Anda di halaman 1dari 10

Nama : WAHIDI

NIM 043438118

Widodo seorang pemuda jatuh hati kepada Ani anak seorang pengusaha kaya raya
di daerahnya. suatu hari ditengah jalan widodo bertemu Ani karena rasa cintanya
yang begitu besar wiwodo memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya
kepada Ani namun ternyata perasaan widodo tersebut bertepuk sebelah tangan,
merasa kecewa dan marah karena cintanya ditolak oleh ani, wiwodo gelap mata
dan akhirnya memukul ani hingga pingsan tidak sampai disitu wiwodo pun
membawa ani ke rumah kosong memperkosa dan membunuhnya.

coba saudara buatkan pledoi atas perkara widodo tersebut berdasarkan fakta-fakta
yang dijelaskan pada sesi 1 ?

No : 004/NP/LBH-PK/IX/2022 Kepada Yang


Mulia

Hal : Nota Pembelaan (Pledoi) Ketua Majelis


Hakim

Perkara Pidana
No.344/Pid.B/2022/PN.Lpng
Di Pengadilan Negeri Lampung
Jl.Jendral Sudirman no 09 Lampung

Majelis Hakim yang terhormat,


Rekan Jaksa Penuntut Umum yang terhormat,
Dan Sidang yang kami muliakan
Dengan hormat,
Yang bertandatangan dibawah ini Fakhri Romadhon,S.H., Rinaldi, S.H., dan Firza
Aqila,S.H. selaku Advokat, berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Hakim tentang
Penunjukan Penasihat Hukum untuk Terdakwa:

Nama : Widodo Bin Makmur


Tempat lahir : Kotabumi
Usia/Tgl Lahir : 42 Tahun / 01 Januari 1980
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jl. A.Yani RT 02 RW 02 Kotabumi Selatan Lampung.

Oleh karenanya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Terdakwa hendak
menyampaikan Nota Pembelaan dengan sistematika sebagai berikut :

Pendahuluan
Dakwaan dan Tuntutan Penuntut Umum
Fakta Persidangan
Analisis Yuridis
Permohonan
Bahwa terhadap Surat Dakwaan dan Surat Tuntutan Sdr. Jaksa Penuntut Umum a
quo, kami Kuasa Hukum Terdakwa secara tegas tidak sependapat dengan Jaksa
Penuntut Umum, dan jika dihubungkan dengan fakta-fakta hukum yang terungkap di
persidangan dari bukti saksi-saksi, surat-surat, petunjuk dan keterangan Terdakwa,
maka kami berpendapat Tuntutan Jaksa Terlalu tinggi.

PENDAHULUAN
Majelis Hakim Yth.
Sdr. Jaksa Penuntut Umum Yth.
Hadirin Sidang Yang Kami Muliakan
Assalamualaikum Wr. Wb. dan Salam Sejahtera
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kita masih diberikan kesempatan
untuk menghadiri jalannya persidangan pada hari ini. Dan pada kesempatan ini
izinkanlah kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Majelis
hakim yang mengadili perkara ini, yang dengan penuh kearifannya memimpin
jalannya persidangan ini guna memperoleh kebenaran materil dalam mengungkap
perkara ini, hingga sampailah kita pada tahap pembelaan.

Tak lupa juga kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Sdr.
JPU yang telah melaksanakan Terdakwaan tugasnya sebagai abdi Negara, yang
telah dengan segala upaya telah membantu menemukan kebenaran yang ditinjau
dari sudut kepentingannya sebagai penuntut umum yaitu dari pandangan yang
subjektif dari sisi yang objektif terhadap perkara yang kita hadapi sekarang ini.
Berbeda dengan kami Pembela atau Penasihat Hukum yang mempunyai pandangan
yang objektif dari posisi yang subjektif, namun hendaknya pembelaan yang kami
ajukan ini dinilai semata mata sebagai analisa perkara yang sedang kita hadapi
sebagai persoalan hukum, khususnya hukum acara pidana dilihat dari sudut
pembelaan.

