lalu lari dan
bersembunyi di indonesia. Bila
seandainya ia tertangkap di
indonesia , maka ia dapat diadili
dan dihukum di indonesia juga
( berdasarkan hukum pidana
indonesia tanpa perlu
dipulangkan di negaranya lagi.
54
6

KRIMINOLOGI

5
PENGERTIAN KRIMINOLOGI
• MOELJATNO :
Kriminologi adalah Ilmu tentang kejahatannya sendiri

• KANTER & SIANTURI :


 Kriminologi mempelajari sebab2 timbulnya suatu
kejahatan & keadaan2 yg pd umumnya turut
mempengaruhinya, serta mempelajari cara2
memberantas kejahatan tsb.
 Kriminologi mengartikan kejahatan sbg gejala dlm
masyarakat yg tdk pantas & tidak/belum terikat kpd
ketentuan2 yg telah tertulis

• SUTHERLAND AND CRESSEY :


Kriminologi adalah himpunan pengetahuan mengenai
kejahatan sbg gejala masyarakat
5
PERBEDAAN KRIMINOLOGI DENGAN
ILMU PENGETAHUAN HUKUM PIDANA

NO PERBEDAAN KRIMINOLOGI ILMU PENGETAHUAN


HUKUM PIDANA

1. OBJEK Orang yg melakukan Hukum (ketentuan2,


kejahatan itu sendiri sbg suatu peraturan2) mengenai
gejala dalam masyarakat kejahatan & pidana
(bukan sbg norma hukum
positif semata-mata)

2. TUGAS Mencari & menentukan Menjelaskan (intepretasi)


sebab2 dr kejahatan serta hukum pidana, mengkaji
menemukan cara2 norma hukum pidana
pemberantasannya (konstruksi) & penerapan
ketentuan yg berlaku thd
suatu tindak pidana yg tjd
(sistematika)

3. TUJUAN Mengamankan masyarakat dr Memahami pengertian yg


penjahat objektif dr peraturan hk.
Pidana yg berlaku

5
• Beberapa sarjana memasukkan kriminologi sbg
bag. / pendukung dr IPHP (SIMONS, VAN HAMEL),
alasannya :

 bahwa u/ menyelesaikan suatu perkara pidana


yg berlaku, mengkonstruksikan apa yg dimaksud
serta mensitematisirnya, akan tetapi perlu diselidiki
jg penyebab dr tindakan (tindak pidana) itu,
terutama mengenai pribadi si pelaku, & selanjutnya
perlu diperhatikan cara2 pemberantasan kejahatan.

5
 Sedangkan sarjana2 yg lain tdk dapat
membenarkan bahwa kriminologi termasuk
dalam IPHP (ZEVENBERGEN), alasannya :
 Bahwa IPHP bersifat normatif, yaitu sbg ilmu u/
mengetahui/mempelajari hukum positif, apa norma2nya &
sanksi pidananya;
 Pidana mrpk imbalan bg seseorang pelaku tindak pidana (krn
penekanannya pd “pidana”), maka kriminologi tdk ada
sangkut pautnya;
 Metode IPHP adalah deduktif (ketentuan2 hk pidana sudah
ada lalu berdasarkan pd hal tsb akan dinilai apakah suatu
tindakan termasuk tindak pidana/tdk), sedangkan metode
kriminologi adalah empiris induktif (berdasarkan penyelidikan
empiris, dikaji apakah suatu tindakan dlm kenyataannya brp
kejahatan/tdk, tanpa terikat pd ketentuan2 hk positif)

5
PEMBAGIAN KRIMINOLOGI

• KANTER & SIANTURI


Berdasarkan pembatasan yg diberikannya,
Kriminologi dibagi mjd 2 bidang atau tugas :

1. Etiologi Kriminil (Criminal Etiology)  mempelajari


sebab2 timbulnya suatu kejahatan (aethos =
sebab2).
2. Pemberantasan atau pencegahan kriminil (penology
atau criminal policy atau criminele politiek) 
menemukan cara2 memberantas kejahatan.

6
Lanjutan …..
PEMBAGIAN KRIMINOLOGI

• SUTHERLAND AND CRESSEY :


Kriminologi terdiri dari 3 bagian utama :

1. Ilmu kemasyarakatan dr hukum atau pemasyarakatan


hukum (the sociology of law)  yaitu usaha u/
menganalisa keadaan secara ilmiah yg akan turut
memperkembangkan hukum pidana;
2. Etiologi kriminil  yaitu penelitian scr ilmiah mengenai
sebab2 dr kejahatan; dan
3. Pemberantasan atau pencegahan kejahatan (control of
crime).

6
Lanjutan …..
PEMBAGIAN KRIMINOLOGI

• Di negara2 Anglo Saxon, Kriminologi dibagi mjd 3


bagian :

1. Criminal Biology, yg menyelidiki dalam diri orang itu


sendiri akan sebab2 dr perbuatannya, baik dalam
jasmani maupun rokhaninya;
2. Criminal Sociology, yg mencoba mencari sebab2 itu
dalam lingkungan masyarakat dimana penjahat itu
berada;
3. Criminal Policy, yaitu tindakan2 apa yg sekiranya harus
dijalankan spy orang lain tdk berbuat demikian pula

6
 KESENGAJAAN (DOLUS)
 Kesengajaan secara eksplisit terlihat dalam
KUHP yaitu:
1. Dengan maksud
2. Dengan paksaan
3. Dengan kekerasan
 4. Sedang dikehendakinya
 5. Bertentangan dengan apa yang dilakukan

63
Dalam istilah diatas maka semua istilah sama
artinya dengan dengan sengaja.
 
kesengajaan menurut memorie van toelichting
(mvt) yaitu willens en wetens (dikehendaki dan
mengetahui). artinya, seseorang yang
melakukan perbuatan itu sudah
menghendaki atas timbulnya suatu akibat
atau tujuan utama/ maksud dari si pelaku,
serta si pelaku juga mengetahui bahwa dengan
perbuatan yang ia lakukan maka akan timbul
suatu akibat atau maksud yang si pelaku
kehendaki.
64
Adapun 3 bentuk-bentuk kesengajaan:
 
