Anda di halaman 1dari 19

EKSAMINASI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

JAKARTA, Perkara No.


140/Pid.Sus/2018/PN.JKT.SEL TERHADAP TINDAK
PIDANA TERORISME

Oleh :
Yoserizal Rahmad Fadillah
(B1A016185)
PENDAHULUAN

Kata “teroris” dan terorisme berasal dari kata latin “terrere” yang kurang lebih
berarti membuat gemetar atau menggetarkan. Kata teror juga bisa
menimbulkan kengerian. Akan tetapi sampai saat ini belum ada definisi
terorisme yang bisa diterima secara universal. Pada dasarnya istilah terorisme
merupakan sebuah konsep yang memiliki konotasi yang sensitif karena
terorisme mengakibatkan timbulnya korban warga sipil yang tidak berdosa.
Dalam konteks Indonesia, persoalan terorisme menjadi titik perhatian pada
saat terjadi peledakan bom di Legian, Bali, pada tanggal 12 Oktober 2002
yang menyebabkan Indonesia menjadi sorotan publik Internasional, karena
mengingat mayoritas korban dari tragedi bom Bali adalah orang asing. Adanya
peledakan tersebut menjadi indikator bahwa sebuah jaringan teroris telah
masuk ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. Teror yang terjadi itu
merupakan teror terbesar di Indonesia dari serangkaian teror yang ada.
Maraknya aksi teror yang terjadi dengan jatuhnya banyak korban telah
mengidentifikasikan bahwa terorisme adalah sebuah kejahatan terhadap nilai-
nilai kemanusiaan. Teror telah menunjukkan gerakan nyata sebagai tragedi atas
hak asasi manusia.
Pada dasarnya, tindak pidana terorisme adalah
kejahatan yang tergolong luar biasa
(extraordinary crime). Derajat “keluar-biasaan”
ini pula yang menjadi salah satu alasan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Anti Terorisme dan
pemberlakuannya secara retroaktif (asas berlaku
surut) untuk kasus bom Bali.
DIMANA KEJAHATAN TERHADAP
KEMANUSIAAN ITU SEBAGAIMANA
DIATUR DALAM KUHP, DITENTUKAN
OLEH UNSUR-UNSUR SEBAGAI
BERIKUT:

Adanya serangan yang meluas dan sistematis.

Diketahui bahwa serangan tersebut diajukan secara


langsung kepada penduduk sipil.

Serangan itu berupa kelanjutan kebijakan yang


berhubungan dengan organisasi. Pemberantasan tindak
pidana terorisme sebagai wujud perlindungan kepada
warga
Pada kasus aman abdurraman hakim
menjatuhi hukuman Mati sesuai dengan
tuntutan JPU dimana perbutan terdakwa
dianggap sangat tidak manusiawi dan
kejam ole sebabitu majelis hakim
menjatui ukuman tersebut.
Kasus Posisi
Minggu, 13 Agustus 2017
Aman Abdurrahman ditangkap Densus 88 Antiteror. Polisi menduga Aman sebagai
inisiator penyerangan pos polisi di Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis, 14 Januari
2016.

Kamis, 22 Agustus 2017


Aman Abdurrahman ditetapkan sebagai tersangka karena diduga terlibat dalam teror
bom di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, awal 2016 lalu.

Kamis, 15 Februari 2018


Aman Abdurrahman menjalani sidang perdana dakwaan kasus berbagai aksi teror
kelompok Jamaah Ansharut Daulah, termasuk Bom Thamrin. Aman Abdurrahman
disebut menyebarkan paham melalui ceramah dalam format MP3. Ceramah Oman ini
disebarkan selama kurun waktu 2008-2016.
Menanggapi dakwaan jaksa, Aman Abdurrahman mengatakan tidak mengajukan
eksepsi. Namun, dia mengaku keberatan dengan sebagian dakwaan jaksa.

Jumat, 18 Mei 2018


Aman Abdurrahman dituntut hukuman mati karena diyakini menjadi penggerak
sejumlah teror di Indonesia. Aksi teror, disebut jaksa, dilakukan setelah Aman
menginisiasi terbentuknya Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Teror-teror yang disebut jaksa dipengaruhi Aman di antaranya aksi
teror bom di gereja Samarinda pada 13 November 2016, bom
Thamrin pada Januari 2016, bom Kampung Melayu pada 24 Mei
2017, serta penusukan polisi di Sumut dan penembakan polisi di
Bima pada 2017.