DAKWAAN DAN TUNTUTAN PENUNTUT UMUM


Bahwa Terdakwa dihadapkan ke persidangan dan didakwa oleh Jaksa Penuntut
Umum dengan dakwaan subsider kumulatif sesuai surat dakwaan nomor : PDM-
90/Epp.8/LPNG/7/2022 tanggal 06 Juli 2022 sebagai berikut :
Dakwaan Pertama : Melanggar Pasal 340 KUHP
Dakwaan Kedua : Melanggar Pasal 285 KUHP
Setelah melalui proses pembuktian, Terdakwa dituntut berdasarkan surat tuntutan
register nomor : PDM-67/Epp.2/LPNG/7/2022 tanggal 12 Juli 2022 yang isinya
adalah :

1. Menyatakan Terdakwa WIDODO BIN MAKMUR terbukti bersalah melakukan


tindak pidana “Pembunuhan” sebagaimana dimaksud dalam Dakwaan
Primair yaitu Pasal 340 KUHP
2. Menjatuhkan Terdakwa WIDODO BIN MAKMUR dengan pidana penjara mati
atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20
tahun. dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah
Terdakwa tetap ditahan
Menyatakan barang bukti berupa:
1 (satu) unit sepeda motor Honda Vario berwarna putih BE 8991 KU
1 (satu) buah kunci kontak
1 (satu) helai baju Kaos panjang warna hitam
1 (satu) helai celana panjang warna Hitam
1 (satu) helai Bra warna cream
1 (satu) helai celana dalam warna cream
Dikembalikan kepada ahli waris korban yaitu saksi MARETA
1 (satu) unit Handphone Oppo warna putih
Dikembalikan kepada Terdakwa
1 (satu) unit Handphone Xiaomi warna Hitam
Dikembalikan kepada Saudara saksi ANDRA SAPUTRA
1 (satu) unit sepeda motor Honda Beat warna hitam BE 7676 KS
1 (satu) buah kunci kontak
1 (satu) lembar STNK sepeda motor Honda Honda Beat warna hitam BE
7676 KS
Dirampas untuk Negara
Menetapkan agak Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
2000,- (dua ribu rupiah)

FAKTA PERSIDANGAN
Bahwa oleh karena apa yang disampaikan oleh saudara Jaksa Penuntut Umum di
dalam menemukan kebenaran hanya memandang dari sudut kepentingan yang
hanya ditinjau dari segi Subyektif ke posisi Obyektif, tentunya berbeda dengan apa
yang menjadi titik pandang kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa yang menilai
peristiwa pidana ini dari segi Objektif ke sudut pandang Subjektif.
Bahwa pendapat kami tersebut adalah berdasarkan fakta-fakta yang terungkap
dipersidangan berupa :

KETERANGAN SAKSI-SAKSI
Kiranya dalam pembelaan ini, mengingat fakta, keterangan saksi dan keterangan
Terdakwa telah dicatat dengan lengkap dan seksama oleh Sdr Panitera Pengganti,
maka kami beranggapan tidak perlu kami ketengahkan kembali secara terperinci
dan tersendiri dalam Nota Pembelaan yang kami ajukan. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari pengulangan yang tidak efektif kecuali untuk penegasan, maka kami
mohon agar berita acara persidangan yang telah dicatat oleh Panitera Pengganti
mengenai fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan merupakan bagian dari
nota pembelaan/pledoi ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Bahwa terhadap keterangan dari Saksi ahli di depan persidangan yang diajukan
oleh Jaksa Penuntut Umum (saksi a charge) Penasihat Hukum menolak dan merasa
keberatan karena saksi ahli adalah dokter umum yang tidak kompatibel menjelaskan
Tentang Tenggorokan dan Pernapasan yang seharusnya adalah dokter spesialis
THT.
SURAT
Bahwa selain mengajukan saksi-saksi, Sdr. Jaksa/Penuntut Umum juga telah
mengajukan surat sebagai alat bukti dalam perkara ini yaitu :