1. Kesengajaan sebagai tujuan (opzet als
oogmerk): kesengajaan yang dilakukan oleh
si pelaku untuk mencapai tujuan utamanya dan
dengan kata lain bahwa si pelaku sudah
menghendaki akibat tersebut serta akibat
tersebut merupakan tujuan atau maksudnya.
Contoh: Melly yang ingin membunuh Tono
dengan jalan menembak kepala Tono dengan
pistol dimana dengan tertembaknya kepala
Tono maka Tono langsung meninggal

65
2. Kesengajaan dengan keinsyafan kepastian (opzet bij
zekerheids bewutzijn): kesengajaan yang dilakukan oleh si
pelaku untuk mencapai tujuan utamanya dimana si pelaku
menyadari bahwa dengan dilakukannya perbuatan tersebut
akan menimbulkan akibat lain demi tercapainya tujuan
utamanya, maka akibat lain yang muncul tersebut tidaklah
menjadi penghalang bahkan diambilnya sebagai resiko untuk
mencapai tujuan utama.

Contoh: Melly yang ingin membunuh tono dengan cara


menembak tono dengan pistol, namun tono sedang ada di
dalam mobil, maka peluru pistol tersebut akan mengenai
kaca dahulu dan baru peluru itu mengenai kepala tono. Dari
kasus ini, melly secara pasti akan mengenai kaca mobil
dahulu yang selanjutnya akan mengenai kepala tono.

66
3. Kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan
(opzet bij mogelijkheids bewutzijn): kesengajaan
yang dilakukan oleh si pelaku untuk mencapai
tujuan utamanya dimana si pelaku secara sadar
menginsyafi perbuatannya, namun mungkin saja
dengan perbuatannya tersebut akan timbul suatu
akibat lain.
Contoh: melly yang ingin membunuh tono dengan
cara menembak tono dengan pistol, namun ketika
melly menembak ada anak kecil yang lewat tanpa
dilihatnya dan tadinya jalanan itu sepi. dalam
kasus itu, tertembaknya anak kecil merupakan
suatu keinsyafan kemungkinan.
67
Pandangan saya menurut perbedaan
Kesengajaan dengan keinsyafan kepastian
dengan
 
Kesengajaan dengan keinsyafan
kemungkinan bahwa:
Kesengajaan dengan keinsyafan kepastian
Æ dengan dilakukannya satu perbuatan
maka ada akibat yang secara sadar dengan
kasat mata akan terjadi untuk mencapai
tujuan tersebut.

68
Dengan kata lain bahwa ada 2 akibat yang
muncul secara pasti untuk mencapai tujuan
utamanya.
Kesengajaan dengan keinsyafan kemungkinan
Æ dengan dilakukannya satu perbuatannya
 
maka ada akibat lain yang sudah dipikirkan,
bahwa “jangan-jangan ... akan terjadi
begini/begitu”. Dengan kata lain ini belum
bisa diterka secara pasti, namun dapat
diperkirakan sebelumnya.

69
1. KELALAIAN (CULPA) 
Kelalaian Adalah Salah Satu Bentuk Dari
Kesalahan Selain Kesengajaan. Culpa
Terjadi Ketika Si Pelaku Mungkin
Mengetahui Tetapi Tidak Secara Sempurna,
Karena Dalam Culpa Seseorang Mengalami
Kekurangan:
Kurang hati-hati
Kurang waspada
Kurang cermat
Kurang teliti
Kurang perhitungan
Kurang perhatian
 
70
Padahal kekurangan tersebut tidak boleh timbul
supaya tidak timbul akibat tersebut.
 Dengan demikian, culpa adalah kondisi dimana
seseorang seharusnya tahu akan tetapi ia tidak
tahu; atau mengetahui tetapi tidak cukup tahu,
sehingga timbul suatu akibat.
 Culpa dibagi menjadi 2: 
1. Culpa yang disadari (bewuste): sadar tetapi ada
juga kekurangan.
Terjadi apabila seseorang melakukan suatu
perbuatan dan sudah dapat
membayangkan/mengetahui akibatnya.
 
71
2. Culpa yang tidak disadari
(onbewuste): sama sekali tidak
sadar.
Terjadi apabila seseorang
melakukan suatu perbuatan
tetapi ia tidak sama sekali
membayangkan akibat yang
akan timbul.

72
Klasifikasi Culpa:
1. Culpa Levis yaitu dibandingkan dengan orang
yang lebih pandai dari orang biasanya.
Kesalahannya kecil.
Contoh: pembantu yang baru dari desa
mematikan kompor gas dengan air dan
mengakibatkan
kebakaran. perbuatannya disebut culpa lata
karena ia tidak cukup memiliki kepandaian
dengan pembantu-pembantu lain yang sudah
memiliki pengetahuan bagaimana cara
mematikan kompor gas.

73
MELAWAN HUKUM (WEDERECHTELIJK)

melawan hukum merupakan salah satu anasir


dari tindak pidana yang dapat diartikan
bertentangan dengan hukum, bertentangan
dengan hak orang lain, tanpa hak sendiri, dan
lain-lain. dalam hal perumusan unsur
melawan hukum ada yang dicantumkan ada
juga yang tidak dicantumkan, ini terjadi
karena si pembuat kuhp tahu bahwa tanpa ia
cantumkan perbuatan yang dilakukan oleh
orang lain adalah melawan hukum. dengan
demikian, anda tidak harus membuktikan
unsur melawan hukum jika tidak dirumuskan
dalam KUHP.
74
Contohnya: mengapa dalam
Pasal 338 KUHP tidak
dicantumkan unsur “melawan
hukum” 

