Anda di halaman 1dari 9

Batam, 20 September 2022

No : 004/NP/LBH-PK/IX/2022
Hal : Nota Pembelaan (Pledoi)

Kepada Yang Mulia


Ketua Majelis Hakim
Perkara Pidana No.144/Pid.B/2022/PN.BTH
Di Pengadilan Semu Universitas Terbuka Batam
Jl. Gajah Mada Sekupang, Batam Kepulauan Riau.

Majelis Hakim yang terhormat,


Rekan Jaksa Penuntut Umum yang terhormat,
Dan Sidang yang kami muliakan
Dengan hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini Alif Qosdi Ridwanullah S.H., selaku Advokat, berdasarkan
Penetapan Ketua Majelis Hakim tentang Penunjukan Penasihat Hukum untuk Terdakwa:
Nama             : WIDODO alias DODO
Tempat lahir   : Solok (Sumbar)
Usia/Tgl Lahir : 26 / 01 Januari 1996
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan       : Pelajar/Mahasiswa
Kebangsaan   : Indonesia
Alamat            : Jl. Batam Kota no 1 Kec Batam Kota, Kota Batam Kepulauaan Riau.

Oleh karenanya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Terdakwa hendak menyampaikan
Nota Pembelaan dengan sistematika sebagai berikut :

Pendahuluan
Dakwaan dan Tuntutan Penuntut Umum
Fakta Persidangan
Analisis Yuridis
Permohonan

Bahwa terhadap Surat Dakwaan dan Surat Tuntutan Sdr. Jaksa Penuntut Umum, kami Kuasa
Hukum Terdakwa secara tegas tidak sependapat dengan Jakasa Penuntut Umum, dan jika
dihubungkan dengan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan dari bukti saksi-saksi,
surat-surat, petunjuk dan keterangan Terdakwa, maka kami berpendapat Tuntutan Jaksa Terlalu
tinggi.

PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yth.
Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yth.
Hadirin Sidang Yang Kami Muliakan

Assalamualaikum Wr. Wb. dan Salam Sejahtera


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Karena atas berkat
rahmat dan karunianyalah sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk menghadiri jalannya
persidangan pada hari ini. Dan pada kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan
penghargaan yang setinggi tingginya kepada Majelis hakim yang mengadili perkara ini, yang
dengan penuh kearifannya memimpin jalannya persidangan ini guna memperoleh kebenaran
materil dalam mengungkap perkara ini, hingga sampailah kita pada tahap pembelaan.

Tak lupa juga kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Sdr. JPU yang
telah melaksanakan tugasnya sebagai abdi Negara, yang telah dengan segala upaya telah
membantu menemukan kebenaran yang ditinjau dari sudut kepentingannya sebagai penuntut
umum yaitu dari pandangan yang subyektif dari sisi yang objektif terhadap perkara yang kita
hadapi sekarang ini. Berbeda dengan kami Pembela atau Penasihat Hukum yang mempunyai
pandangan yang objektif dari posisi yang subjektif, namun hendaknya pembelaan yang kami
ajukan ini dinilai semata mata sebagai analisa perkara yang sedang kita hadapi sebagai persoalan
hukum, khususnya hukum acara pidana dilihat dari sudut pembelaan.

DAKWAAN DAN TUNTUTAN PENUNTUT UMUM


Bahwa Terdakwa dihadapkan ke persidangan dan didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan
dakwaan subsider kumulatif sesuai surat dakwaan nomor : PDM-59/Epp.2/MBNGO/6/2022
tanggal 06 Juni 2022 sebagai berikut :
Dakwaan Pertama : Melanggar Pasal 354 KUHP
Dakwaan Kedua : Melanggar Pasal 285 KUHP
Dakwaan Ketiga : Melanggar Pasal 339 KUHP
Setelah melalui proses pembuktian, Terdakwa dituntut berdasarkan surat tuntutan register
nomor : PDM-59/Epp.2/MBNGO/6/2022 tanggal 12 September 2022 yang isinya adalah :

