KESALAHAN
KEMAMPUAN UNTUK MEMBEDAKAN ANTARA PERBUATAN YANG BAIK DAN YANG BURUK;
YANG SESUAI HUKUM DAN YANG MELAWAN HUKUM ---- FAKTOR AKAL
• Teori2 “sengaja” :
“ opzet ada apabila perbuatan & akibat suatu delik dikehendaki si pelaku”
“opzet ada apabila si pelaku pada waktu mulai melakukan perbuatan, ada bayangan yg terang
bahwa akibat yg bersangkutan akan tercapai, maka dari itu ia menyesuaikan perbuatannya dengan
akibat itu”
KESENGAJAAN
- dengan rencana : (a) saat pemikiran dg tenang ; (b) berpikir dg tenang; ( c ) direnungkan
lebih dahulu.
MACAM-MACAM DOLUS
- Tidak dilakukan perbuatan itu jika pembuat tahu akibat perbuatannya tidak terjadi (Vos)
- Pembuat yakin bahwa akibat yg dimaksudkannya tidak akan tercapai tanpa terjadinya akibat
yg tidak dimaksud
- Pembuat sadar bahwa mungkin akibat yg tidak dikehendaki akan terjadi untuk mencapai
akibat yg dimaksudnya
DOLUS EVENTUALIS
Teori “inkauf nehmen” : untuk mencapai apa yang dimaksud , resiko akan timbulnya akibat
atau keadaan disamping maksudnya itu pun diterima
Prof. Moeljatno : “teori apa boleh buat” : kalau resiko yang diketahui kemungkinan akan
adanya itu sungguh-sungguh timbul (disamping hal yg dimaksud), apa boleh buat, dia juga
berani pikul resiko
KEALPAAN (CULPA)
kelalaian
kealpaan
kesalahan
seharusnya diketahuinya
sepatutnya diketahuinya
MvT : kealpaan di satu pihak berlawanan benar2 dg kesengajaan dan di fihak lain dengan hal
yg kebetulan
Macam2 Culpa :
(b) van Hamel : (1) tidak menduga-duga sebagaimana diharuskan hukum; (2) tidak berhati-hati
sebagaimana diharuskan hukum
KAUSALITAS
Ilustrasi :
Pengertian Kausalitas
Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab sekaligus menjadi sebab peristiwa lain
Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum pidana adalah makna yang dapat dilekatkan pada
pengertian kausalitas agar mereka dapat menjawab persoalan siapa yang dapat dimintai
pertanggungjawaban atas suatu akibat tertentu
Delik Omisi tak murni/semu (delicta commissiva per omissionem): Pelaku tidak melakukan
kewajiban yang dibebankan padanya dan dengan itu menciptakan suatu akibat yang
sebenarnya tidak boleh ia ciptakan. Ia sekaligus melanggar suatu larangan dan perintah; ia
sesungguhnya harus menjamin bahwa suatu akibat tertentu tidak timbul.
Delik yang dikualifisir: tindak pidana yang karena akibat-akibat khusus yang dimunculkan,
diancam dengan sanksi pidana yang lebih berat ketimbang sanksi yang diancamkan pada
delik pokok tersebut.
Ajaran Kausalitas
Semua faktor yaitu semua syarat, yang turut serta menyebabkan suatu akibat dan yang tidak
dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-faktor yang bersangkutan harus dianggap sebab
akibat itu.
Syarat = sebab
Menurut Von Buri, musabab adalah tiap-tiap syarat yang tidak dapat dihilangkan untuk
timbulnya akibat;
Menurut Van Hamel, teori ini adalah satu-satunya yang dapat dipertahankan, namun harus
disertai dengan teori kesalahan;
Jadi menurut teori ini, tiap syarat adalah sebab; semua syarat nilainya sama, karena kalau
satu syarat tidak ada, maka akibatnya akan lain.