75
sedangkan dalam pasal 362 kuhp dicantumkan
unsur “melawan hukum”, karena setiap orang
yang telah membunuh atau menghilangkan
nyawa orang lain pasti melawan hukum,
sedangkan dalam pasal 362 kuhp unsur
“mengambil barang” belum bisa diartikan
mencuri, bisa saja seseorang mengambil barang
tersebut dengan niat disimpan untuk
dikembalikan kepada pemiliknya atau diambil
untuk diberikan kepada yang berwajib sehingga
dalam pasal 362 dicantumkan unsur “melawan
hukum” agar nantinya barang yang diambil
benar- benar ingin dimiliki oleh orang lain
secara melawan hukum.
76
Dalam anasir melawan hukum terdapat 2
pengertian dan dua-duanya harus buktikan:
1. Melawan hukum secara formil melawan
hukum yang dilanggar adalah peraturan
perundang-undangan.
2. Melawan hukum secara materiil Æ  

77
melawan hukum yang dilanggar adalah nilai-
nilai dalam masyarakat. Namun, melawan
hukum secara materiil dibagi menjadi 2:
a. melawan hukum materiil arti positif (+) ada
perbuatan tapi tidak melanggar
per-uu, namun tidak sesuai dengan nilai dalam
masyarakat.
b. melawan hukum materiil arti negatif (-) ada
perbuatan yang tidak dianggap menurut
peraturan per-uu, namun dalam masyarakat
memperbolehkan.

78
PERUMUSAN UNSUR-UNSUR
 
perumusan unsur adalah hal yang paling
penting dalam hukum pidana, karena jika salah
satu tidak terbukti,
atau kurang bukti = tidak terbukti,
maka terdakwa akan bebas atau lepas. dalam
perumusan ini kita bertindak sebagai jaksa
penuntut umum yang menyakinkan hakim.

79
Ola (WN AUSTRALIA KETURUNAN INDONESIA)
sedang asyik membaca boran di pinggir kolam
renang, di apartemen tempat tinggalnya
dikawasan simprug-jakarta selatan, ketika itu
tiba- tiba ARCHIE (WN INGGRIS), bekas
pacaranya yang baru 2 (dua) hari lalu
diputuskan cintanya, menghampirinya dan
langsung mengeluarkan kata-kata kasar: “kalo
gue nggak bisa dapetin cinta loe, maka nggak
seorang pun yang akan dapetin”, sambil
mengayunkan stick softball yang dibawanya ke
arah ola.
80
menyadari adanya bahaya, Rudi Security
Apartemen langsung bertindak mencoba
merebut senjata archie. sial bagi Rudi, ayunan
stick itu justru tepat mengenai rahangnya dan
ia pun langsung roboh. Archie yang tidak
terima orang lain ikut campur, justru terus
melampiaskan marahnya dengan memukul
perut Rudi dengan stick hingga Rudi pingsan.
dalam situasi itu, Ola mencuri kesempatan
untuk melarikan diri sehingga membuat
archie mengamuk membabi buta yang
mengakibatkan tiga orang terluka ringan,
sejumlah meja, kursi, dan piring-gelas hancur
berantakan selain merusak suasana pagi yang
cerah.
81
Perumusan Unsur:
 
Dalam kasus diatas maka Archie dapat
diancam Pasal 360 ayat (2) KUHP atas
perbuatannya terhadap yaitu pemukulan
yang mengenai rahang Rudi. Adapun
unsur-unsur dari Pasal 360 ayat (2) KUHP:
a. Barangsiapa

82
b. Karena kealpaannya
 
c. Menyebabkan orang lain luka-luka
sedemikian rupa sehingga timbul penyakit
atau halangan menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian selama waktu
tertentu.
 
 

83
a Barangsiapa
 
unsur barangsiapa menunjuk kepada subjek
hukum yaitu orang yang tidak memilki dasar
pemaaf atau dasar pembenar sehingga si
pelaku dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya. dalam kasus ini, UNSUR
BARANGSIAPA MENGACU PADA ARCHIE sebagai
subjek hukum yang tidak memiliki dasar
pembenar dan dasar pemaaf sehingga ia dapat
mempertanggungjawakan perbuatannya.
dengan demikian, unsur barangsiapa ini
terbukti.

84
b. Karena kealpaannya
 
menurut doktrin kealpaan adalah sesuatu yang
tidak memenuhi willen en wetens atau
menghendaki dan mengetahui. dalam kasus ini,
pemukulan archie yang mengenai rahang rudi
tidak dikehendaki oleh archie sebelumnya dan
juga dengan pukulan yang mengenai rudi
tersebut, archie tidak mengetahui bahwa akan
mengenai rudi yang disebabkan rudi datang
dengan tiba-tiba untuk merebut senjata, karena
tujuan utamanya adalah memukul ola, bukan
memukul rudi. dengan demikian, unsur karena
kealpaan terbukti.
85
c Menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian
rupa sehingga timbul penyakit atau halangan
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian
selama waktu tertentu.
pemukulan archie yang mengenai rahang rudi
terlihat bahwa rudi tidak berdaya seketika,S
sehingga dimungkinkan rudi tidak dapat
menjalankan pekerjaannya sebagai security
untuk selama waktu tertentu. dengan demikian,
unsur ini terpenuhi.
dengan demikian, semua unsur ini terbukti dan
dipenuhi oleh rudi, sehingga rudi dapat diancam
pasal 360 ayat (2) kuhp dengan pidana penjara
paling lama 9 bulan atau 6 bulan kurungan.
86
selain itu, perbuatan archie juga dapat diancam pidana
pasal 351 ayat (1) kuhp, dimana archie tidak terima
orang lain ikut campur. adapun unsur dari pasal 351
ayai (1) kuhp yaitu penganiayaan.
unsur penganiayaan menurut doktrin adalan
menimbulkan rasa sakit, luka, atau merusak kesehatan.
™ rasa sakit: merupakan sesuatu yang menimbulkan
tidak enak atau menimbulkan sakit.
™ luka: merupakan perubahan pada tubuh manusia.
™ merusak kesehatan: merupakan sesuatu yang
mengganggu fungsi organ tubuh.

87
Dalam kasus ini, penganiayaan yang
dilakukan adalah rasa sakit dimana
pemukulan Archie terhadap Rudi
yang mengenai rahangnya
menimbulkan rasa sakit ketika
Archie melampiaskan kemarahannya
sehingga menyebabkan robohnya
Rudi, ini membuktikan bahwa Rudi
mengalami rasa sakit.
 

