Anda di halaman 1dari 23

MATERI PLKH PERDATA

BAB I. Pendahuluan
1. Istilah dan Pengertian
Hukum Perdata Materil : hukum yang mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak
dalam hubungan perdata.
Hukum perdata formil = hukum acara perdata : hukum yang mengatur cara
mempertahankan atau melaksanakan hak dan kewajiban para pihak dalam hubungan
hukum perdata.

Hubungan antara hukum perdata materil dengan hukum perdata formil :


-hukum perdata formil mempertahankan tegaknya hukum perdata materil , jika ada
yang melanggar perdata materil maka diselesaikan dengan perdata formil.

Pengertian hukum acara perdata menurut pendapat para ahli


1. Abdul Kadir Muhammad : peraturan hukum yang mengatur proses penyelesaian
perkara perdta melalui pengadilan (hakim), sejak diajukan gugatan sampai dengan
pelaksanaan putusan hakim.
2. Wirjono Projodikoro : rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang
harus bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan
harus bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan
hukum perdata.
3. Sudikno Mertokusumo : peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya
menjamin ditaatinya hukum perdata materil dengan perantaraan hakim, hukum yang
mengatur bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa sera memutusnya
dan pelaksanan daripada putusannya.
Tujuan dan sifat hukum acara perdata
• Tujuan :
1.Mencegah jangan terjadi main hakim sendiri (eigenrichtig)
2. Mempertahanakan hukum perdata materil
3. Memberikan kepastian hukum

• Sifat :
-Memaksa = mengikat para pihak yang berperkara dan ketentuan ketentuan yang ada
peraturan hukum acara perdata harus dipenuhi.
contoh: gugatan harus diajukan di tempat atau domisili tergugat, jangka waktu untuk
mengajukan permohonan banding adalah 14 hari setelah putusan hakim diterima para
pihak, dll
- Mengatur = peraturan-peraturan dalam hukum acara perdata dapat dikesampingkan
para pihak, Contoh dalam hal pembuktian.

Page 1 of 23
Sejarah hukum acara perdata
• Sebelum tanggal 5 April 1848
Hukum acara perdata yang digunakan di pengadilan Gubernemen bagi golongan
Bumiputera untuk kota-kota besar di Jawa adalah BrV (hukum acara bagi golongan
Eropa)
Untuk luar kota-kota besar Jawa digunakan beberapa pasal dalam Stb 1819-20
Pada tahun 1846 Ketua Mahkamah Agung (Hooggrerechtshof) Mr H.L Wichers tidak
setuju hukum acara perdata bagi golongan Eropa digunakan untuk golongan
Bumiputera tanpa berdasarkan perintah Undang-undang.
Gubenur Jendral J.J Rochussen menugaskan Wichers membuat rancanang Reglement
tentang Administrasi Polisi dan Hukum Acara Perdata dan Pidana Bagi Bumiputera.
Thn 1847 rancangan selesai dibuat tetapi JJ Rochussen mengajukan keberatan yaitu
- Pasal 432 ayat (2) :membolehkan pengadilan yang memeriksa perkara perdata
untuk golongan Bumiputera menggunakan hukum acara perdata yang diperuntukkan
untuk golongan Eropa.
- Rancangan itu terlalu sederhana karena tidak dimasukkannya lembaga-lembaga
intervensi, kumulasi gugatan, penjaminan seperti yg termuat dalam BRv
• Tgl 5 April 1848 setelah melakukan perubahan dan penambahan maka rancangan
itu ditetapkan dengan nama Inlandsch Reglement (IR) yang ditetapak dengan Stb
1848-16 dan disahkan dengan firman Raja tanggal 29 September 1849 dengan Stb
1849-63.
• Th 1927 diberlakukan RBg (Rechtsreglement voor de Buitengewesten) yaitu hukum
acara perdata bagi golongan Bumiputera luar Jawa dan Madura. Sebelumnya berlaku
peraturan tentang susunan Kehakiman dan kebijaksanaan Pengadilan Stb 1847-23
• Th 1941 terjadi perubahan nama Ir menjadi HIR (Herzeine Indlansch Reglement)
dengan Stb 1941-44 yang berlaku untuk Jawa dan Madura.
• Pada saat ini dengan Pasal 1 UUD 1945 yang telah diamandemen HIr dan RBg
masih berlaku sampai saat ini.
Sumber hukum acara perdata
• Pada zaman Hindia Belanda:
1. BRv (reglement op de Burgerlijk Rechtsvordering)= golongan Eropa
2. HIR (Herzeine Indlandsch Reglement)=gol Bumiputera daerah Jawa & Madura
3. RBg (Reglement voor de Buiten gewesten), gol Bumiputera luar Jawa & Madura.
• Saat Ini
1. HIR dan RBg
2. UU No 29 Tahun 1947 tentang Peradilan Banding Jawa dan Madura.
3. UU No 1 Tahun 1974 tentang Pokok Perkawinan
4. UU No 4 Tahun 2004 tentang Pokok Kehakiman
5. UU No 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung
6. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku ke-IV tentang Pembuktian dan
Daluarsa

7. Yurisprudensi.
Page 2 of 23
8. SEMA
9. Hukum Adat

Asas-asas Hukum Acara Perdata


1. Hakim bersifat menunggu, inisiatif mengajukan tuntutan hak diserahkan
sepenuhnya kepada yang berkepentingan, Pasal 118 HIR/142 RBg
2. Hakim bersifat Pasif, ruang lingkup atau luas pokok perkara ditentukan para pihak
berperkara tidak hakim. Hakim tidak boleh menjatuhkan putusan melebihi dari
yang dituntut
3. Persidangan terbuka untuk umum=setiap orang dibolehkan hadir dan mendengar
kan pemeriksaan perkara, walaupun ada beberapa perkara yang dilakukan
pemeriksaannya secara tertutup. Contoh dalam perkara perceraian.
4. Mendengarkan kedua belah pihak
5. Putusan harus disertai dengan alasan-alasan.
6. Berperkara dikenai biaya.
7. Beracara tidak harus diwakilkan, bisa langsung pihak yang berperkara, beracara di
pengadilan atau dapat diwakilkan.

Perbedaan Hukum Acara Perdata dengan Hukum Acara Pidana


1. Dasar timbulnya gugatan
Perdata :timbulnya perkara krn terjadi pelanggaran hak yang diatur dalam hukum
perdata.
Pidana : timbulnya perkara krn terjadi pelanggaran terhadap perintah atau larangan
yang diatur dlm hkm pidana

2. Inisiatif berperkara
Perdata : datang dari salah satu pihak yang merasa dirugikan
Pidana : datang penguasa negara/pemerintah melalui aparat penegak hukum seperti
polisi dan jaksa

3. Istilah yang digunakan


Perdata : yang mengajukan gugatan penggugat , pihak lawannya/digugat tergugat
Pidana : yang mengajukan perkara ke pengadilan jaksa/penuntut umum
pihak yang disangka , tersangka = terdakwa =terpidana

4. Tugas hakim dalam beracara


Perdata : mencari kebenaran formil = mencari kebenaran sesungguhnya yang
didasarkan apa yang dikemukakan oleh para pihak dan tidak boleh melebihi dari itu.
Pidana :mencari kebenaran materil = tidak terbatas apa saja yang telah dilakukan
terdakwa melainkan lebih dari itu. Harus diselidiki sampai latar belakang perbuatan
terdakwa. Hakim mencari kebenaran materil secara mutlak dan tuntas.