HASIL VISUM ET REPERTUM


hasil Visum Et Repertum Nomor: 998/3053/IV/RSUD/2022 Tanggal 30 April 2022
yang ditanda tangani oleh dr.Yana Fitriani, Dokter Umum pada RSUD RAYCUDU
Lampung, telah memeriksa mayat/jenazah ANI pada 25 April 2022 Pukul 13.41 WIB
dengan kesimpulan hasil pemeriksaan:
Kepala : Bengkak kepala Bagian Depan ±02 cm luka lecet pada bibir sudut kiri ± 03
cm bengkak berwarna biru di pipi kiri sampai dibawah telinga kiri.
Leher : Luka Lecet tidak beraturan pada leher bagian depan.
Kesimpulan : Pada pemeriksaan mayat, seorang perempuan berumur 30 tahun
menggunakan pakaian baju kaos berwarna Hitam celana Hitam dengan keadaan
Bengkak kepala Bagian Depan ±02 cm luka lecet pada bibir sudut kiri ± 03 cm
bengkak berwarna biru di pipi kiri sampai dibawah telinga kiri. Luka Lecet tidak
beraturan pada leher bagian depan
Sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
Sehingga dari kesimpulan hasil pemeriksaan tersebut kami berkesimpulan bahwa
surat hasil Visum Et Repertum tersebut tidak dapat membuktikan dakwaan bahwa
perbuatan Terdakwa dalam perkara a quo sebagai tindak pidana.
Bahwa Pada saat pemeriksaan oleh polisi, Terdakwa tidak didampingi oleh
Penasihat Hukum. Bahwa Keterangan Terdakwa yang benar adalah keterangan
yang disampaikan di muka persidangan sebagai alat bukti yang sah.
Bahwa berdasarkan Pasal 114 KUHAP yang menyatakan “dalam hal seorang
disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum dimulainya pemeriksaan oleh
penyidik, penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk
mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi
oleh Penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 KUHAP”
Bahwa berdasarkan Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa “Dalam hal
tersangka atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau
bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih
yang tidak mempunyai Penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk Penasihat
hukum bagi mereka”
Pasal 114 Jo Pasal 56 ayat 1 KUHAP sudah menegaskan bahwa bantuan hukum itu
wajib disediakan (dengan menunjuk Penasihat Hukum) oleh pejabat yang
memeriksa disetiap tingkat pemeriksaan. Lantas, apa konsekuensi hukum jika hal itu
tak dilakukan oleh pejabat yang memeriksa? Jawabannya, berita acara
pemeriksaan, dakwaan atau tuntutan dari penuntut umum adalah tidak sah sehigga
batal demi hukum. Akibat hukum itu dapat diketahui dari beberapa putusan
Mahkamah Agung (Yurisprudensi) yang menyatakan sebagai berikut:
Putusan Mahkamah Agung RI No 1565 K/Pid/1991 tertanggal 16 September 1993
yang pokoknya menyatakan, “apabila syarat – syarat permintaan tidak dipenuhi
seperti halnya penyidik tidak menunjuk Penasihat hukum bagi Tersangka sejak awal
penyidikan, maka tuntutan penuntut umum dinyatakan tidak dapat diterima.”
Putusan Mahkamah Agung RI dengan No 367 K/Pid/1998 tertanggal 29 Mei 1998
yang pada pokoknya menyatakan “bahwa bila tak didampingi oleh Penasihat hukum
di tingkat penyidikan maka bertentangan dengan Pasal 56 KUHAP, hingga BAP
penyidikan dan penuntut umum batal demi hukum dan karenanya tuntutan penuntut
umum tidak dapat diterima, walaupun pemeriksaan di sidang pengadilan di dampingi
Penasihat hukum.”
Putusan MA NO 545 K/Pid.Sus/2011 menyatakan “Bahwa selama pemeriksaan
Terdakwa tidak didampingi oleh Penasihat Hukum, sedangkan Berita Acara
Penggeledahan dan Pernyataan tanggal 15 Desember 2022 ternyata telah dibuat
oleh Pejabat yang tidak melakukan tindakan tersebut namun oleh petugas yang lain;
Dengan demikian Berita Acara Pemeriksaan Terdakwa, Berita Acara Penggeledahan
tidak sah dan cacat hukum sehingga surat Dakwaan Jaksa yang dibuat atas dasar
Berita Acara tersebut menjadi tidak sah dan cacat hukum pula”
In casu, bahwa penyidik kepolisian telah menunjuk Penasihat Hukum untuk
memberikan pendampingan hukum kepada Tersangka namun Penasihat Hukum
dimaksud ternyata tidak menjalankan profesinya dan tidak sekalipun bertemu
dengan Tersangka/Terdakwa maka dapat dikatakan pendampingan dimaksud
bersifat fiktif atau formalitas belaka dan tidak secara nyata dilakukan oleh Penasihat
Hukum yang ditunjuk. Hal mana telah dibenarkan oleh Terdakwa dalam perkara
aquo, Terdakwa tidak pernah sama sekali mendapatkan bantuan hukum dari
Penasihat Hukum yang ditunjuk oleh penyidik, bahkan Terdakwa tidak tahu siapa
nama dan bagaimana wujudnya Penasihat Hukum yang diberikan oleh penyidik.
Penerapan Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Pasal
56 ayat (1) maksud dan tujuannya bukanlah formalitas belaka, pejabat disemua
tingkat pemeriksaan sebagai interpretasi negara tidak semata-mata dapat
melepaskan tanggung jawab terhadap pemenuhan hak asasi Tersangka/Terdakwa
bilamana Penasihat Hukum yang ditunjuk tidak menjalankan profesinya, maka demi
kepentingan hukum dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, pejabat yang
berwenang disemua tingkat pemeriksaan wajib menunjuk Penasehat Hukum
Pengganti yang lebih kredibel dan akuntabel. Sehingga pendampingan terhadap
Tersangka/Terdakwa benar-benar terwujud nyata bukan sekedar formalitas belaka.
Bahwa mengingat landasan pemeriksaan dipersidangan adalah surat dakwaan.
Sementara dakwaan berlandaskan pada berita acara pemeriksaan (BAP) di
kepolisian. Maka BAP itu haruslah dibuat tanpa adanya paksaan, intimidasi, dan
bebas dari tekanan. Pada titik inilah kehadiran Penasehat Hukum diperlukan untuk
turut serta menjamin Tersangka bebas dari tekanan, membela hak dan kepentingan
hukumnya. Lalu bagaimana halnya jika Penasehat Hukum hanya formalitas belaka?.
Bahwa indikator penerapan Hukum Acara Pidana benar dan sah adalah dipenuhinya
hak asasi Tersangka yaitu hak didampingi Penasehat Hukum pada saat
pemeriksaan di penyidikan. Sehingga, jika hak tersebut tidak dipenuhi, maka BAP
yang dibuat adalah tak sah dan berakibat pada tuntutan menjadi tidak sah pula.