88
unsur-unsur yang harus dibuktikan pada
umumnya:
1. barangsiapa: subjek hukum - orang -
tidak mempunyai dasar pembenar & dasar
pemaaf - dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya - kasus - terbukti.
2. dengan sengaja - menurut mvt - willen
en wetens - bahwa si pelaku menghendaki
perbuatan dan akibatnya - dengan
dilakukannya perbuatan itu maka ia
mengetahui akan timbul akibat - teori-
teori kesengajaan: tujuan, keinsyafan
kepastian, dan keinsyafan kemungkinan -
kasus - terbukti.
89
3. karena kealpaan -
berlawanan dengan kesengajaan,
secara tidak mengira atau
kebetulan - kasus - terbukti.
4. melawan hukum -
bertentangan dengan hukum, atau
melawan hak - formil & materiil
- kasus - terbukti.

90
ancaman kekerasan atau kekerasan - pasal
89 KUHP.
memaksa bersetubuh dengan dia
hubungan antara pria dengan wanita.
perbuatancabul æ perbuatan yang
melanggar kesusilaan.
luka-luka berat æ pasal 90 KUHP.
pengrusakan barang æ membuat tidak
dapat dipakai atau pasal 406 ayat (1).

91
direncanakan terlebih dahulu æ adanya
tempo antara niat dengan pelaksanaan
perbuatan. penganiayaan æ menimbulkan
rasa sakit, luka-luka, merusak kesehatan.
menghilangkan nyawa orang lain æ
hilangnya nyawa orang lain.
mengambil barang sebagian atau
seluruhnya æ berpindahnya hak milik
secara mh

92
Kausalitas merupakan ajaran yang
mencari sebab dari timbulnya suatu
akibat dari delik yang dilakukan oleh
pelaku. dengan demikian, ajaran
kausalitas terdiri dari 3 delik yaitu: delik
yang bersifat materiil, omisi tidak
murni, dan formil yang dikualifisir.
kenapa dipakai 3 jenis delik tersebut?
karena dalam delik tersebut
merumuskan akibat dari perbuatan
seseorang (ada sebab ada akibat, tidak
mungkin ada akibat tanpa sebab)
93
kasus: tanggal 31 desember 2007 melly ingin
pulang dari kantor, namun karena malam tahun
baru ia diajak temannya untuk pergi ke club,
sesampainya di club ia berpesta. waktu terus
berjalan, tanpa disadari bahwa jam sudah
menunjukkan pukul 01.00 dan ia harus segera
pulang, karena kelelahan sesampainya dirumah ia
langsung tidur, namun ironisnya ia bangun
kesiangan, dan dimana tanggal 1 januari 2008 ia
harus pergi ke bandara untuk mengadakan meeting
di swiss, lalu karena telat bangun ia mengendarai
mobil dengan kecepatan tinggi dan akhirnya belum
sampai dibandara ia sudah menabrak tono hingga
mati.

94
dalam kasus diatas matinya tono adalah
suatu ajaran kausalitas, dimana ajaran ini
dapat
 
menyelidiki penyebab kematian tono yang
disebabkan penabrakan oleh melly.
 

95
Adapun yang menjadi sebab dari kasus diatas:
1. Pergi ke pesta
2. Pulang kemalaman
3. Kelelahan
4. Bangun kesiangan
5. Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi
6. Menabrak Tono
 

96
Adapun Beberapa Ajran Dari Para Ahli:
 
Teori Von Buri:
 
Von Buri mengatakan bahwa faktor penyebab adalah
semua faktor yang tidak dapat dihilangkan dari
rangkaian faktor-faktor yang lain (conditio sine qua
non) atau kondisi yang harus ada. dan juga setiap
syarat tersebut adalah sama nilainya yang disebut
adalah teori equivalensi, dimana masing-masing faktor
tidak dapat dikesampingkan. karena kematian tono
tidak akan terjadi jika melly tidak pulang dari pesta;
kematian tono tidak akan terjadi jika ia tidak pulang
kemalaman, dan begitu seterusnya. maka menurut
ajaran von buri maka meninggalnya tono disebabkan
oleh rangakaian penyebab (1), (2), (3), (4), (5), dan (6).

97
Teori Von Kries:
 
Von Kries dengan teori keseimbangan atau
adequaat theory menyatakan bahwa dari
semua syarat-syarat yang ada tersebut
dicari yang sepadan dan selayaknya
(adequaat). selain itu, von kries
menambahkan bahwa hal yang dapat
timbul dari peristiwa pidana tadi sudah
dapat diperkirakan atau diketahui
sebelumnya oleh si pelaku (subjective
prognose). dalam kasus ini yang menjadi
faktor timbul akibat adalah faktor (6).
98
Teori Rumelin:
 
Rumelin Dengan teori keseimbangan objektif
(objective prognose), dimana ia
mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan perhitungan yang layak, bukan
hanya apa yang diketahui pelaku, tetapi juga
apa yang diketahui oleh hakim, walaupun hal
tersebut tidak diketahui pelaku sebelumnya.
Dalam kasus ini yang menjadi faktor timbul
akibat adalah faktor (6).

99
PERCOBAAN (POGING)
  
Poging adalah percobaan tindak pidana,
bukan tindak pidana percobaan. Poging
merupakan suatu tindak pidana yang
dilakukan oleh si pelaku dan itu harus selalu
gagal. Menurut Pasal 53 KUHP ada 3 syarat
terjadinya poging:
1. Niat/ maksud/ kehendak Æ dilakukan
dengan adanya kesengajaan
 

10
0
2. Permulaan pelaksanaan:
a. Teori subjektif Æ dilihat dari
niat, dimana suatu perbuatan
sudah merupakan permulaan
dari niatnya.
b. Teori objektif Æ dilihat dari
perbuatan si pelaku, dimana
suatu perbuatan sudah
ada pelaksanaannya.

10
1
3. Tidak selesainya
pelaksanaan itu, bukan
semata-mata disebabkan
karena kehendaknya Æ ada
sesuatu yang diluar dari diri si
pelaku yang dapat
menyebabkan gagalnya tujuan
atau maksud si pelaku.