1. Menyatakan Terdakwa WIDODO Als DODO bin (Alm) ALI terbukti bersalah
melakukan tindak pidana “penganiayaan pemerkosaan dan pembunuhan” sebagaimana
dimaksud dalam Dakwaan Primair yaitu Pasal 339 KUHP
2. Menjatuhkan Terdakwa WIDODO Als DODO bin (Alm) ALI dengan pidana penjara
selama 20 (Dua Puluh) tahun dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dengan
perintah Terdakwa tetap ditahan
Menyatakan barang bukti berupa:
1 (satu) unit sepeda motor Honda beat berwarna putih biru BH 6281 UN
1 (satu) buah kunci kontak
1 (satu) helai baju panjang warna hitam motif putih, biru, hijau, kotak-kotak
1 (satu) helai celana panjang warna cokelat
1 (satu) helai Bra warna ungu
1 (satu) helai celana dalam warna cream’
Dikembalikan kepada ahli waris korban yaitu (ibu) SITI
1 (satu) unit Handphone Evercross warna hijau putih
1 (satu) unit sepeda motor Honda Supra X warna Merah BH 2321 UO
1 (satu) buah kunci kontak
1 (satu) lembar STNK sepeda motor Honda Supra X warna merah BH 2321 UO
Dirampas untuk Negara
Menetapkan agar Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2000,- (dua ribu
rupiah)

FAKTA PERSIDANGAN
Bahwa oleh karena apa yang disampaikan oleh saudara Jaksa Penuntut Umum di dalam
menemukan kebenaran hanya memandang dari sudut kepentingan yang hanya ditinjau dari segi
Subyektif ke posisi Obyektif, tentunya berbeda dengan apa yang menjadi titik pandang kami
selaku Penasehat Hukum Terdakwa yang menilai peristiwa pidana ini dari segi Obyektif ke sudut
pandang Subyektif.

Bahwa pendapat kami tersebut adalah berdasarkan fakta-fakta yang terungkap  dipersidangan 
berupa :

KETERANGAN SAKSI-SAKSI
Kiranya dalam pembelaan ini, mengingat fakta, keterangan saksi dan keterangan Terdakwa telah
dicatat dengan lengkap dan seksama oleh Sdr Panitera Pengganti, maka kami beranggapan tidak
perlu kami ketengahkan kembali secara terperinci dan tersendiri dalam Nota Pembelaan yang
kami ajukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengulangan yang tidak efektif keculai
untuk penegasan, maka kami mohon agar berita acara persidangan yang telah dicatat oleh
Panitera Pengganti mengenai fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan merupakan bagian
dari nota pembelaan/pledooi ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Bahwa terhadap keterangan  dari Saksi ahli di depan persidangan yang diajukan oleh Jaksa
Penuntut Umum (saksi a charge) Penasihat Hukum menolak dan merasa keberatan karena saksi
ahli adalah dokter umum yang tidak kompatible menjelaskan Tentang Alat kelamin yang
seharusnya adalah Dokter spesialis Kelamin.

SURAT
Bahwa selain mengajukan saksi-saksi, Sdr. Jaksa/Penuntut Umum juga telah mengajukan surat
sebagai alat bukti dalam perkara ini yaitu :
HASIL VISUM ET REPERTUM
hasil Visum Et Repertum Nomor: 445/3053/IV/RSUD/2022 Tanggal 30 April 2022 yang ditanda
tangani oleh dr.Yana Fitriani, Dokter Umum pada RSUD UT Batam, telah memeriksa
mayat/jenazah ANI pada 25 April 2022 Pukul 13.41 WIB dengan kesimpulan hasil
pemeriksaan:
Bengkak kepala Bagian Depan ±02 cm luka lecet pada bibir sudut kiri ± 03 cm bengkak bewarna
biru di pipi kiri sampai dibawah telinga kiri dan pada bagian Dada ± 03 cm serta luka pada alat
kelamin ± 03 cm
Kesimpulan : Pada pemeriksaan mayat, seorang perempuan berumur 25 tahun menggunakan
pakaian warna hitam bermotif kotak-kotak putih celana coklat dengan keadaan Bengkak kepala
Bagian Depan ±02 cm luka lecet pada bibir sudut kiri ± 03 cm bengkak bewarna biru di pipi kiri
sampai dibawah telinga kiri dan pada bagian Dada ± 03 cm serta luka pada alat kelamin ± 03 cm
Sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
Sehingga dari kesimpulan hasil pemeriksaan tersebut kami berkesimpulan bahwa surat hasil
Visum Et Repertum tersebut tidak dapat membuktikan dakwaan bahwa perbuatan Terdakwa
dalam perkara a quo sebagai tindak pidana.