PETUNJUK
Bahwa alat bukti petunjuk diatur dalam Pasal 188 KUHAP yang berbunyi :
1. Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan, yang karena
bersesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan
tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana
dan siapa pelakunya.
2. Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari :
a. Keterangan Saksi;
b. Surat;
c. Keterangan Terdakwa.
Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan
tertentu dilakukan oleh hakim secara bijaksana, cermat dan seksama berdasarkan
hati nuraninya.
Bahwa yang dapat menyimpulkan Petunjuk baik bersesuaian atau tidak bersesuaian
adalah majelis Hakim yang mengadili perkara aquo.
ANALISIS YURIDIS
Maka berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan sebagaimana
tersebut diatas, menurut hemat kami Penasihat Hukum Terdakwa berkeyakinan dan
menyimpulkan dalam nota pembelaan ini sebagai berikut :
Bahwa oleh karenanya unsur dari dakwaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
340 KUHPidana Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan, dengan uraian sebagai berikut :
Unsur “Barangsiapa”
Dalam surat tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum dalam membuktikan unsur “barang
siapa” hanya dengan argumentasi bahwa Terdakwa dalam persidangan tidak ada
satupun alasan yang ditemukan dalam diri Terdakwa untuk meniadakan atau
menghapuskan kesalahan Terdakwa. Tentunya argumentasi seperti ini kurang
pantas untuk disampaikan dalam pengadilan untuk membuktikan unsur dalam suatu
tindak pidana.Tentunya Jaksa Penuntut Umum sebagai seorang sarjana hukum,
dapat memikirkan argumentasi yang lebih cerdas untuk membuktikan unsur
tersebut.
Berdasarkan Pasal 340 KUHP, unsur “barang siapa” bukan merupakan delik inti,
tetapi hanya sebagai elemen delik yang menunjukan subjek hukum yang didakwa
melakukan tindak pidana yang pembuktiannya bergantung kepada pembuktian
unsur delik lainnya.
Dengan demikian, hadirnya terdakwa dalam persidangan tidaklah berarti unsur
“barangsiapa” langsung terbukti, tanpa dibuktikannya juga unsur-unsur delik lainnya.
Setelah terbukti unsur-unsur lainnya barulah Jaksa Penuntut Umum dapat
menyatakan bahwa unsur “barangsiapa” telah terbukti.
Dengan demikian unsur “barangsiapa” TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN
MEYAKINKAN.
Unsur “Dengan Sengaja Dan Direncanakanan Terlebih Dahulu”
Unsur kesengajaan dalam rumusan tindak pidana merupakan salah satu unsur yang
terpenting. Berkaitan dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila dalam rumusan
tindak pidana terdapat perbuatan dengan sengaja atau biasa disebut opzettelijk,
maka unsur kesengajaan ini meliputi semua unsur lain yang dibelakangnya harus
dibuktikan.
Maka berkaitan dengan pembuktian bahwa perbuatan yang dilakukannya itu
dilakukan “dengan sengaja,” terkandung pengertian menghendaki dan mengetahui
atau menurut penjelasan MvT (Memorie van Toelichting) bisa disebut dengan willens
en wetens. Yang dimaksudkan disini adalah seseorang yang melakukan suatu
perbuatan “dengan sengaja” itu haruslah memenuhi rumusan willens yaitu harus
menghendaki apa yang diperbuat dan memenuhi unsur wettens yaitu harus
mengetahui akibat dari apa yang ia perbuat.
Jika dikaitkan dengan teori kehendak yang dirumuskan oleh Von Hippel, maka dapat
dikatakan bahwa yang dimaksud sebagai “dengan sengaja” adalah kehendak
membuat suatu perbuatan dan kehendak untuk menimbulkan suatu akibat dari
perbuatan itu atau akibat dari perbuatannya tersebut yang menjadi maksud dari
dilakukannya perbuatan itu. Maka pembuktian adanya unsur kesengajaan dalam
pelaku melakukan tindakan melanggar hukum sehingga perbuatan itu dapat
dipertanggungjawabkan kepada si pelaku hanya dikaitkan dengan keadaan serta
tindakan si pelaku pada waktu ia melakukan perbuatan melanggar hukum yang