Jaksa menganggap perbuatan Aman sangat sadis sehingga tak ada


hal yang dapat meringankan tuntutannya selain vonis mati. "Hal
yang meringankan, tidak ditemukan hal yang meringankan," ujar
jaksa Anita Dewayani.

Jumat, 25 Mei 2018


Dalam pleidoinya, Aman Abdurrahman membantah mempengaruhi
orang lain untuk menggerakkan aksi teror. Aman menyebut
kasusnya politis.
Aman menyebut aksi teror di sejumlah tempat itu terjadi saat
dirinya berada di Lapas Nusakambangan. Dia mengaku tidak bisa
berkomunikasi dengan siapa pun saat dipenjara.
Rabu, 30 Mei 2018
Jaksa meminta majelis hakim menolak nota pembelaan (pleidoi)
Aman Abdurrahman. Aman diyakini menjadi penggerak sejumlah
teror.
Jaksa Anita Dewayani berkeyakinan Aman terlibat sejumlah teror di
Indonesia. Karena itu, jaksa meminta hakim menjatuhkan hukuman
mati sebagaimana tuntutan jaksa.

Jumat,22Juni2018
Aman Abdurrahman divonis dengan hukuman mati. Aman terbukti
menjadi penggerak sejumlah teror di Indonesia termasuk bom
Thamrin pada 2016.
Kuasa hukum Aman Abdurrahman menyatakan pikir-pikir untuk
mengajukan banding. Sedangkan Aman langsung dibawa keluar
ruang sidang. Tidak ada pernyataan dari Aman di luar ruang sidang.
Pertimbangan yang menjadi dasar putusan
Hakim dalam menjatuhkan putusan cenderung lebih banyak
menggunakanpertimbangan yang bersifat yuridis dibandingkan
pertimbangan non yuridis :
1. Pertimbangan yang bersifat yuridis :
a. Dakwaan jaksa penuntut umum;
b. Keterangan terdakwa;
c. Keterangan saksi;
d. Barang-barang bukti;
e. Pasal-pasal peraturan hukum pidana.
2. Pertimbangan yang bersifat non yuridis :
a. Latar belakang perbuatan terdakwa;
b. Akibat perbuatan terdakwa;
c. Kondisi diri terdakwa;
d. Kondisi sosial ekonomi terdakwa;
e. Faktor agama terdakwa.
Yang menjadi pertimbangan hakim pada saat persidangan
antara lain :
"Menimbang, bahwa terdakwa adalah penganjur,
penggerak kepada pengikutnya untuk melakukan jihad,
amaliyah teror, melalui dalil-dalilnya sehingga
menimbulkan banyak korban aparat,“
"Menimbang atas perbuatan terdakwa telah
mengakibatkan banyak korban meninggal dan korban
luka berat,“
Hal ini la yang memjadi pertimbangan hakim dan
pemberat bagi terdakwa sehingga dijatuhi hukuman
Mati.
Amar Putusan
Tingkat Pengadilan Negeri
 
--------------------- M E N G A D I L I ---------------
1. Menyatakan terdakwa AMAN ABDURRAHMAN.
tersebut di atas, terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana terorisme sebagaimana
didakwakan oleh Penuntut Umum ; ------------------
2. Menyatakan terdakwa terbukti bersalah melakukan
tindak pidana terorisme dengan menjadi agen penggerak
dan penyiapan seluruh kebutuhan terorisme; -----
3. Menghukum Terdakwa dengan hukuman Pidana Mati;
--------
Hukuman
Pada tingkat Pengadilan Negeri Putusan Hakim
menyatakan bahwa :
Menyatakan terdakwa AMAN ABDURRAHMAN.
tersebut di atas, terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana terorisme
sebagaimana didakwakan oleh Penuntut Umum ;
Menyatakan terdakwa terbukti bersalah melakukan
tindak pidana terorisme dengan menjadi agen
penggerak dan penyiapan seluruh kebutuhan
teririsme
Menghukum Terdakwa dengan hukuman Pidana Mati
Issue hukum
1. Menyatakan Terdakwa OMAN ROCHMAN alias AMAN
ABDURRAHMAN alias ABU SULAIMAN telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana
Terorisme sebagaimana dalam Dakwaan KESATU Primair
melanggar Pasal 14 Jo. Pasal 6 PERPPU No. 1 Tahun 2002
sebagaimana yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang
berdasarkan UU No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-Undang DAN
KEDUA Primair melanggar Pasal 14 Jo. Pasal 7PERPPU No. 1
Tahun 2002 sebagaimana yang telah ditetapkan menjadi Undang-
Undang berdasarkan UU No. 15 Tahun 2003 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi Undang-
Undang;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa OMAN ROCHMAN


alias AMAN ABDURRAHMAN alias ABU SULAIMAN
dengan pidana MATI, dengan perintah Terdakwa tetap berada
dalam tahanan.
Pada PERPPU No. 1 Tahun 2002 sebagaimana yang telah
ditetapkan menjadi Undang-Undang berdasarkan UU
No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme
Pasal 6
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan
suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal,
dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya
nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan
kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek vital
yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas
publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan
pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun.
 