5. Perdamaian
Perdata : dikenal adanya perdamaian
Page 3 of 23
Pidana : tidak dikenal perdamaian

6. Sumpah decissoire
Perdata : ada sumpah decissoire yaitu sumpah yang dimintakan oleh satu pihak
kepada pihak lawannya tentang kebenaran suatu peristiwa.
Pidana : tidak dikenal sumpah decissoire.

7. Hukuman
Perdata : kewajiban untuk memenuhi prestasi (melakukan , memberikan dan tidak
melakukan sesuatu )
Pidana : hukuman badan ( kurungan, penjara dan mati), denda dan hak.

Bab II Gugatan
Gugatan Perkara perdata ada 2 :
1.Perkara contentiosa : perkara yg di dalamnya terdapat sengketa atau perselisihan.
2.Perkara voluntaria : perkara yg di dlmnya tidak terdpt sengketa atau perselisihan

Beda contentiosa dengan voluntaria


Pihak yang berperkara : Contentiosa : penggugat dan tergugat
Voluntaria : pemohon
Aktifitas hakim yang memeriksa perkara
Contentiosa : terbatas yang dikemukakan dan diminta oleh pihak-pihak
Voluntaria : hakim dapat melebihi apa yang dimohonkan krn tugas hakim bercorak
administratif.

Kebebasan hakim
Contentiosa : hakim hanya memperhatikan & menerapkan apa yg telah ditentukan
UU
Voluntaria : hakim memiliki kebebasan menggunakan kebijaksanaannya.
Kekuatan mengikat putusan hakim
Contentiosa : hanya mengikat pihak-pihak yang bersengketa serta orang- orang yang
telah didengar sebagai saksi.
Voluntaria : mengikat terhadap semua pihak.
Pengertian gugatan
• Menurut RUU Hukum Acara Perdata pada Psl 1 angka 2 : tuntutan hak yang
mengandung sengketa dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan
• Sudikno Mertokusumo : tuntutan hak adalah tindakan yang bertujuan memperoleh
perlindungan yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah eigenrichtig.
• Darwan Prinst : suatu permohonan yang disampaikan kepada Ketua Pengadilan
Negeri yang berwenang mengenai suatu tuntutan terhadap pihak lainnya dan harus
diperiksa menurut tata cara tertentu oleh pengadilan serta kemudian diambil putusan
terhadap gugatan tersebut.
Page 4 of 23
Syarat dan isi gugatan
• Syarat gugatan :
1. Gugatan dalam bentuk tertulis.
2. Diajukan oleh orang yang berkepentingan.
3. Diajukan ke pengadilan yang berwenang
• Isi gugatan :
Menurut Pasal 8 BRv gugatan memuat :
1. Identitas para pihak
2. Dasar atau dalil gugatan/ posita /fundamentum petendi berisi tentang peristiwa dan
hubungan hukum
3. Tuntutan/petitum terdiri dari tuntutan primer dan tuntutan subsider/tambahan
Teori pembuatan gugatan
• Ada 2 teori tentang bagaimana menyusun sebuah surat gugatan yaitu :
1.Substantieseringstheorie yaitu membuat surat gugatan dengan menguraikan
rentetan kejadian nyata yang mendahului peristiwa yang menjadi dasar gugatan.
2. Individualseringstheorie yaitu hanya memuat kejadian-kejadian yang cukup
menunjukkan adanya hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan
Pencabutan Gugatan
Pencabutan gugatan dapat terjadi:
1.Sebelum pemeriksaan perkara oleh hakim
2.Dilakukan dlm proses pemeriksaan perkara dg syarat disetujui oleh pihak tergugat.
• Perubahan surat gugatan dapat dilakukan dengan syarat :
1.Tidak boleh mengubah kejadian materil yang menjadi dasar gugatan.
2.Bersifat mengurangi atau tidak menambah tuntutan.
Kesempatan atau waktu melakukan perubahan gugatan dapat dibagi menjadi
2 tahap :
1. Sebelum tergugat mengajukan jawaban dapat dilakukan tanpa perlu izin tergugat.
2. Sesudah tergugat mengajukan jawaban harus dengan izin tergugat jika tidak
disetujui perubahan tetap dapat dilakukan dengan ketentuan :
a.Tidak menyebabkan kepentingan kedua belah pihak dirugikan terutama tergugat.
b.Tidak menyimpang dari kejadian materil sebagai penyebab timbulnya perkara.
c.Tidak boleh menimbulkan keadaan baru dalam positanya. Penggabungan gugatan
atau kumulasi gugatan
Kumulasi gugatan
• Kumulasi gugatan ada 2 yaitu :
1. Kumulasi subjektif yaitu para pihak lebih dari satu orang (Pasal 127
HIR/151 RBg)
2. Kumulasi objektif yaitu penggabungan beberapa tuntutan. Penggabungan objektif
tidak boleh dilakukan dalam hal:
a.Hakim tidak berwenang secara relatif untuk memeriksa satu tuntutan yang diajukan
secara bersama-sama dalam gugatan
Page 5 of 23
b.satu tuntutan tertentu diperlukan satu gugatn khusus sedangkan tuntutan lainnya
diperiksa menurut acara biasa.
c.Tuntutan tentang bezit (milik) tidak boleh diajukan bersama-sama dengan tuntutan
tentang eigendom (kepemilikan) dalam satu gugtan.
Tujuan penggabungan gugatan :
a.Menghindari kemungkinan putusan yang berbeda atau berlawan
b.Untuk kepentingan beracara yang bersifat sederhana, cepat dan biaya ringan.

Kompetensi
• Kompentensi adalah kewenangan mengadili dari badan peradilan.
• Kompetensi ada 2 yaitu :
1. Kompetensi mutlak/absolut yaitu dilihat dari beban tugas masing-masing badan
peradilan
2. Kompetensi relatif yaitu dari wilayah hukum masing-masing peradilan
• Menurut Pasal 118 HIR/142 RBg kompetensi relatif adalah pengadilan negeri di
tempat tinggal tergugat
• Pasal 118 HIR/142 RBg mengatur juga pengecualiannya yaitu :
1. Diajukan di tempat kediaman penggugat apabila tidak diketahui tempat tinggatnya.
2. Apabila tergugat lebih dari satu orang diajukan di tempat tinggal salah satunya
sesuai pilihan tergugat.
3. Satu tergugat sebagai yang berhutang dan satu lagi penjamin diajukan di tempat
tinggal yang berhutang.
4. Jika tidak diketahui tempat tinggal dan kediaman tergugat diajukan di tempat
tinggal penggugat.
5. Jika objeknya benda tetap diajukan di tempat benda tetap itu berada.
6. Jika ada tempat tinggal yang dipilih diajukan di tempat tinggal yang dipilih
tersebut.