Bahwa Pada saat pemeriksaan oleh polisi, Terdakwa tidak didampingi oleh Penasihat Hukum.
Bahwa Keterangan Terdakwa yang benar adalah keterangan yang disampaikan di muka
persidangan sebagai alat bukti yang sah.
Bahwa berdasarkan Pasal 114 KUHAP yang menyatakan “dalam hal seorang disangka
melakukan suatu tindak pidana sebelum dimulainya pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib
memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia
dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh Penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 KUHAP”

Bahwa berdasarkan Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa “Dalam hal tersangka
atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai Penasihat hukum
sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan wajib menunjuk Penasihat hukum bagi mereka”

Pasal 114 Jo Pasal 56 ayat 1 KUHAP sudah menegaskan bahwa bantuan hukum itu wajib
disediakan (dengan menunjuk Penasihat Hukum) oleh pejabat yang memeriksa disetiap tingkat
pemeriksaan. Lantas, apa konsekuensi hukum jika hal itu tak dilakukan oleh pejabat yang
memeriksa? Jawabannya, berita acara pemeriksaan, dakwaan atau tuntutan dari penuntut umum
adalah tidak sah sehigga batal demi hukum. Akibat hukum itu dapat diketahui dari beberapa
putusan Mahkamah Agung (Yurisprudensi) yang menyatakan sebagai berikut:

Putusan Mahkamah Agung RI No 1565 K/Pid/1991 tertanggal 16 September 1993 yang


pokoknya menyatakan, “apabila syarat – syarat permintaan tidak dipenuhi seperti halnya
penyidik tidak menunjuk Penasihat hukum bagi Tersangka sejak awal penyidikan, maka tuntutan
penuntut umum dinyatakan tidak dapat diterima.”
Putusan Mahkamah Agung RI dengan No 367 K/Pid/1998 tertanggal 29 Mei 1998 yang pada
pokoknya menyatakan “bahwa bila tak didampingi oleh Penasihat hukum di tingkat penyidikan
maka bertentangan dengan Pasal 56 KUHAP, hingga BAP penyidikan dan penuntut umum batal
demi hukum dan karenanya tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima, walaupun
pemeriksaan di sidang pengadilan di dampingi Penasihat hukum.”

Putusan MA NO 545 K/Pid.Sus/2011 menyatakan “Bahwa selama pemeriksaan Terdakwa tidak


didampingi oleh Penasihat Hukum, sedangkan Berita Acara Penggeledahan dan Pernyataan
tanggal 15 Desember 2009 ternyata telah dibuat oleh Pejabat yang tidak melakukan tindakan
tersebut namun oleh petugas yang lain; Dengan demikian Berita Acara Pemeriksaan Terdakwa,
Berita Acara Penggeledahan tidak sah dan cacat hukum sehingga surat Dakwaan Jaksa yang
dibuat atas dasar Berita Acara tersebut menjadi tidak sah dan cacat hukum pula”

In casu, bahwa penyidik kepolisian telah menunjuk Penasihat Hukum untuk memberikan
pendampingan hukum kepada Tersangka namun Penasihat Hukum dimaksud ternyata tidak
menjalankan profesinya dan tidak sekalipun bertemu dengan Tersangka/Terdakwa maka dapat
dikatakan pendampingan dimaksud bersifat fiktif atau formalitas belaka dan tidak secara nyata
dilakukan oleh Penasihat Hukum yang ditunjuk. Hal mana telah dibenarkan oleh Terdakwa
dalam perkara aquo, Terdakwa tidak pernah sama sekali mendapatkan bantuan hukum dari
Penasihat Hukum yang ditunjuk oleh penyidik, bahkan Terdakwa tidak tahu siapa nama dan
bagaimana wujudnya Penasihat Hukum yang diberikan oleh penyidik.

Penerapan Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Pasal 56 ayat (1)
maksud dan tujuannya bukanlah formalitas belaka, pejabat disemua tingkat pemeriksaan sebagai
interpretasi negara tidak semata-mata dapat melepaskan tanggungjawab terhadap pemenuhan hak
asasi Tersangka/Terdakwa bilamana Penasihat Hukum yang ditunjuk tidak menjalankan
profesinya, maka demi kepentingan hukum dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, pejabat
yang berwenang disemua tingkat pemeriksaan wajib menunjuk Penasihat Hukum Pengganti yang
lebih kredibel dan akuntabel. Sehingga pendampingan terhadap Tersangka/Terdakwa benar-
benar terwujud nyata bukan sekedar formalitas belaka.