AJARAN GENERALISASI
Masuk dalam teori ini adalah teori adequat (Von Kris), yaitu musabab dari suatu kejadian
adalah syarat yang pada umumnya menurut jalannya kejadian yang normal dapat
menimbulkan akibat atau kejadian tertentu;
1. Pandangan Subjektif: Sebab adalah apa yang oleh pelaku diketahui dan dibayangkan
dapat menimbulkan akibat (kriteria pengetahuan pelaku);
2. Pandangan Objektif: Sebab adalah kelakuan manusia yang menurut pengalaman pada
umumnya adalah wajar jika perbuatan itu menimbulkan akibat.
AJARAN INDIVUALISASI
Menurut Birkmeyer, serentetan syarat yang tidak dapat dihilangkan untuk timbulnya suatu
akibat, yang menjadi sebab adalah syarat yang dalam keadaan tertentu paling dominan
untuk menimbulkan akibat;
Menurut Karl Binding, musabab adalah syarat yang paling menentukan dalam syarat-syarat
yang positif untuk melebihi syarat-syarat yang negatif.
Musabab adalah kelakuan yang mengadakan fokus perubahan menuju akibat yang dilarang;
Meski ukuran faktor perubahan itu relatif, tetapi secara negatif sudah dapat ditarik batas
yang pasti.
Teori Relevansi
Langemeijer
Teori ini ingin menerapkan ajaran von Buri dengan memilih satu atau lebih sebab dari
sekian yang mungkin ada, yang dipilih sebab-sebab yang relevan saja, yakni yang kiranya
dimaksudkan sebagai sebab oleh pembuat undang-undang.
CONCURSUS
Terjadi concursus, yaitu apabila orang / seseorang yang melakukan tindak pidana lebih
dari satu kali dan diantara tindak pidana itu belum ada yang diputus oleh pengadilan dan semua
diajukan sekaligus.
adalah untuk menentukan berapa hukuman bagi seseorang /beberapa orang yang telah
melakukan tindak pidana lebih dari satu kali.
CONCURSUS IDEALIS
Adalah suatu perbuatan yang masuk kedalam lebih dari satu aturan pidana tetapi dilakukan
dengan satu maksud.
Contoh :
A hendak menembak B yang berada dibalik kaca jendela.ketika A menembak B,maka kaca jendela
pecah.perbuatan A selain melukai B juga menyebabkan pecahnya kaca jendela(tindak pidana
perusakan).
Menurut pasal 63 ayat 1 digunakan sistem absorsi,yaitu hanya dikenakan satu pidana pokok yang
terberat.
Selanjutnya,dalam pasal 63 ayat (2) terkandung adagium “lex specialis derogate legi generali”
(aturan undang undang khusus meniadakan aturan umum).
Contoh :
Ada seorang ibu melakukan aborsi atau pengguguran kandungan.maka perbuatan itu masuk
dalam pasal 338 pembunuhan, 15 tahun penjara,dan pasal 346 pengguguran kandungan (aborsi),
4 tahun penjara.
Namun karena pasal 346 telah mengatur secara khusus tentang tindak pidana ibu yang
menggugurkan kandungan, maka sanksi yang dikenakan terdapat dalam pasal 346(lex specialis)
yaitu 4 tahun penjara.
PERBUATAN BERLANJUT
(DELICTUM CONTINUATUM)
Pasal 64 ayat (2) merupakan ketentuan khusus dalam hal pemalsuan dan perusakan mata uang.
Contoh :
A setelah memalsu mata uang (pasal 244 dengan ancaman pidana 15 tahun penjara) kemudian
mengedarkan uang palsu itu (pasal 245 ancaman 15 tahun penjara). Dalam hal ini perbuatan A
tidak dipandang sebagai concursus realis,tetapi sebagai perbuatan berlanjut sehingga ancaman
maksimum pidananya dikenakan 15 tahun penjara.
