Anda di halaman 1dari 5

JAWABAN TERGUGAT

Dalam Perkara Nomor : 31/Pdt.G/2023/PA.Plh

Antara
Yuliansyah bin Noransyah, sebagai…………………….PENGGUGAT

Melawan

Ainun Mardiah binti Kasianto, sebagai ….…………...TERGUGAT

Kepada Yth,

Ketua Pengadilan Agama Pelaihari


c.q. Majelis Hakim Perkara Nomor 31/Pdt.G/2023/PA.Plh
di
Pelaihari

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini :


___________________________________________________

Nama : AINUN MARDIAH binti KASIANTO


NIK : 1271184907790005
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
Pendidikan : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
Alamat : Jl. Melati RT. 001 RW. 001, Desa Panggung, Kecamatan Pelaihari,
Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

Selaku TERGUGAT, dalam register perkara Nomor : 31 / Pdt.G / 2023 / PA.Plh ;

Jawaban terhadap Konvensi

Dengan ini mengajukan jawaban dengan dasar dan alasan sebagai berikut :

1. Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil gugatan Penggugat, kecuali yang diakui secara tegas
dan/atau tidak bertentangan dengan dalil Tergugat ;

2. Bahwa benar, Penggugat dan Tergugat telah menikah yang dilaksanakan di hadapan Pejabat
Pencatat Nikah sebagaimana ternyata dari Buku Kutipan Akta Nikah Nomor: 129/16/III/2012
yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Medan Perjuangan Kabupaten Medan,
Provinsi Sumatera Utara ;

3. Bahwa benar, Tergugat mengucapkan shighat ta’liq talak sebagaimana tercatat dalam buku
nikah tersebut di atas ;

4. Bahwa benar, Penggugat dan Tergugat mengambil tempat tinggal di Jalan Matah II Komplek
Permata Jingga RT. 07 RW. 03, Kelurahan Karang Taruna, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten
Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan sebagai tempat tinggal Bersama ;
5. Bahwa benar, selama perkawinan, antara Penggugat dengan Tergugat tidak dikaruniai anak

6. Bahwa benar, Tergugat mengajukan Gugatan Cerai Ghoib atau cerai Talak Ghaib di Pengadilan
Agama Pelaihari dengan Nomor 33/Pdt.G/2020/PA.Plh tertanggal 12 Mei 2020 dengan Akta
Cerai Nomor 027/AC/2020/PA.Plh tertanggal 28 Mei 2020 ;

7. Bahwa benar antara Penggugat dan Tergugat sepakat bahwa rumah tempat tinggal dijadikan
harta Bersama ;

8. Bahwa pada posita poin 5, Tergugat membantah (verweer) Penggugat menyatakan bahwa
peran serta Tergugat ikut membantu mengelolakan keuangan rumah tangga dan ikut andil
membantu membayar cicilan dikala keuangan Penggugat yang sewaktu-waktu tidak tercukupi
adalah tidak benar, karena selama berkedudukan dengan Tergugat sekira tahun 2012 – 2014
Penggugat tiap tiap kali mendapatkan hasil dari pengerjaan proyek Penggugat justru Tergugat
tidak pernah mengetahui berapa penghasilan didapat oleh Penggugat selaku pemborong yang
mana penghasilan tiap-tiap pengerjaan proyek Penggugat dikelola dan dinikmati oleh
Penggugat sendiri karena Penggugat sama sekali tidak pernah menyampaikan ataupun
bercerita kepada Tergugat apalagi hingga memberi hasil kerjaan proyek kepada Tergugat
selaku istri Penggugat yang merupakan kewajiban Penggugat menafkahi Tergugat dan
kalaupun ditanyakan oleh Tergugat, Penggugat mengatakan “curiga mulu” kepada Tergugat ;

9. Bahwa benar Tergugat selama berkedudukan / berumah tangga dengan Penggugat,


Penggugat hidup berkecukupan, mempunyai 2 (dua) unit kendaraan roda 4 (empat), 2 (dua)
unit kendaraan roda 2 (dua) yakni motor Trail dan motor Yamaha RX King dan Tergugat sama
sekali tidak pernah mendengar bahwa Penggugat mempunyai hutang piutang dengan orang
lain yang belum terbayarkan karena Penggugat menikmati hasil kerjaannya dengan hidup yang
berkecukupan tersebut ;

10. Bahwa pada posita poin 8 Tergugat membantah (verweer), bahwa laporan Tergugat tersebut
menurut Penggugat bukanlah tindak pidana maka secara tegas Tergugat membantahnya
bahwa Laporan Tindak Pidana yang dilakukan oleh Tergugat selaku Pelapor dan Penggugat
selaku Terlapor di Polsek Pelaihari dengan Tanda Bukti Laporan Nomor : TBL / 13 / VIII / 2022
/ KALSEL / RES TALA / SEK PELAIHARI Tanggal 26 Agustus 2022 telah terpenuhi pasal 385
KUH Pidana tentang “Penyerobotan Hak Milik Tanah.”

