SKRIPSI
Oleh :
Bella Harpenas Wati Simanjuntak
NIM : 170200196
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Hukum
Departemen Hukum Pidana
2021
BAB I PENDAHULUAN
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Hukum
Departemen Hukum Pidana
2021
Latar Belakang
Dalam kenyataannya keluarga juga dapat memberikan
penderitaan dan penyiksaan bagi anggota keluarga yag lain,
disebut Kekerasan Dalam Rumah Tangga
2021
Rumusan Masalah
2021
Tujuan Manfaat
Untuk mengetahui pengaturan Penulisan Penulisan
tentang pembuktian perkara pidana
dan perkembangannya menurut
Manfaat Teoritis
hukum acara pidana di Indonesia
Manfaat Praktis
Untuk menganalisis dan mengkaji implementasi
Pasal 55 UU No.23 Tahun 2004 Tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
dalam pembuktian tindak pidana kekerasan fisik
melalui Putusan Pengadilan Negeri
No.60/Pid.B/2013/PN.Blk,Putusan Pengadilan
Negeri No.218/Pid.Sus/2014/PN.Smd, dan
Putusan Pengadilan Negeri
No.220/Pid.Sus/2016/PN.Smd
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Hukum
Departemen Hukum Pidana Metode Penelitian
2021
Pembuktian
dan Sistem
Tindak Pidana Kekerasan
Pembuktian
dan Unsur- Fisik sebagai
menurut
unsur Tindak Salah satu
Hukum Acara
Pidana bentuk KDRT
Pidana di
Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Hukum
Departemen Hukum Pidana
2021
2021
C. Perkembangan Alat Bukti Menurut Peraturan
B. Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Menurut KUHAP
diluar KUHAP
2020/2021
A. Pengertian Saksi dan Saksi Korban
1. Pengertian Saksi
BAB III PENGATURAN TENTANG SAKSI 2. Pengertian Korban
KORBAN DALAM PEMBUKTIAN TINDAK 3. Pengertian Saksi Korban
PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH
Sebagai saksi, korban kejahatan adalah adalah
TANGGA BERDASARKAN UU NO 23
saksi yang paling memenuhi persyaratan untuk
TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA menjadi saksi karena korban adalah orang yang
mendengar, melihat dan mengalami sendiri
adanya pelanggaran terhadap hukum pidana
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Hukum
Departemen Hukum Pidana
2021
B. Pengaturan Tentang Saksi Korban dalam C. Saksi Korban Sebagai Alat Bukti Dalam
Pembuktian Tindak Pidana KDRT menurut Pembuktian Tindak Pidana KDRT Dikaitkan
UU No.23 Tahun 2004 Tentang dengan Asas Unus Testis Nullus Testis dan
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Prinsip Minimum Pembuktian
Tangga
1. Asas unus testis nullus testis ( Pasal 185 Ayat
• Secara normatif pengaturan mengenai saksi
korban tidak ditemukan dalam KUHAP 2 KUHAP)
maupun dalam UU No.23 Tahun 2004 • Penggunaan satu saksi korban
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam menyimpang dari asas unus testis nullus
Rumah Tangga testis
• Secara eksplisit pengaturan tentang 2. Prinsip minimum pembuktian ( Pasal 183
keterangan saksi korban sudah dapat
disamakan dengan keterangan saksi yang KUHAP)
diatur dalam KUHAP • Satu saksi korban + alat bukti lain sesuai
• Pengaturan tentang saksi korban dalam dengan prinsip minimum pembuktian
tindak pidana KDRT diatur dalam Pasal 55
UU PKDRT
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Hukum
Departemen Hukum Pidana
2021
2021
B. Implementasi Pasal 55 UU No.23 Tahun 2004 2. Analisis Pertimbangan Hakim dalam Putusan
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Pengadilan Negeri No.60/Pid.B/2013/PN.Blk,
Tangga dalam Pembuktian Tindak Pidana Putusan Pengadilan Negeri
Kekerasan Fisik melalui Putusan Pengadilan No.218/Pid.Sus/2014/PN.Smd, dan Putusan
Negeri Pengadilan Negeri No.220/Pid.Sus/2016/PN.Smd
1. Kasus Posisi dalam Putusan Pengadilan Negeri Unsur tindak pidana kekerasan fisik terpenuhi
No.60/Pid.B/2013/PN.Blk, Putusan Pengadilan Dalam pertimbangannya Hakim menerapkan Pasal
Negeri No.218/Pid.Sus/2014/PN.Smd, dan 55 UU PKDRT yang kurang lebih dirumuskan
Putusan Pengadilan Negeri sebagai berikut:
No.220/Pid.Sus/2016/PN.Smd “menyimpang dari hukum pembuktian pada umumnya
yang diatur menurut pasal 183 KUHAP yaitu sekurang -
Ketiga perkara tersebut dinyatakan dalam perkara kurangnya dengan dua alat bukti yang sah dan
kekerasan fisik dalam rumah tangga dengan ancaman keyakinan hakim maka terhadap perkara Penghapusan
hukuman pidana yang berbeda-beda yakni 10 bulan, 1 Kekerasan Dalam Rumah Tangga berdasarkan
tahun 4 bulan dan 6 bulan pidana penjara. ketentuan pasal 55 UU No. 23 Tahun 2004 cukuplah
Berdasarkan kasus posisi, dalam ketiga kasus tidak ada
saksi yang melihat terjadinya tindak pidana kekerasan
untuk membuktikan kesalahan terdakwa adalah
fisik, selain korban dan pelaku bersandar pada keterangan saksi korban disertai alat
bukti sah lainnya.”
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Hukum
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Departemen Hukum Pidana
2021
A. Kesimpulan B. Saran
1. Pengaturan pembuktian perkara pidana di
Indonesia yang meliputi penerapan alat-alat bukti, 1. Sepatutnya elemen-elemen penegak hukum lebih
mendalami UU tersebut, khususnya mengenai alat
kekuatan pembuktian dan beban pembuktian
bukti dan proses pembuktian agar kedepannya proses
sejatinya diatur dalam UU No.8 Tahun 1981 penegakan hukum terhadap pelaku KDRT dapat
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara memberikan keadilan bagi korban
Pidana 2. Hendaknya pemerintah melakukan terobosan terhadap
2. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah UU PKDRT, yang lebih mengutamakan kepentingan dari
salah satu bentuk domestic violence yang saksi korban
memang sangat sulit dalam pembuktiannya 3. Pemerintah dan segala elemen penegak hukum, ada
terutama mengenai keterangan saksi baiknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat
3. Dalam menjatuhkan putusan Majelis Hakim pada tentang tindak pidana KDRT yang diatur dalam UU
PKDRT ini
perkara No.60/Pid.B/2013/PN.Blk,
No.218/Pid.Sus/2014/PN.Smd dan perkara
No.220/Pid.Sus/2016/PN.Smd
mempertimbangkan Pasal 55 UU PKDRT dalam
pembuktiannya
Dosen Penguji I : Dr.Edi Yunara, S.H., M.Hum Dosen Pembimbing I : Dr.Edi Yunara, S.H., M.Hum
Dosen Penguji II : Rafiqoh Lubis, S.H.,M.Hum Dosen Pembimbing II : Rafiqoh Lubis, S.H.,M.Hum
Dosen Penguji III : Liza Erwina, S.H., M.Hum
Dosen Penguji IV : Nurmalawaty, S.H., M.Hum
TERIMA KASIH