dituduhkan kepadanya tersebut.
Mengenai unsur “direncanakan Terdakwa terlebih dahulu” dalam KUHP sendiri tidak
ada penjelasan tentang apa yang dimaksud sebagai direncanakan terlebih dahulu.
Namun, penjelasan tentang unsur direncanakan terlebih dahulu dapat dilihat dalam
MvT (Memorie van Toelichting) yang menyatakan bahwa istilah met voorbedachte
rade atau “dengan rencana terlebih dahulu” menunjuk pada suatu saat untuk
menimbang dengan tenang. Istilah tersebut merupakan kebalikan dari pertumbuhan
kehendak yang dengan tiba-tiba. Bahwa tidak ada ketentuan berapa lamanya harus
berlaku diantara saat timbulnya maksud untuk melakukan perbuatan itu dengan saat
dilaksanakannya. Akan tetapi, nyatalah harus ada suatu antara dimana ia dapat
menggunakan pikiranya tentang guna merencanakan segala sesuatunya. Begitu
Pula menurut R. Soesilo dalam bukunya Hukum Acara Pidana (Prosedur
Penyelesaian Perkara Pidana Bagi Penegak Hukum), halaman 203, menyatakan,
bahwa saat antara timbulnya kehendak dengan pelaksanaanya tidak boleh terlalu
sempit, tetapi juga sebaliknya tidak perlu terlalu lama, yang terpenting adalah
apakah di dalam tempo itu pelaku sudah memiliki kesempatan untuk berubah pikiran
dan tidak jadi melanjutkan perbuatanya.
Dalam konteks Pasal 340 KUHP, untuk lebih jelasnya lagi, terkandung tiga syarat
yaitu:
memutuskan kehendak dalam suasana tenang, tersedianya waktu yang cukup sejak
timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan kehendak itu, dan pelaksanaan
kehendak tersebut dalam suasana tenang. Memutuskan kehendak dalam suasana
tenang mengandung maksud bahwa memutuskan kehendak dengan tenang. Artinya
pada saat pelaku memutuskan kehendaknya untuk membunuh, keadaan batin orang
tersebut dalam keadaan tenang, tidak berada dalam keadaan tergesa-gesa, tidak
dalam keadaan terpaksa dan tidak berada dalam keadaan emosi tinggi. Maka dari
itu kehendak yang diputuskan oleh pelaku merupakan kehendak yang dilakukan
dalam suasana batin yang tenang.
In casu pada saat Terdakwa membuntuti Korban ANI sampai pada saat kejadian di
Tengah JAlan, itu bisa di pastikan tidak berada dalam suasana tenang. Akan tetapi,
Terdakwa dalam Kondisi Emosi tinggi yang dibakar amarah oleh api cemburu
dikarenakan Korban ANI Menolak pernyataan cinta dari terdakwa. terdakwa gelap
mata dan akhirnya memukul ANI hingga pingsan.
Tersedianya waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak itu. terdakwa membawa korban kerumah kosang
mmemperkosa dan membunuhnya. Merupakan syarat yang bersifat relatif.
Persoalannya adalah bukan lamanya waktu. Tersedianya waktu yang cukup
mengandung pengertian bahwa dalam tempo waktu yang tersedia itu, pelaku masih
dapat berpikir dengan tenang. Jadi persoalannya tidak pada masalah lamanya
waktu, tetapi persoalan lamanya waktu yang cukup itu lebih mengarah pada
penggunaan waktu yang tersedia itu. Artinya, apakah dalam waktu yang tersedia itu
benar-benar telah dapat untuk berpikir dengan tenang atau tidak. Sekalipun masalah
tersedianya waktu yang cukup itu tidak menunjuk pada persoalan lamanya waktu,
tetapi tersedianya waktu yang cukup tersebut, tidak boleh menunjuk pada suatu
waktu yang terlalu singkat. Sebab apabila terlalu singkat kesempatan untuk berpikir
dengan tenang tersebut mungkin tidak terjadi.
Tidak mungkin rasanya seseorang dapat berpikir dengan tenang dalam waktu yang
singkat, biasanya dalam waktu yang sangat singkat itu orang justru berpikir secara
tergesa-gesa, panik dan tidak terencana. Apabila waktu yang tersedia itu tidak cukup
dan diikuti pula dengan perasaan takut, khawatir dan sebagainya. Dalam waktu yang
demikian, jelas sama sekali tidak menggambarkan suasana batin yang tenang.
Berdasarkan uraian tersebut terkait dengan “dengan sengaja”, bisa dikatakan bahwa