CONCURSUS REALIS
Sistem pemberian pidana bagi concursus realis ada beberapa macam, yaitu:
1) Apabila berupa kejahatan yang diancam dengan pidana pokok sejenis, maka hanya dikenakan
satu pidana dengan ketentuan bahwa jumlah maksimum pidana tidak boleh melebihi dari
maksimum terberat ditambah sepertiga. Sistem ini dinamakan sistem absorbsi yang dipertajam.
Misal A melakukan tiga kejahatan yang masing-masing diancam pidana penjara 4 tahun, 5 tahun,
dan 9 tahun, maka yang berlaku adalah 9 tahun + (1/3 x 9) tahun = 12 tahun penjara.
2) Apabila berupa kejahatan yang diancam dengan pidana pokok yang tidak sejenis, maka
semua jenis ancaman pidana untuk tiap-tiap kejahatan dijatuhkan, tetapi jumlahnya tidak boleh
melebihi maksimum pidana terberat ditambah sepertiga. Sistem ini dinamakan sistem kumulasi
diperlunak.
Misalkan A melakukan dua kejahatan yang masing-masing diancam pidana 9 bulan kurungan dan
2 tahun penjara. Maka maksimum pidananya adalah 2 tahun + (1/3 x 2 tahun) = 2 tahun 8 bulan.
Karena semua jenis pidana harus dijatuhkan, maka hakim misalnya memutuskan 2 tahun penjara
8 bulan kurungan.
3) Apabila concursus realis berupa pelanggaran, maka menggunakan sistem kumulasi yaitu jumlah
semua pidana yang diancamkan. Namun jumlah semua pidana dibatasi sampai maksimum 1 tahun
4 bulan kurungan.
4) Apabila concursus realis berupa kejahatan-kejahatan ringan yaitu Pasal 302 (1) (penganiayaan
ringan terhadap hewan), 352 (penganiayaan ringan), 364 (pencurian ringan), 373 (penggelapan
ringan), 379 (penipuan ringan), dan 482 (penadahan ringan), maka berlaku sistem kumulasi
dengan pembatasan maksimum pidana penjara 8 bulan.
Persamaannya ialah sama-sama melakukan tindak pidana lebih dari satu kali.
Perbedaannya ialah:
Pada Concursus, diantara beberapa tindak pidana itu belum ada yang diputus oleh pengadilan
dan kemudian diajukan sekaligus ke pengadilan.
Pada Recidive, diantara beberapa tindak pidana itu, sudah ada yang diputus oleh pengadilan dan
putusannya sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Pengertian
• Hal-hal atau keadaan yang dapat mengakibatkan tidak dijatuhkanya pidana pada
seseorang yang telah melakukan perbuatan yang dengan tegas dilarang & diancam dengan
sanksi pidana oleh UU
Dasar2 penghapus pidana yang dapat berlaku bagi setiap delik dan setiap orang
Dasar2 penghapus pidana yang hanya berlaku pada delik2 tertentu dan orang2 tertentu.
Daya paksa (overmacht) dalam Pasal 48 (setiap kekuatan, setiap paksaan atau tekanan
yang tak dapat ditahan)
Pembelaan terpaksa yang melampaui batas dikarenakan kegoncangan jiwa yang hebat
(noodweer exces) dalam Pasal 49 ayat (2)
Melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang (Pasal 51
ayat (1))
Alasan Pembenar
Pembelaan terpaksa dari serangan atau ancaman yang melawan hukum, yang dilakukan
untuk diri sendiri atau orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri
maupun orang lain (noodweer) dalam Pasal 49 ayat (1)
• Dasar Pembenar:
Kesalahan dihapuskan
• Dasar Pemaaf:
Kesalahan dihapuskan
Dasar Pembenar:
Kesalahan dihapuskan
Dalam hal ini perbuatannya dianggap tidak melawan hukum, walaupun perbuatannya itu dilarang
dan diancam hukuman oleh UU/KUHP. Jadi dalam hal ini perbuatan pelaku
dibenarkan/dibolehkan:
Dasar Pemaaf:
Dalam hal ini perbuatan pelaku tetap dianggap melawan hukum, namun unsur kesalahannya
dihapuskan (dimaafkan):
d. Pasal 51 ayat (2): Melakukan perintah jabatan yg tidak sah, namun yg diperintah dgn itikad baik
mengira bahwa perintah tersebut sah.