Bahwa mengingat landasan pemeriksaan dipersidangan adalah surat dakwaan. Sementara


dakwaan berlandaskan pada berita acara pemeriksaan (BAP) dikepolisian. Maka BAP itu
haruslah dibuat tanpa adanya paksaan, intimidasi, dan bebas dari tekanan. Pada titik inilah
kehadiran Penasihat Hukum diperlukan untuk turut serta menjamin Tersangka bebas dari
tekanan, membela hak dan kepentingan hukumnya. Lalu bagaimana halnya jika Penasihat
Hukum hanya formalitas belaka?. Bahwa indikator penerapan Hukum Acara Pidana benar dan
sah adalah dipenuhinya hak asasi Tersangka yaitu hak didampingi Penasihat Hukum pada saat
periksaan dipenyidikan. Sehingga, jika hak tersebut tidak dipenuhi, maka BAP yang dibuat
adalah tak sah dan berakibat pada tuntutan menjadi tidak sah pula.

PETUNJUK
Bahwa alat bukti petunjuk diatur dalam Pasal 188 KUHAP yang berbunyi :
1.    Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara
yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah
terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
2.    Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari :
a.      Keterangan Saksi;
b.      Surat;
c.      Keterangan Terdakwa.
Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan
oleh hakim secara bijaksana, cermat dan seksama berdasarkan hati nuraninya.
Bahwa yang dapat menyimpulkan Petunjuk baik berkesesuaian atau tidak berkesesuaian adalah
majeis Hakim yang mengadili perkara aquo.

ANALISIS YURIDIS
Maka berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap dipersidangan sebagaimana tersebut di
atas, menurut hemat kami Penasihat Hukum Terdakwa berkeyakinan dan menyimpulkan dalam
nota pembelaan ini sebagai berikut :
Bahwa oleh karenanya unsur dari dakwaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 339  KUHPidana
dengan uraian sebagai berikut :
Unsur “Barangsiapa”
Dalam surat tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum dalam membuktikan unsur “barangsiapa” hanya
dengan argumentasi bahwa Terdakwa dalam persidangan tidak ada satupun alasan yang
ditemukan dalam diri Terdakwa untuk meniadakan atau menghapuskan kesalahan Terdakwa.
Tentunya argumentasi seperti ini kurang pantas untuk disampaikan dalam pengadilan untuk
membuktikan unsur dalam suatu tindak pidana.Tentunya Jaksa Penuntut Umum sebagai seorang
sarjana hukum, dapat memikirkan argumentasi yang lebih cerdas untuk membuktikan unsur
tersebut.
Berdasarkan Pasal 340 KUHP, unsur “barangsiapa” bukan merupakan delik inti, tetapi hanya
sebagai elemen delik yang menunjukan subjek hukum yang didakwa melakukan tindak pidana
yang pembuktiannya bergantung kepada pembuktian unsur delik lainnya.

Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 951-K/Pid/1982 tertanggal


10Agustus 1983 dengan nama Terdakwa Yojiro Kitajima, yang antara lain menerangkan bahwa
unsur “barangsiapa”hanya merupakan kata ganti orang di mana unsur ini harus mempunyai
makna jika dikaitkan dengan unsur-unsur pidana lainnya. Oleh karena itu, haruslah unsur
“barangsiapa” dibuktikan dengan unsur-unsur delik lainnya dalam delik yang didakwakan.
Dengan demikian, hadirnya terdakwa dalam persidangan tidaklah berarti unsur “barangsiapa”
langsung terbukti, tanpa dibuktikannya juga unsur-unsur delik lainnya. Setelah terbukti unsur-
unsur lainnya barulah Jaksa Penuntut Umum dapat menyatakan bahwa unsur “barangsiapa” telah
terbukti.

Dengan demikian unsur “barangsiapa” TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN


MEYAKINKAN.
Unsur “Dengan Sengaja “
Unsur kesengajaan dalam rumusan tindak pidana merupakan salah satu unsur yang terpenting.
Berkaitan dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila dalam rumusan tindak pidana terdapat
perbuatan dengan sengaja  atau biasa disebut opzettelijk, maka unsur kesengajaan ini meliputi
semua unsur lain yang dibelakangnya harus dibuktikan.
Maka berkaitan dengan pembuktian bahwa perbuatan yang dilakukanya itu dilakukan “dengan
sengaja,” terkandung pengertian menghendaki dan mengetahui atau menurut penjelasan MvT
(Memorie van Toelechting) bisa disebut dengan willens en wetens. Yang dimaksudkan disini
adalah seseorang yang melakukan suatu perbuatan “dengan sengaja” itu haruslah memenuhi
rumusan willens yaitu harus menghendaki apa yang ia perbuat dan memenuhi
unsur wettens yaitu harus mengetahui akibat dari apa yang ia perbuat.