10
2
Jenis-jenis percobaan:
1. Menurut KUHP:
a. Percobaan yang dapat dipidana
b. Percobaan yang tidak dapat dipidana.
Contoh: penganiayaan terhadap binatang,
Pasal 351 ayat (5) KUHP.

10
3
2. Menurut doktrin:
a. Percobaan yang sempurna selesai sudah
mnyelesaikan perbuatan, namun tidak terjadi
maksud dari si pelaku. Contoh: menembak
tapi melenceng, menggugurkan kandungan
namun janinnya kuat.
B. Percobaan yang tidak selesai/ tertunda/
tertangguh . tinggal selangkah lagi atau
beberapa langkah lagi seharusnya si pelaku
dapat menyelesaikan, namun tidak selesai
tujuan utamanya. contoh: pistol sudah
diarahkan tapi direbut, atau dipukul jatuh oleh
orang lain, semestinya si pelaku harus menarik
pelatuk untuk menembak.

10
4
C. Percobaan tidak sempurna:
 alat
mutlak: mencoba meracuni orang, tapi yang
diberikan adalah tepung. Menembak dengan
pistol yang tidak ada pelurunya
relatif: meracuni orang lain, namun racunnya
sedikit

obyek
 mutlak: menusuk orang yang sudah mati,
menggugurkan janin yang wanita tersebut
tidak hamil
relatif: menembak orang tapi pakai baju anti
peluru, menggugurkan kandungan tapi
janinnya kuat. 10
5
Mangel Am Tatbestand :
 
1. Tidak selesainya delik karena tidak
terpenuhinya unsur-unsur delik karena ada
unsur keliru.
2. Tujuan tercapai tapi ternyata unsur delik
tidak terpenuhi secara sempurna
 
Contoh:
™ *) Mencuri barang ternyata miliknya
sendiri
*) Mencuri warisan sendiri
™*) Melarikan perempuan yang dikira
belum cukup umur tapi ternyata sudah
berumur 19 tahun
10
6
Delik Putatif:
 
Keliru mengira suatu perbuatan
merupakan delik
 
Contoh: melakukan perzinahan,
akan tetapi 2 jam yang lalu
istrinya meninggal.
10
7
Mengetahui bahwa adik iparnya beta menguping
pembicaraannya dengan charlie sahabatnya, tentang masa
lalunya yang kelam, alfa menjadi gusar. Timbul niatnya
untuk menghabisi beta. Tepat tengah malam tanggal 13
maret 2007, alfa mengajak beta menuju pantai kuta.
Sesampainya di pantai, alfa memaksa beta naik ke
speedboat, mendudukannya di lantai dan mengikat
tangannya di salah satu tiang speedboat.
Lalu alfa menyalakan mesin dan membiarkan speedboat
melaju kencang tanpa pengemudi. Beberapa jam kemudian,
tepat di bibir pantai wilayah timor leste, speedboat tanpa
pengemudi itu menabrak sebuah kapal nelayan yang sedang
berlabuh hingga meledak. Beta yang ada di dalamnya pun
tewas seketika.

10
8
A. Pertanyaan essay:
1. Tindak pidana apakah yang dapat dipersalahkan pada
alfa atas tindakanya pada beta? Jelaskan disertai dasar
hukum dan uraikan pula unsur-unsurnya.
 2. Bentuk kesalahan apa sajakah yang terdapat dalam
kasus di atas? Jelaskan
 3. Apakah tindak pidana di atas termasuk jenis delik
 a.Culpa b.Berlanjut c.Berangkai d.Komuna
e.Kwalifisir (berikan penjelasan bagi masing-masing jenis
delik)
 4. Jika pada tanggal 29 maret 2007 terjadi perubahan
undang-undang dengan ditambahkannya unsur melawan
hukum dalam UU baru, sebagai hakim yang menangani
perkara ini UU mana yang akan diterapkan? Uraikan
jawaban saudara dilengkapi teori- teori tempus delicti.
109
Pengertian dan sifat percobaan
didalam bab ix buku I kuhp (tentang arti beberapa istilah
yang dipakai dalam kitab undang – undang ), tidak dijumpai
rumusan arti atau definisi mengenai apa yang dimaksud
dengan istilah “percobaan”.
Kuhp hanya merumuskan batasan mengenai kapan
dikatakan ada percobaan untuk melakukan kejahatan yang
dapat dipidana, yaitu pada dalam pasal 53 (1) yang berbunyi
sebagai berikut : “Mencoba melakukan kejahatan dipidana,
jika niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan
pelaksanaan, dengan tidak selesainya pelaksanaan itu,
bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya
sendiri”

11
0
Redaksi pasal ditas jelas tidk merupakan suatu definisi,
tetapi hanya merumuskan syarat – syarat atau unsur –
unsur yang menjadi batas antara percobaan yang dapat
dipidana dan yang tidak dapat dipidana.

Percobaan yang dapat dipidana menurut sistem kuhp


bukanlah percobaan terhadap semua jenis tindak pidana.
Yang dapat dipidana hanyalah percobaan terhadap tindak
pidana yang berupa “kejahatan” saja sedangkan
percobaan terhadap “pelanggaran” tidak dipidana.
Hal ini ditegaskan dalam pasal 54 kuhp.