Pasal 44 KUHP
(1) Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya
karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, maka tidak
dipidana
(2) Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada pelakunya
jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, maka hakim dapat
memerintahkan supaya orang itu dimasukkan ke rumah sakit jiwa, paling lama satu tahun
sebagai waktu percobaan
(3) Ketentuan dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi dan
Pengadilan Negeri
Pasal 44 KUHP
• Ada 2 penyebab tidak dapat dipidananya seseorang karena tidak mampu bertanggung
jawab:
• MvT KUHP:
• Apabila si pembuat tidak ada kebebasan untuk memilih antara berbuat dan tidak berbuat
mengenai apa yang dilarang atau diperintahkan oleh Undang-Undang; dan
• Apabila si pembuat berada dalam suatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga dia
tidak dapat menginsyafi bahwa perbuatannya itu bertentangan dengan hukum dan tidak
dapat menentukan akibat perbuatannya
3. Tindakan tsb. Dilakukan tanpa tekanan/paksaan dari orang lain (dilakukan berdasarkan
kehendak bebasnya)
Pasal 44 KUHP
• Jiwanya cacat dalam pertumbuhan adalah suatu cacat jiwa (abnormal) yang melekat pada
seseorang sejak lahir. Misalnya: imbisil, idiot, bisu tuli sejak lahir
• Terganggu jiwanya karena penyakit: keadaan jiwa yang abnormal diderita bukan sejak
lahir. Misalnya: gila, epilepsi.
• Gangguan jiwa dapat bersifat fisik maupun psikis. Misalnya kecelakaan mobil karena
serangan diabetes mendadak; atau akibat tak terduga dari reaksi terlambat dari obat tidur
Pompe:
• Jiwa cacat dalam tumbuhnya dan terganggu jiwa karena penyakit adalah bukan
pengertian dari sudut kedokteran, tetapi dari pengertian hukum
• Untuk menetapkan ada atau tidaknya hubungan keadaan jiwa dengan perbuatan yang
dilakukan adalah wewenang hakim, dan bukan ahli jiwa
2. Apakah tindak pidana yang dilakukannya merupakan akibat dari hal dalam no.1; adakah
hubungan kausal antara penyakit dan tindakan?
3. Apakah atas dasar hal-hal tsb. di atas, pertanggung- jawaban pidana pelaku atas TP yang
dilakukannya harus dikesampingkan?
Simons
• Seorang ahli jiwa harus memberikan suatu keterangan tentang ada atau tidak adanya
suatu pertumbuhan yang tidak sempurna atau suatu gangguan penyakit pada kemampuan
akal sehat seseorang. Akan tetapi, hakim mempunyai kebebasan untuk mengikuti atau
tidak mengikuti nasihat yang telah ia terima dari seorang ahli semacam itu
Pasal 48 KUHP
• Overmacht
• Noodtoestand
• Dorongan/kekuatan/paksaan yg tidak bisa dilawan, baik psikis maupun fisik dari manusia
• Paksaan:
a. Vis Absoluta (paksaan absolut- manus ministra, pelaku hanya sebagai alat belaka)
• Subsidiaritas
• Proporsionalitas
Noodtoestand
(Keadaan Darurat)
Pelaku mengira dirinya berada dalam keadaan overmacht: mengira ada paksaan,
dorongan, kekuatan yang membuatnya terpaksa melakukan delik
Contoh: Untuk dapat segera keluar dari gedung bioskop yang terbakar, A merusak pintu;
padahal banyak pintu darurat.
