Anda di halaman 1dari 41

Wahyu Sudrajat, S.H., M.H.Li.

MATERI KULIAH PRAKTIK


PERADILAN
(ACARA BIASA)
PERTEMUAN KE-5 & 6
JENIS ACARA PEMERIKSAAN
PERKARA PIDANA

ACARA
PEMERIKSAAN BIASA
(Pasal 152-202 KUHAP)
ASAS HUKUM ACARA

Pengadilan membantu pencari keadilan


dan berusaha mengatasi segala
hambatan dan rintangan untuk dapat
tercapainya peradilan yang sederhana,
cepat, dan biaya ringan
(Pasal 4 Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman)
ACARA
PEMERIKSAAN BIASA

Perkara pidana yang diperiksa dengan


acara pemeriksaan biasa adalah
perkara pidana yang menurut
Penuntut Umum pembuktian serta
penerapan hukumnya tidak mudah
dan sifatnya tidak sederhana.
(law in the book)
ACARA
PEMERIKSAAN BIASA

Perkara pidana yang diperiksa dengan


acara pemeriksaan biasa adalah
perkara pidana yang menurut
Penuntut Umum harus diperiksa
dengan acara biasa.
(Law in action)
ACARA
PEMERIKSAAN
BIASA
PEMBUKAAN PERSIDANGAN

Sebelum sidang dimulai, panitera, penuntut


umum, penasihat hukum dan pengunjung yang
sudah ada, duduk di tempatnya masing-masing
dalam ruang sidang;
Pada saat hakim memasuki ruang sidang semua
yang hadir berdiri untuk menghormat;
Selama sidang berlangsung setiap orang yang
ke luar masuk ruang sidang diwajibkan
memberi hormat;
Pembukaan Persidangan di Anglo Saxon
PROSES PERSIDANGAN (I)
Hakim Ketua Majelis membuka sidang : Sidang Perkara Pidana
Pengadilan Negeri .. atas nama Terdakwa Fulan, dibuka dan
dinyatakan terbuka untuk umum;
Terbuka untuk Umum : setiap orang dapat menghadiri sidang,
kecuali orang-orang tertentu;
Orang-orang tertentu :
1. Saksi-saksi yang akan dihadirkan di persidangan
2. Anak yang belum mencapai umur 17 tahun.
Tertutup untuk umum dalam hal
1. Perkara mengenai kesusilaan
2. Perkara yang terdakwanya anak-anak (Pasal 152 KUHAP Jo. UU
11/2012 ttg SPPA)
PEMBATASAN TERBUKA UNTUK UMUM
Semua orang mempunyai kedudukan yang sama di
hadapan pengadilan dan badan peradilan. Dalam
menentukan tuduhan pidana terhadapnya, atau dalam
menentukan segala hak dan kewajibannya dalam suatu
gugatan, setiap orang berhak atas pemeriksaan yang adil
dan terbuka untuk umum, oleh suatu badan peradilan
yang berwenang, bebas dan tidak berpihak dan dibentuk
menurut hukum. Media dan masyarakat dapat dilarang
untuk mengikuti seluruh atau sebagian sidang karena
alasan moral , ketertiban umum atau keamanan nasional
dalam suatu masyarakat yang demokratis atau apabila
benar-benar diperlukan menurut pendapat pengadilan
dalam keadaan khusus, dimana publikasi justru akan
merugikan kepentingan keadilan sendiri;
PROSES PERSIDANGAN (II)
Proses persidangan terbuka untuk umum dapat dibatasi
dengan Pasal 14 ICCPR jo. UU RI No. 12 Tahun 2005;
Jika sidang tidak dilakukan dengan terbuka untuk umum
maka putusan atas perkara tersebut batal demi hukum;
Selanjutnya Memerintahkan Penuntut Umum supaya
menghadirkan Terdakwa ke dalam ruang sidang;
Apabila Terdakwa tidak hadir, maka hakim ketua sidang
meneliti apakah Terdakwa telah dipanggil secara sah atau
tidak;
Pengadilan mengadili perkara pidana dgn kehadiran
terdakwa, kecuali UU menentukan lain (Psl 12 UUKK)
Apabila berbagai sarana hokum telah dilakukan untuk
menghadirkan Terdakwa ke persidangan tetapi ternyata
Penuntut Umum tidak mampu untuk itu maka Pengadilan
harus mengeluarkan penetapan yang menyatakan
penuntutan tidak dapat diterima;
PROSES PERSIDANGAN (III)
Memeriksa identitas Terdakwa : nama lengkap, tempat lahir,
umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat
tinggal, agama dan pekerjaannya .
Memperingatkan Terdakwa, agar supaya memperhatikan
segala sesuatu yang didengar dan dilihat dalam persidangan
Menanyakan kepada Terdakwa:
1. Sejak kapan ditangkap/ ditahan/ pernah ditangguhkan.
(Kaitannya dengan pengurangan masa tahanan dalam amar
putusan)
2. Dalam perkara ini didampingi Penasehat Hukum atau tidak.
(lihat pasal 56 KUHAP dan penjelasannya)
Terdakwa dengan ancaman pidana mati atau 15 th/lebih,
harus didampingi PH
Terdakwa yg tidak mampu diancam pidana 5 th s/d 15
tahun, penunjukan PH disesuaikan dengan ketersediaan PH
di tempat itu.
PROSES PERSIDANGAN (IV)