11
1
Ketentuan umum dalam pasal 53 (1) di atas
tidak berarti bahwa percobaan terhadap semua
kejahatan dapat dipidana.
Ada percobaan terhadap Kejahatan – kejahataan
tertentu yang tidak dipidana, misalnya :
- percobaan duel/perkelahian tanding ps. 184
ayat 5
- percobaan penganiayaan ringan terhadap
hewan ps. 302 ayat 4
- percobaan penganiayaan biasa ps 351 ayat 5
- percobaan penganiayaan ringan ps 352 ayat 2

11
2
Apakah percobaan itu merupakan suatu bentuk delik
khusus yang berdiri sendiri atukah hanya merupakan
suatu delik yang tidak sempurna?
Mengenai sifat dari percobaan ini ada dua pandangan :
A. Percobaan Dipandang Sebagai
Strafausdehnungsgrund Atau Dasar/Alasan Memperluas
Dapat Dipidananya Orang
Menurut Pandangan Ini, Seseorang Yang Melakukan
Suatu Tindak Pidana Meskipun Memenuhi Semua Unsur
Delik, Tetap Dapat Dipidana Apabila Telah Memenuhi
Rumusan Pasal 53 KUHP

11
3
jadi sifat percobaan adalah untuk memperluas
rumusan – rumusan delik. dengan demikian
menurut pandangan ini, percobaan tidak
dipandang sebagai jenis atau bentuk delik yang
tersendiri (delctum sui generis) tetapi dipandang
sebaagai bentuk delik yang tidak sempurna
(onvolkomen delicsvorm). termasuk dalam
pandangan pertama ini ialah : Prof. ny.
hazewinkel-suringa daan Prof. oemar senoadji.

11
4
b. Percobaan dipandang sebagai
tatbestandausdehnungsgrund
(dasar/alasan memperluas dapat dipidananya
perbuatan)
menurut pandangan ini, percobaan melakukan suatu
tindak pidana merupakan satu kesatuan yang bulat dan
lengkap.
Pecobaan bukanlah bentuk delik yang sempurna tetapi
merupakan delik yang sempurna hanya dalam bentuk
yang khusus/istimewa. Jadi merupakan delik tersendiri
(delictum sui generis)
termasuk dalam pandangan kedua ini adalah

11
5
DASAR PERINGAN PIDANA
 Dasar peringan terjadi ketika seseorang telah
memenuhi semua unsur, namun ada alasan
yang membuat pelaku diancam hukumannya
lebih ringan. Dalam dasar peringan yang kita
kenal ada 2 yaitu:
 1. Umum meliputi anak yang belum dewasa
yang tercantum pada UU No. 3 Tahun
1997tentang pengadilan anak yang
menggantikan Pasal 45 - 47 KUHP.
 2. Khusus meliputi setiap delik yang
masing-masing dirumuskan oleh Pasal -Pasal
yang khusus memperingan delik tersebut
dalam KUHP. Contoh: Pasal 308 KUHP.
11
6
Alasan anak diancam pidana < ancaman
terhadap dewasa :
 
1. Ada pengaruh lingkungan
 (meniru tingkah laku orang tua, teman,
saudara – mudah dibujuk, kurang kasih
sayang dan didikan orangtua).

2. Masa remaja :
 suka main, nongkrong/ kumpul-kumpul
tanpa aturan, suka melakukan perbuatan yang
menurut orang dewasa sebagai kenakalan/
kurang ajar, ingin lepas dari aturan, ingin
eksistensinya diakui, ingin hidup degan
gayanya sendiri.
11
7
3. Pengaruh globalisasi dan
modernisasi
(perilaku konsumtif-media).
 
4. Aspek Pasal ikologis
 Kurang peduli terhadap akibat dari
perbuatannya (tidak pikir-pikir dulu)
= ketidakstabilan emosi dan kurang
matang cara berpikirnya. Suka coba-
coba & ikut-ikutan teman.

11
8
Contoh : minum-minuman keras, mabuk, corat- coret
tembok, kebut-kebutan di jalan, mencuri, memeras.
Istilah : anak nakal – anak delinkuen (anak
 
yang mengalami penyimpangan perilaku).
BATAS USIA
a. Anak: seseorang belum cukup umur- masih di bawah
umur;
b. Terdapat berbagai batasan usia anak: UU
 
No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak: < 18 tahun
termasuk anak dalam kandungan;
c. Khusus untuk anak yang melakukan Tindak Pidana berlaku
UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak: Mereka yang
berusia 8 - < 18 tahun dan belum pernah kawin dapat
diajukan ke Sidang Anak. Jika melakukan Tindak Pidana <
18 tahun tapi sudah kawin: tunduk pada KUHP.

11
9
PRINSIP :
 
“Pemberian hukuman bagi anak itu
tujuannya bukan semata-mata
untuk menghukum (not to punish
the child) tetapi lebih untuk
mendidik kembali (re-educate)
dan memperbaiki (rehabilitate).
Memperhatikan kepentingan anak.”

12
0
• JENIS-JENIS PIDANA :
 
Pasal 22 UU No. 3 Tahun 1997: terhadap
anak nakal hanya dapat dijatuhkan pidana
atau tindakan yang ditentukan oleh UU ini.
1. Pidana: Pasal 23
 a. Pidana Pokok :
ƒ pidana penjara
ƒ pidana kurungan
ƒ pidana denda
ƒ pidana pengawasan b. Pidana tambahan :
ƒ perampasan barang-barang tertentu
ƒ ganti kerugian

12
1
DASAR PEMBERAT PIDANA
 
 
 
Dasar pemberat terjadi ketika seseorang
yang sudah melakukan semua anasir
dari unsur tindak pidana, namun ada
alasan untuk memperberat
perbuatannya sehingga hukuman yang
akan diterima akan lebih berat.
 

12
2
Dalam KUHP :
 
1. UMUM :
™ Recidive = pengulangan tindak pidana yang telah
dijatuhi pidana oleh suatu putusan hakim yang berkekuatan
tetap, kemudian melakukan suatu tindak pidana lagi.
™ Abuse of power = melakukan tindak pidana yang
melanggar perintah jabatan. Pasal 52 KUHP.
™ Samenloop = gabungan tindak pidana ataupun
pengulangan tindak pidana yang belum mempunyai suatu
putusan hakim yang berkekuatan tetap sehingga akan diadili
sekaligus dengan tindakan yang diulanginya.
2. KHUSUS :
 Delik-delik yg dikualifisir/diperberat. Contoh: Pasal 52a
kejahatan menggunakan bendera RI,
 356, 349, 351 ayat (2), 365 (4) dll. tenggang waktu tertentu
pula.