Pasal 49 KUHP
1. Melawan hukum
2. Seketika/langsung
• Syarat pembelaan:
1. Seketika/langsung
Serangan/ancaman serangan
Seketika
• Lamintang:
Noyon-Langemeijer:
(2) pembatalan dari perbuatan tersebut tidak dapat diharapkan akan dilakukan oleh si
penyerang
Unsur:
Pasal 50 KUHP
• Melaksanakan perintah UU
• Ketentuan PerUUan:
Mencakup setiap ketentuan yang mengatur atau memberikan kewenangan tertentu, yang
diterbitkan oleh penguasa yang memiliki kewenangan legislatif berdasarkan UU atau UUD
• Persyaratan:
1. Harus dengan tindakan –tindakan yang (secara logika) memang dianggap perlu
2. Ada keseimbangan antara tujuan yang hendak dicapai dengan sarana-sarana yang dipakai
untuk pencapaian tujuan
3. Tugas yang dibebankan oleh ketentuan UU , tidak serta merta membenarkan semua
tindakan yang dianggap perlu dalam rangka menyelesaikan tugas tersebut.
4. Contoh:
Polisi yang bertugas menangkap, menahan dan memeriksa, maka kewenangan polisi
hanya untuk menggunakan sarana yang layak dan tepat guna
Pasal 51 KUHP
1. Yang diperintah sama sekali tidak tahu bahwa perintah yang dikeluarkan
adalah perintah yang tidak sah
• Syarat Subyektif:
Dengan itikad baik dia mengira bahwa perintah itu adalah sah
• Syarat Obyektif:
Pada kenyataannya pelaksanaan perintah itu masuk dalam bidang tugas pekerjaannya
Syarat Subyektif
• Terletak pada sikap batin penerima perintah, yaitu mengira bahwa perintah itu sah
• Alasan sikap batin tersebut harus berdasarkan hal-hal yang masuk akal
• Untuk dapat diterima bahwa ia mengira perintah itu sah, harus dipenuhi 2 syarat:
- Pejabat yang memberi perintah itu disadarinya adalah benar dan berhak
- Hal yang diperintahkan disadarinya memang masuk lingkup kewenangan yang memberi
perintah
Syarat Obyektif
• Contoh:
Atas dasar perintah penyidik dia berwenang melakukan penangkapan, yang sekaligus
merupakan kewajiban untuk melaksanakan perintah tsb.
Alasan Pembenar
• Hak Mendidik
• Tindakan Medis
• Persetujuan
Dasar Pemaaf
• Penyertaan: salah satu peserta memiliki dasar pembenar maka perbuatan peserta lain
juga dibenarkan (kolektif), namun alasan pemaaf hanya dimiliki peserta yg punya dasar
pemaaf (individual)
PENGANIAYAAN
PENGERTIAN PENGANIYAAN
MACAM-MACAM PENGANIAYAAN
• Penganiayaan *)
- kesengajaan
• Sanksi : 5 tahun
• Penganiayaan
• Mengakibatkan mati
• Sanksi : 7 tahun
• Penganiayaan
• Tidak menyebabkan :
– Sakit
• Penganiayaan
• Sanksi : 4 tahun
• Mati = 9 tahun
• Barang siapa
• Dengan sengaja
• Sanksi : 8 tahun
• Mati = 10 tahun
• Direncanakan
• Sanksi : 12 tahun
• Mati = 15 tahun
Menurut Pasal 356 KUHP maka ancaman hukuman yang ditentukan bagi semua macam
penganiayaan (kecuali penganiayaan ringan) dapat ditambah sepertiganya, jika
penganiayaan itu dilakukan terhadap:
ibunya, bapaknya yang sah, isteri, anaknya, seorang pegawai negeri pada waktu atau
sebab ia menjalankan pekerjaannya yang sah; atau penganiayaan jika dilakukan dengan memakai
bahan yang merusakkan jiwa atau kesehatan orang.