10.1. Bahwa rumah Tergugat yang terletak di Jalan Matah II Komplek Permata Jingga
RT. 07 RW. 03, Kelurahan Karang Taruna, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten
Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan telah di gadaikan oleh Penggugat
kepada pihak lain (penerima gadai) sebelum Laporan ke Kepolisian dibuat oleh
Tergugat ;

10.2. Apabila dihubungkan dengan syarat perjanjian (kesepakatan untuk


mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat perikatan, suatu pokok
persoalan tertentu, dan suatu sebab yang tidak terlarang), perjanjian
perjanjian penjaminan rumah yang dibuat Penggugat dengan pihak lain
dapat dianggap cacat hukum karena perjanjian dibuat tanpa persetujuan
dari Tergugat Hal ini terjadi karena tidak terpenuhinya syarat sah
perjanjian, yaitu mengenai suatu sebab yang tidak terlarang.

11. Bahwa pada poin 10, Penggugat mohon kepada Majelis Hakim menetapkan setengah
bagian dari harta bersama……dan seterusnya hingga pembagian melalui proses penjualan
secara lelang bahwa permohonan Penggugat tersebut menurut hemat Tergugat terlalu
Prematur menyimpulkan setengah dari harta bersama menjadi bagian hak dari Penggugat.
Tergugat menolak dengan tegas bahwa hutang Penggugat tersebut Tergugat sama sekali
tidak mengetahui dan tentunya hutang Penggugat tidak ada persetujuan dari Tergugat ;

Terkait utang dalam perkawinan Menurut Prof. R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum


Perdata “untuk suatu utang pribadi harus dituntut suami atau istri yang membuat utang
tersebut, sedangkan yang harus disita pertama-tama adalah benda prive (benda
pribadi). Apabila tidak terdapat benda pribadi atau ada tetapi tidak mencukupi, maka
dapatlah benda bersama disita juga. Akan tetapi, jika itu adalah utang suami, benda
pribadi istri tidak dapat disita, dan begitu pula sebaliknya ;
Untuk itu utang pribadi yang bisa dimintai pelunasannya dari harta bersama adalah
utang pribadi yang berasal dari perjanjian utang piutang dengan persetujuan pasangan.
Ini merupakan hal yang logis karena utang yang dibuat oleh suami/istri dapat
berdampak pada harta bersama apabila utang tersebut tidak dapat dilunasi, dan untuk
bertindak atas harta bersama diperlukan persetujuan pasangan.”

Bahwa Putusan MA No. Reg: 2691 PK/Pdt/1996 menyatakan bahwa:

“Tindakan terhadap harta bersama oleh suami atau istri harus mendapat
persetujuan suami istri.”

Mahkamah Agung RI lebih lanjut berpendapat bahwa, karena belum ada persetujuan istri
maka tindakan seorang suami yang membuat perjanjian atas harta bersama adalah tidak
sah menurut hukum.

Lebih lanjut, Pasal 1337 KUH Perdata menerangkan bahwa suatu sebab adalah terlarang,
apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan baik
atau ketertiban umum. Sementara, ketentuan Pasal 36 ayat (1) UU
Perkawinan mengharuskan penggunaan harta bersama dilakukan suami atau istri atas
dasar persetujuan kedua belah pihak. Artinya, jika ditafsirkan secara a contrario, Pasal 36
ayat (1) UU Perkawinan melarang penggunaan harta bersama tanpa persetujuan dari
pasangan suami/istri

Oleh karena itu, hutang yang dibuat oleh Penggugat tanpa sepengetahuan dan tanpa
persetujuan Tergugat, tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada Tergugat (utang
pribadi tidak dapat diambil pelunasannya dari harta pribadi pasangan), dan tidak dapat
diambil pelunasannya dari harta bersama (akibat tidak adanya persetujuan) ;