12
3
Di luar KUHP :
 
1. Pemaksimalan pidana karena
dianggap meresahkan
masyarakat.
 
2. Penjatuhan pidana yg cukup
berat.

12
4
PENGULANGAN (RECIDIVE)
 
 
 
Pengertian:
 
Recidive terjadi dalam hal seseorang yang telah
melakukan suatu tindak pidana dan yang telah dijatuhi
pidana degan suatu putusan hakim yang berkekuatan
hukum tetap, kemudian
melakukan suatu tindak pidana lagi.
 
 
Recidive merupakan suatu alasan/dasar untuk
memperberat pidana.
 
 
12
5
Recidive menurut Doktrin :
 
Ada 2 sistem pemberatan pidana berdasarkan
recidive :
 
1. Recidive Umum,
 
Setiap pengulangan tindak pidana apapun dan
dilakukan kapanpun.
 
2. Recidive Khusus,
 
Pengulangan tindak pidana tertentu dan dalam
tenggang waktu tertentu pula.

12
6
Recidive menurut KUHP :
 1. Pelanggaran (buku 3):
™ Ada 14 jenis pelanggaran yang memiliki
ketentuan recidive (khusus)
™ Recidive khusus Pasal 489, 492, 495, 501,
512
™ Pelanggaran yang diulangi (yang ke-2) harus
sama dengan yang ke-1
™ Antara pelanggaran ke-1 dan 2 harus ada
putusan pemidanaan yang tetap
™ Tenggang waktu :
 Belum lewat 1 atau 2 tahun (lihat masing-
masing Pasal ) Sejak: adanya putusan
pemidanaan yang berkekuatan hukum tetap.
12
7
™

Pemberatan :
Disebuntukan secara khusus dalam tiap-tiap pasal, jadi
pengaturannya berbeda- beda.
Contoh: denda kurungan (pasal 489), pidana dilipatgandakan
jadi 2x (492).
Harus sudah ada putusan hakim berupa pemidanaan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
™ Tenggang waktu : belum lewat 2 tahun atau 5 tahun (lihat
masing2 pasal ), sejak: adanya putusan hakim yang berkekuatan
hukum tetap.
™ Pemberatan : disebut secara khusus dalam pasal -pasal nya.
 
 

12
8
b. Recidive sistem antara: (Tussen stelsel – Pasal 486, 487
dan 488) Syarat recidive menurut Pasal 486, 487 dan 488 :
1. Kejahatan yang ke-2 (yang diiulangi) harus termasuk
dalam suatu kelompok jenis
 
dengan kejahatan yang ke-1 (yang terdahulu). Kelompok
jenis itu adalah :
™ Kelompok jenis kejahatan dalam Pasal 486 adalah
kejahatan terhadap harta
 
benda & pemalsuan;
™ Kelompok jenis kejahatan dalam Pasal 487 merupakan
kejahatan terhadap nyawa dan tubuh;
™ Kelompok jenis kejahatan dalam Pasal 488 merupakan
kejahatan mengenai penghinaan & yang berkaitan degan
penerbitan/ percetakan.

12
9
2. Antara kejahatan yang ke-1 dan ke-2 harus sudah ada
putusan hakim berupa pemidanaan yang berkekuatan hukum
tetap.
3. Pidana yang pernah dijatuhkan hakim terdahulu harus
berupa pidana penjara.
 4. Ketika mengulangi, tenggang waktunya:
 a. Belum lewat 5 tahun :
™ menjalani seluruh atau sebagian pidana penjara untuk
kejahatan yg ke-1;
™ Sejak pidana penjara sama sekali dihapus (misalnya: karena
grasi).
 b. Belum lewat tenggang waktu daluwarsa kewenangan
menjalankan pidana
 
(penjara) atas kejahatan yang ke-1. Lihat Pasal l 84 jo 78.
 
5. Pemberatannya :
 Ancaman pidana +(1/3-nya).

13
0
DASAR PENGHAPUS PIDANA
 
 
 
Dasar penghapus pidana
terjadi ketika seseorang
memenuhi semua unsur
delik, namun ada kondisi
dimana orang tersebut tidak
dapat dipidana.
13
1
Dalam UU penghapus pidana dibagi 2:
1. Umum
berlaku pada siapa saja dan delik apa
saja.
Contoh: Pasal 44-51 KUHP
2. Khusus
berlaku pada orang-orang tertentu
dan delik-delik tertentu. Contoh:
Pasal 221 (2), 310 (3) KUHP.

13
2
Umum Pada Buku I KUHP
Penghapus Pidana

Khusus Pada Buku II & III KUHP


AVAS (Afweigheid Van Alle Schuld) = tidak
ditemukan kesalahan (berlaku umum),
contoh:
Yang Termasuk Dalam Delik, Namun Ada Dasar
Yang Menghapus Pidana: Menjewer Itu Masih
Dalam Batas Kepatutan, Karena Bermaksud
Untuk Mendidik.
Tinju Itu Adanya Persetujuan.

13
3
Perbedaan dasar pembenar dan dasar pemaaf:
™ Dasar pembenar:
Apabila dasar penghapusnya merupakan
dasar pembenar yang menghilangkan sifat
melawan hukum, dimana sifat melawan
hukum itu tercantum dalam perumusan delik,
maka putusannya adalah bebas dari segala
dakwaaan
™Dasar pemaaf:
 Apabila dasar penghapusnya merupakan
dasar pemaaf yang menghilangkan sifat
kesalahan, dimana sifat kesalahan tersebut
tercantum dalam perumusan delik, maka
13
4
putusannya adalah bisa bebas
(jika dibuktikan dan ternyata
tidak terbukti) atau lepas
 (jika tidak terdapat unsur
kesalahan).
 
 

13
5
Kegunaan dasar pembenar dan dasar
pemaaf dalam hal penyertaan (Dalam
penyertaan dimana satu tindak pidana
ada andil lebih dari 1 orang):
™ Dasar pembenar jika salah satu
dari si pelaku yang mempunyai dasar
penghapus yang merupakan dasar
pembenar, maka pihak pelaku yang lain
juga dikenakan dasar pembenar juga.
™ Dasar Pemaaf apabila seseorang
mempunyai dasar pemaaf, maka pelaku
yang lain tidak mempunyai dasar pemaaf.