Jika dikaitkan dengan teori kehendak yang dirumuskan oleh Von Hippel, maka dapat dikatakan
bahwa yang dimaksud sebagai “dengan sengaja” adalah kehendak membuat suatu perbuatan dan
kehendak untuk menimbulkan suatu akibat dari perbuatan itu atau akibat dari pebuatanya
tersebut yang menjadi maksud dari dilakukanya perbuatan itu. Maka pembuktian adanya unsur
kesengajaan dalam pelaku melakukan tindakan melanggar hukum sehingga perbuatanya itu dapat
dipertanggungjawabkan kepada si pelaku hanya dikaitkan dengan keadaan serta tindakan si
pelaku pada waktu ia melakukan perbuatan melanggar hukum yang dituduhkan kepadanya
tersebut.
Dalam konteks Pasal 340 KUHP, untuk lebih jelasnya lagi, terkandung tiga syarat yaitu:
memutuskan kehendak dalam suasana tenang, tersedianya waktu yang cukup sejak timbulnya
kehendak sampai dengan pelaksanaan kehendak itu, dan pelaksanaan kehendak tersebut dalam
suasana tenang. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang mengandung maksud bahwa
memutuskan kehendak dengan tenang. Artinya pada saat pelaku memutuskan kehendaknya
untuk membunuh, keadaan batin orang tersebut dalam keadaan tenang, tidak berada dalam
keadaan tergesa-gesa, tidak dalam keadaan terpaksa dan tidak berada dalam keadaan emosi
tinggi. Maka dari itu kehendak yang diputuskan oleh pelaku merupakan kehendak yang
dilakukan dalam suasana batin yang tenang.

In casu pada saat Terdakwa mendapati jawaban dari Korban ANI yang sangat diluar dugaan
terdakwa itu bisa di pastikan tidak berada dalam suasana tenang. Akan tetapi,Terdakwa dalam
Kondisi Emosi tinggi yang dibakar amarah kekecewaan sehingga mengambil tindakan
spontanitas penganiyaan”

Tersedianya waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan kehendak
itu. Merupakan syarat yang bersifat relatif. Persoalanya adalah bukan lamanya waktu.
Tersedianya waktu yang cukup mengandung pengertian bahwa dalam tempo waktu yang tersedia
itu, pelaku masih dapat berpikir dengan tenang. Jadi persoalanya tidak pada masalah lamanya
waktu, tetapi persoalan lamanya waktu yang cukup itu lebih mengarah pada penggunaan waktu
yang tersedia itu. Artinya, apakah dalam waktu yang tersedia itu benar-benar telah dapat untuk
berpikir dengan tenang atau tidak. Sekalipun masalah tersedianya waktu yang cukup itu tidak
menunjuk pada persoalan lamanya waktu, tetapi tersedianya waktu yang cukup tersebut, tidak
boleh menunjuk pada suatu waktu yang terlalu singkat. Sebab apabila terlalu singkat kesempatan
untuk berfikir dengan tenang tersebut mungkin tidak terjadi.

Tidak mungkin rasanya seseorang dapat berpikir dengan tenang dalam waktu yang singkat,
biasanya dalam waktu yang sangat singkat itu orang justru berfikir secara tergesa-gesa, panik dan
tidak terencana. Apabila waktu yang tersedia itu tidak cukup dan diikuti pula dengan perasaan
takut, khawatir dan sebagainya. Dalam waktu yang demikian, jelas sama sekali tidak
menggambarkan suasana batin yang tenang.

Berdasarkan uraian tersebut terkait dengan “dengan sengaja”, bisa dikatakan bahwa jika ada
hubungan antara batin pelaku dengan akibat yang timbul karena perbuatanya itu atau ada
hubungan lahir yang merupakan hubungan sebab antara perbuatan pelaku dengan akibat yang
dilarang itu, maka hukum pidana dapat dijatuhkan kepada si pelaku atas perbuatan pidananya itu.
Sebab pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya secara jelas dapat ditimpakan kepada
pelaku. Tetapi jika hubungan kausal tersebut tidak ada maka pertanggungjawaban pidana atas
perbuatan pidananya itu tidak dapat ditimpakan kepada pelakunya itu sehingga hukuman pidana
tidak dapat dijatuhkan kepada pelakunya itu.

Dengan demikian, unsur “Dengan Sengaja”, TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN
MEYAKINKAN.