jika ada hubungan antara batin pelaku dengan akibat yang timbul karena
perbuatanya itu atau ada hubungan lahir yang merupakan hubungan sebab antara
perbuatan pelaku dengan akibat yang dilarang itu, maka hukum pidana dapat
dijatuhkan kepada si pelaku atas perbuatan pidananya itu. Sebab
pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya secara jelas dapat ditimpakan
kepada pelaku. Tetapi jika hubungan kausal tersebut tidak ada maka
pertanggungjawaban pidana atas perbuatan pidananya itu tidak dapat ditimpakan
kepada pelakunya itu sehingga hukuman pidana tidak dapat dijatuhkan kepada
pelakunya itu.
Terkait konteks “dengan rencana terlebih dahulu”, maka apabila pikiran-pikiran untuk
membunuh tersebut dalam keadaan marah, tidak tenang, waktu yang terlalu singkat,
yang berakibat akan berfikir secara tergesa-gesa, panik, dan tidak terencana, dan
dalam suatu suasana kejiwaan yang tidak memungkinkan untuk berfikir dengan
tenang, maka disitu tidak ada unsur perencanaan.
Dengan demikian, unsur “Dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu”,
TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN MEYAKINKAN.
Unsur “Menghilangkan Nyawa Orang Lain”
Yang dimaksud dengan unsur ini adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain
itu haruslah merupakan perbuatan yang positif atau aktif walaupun dengan
perbuatan sekecil apapun. Jadi perbuatan tersebut haruslah diwujudkan secara aktif
dengan gerakan sebagian anggota tubuh. Oleh karenanya perbuatanya dapat
berupa bermacam-macam perbuatan. Dimana perbuatan tersebut berujung dengan
timbulnya suatu akibat hilangnya nyawa orang sebagai persyaratan mutlak.
Dalam unsur “merampas nyawa orang lain” terdapat sifat obyektif dan subyektif, sifat
objektif yaitu dilihat dari perbuatan yang menghilangkan nyawa dengan objek orang
lain. Sifat subjektif yaitu dalam perbuatan menghilangkan nyawa orang lain terdapat
syarat-syarat yang harus dipatuhi, yaitu adanya wujud perbuatan, adanya suatu
kematian orang lain, dan adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan dan
akibat kematian orang lain.
Terhadap unsur ini, Saudara Penuntut Umum menyatakan Terdakwa telah
merampas nyawa orang lain yaitu korban ANI adalah sudah terbukti.
Dengan Demikian, Unsur “Menghilangkan Nyawa Orang Lain”, TERBUKTI SECARA
SAH DAN MEYAKINKAN.
Unsur “mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta
melakukan perbuatan”
Bahwa seperti yang dijelaskan dalam tuntutan saudara penuntut umum, Pasal 55
ayat 1 ke 1 KUHPidana tersebut adalah merupakan dakwaan tambahan atau
dakwaan pelengkap yang diterapkan pada dakwaan pokok Pasal 340 KUHPidana.
Untuk mengetahui peranan Terdakwa didalam perbuatan yang dalam dakwaan
pokok menyangkut Pasal 340 KUHPidana, apabila terjadi perbuatan pidana
penyertaan atau yang dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih.
Akan tetapi, apabila Pasal 340 KUHPidana TIDAK DAPAT TERBUKTI SECARA
SAH DAN MEYAKINKAN. Maka Pasal 285 KUHPidana yang merupakan dakwaan
tambahan atau dakwaan pelengkap juga sudah pasti TIDAK TERBUKTI SECARA
SAH DAN MEYAKINKAN.
Dengan Demikian, Unsur “mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan
yang turut serta melakukan perbuatan”,TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN
MEYAKINKAN.
Maka Oleh Karena dakwaan Jaksa penuntut Umum yang menuntut Terdakwa
dengan Pasal 340 KUHP tidaklah tepat karena dilakukan tanpa perencanaan
terlebih dahulu dan menurut Penasehat Hukum lebih tepat Jaksa Penuntut Umum
menuntut Terdakwa dengan Dakwaan Ketiga yaitu Melanggar Pasal 170 ayat (2) ke-
3 KUHP yang berbunyi :
“Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan
kekerasan terhadap orang atau barang, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama dua dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.”