Para Pihak Berperkara


• Ada 2 pihak yaitu penggugat dan tergugat.
• Pihak ini dapat secara langsung berperkara di pengadilan dan dapat juga
diwakilkan.
• Untuk ini dapat dibedakan atas :
1. Pihak materil : pihak yang mempunyai kepentingan langsung yaitu penggugat dan
tergugat.

2. Pihak formil : mereka yang beracara di pengadilan, yaitu penggugat,tergugat dan


kuasa hukum
• Turut tergugat : pihak yang tidak menguasai objek perkara tetapi akan terikat
dengan putusan hakim

Perwakilan dalam Perkara Perdata


• Dalam sistim HIR/RBg beracara di muka pengadilan dapat diwakilkan kepada
kuasa hukum dengan syarat dengan surat kuasa.
• Menurut UU No 18 Tahun 2003 tentang advokat, kuasa hukum itu diberikan kepada
Page 6 of 23
advokat.
• Advokat adalah orang yang mewakili kliennya untuk melakukan tindakan hukum
berdasarkan surat kuasa yang diberikan untuk pembelaan atau penuntutan pada acara
persidangan di pengadilan atau beracara di pengadilan.
• Surat kuasa : suatu dokumen di mana isinya seseorang menunjuk dan memberikan
wewenang pada orang lain untuk melakukan perbuatan hukum untuk dan atas
namanya.
• Macam-macam surat kuasa :
1.Surat kuasa umum :surat yang menerangkan bahwa pemberian kuasa tersebut
hanya untuk hal-hal yang bersifat umum saja, artinya untuk segala hal atau segala
perbuatan dengan titik berat pengurusan.
2. Surat kuasa khusus: kuasa yang menerangkan bahwa pemberian kuasa hanya
berlaku untuk hal-hal tertentu saja.

Dalam beracara perdata digunakan surat kuasa khusus.


Isi Surat Kuasa Khusus
1. Identitas pemberi kuasa dan penerima kuasa.
2. Apa yang menjadi pokok perkara.
3. Pertelaan isi kuasa yang diberikan. Dijelaskan tentang kekhususan isi kuasa.
4. Hak subsitusi /pengganti

Bab III. BESLAAG / SITA


Pengertian :
1. Tindakan hukum
2. Tindakan hakim
3. Bersifat eksepsional
4. Adanya permohonan pihak bersengketa
5. Mengamankan barang-barang sengketa
6. Tujuan akhir menjamin pelaksanaan putusan hakim

Bentuk-bentuk penyitaan
• Ada 2 yaitu :
1.Conservatoir beslaag/sita jaminan yaitu penyitaan terhadap barang milik tergugat.
• Dasar hukum : Pasal 227 HIR/261 RBg
• Tujuan : untuk menjamin terlaksananya putusan pengadilan
• Sita ini dapat dilakukan jika ada permohonan penggugat dan ada dugaan bahwa
tergugat berusaha menghilangkan, merusak, memindahtangankan benda2 tsb .
• Benda-benda yang menjadi objek sita ini adalah benda bergerak dan benda tidak
bergerak
2.Revindicatoir beslaag yaitu sita terhadap barang milik penggugat yang dikuasai
oleh orang lain.
• Dasar hukumnya Pasal 226 HIR/260 RBG
• Tujuan : menjamin suatu hak kebendaan dari pemohon dan berakhir dengan
Page 7 of 23
penyerahan barang yang disita.
• Objeknya : benda bergerak
• Sita ini hanya terbatas atas sengketa hak milik.
3. Marital beslaag, yaitu sita yang diletakkan atas harta perkawinan.
• Sita dapat dimohonkan dalam sengketa perceraian, pembagian harta perkawinan,
pengamanan harta perkawinan.
4. Eksekusi beslaag yaitu eksekusi dalam rangka pelaksanaan putusan hakim

Bab IV. Pemeriksaan Perkara


• Pengajuan gugatan
• Penetapan hari sidang dan pemanggilan
• Persidangan pertama :
a. gugatan gugur
b. verstek
c. perdamaian
• Pembacaan gugatan
• Jawaban tergugat :
a. mengakui
b. membantah
c. referte

• Eksepsi : - materil, - formil


• Rekonvensi
• Repliek dan dupliek
• Intervensi
• Pembuktian
• Kesimpulan
• Putusan Hakim

Pengajuan gugatan
1. Diajukan kepada ketua pengadilan negeri yang berwenang.
2. Diajukan secara tertulis atau lisan
3. Bayar preskot biaya perkara
4. Panitera mendaftarkan dalam buku register perkara dan memberi nomor perkara
5. Gugatan akan disampaikan kepada ketua pengadilan negeri.
6. Ketua pengadilan menetapkan majelis hakim

Penetapan hari sidang dan Pemanggilan para pihak


1. Majelis hakim menentukan hari sidang
2. Pemanggilan para pihak :
• Tenggang waktu antara pemanggilan dg hari sidang tidak boleh kurang dari 3 hari
• Tata cara melakukan pemanggilan :
a. Dilakukan oleh juru sita/juru sita pengganti