Memerintahkan Penuntut Umum untuk


membacakan Surat dakwaan. Setelah Penuntut
Umum selesai membacakan surat dakwaan, maka
Hakim Ketua sidang menanyakan kepada Terdakwa,
apakah mengerti atau tidak terhadap surat
dakwaan yang telah dibacakan oleh Penuntut
Umum;
menanyakan kepada Terdakwa apakah ada
keberatan/eksepsi Terdakwa terhadap surat
dakwaan mengenai pengadilan tidak berwenang
mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat
diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan;
PENGADILAN TIDAK BERWENANG

Apabila terdakwa ternyata seorang militer


aktif;
Tindak pidana tidak terjadi di daerah
hukum pengadilan yang mengadili
perkara tersebut dan terdakwa tidak
bertempat tinggal/ tidak berdiam
terakhir/tidak ditemukan/tidak
ditahan/tempat kediaman sebagian besar
saksi tidak di daerah hukum pengadilan
tersebut;
DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA

Apabila terhadap timbulnya dakwaan yang


berawal dari proses penuntutan tersebut
didasari oleh proses penyidikan yang tidak sah
atau karena alasan demi hukum suatu dakwaan
tidak dapat diterima;

Catatan:
Alasan demi hukum adalah karenaNebis in idem Pasal
76 KUHP), Terdakwa meniggal (Pasal 77 KUHP), Telah
lewat waktu (Pasal 78 KUHP), Penyelesaian di luar
proses (Pasal 82 KUHP), Abolisi dan Amnesti (Pasal 14
UUD NRI 1945 jo. UU drt. No. 11 Thn 1954)
DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM

Apabila dakwaan tidak memenuhi syarat


sebagaimana ditentukan dalam pasal 143
ayat (2) huruf b yaitu uraian tidak secara
cermat, jelas dan lengkap mengenai
tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebutkan waktu (Locus Delicti) dan
tempat tindak pidana itu dilakukan
(Tempos Delicti);
SURAT DAKWAAN

Surat Tuduhan / Acte van


beschuldiging (HIR)
Acte van verwijzing/ tenlastelegging
(Belanda)
Imputation/Indictment; (Anglo Saxon)
SURAT DAKWAAN
a. surat dakwaan adalah dasar bagi penuntut umum untuk melakukan
penuntutan kepada seseorang yang didakwa melakukan tindak
pidana;
b. surat dakwaan menjadi pedoman dalam pemeriksaan perkara
pidana di sidang pengadilan sekaligus memberi batas dalam
pembuktian perkara pidana itu.
c. Surat dakwaan melukiskan peristiwa hukum yang didalamnya
tergambar perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa beserta
dengan keadaan-keadaan yang terkait dengan perbuatan tersebut
seperti latar belakang, motif dan lain-lain.
d. Selain itu dalam surat dakwaan juga disebutkan tindak pidana yang
dinilai telah dipenuhi oleh perbuatan yang didakwakan kepada
terdakwa tersebut beserta pasal yang mengatur tindak pidana
tersebut.
e. Segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang
berdasarkan alat bukti yang sah merupakan batu uji atas surat
dakwaan yang diajukan oleh penuntut umum.
Pendapat Moeljatno tentang Surat Dakwaan

Pada umumnya surat dakwaan harus memenuhi 2 (syarat):

1. harus mengandung lukisan dari apa yang senyatanya


terjadi dan.

