KUHP Belanda
KUHP belanda menganut sistem kodifikasi. Dilihat secara produk hukum tersebut maka belanda
menganut sistem hukum eropa continental.
Pidana Denda : Dalam pidana denda, KUHP belanda didasarkan pada kategori, dari kategori
satu sampai dengan kategori enam. Dalam kategori tsb dicantumkan
maksimum denda.
Pidana Mati : Sejak tahun 1870, pidana mati telah dihapus dalam KUHP Belanda dikarenakan
tindak kriminalitas tidak terlalu banyak dan dalam hal ini, pidana mati
bertentangan dengan HAM.
Pidana Tambahan : Dalam KUHP Belanda, ada pidana penempatan ditempat kerja negara.
KUHP Indonesia
KUHP Indonesia menganut civil law system tetapi dalam beberapa pelaksanaannya Indonesia
juga mengadopsi dari common law system.
Pidana Denda : Dalam KUHP Indonesia, pidana denda hampir seluruhnya dirumuskan dalam
setiap pasal tindak pidana.
Pidana Mati : Pidana mati masih diberlakukan dalam KUHP Indonesia dan merupakan salah
satu dari pidana pokok. Adapun pidana pokok yang dicantumkan dalam pasal
10 KUHP diantaranya :
- Pidana Mati
- Pidana Penjara
- Pidana Kurungan
- Pidana Denda
Pidana Tambahan : Adapun pidana tambahan yang diberlakukan dalam KUHP Belanda
diantaranya :
1. Pencabutan beberapa hak tertentu
2. Perampasan barang-baranf tertentu
3. Pengumuman putusan hakim
Perbuatan Persiapan : Dalam KUHP Indonesia tidak mengatur perbuatan persiapan tetapi
hanya mengatur tentang perbuatan percobaan saja (dalam pasal 53 KUHP
Indo).
Tambahan materi :
Soedarto : cabang dari ilmu hukum dan karena itu lebih tepat menggunakan istilah
“perbandingan hukum” daripada “hukum perbandingan.
Gutterdige : perbandingan hukum tidak lain adalah suatu metoda perbandingan yang dapat
digunakan dalam semua cabang hukum.
Romly Atmasasmita : ilmu pengetahuan yang mempelajari secara sistematis hukum (pidana)
dari dua atau lebih sistem hukum dengan mempergunakan metode
perbandingan.
1. Tujuan praktis : alat pertolongan untuk tertib masy dan pembaharuan hk nasional serta
memberikan pengetahuan mengenai brbagai peraturan dan pikiran hukum kpd pembentuk
uu dan hkm.
2. Tujuan sosiologis : mengobservasi suatu ilmu hkm yg secara umum menyelidiki hk dlm
arti ilmu pengetahuan dgn maksud membangun asas2 umum shubungan dgn peranan hk
dl masy.
3. Tujuan politis : mempelajari perbandingan hk untuk mempertahankan “status quo” dmn
tdk ada maksud sama sekali mengadakan perubahan mendasar di negara yang
berkembang.
Pembagian sistem hukum :
- Sistem hk eropa continental (civil law) = kodifikasi, tidak terikat preseden, hakim
aktif.
- Sistem hk anglo saxon (common law) = the binding of preseden
- Sistem hk adat = religious magis, komunal, kontan, dan konkret.
- Sistem hk islam = berasal dari arab.
Common Law :
a. juri yang memeriksa fakta kasus, sementara hakim hanya menerapkan hk dan
menjatuhkan putusan
b. hakim terikat pd keputusan hakim sebelumnya
c. diperkara sejenis melalui asas the binding of presedent
d. Adversary system : pandangan bhwa dalam pemeriksaan peradilan selalu ada 2 pihak
yang bertentangan baik perkara perdata maupun pidana.
Civi Law :
Common law :
Civil Law :
a. hk tertulis (kodifikasi)
b. ada pemisahan secara tegas antara hk public dan hk privat.