Page 8 of 23
b. Pemanggilan dengan surat panggilan dan salinan surat gugatan
c. Bertemu langsung dengan orang yang dipanggil di tempat tinggal/kediamanan
d. Jika tidak ketemu disampaikan kepada kepala desa/lurah
e. Jika ada pihak yang tidak diketahui tempat tinggal dan kediamannya dlakukan
pemanggilan melalui bupati/walikota di wilayah hukum penggugat
f. Jika sitergugat meningal dunia ke ahli warisnya, jika tidak diketahui maka
diserahkan kepada kepala desa/lurah
g. Jika para pihak bertempat tinggal di luar wilayah hukum PN yang memeriksa
perkara, dikirim ke pengadilan negeri di mana pihak itu bertempat tinggal
h. Jika berada di luar wilayah Indonesia dikirim ke kedutaan besar Indonesia
Persidangan pertama
1. Penggugat tidak hadir, tergugat hadir. Pasal 126 HIR/150 RBg: majelis dapat
memanggil sekali pihak yang tidak hadir agar hadir pada sidang berikutnya.
Akibatnya : gugatan dinyatakan gugur
2. Penggugat hadir, tergugat tidak hadir. Berlaku Pasal 126 HIR/150 RBG
Akibatnya : verstek
• Pengertian : putusan yang dijatuhkan di luar hadirnya tergugat
• Syarat acara verstek :
a. Tergugat telah dipanggil dengan sah dan patut
- yang melaksanakan pemangilan juru sita
- surat panggilan
- jarak waktu pemanggilan dengan hari sidang yaitu 8 hari apabila jaraknya
tidak jauh, 14 hari apabila jaraknya agak jauh dan 20 hari apabila jaraknya
jauh (Pasal 122 HIR/10Rv)
b. Tergugat tidak hadir tanpa alasan yang sah
c. Tergugat tidak mengajukan eksepsi kompetensi
Bentuk Putusan Verstek
1. Menggabulkan gugatan penggugat, terdiri dari :
a. mengabulkan seluruh gugatan
b. mengabulkan sebagian gugatan
• Hal ini terjadi jika gugatan beralasan dan tidak melawan hukum.
2. Gugatan tidak dapat diterima, apabila : gugatan melawan hukum atau ketertiban
dan kesusilaan (unlawful)
• Gugatan ini dapat diajukan kembali tidak berlaku asas nebis in idem
3. Gugatan ditolak apabila gugatan tidak beralasan
• Gugatan ini tidak dapat diajukan kembali
Upaya hukum dari verstek adalah verzet/perlawanan
Perdamaian
• Jika pihak penggugat dan tergugat hadir
• Dasar hukum Pasal 130 HIR/154 RBg
• Upaya yang pertama kali dilakukan oleh hakim
• Dilakukan selama sebelum hakim menjatuhkan putusan
• Dapat menyelesaikan perkara
Page 9 of 23
• Tujuannya :
a. Mencegahnya timbulnya perselisihan di kemudian hari di antara para pihak.
b. Menghindari biaya mahal
c. Menghindari proses perkara dalam jangka waktu lama.
• Perdamaian dituangkan dalam akta perdamaian (acte van vergelijk) di mana
mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan hakim.
• Tidak dapat dibanding kesepakatan para pihak/menurut kehendak para pihak.
Jawaban Tergugat
• Setelah gugatan dibacakan oleh penggugat
• Bentuknya ada beberapa :
a. Mengakui menyelesaikan perkara dan tidak ada pembuktian.
b. Membantah harus dengan alasan.
c. Referte tidak mengakui dan tidak membantah.
d. Eksepsi/tangkisan
Eksepsi/Tangkisan
• Pengertian : jawaban tergugat yang tidak langsung pada pokok perkara.
• Bentuk ada 2 yaitu :
1. Eksepsi prosessual : eksepsi yang didasarkan pada hukum acara perdata
Eksepsi ini adalah eksepsi tolak (declinatoir exceptie) yaitu bersifat menolak agar
pemeriksaan perkara tidak diteruskan.
Termasuk jenis ini adalah :
a. tidak berwenang mengadili = diputus terlebih dahulu oleh hakim
b. batalnya gugatan
c. perkara telah pernah diputus
d. penggugat tidak berhak mengajukan gugatan
2. Eksepsi materil : didasarkan kepada hukum perdata materil.
Bentuk eksepsi ini ada 2 yaitu :
a. Eksepsi tunda (dilatoir exceptie), eksepsi krn penundaan pembayaran utang
b. Eksepsi halang ( peremptoir exceptie) Contoh : lampau waktu (daluwarsa),
penghapusan utang
Rekonvensi
• Dasar hukum Pasal 132a - 132b HIR disisip dgn Stb 1927-300, Psl 157-158 RBg.
• Pengertian : gugatan yang diajukan oleh tergugat terhadap penggugat karena
dianggap juga melakukan wanprestasi kepada tergugat.
• Dapat berupa jawaban tergugat tapi dapat juga dilakukan dalam dupliek.
• Batas waktunya sebelum proses pembuktian.
• Rekonvensi dapat diajukan baik yang ada koneksitas maupun tidak.
Jika ada koneksitas dapat diperiksa sekaligus/bersama-sama.
Jika tidak ada koneksitas dapat diperiksa satu-satu/dipisah.
• Rekonvensi tidak dapat diajukan dalam hal :
1. Jika kedudukkan penggugat tidak dalam kualitas yang sama antara gugatan
konvensi dengan rekonvensi.
Page 10 of 23
2. Rekonvensi tidak dalam kompentensi yang sama.
3. Rekonvensi tentang pelaksanaan putusan hakim
Intervensi
• Dasar hukum Pasal 279-282 BRv
• Pengertian : masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara perdata yang sedang
berlangsung bila dia juga mempunyai kepentingan (interest).
• Bentuknya :
1. Voeging (menyertai) dengan cara menggabungkan diri kepada salah satu pihak.
2. Tussenkomst (menengahi) berdiri sendiri (tidak memihak salah satu pihak.
3. Vrijwaring (penanggungan) :
- mirip tapi tidak sama dg intervensi karena insiatifnya tidak dari pihak ketiga ybs.
- ikut sertanya karena diminta sebagai penjamin/pembebas oleh salah satu pihak yang
berperkara.
4. Exceptio Plurium Litis Consortium:
- masuknya pihak ketiga karena ditarik oleh salah satu pihak yang berperkara.
- dilakukan karena pihak tersebut tidak lengkap.
- contoh dalam perkara warisan.
Repliek dan Dupliek
• Repliek : jawaban penggugat atas jawaban tergugat.
• Dupliek : jawaban tergugat terhadap repliek penggugat

Bab V. Pembuktian
Merupakan proses yang sangat penting dan menentukan karena dari proses ini hakim
mendapatkan kepastian untuk menjatuhkan putusan apakah gugatan dimenangkan
atau dikalahkan
Pengertian
• Pendapat para ahli
1. Abdul Kadir Muhammad: membuktikan dalam arti yuridis adalah menyajikan fakta
yang cukup menurut hukum untuk memberikan kepastian kepada majelis hakim
mengenai terjadinya suatu peristiwa atau hubungan hukum.
2. Soepomo : membuktikan adalah memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-
syarat bukti yang sah.
3. Subekti : membuktikan adalah menyakinkan hakim tentang kebenaran dalil-dalil
yang dikemukakan dalam suatu persengketaan.
4. Sudikno Mertokusumo : membuktikan mengandung beberapa pengertian :
a. Dalam arti logis : memberikan kepastian dalam arti mutlak
b. Dalam arti konvensional : memberikan kepastian bersifat nisbi/relatif, dimana
punya tingkatan :
- conviction intime : bersifat intuitif/perasaan
- conviction raisonne : berdasarkan bertimbangan akal.
c. Dalam arti yuridis : memberikan dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang
memeriksa perkara guna memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwa
Page 11 of 23
yang diajukan.
• Pembuktian : proses menyajikan alat-alat bukti yang sah kepada majelis hakim guna
memberikan kepastian akan kebenaran suatu peristiwa.
• Unsur-unsur pembuktian :
1. Merupakan bagian dari hukum acara perdata.
2. Merupakan suatu proses prosessuil untuk menyakinkan hakim terhadap kebenaran
dalil dalil yang dikemukakan para pihak berperkara di persidangan.
3. Dasar bagi hakim dalam rangka menjatuhkan putusan