Unsur “Menghilangkan Nyawa Orang Lain”


Yang dimaksud dengan unsur ini adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain itu haruslah
merupakan perbuatan yang positif atau aktif walaupun dengan perbuatan sekecil apapun. Jadi
perbuatan tersebut haruslah diwujudkan secara aktif dengan gerakan sebagian anggota tubuh.
Oleh karenanya perbuatanya dapat berupa bermacam-macam perbuatan. Dimana perbuatan
tersebut berujung dengan timbulnya suatu akibat hilangnya nyawa orang sebagai persyaratan
mutlak.

Dalam unsur “merampas nyawa orang lain” terdapat sifat obyektif dan subyektif, sifat obyektif
yaitu dilihat dari perbuatanya yang menghilangkan nyawa dengan obyek orang lain. Sifat
subyektif yaitu dalam perbuatan menghilangkan nyawa orang lain terdapat syarat-syarat yang
harus dipatuhi, yaitu adanya wujud perbuatan, adanya suatu kematian orang lain, dan adanya
hubungan sebab akibat antara perbuatan dan akibat kematian orang lain.
Terhadap unsur ini, Saudara Penuntut Umum menyatakan Terdakwa telah merampas nyawa
orang lain yaitu korban ANI adalah sudah terbukti.

Dengan Demikian, Unsur “Menghilangkan Nyawa Orang Lain”, TERBUKTI SECARA SAH
DAN MEYAKINKAN.

Dalam unsur “Pemerkosaan” terdapat sifat yang obyektif dan subyektif yang dilihat dari
perbuatan dan hasil dari perbuatan a quo, yaitu dari adanya keterpaksaan dan keterangan
keterpaksaan itu dilihat kesaksian terduga pelaku dan korban, adapun bukti berupa luka dan lecet
pada kelamin korban ANI tidak serta merta menjadi bukti Otentik dari pemerkosaan tersebut

Dengan Demikian , Unsur “Pemerkosaan”, TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN


MEYAKINKAN.

Maka Oleh Karena dakwaan Jaksa penuntut Umum yang menuntut Terdakwa dengan Pasal 339
KUHP tidak lah tepat karena dilakukan tanpa tujuan awal untuk membunuh dan kekerasan yang
dilakukan adalah reflek dari amarah sesaat terdakwa.

PERMOHONAN

Hal-hal Yang Meringankan Terdakwa


Bahwa dalam ini patut pula kami sampaikan hal-hal yang meringankan Terdakwa yang sekiranya
dapat menjadi pertimbangan Majelis Hakim Yang Mulia sebelum memberikan putusan akhir
kepada terdakwa :
Bahwa Terdakwa bersikap sopan di dalam persidangan
Bahwa Terdakwa mengakui dan menerangkan dengan sejujurnya atas perbuatan yang dilakukan
sehingga persidangan berjalan lancar
Bahwa Terdakwa sebagai tulang punggung Keluarga yang menafkafi seorang Janda yaitu ibu
Terdakwa dan 3 orang adik yang masih dibawah umur.
Terdakwa belum pernah dihukum.
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan dan juga analisis yang telah kami
paparkan, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa dengan segala kerendahan hati kami,
memohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara A Qou untuk menjatuhkan Putusan
Hukuman yang seringan-ringannya bagi terdakwa
Kami Penasehat Hukum Terdakwa juga memohon kepada majelis Hakim yang mulia agar
menyatakan barang bukti berupa :

1 (satu) unit sepeda motor Honda beat berwarna putih biru BH 6281 UN
1 (satu) buah kunci kontak
1 (satu) helai baju panjang warna hitam motif putih, biru, hijau, kotak-kotak
1 (satu) helai celana panjang warna cokelat
1 (satu) helai Bra warna ungu
1 (satu) helai celana dalam warna cream’
Dikembalikan kepada ibu korban yaitu ibu SITI

1 (satu) unit Handphone Evercross warna hijau putih


1 (satu) unit sepeda motor Honda Supra X warna Merah BH 2321 UO
1 (satu) buah kunci kontak
1 (satu) lembar STNK sepeda motor Honda Supra X warna merah BH 2321 UO
Dikembalikan kepada Terdakwa

ATAU
SUBSIDAIR
Jika Majelis Hakim Pemeriksa Perkara berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).

Demikian Nota Pembelaan ini disampaikan pada Persidangan Pengadilan Semu Universitas
Terbuka Batam hari Kamis tanggal 20 September 2022, atas perkenannya disampaikan terima
kasih.

Hormat Kami
Penasihat Hukum Terdakwa

Anda mungkin juga menyukai