PERMOHONAN
Hal-hal Yang Meringankan Terdakwa

- Bahwa dalam ini patut pula kami sampaikan hal-hal yang meringankan
Terdakwa yang sekiranya dapat menjadi pertimbangan Majelis Hakim Yang
Mulia sebelum memberikan putusan akhir kepada terdakwa :
- Bahwa Terdakwa bersikap sopan di dalam persidangan
- Bahwa Terdakwa mengakui dan menerangkan dengan sejujurnya atas
perbuatan yang dilakukan sehingga persidangan berjalan lancar
- Bahwa Terdakwa sebagai kepala rumah tangga masih memikul beban
tanggung jawab atas kebutuhan nafkah untuk orang tuanya
- Terdakwa belum pernah dihukum.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan dan juga analisis yang
telah kami paparkan, maka kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa dengan segala
kerendahan hati kami, memohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara A Qou
untuk menjatuhkan Putusan
Hukuman yang seringan-ringannya bagi terdakwa
Kami Penasehat Hukum Terdakwa juga memohon kepada majelis Hakim yang mulia
agar menyatakan barang bukti berupa :
1 (satu) unit sepeda motor Honda Vario berwarna putih BE 8991 KU
1 (satu) buah kunci kontak
1 (satu) helai baju Kaos panjang warna hitam
1 (satu) helai celana panjang warna Hitam
1 (satu) helai Bra warna cream
1 (satu) helai celana dalam warna cream
Dikembalikan kepada ahli waris korban yaitu saksi MARETA
1 (satu) unit Handphone Oppo warna putih

Dikembalikan kepada Terdakwa


1 (satu) unit Handphone Xiaomi warna Hitam
Dikembalikan kepada Saudara saksi ANDRA SAPUTRA
1 (satu) unit sepeda motor Honda Beat warna hitam BE 7676 KS
1 (satu) buah kunci kontak
1 (satu) lembar STNK sepeda motor Honda Honda Beat warna hitam BE 7676 KS
ATAU
SUBSIDAIR

Jika Majelis Hakim Pemeriksa Perkara berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Demikian Nota Pembelaan ini disampaikan pada Persidangan Pengadilan Negeri


Lampung hari Kamis tanggal 23 Juli 2022, atas perkenannya disampaikan terima
kasih.
Hormat Kami

Penasihat Hukum Terdakwa

Fakhri Romadhon,SH.,MH

Anda mungkin juga menyukai