2. Dalam lukisan itu harus ternyata pula adanya unsur-


unsur juridis dari kejahatan yang dituduhkan;

Syarat kedua menurut Moeljatno harus ditinggalkan


karena menimbulkan beban pembuktian yang berat bagi
Penuntut Umum;
Contoh dakwaan dalam anglo saxon
Deputy DA: [Stand up and talk to the jury.] Your Honor
and ladies and gentlemen of the jury: the defendant has
been charged with the crime of driving or taking a car
belonging to someone else, without the permission of the
owner. The evidence will show that a 2004 Corvette was
stolen on the night of February 8th. The next day the
defendant was arrested driving the stolen car. The
defendants fingerprints were on the keys used to steal the
car. The evidence I present will prove to you that the
defendant is guilty as charged
Pasal 143 ayat (2) KUHAP

Penuntut umum membuat surat dakwaan yang


diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi:
a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau
tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama dan pekerjaan
tersangka;
b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat
tindak pidana itu dilakukan
Syarat surat dakwaan

A. Syarat formal (dakwaan diberi tanggal dan


ditandatangani JPU, dan berisi identitas
terdakwa)(143 (2) a)
B. Syarat materiil (uraian secara cermat,jelas dan
lengkap mengenai tindak pidana dengan
menyebut waktu dan tempat tindak pidana
dilakukan), bila tidak terpenuhi maka dakwaan
batal demi hukum (143 (2) b)
Macam-macam dakwaan:
Dakwaan tunggal : jika tindak pidananya jelas;
Dakwaan subsidaritas : terdiri beberapa dakwaan
yang disusun berurutan dari yang terberat sampai
teringan ancaman pidananya dengan kesemua tindak
pidana yang didakwakan dalam dakwaan tersebut
masih dalam satu rumpun yang sama;
Dakwaan kumulatif : dakwaan yang terdiri dari
beberapa tindak pidana, masing-masing berdiri
sendiri;
: dakwaan yang terdiri beberapa tindak pidana, dan
salinDakwaan alternatif g mengecualikan;
Dakwaan kombinasi : adalah dakwaan campuran
antara dakwaan subsidaritas dengan
alternatif/kumulatif.
PROSES PERSIDANGAN (IV)

Apabila atasa dakwaan yang telah dibacakan,


Terdakwa dan atau PH Tidak mengajukan
keberatan, maka acara dilanjutkan dengan
pembuktian;
Apabila Terdakwa atau penasehat hukumnya
ajukan keberatan/eksepsi maka Pengadilan
harus menjatuhkan Putusan Sela/keputusan;
(cek 156 ayat (1) KUHAP)
Proses selanjutnya tergantung keputusan
(putusan sela) terhadap keberatan/eksepsi
tersebut
PEMBUKTIAN
PEMBUKTIAN
Sistem pembuktian
Positief wettelijke bewijse theorie (Dalam
Acara Perdata)
Negatif wettelijke bewijse theorie (Dalam
Acara Pemeriksaan Pidana Biasa &
singkat)
Conviction intime
Conviction rasionnee (Dalam Acara
pemeriksaan pidana cepat)
PRINSIP PEMBUKTIAN DALAM PERKARA PIDANA

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana


kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya (Pasal 183 KUHAP)
BEYOND A REASONABLE DOUBT
Alat Bukti (Pasal 184 KUHAP)