• Jika dibandingkan antara penganiayaan biasa yang berakibat luka berat (Pasal 351 ayat 2)
dan penganiayaan berat (Pasal 354 ayat 1), perbedaannya adalah ‘penganiayaan berat’
luka berat itu disengaja (memang dikehendaki) oleh orang yang menganiaya,
• Sedangkan ‘penganiayaan biasa yang berakibat luka berat’, maka luka berat itu tidak
dikehendaki (tidak disengaja), akan tetapi hanya merupakan akibat saja yang tidak
dikehendaki oleh penganiaya.
PERBEDAAN PENGANIAYAAN BIASA ATAU BERAT YANG BERAKIBAT MATI DENGAN PEMBUNUHAN
Demikian pula halnya jika kita bandingkan antara penganiayaan biasa yang berakibat mati
(Pasal 351 ayat 3), penganiayaan berat yang berakibat mati (Pasal 354 ayat 2), dan pembunuhan
(Pasal 338).
Walaupun dalam semua hal itu terletak dalam soal “apakah yang disengaja (yang
dikehendaki) oleh orang yang berbuat”. Jika matinya korban itu dikehendaki, maka ini adalah
suatu ‘pembunuhan’. Apabila yang dikehendaki itu hanya ‘luka berat’ saja, tetapi akibatnya
orangnya mati, ini adalah penganiayaan berat yang berakibat mati, dan jikalau baik mati maupun
luka berat itu tidak dikehendaki, sengaja hanya ditujukan kepada ‘penganiayaan biasa’, akan
tetapi perbuatan itu berakibat mati, maka peristiwa itu masuk “penganiayaan biasa barakibat
matinya orang”.
PEMBERATAN PENGANIAYAAN
penganiayaan yang mengakibatkan luka berat, diancam dengan pidana penjara 5 (lima)
tahun;
penganiayaan berat yang direncanakan lebih dulu, diancam pidana penjara 12 (dua belas)
tahun;
• Barang siapa
• Sengaja
• Sanksi : 15 tahun
• Pembunuhan
Pasal 344 KUHP: Barangsiapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh.
Unsur terpenting di sini adalah “atas permintaan sendiri yang nyata dan sungguh-
sungguh”, jika tidak demikian, pembuat dikenakan pasal pembunuhan biasa.
Pasal 345 KUHP: Dengan sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya
dalam perbuatan itu, atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam pidana penjara
4 tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.
• Seorang Ibu
• Dengan sengaja
• Sanksi : 7 tahun
• Seorang Ibu
• Sanksi : 9 tahun
• Orang lain
• Turut serta
Unsur terpenting di sini adalah “atas permintaan sendiri yang nyata dan sungguh-
sungguh”, jika tidak demikian, pembuat dikenakan pasal pembunuhan biasa.
Pasal 345 KUHP: Dengan sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya
dalam perbuatan itu, atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam pidana penjara
4 tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.
• Barang siapa
• Sanksi : 12 tahun
• Barang siapa
• Dengan sengaja
• Sanksi : 4 tahun
Pembunuhan/pengguguran kandungan
• Seorang wanita
• Sengaja
• Sanksi : 4 tahun
• Barang siapa
• Dengan sengaja
• Tanpa persetujuannya
• Sanksi : 12 tahun
• Mengakibatkan mati = 15 tahun
• Barang siapa
• Dengan sengaja
• Dengan persetujuannya
• Sanksi :
– ditambah 1/3,
• Pasal 359
– Karena kelalaian
– Karena kelalaian
– Karena Kelalaian/Kealpaannya
– Menyebabkan Luka/Sakit
• Pasal 361
– Karena Kelalaian/Kealpaannya
• Penipuan : 378 ;
• Perusakan : 406 ;
PENCURIAN
PASAL 362 KUHP
• Unsur-unsur :