12. Bahwa di Tahun 2015 Tergugat mengetahui Penggugat nikah Kembali secara diam diam maka
sejak itupula Penggugat tinggal dengan istri barunya maka sejak itu pula Penggugat tidak mau
tahu urusan rumah tangga lagi dengan Tergugat hingga untuk mencicil / membayar angsuran
rumah, Penggugat tidak mau tahu hingga menelantarkan kehidupan Tergugat tanpa menafkahi
diri Tergugat. Dengan keadaan demikian Tergugat berusaha bertahan hidup sendirian tanpa
bantuan Penggugat hingga membayar cicilan rumah dilakukan oleh Tergugat untuk itu menurut
Tergugat pun permohonan Penggugat untuk pembagian setengahnya masih Prematur karena
pembagian harta Bersama tidak serta merta mengikuti aturan normative, harus memperhatikan
pula peran Tergugat yang begitu berusaha sekuat tenaga mempertahankan rumah Tergugat
dengan membayar cicilan / angsuran tiap – tiap bulannya kepada Bank BTN tanpa bantuan dari
Penggugat hal inilah yang dirasa oleh Tergugat tidak tercapainya rasa keadilan dan kepatutan
apa yang dimohonkan oleh Penggugat maka pantaslah Tergugat memperoleh hak nya lebih
besar dari Penggugat, “ Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) Nomor 266
K / AG / 2010 “
Gugatan Rekonvensi

Bahwa Tergugat juga mengajukan gugatan Rekonvensi sebagai berikut :

1. Bahwa apa yang dikemukakan oleh Penggugat Rekonvensi dalam jawaban dipandang pula
sebagai bagian dari dalil dalam gugatan Rekonvensi ini ;

2. Bahwa Penggugat Rekonvensi akan mengajukan tuntutan, sebagai berikut :

 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar nafkah Iddah sejumlah


Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah).
 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar Mut'ah sejumlah Rp. 5.000.000,00
(lima juta rupiah).
 Nafkah Lampau, karena sejak bulan Tahun 2015 sampai dengan bulan Mei Tahun 2020
Tergugat Rekonvensi tidak pernah memberikan nafkah kepada Penggugat Rekonvensi,
oleh karena itu Penggugat Rekonvensi juga menuntut agar Tergugat Rekonvensi
memberikan nafkah lampau sejumlah Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) perbulan x 60
bulan = Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah);

Petitum Tergugat

Bahwa berdasarkan uraian tersebut, maka gugatan Penggugat Rekonvensi telah memenuhi
maksud Pasal 105 Kompilasi Hukum lslam, maka Tergugat Konvensi / Penggugat Rekonvensi
memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Agama Pelaihari yang memeriksa dan mengadili
perkara ini, kiranya berkenan menjatuhkan putusan sebagai berikut :

Dalam Konvensi :

1. Menolak permohonan Penggugat untuk seluruhnya ;


2. Menyatakan gugatan Penggugat Konvensi tidak dapat diterima (Niet Onvankelijke
Verklaard) ;
3. Menghukum Penggugat Konvensi untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam
perkara ini ;

Dalam Rekonvensi :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi seluruhnya.


2. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar nafkah Iddah sejumlah
Rp.5.000.000,00 (lima juta rupiah).
3. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar nafkah Mut'ah sejumlah Rp.
5.000.000,00 (lima juta rupiah).
4. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar nafkah lampau selama 60 (enam
puluh) bulan, terhitung sejak bulan tahun 2015 hingga bulan Mei Tahun 2020 sejumlah
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) x 60 bulan = Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta
rupiah).

Dalam Konvensi dan Rekonvensi :

1. Membebankan biaya perkara kepada Penggugat Konvensi / Tergugat Rekonvensi yang


timbul dalam perkara ini ;
2. Menyatakan hukum putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu (Uitvoir Baar Bij Vooraad),
meskipun timbul perlawanan, banding maupun Kasasi ;
Atau
Jika majelis hakim berpendapat lain, mohon putusan yang lebih adil dan lebih patut.

Demikian Jawaban gugatan dan gugatan Rekonvensi kami ajukan dan atas pertimbangan serta
perkenan diucapkan terimakasih.-

Wasssalamualaikum. Wr. Wb

Pelaihari, Februari 2022

Hormat kami,

Tergugat Konvensi / Penggugat Rekonvensi

AINUN MARDIAH binti KASIANTO

Anda mungkin juga menyukai