a. KETERANGAN SAKSI
b. KETERANGAN AHLI
c. SURAT
d. PETUNJUK
e. KETERANGAN TERDAKWA
KETERANGAN SAKSI
Saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri (Pasal 1 angka 26
KUHAP)
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti
dalam perkara pidana yang berupa keterangan
dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia
alami sendiri dengan menyebut alasan dari
pengetahuannya itu (Pasal 1 angka 27 KUHAP)
KETERANGAN SAKSI (part 2)
Saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan dalam rangka penyidikan,
penuntutan dan peradilan tentang suatu tindak
pidana yang tidak selalu ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan ia alami sendiri (Putusan MK
No. 65/PUU-VIII/2010)
Keterangan dari diperoleh dari orang lain
(Testimonium de auditu) bukan keterangan
saksi (Penjelasan Pasal 185 KUHAP)
KETERANGAN SAKSI (Part 3)
A. Pernyataan saksi di sidang pengadilan
B. Keterangan 1 (satu) orang saksi bukan saksi (unus
testis nullus testis) kecuali disertai suatu alat bukti
yang lain
C. Pendapat saksi bukan keterangan saksi
D. Tara Cara Pemeriksaan:
1. diperiksa identitas lengkap saksi;
2. ditanyakan ada hubungan
darah/semenda/hubungan kerja dengan Terdakwa
(Ps. 168 KUHAP, keluarga sedarah/semenda sampai
derajat ketiga bisa mengundurkan diri sbg saksi) ;
sebelum memberikan keterangan, saksi bersumpah
atau berjanji, menurut agama dan kepercayaannya
KETERANGAN SAKSI (Part 4)
Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-
sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan
dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang
sah apabila keterangan saksi itu ada
hubungannya satu dengan yang lain
sedemikian rupa, sehingga dapat
membenarkan adanya suatu kejadian atau
keadaan tertentu.
Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh
dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan
keterangan saksi.
KETERANGAN SAKSI (Part 5)
Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim
harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan:
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk
memberi keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang
pada umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya
keterangan itu dipercaya.
Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai
satu dengan yang lain, tidak merupakan alat bukti, namun
apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan dari saksi
yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat
bukti sah yang lain
SAKSI A DECHARGE & SAKSI MAHKOTA

Saksi yang meringankan atau A de Charge


merupakan saksi yang diajukan oleh terdakwa
dalam rangka melakukan pembelaan atas
dakwaan yang ditujukan pada dirinya. Hal ini
dilandasi oleh ketentuan Pasal 65 KUHAP
Saksi mahkota didefinisikan sebagai Saksi yang
berasal atau diambil dari salah seorang
tersangka atau Terdakwa lainnya yang
bersama-sama melakukan perbuatan pidana
Cara menghitung saksi derajat ketiga (berdasarkan hubungan darah
langsung)
A A mempunyai anak B dan C, C mempunyai
anak D
B C

D
Ket.
D adalah ponakan dari B, berarti D adalah saksi derajat ketiga dari B.
KETERANGAN AHLI
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan
oleh seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan (Pasal 1 angka 28 KUHAP)
Tujuan Ahli : untuk menjernihkan duduknya
persoalan (Pasal 180 ayat (1) KUHAP)
Contoh : ahli kedokteran kehakiman
dokter umum bukan ahli menurut penjelasan Pasal
133 KUHAP
Keterangan ahli demi keadilan (179 KUHAP)
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli
nyatakan di sidang pengadilan
KEBERATAN TERHADAP KETERANGAN AHLI
Dalam hal timbul keberatan yang beralasan
dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli, hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan
penelitian ulang.
Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada
ayat dilakukan oleh instansi semula dengan
komposisi personil yang berbeda dan
instansi lain yang mempunyai wewenang
untuk itu
(Pasal 180 ayat (2), (3) dan (4) KUHAP)
SURAT
Surat yang dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah, berupa:
berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh
pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya,
yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan
alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang
termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggungjawabnya
dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau
sesuatu keadaan;
surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu
keadaan yang diminta secara resmi daripadanya;
surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain
Ingat !!!

Menurut KUHAP
Alat bukti Barang bukti
PETUNJUK (Pasal 188 KUHAP)
1) Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena
persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
2) Petunjuk hanya dapat diperoleh dari:
a. keterangan saksi;
b. surat;
c. keterangan terdakwa.
Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap
keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi bijaksana
setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan dan
kesaksamaan berdasarkan hati nuraninya
Keterangan Terdakwa (Pasal 189 KUHAP)
1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang
tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri
atau alami sendiri.
2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat
digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang, asalkan
keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah sepanjang
mengenai hal yang didakwakan kepadanya.
3) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya
sendiri.
4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa
ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya,
melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain

Anda mungkin juga menyukai