– Barangsiapa
– Mengambil
– Suatu barang/benda
1. Pencurian Ternak
2. Dilakukan bersama-sama
3. Dengan jalan merusak, memanjat, kunci palsu, seragam palsu
4. Sanksi : 7 tahun
9 tahun ( bila: 3 + 4 / 5 )
• Pencurian
– Mempersiapkan / memudahkan
• Sanksi : 9 thn
• Sanksi : 12 tahun
• Dilakukan bersama-sama
• Sanksi : 12 tahun
• Masuk dengan merusak, memanjat, kunci palsu, perintah palsu, seragam palsu
• Sanksi : 12 tahun
• Sanksi : 12 tahun
• Mengakibatkan mati
• Sanksi : 15 tahun
PEMERASAN
• Barang siapa
• Dengan maksud utk menguntungkan diri sendiri/orang lain secara melawan hukum
• Memaksa seseorang
– Memberikan sesuatu
• Barang siapa
• Dengan maksud menguntungkan diri sendiri / orang lain secara melawan hukum
– Memberikan sesuatu
PENGGELAPAN
• Barang siapa
• Barang sesuatu
– Hubungan kerja
– Pencariannya
– Mendapat upah
• Sanksi : 5 tahun
• Penggelapan
• Dilakukan oleh :
– Wali, Pengampu,
– Pengurus/pelaksana wasiat,
• Sanksi : 6 tahun
PERBUATAN CURANG
• Barang siapa
• Dengan maksud utk menguntungkan diri sendiri /orang lain secara melawan hukum
• Dengan memakai :
– Nama/martabat palsu
– Tipu muslihat
– Rangkaian kebohongan
– Menyerahkan barang
• Sanksi : 4 tahun
PENGHANCURAN/
PERUSAKAN
• Barang Siapa
• Membunuh
• Merusak
• Menghilangkan
• OBYEKNYA : HEWAN
PENADAHAN
• Barang siapa
• Sesuatu benda
• Barang siapa
• Menarik keuntungan
• Barang siapa
• Sanksi : 7 tahun
PEMALSUAN SURAT
Pasal 263 KUHP
• Ayat (1) :
• Menerbitkan perutangan;
• Membebaskan utang;
– Dengan sengaja
• Ayat (1) :
• Ayat (2) :
Ayat (1) :
• Mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu
• Dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-olah
keterangannya sesuai kebenaran
• Barangsiapa
• Dengan sengaja
• Memakai akta tersebut ayat (1) seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran
• Ayat (1) :
– Seorang dokter
• Ayat (2) :
– Pidananya 8 tahun
• Ayat (3) :
• Ayat (1) :
– Barangsiapa membuat secara palsu / memalsu surat keterangan dokter ttg ada
tidaknya penyakit, kelemahan / cacat
• Ayat (2) :
– Barangsiapa dengan maksud yang sama memakai surat keterangan tersebut ayat
(1) seolah-olah surat itu benar dan tidak dipalsu.
• Ayat (1) :
– Dengan maksud untuk memakai atau menyryh orang lain memakai spy diterima
dalam pekerjaan / spy menimbulkan kemurahan hati dan pertolongan
• Ayat (2) :
• Ayat (1) :
– Barangsiapa menyuruh memberikan surat serupa itu atas nama palsu atau nama
kecil yg palsu atau menunjuk pada keadaan palsu
– Dengan maksud utk memakai atau menuruh orang lain memakai seolah-olah tidak
palsu
• Barangsiapa
• Dengan sengaja
• Ayat (1):
– Barangsiapa membuat palsu / memalsukan surat pengantar bagi kerbau atau sapi,
atau menyuruh memberikan surat serupa itu atas nama palsu atau dengan
menunjuk pada keadaan palsu
– Dengan maksud utk memakai / menyuruh orang lain memakai surat itu seolah-
olah asli
• Ayat (2):
• Ayat (1):
• Ayat (2):
• Ayat (1):
• Ayat (2):
• Ayat (1):
• Ayat (2):
Pidana berdasar salah satu kejahatan tersebut Pasal 263 – 268 dapat dijatuhkan
pencabutan hak-hak berdasar Pasal 35 nomor 1 – 4 KUHP:
2. Menjadi TNI
3. Memilih / pemilih