Hal yang Dibuktikan


1. Fakta/peristiwa
• Tetapi tidak semua peristiwa harus dibuktikan ada beberapa peristiwa yang tidak
memerlukan pembuktian :
a. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di persidangan yaitu :
- Pihak tergugat/para tergugat mengakui kebenaran surat gugatan/para penggugat.
- Apabila majelis hakim menjatuhkan pututsan verstek.
- Sumpah pemutus/decisoir .
b. Peristiwa notoir : peristiwa atau keadaan yang dianggap harus diketahui oleh orang
yang berpendidikan atau peristiwa yang diketahui umum.
Contoh : Tanggal 17 Agustus hari Kemerdekaan Indonesia.
2. Hak

Beban Pembuktian
• Dasar hukum Pasal 163 HIR/283 RBg
• Dari Pasal ini dapat dirinci bahwa beban pembuktian dilakukan oleh :
1. Pihak yang menyatakan mempunyai hak dialah yg harus membuktikan haknya itu.
2. Pihak yang menyebutkan suatu peristiwa untuk menguatkan haknya dialah yang
harus membuktikan peristiwa itu.
3. Pihak yang menyebutkan suatu peristiwa untuk membantah hak orang lain dialah
yang harus membuktikan peristiwa itu.
• Kesimpulannya : siapa yang mendalilkan sesuatu dia yang harus membuktikan.
• Hakim dlm tugasnya membagi beban pembuktian berdasarkan kesamaan keduduk
kan para pihak yang berperkara maka dibebankan secara seimbang dan patut.

Beban pembuktian dalam KUHPerdata dan KUHD


1. Pasal 1244 KUHPerdata tentang keadaan memaksa debitor.
2. Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad)
pelanggar.
3. Pasal 1394 KUHPerdata tentang sewa bunga yang harus dicicil debitor yang sudah
membayar cicilan.
4. Pasal 1977 KUHPerdata tentang bezit atas benda bergerak eigenaar (pemilik
sebenarnya).
5. Pasal 468 ayat (2) KUHD tentang pengangkutan pengangkut barang
Page 12 of 23
Teori Pembuktian
• Hakim mencari kebenaran formil maksudnya hakim tidak boleh melampau batas-
batas yang diajukan para pihak.
• Ada 3 teori pembuktian yaitu :
1. Pembuktian bebas : di mana tidak menghendaki adanya ketentuan ketentuan
yang mengikat hakim, sehingga penilaian pembuktian seberapa dapat diserahkan
kepada hakim.

2. Pembuktian negatif : harus ada ketentuan-ketentuan yang mengikat hakim bersifat


negatif, hakim terbatas sepanjang yang dibolehkan undang-undang.
3. Pembuktian positif: hakim diwajibkan melakukan segala tindakan dlm pembuktian
kecuali yang dilarang dalam undang-undang.

• Pendapat umum menghendaki teori pembuktian yang lebih bebas untuk memberikan
kelonggaran kepada hakim dalam mencari kebenaran.
Kekuatan bukti dari alat-alat bukti
1. Bukti mengikat dan menentukan, artinya
a. Satu alat bukti cukup bagi hakim menjatuhkan putusan.
b. Hakim terikat dengan alat bukti tersebut.
c. Tidak dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan/sebaliknya.
• Alat bukti ini: sumpah pemutus, pengakuan.

2. Bukti sempurna, artinya :


a. Satu alat bukti cukup bagi hakim menjatuhkan putusan.
b. Hakim terikat dengan bukti tersebut, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.
c. Dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan.
• Alat bukti ini : akta otentik, dll

3. Bukti permulaan, artinya :


a. Alat bukti sah tetapi belum memenuhi syarat formil sebagai bukti yang cukup.
b. Memerlukan alat bukti lain agar menjadi sempurna. p. Hakim bebas dan tidak
terikat dengan alat bukti ini. q. Dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan.
• Alat bukti ini : akta di bawah tangan, dll

4. Bukti bebas, artinya :


a. Hakim bebas menilai sesuai dengan pertimbangannya yang logis.
b. Hakim tidak terikat dengan alat bukti tersebut.
d. Terserah kepada hakim untuk menilainya.
c. Hakim dapat mengesampingkan alat bukti ini.
d. Dapat dilumpuhkan dengan bukti lawan.
• Alat bukti ini : saksi ahli, pengakuan di luar sumpah, dll

5. Bukti bukan bukti, artinya:

Page 13 of 23
a. Tidak memenuhi syarat formal sebagi alat bukti yang sah.
b. Tidak mempunyai kekuatan pembuktian
c. Tampak seperti alat bukti tapi bukan bukti.
• Contohnya : saksi yang tidak disumpah, foto-foto, rekaman kaset/video, dll

Macam-macam Alat Bukti


• Pasal 164 HIR/284 RBG, ada 5 alat bukti yaitu :
1. Bukti tulisan/surat
2. Saksi
3. Persangkaan
4. Pengakuan
5. Sumpah
• Di luar Pasal 164 HIR/284 RBg :
1. Keterangan ahli
2. Pemeriksaan di tempat

Alat bukti tertulis/surat


• Dasar hukumnya Pasal 165, 167 HIR/285-305 RBg, stb No 29 Tahun 1867.
• Pengertian : surat adalah alat bukti tertulis yang memuat tanda-tanda baca di mana
menyatakan pikiran seseorang.

• Bentuk surat ada 2 yaitu :


1. Akta : surat yang diberi tanggal dan ditanda tangani. akta ini terbagi 2 yaitu :
a. Akta otentik : akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang.
Akta ini dapat dibagi 2 :
- Akta ambtelijk : pejabat yang berwenang menerangkan apa yang dilihat dan
dilakukannya. Contoh : akta kelahiran.
- akta partai : selain pejabat menerangkan apa yang dilihat dan dilakukannya, pihak
yang berkepentingan juga mengakuinya dengan membubuhkan tanda tangan mereka.
Contoh : akta jual beli.
Kekuatan bukti akta otentik
• Mempunyai kekuatan bukti sempurna (volledig bewijs).
• Pada setiap akta otentik di dalmnya terkandung 3 macam kekuatan bukti yaitu:
1. Kekuatan bukti lahir : kekuatan yang berkenaan dengan syarat-syarat formal
(tampak secara lahiriah).
2. Kekuatan bukti formal : kebenaran peristiwa yang diterangkan dalam akta.
3. Kekuatan bukti materil : kebenaran isi akta otentik.
b. Akta di bawah tangan
• Pengertian : akta yang sengaja dibuat para pihak tanpa bantuan pejabat yang
berwenang.
• Kekuatan bukti : permulaan bukti tertulis (begin van schrifftelijk bewijs)
• Pasal 288 dan Pasal 289 RBg, Pasal 1b Stb No 29 Tahun 1867 : akta otentik akan
mempunyai kekuatan bukti sempurna jika tanda tangan diakui pembuatannya dan ahli
waris atau orang yang mendapat hak darinya cukup menyatakan mengenal tulisan
atau tanda tangan tersebut.
Page 14 of 23
2. Surat Non Akta : surat yang tidak ada tanda tangannya.
Kekuatan buktinya : permulaan bukti tertulis.