13
6
Daya Paksa (Overmacht)
 
Overmacht merupakan suatu dorongan yang
tidak dapat dielakan lagi yang berasal dari luar.
Daya paksa ada 2:
1. Absolut (vis absoluta) = tidak mungkin
dapat dilawan
™ A dipegang dengan erat lalu dilemparkan
oleh B, sehingga kacanya pecah.
™ A yang dipegang tangannya oleh B untuk
menandatangani surat.
™ A yang dihipnotis untuk melakukan tindak
pidana.

13
7
2. Relatif (vis composiva) Æ dorongan
atau paksaan masih mungkin untuk
dilawan.
 
Seseorang akan melakukan hal yang sama
jika berada dalam keadaan itu.
™ A ditodong oleh B dengan pistol
disuruh membakar rumah, jika A tidak
lekas membakar rumah maka pistol yang
ditodongkan oleh B akan segera menembak
A. Namun jika ia menuruti perintah
membakar rumah itu A tidak dapat dihukum.

13
8
Ingat dalam overmacht, harus ada syarat
subsidaritas dan syarat proposionalitas.
1. Syarat subsidaritas Æ adanya keperluan
yang mutlak, tidak ada jalan lain.
2. Syarat proposionalitas Æ adanya
keseimbangan antara kepentinagn
hukum yang dilanggar dengan
kepentingan hukum yang dilindungi.
Intinya delik dilakukan karena adanya
dorongan atau paksaan, namun tidak
ada perlawanan.

13
9
™suatu pertentangan antara kepentingan
hukum,
contoh: 2 orang yang terhanyut di laut merebut
sebatang kayu, tetapi kayu tersebut hanya
dapat menahan 1 orang saja, maka yang lebih
kuat menggencet yang lemah sehingga yang
lemah itu terbenam.
™ Suatu pertentangan antara kepentingan
hukum dengan kewajiban hukum, contoh:
seorang polisi yang memecahkan kaca jendela
untuk menyelamatkan orang didalam rumah
yang sedang terbakar. Seorang dokter militer
yang mempunyai kewajiban untuk
merahasiakan penyakit pasiennya.
™ Suatu pertentangan antara kewajiban
hukum, contoh: A dipanggil ke PN jak-sel
14
0
Bela Paksa (Noodweer)
 
Pasal 49 (1) KUHP adalah
tindakan main hakim sendiri,
namun dibenarkan oleh hukum
karena memenuhi syarat-syarat
tertentu.

14
1
Syarat-syaratnya:
 1. Adanya serangan yang melawan hukum
 2. Serangan itu seketika dan pembelaannya
seketika itu juga
 3. Serangan dilakukan terhadap diri sendiri
atau orang lain
 4. Yang dibelanya hanya sebatas pada
badan, harta-benda, kehormatan kesusilaan
 5. Pembelaannya harus memenuhi syarat
proporsionalitas
6. Pembelaannya harus mengandung syarat
subsidaritas

14
2
Contoh: Ketika A sehabis keluar dari
tempat ATM, A membawa uang sebesar 10
juta yang habis diambilnya untuk
melakukan mengobatan atas anak yang
terkena penyakit demam berdarah, namun
malang nasib A yang hendak dirampok
sehingga melihat keadaan begitu A cepat
membela diri dengan memukulnya hingga
perampok itu melarikan diri.
 

14
3
Bela Paksa lampau batas
(Noodweer Excess)
 
Pasal 49 (2) KUHP adalah
keadaan dimana terdapat bela
paksa, namun benar-benar
melampaui syarat
proposionalitasnya, yang
dikarenakan goncangan jiwa
yang sangat luar biasa.
14
4
Syarat-syarat Bela Paksa Lampau Batas:
 1. Melampaui batas pembelaan yang perlu
2. Terbawa oleh perasaan yang “sangat panas hati”
 
Contoh: Malang Nasib Brigjen A Pulang Pukul 18.00 Dari Kantornya Dan
Menuju Rumah, Sesampainya Di Rumah Dilihat Istrinya Sedang
Diperkosa Oleh Preman. Melihat Kejadian Itu, Dengan Seketika Brigjen A
Mengambil Pistol Yang Ada Dalam Sakunya Lalu Ditembakkan Beberapa
Peluru Kearah Preman Itu Hingga Mati.
Bahwa Pembelaan Oleh Brigjen A Semestinya Dapat Dihindarkan Dengan
Menggunakan Pistol Yang Dapat Digantinya Dengan Sebuah Kayu,
Namun Ini Yang Dinamakan Melampaui Batas. Lalu Mencabut Pistol
Yang Dibawa Dan Ditembakkannya Beberapa Kali Pada Orang Itu, Boleh
Dikatakan Ia Melampaui Batas Pembelaan Darurat, Karena Biasanya
Dengan Tidak Perlu Menembakkan Beberapa Kali, Orang Itu Telah
Menghentikan Perbuatannya Dan Melarikan Diri, Serta Boleh Melampaui
Batas Karena Ada Unsur “Panas Hati” Yang Amat Sangat Panas.

14
5
GABUNGAN (SAMENLOOP)
 
Gabungan adalah seseorang yang
melakukan 1 perbuatan atau
beberapa perbuatan yang
melanggar 1 aturan pidana atau
beberapa aturan pidana, dimana
perbuatannya belum dijatuhi
oleh putusan hakim yang
berkekuatan hukum tetap.
14
6
Dalam hukum pidana kita mengenai 3 jenis
gabungan:
a. Gabungan berupa 1 perbuatan (eendaadse
samenloop/concursus idealis) Æ Pasal 63 KUHP
™ Concursus Idealis Homogenius: 1 perbuatan
yang dilakukan melanggar 1 Pasal beberapa kali.
Contoh: pembunuhan dengan melempar bom,
niat A hanya untuk membunuh B namun dengan
dilemparkannya bom, maka oranglain pun ikut
mati.
™ Concursus Idealis Heterogenius: 1 perbuatan
yang dilakukan melanggar beberapa Pasal.
Contoh: A memperkosa anak kecil di jalan.
14
7

Anda mungkin juga menyukai