Pasal 7
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana teror
atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan
korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan
atau hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk
menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek
vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas publik, atau
fasilitas internasional, dipidana dengan pidana penjara paling lama
seumur hidup
Pasal 14
Setiap orang yang merencanakan dan/atau menggerakkan orang lain
untuk melakukan tindak pidana terorisme sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal
12 dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup.
Analisis Examinator
Terdakwa kasus terorisme Aman Abdurrahman yang divonis hukuman mati
menurut kami majelis hakim memutus hanya berdasarkan emosional
semata tanpa melihat pertimbangan lainnya yang juga meringankan
terdakwah, yaitu
1. Dalam pasal 6 juga ditulis bahwa “dipidana dengan pidana mati atau
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.” Hal ini berarti hakim juga
dapat meiliki opsi dalam memutus kasus tersebut dengan pertimbangan
bahwa terdakwah yang pendiri JAD ini tidak bekerja hanya sendiri yang
artinya ada aktor lain dibelakangnya, apabila hakim memutus seumur
hidup maka keterangan aman dapat mengungkap aktor aktor lainnnya
dibalik terorisme di Indonesia,
2. Aman juga dapat diminta untuk membuat list dan daftar anggota serta
struktur organisasi yang dia miliki apabila dia masih hidup dan bekerja
sama untuk menuntaskan dan membantu kasus kasus terorisme di
indonesia
3. Menurut saya hakim tidak memperhatikan fungsi hukum itu sendiri
sebagai tujuan dari putusan yaitu salah satunya kemanfaatan, apabila
hukuman mati dijatuhkan pada aman hal ini tidak memperoleh manfaat
sama sekali hanya akan menjadi tolak ukur bahwa perbuata yang dia
lakukan salah dan selesai tidak ada tindak lanjut selanjutnya.
Dengan matinya aman abdurrahman tidak menutup
kemungkinan mati satu tumbuh seribu itulah
terorisme , apabila aman masih hidup kemungkinan
dia dapat dimanfaatkan untuk menjadi narasumber
dalam pengungkapan kasus kasus yang ada
selanjutnya dengan pertikbangan beliau yang sudah
memiliki jam terbang yang tinggi dalam mendalami
aksi terorisme dan jihad.
Sebaik baiknya hukuman adalah hukuman yang
bermanfaat bagi korban dan juga terdakwah,
hukuman mati memang hal yang baik saat itu
diberikan kepada aman , akan tetapi kalo ditinjau
lebih jauh maka dengan tertangkapnya aman maka
akan dapat menguak banyak kasus lainnya bahkan
setruktur organisasi terorisme yang ada dinaunginya
maupun yang berada diatasnya.
Kesimpulan
1. Apabila dilihat dari bentuk tindak pidana terorisme , setiap
bentuk nya adalah sebuah kejahatan .
2. Akan tetapi hukum di indonesia belum ada yang namanya
kemanfaatan untuk si korban dan juga untuk pelaku tindak
pidana itu sendiri yang menyebabkan hak hak masing masing
individu menjadi abu-abu dan seperti tidak diperhatikan.
3. Setiap tindakan terorisme pasti menimbulkan kemarahan publik
yang besar oleh sebabitu menurut saya dengan ditangkapnya
aman dapat ikut membantu mengungkap aktor lain yang ada
dibelakang nya dan ikut memberantas terorisme bersama-sama.
4. Perhatian hakim dan kepekaan hakim dalam keberlanjutannya
kasus ini akan mendapat sebuah trobosan baru dalam hal
terorisme .
5. Dengan di ekesekusinya aman tidak ada bedanya sama sekali
dengan akan bermunculan bibit bibit baru dalam hal terorisme
dan sebagainya.
Demikian kesimpulan dari saya, semoga
dapat bermanfaat dan menjadi bahan
pelajaran untuk kita bersama.

Anda mungkin juga menyukai