Saksi
• Dasar hukum : Pasal 168-172 HIR/306-309 RBG, Stb NO 29 Tahun 1867, Pasal
1902-1908 KUHPerdata.
• saksi : orang yang memberikan keterangan di muka sidang dengan memenuhi
syarat-syarat tertentu tentang suatu peristiwa atau keadaan yang ia lihat, dengar dan
dialami sendiri sebagai bukti terjadinya peristiwa atau keadaan tersebut.
• Kekuatan bukti : bukan bukti sempurna dan mengikat hakim tetapi terserah kepada
hakim untuk mempercayainya .
• Syarat-syarat saksi :
a. Formil:
-. Umur 15 tahun ke atas
-. Sehat akalnya
-. Tidak ada hubungan sedarah atau semenda kecuali ditentukan undang- undang.
Sekurang-kurangnya ada 2 orang saksi untuk satu peristiwa (unus testis nullus testis),
atau dikuatkan dengan alat bukti lain.

b. Materil :
-. Menerangkan apa yang ia lihat, dengar dan alami sendiri.
-. Diketahui sebab-sebab ia mengetahui peristiwanya.
-. Bukan merupakan pendapat atau kesimpulannya.
-. Saling bersesuai satu sama lainnya.
-. Tidak bertentangan dengan akal sehat.
Kewajiban saksi
-. Datang menghadap ke pengadilan setelah dipanggil secara patut.
-. Bersumpah menurut agamanya
-. Memberikan keterangan

orang yang tidak dapat menjadi saksi


1. Secara mutlak : yang mempunyai hubungan sedarah atau semenda kecuali
ditentukan lain oleh undangundang. termasuk ke dalam golongan ini adalah :
a. Keluarga sedarah dan semenda menurut garis lurus ke atas dan ke bawah.
b. Istri atau suami walaupun sudah bercerai
2. Secara relatif/nisbi : belum memenuhi syarat-syarat untuk jadi saksi.
Termasuk ke dalam golongan ini :
a. anak di bawah usia 15 tahun.
b. orang gila
Orang yang dapat mengundurkan diri jadi saksi
1. Saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan perempuan dari salah satu
pihak.
2. Keluarga sedarah dan semenda menurut garis keturunan lurus dari saudara laki-laki

Page 15 of 23
dan perempuan suami atau istri salah satu pihak.
3. Orang-orang yang karena jabatan atau pekerjaannya yang sah wajib menyimpan
rahasia. Contoh : notaris, dokter, dll
Testimonium de Auditu Testimonium de Auditu
• Saksi dimana keterangan yang diberikan berasal dari pihak ketiga.
• Kesaksian ini tidak dapat berdiri sendiri dan harus dikuatkan dengan bukti lain.
Persangkaan ( Persangkaan (vermoeden) vermoeden)
• Dasar hukumnya : Pasal 173 HIR/310 RBg.
• Digunakan jika tidak ada alat bukti lain untuk membuktikan suatu peristiwa.
• Pengertian : kesimpulan yang ditarik dari suatu peristiwa yang telah jelas ke arah
peristiwa yang belum jelas.
• Persangkaan dapat dibedakan atas 2 yaitu :
1. Persangkaan hukum/undang-undang (rechtsvermoeden)
kekuatan buktinya : memaksa.
2. Persangkaan hakim (feitelijk vermoeden) : ditarik dari keadaan yang timbul dalam
persidangan syarat persangkaan hakim

1. Dugaan mengenai suatu kejadian harus didasrkan atas hal-hal yang telah terbukti.
2. Hakim harus berkeyakinan bahwa hal-hal yang telah terbukti itu dapat
menimbulkan dugaan terhadap terjadinya suatu peristiwa lain.
3. Hakim dalam mengambil dari bukti-bukti itu tidak boleh mendasarkan putusannya
atas hanya satu dugaan saja.
4. Dugaan harus bersifat penting, seksama, tertentu dan ada hub satu sama lainnya.
5. Persangkaan semacam ini hanya boleh diperhatikan dalam hal undang-undang
membolehkan pembuktian dengan saksi.
• Kekuatan bukti persangkaan hakim :diserahkan kepada pertimbangan hakim secara
logis.
Pengakuan ( Pengakuan (bekentenis bekentenis)
• Dasar hukum : Pasal 174-176 HIR/311-313 RBg.
• Pengertiannya : keterangan sepihak dari salah satu pihak dalam suatu perkara, di
mana ia mengakui apa yang dikemukakan oleh pihak lawan baik seluruh atau
sebahagiaan dari apa yang dikemukkan pihak lawan.
• Pengakuan tidak boleh dipisah-pisah tapi harus diterima secara bulat ( asas
onsplitsbaar aveu)
• Pengakuan adalah alat bukti yang dapat mempercepat penyelesaian suatu perkara
perdata

Bentuk-bentuk pengakuan
1. Pengakuan murni : pengakuan yang sifatnya sederhana dan sesuai sepenuhnya.
• Tidak memerlukan pembuktian.
2. Pengakuan dengan kualifikasi : pengakuan yang disertai dengan sangkalan terhadap
sebagian dari tuntutan.
• Memerlukan pembuktian yaitu terhadap sangkalannya.
Page 16 of 23
• Pembuktian dibebankan terlebih dahulu kepada pihak lawannya.
3. Pengakuan dengan klausula : pengakuan yang disertai dengan keterangan tambahan
yang bersifat membebaskan.
• Memerlukan pembuktian.
• Pembuktian dibebankan terlebih dahulu kepada pihak lawan.

Sumpah
• Dasar hukum : Pasal 155-158, 177 HIR,182-185, 314 RBg dan Pasal 1929-
1945 KUHPerdata.
• Pengertian : suatu pernyataan yang khimat diberikan atau diucapkan pada waktu
memberi janji dengan mengingat akan sifat Maha Kuasa dari pada Tuhan, dan percaya
bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum
olehNya.
• Sumpah dapat dibedakan atas 2 yaitu :
1. Sumpah promissoir : sumpah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

• Contoh : sumpah saksi, sumpah jabatan, dll.


• Ciri-ciri sumpah ini :
a. Diucapkan sebelum memberikan keterangan/melakukan sesuatu.
b. Berfungsi sebagai syarat formil sahnya suatu keterangan/tindakan.
c. Sumpah ini tidak sebagai alat bukti.
d. Tidak mengakhiri sengketa.
e. Sumpah confirmatoir : sumpah memberikan keterangan guna meneguhkan bahwa
sesuatu itu benar demikian atau tidak.
• Ciri-cirinya :
a. Diucapkan sesudah memberikan keterangan/melakukan sesuatu.
b. Berfungsi meneguhkan suatu peristiwa atau hak.
c. Sumpah inilah sebagai alat bukti.
d. Mengakhiri sengketa.
Bentuk-bentuk sumpah confirmatoir
1. Sumpah suppletoir/pelengkap
• Diperintahkan hakim kepada salah satu pihak.
• Berfungsi untuk melengkapi alat bukti.
• Didahului dengan bukti permulaan.
• Tidak ada jalan lain untuk menguatkannya dengan alat-alat bukti lain.
• Pihak yang diperintahkan bersumpah tidak bol;eh mengembalikan sumpah kepada
pihak lawan.
• Pihak yang diperintahkan bersumpah hanya boleh melakukan atau menolak.
• Jika mengucapkan akan dimenangkan dan menolak akan kalah.
• Dasar hukumnya : Pasal 155 HIR, 182 RBg, 1940 KUHPerdata.
• Kekuatan bukti dari sumpah ini :
a. Menyelesaikan perkara.
b. Memiliki bukti sempurna.
c. Dimungkinkan adanya bukti lawan.
Page 17 of 23
d. Dapat dibatalkan oleh putusan hakim yang lebih tinggi.
e. Apabila sumpah itu ternyata palsu dapat menjadi alasan untuk peninjauan kembali.
2.Sumpah aestimatoir /penaksir
• Diperintahkan oleh hakim kepada penggugat.
• Berfungsi untuk menentukan uang ganti kerugian.
• Dasar hukumnya : Pasal 155 ayat (2) HIR, 182 RBg, 1940 KUHPerdata.
• Sumpah ini baru diterapkan apabila :
a. penggugat telah dapat membuktikan haknya atas barang sengketa atau tuntutan
ganti kerugian.
b. Besarnya nilai barang sengketa/ganti kerugian masih simpang siur/belum pasti.
c. Tidak ada jalan lain untuk menetapkan besarnya nilai ganti kerugian /harta benda.
• Kekuatan bukti dari sumpah ini : sempurna dan masih dimungkinkan adanya bukti
lawan.
3.Sumpah decisoir /pemutus
• Dimintakan oleh salah satu pihak kepada pihak lawannya.
• Dasar hukum : Pasal 156 HIR, 183 RBg, 1930 KUHPerdata.
• Tidak ada pembuktian sama sekali.
• pihak yang meminta sumpah disebut deferent dan yang bersumpah disebut delaat.
• Bunyi sumpah ditentukan oleh deferent.
• Syarat-syarat dapat dikabulkannya permintaan sumpah pemutus :
a. Mengenai peristiwa yang menjadi sengketa.
b Bukan tentang hukum atau hubungan hukum.
c. Mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri oleh delaat atau bersama-sama
dengan deferent.
• Pihak delaat dapat:
a. Menolak bersumpah dikalahkan. n. Melakukan sumpah dimenangkan.
b. Mengembalikan sumpah kepada deferent.
• Syarat pengembalian sumpah kepada deferent :
a. Sumpah itu mengenai perbuatan yang dilakukan kedua belah pihak.
b. Jika sumpah itu mengenai perbuatan yang dilakukan delaat sendiri maka tidak
bisa dikembalikan.
• Pihak deferent/relaat dapat :
a. Menolak dikalahkan.
b. Melakukan sumpah dimenangkan.
Akibat hukum sumpah decisoir
1. Kebenaran peristiwa yang dimintakan sumpah menjadi pasti.
2. Kekuatan buktinya bersifat menentukan.
3. Tidak dimungkinkan adanya bukti lawan.
4. Pihak lawan tidak boleh membuktikan bahwa sumpah itu palsu, tanpa mengurangi
wewenang jaksa untuk menuntut berdasarkan sumpah palsu.
5. Tidak dapat dibatalkan oleh hakim yang lebih tinggi(banding dan kasasi).
6. Jika dikemudian hari terbukti sumpah itu palsu maka dapat dijadikan alasan untuk
peninjauan kembali.
Page 18 of 23
Pemeriksaan di tempat (plaatselijk onderzoek)
• Dasar hukum : Pasal 153 HIR, Pasal 180 RBg.
• Pemeriksaan dilakukan di luar gedung pengadilan untuk memeriksa objek perkara
yang tidak dapat dihadirkan dalam ruang persidangan.
• Tujuannya : memperoleh kepastian akan kebenaran peristiwa yang menjadi
sengketa.
Keterangan ahli/saksi ahli
• Dasar hukum : Pasal 154 HIR/181 RBg.
• Pengertian : orang yang memberikan keterangan di persidangan berdasarkan ilmu
pengetahuan yang dikuasainya.
• Beda antara saksi dengan saksi ahli :
1. Saksi tidak dapat diganti sedangkan saksi ahli dapat digantikan.
2. Saksi menerangkan apa yang dilihat,didengar dan dialami sendiri, sedangkan saksi
ahli berdasar ilmu pengetahuan yang dikuasainya.
3. Keterangan saksi mengenai peristiwa yang terjadi sebelum perkara di sidangkan,
saksi ahli tentang hal yang diawasi/dilihat dalam persidangan.
4. Guna keterangan saksi untuk memberikan bahan baru untuk menambah atau
melengkapi bahan yang sudah ada, sedangkan saksi ahli keteangannya untuk bahan
pertimbangan mengenai suatu peristiwa bagi hakim.

Bab VII Upaya Hukum


Suatu usaha bagi setiap pribadi yang merasa dirugikan haknya atau atas kepentingan
nya untuk memperoleh keadilan dan perlindungan/kepastian hukum, menurut cara-
cara yang ditetapkan dalam hukum, undang-undang.

Bentuk-bentuk upaya hukum


1. Upaya hukum biasa :
• Untuk putusan yang belum inkracht.
• Menunda sementara eksekusi.
Termasuk ke dalam upaya hukum biaya : Verzet, Banding, Kasasi
2. Upaya hukum luar biasa :
• Putusan inkracht.
• Tidak menunda eksekusi.
Termasuk ke dalam upaya hukum ini : Peninjauan kembali , derdenverzet
Verzet
• Perlawanan untuk verstek.
• Pemeriksaannya dilakukan di pengadilan negeri yang memeriksa perkara yang
memutus verstek.
• Jangka waktu mengajukannya 14 hari setelah putusan yang diterima oleh tergugat.
• Kedudukkan para pihaknya tetap, penggugat tetap sebagai penggugat (terlawan)
dan tergugat tetap sebagai tergugat (pelawan)
• Verstek dapat dijatuhkan 2 kali dan verzet hanya 1 kali saja.

Page 19 of 23
Banding.
• Pengertian : upaya hukum yang dilakukan untuk perkara yang telah di putus oleh
Pengadilan tingkat pertama diperiksa ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi,
kareana merasa belum puas dengan putusan pengadilan tingkat pertama.
• Tata cara banding diatur dalam :-
- Daerah Jawa dan Madura : UU no 20 Tahun 1947.
- Luar Jawa dan Madura : Pasal 199 -205 RBg.
• Syarat banding :
1. Diajukan oleh pihak-pihak yang berperkara.
2. Diajukan dalam tengang waktu yang telah ditentukan yaitu :
- 14 hari setelah putusan diterima para pihak.
- 30 hari bagi pemohon yang tinggal di luar wilayah hukum pengadilan negeri
yang memeriksa perkara .
- Nilai perkara yang dibnading harus < Rp 100, (Pasal 6 UU No 20 Tahun 1947)
• Permohonan banding diajukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi melalu panitera
pengadilan negeri ybs.
• Berkas-berkas yang harus diajukan ke pengadilan tinggi adalah :
1. Permohonnan
2. Memori banding : alasan banding.
3. Kontra memori banding.
4. Semua berkas perkara pada pengadilan tingka pertama.
Bentuk putusan banding :
1. Menguatkan putusan pengadilan negeri artinya apa yang telah diperiksa dan
diputus pengadilan negeri dianggap benar dan tepat menurut keadilan.
2. Memperbaiki putusan pengadilan negeri artinya apa yang telah diperiksa dan
diputus oleh pengadilan negeri kurang tepat menurut rasa keadilan karenanya perlu
diperbaiki.
3. Membatalkan putusan pengadilan negeri artinya apa yang telah diperiksa dan
diputus pengadilan negeri dipandang tidak benar dan tidak adil karenanya harus
dibatalkan. Dalam hal ini pengadilan tinggi memberikan putusan sendiri.

Kasasi
• Pengertian : upaya hukum agar putusan yudex factie dibatalkan oleh Mahkamah
Agung karena telah salah dalam melaksanakan peradilan.
• Dasar hukum UU no 14 Th 1985 tentang Mahkamah Agung jo UU NO 4 Th 2004
tentang Perubahan UU Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985.
• Kewenangan Mahkamah Agung adalah memeriksa dalam hal :
1. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang.
2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan.
• Syarat kasasi adalah sudah dilakukan banding, kecuali yang ditentukan lain oleh
undang-undang.

Page 20 of 23
• Jangka waktu permohonan kasasi adalah 14 hari setelah putusan banding diterima
para pihak.
• Permohonann diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung melalui panitera
pengadilan negeri yang memeriksa perkara pada tingkat pertama.
• Berkas-berkas yang harus dikrim ke Mahkamah Agung :
1. Permohonan kasasi.
2. Memori kasasi.
3. Jawaban atas memori kasasi. Semua berkas perkara pada tingkat banding.

Putusan kasasi Putusan kasasi


1. Permohonan kasasi tidak dapat diterima sebab :
- Jangka waktu mengajukan permohonan terlambat.
- Pemohon kasasi belum menggunakan haknya yang lain seperti banding.
2. Permohonan kasasi ditolak, disebabkan :
- Alasan-alasan yang diajukan bukan kewenangan kasasai tetapi mengenai
peristiwa/kejadian yang dulu tidak pernah disebutkan dalam tingkat pengadilan
sebelumnya.
- Alasan kassai bertentangan dengan hukum.
3. Permohonan kasasi diterima : alasan kasasi tersebut dibenarkan oleh Mahkamah
Agung.

Peninjauan Kembali
• Pengertian : meninjau kembali putusan perkara perdata yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
• Peninjauan kembali dilakukan oleh Mahkamah Agung.
• Dasar hukumnya dalam UU NO 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo UU
NO 4 Tahun 2004 tentang Perubahan UU No 14 Tahun 1985.
• Tenggang waktu peninjauan kembali adalah 180 hari.
• Yang berhak mengajukannya :
1. Para pihak yang berperkara.
2. Ahli warisnya.
3. Wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu.

Alasan–alasan mengajukan PK
• Menurut Pasal 67 UU No 14 Tahun 1985
1. Apabila putusan didasarkan atas suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan
yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.
2. Apabila setelah perkara diputus ditemukan alat-alat bukti yang bersifat
menentukan yang waktu diperiksa pada tingkat sebelumnya tidak ditemukan.
3. Apabila dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari apa yang dituntut.
4. Apabila mengenai suatu bagian belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-
sebabnya.
5. Apabila antara pihak-pihak yang sama, mengenai suatu soal yang sama, atas dasar
yang sama, oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatannya diberikan putusan
Page 21 of 23
yang bertentangan satu sama lain.
7. Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau kekeliruan yang
nyata.

Putusan PK
1. Permohonan peninjauan kembali tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
verklaard) karena pemohon terlambat mengajukan PK, dll = syarat formal tidak
terpenuhi.
3. Permohonann PK ditolak apabila permohonannya tidak beralasan atau tidak
memenuhi Pasal 67 UU NO 14 Tahun 1985.
5. Permohonan PK dikabulkan apabila alasan-alasan PK sesuai dengan Pasal 67 UU
No 14 Tahun 1985. Dalam hal ini Mahkamah Agung akan membatalkan putusan
sebelumnya dan selanjutkan memeriksa dan memutus sendiri.

Derdenverzet
• Pengertian : upaya hukum luar biasa yang dilakukan pihak ketiga melawan putusan
hakim yang merugikannya.
• Dilakukan dalam hal penyitaan.
• Derdenverzet dapat dilakukan sebelum barang-barang yang disita dilelang jika telah
dilakukan maka upayanya adalah mengajukan gugatan.

Bab VIII. Eksekusi


Pelaksanaan putusan hakim.
•Putusannya inkracht.
•Putusan condemnatoir.
•Sanksi : melaksanakan prestasi

Bentuk-bentuk Eksekusi ada 3 macam :


1. Membayar sejumlah uang (Pasal 197 HIR/208 RBg , Dilaksanakan melalui
penjualan lelang terhadap barang-barang milik yang kalah perkara.
2. Melakukan suatu perbuatan tertentu (Pasal 225 HIR/259 RBg). Eksekusi ini dapat
dinilai dengan sejumlah uang dengan mengajukan permohonan kepada ketua
pengadilan yang memutus perkara.
3. Eksekusi Riil/ mengosongkan benda tetap (Pasal 1033 BRv). Hal-hal yang
diperhatikan dalam eksekusi riil

1. Tempat/barang yang akan dikosongkan haruslah sesuai dengan isi penetapan ketua
pengadilan negeri baik mengenai ukuran maupun batas-batasnya sehingga dapat
dihindari salah eksekusi.
2. Lokasi tempat yang akan dieksekusi hendaknya diperhatikan secara seksama
situasinya dan pihak termohon eksekusi sudah dijelaskan dan diberi pengertian jauh
sebelum eksekusi.
3. Hendaknya pihak pemohon eksekusi juga mempersiapkan segala sesuatu demi
Page 22 of 23
kemanusiaan seperti menyediakan penampungan sementara.
4. Setelah eksekusi selesai maka tempat yang dikosogkan itu harus tetap dijaga
sementara sebelum diserahkan kepada pemohon eksekusi.

Proses pelaksanaan eksekusi


• Diajukan oleh pihak yang menang.
• Diberitahukan kepada pihak yang kalah.
• Jika pihak yang kalah lalai atau tidak mau melaksanakan di panggil ke pengadilan.
• Selambat-lambatnya 8 hari putusan hakim harus dilaksanakan.
• Jika tidak dilaksanakan maka dilakukan sita eksekutorial.
• Jika putusan membayar sejumlah uang barang sita akan dilelang .
• Pelelangan dapat dilakukan oleh pengadilan atau kantor lelang negara.

Page 23 of 23

Anda mungkin juga menyukai